Pengaruh Kualitas Cahaya terhadap Kecepatan Fotosintesis LAPORAN PRAKTIKUM Oleh : Kelompok 3 1. Caesaria Artha V. (131510501222) 2. Zumrotul F. (131510501215) 3. A’idatun Nisa F. (131510501206) 4. Nurul Afifah (131510501233) 5. Catur Noviani (131510501239) 6. Muhammad Jahwari (131510501241) 7. Moh. Ali Wafa (131510501230) 8. Andik Kurniawan (131510501225) 9. Tri Andika Nuryanto (131510501212) 10. Syukron Ma’mun (131510501201) 11. Andy Prasetyo (131510501245) 12. Bintang Kharisma (131510501250) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis merupakan salah satu proses kimia pada tubuh tumbuhan yang dibantu oleh cahaya matahari. Fotosintesis berfungsi sebagai proses pembuatan makanan untuk melakukan kegiatan metabolisme didalam tubuh tumbuhan yang menghasilkan karbohidrat. Laju fotosintesis akan meningkat pada waktu siang hari. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang digunakan dalam fotosintesis tinggi. Cahaya matahari merupakan faktor utama yang menentukan fotosintesis. Tanpa sinar matahari proses fotosintesis akan terhambat sebab cahaya yang dibutuhkan oleh fotosintesis tidak tersedia. Tidak semua cahaya matahari diserap tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Cahaya matahari akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang berbeda saat mencapai permukaan bumi. Hal ini disebabkan adanya atmosfer yang melapisi bumi. Umumnya cahaya matahari yang sampai ke bumi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya yang panjang gelombangnya berkisar antara 380760 nm, cahaya tampak juga disebut dengan gelombang panjang yang tidak memiliki efek kimia yang buruk namun memiliki panas. Cahaya tidak tampak merupakan cahaya dengan panjang gelombang pendek yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu ultra violet dan inframerah. Gelombang pendek ini memiliki efek kimia yang berbahaya bagi mahkluk hidup tetapi tidak memiliki efek panas. Fotosintesis hanya membutuhkan cahaya tampak yaitu pigmen fotosintesis akan menyerap cahaya pada panjang gelombang 380-760 nm. Cahaya tampak ini akan diserap oleh berbagai pigmen yang terdapat di dalam tilakoid (kloroplas). Klorofil a merupakan klorofil utama yang akan menyerap cahaya tampak ini. Cahaya biru dan merah merupakan cahaya yang banyak digunakan dalam proses fotosintesis. Cahaya yang lain seperti kuning, jingga dan yang lain akan terserap oleh pigmen lain seperti golongan karotenoid yaitu karoten dan xantofil. Cahaya matahari yang terserap akan diproses saat proses fotosintesis melalui beberapa tahapan. Proses tahapan tersebut meliputi reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang adalah reaksi pada fotosintesis yang juga disebut reaksi hiil. Reaksi terang merupakan reaksi yang sangat membutuhkan cahaya matahari. Hal ini disebabkan pada reaksi terang terjadi pengikatan CO2 dari udara. Selain reaksi terang juga terdapat reaksi gelap yang sering disebut reaksi blackman. Reaksi gelap merupakan reaksi yang tidak membutuhkan cahaya. Namun, reaksi ini sangat bergantung pada reaksi terang yang sangat membutuhkan cahaya. Berdasarkan latar belakang diatas praktikan ingin membahas tentang pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman dengan indikator produksi oksigen tiap satuan waktu. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Fotosintesis merupakan proses metabolisme yang membutuhkan energy matahari dan CO2. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan yang digunakan dalam proses fotosintesis. Intensitas cahaya tinggi atau rendah ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar dan satuan intensitas cahaya adalah lux (Nurhayati et al., 2013). Menurut Ferry et al. (2009), intersitas cahaya 100% pada tanaman temulawak dapat menghasilkan kadar pati yang tinggi. solarimeter merupakan salah satu alat yang dapat mengukur intensitas cahaya. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi tinggi tanaman semakin tinggi intensitas cahaya saat fotosintesis maka laju fotosintesis akan cepat dan hasilnya mempengaruhi tinggi tanaman. Tanaman temulawak yang mendapat intensitas cahaya 100% lebih tinggi dibandingkan yang mendapat intensitas cahaya 55%. Selain itu intensitas cahaya juga dapat merangsang pertumbuhan tunas, pada intensitas cahaya rendah pertumbuhan tunas akan terhambat. Tingkat penghisapan tanaman terhadap air akan meningkat seiring dengan tingginya intensitas cahaya (Heddy dalam Ferry et al., 2009). Cahaya matahari merupakan energi yang membantu dalam proses fotosintesis. Spektrum tampak yang diserap oleh pigmen fotosintesis merupakan bagian dari cahaya matahari. Cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang biru, ungu, jingga dan merah terserap kuat oleh pigmen fotosintesis. Panjang gelombang hijau dan kuning kehijauan yang berkisar (500-600)nm daya serap pigmen fotosintesis sangat lemah. Reorganisasi fotosistem terhadap kualitas dan intensitas cahaya merupakan peran dari klorofil a sebagai salah satu pigmen yang terdapat didalam kloroplas (tilakoid). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang salah satunya adalah intensitas cahaya. Tingginya intensitas cahaya akan mengefektifkan pertumbuhan (Pertamawati, 2010). Menurut Fatchurrozak et al. (2013), intensitas cahaya akan menurun seiring dengan naiknya ketinggian suatu daerah. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Antioksidan tumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas cahaya, lama penyinaran dan kualitas cahaya merupakan faktor yang menentukan iklim cahaya pada suatu tempat (Polunin dalam Fatchurrozak et al., 2013). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah intensitas cahaya, suhu dan nutrisi. Cahaya yang digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis akan diserap oleh klorofil a dan klorofil b. Biosintesis karotenoida tergantung pada intensitas cahaya dan ketersediaan oksigen (Shen et al., 2009). Menurut Samuoliene et al. (2010), kualitas cahaya merupakan salah satu faktor yang memnentukan laju fotosintesis, morfologi genesis dan pertumbuhan kecambah. Proses fotosintesis dibantu cahaya matahari yang akan mempengaruhi hasil produksi tanaman. Tanaman menyerap cahaya tampak merah dan biru untuk mengoplimalkan pertumbuhan. Hal ini dilakukan sebab cahaya merah dan biru merupakan pada panjang gelombang tersebut memiliki manfaat untuk metabolisme tumbuhan. Cahaya tampak biru berperan dalam biosintesis klorofil, pembukaan stomata, sintesis enzim. Fotosintesis sebagai proses yang menghasilkan makanan untuk tumbuh dan kembang tanaman dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya biru banyak digunakan dalam fotosintesis. Tingginya intensitas cahaya yang diteri oleh tujmbuhan akan meningkatkan laju fotosintesis. Sebaliknya, rendahnya intensitas cahaya yang didapatkan oleh tumbuhan maka akan memperlambat laju fotosintesis. Hal ini menyebabkan lamanya proses distribusi energi keseluruh tubuh untuk melakukan berbagai proses metabolisme (Marchetti et al., 2013). Menurut Yang et al. (2012), cahaya meruapakn faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan membutuhkan tingkat intensitas cahaya yang berbeda. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menghasilkan sedikit energi, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas kimia seperti pada keadaan normal. Namun, pada intensitas cahaya yang terlalu tinggi juga berakibat buruk pada proses metabolism tanaman yaitu akan menghambat proses fotosintesis (fotosistem II atau fotosistem I) yang sering disebut dengan photoinhibition. Kondisi atmosfer menentukan radiasi aktif untuk fotosintesis (PAR) yang diterima oleh daun. Intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman C3 dan C4 untuk melakukan fotosintesis berbeda. Intensitas cahaya ini akan mempengaruhi CO2 sebagai bahan fotosintesis. Intensitas cahaya mempengaruhi CO2 dalam proses fiksasi CO2. Antara tumbuhan ternaung dan tumbuhan tidak ternaung memiliki kebutuhan intensitas cahaya yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah pada intensitas cahaya tinggi akan menurunkan laju fotosintesis. Hal ini kebalikan dari tumbuhan yang tidak ternaung. Pertumbuhan tanaman ternaung akan tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah dan sebaliknya untuk tumbuhan terbuka. Tumbuhan ternaung mimiliki titik kompensasi rendah dibandingkan tanaman terbuka (Lakitan, 2013). Menurut Salisbury dan Ross (1992), cahaya memiliki dua fungsi utama dalam proses fotosintesis, yaitu sebagai pengangkut electron H2O sebagai pereduksi NADP+ menjadi NADPH. Fungsi keduanya adalah pembentukan ATP dari ADP dan Pi energinya disediakan oleh cahaya. Cahaya yang diserap dalam fotosintesis adalah cahaya yang terserap oleh berbagai pigmen didalam kloroplas dan pigmen-pigmen tersebut tereksitasi. Hasil eksitasi inilah yang digunakan sebagai fotosintesis. BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Pengaruh Kualitas Cahaya terhadap Kecepatan Fotosintesis ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 30 September 2014 pukul 15.15 – 17.00 WIB di Laboraturium Fisiologi Tumbuhan Universitas Jember. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan 1. Tanaman Hydrilla sp. 2. Aquadest 3.2.2 Alat 1.1 set apparatus fotosintesis 2. Stopwatch 3. Hand counter 4. Erlenmeyer 5. Lampu dengan filter 3 warna - Filter merah meneruskan 32,6% cahaya merah - Filter merah meneruskan 42,8% cahaya kuning - Filter merah meneruskan 36,8% cahaya biru 6. Pinset 7. Gunting 8. Pisau Cutter 3.3 Cara Kerja 1. Menyiapkan dan memotong bahan Hydrilla sp. sekitar 100 g. 2. Memasukkan ke dalam dasar bejana fotosintesa dan tahan dengan gelas penahan tanaman. 3. Memasang corong pengumpul dalam posisi kran udara terbuka. 4. Mengisi air aquadest sampai tinggi air di dalam pipa ukur sama dengan tinggi permukaan air dalam bejana fotosintesis, kemudian menutup kran udara. 5. Menaikkan corong pengumpul oksigen ke atas dengan menarik pipa ukur ke atas lalu menggantungkan pada pada penggantung hingga panjang kolom udara dapat terlihat. 6. Menghidupkan lampu dengan warna-warna yang berbeda, interval yang digunakan untuki setiap satu jenis warna adalah 15 menit. 7. Mengamati volume oksigen yang dihasilkan oleh tanaman dengan adanya perubahan kolom udara. 8. Membandingkan dan menganalisa pengaruh dari warna cahaya terhadap volume oksigen yang dihasilkan. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Perlakuan Jumlah Gelembung 2 Menit Pertama 2 Menit Kedua 2 2 188 248 3. Biru 2 0 4. Hijau 0 0 256 253 1. Polikromatik 2. Merah 5. Kuning 4.2 Pembahasan Cahaya merupakan radiasi matahari yang sampai dibumi setelah melewati beberapa susunan atmosfer sehingga dapat mencapai bumi. cahaya merupakan faktor utama yang menentukan fotosintesis cahaya matahari berfungsi sebagai energy yang membantu proses fotosintesis. Menurut Salisbury dan Ross (1992), dalam fotosintesis cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai pengangkut elektron dari H2O sebagai pereduksi NADP+ menjadi NADPH dan sebagai energy yang digunakan untuk pembentukan ATP dari ADP dan Pi. Namun, cahaya yang sampai ke bumi dan diterima oleh daun tidak semuanya digunakan untuk fotosintesis. Daun memiliki pigmen yang berfungsi untuk menyerap cahaya fotosintesis. Pigmen-pigmen tersebut adalah klorofil a, klorofil b, golongan karotenoida yaitu karoten dan xantofil, serta anthosianin. Masing-masing pigmen ini menyerap panjang gelombang yang berbeda saat fotosintesis. Cahaya yang diserap dan digunakan oleh fotosintesis adalah cahaya tampak dengan panjang gelombang yang berkisar 380 – 760 nm (Lakitan, 2013). Panjang gelombang dengan kisaran 380-760 nm tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Cahaya-cahaya inilah yang akan diserap dan berguna untuk fotosintesis. Kualitas dari cahaya tersebut akan mempengaruhi laju fotosintesis. Pengaruhnya dapat dilihat dari hasil praktikum fisiologi tumbuhan mengenai pengaruh kualitas cahaya pada kecepatan fotosintesis yang menyatakan terdapat lima cahaya yang berbeda dan mempengaruhi kecepatan berbeda pada laju fotosintesis, yaitu cahaya polikromatik, merah, biru, hijau dan kuning. Cahaya tersebut merupakan cahaya yang diserap oleh fotosintesis dan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laju fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literature sebelumnya bahwa, panjang gelombang dengan kisaran 380-760 nm tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Cahaya-cahaya ini lah yang akan diserap dan berguna untuk fotosintesis (Lakitan, 2013). Dapat dilihat dari hasil praktikum antara cahaya yang satu dengan yang lain memiliki pengaruh yang perbedaan pada laju fotosintesis. Dimana cahaya kuninglah yang mempengaruhi laju fotosinesis tercepat dan disusul oleh cahaya merah. Apabila diurutkan mulai dari cahaya yang memiliki pengaruh terbesar sampai terkecil maka diperoleh data sebagai berikut kuning – merah – polikromatik – biru dan hijau. Setelah cahaya terserap maka mekanisme yang terjadi sampai cahaya yang diserap menjadi energi adalah sifat gelombang dan sifat partikel merupakan dua sifat yang dimiliki oleh cahaya, sehingga cahaya berbentuk foton (sifat partikel) adalah bentuk cahaya yang diterima oleh daun. Foton – foton tersebut akan terserap oleh pigmen daun dan setiap 1 elektron tereksitasi. Pigmen pada daun merupakan molekul, dimana, setiap molekul akan tereksitasi. Eksitasi molekul pigmen inilah sebagai energi yang digunakan dalam fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992). Penyerapan cahaya matahari oleh pigmen-pigmen fotosintesis sangat kuat menyerap cahaya merah,biru, ungu, nila, jingga sedangkan cahaya kuning dan ungu hanya terserap sedikit oleh pigmen fotosintesis. Cahaya merah mempengaruhi laju fotosintesis cepat namun cahaya kuning lebih cepat. Pengaruh cahaya merah ini disebabkan cahaya merah banyak diserap oleh pigmen fotosintesis. Penyerapan cahaya oleh pigmen ini sering disebut dengan spektrum serap. Namun, pada table pengamatan hasil praktikum cahaya kuninglah yang memiliki pengaruh tercepat terhadap laju forosintesis. Hal ini disebabkan spectrum kerja. Spektrum kerja adalah spektrum yang digunakan untuk melihat pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis. Cahaya kuning sebagai cahaya yang sedikit terserap oleh pigmen fotosintesis memiliki pengaruh terbesar pada fotosintesis. Pengaruh ini disebabkan oleh spektrum kerja dari cahaya kuning. Sedikitnya cahaya kuning yang terserap oleh pigmen fotosintesis akan menyebabkan panjang gelombang kuning yang tidak terserap terpantul berulang kali dari kloroplas ke kloroplas jaringan kompleks sel yang terjadi fotosintesis sehingga kualitas cahaya kuning mempercepat laju fotosintesis, sedangkan cahaya hijau pantulannya sangat rendah sehingga tidak nyata dalam mempengaruhi laju fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992). Maka dengan begitu hasil praktikum pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis sesuai dengan literatur. Sebagai proses pembuatan zat-zat makanan berupa karbohidrat dengan bantuan cahaya matahari fotosintesis melalui beberapa tahapan. Fotosintesis merupakan proses penyusunan senyawa organik yang berasal dari CO2 dan H2O. Menurut Salisbury dan Ross (1992), fotosintesis merupakan proses reaksi oksidasi-reduksi , yaitu oksidasi H2O (pemindahan elektron disertai pelepasan O2 sebagai hasil samping) dan reduksi CO2 untuk membentuk senyawa organik yaitu karbohidrat. Proses fotosintesis berlangsung pada kloroplas, hal ini disebabkan fotosintesis hanya akan berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintesis. reaksinya fotosintesis sebagai berikut : Cahaya matahari 6CO2 + 12H2O C6H12O6 + 6O2 + 6H2O Reaksi diatas merupakan total dari reaksi fotosintesis. Sebelum mendapatkan hasil akhir tersebut fotosintesis melalui tahapan-tahaoan sebagai berikut : 1) Reaksi terang, reaksi ini sangat membutuhkan cahaya. Hal ini disebabkan pada reaksi terang cahaya digunakan untuk memecah air dalam proses fotolisis. Pecahan akibat fotolisis akan menyebabkan air menjadi dua molekul yaitu hidrogen dan oksigen. Selain itu pada proses reaksi terang ini merupakan tahap fotokimia dimana ATP dan NADP dihasilkan sebagai hasil reduksi. Berikut reaksi dari fotolisis : 2H2O 2H2 + O2 Koenzim NADP (akseptor) akan menampung H2 yang terlepas sehingga akan membentuk NADPH2 sedangkan O2 dalam keadaan bebas, sehingga reaksi reduksi dari reaksi terang : 2H2O + 2NADP 2NADPH + O2 + 2ATP 2) Reaksi gelap, pada tahap reaksi gelap ini H2 akan menyusutkan CO2 yang terbawa NADP. Reduksi CO2 menjadi CH2O ini tidak membutuhkan cahaya matahari, tahapan ini merupakan tahapan penerus dari reaksi terang, sehingga diperoleh reaksi gabungan seperti berikut : 2ATP + CO2 + NADPH2 2NADP + CH2O + H2O + O2 Sehingga diperoleh Cahaya matahari 6CO2 + 12H2O (CH2O)6 + 6O2 + 6H2O Fotosintesis ini tidak akan berlangsung tanpa keberadaan cahaya matahari sebagai energi. Selain itu juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi fotosintesis, yaitu suhu, konsentrasi CO2. Cahaya matahari tidak semuanya terserap dan digunakan oleh tumbuhan hijau saat berfotosintesis. Cahaya yang dipancarkan oleh matahari hingga sampai ke bumi merupakan energy elektromagnetik/radiasi. Cahaya yang dating kebumi ini terbagi menjadi dua kategori yaitu cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Proses fotosintesi pada tumbuhan hanya membutuhkan cahaya tampak, yaitu cahaya dengan panjang gelombang 380-760nm (Lakitan, 2013). Cahaya tidak tampak merupakan cahay ultraviolet dan infra merah, dimana panjang gelombang ultraviolet (UV) berkisar 100-380nm. Cahaya tampak pada keseluruhan cahaya yang dipancarkan matahari tergolong dalam pita sempit dibandingkan cahaya tidak tampak. Cahaya tampak ini akan mengalami pemecahan/disperse cahaya menjadi tujuh warna, yaitu merah dengan panjang gelombang 625-740, jingga dengan panjang gelombang 590-625, kuning dengan panjang gelombang 565-590, hijau dengan panjang gelombang 520-565, biru dengan panjang gelombang 435-520, nila dengan panjang gelombang 400-435 dan ungu dengan panjang gelombang 380-400 (Salisbury dan Ross, 1992). Tidak semua sinar matahari digunakan dalam fotosintesis hanya 0,5-2% yang digunakan dalam fotosintesis. Penyerapan ini bergantung pada kualitas cahaya (panjang gelombang), intensitas cahaya (banyaknya sinar per 1 cm2/detik). Panjang gelombang yang banyak diserap oleh pigmen tumbuhan adalah panjang gelombang merah dan biru. Namun, pada cahaya hijau tidak demikian, cahaya hijau merupakan cahaya yang diserap paling sedikit saat proses fotosintesis. Hal ini disebabkan sifat cahaya dapat menyerap dan memantulkan cahaya. Panjang gelombang merah dan biru akan diserap kuat oleh pigmen klorofil dan karotenoid dan akan memantulkan cahaya dengan kenampakan berbeda yaitu kuning yang perpaduannya terlihat jingga. Cahaya yang terserap oleh pigmen dengan panjang gelombang tertentu akan dipantulkan kembali dengan kenampakan warna yang berbeda. Penyerapan panjang gelombang cahaya biasa disebut spektrum serap, sedangkan spektrum yang digunakan untuk melihat pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis disebut spektrum kerja (Salisbury dan Ross, 1992). Mekanisme penggunaan cahaya matahari menjadi energi fotosintesis disebabkan sifat gelombang dan sifat partikel merupakan dua sifat yang dimiliki oleh cahaya, sehingga cahaya berbentuk foton (sifat partikel) adalah bentuk cahaya yang diterima oleh daun. Foton – foton tersebut akan terserap oleh pigmen daun dan setiap 1 elektron tereksitasi. Pigmen pada daun merupakan molekul, dimana, setiap molekut akan tereksitasi. Eksitasi molekul pigmen inilah sebagai energy yang digunakan dalam fotosintesis. Pengaruh kualitas cahaya terhadap laju pertumbuhan dapat dilihat pada Hydrilla sp. Hydrilla sp. merupakan tanaman air yang banyak tumbuh pada air yang relatif jernih. Tanaman ini mampu hidup dipermukaan air sampai kedalaman 20 kaki. Tanaman Hydrilla sp. batangnya mampu tumbuh sampai 2 meter dengan 8 helai daun dengan panjang 5-20 mm dan lebar 2mm pada setiap lingkar batangnya. Tanaman ini memiliki banyak stomata pada permukaan bawah daunnya. Hydrilla sp. sering digunakan dalam percobaan untuk mengetahui oksigen yang keluar dari daun merupakan laju dari fotosintesis. Penggunaan Hydrilla sp. dalam praktikum fisiologi tumbuhan dipotong secara miring. Hal ini disebabkan hasil penampang lebih luas dengan dipotong miring dibandingkan dengan dipotong biasa. Luasnya penampang akan mempermudah Hydrilla sp. mengeluarkan oksigen yang akan memperlihatkan laju fotosintesis. Selain itu pemotongan Hydrilla sp. juga dilakukan di dalam air dengan alas an agar batang Hydrilla sp. yang sudah terpotong tidak mengalami kafitasi yang mengganggu proses fotosintesis tanaman yang disebabkan kontaminasi dengan gas-gas lain diudara. Dengan begitu pada praktikum kali ini dapat diketahui pengaruh kualitas cahaya yang mempengaruhi laju fotosintesis pada Hydrilla sp. yang tersaji dalam grafik berikut : 300 250 200 150 100 50 0 jumlah Gelembung Polikromatik Merah Biru Hijau Kuning BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kualitas (panjang gelombang) cahaya polikromatik, merah, biru, hijau dan kuning mempengaruhi laju fotosintesis Hydrilla sp. 2. Terdapat perbedaan jumlah gelembung O2 yang dihasilkan oleh fotosintesis Hydrilla sp. pada setiap perlakuan kualitas cahaya. 3. Kualitas (panjang gelombang) yang mempengaruhi laju fotosintesis Hydrilla sp. tercepat adalah perlakuan cahaya kuning dengan jumlah rata-rata gelembung sebanyak 255, sedangkan perlakuan cahaya hijau tidak dapat mempercepat laju fotosintesis Hydrilla sp. 5.2 Saran Semoga para praktikan lebih siap lagi dalam mengikuti acara praktikum agar kejadian minggu kemarin tidak terulang kembali mencontek catatan disaat pretest yang membahayakan 1 golongan. Untuk para asdos semoga lebih bermurah hati memberikan nilai, karena disaat dilontarkan pertanyaan tidak semua praktikan memiliki kesempatan untuk menjawab. DAFTAR PUSTAKA Fatchurrozak, Suranto, dan Sugiyarto. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Kandungan Vitamin C dan Zat Antioksidan pada Buah Carica pubescens. El-vivo, 1(1) : 15-22. Ferry, Y., Bambang E. T., E. Randriani. 2009. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Umur Panen terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Hasil Temulawak di Antara Tanaman Kelapa. Bul. Littro, 20(2) : 131-140. Lakitan, B. 2013. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers. Marchetti, J., G. Bougaran, T. Jauffrais, S. Lefebvre, C. Rouxel, B. S. Jean, E. Lukomsa, R. Robert, dan J. P. Cadoret. 2013. Effect of Blue Light on the Biochemical Composition and Photosynthetic Activity of Isochrysis sp. (Tiso). Applied Phycology, 25(1) : 109-119. Nurhayati, T., M. B. Hermanto, dan M. Lutfi. 2013. Penggunaan Fotobioreaktor Sistem Batch Tersirkulasi terhadap Tingkat Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis oculata. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(3) : 249-257. Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dalam Lingkungan Fotoautotrof secara In Vitro. Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1) : 31-37. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan oleh Dr. Diah R Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc. 1995. Bandung : Penerbit ITB. Samuoliene, G., A. Brazaityte, A. Unbonaviciute, G. Sabajeviene, dan P. Duchovskis. 2010. The Effect of Red and Blue Light Component on the Growth and Development of Frigo Strawberries. Zemdirbyste Agriculture, 97(2) : 99-104. Lakitan, B. 2013. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers. Shen, J., J. Jiang, dan P. Zheng. 2009. Effect of Light and Monosulfuronon Growth and Photosynthetic Pigments of Anabaena Flos-Aquae Breb. Water Resourse and Protection, 1(1) : 408-413. Yang, X., X. Wang, L. Wang, dan M. Wei. 2012. Control of Light Environment : a Key Technique for High Yield and High Quality Vegetable Production in Protected Farmland. Agriculture Sciences, 3(7) : 923-928. DOKUMENTASI