BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESA

advertisement
23
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESA
3.1.
Kajian Teori
1)
Nilai Tukar
Menurut Musdholifah dan Toni (Fatullah Yoesoef “Fiskal dan Moneter”,
2013), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika
menunjukan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar
Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah
sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun
pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan
investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar
AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan
Kurniasari, 2003).
2)
Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila keaikan itu meluas atau mengakibatkan
kenaikan harga (www.bi.go.id). Kenaikan yang sifatnya sementara tidak
dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak
23
24
dikatakan inflasi. Berikut ini adalah definisi dari para ahli dalam bidang ekonomi
mengenai apa itu inflasi
1.
Nanga menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala di mana
tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus.
Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktusaja tidaklah
dapat dikatakan sebagai inflasi.
2.
Rahardja menyatakan inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus.Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika
kenaikanmeluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka
hal ini disebut inflasi.
3.
Badan Pusat Statistik mendefinisikan inflasi sebagai salah satu
indikator untuk melihat stabilitas ekonomisuatu wilayah atau daerah
yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasasecara
umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian
angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang
berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya
produksi barang.
3)
Harga Minyak
Harga minyak Brent menjadi dasar pembentukan harga sejak tahun 1971
untuk hampir 40% nilai minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan sampai
sekarang ini. Namun, dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus
mengalami penurunan maka sejak 2007 berkembang standarisasi harga baru yaitu
25
WTI. WTI (West Texas Intermediate ) adalah minyak bumi yang diproduksi di
Texas (AS), dan dalam aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri
dan itulah sebabnya minyak ini banyak diminati, terutama di AS dan Cina.
4)
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk melihat perubahan
mengenai harga dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Indeks
adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan menyatakan perubahan
perubahan perbandingan nilai suatu variabel tunggal atau nilai sekelompok
variabel. Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima
fungsi (BEI, 2008) yaitu:
5)
1.
Sebagai indikator trend pasar,
2.
Sebagai idikator tingkat keuntungan,
3.
Sebagai tolak ukuran (brandmark) kinerja suatu portofolio,
4.
Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
5.
Memfasilitasi perkembangan produk derivatif.
Hubungan antar variabel
Kinerja pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja
ekonomi secara keseluruhan dan mencerminkan apa yang akan terjadi dalam
perekonomian secara makro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs
rupiah, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan beberapa
variabel ekonomi makro lainnya merupakan cermin wajah ekonomi suatu Negara.
26
Hubungan antara kondisi makroekonomi dengan pasar modal digambarkan oleh
Hall dan Marc Lieberman (2005) berikut ini : Hubungan antara kondisi makro
ekonomi dengan pasar modal digambarkan oleh Robert E Hall dan Marc
Lieberman (2005: 518) seperti pada gambar
Schok to Stock
Shock
stock
Market
market
Stock Market
Schokto
to
Shock
Makroekonomi
macro
ekonomi
Shock to both stock
market &macro
ekonomi
Macro ekonomy
Gambar 3.1 Hubungan Antara Pasar Modal dan Makro Ekonomi
Dari gambar di atas, tampak bahwa hubungan antara makro ekonomi
dengan pasar modal (saham) terjadi secara langsung, apabila ada perubahan pada
makro ekonomi akan berakibat pula pada kondisi pasar modal terutama harga
saham, begitu pula sebaliknya. Hal ini didukung oleh Eduardus Tandelilin
(2001: 210) yang mengatakan bahwa, pasar modal mencerminkan apa yang terjadi
pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang
diharapkan, serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut.
(1)
Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan IHSG
Menurut Sirait dan Siagian (2002) pengaruh nilai tukar valuta asing dapat
menjadi positif terhadap indeks harga saham gabungan, jika rupiah mengalami
penguatan (appresiasi) maka akan menurunkan kemampuan domestik dalam
27
persaingan di perdagangan dunia karena mata uang domestik menjadi relatif lebih
mahal. Dalam kondisi normal, dimana fluktuasi nilai tukar uang tidak terlalu
tinggi, hubungan nilai tukar dengan pasar modal adalah berkorelasi positif, tetapi
jika terjadi depresiasi atau appresiasi nilai tukar uang , maka hubungan nilai tukar
uang dengan pasar modal akan berpotensi negatif (Suciwati dan Machfoed, 2002).
Terdapat dua pendekatan teori yang dikembangkan dalam literatur untuk
menentukan hubungan antara kurs mata uang dengan harga saham yaitu:
1.
Good market approach (Dornbusch & Fisher, 1980) menyatakan
perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu
perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusahaan atau
cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Berdasarkan macro basis
dampak fluktuasi kurs mata uang terhadap pasar modal sangat tergantung
pada tingkat keterbukaan ekonomi domestik dan kesinambungan neraca
perdagangan.
2.
Portfolio balance approach (Franke, 1993) dimana menekankan peranan
capital account transactions. Kenaikan return saham (rising stock market)
akan menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand
mata uang domestik dan menyebabkan kurs mata uang terapresiasi.
Menurut Tarigan (2007), bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga
saham. Semakin tinggi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (apresiasi)
maka harga saham juga akan meningkat. Untuk membuktikan teori tersebut di
atas, dilakukan penelitian ilmiah dengan tahapan perumusan masalah,
28
pengumpulan data, dan analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda.
Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa:
1.
Tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap harga saham.
2.
Nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga saham.
3.
Tingkat suku bunga dan nilai tukar secara bersama-sama
mempengaruhi harga saham.
4.
Fluktuasi harga saham dapat dijelaskan oleh variabel tingkat suku
bunga dan nilai tukar sebesar 48.6% sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
(2)
Hubungan Inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk
menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan tersebut
membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian besar barang-barang lain.
Secara garis besar ada tiga kelompok teori inflasi, masing-masing teori ini
menyatakan aspek-aspek tertentu dari proses inflasi dan masing-masing bukan
teori inflasi yang lengkap yang mencakup semua aspek penting dari proses
kenaikan harga.
Ketiga teori itu adalah : teori kuantitas, teori Keynes, dan teori strukturalis.
Teori kuantitas uang adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori
ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi pada saat ini terutama
di negara sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan penambahan jumlah
uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga. Karena inflasi
29
berpengaruhi terhadap tingkat investasi, maka aktivitas perdagangan di bursa
saham akan terpengaruhi. Aktifitas perdagangan saham akan mempengaruhi
kemungkinan perolehan keuntungan.
(3)
Hubungan Harga Minyak dengan Indeks Harga Saham Gabungan
Harga minyak dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada
umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate atau
Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI)
adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis
light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah.
Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini
menyebabkan harga minyak ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di
dunia. Harga minyak mentah di WTI pada umumya lebih tinggi lima sampai enam
dolar daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dolar
dibanding harga minyak Brent. Beberapa hal yang mempengaruhi harga minyak
dunia antara lain (useconomy.about.com):
1)
Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan
oleh OPEC.
2)
Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di
kilang kilang minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam
Cadangan minyak strategis.
3)
Permintaan minyak dunia, ketika musim panas, permintaan minyak
diperkirakan dari perkiraan jumlah permintaan oleh maskapai
penerbangan untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika
30
musim dingin, diramalkan dari ramalan cuaca yang digunakan
untuk memperkirakan permintaan potensial minyak untuk
penghangat ruangan.
Kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan mendorong kenaikan
harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan
harga minyak akan memicu kenaikan harga bahan tambang secara umum. Ini
tentu mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan
labanya. Kenaikan harga saham pertambangan tentu akan mendorong kenaikan
IHSG.
3.2.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) dengan judul Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia,
Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi
kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009) memperoleh hasil yaitu
variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap
IHSG. Sementara variabel Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks
Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.
Hasil penelitian Pasaribu (2010) menunjukkan bahwa harga minyak
dunia, nilai tukar, inflasi dan suku bunga secara simultan mempengaruhi
pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2006-2009. Secara parsial, harga minyak dunia berpengaruh
secara positf dan tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek
Indonesia, nilai tukar dan inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan
31
terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, sedangkan suku bunga SBI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG.
1)
Kurs rupiah dengan IHSG
Chun-Mu (2008) meneliti pengaruh fluktuasi nilai tukar pada volalitas dan
korelasi pasar saham yang bertitik tolak dari krisis keuangan di Asia. Mu meneliti
delapan negara yaitu Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand. Fokus perhatian pada nilai tukar mata uang kedelapan
negara tersebut terhadap US dollar dilihat dari tiga periode yaitu periode sebelum
krisis (1 Juli 1994-1 Juli 1997), periode krisis (2 Juli 1997–30 September 1998),
periode sesudah krisis (1 Oktober 1998-27 Agustus 2001).
Hasil penelitian Mu menunjukkan bahwa fluktuasi tingkat nilai tukar mata
uang berkontribusi secara signifikan terhadap kenaikkan/penurunan volalitas
pasar saham domestik. Pada periode sebelum dan sesudah krisis, fluktuasi tingkat
nilai tukar berkontribusi secara signifikan negatif pada korelasi pasar domestik
yang lebih tinggi, sedangkan pada periode krisis, fluktuasi tingkat nilai tukar
berkontribusi ke korelasi pasar domestik yang lebih rendah. Demikian juga
dengan penelitian Wu (2008), yang meneliti pengaruh fluktuasi nilai tukar/kurs
Dollar Singapura berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham yang ada
pada indeks STII sebelum krisis maupun pada masa krisis 1997-1998.
Penelitian Ruhendi dan Arifin (2003) dengan judul Dampak Perubahan
Kurs Rupiah dan Indek Harga Saham Dow jones di New York stock Exchange
terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta menghasilkan kurs rupiah berpengaruh
positif terhadap pasar modal Indonesia. Sementara itu penelitian Abbas
32
Valadkhani and all (2006) dengan judul “The Interplay betwen The Thai and
Several other International Stock Markets”, menyimpulkan kurs berpengaruh
negatif terhadap pasar modal Thailand.
2)
Inflasi dengan IHSG
Hasil temuan Almilia (2003) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan
dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Park (2000) juga
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara harga saham dan inflasi.
Sedangkan Adib (2009) Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index. Abdurrachman (2008) meneliti pengaruh faktor makro ekonomi
dan harga komoditas pertambangan terhadap tingkat imbal hasil saham-saham
pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data time
series pada periode Desember 2003 sampai Desember 2007. Penelitian ini
menggunakan statistik uji regresi dengan SPSS 17. Hasil penelitiannya yaitu dari
kelima variabel independen yaitu SBI, inflasi, kurs USD terhadap rupiah, harga
minyak mentah dunia dan harga emas, dapat disimpulkan bahwa tidak satupun
dari variabel tersebut yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
imbal hasil saham-saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Variabelvariabel independen ini hanya menjelaskan sekitar 13% terhadap variabel imbal
hasil.
Penelitian Suramaya Suci Kewal (2012) Pengaruh Inflasi, suku bunga,
kurs dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG menyimpulkan tingkat inflasi tidak
memmpunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, penelitian Isabell
Martinez (2003) Fundamental and Macroeconomic Information for The Security
33
Price Valuation: The French Case menyimpulkan Inflasi mempunyai pengaruh
signifikan untuk menilai harga saham di France market. Dan penelitian Ming -Hua
Liu dan Keshab (2008) Anaylisis of the long term relationship between
macroeconomic variable and the Chinese stock market menyimpulkan inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan saham.
3)
Harga Minyak dengan IHSG
Berdasarkan penelitian Sihaloho (2006) kenaikan harga BBM berdampak
pada fluktuasi return (abnormal return). Hal ini tampak pada return saham
sebelum kenaikan harga BBM namun setelah kenaikan harga BBM return
cenderung normal karena mendekati 0 dan sentimen negatif pelaku pasar terhadap
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM menyebabkan nilai IHSG, indeks
LQ 45 dan indeks saham sektor keuangan mengalami penurunan.
Ryi (2009) meneliti pengaruh harga minyak pada Istanbul Stok Exchange
(ISE). Sampel yang digunakam dari ISE adalah 3 sektor yaitu jasa, keuangan dan
industri dengan 16 perusahaan. Harga minyak dalam penelitian itu dibedakan
menjadi dua, yaitu berdasarkan kurs Turki Lira dan Dollar AS. Penelitian Ryi
menemukan hasil yang bervariasi.
Perubahan harga minyak baik dalam kurs Turki Lira maupun USD Dollar
berpengaruh secara signifikan positif terhadap return saham perusahaan elektrik,
retail, produk metal, mesin dan non metal, dan produk mineral pada level 5 %,
sedangkan pada level 10 % berpengaruh pada return saham perusahaan jasa touris,
makanan dan minuman, kimia, petroleum dan plastik. Di lain pihak, harga
minyak tidak berpengaruh pada return saham perusahaan bank, penyewaan dan
34
real estate. Secara statistik, semua nilai koefisien (Beta) perusahaan itu adalah
positif, kecuali perusahaan transportasi yang nilai korfisiennya adalah negatif.
Koefisien negatif itu dikarenakan perusahaan transportasi menggunakan
komoditas minyak sebagai beban operasionalnya. Penelitian Lutz Kilian dan
Cheolbeom Park (2007) menyimpulkan harga minyak berpengaruh negatif
terhadap pasar modal Amerika Serikat.
3.3
Kerangka Pikir
Kurs Rupiah
H1
Inflasi
H2
H3
Harga Minyak
Dunia
Indeks Harga Saham Sektor
Pertambangan
H4
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
Dengan melihat penelitian-penelitian sebelumnya yang, maka dapat dibuat
kerangka pikir dalam penilitan ini seperti dalam Gambar 3.1. dalam gambar
tersebut menggambarkan pengaruh kurs rupiah, harga emas dan harga minyak
dunia terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan di BEI.
35
3.4
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah variabel-variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat , dalam penelitian ini hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1
:
Diduga kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan.
Hipotesis 2
:
Diduga inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Sektor Pertambangan.
Hipotesis 3
:
Diduga harga minyak dunia berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan.
Hipotesis 4
:
Diduga kurs rupiah terhadap dollar, inflasi dan harga
minyak dunia secara simultan berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Sektor Pertambangan.
Download