kondisi ekonomi moneter stabil : tekanan inflasi

advertisement
No.5/ 154 /BGub/Humas
KONDISI EKONOMI MONETER STABIL : TEKANAN INFLASI AKHIR
TAHUN DIPERKIRAKAN MASIH DALAM BATAS WAJAR
Secara umum, kondisi ekonomi-moneter sampai dengan akhir bulan Oktober 2003
cukup stabil. Berbagai indikator fundamental ekonomi terus mengindikasikan bahwa
proses pemulihan ekonomi semakin membaik. Kegiatan ekonomi diperkirakan
meningkat pada triwulan III dan IV-2003. Hal ini bukan saja sejalan dengan semakin
membaiknya kondisi ekonomi global, melainkan juga kecenderungan meningkatnya
permintaan di dalam negeri sesuai dengan pola musimannya menghadapi Ramadhan
dan hari besar keagamaan. Sejalan dengan perkembangan tersebut, laju inflasi
sedikit meningkat sementara kurs rupiah relatif stabil. Peningkatan kegiatan
ekonomi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut sampai dengan akhir tahun
2003 sementara tekanan harga-harga diperkirakan meningkat. Namun demikian,
tekanan inflasi pada di akhir tahun 2003 diperkirakan masih dalam batas yang wajar.
Memperhatikan berbagai perkembangan tersebut, kebijakan moneter secara
konsisten akan diarahkan pada upaya penyerapan likuiditas dengan
mempertahankan level suku bunga SBI pada tingkat yang kondusif dengan usaha
perbaikan dan dilakukan pengelolaan dilakukan secara berhati-hati serta
mempertimbangkan pencapaian inflasi jangka menengah-panjang. Demikian salah
satu kesimpulan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan – November yang
diselenggarakan hari ini di Jakarta.
Perkembangan harga-harga di bulan Oktober 2003 tercatat masih rendah sebesar
0,55% atau secara tahunan telah mencatat 6,2%. Dengan perkembangan tersebut
inflasi dari bulan Januari-Oktober 2003 telah mencapai 3,05%. Meningkatnya inflasi
pada bulan Oktober terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan harga pada
kelompok bahan makanan seiring dengan berlangsungnya bulan Ramadhan.
Sementara itu, masih terjaganya kondisi pasokan barang telah dapat memenuhi
meningkatnya permintaan sehingga tidak memberikan tekanan harga secara
berlebihan.
Nilai tukar rupiah pada bulan Oktober 2003 bergerak relatif stabil. Secara point to
point Rupiah melemah sebesar 1,2% dan ditutup pada level Rp8.497 per dolar AS
dibandingkan bulan sebelumnya Rp8.395 per dolar AS. Namun demikian, penurunan
nilai rupiah ini diperkirakan bersifat temporer mengingat melemahnya rupiah ini
terutama didorong oleh adanya peningkatan permintaan valas dari korporasi untuk
keperluan impor dan pembayaran utang luar negeri serta sentimen negatif pasar
akibat kasus L/C di Bank BNI.
Sejalan dengan kecenderungan laju inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar,
penurunan suku bunga instrumen moneter secara hati-hati masih berlanjut
dengan laju penurunan yang semakin melambat. Hal ini terlihat dari penurunan suku
bunga SBI bulan Oktober sebesar 18 bps menjadi 8,48% dibanding bulan yang lalu
turun 25 bps. Sementara itu, suku bunga FASBI juga menuun sebesar 25bps
menjadi 8,25%. Perkembangan suku bunga instrumen moneter ini telah
ditransmisikan pada suku bunga simpanan dan kredit perbankan meskipun
dengan akselarasi yang berbeda. Suku bunga SBI selama tahun 2003 telah menurun
451 bps sementara suku bunga deposito 1 bulan menurun 514 bps, sementara suku
bunga kredit investasi yang baru mencapai 129 bps.
Sejalan dengan kondisi moneter yang stabil, kinerja perbankan nasional sampai
dengan bulan Agustus 2003 relatif stabil dan tidak terdapat potensi risiko yang
membahayakan stabilitas sistem keuangan. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)
dan kredit relatif stabil yakni masing-masing tumbuh sekitar 0,7% dan 1,4% dari
bulan sebelumnya. Beberapa indikator perbankan menunjukkan perbaikan yang
terlihat dari peningkatan rasio rentabilitas (ROA) dari 2,2% menjadi 2,4% dan
permodalan bank (CAR) dari 24,0% menjadi 26,0%. Sementara itu, total realisasi
kredit baru hingga bulan Agustus 2003 telah mencapai Rp50,0 triliun atau sebesar
57,3% dari business plan perbankan 2003. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun 2002 sebesar Rp49,1 triliun.
Untuk sisa tahun 2003, Bank Indonesia memprakirakan bahwa pertumbuhan
ekonomi sampai dengan akhir tahun 2003 mencapai kisaran 3,5%-4% (yoy). Faktor
pendorong pertumbuhan tetap pada konsumsi meskipun pertumbuhan investasi dan
ekspor diperkirakan akan sedikit membaik. Seiring dengan faktor musiman inflasi
menjelang hari raya Idul Fitri, intensitas kenaikan harga dalam dua bulan mendatang
diperkirakan akan mengalami peningkatan namun masih dalam batas wajar. Trend
inflasi diperkirakan tetap menurun. Untuk keseluruhan tahun 2003, inflasi
diperkirakan akan tetap rendah pada kisaran 5-6%. Perkembangan nilai tukar rupiah
sampai dengan akhir tahun 2003 diperkirakan tetap stabil dengan kecenderungan
menguat. Penguatan tersebut kembali antara lain dilatarbelakangi oleh membaiknya
premi risiko jangka pendek dan jangka panjang, masih menariknya rupiah dari sisi
perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, adanya beberapa program divestasi
yang akan dilaksanakan, serta kondisi neraca pembayaran Indonesia yang membaik.
Mempertimbangkan perkembangan dan prospek makroekonomi dan moneter sampai
dengan akhir tahun 2003 dan tahun 2004, kebijakan moneter secara konsisten tetap
diarahkan pada upaya penyerapan likuiditas dengan mempertahankan level suku
bunga SBI pada tingkat yang kondusif dengan usaha perbaikan dan dilakukan
pengelolaan dilakukan secara berhati-hati serta mempertimbangkan pencapaian
inflasi jangka menengah-panjang. Di sisi lain, untuk mengurangi fluktuasi nilai tukar
rupiah dan sekaligus untuk menyerap kelebihan likuiditas, intervensi di pasar valas
akan dilakukan sesuai kebutuhan. Sejalan dengan peningkatan tekanan inflasi pada
akhir tahun, Bank Indonesia berpandangan bahwa dalam jangka pendek, perpaduan
antara kebijakan moneter yang tetap berhati-hati dan kebijakan yang berorientasi
pada sisi penawaran, seperti menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran jalur
distribusi, merupakan prioritas utama agar tekanan harga tidak terlalu tinggi. Di
bidang perbankan, kebijakan diarahkan untuk melanjutkan upaya-upaya untuk
mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan perbankan serta mendorong
peningkatan fungsi intermediasi perbankan dan efisiensi operasional bank-bank.
Jakarta, 11 November 2003
BIRO KOMUNIKASI
Rusli Simanjuntak
Kepala Biro
Download