PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENTS (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009) Pramudito Adisusilo Drs. Sudarno, MSi, Akt, Ph.D ABSTRACT The focus of this study was to test the effect of disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) in the company's annual report on the market response to accounting earnings (Earnings Response Coefficient, ERC). Influenced by the CSR addition of some past research suggests that there are several other factors affecting the Earnings Response Coefficient, among others, profitability, growth, leverage, and size as that of Sayekti and Wondabio (2007). Therefore, the purpose of this study is to examine the effect of disclosure of corporate social responsibility (CSR) on corporate earnings response coefficient (ERC) with profitability, growth, leverage, and size as control variables. Study sample is based on purposive sampling method in which sampling is based on certain criteria, obtained a total of 39 companies as a sample study for one year. Keywords: Corporate Social Responsibility, Profitability, Growth, Leverage Ratio, the Company Size and Earning Response Coefficient PENDAHULUAN Saat ini setiap perusahaaan terutama perusahaan yang telah go public di pasar modal dituntut untuk melakukan keterbukaan. Keterbukaan perusahaan dapat berupa penyampaian informasi secara berkualitas (Hadi dan Sabeni, 2002). Menurut Sembiring (2003) informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan. Adanya informasi yang akurat, lengkap, serta tepat waktu memungkinkan investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diharapkan. Suatu informasi dikatakan informatif jika informasi tersebut dapat mengubah kepercayaan (belief) para investor dalam pengambilan keputusan investasi. Adanya informasi baru selain laporan keuangan akan meningkatkan kepercayaan dikalangan para investor terhadap suatu perusahaan. Saat ini informasi yang banyak mendapat sorotan adalah mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan. Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM) Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) praktik pengungkapan CSR merupakan peranan penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Selain itu, CSR dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Di Indonesia, tanggung jawab sosial perusahaan dikuatkan dengan adanya aturan IAI yang terdapat dalam PSAK No1 (Revisi 2009) paragraf 12 dan UU PT No 40 tahun 2007. Pemikiran yang melandasi diterapkannya CSR dalam laporan tahunan perusahaan adalah kurangnya kepekaan perusahaan terhadap dampak negatif yang dialami lingkungan dan masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan sumber daya manusia dan lingkungan untuk kepentingan peningkatan kinerja perusahaan. Hidayati (2009) merumuskan triple bottom line (TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia, yaitu faktor manusia dan masyarakat (people), faktor ekonomi dan keuntungan (profit), serta faktor lingkungan (planet). Maksud dari faktor yang juga terkenal dengan sebutan triple P (3P) ini adalah selain berorientasi untuk mencapai keuntungan secara ekonomi (profit), perusahaan bisnis juga harus memiliki keperdulian terhadap kesejahteraan manusia (people) dan terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati (planet). Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut didukung dengan adanya pengesahan undang-undang perseroan terbatas No 40 tahun 2007 pasal 1 ayat (3), Isi pasal tersebut menjelaskan : “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Sebelum adanya pengesahan undang-undang perseroan terbatas tahun 2007, informasi CSR masih digolongkan sebagai Voluntary Disclosure (pengungkapan sukarela) karena belum ada peraturan atau ketetapan yang mewajibkan CSR diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, meskipun pada bulan Juli 2005 lalu inisiasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan kementrian lingkungan hidup telah menciptakan awareness lewat Sustainability Report Awards, yang isinya menyatakan bahwa : “Sepanjang belum adanya format yang ditentukan oleh pemerintah, perusahaan dapat membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Tidak perlu berlebihan, yang penting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya. Bentuk Laporan dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif yang mampu menggambarkan hal yang sebenarnya.” Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan terhadap respon pasar terhadap laba akuntansi (Earning Response Coefficient, ERC). ERC merupakan koefisien yang mengukur respon abnormal return sekuritas terhadap unexpected earning perusahaan yang menerbitkan sekuritas (Naimah dan Utama, 2006). Korelasi earning return yang rendah menunjukan bahwa informasi laba hanya sedikit memberikan informasi mengenai nilai perusahaan, atau dengan kata lain terdapat asimetri yang tinggi. Oleh karena itu dengan tujuan mengurangi asimetri informasi, pengungkapan informasi akan lebih banyak pada perusahaan yang memilki korelasi earning return rendah, atau dengan kata lain korelasi earning return berhubungan negatif dengan luas pengungkapan (Lang dan Lundholm, 1993 dalam Widiastuti, 2002). Beaver (1989) dalam Widiastuti (2002) mendefinisikan Earning Response Coefficient (ERC) sebagai “ sensitifitas perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi ”. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC, menunjukan laba yang dilaporkan berkualitas. Sebaliknya, lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC, menunjukan laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas. Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) memperoleh hasil bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh Widyastuti (2002) yang memprediksi luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Berbagai penelitian terdahulu telah menguji perbedaan reaksi pasar terhadap pengumuman laba dengan didasarkan premis bahwa informativeness of earning akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan dimasa mendatang, maka earning response coefficient (ERC) semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastiannya tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan ERC (Wondabio dan Sayekti, 2007). Hasil penelitian dari beberapa penelitian terdahulu belum menunjukan hasil yang konsisten. Wondabio dan Sayekti, 2007 dalam penelitiannya menunjukan bahwa earning response coefficient (ERC) memiliki pengaruh negatif terhadap CSR, namun hasil penelitian Widiastuti (2002) menunjukan pengaruh positif. Sehingga dalam penelitian ini permasalahan yang akan dikaji adalah apakah pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Earning Respon Coefficient (ERC) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS Teori Signaling Teori signaling dalam ilmu komunikasi yang digunakan dalam disiplin ilmu akuntansi digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi pola perilaku komunikasi manajer kepada publik. Teori signaling dalam akuntansi berfungsi untuk menilai adanya informasi privat. Dalam pasar modal, pelaku pasar melakukan keputusan ekonomi dengan dasar informasi publikasi, pengumuman dan konfrensi pers (Jaswadi, 2003). Investor memerlukan informasi mengenai prospek perusahaan yang akan dipilihnya sebagai tempat menanam dana. Akan tetapi, sebagai pihak luar investor tidak mengetahui seluruh informasi perusahaan sebanyak yang diketahui manajemen (Brigham dan Houston, 2001). Oleh karena itu, manajemen perusahaan sebagai pihak yang memiliki informasi lebih baik memberikan tanda atau sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan dimasa mendatang. Teori signaling mengindikasikan bahwa pelaporan keuangan oleh emiten merupakan suatu sinyal yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Dengan adanya sinyal dari perusahaan menyebabkan investor melakukan antisipasi untuk menentukan antisipasi yang tepat. Dengan demikian apabila manajemen manyampaikan informasi ke pasar, umumnya pasar akan merespon sebagai suatu sinyal terhadap adanya suatu peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Teori Stakeholder “Teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai upaya untuk memenuhi harapan atau permintaan stakeholders. Namun demikian, perusahaan tetap melakukan identifikasi atas stakeholder dengan menilai mana yang memberikan pengaruh lebih besar serta yang paling penting mengganggu kelangsungan hidup perusahaan jika harapannya tidak terpenuhi sehingga pengungkapan akan dilakukan berdasarkan harapan stakeholders tersebut” (Meutia, 2008). Corporate Social Responsibility (CSR) Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemengang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas. Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor (Nurlela dan Islahudin, 2008). Word Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai : “ Corporate Social Responsibility is the commitment of business to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community and society at large to improve their quality of life “ Komisi Uni Eropa (dikutip oleh Dahl sud, 2006) menerjemahkan CSR sebagai suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan tema-tema sosial dan lingkungan dalam kegiatan operasional di dalam menjalin interaksi dengan stakeholder mereka. Sedangkan pengertian dari pengungkapan sosial menurut Gray et al. (1987) (dikutip oleh Rashid dan Lodh, 2008) adalah : “ The process of communicating the social and environmental effects of organizations economic actions to particular interest group within society and to society at large “ Deegan dan Rankin (1996) dalam Mutia (2008) menjelaskan pengungkapan CSR sebagai interaksi antara organisasi dan lingkungan sosial yang didalamnya antara lain terdapat pengungkapan mengenai human resources, community involvement, the natural environment, energy. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR merupakan sebuah alat untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial lingkungan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) paragraph 12 dinyatakan bahwa: “Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. “ Earning Response Coefficient (ERC) Cho dan Jung (1991) dalam Naimah dan Utama (2006) mendefinisikan Earning Response Coefficient (ERC) sebagai efek setiap dolar dari laba kejutan terhadap return saham. Hal ini menunjukan bahwa ERC adalah reaksi atas laba yang diumumkan perusahaan. ERC disebut juga koefisien sensitifitas laba akuntansi yaitu ukuran perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Scott (2006) mendefinisikan earning response coefficient (ERC) sebagai berikut : “An earnings response coefficient measures the extent of a security’s abnormal market return in response to the unexpected component of reported earnings of the firm issuing that security” Menurut Scott (2006) ada beberapa hal yang mempengaruhi respon pasar yang berbeda-beda terhadap laba yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas laba, growth opportunities, dan informativeness of price. Earning Response Coeficient (ERC) dan Pengungkapan Informasi dalam Laporan Tahunan Secara umum, hubungan tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja pasar perusahaan masih sangat beragam. Menurut Lang dan Lundlon (1993) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) secara teoritis ada hubungan positif antara pengungkapan (termasuk pengungkapan sukarela) dan kinerja pasar perusahaan. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investornya. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan juga mengurangi agency problems (Healy et al., 2001). Penelitian Lang dan Lundholm (1993) mengenai pengungkapan sukarela menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan yang lebih tinggi berasosiasi dengan kinerja pasar yang lebih baik (yang diukur dengan return saham). Lang et al., (1993) menggunakan korelasi laba dan return saham perusahaan sebagai proksi asimetri informasi. Hal ini konsisten dengan motif adverse selection (Lang et al.,1993). Korelasi laba dan return saham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/ returns yang rendah. Dengan demikian, Lang et al., (1993) menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan. Secara umum, hubungan antara tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja pasar perusahaan masih sangat berharga. Gelb dan Zarowin (2000) dalam Widiastuti (2002) menguji antara luas pengungkapan sukarela dan keinformatifan harga saham. Mereka menyatakan bahwa pengaruh keinformatifan ungkapan terhadap current ERC mungkin postif atau mungkin juga negatif. Menurutnya, pengaruh luas ungkapan terhadap current ERC mungkin positif, karena biasanya perusahaan yang banyak mengungkapkan informasi (high disclosure firm) adalah perusahaan yang memiliki kabar baik (good news). Widiastuti (2002) menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan didasarkan pada premis bahwa informativeness of earning akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga akan menurunkan ERC. Berbagai penelitian telah menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan didasarkan pada premis bahwa informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang (Widiastuti, 2002). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan ERC. Penelitian Terdahulu Setiawan dan Darmawan (2011) dengan judul The Relationship betweeen Corporate Social Responsibility and Firm Financial Performance : Evidence from the Firms Listed in LQ45 of the Indonesian Stock Exchange Market. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap ERC. Hidayati dan Murni (2009) dengan judul Pengaruh Pengungkapan Coprorate Social Responsibility terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ERC. Utamingtyas (2010) dengan judul The Relationship betweeen Corporate Social Responsibility and Earning Response Coefficient : Evidence from Indonesian Stock Exchange. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hossain et al., (2006) yang merupakan peneliti dari Australia melakukan penelitian tentang hubungan antara pengungkapan CSR dan karakteristik perusahaan negara berkembang dengan mengambil sampel negara Bangladesh. Penelitian ini menggunakan indeks disclosure untuk mengatur perluasan pengungkapan CSR yang diungkapkan perusahaan dalam annual report. Karakteristik perusahaan mempertimbangkan size (yang diproksi dengan penjualan asset), profitabilitas (ROE), tipe industri dan hubungan internasional dengan audit fee, menggunakan sampel 107 perusahaan dengan 60 item disclosure indeks, ternyata perusahaan di Bangladesh masih sedikit yang mengungkapkan CSR. Muwarningsari (2008) menguji pengaruh vouluntary disclosure terhadap ERC secara simultan dngan menguji 60 perusahaan manufaktur yang terdaftar di JSX dan menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2003 sampai dengan 2006. Dengan menggunakan structural equation model (SEM), penelitian ini memberikan hasil bahwa vouluntary disclosure berpengaruh positif terhadap ERC. Naimah dan Utama (2006) menginvestigasi pengaruh ukuran, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien nilai buku entitas. Hasil penelitian ini menunjukan bukti bahwa laba akuntansi berhubungan dengan harga saham, karena laba akuntansi memberikan informasi yang bermanfaat dalam penelitian sekuritas. Sedangkan ukuran, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap ERC. Sayekti dan Wondabio (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan terhadap ERC. Bukti empiris yang dilakukan dalam penelitian ini mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. Widiastuti (2004) berusaha menguji pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap earning response coefficient (ERC) dengan menggunakan sampel 67 laporan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di JSX pada bulan desember 1995 yang menghipotesiskan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, tetapi hasilnya tidak signifikan dengan penelitiannya. Hal ini dikarenakan secara keseluruhan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap ERC. Hopitesis Hasil penelitian empiris tentang pengaruh CSR disclosure terhadap ERC yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengindikasikan adanya apresiasi pasar pada informasi CSR terhadap ERC masih jarang dilakukan dan belum menunjukan hasil yang konsisten. Bukan itu saja, banyak ditemukan pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba perusahaan. Penelitian ERC yang menguji perbedaaan reaksi pasar (ERC) terhadap pengumuman laba menemukan bahwa value relevance informasi laba akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian prospek perusahaan dimasa mendatang. Semakin tinggi ketidakpastian proses perusahaan dimasa mendatang, semakin tinggi juga keinformatifan laba (ERC) (Sayekti dan Wondabio, 2007). Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) memperoleh hasil bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh Widyastuti (2002) yang memprediksi luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha : CSR Disclosure memiliki pengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient (ERC) METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan Devinisi Operasional Variabel Independen : Corporate Social Responsibility (CSR) Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI). Mengacu pada penelitian Hanifa et al., (2005), maka pengukuran variabel CSRI menggunakan content analysis yang mengukur variety dari CSRI. Lindenmann (1983) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) mendefinisikan content analysis sebagai berikut: A means for taking messages that are conveyed as part of the communication process, coding and classifying them as precisely and objectively as possible and then summarizing and explaining them quantitatively. Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan instrumen yang digunakan pada GRI Indicators (2010), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: Ekonomi (9 Item), Lingkungan (30 Item), Tenaga kerja (13 Item), HAM (9 Item), Sosial (8 Item), dan Produk (9 Item). Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa et al., 2005). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa et al., 2005) : Keterangan: CSRI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j j n : Jumlah item untuk perusahaan j, n ≤ 78 j ΣX j ij : Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 ≤ CSRI ≤ 1 j Variabel Dependen : Earnings Response Coefficient (ERC) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ERC. Untuk mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC), yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Pengertian Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient) menurut Cho dan Jung (1991) dalam Widiastuti (2008) adalah sebagai berikut : Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan unexpected earning. Berdasarkan definisi diatas, maka ERC dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : CARit = α + β UEit + ɛ Keterangan : CARit = Cumulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu t UEit = Unexpected Earnings perusahaan i pada waktu t α = Konstanta β = Koefisien yang menunjukan ERC ɛ = Error Estimat ERC dalam penelitian ini merupakan slopa koefisien yang diperoleh dari regresi cross sectional antara Cummulative Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dengan Unexpected Earning (UE). Menurut Jogiyanto (2003) lamanya jendela (window) pengamatan return tergantung dari peristiwanya. Untuk peristiwa pengumuman laba, CAR dihitung pada periode sektor tanggal pengumuman laporan tahunan untuk melihat bagaimana reaksi pasar terhadap informasi tersebut. Pada penelitian ini CAR diperoleh dengan menggunakan window (time interval) yang mengacu pada penelitian Mayangsari (2002) yaitu 5 hari sebelum, 1 hari pengumuman annual report, dan 5 hari setelah pengumuman annual report perusahaan. Hal ini didasarkan dengan alasan bahwa periode window 11 hari merupakan window yang tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang, sehingga diharapkan investor telah bereaksi terhadap pengumuman laba tersebut. Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan Market adjusted models yang mengasumsikan bahwa pengukuran yang terbaik adalah return indeks pasar (Pincus, 1993 dalam Widiastuti, 2002) sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Dalam hal ini, return indeks pasar menggunakan return dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah rumus untuk menghitung abnormal return : CAR = ∑ ARit ARit : Rit - Rmt Rit : Pit - Pit-1 Pit-1 Rmt : IHSGt - IHSGt-1 IHSGt-1 Keterangan : ARit = Abnormal Return untuk perusahaan i pada hari ke- t Rit = Return harian perusahaan pada hari ke- t Rmt = Return indeks pasar pada hari ke- t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu ke- t Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1 IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada waktu ke- t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada waktu t-1 Sementara Unexpected Earning (UE) dihitung sebagai perubahan laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sekarang dikurangi dengan laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sebelumnya, dan diskalakan dengan harga saham per lembar saham pada akhir periode sebelumnya (Kothari & Zimmerman, 1995; Billings, 1999 dalam akuntansi yang direalisasikan terhadap laba akuntansi (Widiastuti, 2002), atau dapat digambarkan dengan rumus berikut: UE it = E it − E i ,t −1 E it −1 Dalam hal ini : UEit = Unexpected Earning perusahaan i pada periode t Eit = laba akuntansi perusahaan i pada periode t Eit −1 = laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1 Variabel Kontrol Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel kontrol yang pada penelitian sebelumnya diprediksi berpengaruh pada ERC, antara lain Profitabilitas, Price to Book Value (PBV), Leverage, Size Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam dalam memperoleh laba. Profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan rasio laba terhadap nilai buku entitas/ Return on Common Equity (ROE) yang dapat mencerminkan hasil penggunaan sumber daya perusahaan (Naimah dan Utama, 2006). Price to Book Value (PBV) atau pertumbuhan perusahaan menunjukan apakah kemampuan laba akuntansi perusahaan yang tidak atau dalam proses bertumbuh merupakan laba akuntansi yang dapat digunakan untuk menunjukan prospek perusahaan dimasa mendatang (Azis, 2003). Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Debt to Equity. Size atau ukuran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga. Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Konsekuensinya semakin informatif harga saham maka semakin kecil pula muatan informasi earnings sekarang. Size pada penelitian ini diperoleh dengan Log Natural dari Total Asset. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan emiten. Indonesian Capital Market Directory, database BEJ dan data pasar. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi dokumentasi terhadap laporan tahunan perusahaan, laporan keuangan dan data pasar serta sumber data lain yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. Data indeks pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Untuk memperoleh indeks ungkapan sukarela, peneiliti mengamati dan menilai setiap item pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Data profitabilitas, growth, leverage, dan size diperoleh dari laporan tahunan dan ICMD tahun 2010. Selanjutnya, data pasar berupa harga saham, return perusahaan, serta return pasar diperoleh dari situs Bursa Efek Jakarta (www.idx.co.id). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009. Dengan menggunakan populasi yang relatif baru diharapkan akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia (Januarti dan Apriyanti, 2005) Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposing sampling, dengan kriteria pemilihan perusahaan berdasar kriteria sebagai berikut : • Perusahaan manufaktur yang pada tahun 2009 telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). • Memiliki laporan tahunan dan laporan keuangan yang lengkap (annual report) tahun 2009. • Perusahaan go public yang mengungkapkan pertanggung jawaban sosial perusahaan (CSR) dalam laporan tahunannya periode 2009. HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Berdasarkan pengambilan sampel di atas bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : Unexpected Earning, CSR, Leverage, PBV, ROE, Size serta Cummulative Abnormal Return (CAR). Berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh output statistik deskriptif yang dapat dilihat pada tabel berikut : Descriptive Statistics CSRI LEVR PBV ROE SIZE ERC Valid N (listwise) N 39 39 39 39 39 39 Minimum .04 23.00 -.22 -54.00 6930000000.0 -4.29 Maximum .26 844.00 87.93 324.00 524570000000000 2.63 Mean .1085 166.5641 5.3892 22.7218 23465648357334 -.2746 Std. Deviation .04913 186.45061 15.00732 54.24707 89055584581293 1.10928 39 Berdasarkan statistik deskriptif di atas, rata-rata index CSRI dari ke 39 sampel perusahaan adalah 0,1085 jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio yang mengambil sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005, yaitu sebesar 0,201751, angka ini menunjukan nilai yang lebih rendah. hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan kurang memberi perhatian pada pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunannya. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai motivasi atau pertimbangan perusaaan dalam mengungkapkan informasi CSR Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Uji multikolineritas bertujuan untk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Multikoloneritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi bebas dari gangguan multikolinieritas apabila nilai VIF kurang dari 10 (Imam Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil VIF pada variabel penelitian ini yang bernilai < 10, maka data-data penelitian digolongkan tidak terdapat asumsi/gangguan multikolinearitas dalam model regresinya. Uji Heterokedastisitas Menurut Gujarati Damodar (2002: 184) untuk menganalisis asumsi salah satunya menggunakan metode grafik. Jika tidak ada informasi apriori atau empiris mengenai sifat heterokedastisitas, dalam praktek orang dapat melaukan analisis regresi atas asumsi bahwa tidak ada heterokedastisitas dan kemudian melakukan pengujian sesudahnya (post mortem) dari kuadrat residual yang ditaksir untuk melihat jika residual menunjukkan pola yang sistematik. Apabila tidak terjadi pola yang sistematis dalam grafik scatter plot pembentuk uji heterokedastisitas ini, maka tidak ada gangguang heterokedastisitas dalam pola tersebut. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y pred – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Berdasarkan pengamatan grafik scaterplot, nampak bahwa tidak ada pola yang jelas atas penyebaran titik-titik, dimana penyebarannya berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi asumsi (gangguan) heterokedastisitas. Cara lain untuk menguji heterokedastisitas adalah dengan menngunakan Uji Glejser Coefficientsa Model 1 (Constant) CSRI LEVR PBV ROE Ln.Size Unstandardized Coefficients B Std. Error .393 .634 .827 1.556 -.003 .001 -.041 .033 .006 .004 .010 .023 Standardized Coefficients Beta .074 -.348 -.184 .221 .059 t .619 .531 -1.512 -1.242 1.535 .417 Sig. .539 .598 .154 .220 .131 .679 a. Dependent Variable: Abs_Ut Dari output uji glejser diatas diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig.) pada semua variabel penelitian lebih besar dibandingkan 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi pada penelitian ini. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang, seperti dalam data cross sectional. (Gujarati, 2002: 201). Untuk mendiagnosis adanya autokolerasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson. Dari pengujian Durbin-Watson, didapatkan hasil Dw test (Durbin Watson test) sebesar 1,927. Dengan diketahuinya k = 5; dan n = 39, sehingga diperoleh angka du tabel sebesar 1,768; sedangkan angka 4-du = 2,232). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokolerasi, karena angka dw test (1,927) berada diantara du tabel (1,788) dan (4-du tabel=2,212), oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai sebagai peramalan penelitian. Uji Model Uji F Uji F digunakan untuk memprediksi pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama (simultan) terhadap ERC (Y). Berdasarkan hasil uji Annova (Uji F) diketahui angka F hitung sebesar 7,741 dan angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi α = 5% artinya terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara simultan atau bersamaan terhadap ERC (Y). Dari hasil pengujian anova (uji F) di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size berpengaruh terhadap ERC. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model pada variabel bebas yaitu CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama dalam menerangkan variasi variabel terikat (ERC). Dari tabel hasil uji regresi didapatkan angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,470. Hal ini berarti bahwa ada kontribusi sebesar 47,00% dalam memprediksi ERC model Wallace yang dijelaskan oleh CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama. Sedangkan sisanya (100% - 47,00% = 53,00%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti, Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk memprediksi ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variable bebas terhadap variabel terikatnya (Y). Dalam uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t (secara parsial/individual) dan uji F (secara simultan/bersama-sama). Uji hipotesis t atau uji secara individual (parsial) antara variabel bebas variabel bebas : CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size terhadap ERC (Y). Coefficientsa Model 1 (Constant) CSRI LEVR PBV ROE Ln.Size Unstandardized Coefficients B Std. Error -6.292 1.165 -6.126 2.783 .000 .001 .006 .011 -.002 .003 .237 .042 Standardized Coefficients Beta -.271 .068 .084 -.097 .736 t -5.399 -2.201 .431 .544 -.771 5.658 Sig. .000 .035 .669 .590 .446 .000 a. Dependent Variable: ERC Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar -2,201 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,035 artinya ada pengaruh yang signifikan dan negatif antara CSR terhadap ERC secara parsial. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ERC, ditolak. Adanya pengaruh yang signifikan dan negatif ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi CSR Disclosure maka akan semakin rendah nilai ERC. Sebaliknya, semakin rendah CSR Disclosure maka akan semakin tinggi ERC. Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar 0,431 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,669 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Leverage terhadap ERC secara parsial, Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar 0,544 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,590 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara PBV terhadap ERC secara parsial, Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar -0,771 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,446 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap ERC secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya Leverage, PBV, dan ROE tidak berdampak tajam pada nilai ERC di perusahaan. Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar 5,658 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000 artinya ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Ukuran Perusahaan (Size) terhadap ERC secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan dan positif ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan maka berdampak tajam pada peningkatan ERC. Sebaliknya, semakin rendah ukuran perusahaan maka berdampak tajam pada penurunan ERC. INTERPRETASI HASIL PENELITIAN Pemikiran yang melandasi diterapkannya CSR dalam laporan tahunan perusahaan adalah kurangnya kepekaan perusahaan terhadap dampak negatif yang dialami lingkungan dan masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan sumber daya manusia dan lingkungan untuk kepentingan peningkatan kinerja perusahaan. Hasil penelitian empiris tentang pengaruh CSR disclosure terhadap ERC yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengindikasikan adanya apresiasi pasar pada informasi CSR terhadap ERC masih jarang dilakukan dan belum menunjukan hasil yang konsisten. Bukan itu saja, banyak ditemukan pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba perusahaan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. Dengan demikian hipotesis (Ha) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ERC, ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007). Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba perusahaan. Temuan lainnya yaitu Utamingtyas (2010) memperoleh bahwa CSR tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap ERC. Temuan ini juga tidak sama dengan temuan Setiawan dan Darmawan (2011), Muwarningsari (2008) serta Widiastuti (2004) dengan hasil temuan yaitu CSR berpengaruh positif terhadap ERC. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diajukan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu menyadarkan pimpinan perusahaan manufaktur akan pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR), karena dengan semakin banyaknya tindakan perusahaan melakukan CSR dapat memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi yang mereka butuhkan, sehingga pihak investor tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan. 2. Bagi para investor hanya memperhatikan faktor profitabilitas dan PBV dalam memprediksi CSR. Dengan pengungkapan banyaknya CSR yang dilakukan perusahaan, maka para investor dapat mengetahui bagaimana prospek keuntungan masa depan dan perkembangan perusahaan, untuk mengetahui jaminan investasinya dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja atau kondisi keuangan jangka pendek dari perusahaan manufaktur tersebut. 3. Bidang akademis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan, dalam lingkup pendidikan formal yaitu untuk bidang akademis karena dapat memperluas wawasan tentang pentingnya kelengkapan dan luas pengungkapan laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. Keterbatasan dan Saran Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain : CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size. Sedangkan variabel terikatnya adalah ERC. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat hanya mampu menjelaskan sebesar 47,0%, sehingga perlu menambah variabel bebas lain. Saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya antara lain : 1. Periode penelitian hendaknya lebih diperluas lagi tidak hanya meneliti selama 1 tahun agar hasil penelitian dapat digeneralisasi. 2. Untuk penelitian mendatang perlu memperhatikan sektor lainnya, selain perusahaan manufaktur, misalnya sektor jasa perbankan, asuransi, jasa hotel, transportasi dan sektor lainnya. 3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan hipotesis yang positif. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi CSR dalam penelitian ini dibatasi pada variabel bebas antara lain : CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan variabel bebas lain yang berpotensi berpengaruh terhadap CSR, misalnya rasio aktivitas (total asset turnover, inventory turnover), rasio pertumbuhan (price earning ratio), rasio investasi (Investment Opportinity Set) dan rasio keuangan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “ Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. 23-26 Agustus. Brigham, Eugene F, dan Joel F Houston. 2001. Foundamental of Financial Managemen. Harcourt College Publisher. Florida Chariri, Anis. 2008. ”Kritik sosial atas pemakaian teori dalam penelitian pengungkapan sosial dan lingkungan”. Jurnal Maksi vol. 8 no.2 Agustus 2008. p: 151-169. Dahli, Lely dan Veronika Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan”. SNA XI Pontianak. Darwin, Ali, 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia, Konvensi Nasional Akuntansi V Yogyakarta. Ghozali, I dan A. Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan penerbit Undip.Semarang. Ghozali, Imam. 2009. SPSS. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Undip. Semarang. Gray, Rob, Reza Kouhy, and Simon Lavers. 1995. “Corporate Social and Environmental Reporting: A Review of The Literature A Longitudinal study of UK Disclosure. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol.8, No. 2, pp. 47-77. Hadi, Nor dan Arifin Sabeni. 2002. “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di BEJ”. Jurnal Maksi, Vol 1 Agustus 2002 Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke (2005), “The Impact of Culture ang Governance on Corporate Social Responsibility”, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp. 391-430. Healy, Paul M., and Khrisna G. Palepu (2001),“Information asymmetry, corproate disclosure, and the capital markets: A review of the empirical disclosure literature”, Journal of Accounting and Economics, 31, pp. 405-440. Hendrikson, Eldon S, 1994, Teori Akuntansi. Erlangga, Jakarta. Hidayati, Naila Nuur dan Murni, Sri, 2009. Pengaruh Pengungkapan Coprorate Social Responsibility terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 11 April. Hossain, Monirul Alam,Md. Kazi Saidul Islam, dan Jone Andrew. 2006. “Corporate Social and Environmental Disclosure in Developing Countries : Evidence from Bangladesh“. Faculty of Commerce, University of Wollongong. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009. Jakarta: Salemba Empat. Jaswadi. 2003. “Dampak Earning Reportings Lags Terhadap Koefisien Respon Laba”, Simposium Nasional Akuntansi VI Jogiyanto, H. M. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Kementrian BUMN, 2007, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan dan program bina lingkungan, Jakarta. Kieso, Donald et al. 2002. “ Akuntansi Intermediate Jilid 10” Jakarta : Erlangga. Lang, Mark, and Lundholm Russell. 1993. “Cross-Sectional Determinants of Analysis Rattingsof Corporate Disclosures”. Journal of Accounting Research.Vol.31, No.2 (Autumn), pp.246-271. Lev, Baruch. 1989. “On the Usefulness of Earnings and Earnings Research : Lessons and Directions from Two Decades of Empirical Research”. Journal of Accounting Research.Vol.27, pp.153-192. Maharani, Chandradewi. 2009. “Analisis Luas Pengungkapan CSR dan Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Skripsi yang tidak dipublikasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. Mayangsari, Sekar. 2002. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)V. Semarang Meutia, 2008. Salah Pemahaman Mengenai CSR” http://mymeutia.blogspot.com Diakses Tanggal 6 Juli 2011 Mital, R.K. Neena Sinha and Archana Singh. “An analysis of linkage between economic value added and corporate social responsibility.” USMS, GGSIP University, Delhi, India. Muwarningsari, Etty. 2008. “Pengaruh Simultan : Beberapa faktor yang mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC)”, SNA XI. Naimah, Zahroh, dan Siddarta Utama. 2006. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” . Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. Nurlela, Rika dan Islahudin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi XI Sartono, Agus, 1994, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta. Sayekti, Yosefa dan Lodovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earnig Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ ). SNA X, Makasar. Scott, William R, 2006, Financial Accounting Theory, 4th edition, Prentice Hall Canada Inc, Scarborough, Ontario. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi VI Setiawan, Maman dan Darmawan, 2011. The Relationship betweeen Corporate Social Responsibility and Firm Financial Performance : Evidence from the Firms Listed in LQ45 of the Indonesian Stock Exchange Market. European Journal of Social Sciences Vol. 23 No. 2. Susilawati, 2010. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan Sebagai variabel Moderating”, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah Surakarta. Undang-Undang RI, 2007, Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta Utamingtyas, Tri Hesti, 2010. The Relationship betweeen Corporate Social Responsibility and Earning Response Coefficient : Evidence from Indonesian Stock Exchange. Proceeding Oxford Business and Economics Program. Utomo, Muhammad Musli, 2000. “ Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (studi banding antara perusahaan- perusahaan High profile dan Low Profile)”. SNA III, 2003 Weston, Fred J dan Eugene F Brigham, 1986, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Weston, Fred J dan Thomas E. Copeland, 1994, Manajemen Keuangan. Erlangga, Jakarta. Widiastuti, Haryanti. 2002. “Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC)”. Simposium Nasional Akuntansi V. www. jsx.co.id INDEKS PENGUNGKAPAN CSR BERDASARKAN GRI INDICATORS No. Kode Sifat INDIKATOR ECONOMIC PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Economic Performance 1 EC1 Core Nilai ekonomi secara langsung umum dan terdistribusi, termasuk pendapatan, biaya opearasional, kompensasi pekerja, donasi dan ivestasi sosial lainnya, laba ditahan dan pembayaran terhadap providers (hutang) dan pemerintah (pajak) 2 EC2 Core Implikasi finansial dan resiko lainnya dan kesempatan kegiatan organisasi yang berkaitan dengan perubahan iklim 3 4 EC3 EC4 Core Core 5 6 EC5 EC6 Add Core 7 EC7 Core pemenuhan dari organisasi melalui rencana keuntungan obligasi bantuan keuangan signifikan yang diterima dari pemerintah Aspect: Market Presence/Keberadaan Pasar rentang rasio dari upah dibandingkan UMR didasarkan pada lokasi usaha Kebijakan, prktik dan proporsi pengeluaran supplier didasarkan pada lokasi usaha Prosedur untuk penyewaan dan proporsi dari managemen senior dari komunitas lokal berdasar lokasi usaha Aspect: Indirect Economic Im pacts 8 EC8 Core 9 EC9 Add 10 EN1 Core 11 EN2 Core 12 13 14 EN3 EN4 EN5 Core Core Add 15 EN6 Add 16 EN7 Add 17 18 19 EN8 EN9 EN10 Core Add Add 20 EN11 Core 21 EN12 Core 22 EN13 Add 23 EN14 Add 24 EN15 Add 25 26 EN16 EN17 Core Core 27 EN18 Add 28 29 30 31 32 EN19 EN20 EN21 EN22 EN23 Core Core Core Core Core Perkembangan dan impek dari investasi infrastruktur dan ketersediaan pelayanan untuk masyarakat melalui commercial, inkind atau pro bono management Pemahaman dan penjelasan impek ekonomi secara tidak langsung termasuk efek luaran ENVIRONMENTAL PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Materials Material digunakan berdasar berat atau volume Prosentase dari material yang digunakan yang berasal dari bahan baku daur ulang Aspect: Energy konsumsi energi langsung dari sumber energi utama konsumsi energi tidak langsung dari sumber energi utama energi yang tersimpan mempertimbangkan sonservasi dan peningkatan efesiensi Inisiatif untuk menyediakan efisien energi atau energi yang dapat diperbarui berdasar produk dan jasa dan pengurangan dalam persyaratan energi sebagai hasil dari insiatif tersebut inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pencapaian pengurangan tersebut Aspect: Water Pemakaian total air dari sumber sumber air secara signifikan terpengaruhi oleh pemakaian air Prosentase dan total volume air daur ulang dan reused Aspect: Biodiversity lokasi dan ukuran dari tanah yang dimiliki, manage atau area yang dilindungi dan area dengan nilai kenekaragaman bio yang tinggi diluar area yang dilindungi Penjelasan dari impek signifkan dari kegiatan, produk dan jasa tentang kenekaragaman bio dalam area yang dilindungi dan area denga keanekaragaman bio yang tinggi diluar area yang dilindungi Habitat yang dilindungi atau di kembalikan strategi, aksi sekarang dan rencana mendatang untuk mengelola impek yang berkaitan dengan keanekaragam bio Jumlah dari IUCN Daftar spesies langka dan daftar spesies conservasi dengan habitat dalam area ang dipengaruhi oleh operasi berdasar pada level dan resiko kepunahan Aspect: Emissions, Effluents, and Waste/Emisi, limbah dan pengaliran limbah jumlah gas rumah kaca langsung maupun tidak langsung berdasarkan volume gas rumah kaca tidak langsung yang lain berdasarkan berat atau volume inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaian pengurangan tersebut Emisi penipisan ozone berdasarkan berat atau volume NO, SO dan emsisi udara lainnya yang signifikan berdasarkan tipe dan berat jumlah limbah kotor berdasarkan kualitas dan destinasi jumlahberat limbah berdasarkan tipe dan metode pembuangan jumlah nomor dan volume dari tumpahan yang signifikan 33 EN24 Add 34 EN25 Add 35 EN26 Core 36 EN27 Core berat limbah yang berbahaya yang melingkupi limbah yang dipindahkan, import, export dibawah kategoi basel convention annex 1, 2, 3 dan 4 dan prosentase dari limbah yang dippindahkan secara international identitas, ukuran, status perlindingan dan nilai keragaman bio dari air dan habitat yang relevan secara signifikan dipengaruhi berdasarkan oleh laporan pembuangan limbah Aspect: Products and Services inisiatif untuk mengurangi impek dari lingkungan baik produk maupun jasa dan efek luar lainnya prosentase dari produk yang terjual dan materi pengepak berdasarkan kategori Aspect : Compliance 37 EN28 Core 38 EN29 Add 39 EN30 Add 40 LA1 Core 41 LA2 Core 42 LA3 Add 43 LA4 Core 44 LA5 Core 45 LA6 Add 46 LA7 Core 47 LA8 Core LA9 Add nilai moneter dan total sanksi jumlah non moneter untuk ketidakpatuhan berdasarkan aturan dan hukum lingkungan Aspect : Transport impek lingkungan signifikan dari pendistribusian produk dan barang lainnya dan materi yang digunakan untuk kegiatan organisasi dan transportasi karyawan ke tempat kerja Aspect : Overall Jumlah pengeluaran perlindungan lingkungan dan investasi berdasarkan tipe LABOR PRACTICES AND DECENT WORK PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Employment total lapangan pekerjaan berdasarkan tipe pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah total jumlah dan level dari karywan berdasar pada umur, gender dan wilayah keuntungan yang tersedia untuk karyawan penuh waktu dan yang tidak tersedia untuk karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan operasi besar Aspect: Labor/Management Relations prosentase dari karyawan berdasarkan persetujuan negosiasi periode catatan minimum berdasarkan perubahan operatioanal termasuk yang dispesifikasikan dalam persetujuan kolektif Aspect: Occupational Health and Safety prosentase dari total pekerjaan yang ditampilakan dalam managemen gabungan formal- kesehatan pekerjan dan badan keamanan untuk mengawasi dan menasehati program keamanan dan kesehatan pekerjaan angka cidera, penyakit, cuti dan absen dan jumlah dari keselahan pekera berdasarkan wilayah pendidikan, training, konsultasi, pencegahan dan program pengwasan resiko untuk membantu karywan, keluarga mereka dan anggota masyarakat yang berkatian dengan penyakit serius topikkesehatan dan keamanan yang terdapat pada perjanjian formal dengan perkumpulan dagang Aspect: Training and Education Rata-rata angka dari training per tahun per karyawan berdasarkan kategori karyawan program managemen ketrampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung dari kemampuan kerja dan membantu mereka dalam memanaj karir Prosentasedari karyawan yang menerima kinerja regular dan review pengembangan karir Aspect: Diversity and Equal Opportunity 48 LA10 Core 49 LA11 Add 50 LA12 Add 51 LA13 Core komposisi dari badan kepemerintahan dan karywan per kategori berdasar pada gender, umur, anggota group minoritas dan indikator dari keberagaman lainnya 52 LA14 Core rasio dari gaji antara karywan pria dan wanita berdasarkan kateogri karyawan HUMAN RIGHTS PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Investment and Procurement Practices 53 HR1 Core 54 HR2 Core 55 HR3 Add 56 HR4 Core 57 HR5 58 HR6 Core 59 HR7 Core prosentase dan jumlah perjanjian investasi termasuk pasal HAM atau yang berkaitan dengan hal tersebut prosentase dari supplier dan kontraktor yang telah lolos dari isu HAM dan aksinya Jumlah jam kerja yang ditraining berdasar kebijakan dan prosedur menimbang aspek HAM yang berkaitan dengan operasi termasuk prosentase karyawan yang ditraiining Aspect: Non-discrimination jumlah insiden diskriminasi dan aksi yang diambil Aspect: Freedom of Ass ociation and Collective Bargaining identifikasi operasi yang merupakan hal untuk melatih kebebasan dari asosiasi dan collective bargaining dalam resiko signifikan dan aksi yang diambil untuk mendukung hak tersebut Aspect: Child Labor identifaksi operasi dalam resiko yang signifikan tentang tenaga kerja anak dibawah umur dan mengukur aksi yang dapat menghilangkan tenaga kerja dibawah umur Aspect: Forced and Compulsory Labor identifikasi operasi dalam resiko signifikan sekaligus mengukur untuk mengeliminasi tenaga kerja tetap Aspect: Security Practices 60 HR8 Add HR9 Add prosentase dari personal keamanan yang dilatih untuk kebijakan dan prosedur organisasi dalam hal HAM yang berkaitan dengan opearasi Aspect: Indigenous Rights/Hak Pribumi 61 Jumlah insiden terhadap pelanggaran pribumi dan aksi yang diambil SOCIETY PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Community Alam, sekup dan kefektifan dari program dan praktik yang mengukur dan manaj impek dari kegiatan dalam komunitas, termasuk in, proses dan out 62 SO1 Core 63 SO2 Core prosentase dan jumlah unit bisnis yang dianalisis berkaitan dengan korupsi 64 SO3 Core Prosentase dari karywan yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur anti-korupsi 65 SO4 Core Aksi yang diambil dalam merespon kasus korupsi Aspect: Corruption 66 SO5 Core 67 SO6 Add 68 SO7 Add 69 SO8 Core Aspect : Public Policy Posisi kebijakan publik dan paritisipasi pada pengembangan kebijakan publik dan lobbying Total nilai keuangan dan kontribusi pada partai politik, politikus dan institusi yang berkaitan dengan negara Aspect: Anti-Competitive Behavior Jumlah aksi hukum untuk perilaku anti kompetitif, anti-trust dan praktik monopoli dan hasil mereka Aspect: Compliance nilai moneter dan sanksi non moneter untuk kepatuhan terhadap hukum dan regulasi PRODUCT RESPONSIBILITY PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Customer Health and Safety Tahapan siklus hidup hal kesehatan dan keamanan produk dan jasa yang diukur berdasar peningkatan dan prosentase dari produk dan jasa yang signifikan seperti prosedur Jumlah insiden dari ketidakpatuhan terhdap regulasi dan aturan informal tentang kesehatan dan keamanan produk dan jasa selama siklus hidup, berdasar tipe outcome Aspect : Product and Service Labeli ng 70 PR1 Core 71 PR2 Add 72 PR3 Core Tipe dari informasi produk dan jasa dihasilkan oleh prosedur dan prosentase tentang produk dan jasa seperti persyaratan informasi 73 PR4 Add jumlah insiden ketidakpatuhan dengan regulasi dan aturan informal berdasar informasi dan label produk dan jasa, berdasar tipe outcomes 74 PR5 Add Praktik yang berkaitan dengan kepuasan konsumen termasuk hasil survey yang mngukur kepuasan konsumen Aspect : Marketing Communications 75 PR6 Core 76 PR7 Add 77 PR8 Add 78 PR9 Core program untuk ketaatan terhadap hukum, standard dan aturan informal berkaitan dengan komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan sponsor total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi dan aturan informal berdasar komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan sponsor berdasar tipe keluaran Aspect : Customer Privacy jumlah dari komplain pelanggan tentang privacy konsumen dan kehilangan data konsumen Aspect: Compliance nilai moneter untuk ketidakpatuhan berdasar hukum regulasi concerning provisi dan penggunaan produk dan jasa