PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN - e

advertisement
PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN BRAND IMAGE TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG PRODUK YAKULT DI KOTA PADANG
Edo Zulfadly
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar-Padang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan
pembelian ulang, (2) Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian ulang, (3) Pengaruh brand image
terhadap keputusan pembelian ulang.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Padang dan yang menjadi populasi penelitian ini adalah
Kecamatan Nanggalo, Padang Utara dan Koto Tangah berjumlah 288.525 orang. Teknik pengambilan
sampel penelitian ini adalah dengan metode area yaitu penarikan sampel dari area, maka jumlah
sampel adalah 150 orang. Untuk memperoleh instrument yang valid dan reliabel dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada
responden, sedangkan data sekunder yaitu data yang terkait dengan objek penelitian yang disajikan
oleh pihak PT Yakult Persada. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda dengan
program SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang. Hal ini dapat terlihat dari signifikasi variabel kualitas produk dengan sig
0,000, (2) harga berpengaruh signifikan terhadap kepetusan pembelian ulang. Hal ini dapat terlihat
dari signifikasi variabel harga dengan sig 0,000 (3) brand image berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang. Hal ini terlihat dari signifikasi variabel brand image dengan sig 0,002.
Kata kunci : Pembelian Ulang Kualitas, Produk Harga, Brand Image
ABSTRACT
This study aims to analyze: (1) Effect of the quality of the product on purchase decision again,
(2) influence of price on purchase decisions again, (3) effect of brand image on purchase decisions
again.
This research was conducted in the city of Padang and the study population was Nanggalo
District, North and Koto Tangah numbered 288,525 people. The sampling technique is the method of
the study area is from the sampling area, the number of samples is 150. To obtain a valid and reliable
instrument to test the validity and reliability testing. The primary data in this study were obtained from
the distribution of questionnaires to the respondents, while secondary data is data associated with the
object of the research presented by the PT Yakult Persada. The data analysis technique used is
multiple regression with SPSS version 16.0.
The results showed that: (1) a significant effect on the quality of the product Repeat purchase
decision again. It can be seen from the significance of the variable product quality 0.000, (2) a
significant effect on prices repeat purchases. It can be seen from the significance of the price variable
0.000, and (3) brand image significantly influence the purchase decision.it can be seen from the
significance of the brand image with sig 0,002.
Keywords : Repeat Purchasing, Quality Product, Price, Brand Image
1
LATAR BELAKANG
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam persaingan globalisasi saat
ini, banyak perusahaan-perusahaan yang
bermunculan menawarkan produk atau jasa
sejenis sehingga menyebabkan terjadinya
persaingan yang sangat ketat di antara
perusahaan-perusahaan dalam merebut
pangsa pasar.
Melihat kondisi persaingan yang
sangat kompetitif dari para produsen,
sehingga menjadikan konsumen memiliki
banyak alternatif pilihan untuk membeli
produk yang sesuai dengan keinginan
mereka dan seiring dengan kemajuan
teknologi informasi menjadikan konsumen
lebih kritis dalam membeli produk untuk
mereka konsumsi.
Selain itu dengan banyaknya
perusahaan pesaing yang menghasilkan
produk sejenis, maka perusahaan akan
mengalami kesulitan dalam memasarkan
produknya, karena perusahaan pesaing juga
akan
intensif melaksanakan kegiatan
promosi. Dengan demikian, konsumen akan
lebih mengenal produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pesaing.
Untuk memenangkan persaingan,
kebijaksanaan dari perusahaan saja tidak
cukup. Tetapi perusahaan mampu untuk
mengetahui dan memenuhi apa yang
menjadi keinginan para konsumen. Dengan
kata lain, harus terdapat keseimbangan
antara usaha pemasaran perusahaan dengan
keinginan dan harapan konsumen terhadap
produk yang dipasarkan. Hal ini tercermin
dari
perilaku
konsumen
dalam
mengkonsumsi produk tersebut.
Banyak faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian ulang sebuah produk.
Diantaranya adalah kualitas produk atau
jasa yang tergantung pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan
yang dinyatakan atau diimplikasikan. Kotler
2
dan Amstrong (2008:272). Selain dari segi
kualitas dan harga, konsumen juga akan
mempertimbangkan citra dari merek (brand
image).
Persepsi konsumen terhadap kualitas
produk akan membentuk preferensi dan
sikap yang mempengaruhi keputusan untuk
melakukan pembelian ulang atau tidak.
Menurut Kotler (2006: 6) kualitas adalah
keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh kepada
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa produk yang berkualitas
dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Harga merupakan salah satu atribut
paling penting yang dievaluasi oleh
konsumen, dan manager perlu benar-benar
menyadari peran harga tersebut dalam
pembentukan sikap konsumen. (Mowen dan
Minor 2002 : 318).
Dalam situasi tertentu konsumen
sangatlah sensitif terhadap harga. Sehingga
harga yang relatif tinggi di bandingkan dari
para pesaingnya, dapat mengelimasi produk
dari pertimbangan konsumen. Akan tetapi
dalam kasus lainnya harga dapat di
pergunakan sebagai indikator pengganti
kualitas produk, dengan hasil bahwa harga
lebih tinggi di pandang positif oleh segmen
tertentu, kemudian harga produk dapat dapat
memberikan baik pengaruh positif atau
negatif terhadap konsumen, ini merupakan
konsep yang harus di ingat oleh para
menejer.
Selain itu citra dari merek juga akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian ulang. Dimana
menurut Rangkuti (2002: 43) brand image
merupakan sekumpulan asosiasi merek yang
terbentuk dibenak konsumen. Dimana
asosiasi adalah segala hal yang berkaitan
dengan ikatan mengenai merek.
Dalam persaingan pasar yang
kompetetif, masing-masing perusahaan
berusaha untuk menjadi yang terbaik di mata
konsumen, dengan menawarkan berbagai
jenis produk yang memiliki keunggulan
masing-masing.
Setiap
perusahaan
berlomba-lomba melakukan innovasi dan
memberikan kualitas yang terbaik dari
produk mereka.
Demikian juga halnya dengan
pertumbuhan dan persaingan dalam produksi
minuman fermentasi atau prebiotik terus
meningkat. Hal ini disebabkan karena
semakin pedulinya masyarakat akan
kesehatan
tubuh
mereka.
Dengan
meningkatnya
pertumbuhan
pasar
mengakibatkan produsen saling bersaing
untuk meningkatkan kualitas dari produk
mereka Di antara perusahaan minuman
fermentasi atau prebiotik adalah PT. Yakult
Indonesia Persada Cabang Padang yang
merupakan perusahaan yang
menjadi
pelopor yang bergerak di bidang penjualan
minuman susu fermentasi di Indonesia, yang
mana telah memiliki brand image yang kuat
dibenak konsumen Indonesia. Produk
Yakult
yang
dibuat
dengan
cara
memfermentasi susu bubuk skim yang
mengandung bakteri asam laktat hidup
Lactobacillus casei Shirota strain.
PT. Yakult Indonesia Persada
Cabang Padang menghadapi persaingan
yang ketat dari perusahaan minuman
lainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus
menetapkan harga dengan baik dan sesuai
dengan kualitas produknya agar dapat
menghadapi
persaingan
dan
dapat
meningkatkan tingkat penjualan secara
optimal sehingga konsumen mau melakukan
pembelian ulang terhadap produk Yakult.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka
untuk dapat bersaing dalam situasi pasar
yang memiliki persaingan cukup tinggi,
maka perusahaan dituntut untuk dapat
mengantisipasi perubahan-perubahan dan
peka terhadap kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian dibutuhkan produk yang
memiliki kualitas terbaik serta harga yang
sesuai dengan kualitas.
Berdasarkan wawancara awal yang
penulis lakukan pada beberapa masyarakat
kota Padang, terlihat bahwa pada umumnya
masyarakat
mengkonsumsi
minuman
prebiotik. Ini disebabkan karena aktifitas
konsumsi yang cenderung tinggi dan pola
hidup sehat yang mereka harapkan setelah
mengkonsumsi minuman prebiotik ini. Oleh
sebab itu dengan mengkonsumsi minuman
prebiotik ini diharapkan tubuh menjadi lebih
sehat dan pencernaan menjadi lancar.
Konsumen yang berpersepsi atau
berpendapat bagus terhadap kualitas produk,
harga, dan brand image tentu saja akan
selalu
menggunakan
produk
yang
ditawarkan,
sehingga
mereka
akan
melakukan pembelian ulang terhadap
produk tersebut. Jika mereka berpendapat
kurang bagus atau kurang puas tentunya
akan beralih ke produk lain. Hal demikian
harus mendapatkan perhatian yang serius
oleh perusahaan agar perusahaan tetap dapat
bertahan
dan
mengembangkan
lagi
usahanya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya,
yang menjadi fokus perusahaan pada saat ini
adalah terus meningkatkan penjualan produk
melalui berbagai program, sehingga dapat
mempengaruhi keputusan pembelian ulang
konsumen. Salah satunya adalah dengan
terus meningkatkan kualitas produk seperti
kualitas rasa, kandungan zat gizi, serta harga
yang terjangkau dan lain-lain.
Agar
dapat
mempertahankan
konsumen dan meningkatkan penjualannya,
maka brand image yang telah dimiliki
Yakult perlu di pertahankan. Sehingga
dengan kualitas produk yang baik dan harga
yang sesuai serta Brand image yang dimiliki
Yakult
dapat
membuat
konsumen
melakukan keputusan pembelian ulang
terhadap Yakult.
TINJAUAN PUSTAKA
Keputusan Pembelian Ulang
Menurut Simamora (2003:28), apabila
seseorang sudah pernah melakukan pembelian
3
terhadap suatu produk dan ia akan melakukan
pembelian ulang terhadap produk tersebut
maka perilaku yang akan mungkin ditunjukkan
ada dua yaitu:
1) Pemecahan masalah berulang
Alasan melakukan pemecahan masalah
dalam pembelian ulang disebabkan oleh
beberapa kemungkinan:
a) Konsumen tidak puas dengan produk
sebelumnya,
sehingga
memilih
alternatif lainnya.
b) Pembelian
pertama
sudah lama
akibatnya saat ingin melakukan
pembelian
ulang
produk
sudah
mengalami banyak perubahan
2) Perilaku karena kebiasaan
Perilaku ini tampak pada seseorang yang
membeli merek/produk yang sama
berulang-ulang. Perilaku tersebut dapat
terjadi karena dua hal:
a) Pengaruh loyalitas, dimana orang
tersebut loyal terhadap merek/produk
tersebut.
b) Karena kemasan, dimana seseorang
membeli produk/merek yang sama
karena malas mengevaluasi alternatifalternatif yang tersedia.
Hasil evaluasi konsumen terhadap
produk yang telah mereka beli ditentukan oleh
perbandingan antara harapan mereka dengan
kemampuan produk dalam memenuhi harapan
tersebut. Apabila atribut produk dapat
memenuhi manfaat yang dibutuhkan dan
diinginkan, konsumen akan menilai produk
tersebut memuaskan dan begitu juga
sebaliknya.
Pemasar harus memahami prilaku
pembeli pada setiap tahap dan pengaruh apakah
yang sedang beroperasi pada keputusan
pembelian. Hal ini membantu pemasar untuk
mengembangkan program-program pemasaran
yang efektif untuk pasar sasaran.
4
Setelah konsumen melalui tahap-tahap
pengambilan keputusan tersebut, maka ia akan
mudah untuk memutuskan barang atau jasa
yang akan dibelinya dan bagaimana sikap dan
persepsi konsumen terhadap barang atau jasa
yang digunakannya. Beranjak dari hal tersebut,
seorang pemasar dapat nantinya menentukan
apakah seorang konsumen akan puas dan loyal
terhadap barang atau jasa yang dibelinya.
Puasnya seseorang terhadap barang dan jasa
apabila barang atau jasa tersebut dapat
memenuhi harapan atau bahkan melebihi
harapan konsumen. Begitu juga dengan
loyalitas seseorang terhadap sebuah produk.
Seseorang dikatakan loyal apabila orang
tersebut bersedia melakukan pembelian secara
berulang-ulang.
Setiap kali pelanggan membeli, ia akan
bergerak melalui siklus pembelian. Pembeli
pertama kali akan bergerak melalui lima
langkah: pertama, menyadari produk, dan
kedua, melakukan pembelian awal. Kemudian,
pembeli bergerak melalui dua tahap
pembentukan sikap, yang disebut “evaluasi
pasca pembelian” dan yang lainnya disebut
“keputusan membeli kembali”. Bila keputusan
membeli kembali disetujui, langkah kelima,
pembelian kembali akan mengikuti. Urutan dari
pembelian, evaluasi pasca pembelian, dan
keputusan membeli kembali akan berulang
beberapa kali, atau beberapa ratus kali, selama
terjalin hubungan antara pelanggan dengan
perusahaan dan produk serta jasanya.
Kualitas Produk
Menurut Kotler (2001 : 274) kualitas
adalah kemampuan produk untuk menjalankan
fungsi nya, yang mencakup daya tahan,
kehandalan, kekuatan, kemudahan penggunaan
dan reparasi produk dan ciri-ciri bernilai
lainnya. Berdasarkan defenisi diatas dapat
disimpulkan bahwa defenisi kualitas bersumber
dari 2 sisi yaitu sisi produsen dan sisi
konsumen, produsen menentukan persyaratan
atau
spesifikasi,
sedangkan
konsumen
menentukan kebutuhan dan keinginan.
suatu produk. Ini berarti meningkatkan kualitas
merupakan keharusan dalam dunia bisnis.
Menurut Kotler ( 2006 : 6) menyatakan
bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri,
sifat suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh kepada kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
tersirat.
Meskipun kualitas produk mutlak ada
dalam pelaksanaannya factor ini merupakan ciri
pembentukan citra produk yang sulit
dijabarkan. Konsumen sering tidak sependapat
tentang faktor – faktor apa yang sebebnarnya
membentuk kualitas suatu produk. Dalam
masalah ini manfaat produk sangat berperan
meskipun secara subjektif hanya satu kali.
Pemasar harus mampu untuk membuat
keputusan keputusan kualitas produknya,
karena produk harus mampu untuk mencapai
tingkat kualitas yang sesuai dengan fungsi
penggunaannya dan tidak perlu melebihi.
Kualitas Produk adalah salah satu alat
utama dalam positioning atau menetapkan
posisi sebagai pasar kualitas produk yang
mempunyai dua dimensi kualitas tingkat
konsistensi dalam pengembangan suatu produk.
Pemasaran pada awalnya harus memilih tingkat
kualitas yang akan mendukung posisi produk
dipasar sasaran. Disini kualitas produk adalah
kualitas, kinerja, kemampuan produk untuk
melaksanakan fungsinya yang meliputi daya
tahan kehandalan, kemudahan penggunaan,
serta atribut bernilai lainnya.
Kalau dilihat dari sudut pandang
konsumen, kualitas atau mutu adalah
Keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau
pelayanan
yang
berpengaruh
kepada
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat
Sementara dari sudut pandang produsen
kualitas atau mutu adalah keadaan fisik, fungsi
dan sifat suatu produk yang bersangkutan dapat
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen
dengan memuaskan sesuai dengan nilai yang
telah dikeluarkan.
Para menejer pemasaran mempunyai dua
tanggung jawab dalam perusahaan yang
terpusat pada kualitas. Pertama mereka harus
berpartisipasi dalam merumuskan strategi
kebijakan yang dirancang untuk membantu
perusahaan unggul melalui kecermelangan
kealitas
total.
Kedua,
mereka
harus
memberikan kualitas pemasran sekaligus
produksi.
Perhatian konsumen pada tingkat kualitas
produk saat ini semakin meningkat. Hal ini
terjadi karena keluhan konsumen makin lama
makin terpusat pada kualitas yang buruk pada
Untuk melihat suatu produk itu berkualitas
atau tidak dapat dilihat dari tujuh dimensi
kualitas produk (Purnomo, 2006:16) yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kinerja ( performance)
Karakteristik utama suatu produk yang
tercermin dari kemmampuan produk dalam
menjalankan fungsi
Keistimewaan (Feature)
Karakteristik pelengkap yang membedakan
suatu produk dengan produk lainnya dan
bias memberikan kesan yang berbeda
Keandalan (Reliability)
Keandalan suatu produk jika digunakan
selama waktu tertentu
Kesesuaian spesifikasi (conformance)
Kesesuaian produk dengan spesifikasi
yang telah ditentukan
Daya tahan (durability)
Tingkat
keawetan
produk
yang
digambarkan dengan ukuran ekonomis
produk atau seberapa lama produk
memberikan manfaat ekonomis.
Pelayanan (Service ability)
Nilai keindahan atau daya tarik produk,
dan bagaimana daya tarik produk tersebut
Kualitas yang dipersepsikan (Received
Quality)
Reputasi produk atau citara produk
Harga
Dalam arti yang paling sempit, harga
adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu
5
produk atau jasa ( Kotler, 2001: 439). Dalam
arti luas harga adalah jumlah dari seluruh nilai
yang ditukarkan oleh konsumen atas manfatmanfaat memiliki atau menggunakan produk
atau jasa tersebut (Kotler, 2001:439). Harga
memiliki 2 peranan utama dalam proses
pengambilan keputusan para pembeli, yaitu
1.
Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi
harga dalam membantu para pembeli
dslam memutuskan cara memperoleh
manfaat atau kulitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya
dalam berbagai jenis barang dan jasa.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi
harga dalam menarik konsumen mengenai
factor-faktor produksi seperti kulitas, hal
ini bermanfaat dalam situasi dimana
pembeli mengalami kesulitan untuk
menilai faktor produk atau manfaat secara
objektif.
Menurut Kotler (2002:529) metodemetode yang digunakan dalam penetapan harga
adalah : Penetapan harga Mark Up, yaitu
menetapkan harga dengan
1.
2.
3.
6
menambahakan mark up standar ke biaya
produk. Penetapan harga Mark Up
biasanya
digunakan
untuk
produk
musiman, produk khusus, produk yang
penjadwalannya lambat, serta produk yang
membutuhkan penanganan tinggi.
Penetapan harga berdasarkan nilai yang di
persepsikan perusahaan dalam menetapkan
harga,berdasarkan
nilai-nilai
yang
dipersepsikan dan menggunakan berbagai
variable non harga dalam bauran
pemasaran untuk membentuk nilai yang
dipersepsikan dalam pikiran pembeli
Penetapan harga berdasarkan sasaran
pengembalian, perusahaan menetapkan
harga yang akan menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi ( ROI) yang di
inginkan
4.
Penetapan harga berdasarkan nilai,
perusahaan menetapkan harga yang cukup
rendah untuk tawaran yang begitu tinggi.
5. Penetapan harga sesuai harga berlaku,
penetapan harga berdasarkan pada harga
pesaing, perusahaan dapat mengenakan
harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga pesaing utamanya.
6. Penetapan harga tender tertutup, penetapan
harga ini digunakan jika perusahaan
mengikuti tender tertutup atas suatu proyek
perusahaan menentukan harga berdasarkan
perkiraan tentang bagaimana pasaran
menetapkan harga.
Pengaruh harga merupakan suatu yang
sangat penting untuk di pertimbangkan oleh
konsumen untuk memutuskan membeli atau
tidak terhadap suatu produk yang di butuhkan,
oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk
menetapkan harga jual yang sesuai agar dapat
menguntungkan kedua belah pihak, baik
terhadap konsumen maupun produsen itu
sendiri.
Brand Image
Menurut Tjiptono (2002 : 49) brand
image merupakan deskripsi tentang asosiasi
dan keyakinan konsumen tentang merek
tertentu. Sedangkan asosiasi merupakan atribut
yang ada merek dan memiliki suatu tingkat
kekuatan. Selain itu menurut Rangkuti
(2002:43) merupakan sekumpulan asosiasi
merek yang terbentuk dibenak konsumen.
Konsumen yang terbiasa menggunakan merek
tertentu cendrung memiliki brand image
konsistensi terhadap brand image, hal ini sering
juga disebut dengan kepribadian merek (brand
personality).
Menurut
Simamora
(2008:
21)
kompenen brand image terdiri atas 3 (tiga)
bagian:
1.
Citra produsen (corporate image), yaitu
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap perusahaan yang
membuat suatu produk atau biasa meliputi:
popularitas, kredibilitas, serta jaringan
perusahaan.
2. Citra konsumen (user image), yaitu
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap premakaian yang
menggunakan suatu barang atau jasa.
Meliputi pemakaian itu sendiri, gaya
hidup, kepribadian, serta status sosial.
3. Citra produk (product image), yaitu
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk. Meliputi
atribut tersebut, manfaat bagi konsumen,
penggunaannya, dan jaminan.
Menurut Sutisna (2001 : 83) ada
beberapa manfaat dari citra merek yang positif,
antara lain:
4.
1.
Data
Konsumen dengan citra yang positif
terhadap
suatu
merek,
lebih
memungkinkan
untuk
melakukan
pembelian.
2. Perusahaan dapat mengembangkan lini
produk dengan memanfaatkan citra positif
yang telah terbentuk terhadap merek
produk lama.
3. Kebijakan family branding dan leverage
dapat dilakukan pijakan konsumen dalam
mengambil keputusan pembeliaan ulang
dan loyalitas terhadap merek tersebut
Menurut Schifman dan Kanuk (2008 : 21)
faktor-faktor pembentuk citra merk adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Kualitas atau mutu berkaitan dengan
kualitas produk barang yang ditawarkan
oleh produsen dengan merek tertentu.
Dapat di percaya atau di andalkan,
berkaitan
dengan
pendapat
atau
kesepakatan yang di bentuk oleh
masyarakat tentang suatu produk yang di
konsumsi.
Kegunaan atau manfaat, yang terkait
dengan fungsi dari suatu produk barang
yang bisa di manfaatkan oleh konsumen.
5.
6.
7.
Pelayanan yang berkaitan dengan tugas
produsen dalam melayani konsumennya.
Resiko berkaitan dengan besar kecilnya
akibat atau laba dan rugi yang mungkin
dialami oleh konsumen.
Harga dalam hal ini berkaitan dengan
tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya
jumlah uang yang di keluarkan konsumen
untuk mempengaruhi jangka panjang.
Citra yang di miliki oleh merekitu sendiri
yaitu berupa pandangan kesepakatan dan
informasi yang berkaitan dengan suatu
merek dari produk tertentu.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat kota Padang yang pernah
mengkonsumsi dan membeli minuman Yakult.
Untuk menetukan ukuran sampel dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan rumus dari
William G. Cochran (1963:75), diketahui
populasi
73,084
orang,
Cochran
mengembangkan formula sebagai berikut:
n = z2 pq / e2 = (1,96)2 (0,5) (0,5) / (0,08)2 =
150.06 dibulatkan menjadi 150 sampel.
Dimana:
n = jumlah sampel
z = score yang dipilih
p = proporsi estimasi dari kejadian (0,5)
q =1–p
e = keakuratan (10%)
sampel pada penelitian ini sebanyak 150 orang
responden. Sampel dipilih menggunakan
sampel area, dimana sampel yang di terpilih
adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Nanggalo,
dan Kecamatan Padang Utara. Perhitungan
jumlah sampel menggunakan rumus Cochran,
dan didapat 150 orang responden. Jumlah
responden di bagi ke dalam masing-masing
7
Kecamatan, Kecamatan Koto Tangah dengan
84 orang responden, Kecamatan Nanggalo,
dengan 30 orang responden, dan Kecamatan
Padang Utara dengan 36 orang responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Indikator dalam penelitian ini terdiri
dari tiga variabel bebas dan satu variabel
terikat, variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kualitas produk, harga, brand image,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keputusan pembelian ulang.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan
dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa
variabel kualitas produk memiliki skor rata-rata
3,67 dengan angka presentasi sebesar 73.49%.
Hal ini menggambarkan bahwa secara
keseluruhan responden yang menyatakan
tergolong kuat, bahwa mereka merasa produk
yang ditawarkan Yakult sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen yang
dilengkapi desain dan fitur yang menarik
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan
dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa
variabel harga memilki skor rata-rata 3,75
dengan angka presentasi sebesar 75.07% berarti
jawaban responden termasuk kategori kuat. Hal
ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan
responden menyatakan bahwa harga dari
Yakult sudah terjangkau di mata konsumen
karena tingkat capaian respondennya sudah
termasuk kategori kuat.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan
dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa
variabel brand image memilki skor rata-rata
3,67 dengan angka presentasi sebesar 73.57%
berarti jawaban responden termasuk kategori
kuat. Hal ini menggambarkan bahwa secara
keseluruhan responden menyatakan bahwa
brand image dari Yakult sudah kuat tertanam
di mata konsumen karena tingkat capaian
respondennya sudah termasuk kategori
kuat.disini bisa dilihat dari penjualannnya.
8
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian
tentang kenormalan distribusi data, Idris
(2010:72). Data yang baik adalah yang
mempunyai pola seperti distribusi normal
(tidak menceng ke kiri atau ke kanan). Uji
normalitas dapat dilakukan dengan metode
grafik P-Plot, dengan melihat kesamaan antara
nilai probabilitas harapan dan probabilitas
pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal
yang merupakan perpotongan antara garis
probabilitas
harapan
dan
probabilitas
pengamatan.
Dari grafik PP Plots dapat dilihat,
kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan
probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan
garis diagonal yang merupakan perpotongan
antara garis probabilitas harapan dan
probabilitas pengamatan. Nilai P-Plots terletak
disekitar garis diagonal dan tidak menyimpang
jauh dari garis diagonal, sehingga dapat
dikatakan bahwa distribusi data adalah normal.
Ini berarti bahwa sebaran data X1, X2, X3 dan Y
normal atau data sampel berasal dari populasi
yang tersebar secara normal.
Uji Homogenitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan
lain
tetap,
disebut
homoskedastisitas. Sementara itu, untuk
varians
yang
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Scatterplot pada gambar dapat dilihat
bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur.
Hal tersebut dapat dilihat pada plot yang
terpencar dan tidak membentuk pola tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi
berganda tidak terjadi gejala homokedastisitas
dan persamaan regresi memenuhi asumsi
heterokedastisitas.
Uji Multikolonieritas
Sebelum menggunakan regresi berganda,
terlebih dahulu dilakukan uji multikolinearitas
yaitu uji hubungan sesama variabel bebas.
Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama
variabel bebas tersebut, maka salah satu
diantaranya dieliminir (dikeluarkan dari
analisis regresi berganda). Dilakukan dengan
variance inflation factor (VIF). Nilai VIF dapat
dihitung dengan rumus (Umar 2011:179)


VIF = 1 / 1  R 2
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance
inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
multikolonieritas antar semua variabel bebas
yang terdapat penelitian.
Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan adalah teknik analisis regresi
berganda, karena variabel bebas dalam
penelitian ini lebih dari satu. Teknik analisis
regresi berganda merupakan teknik uji yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Persamaan
analisis regresi berganda dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 (Idris 2010:52)
Keterangan:
Y = Keputusan pembelian ulang
X1 = kualitas produk
X2 = harga
X3 = brand image
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi kualitas produk
b2 = Koefisien regresi harga
b3 = Koefisien regresi brand image
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
dirumuskan persamaan regresi berganda
sebagai berikut:
Y = 1,274 + 0,092 X1 + 0,229 X2 + 0,154 X3
IMPLIKASI PENELITIAN
Pengujian Hipotesis
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh
secara partial setiap variabel bebas terhadap
variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan SPSS Versi 16, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama dalam penelitian adalah
kualitas produk mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian
ulang (Y) pada produk Yakult di Kota
Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16
dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976
maka 5.669 > 1.976 dengan tingkat
signifikan 0.000<0,05. Akibatnya Ho di
tolak Ha di terim. Hal ini menunjukan
bahwa kualitas produk mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang produk Yakult
di Kota Padang.
2. Hipotesis ke dua dalam penelitian adalah
harga
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan terhadap keputusan pembelian
ulang (Y) pada produk Yakult di Kota
Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16
dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976
maka 4.166 > 1.976 dengan tingkat
signifikan 0,000<0,005. Akibatnya Ho di
tolak Ha di terima. Hal ini menunjukan
bahwa harga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian
ulang produk Yakult di Kota Padang.
3. Hipotesis ke tiga dalam penelitian adalah
brand image mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian
ulang (Y) pada produk Yakult di Kota
Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16
dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976
maka 3.091 > 1.976 dengan tingkat
signifikan 0,002 < 0,005. Akibatnya Ho di
tolak Ha di terima. Hal ini menunjukan
9
bahwa brand image mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan
pembelian ulang produk Yakult di Kota
Padang.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult
di kota Padang.
Dari uji hipotesis yang dilakukan bahwa
kualitas produk mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian ulang
produk Yakult di kota Padang. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas produk sangat
menentukan tingkat keputusan pembelian ulang
konsumen terhadap pembelian minuman
prebiotik Yakult.
Kualitas produk adalah salah satu sarana
positioning
utama
pemasar.
Kualitas
mempunyai dampak langsung pada kinerja
produk atau jasa; oleh karena itu, kualitas
berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan
pelanggan. Dalam arti lebih sempit, kualitas
dapat didefinisikan sebagai bebas dari dari
kerusakan. Kualitas produk mempunyai dua
dimensi yaitu tingkat dan konsistensi.
Dari hasil penelitan di lapangan yang
peneliti lakukan, ditemukan bahwa kualitas
produk berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang Yakult dan hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan Tjiptono
yang mengatakan bahwa “ untuk mengetahui
kualitas produk itu bagus dapat di lihat dari
performance,
durability,
conformance,
features, reability, aesthestics, perceived
quality, dilihat dari segi pesaing di dunia bisnis
saat ini maka setiap perusahaan hendaklah di
tuntut meningkatkan kualitas produknya.
Keputusan Pembelian ulang adalah
merupakan tindakan konsumen setelah
mengkonsumsi produk, konsumen akan
merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu.
10
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Ulang Produk Yakult di kota
Padang
Dari uji hipotesis yang dilakukan
ditemukan bahwa Harga mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan pembelian
ulang konsumen Yakult. Dari hasil penelitan
dilapangan yang peneliti lakukan, ditemukan
bahwa variabel harga berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian ulang Yakult.
Hal ini menunjukkan bahwa Harga sangat
menentukan keputusan pembelian ulang
konsumen terhadap pembelian produk Yakult
di kota Padang. Hal ini sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Mowen & Minor
(2002:318), Harga merupakan salah satu akibat
yang paling penting yang di evaluasi oleh
konsumen dan mereka perlu benar-benar
menyadari peran harga dalam pembentukan
sikap konsumen. Keputusan Pembelian Ulang
adalah merupakan tindakan konsumen setelah
mengkonsumsi produk, konsumen akan
merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu.
Pengaruh
Brand
Image
Terhadap
Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult
di kota Padang
Dari uji hipotesis yang dilakukan
ditemukan bahwa Asosiasi Merek mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian ulang Yakult. Hal ini menunjukkan
bahwa peran brand image sangat menentukan
tingkat keputusan pembelian ulang Yakult di
kota Padang.
Dari hasil penelitan dilapangan yang
peneliti lakukan, ditemukan bahwa brand
image berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang Yakult hal ini
sejalan dengan pendapat Peter dan Olson dalam
Rangkuti (2004:20) pengambilan keputusan
pembelian ulang, apabila pelanggan di
hadapkan kepada pilihan seperti nama merek,
harga serta berbagai atribut produk lainnya,
akan cenderung memilih nama merek terlebih
dahulu, setelah itu baru memikirkan harga pada
kondisi seperti ini. Merek merupakan
perimbangan pertama dalam pengambilan
keputusan secara cepat. Keputusan Pembelian
Ulang adalah merupakan tindakan konsumen
setelah mengkonsumsi produk, konsumen akan
merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu.
Minuman Yakult merupakan minuman
yang baik untuk kesehatan, Minuman
Yakult merupakan minuman yang halal
untuk di Harga minuman sesuai dengan
manfaat yang di peroleh.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan sebelumnya, berikut ini dapat
disimpulkan
bahwa
Kualitas
Produk
berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang produk Yakult di
kota Padang. harga berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian ulang
produk Yakult di kota Padang. brand image
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian ulang produk Yakult di kota Padang.
Idris. 2010. Aplikasi Model Analisis Data
Kuantitatif dengan Program SPSS.
Edisi Revisi III. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang.
Kotler,
Philip 2001. Prinsip – Prinsip
Pemasaran. Terjemahan Damur
Sihombing. M.B.A. Edisi & Jilid
satu dan dua. Jakarta : Erlangga.
. 2002. Manajemen Pemasaran.
Edisi milenium. Ahli Bahasa Hendra
Teguh, Roni A. Rusli dan Benyamin
Molan. Jakarta : PT. Prenhalindo.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan di atas maka untuk meningkatkan
keputusan pembelian ulang konsumen terhadap
Produk Yakult di kota Padang, disarankan
beberapa hal bagi pimpinan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Menjaga dan meningkatkan merek yang
sudah tertanam pada konsumen minuman
prebiotik Yakult, melalui Meningkatkan
kualitas minuman Yakult lebih baik di
bandingkan dengan minuman kesehatan
yang lain, Meningkatkan daya tahan
kemasan produk Yakult dengan sangat
menarik, Meningkatkan kesehatan dan
higeinis minuman Yakult.
Harga produk pada minuman prebiotik
Yakult harus dalam keadaan stabil dengan
cara: Harga Yakult terjangkau bagi
konsumen, Harga Yakult sebanding
dengan produk pesaing, Harga Yakult
lebih murah pada pesaing.
Disarankan Brand Image produk Yakult
dapat di tingkatkan lagi dengan cara :
Mowen, John C, dan Minor, Michael 2002.
Prilaku konsumen. Terjemahan
Oleh Lina Salim. Jakarta : PT.
Erlangga.
Purnomo,
Nursyahari. 2006. Manajemen
Kualitas Perspektif Global. Jakarta :
Ekonosia.
Rangkuti, Freddy, 2002. The Power of Brand.
Teknik Mengelola Brand Equity dan
Starategi Pengembangan Merek.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Umum.
2004.The Power of Brand. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Umum.
Schiffman, Leon G dan Laslie Lazar kanuk.
2004. Consumer Behovior (Eight
Edition) New Jersey : Prentice Hall.
Sutisna dan Teddy Prawitra. 2001. Prilaku
konsumen dan Strategi Pemasaran
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
11
Simamora, Bilson. 2003. Riset Pemasaran dan
Prilaku Konsumen. Jakarta :
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
2003. Membongkar Kotak Hitam
Konsumen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Tjiptono, Fandy, 2002. Brand Management.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian. Untuk
Skripsi dan Hipotesis Bisnis. Jakarta
: Gramedia
12
Download