PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONGRIT DALAM MATERI AJAR

advertisement
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan
Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)
ISSN 0854-2172
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONGRIT DALAM MATERI AJAR
MATERI PENGUKURAN BERAT BENDA
Sawali
SDN 03 Kayupuring, Tinalum Petungkriyono Pekalongan Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti laksanakan untuk
meningkatkan minat dan prestas belajar Matematika pengukuran berat benda melalui model alat
peraga kongkrit. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas selama
tiga bulan, dimulai pada awal bulan Februari sampai bulan April tahun 2015. Tempat
penelitian di SD Negeri 03 Kayupuring pada siswa kelas I dengan jumlah siswa 13 anak. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah dengan penggunaan alat peraga kongkrit. Untuk
mendapatkan data minat dan prestasi belajar siswa diadakan tes tertulis. Dalam penelitian ini
proses pembelajaran dibagi dalam dua siklus. Hasil penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas
mulai dari kondisi awal ke siklus I dan sampai kondisi akhir menunjukkan adanya peningkatan,
yaitu mulai dari keaktifan, pemahaman siswa, serta hasil belajar matematika, dengan perolehan
hasil rata-rata dari kondisi awal 50,00 meningkat pada siklus I menjadi 60,00 dan kondisi akhir
mengalami peningkatan lagi menjadi 70,00.
© 2016 Dinamika
Kata Kunci: Alat Peraga Kongkrit; Minat dan Prestasi Belajar Matematika
PENDAHULUAN
Minat dan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas I rendah. Terbukti, pada saat
proses pembelajaran berlangsung, banyak peserta didik yang bermain sendiri, bergurau, bahkan
beberapa diantara mereka mengantuk. Dari hasil ulangan harian yang peneliti lakukan, hanya 5 dari
15 peserta didik kelas I yang memperoleh nilai 60 ke atas ( 33 % ), 10 peserta didik memperoleh nilai
di bawah 60 ( 77 % ), atau penguasaan materi baru mencapai 33 %, berarti kegagalan penguasaan
materi mencapai 77 %. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan sehingga perlu segera dicari
solusinya agar minat dan hasil belajar matematika dapat meningkat.
Rendahnya minat dan hasil belajar matematika materi Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan berat benda pada peserta didik kelas I disebabkan guru kurang variatif dalam
mengelola proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran berjalan secara konvensional
sehingga kurang diminati peserta didik. Mereka cenderung pasif dan kurang bergairah dalam
mengikuti pembelajaran sehingga berdampak pada rendahnya penguasaan materi pembelajaran.
Sangat mungkin hal ini disebabkan guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
matematika materi Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, perlu ditemukan cara terbaik dalam
pembelajaran guna menyampaikan konsep kepada para peserta didik. Harapan yang dituju adalah
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONGRIT DALAM MATERI AJAR MATERI
PENGUKURAN BERAT BENDA
Sawali
67
meningkatnya minat dan hasil belajar matematika materi Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan berat benda bagi peserta didik. Target yang harus dicapai peserta didik kelas I dalam mata
pelajaran Matematika, sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SBKM) yang telah
ditetapkan adalah perolehan nilai 66 Target tersebut belum tercapai sebab dari 15 peserta didik, 10
anak belum memenuhi nilai yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilannya, sehingga perlu
untuk ditingkatkan.
Ketidakberhasilan peserta didik kelas I dalam mata pelajaran Matematika materi
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda karena guru belum menggunakan alat
peraga. Proses pembelajaran berlangsung satu arah karena hanya menggunakan metode ceramah.
Kondisi ini perlu segera diatasi. Tindakan yang ditempuh peneliti untuk memperbaiki
ketidakberhasilan tersebut adalah membangkitkan minat belajar peserta didik pada proses
pembelajaran Matematika materi Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
dengan menggunakan alat peraga benda-benda kongrit disekitar sekolah dan rumah. Hal ini sangat
penting karena diharapkan dengan menggunakan alat peraga yang kongrit minat dan hasil belajar
matematika materi Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda dapat meningkat.
Dari uraian diatas, maka dapat ditemukan solusi bahwa pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan pada mata pelajaran matematika materi ajar pengukuran berat benda yaitu
menggunakan alat peraga kongkrit.
Mulyasa, (2002:183) yang mengatakan, proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif
antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini sekolah di beri kebebasan untuk
memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik
siswa, karakteristik mata pelajaran, karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia
di sekolah.
Alat bantu pembelajaran tidak harus membeli dengan harga-harga yang mahal dan
moderen, tetapi dapat menggunakan benda-benda kongkrit disekitar sekolah untuk sarana
pembelajaran. Pendapat lain juga mengatakan, dalam pembelajaran pelajaran Matematika kelas I
Sekolah dasar konsep dasar yang digunakan adalah benda-benda kongkrit disekitar sekolah.
(Wardhani, 2004:3). Dengan benda-benda kongkrit disekitar sekolah di gunakan sebagai alat
pembelajaran akan tercipta suasana pendidikan yang PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif efektif
dan Menyenangkan).
Mengoperasionalkan berasal dari kata “operasi” yang artinya pelaksanaan rencana yang
telah dikembangkan, maka apabila mengoperasionalkan berarti melaksanakan suatu kegiatan yang
telah direncanakan (Purwodarminto, 1988:627).
Apabila dikaitkan dengan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda maka
mengoperasionalkan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda maka
melaksanakan suatu kegiatan menjumlah dan mengurang suatu bilangan. Mengoperasionalkan
suatu kegiatan tidaklah mudah, guru sebagai pendidik harus mampu memilih strategi dan metode
yang tepat untuk melaksanakannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Hamalik (2002:11):
metode merupakan komponen yang mengandung unsur sub stantif atau program kurikulum,
metode penyajian bahan dan media pendidikan.
Kongkret adalah nyata, benar-benar ada ( berwujud, dapat dilihat, diraba dsb).
(Purwodarminto,1988:455). Kata kongkret biasanya sering dihubungkan dengan benda-benda, baik
benda di rumah, di jalan atau dilingkungan sekitar. Benda adalah segala yang ada di alam yang
berwujud atau barjasad misal bola, kelereng, kayu, kerikil dsb.
Sehingga apabila digabungkan benda-benda kongkret adalah segala yang ada di alam yang
berwujud, berjasad dan benar-benar ada.
Penelitian ini bertujuan agar minat dan hasil belajar Matematika materi Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pengukuran berat dapat meningkat.
68
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas I SDN 03 Kayupuring
Kecamatan
Petungkriyono Kabupaten Pekalongan tahun Pelajaran 2014/2015. Objek penelitian ini adalah
penggunaan alat peraga kongkrit.
Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu: 1) Variabel Masalah, adalah variabel yang
tergantung dan sebagai variabel akibat. Dalam penelitian ini variabel masalahnya adalah
peningkatan minat dan hasil belajar Matematika berat benda. 2) Variabel Tindakan, adalah variabel
yang mempengaruhi atau disebut variabel sebab. Dalam penelitian ini variabel tindakannya adalah
penggunaan alat peraga kongkrit.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi lembar observasi perilaku
peserta didik pada saat proses pembelajaran dan soal tes. Dalam penelitian ini, tehnik analisis yang
digunakan dalam penelitian mengikuti langkah Hopkins (1993:151) dengan tiga tahap analisis yaitu
tahap kategorisasi, validasi dan intepretasi data. Data hasil observasi dianalisis dengan analisis
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi tiap siklus.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu apabila terjadi peningkatan minat prestasi
belajar siswa kelas I SDN 03 Kayupuring dalam materi ajar berat benda apabila persentase jumlah
siswa yang berhasil memenuhi Kriteria Ketuntasan pada hasil tes adalah ≥75% siswa mendapat nila
≥66.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian berupa data tindakan, proses belajar, dan prestasi belajar selama
pembelajaran dan hasil soal tes siswa selama penelitian berlangsung. Penilaian perilaku siswa dalam
pembelajaran berat benda dilakukan oleh guru yang dianggap mampu melakukan observasi.
Penilaian dilakukan pada siklus I dan siklus II. Berikut hasil analisis data yang diperoleh :
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan persiapan terhadap materi
yang akan dibahas, pembelajaran yang akan diberikan, dan soal tes yang akan diujikan kepada
siswa. Setelah dilakukan pembelajaran, kemudian dilakukan analisis data dari hasil pengamatan
selama pembelajaran berlangsung dari siklus 1 sampai siklus 2. Berikut hasil data yang diperoleh :
Pengamatan pertama dilakukan pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus 1
dan siklus 2. Pengamatan tindakan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu
mengamati bagaimana penerapan alat peraga kongkrit di kelas. Hasil pengamatan tindakan dapat
dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perbandingan Tindakan Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus I
Siklus II
Dalam
pembelajaran
Matematika
Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan
pengukuran
berat
benda
menggunakan alat peraga “Benda-benda
kongrit” ( secara klasikal )
Dalam
pembelajaran
Matematika
Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan
pengukuran
berat
benda
menggunakan alat peraga “Benda-benda
kongrit” (secara kelompok )
Tabel 1 di atas dapat kita ketahui bahwa tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran
ada perbedaan. Pada siklus 1 pembelajaran dilakuakan secara klasikal, sedangkan pada siklus 2
pembelajaran dilakukan secara kelompok.
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONGRIT DALAM MATERI AJAR MATERI
PENGUKURAN BERAT BENDA
Sawali
69
Pengamatan kedua yang dilakukan guru adalah mengamati proses pembelajaran yang
terjadi di kelasnya. Selama pengamatan ini guru mengamati proses pembelajaran yang berlangsung
dari awal sampai akhir pembelajaran. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswanya selama
proses pembelajaran. Data hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus I
Siklus II
Peserta didik yang pasif makin berkurang.
Masih ada 2 Peserta didik yang bergurau.
Dalam belajar nampak antusias dan
berminat mengikuti proses pembelajaran
Peserta didik aktif dalam pembelajaran.
Masih ada 1 Peserta didik yang ngantuk.
Dalam belajar nampak senang dan antusias
dan
berminat
mengikuti
proses
pembelajaran
Dari Tabel 2 di atas dapat kita lihat peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran Matematika. Peningkatannya terlihat pada siswa yang lebih aktif, antusias, dan
berminat dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Selama proses pembelajaran berlangsung diamati pula hasil belajar siswa yang didapat dari
tes evaluasi yang dilakukan di akhir pembelajaran. Berikut hasil analisis prestasi belajar siswa pada
siklus 1 dan siklus 2 :
Gambar 1. Grafik peningkatan hasil rata – rata tes evaluasi
Berdasarkan gambar 1, pada siklus 1 diperoleh nilai hasil tes evaluasi dengan skor rata-rata
60 dengan persentase 60% siswa mendapatkan nilai ≥66 dan 40% siswa mendapatkan nilai ≤66
dimana hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan nilai ratarata ulangan harian siswa pada materi berat benda sebelumnya. Dari 15 siswa yang menjadi subjek
penelitian, 9 siswa dinyatakan tuntas yang masuk dalam kategori “Baik”.
Kemudian pada siklus kedua prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang baik, hal
ini dapat dilihat dari persentase rata-rata hasil tes evaluasi. Dari 15 siswa, 13 siswa tuntas
belajarnya, dan nilai rata-rata evaluasinya 70 dengan persentase keberhasilan 87% yang artinya
prestasi belajar siswa pada siklus ini “Sangat Baik”.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2 berupa pengamatan
tindakan, proses pembelajaran maupun tes kemampuan siswa, dapat dilihat bahwa pengguinaan
70
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)
alat peraga kongkrit materi berat benda merupakan salah satu pembelajaran yang efektif digunakan
dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan pengamatan dilapangan, terlihat bahwa siswa
menjadi lebih antusias dan berminat mengikuti pembelajaran, siswa juga lebih aktif dan berminat
terhadap materi yang disampaikan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
meskipun terdapat beberapa kekurangan pada penggunaan alat peraga kongkrit yaitu kondisi kelas
yang kurang berjalan dengan tertib, namun penggunaan alat peraga kongkrit ini telah mampu
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran materi berat benda yang
diberikan.
Dengan adanya dampak yang diberikan pada penggunaan alat peraga kongkrit pada materi
berat benda, ada beberapa kelebihan lain yang dimiliki oleh model pembelajaran ini. Diantaranya
yaitu, bahwa penggunaan alat peraga kongkrit dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, seperti
mata pelajaran IPA, IPS, PKn dan lain sebagainya, karena pada hakikatnya penggunaan alat peraga
kongkrit mengutamakan penggunaan alat – alat yang ada disekitar siswa sehingga mudah
ditemukan dan digunakan dalam pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat
peraga kongkrit dapat diterapkan sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif sehingga
mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata hasil tes evaluasi
siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 60% dan
pada siklus 2 mengalami peningkatan 37% dari siklus 1 yaitu sebanyak 87% siswa memiliki nilai ≥66
yang artinya hanya 2 siswa yang nilainya dibawah kriteria ketuntasan.
Peningkatan juga terjadi pada minat belajar siswa, yaitu pada siklus 1 dan pada siklus kedua
mengalami peningkatan siswa menjadi lebih aktif, antusias, dan berminat dalam pembelajaran dan
cukup memperhatikan pelajaran, dan siswa bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan alat peraga kongkrit dalam materi ajar berat benda telah
mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada pembimbing pelaksanaan PTK, Kepala UPT Dindikbud
Petungkriyono, Kepala SDN 03 Kayupuring, siswa kelas I SDN 03 Kayupuring, dan seluruh pihak
yang telah membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, 2002. Pendekatan Guru Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Algensondo
Mulyasa E, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bandung, Rosda Karya.
Purwodarminto, Prof.Dr. 1988. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Dep Dik Bud.
Wardhani,2004. PPPG. Jakarta : LIPI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONGRIT DALAM MATERI AJAR MATERI
PENGUKURAN BERAT BENDA
Sawali
71
Download