Ilmu Sosial IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PADA PUSKESMAS SEBAGAI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (Studi Deskriptif Tentang Implementasi Program JKN Dalam Perspektif Edward III Pada Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya) TIM PENELITI Sri Roekminiati,S.Sos, M.KP (Ketua) (NIDN. 0713087001) Drs. Sapto Pramono,M.Si (Anggota) (NIDN. 0701076201) Dibiayai Oleh Universitas Dr. Soetomo Sesuai Dengan Surat Keputusan Rektor Univeersitas Dr.Soetomo Tentang Hibah Penelitian Dosen Program Studi Universitas Dr. Soetomo Nomor: OU.840A/B.I.05/IV/2015 Tentang Penelitian DIPA Universitas Dr. Soetomo Tahun 2014/2015 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS Dr. SOETOMO SURABAYA 2015 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian : Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pada Puskesmas Sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) (Studi Deskriptif Tentang Implementasi Program JKN Dalam Perspektif Edward III Pada Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya) 2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dengan gelar : Sri Roekminiati, S.Sos, M.KP b. Pangkat/Gol/NPP : Lektor/III-b/94.01.1.165 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Dosen Biasa d. Fakultas : Ilmu Administrasi e. Alamat Rumah/HP : 081230503227 f. E-mail : [email protected] 3. Jumlah Tim Peneliti : Satu (1) orang a. Nama lengkap dengan gelar : Drs.Sapto Pramono, M.Si b. Pangkat/Gol/NIP : Lektor/III-d/88.01.1037 c. Jabatan Fungsional / Struktural : Dosen Biasa 4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya 5. Jangka Waktu Penelitian : 3 bulan 6. Biaya Penelitian DIPA Penelitian : Rp. 2.000.000,Unitomo Surabaya, Agustus 2015 Mengetahui Dekan Fakultas Ketua Peneliti (Drs. Basuki Nugroho, M.Si) NIP: 19570902 198603 1 001 (Sri Roekminiati, S.Sos, M.Kp) NPP: 94.01.1.165 Mengetahui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Dr. Soetomo Dr. Totok Hendarto, M.Si NIP. 19670125 199203 1 003 ii Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pada Puskesmas Sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)”. Penelitian ini bermaksud untuk dapat mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan Implementasi Program Implementasi Program JKN dalam perspektif George Edward III serta strategi pelayanan yang dikembangkan di Puskesmas Pucang Sewu. Adapun secara umum penelitian dimaksud akan dipergunakan dan atau berguna untuk: (a) Memberikan masukan bagi puskesmas pada umumnya terkait strategi pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam pelaksanaan Program JKN sehingga menghasilkan pelayanan yang berkualitas. (b) Sebagai salah satu instrumen monitoring program JKN dalam upaya merekomendasikan langkah langkah bagi penyempurnaan pelaksanaan Program JKN yang sedang dan telah berjalan khususnya di puskemas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama . Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari sempurna.Tidak menutup kemungkinan apabila masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karenanya, kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan dari semua pihak akan peneliti terima dengan penuh sukacita. Surabaya, Agustus 2015 Peneliti iii Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi RINGKASAN Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Era JKN adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Di samping itu Puskesmas dituntut mampu memberikan layanan 144 jenis diagnosa kesehatan untuk mendukung pelaksanaan JKN. Tetapi kenyataannya kendala maupun kelemahan Program JKN terdapat pada Puskesmas. Yang akhirnya pilihan jatuh pada Klinik atau dokter pribadi yang menerima fasilitas JKN. Kendala tersebut antara lain: (1) ketersediaan dokter dengan waktu buka praktik yang terbatas. Puskesmas ratarata tutup jam 12 siang. (2) faktor kebersihan dan profesionalitas pegawai. (3) Soal obat mayoritas obat di puskesmas biasanya ‘tak berbaju’, sedang di klinik atau dokter hanya segelintir yang demikian. Peneliti justru tertarik melakukan penelitian di Puskesmas Pucang Sewu karena kekhawatiran pelayanan program JKN yang diuraikan di atas tidak terbukti. Pada tahun 2014 Puskesmas Pucang Sewu meraih Juara Terbaik 1 sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas pada Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII diselanggarakan oleh BPJS Kesehatan Jawa Timur. Hal inilah yang menurut peneliti menarik untuk dikaji lebih dalam lagi Implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Tujuan penelitian ini ingin mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan implementasi kebijakan Program JKN dilihat dari 4 faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: a) Komunikasi; b) Struktur Birokrasi; c) Sumberdaya;d) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana dan inovasi-inovasi pelayanan unggulan yang dikembangkan di Puskesmas Pucang Sewu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi kualitatif . Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah Tenaga Kesehatan/medis dan Tenaga non Kesehatan/paramedis dan pasien puskesmas peserta Program JKN yang datang untuk berobat atau minta rujukan. Prosedur Pengumpulan Data: a) Observasi atau pengamatan; b) Wawancara Mendalam/In-Depth interview dan c) Metode Dokumenter. Metode analisis data menurut Miles dan Huberman yang iv Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi terdiri tiga alur kegiatan yaitu: 1) Reduksi Data; 2) Penyajian dan analisis data; dan 3) Menarik kesimpulan dan verifikasi/interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan dari 4 (empat) variabel yang mempengaruhi implementasi program JKN di Puskesmas Pucang Sewu relatif berhasil dan mampu menghasilkan pelayanan yang berkualitas.1) Sarana komunikasi yang dipergunakan untuk mengenalkan Program JKN dilakukan dengan memasang spanduk besar di dekat papan nama Puskesmas, Banner dan poster di ruang tunggu/antrian dan juga melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan langsung oleh dokter puskesmas. 2. Sumberdaya meliputi; a.Sumberdaya Manusia; b)Sarana Prasarana; c) Keuangan sudah memenuhi syarat ideal untuk mewujudkan palayanan yang berkualitas. 3)Komitmen pelaksanan Program JKN dari instansi terkait begitu tinggi dan 4) Terjalin hubungan yang harmonis dan bersinegi antara lembaga terkait sehingga menghasilkan layanan yang berkualitas. Tetapi menurut peneliti tidak hanya empat variabel tersebut yang mempengaruhi keberhasilan Puskesmas Pucang Sewu dalam memberikan layanan kepada pasien program JKN selain status yang telah memegang ISO 9001:2008 sejak tahun 2008, tetapi juga adanya inovasi pelayanan unggulan. Pada akhirnya dalam penelitian ini peneliti memberikan saran : 1) Dipandang perlu seluruh instansi terkait melakukan sosialisasi secara kontinu 2) Diharapkan seluruh jenjang fasilitas kesehatan Program JKN memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.3) Dipandang perlu untuk terus melakukan penambahan, peningkatan kualitas sumber daya dan 4) Diharapkan semua layanan puskesmas ke depan berstandar ISO 9001-2000 dan terus melakukan inovasi layanan yang bisa dikembangkan dengan mengadaptasikan kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Key words: Implementasi, JKN, puskesmas v Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi SUMMARY Public Health Center (PHC) in JKN Era is a health care facility that organizes public health efforts and the efforts of individual health first level. In addition, the health center able to provide services demanded 144 types of health diagnostics to support the implementation of JKN. But the reality constraints and weaknesses JKN program contained in PHC. That ultimately the choice fell on the clinic or personal physician who received JKN facilities. These constraints include: (1) the availability of a doctor with a practice limited time. PHC average closed at 12 noon. (2) factors cleanliness and professionalism of employees. (3) Problem drug majority of drugs in health centers usually 'shirtless', being in a clinic or doctor's only a handful of such. Researchers actually interested in doing research in Puskesmas Pucang Sewu as concerns services JKN program described above is not proven. In 2014 PHC Pucang Sewu won Best Champion 1 as First Level Health Facilities capable of providing quality service in Primary Care Jamboree organized by the Regional Division VII BPJS East Java. This is according to researchers interesting to study more deeply JKN Program Implementation in Puskesmas Pucang Sewu Gubeng Surabaya as First Level Health Facilities. The purpose of this study is to describe, analyze and interpret the policy implementation program JKN seen from four factors that affect the implementation of the policy, namely: a) Communication; b) Structure Bureaucracy; c) Resources; d) attitude / tendency (Disposition) implementers and superior service innovations developed in PHC Pucang Sewu. This study used a qualitative description of the approach. The technique of determining the informants in this study is Medicals / non-medical and Health Workers / paramedic and patient health centers JKN Program participants who come for treatment or ask for a referral. Data collection procedures: a) Observation or observation; b) In-depth Interviews / In-Depth interview and c) Methods documentary. Data analysis method according to Miles and Huberman which consists of three flow of activities, namely: 1) Reduction of Data; 2) Presentation and analysis of data; and 3) Draw conclusions and verification / interpretation. vi Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi The results showed than four variables that affect the implementation of JKN programs in PHC Pucang Sewu relatively successful and able to produce services berkualitas.1. Means of communication used to introduce JKN Program carried out by placing large banners near the nameplate Health Center, Banner and posters in the lounge / queuing and also socialize in the form of direct counseling by doctors clinic. 2. Resources include; Human a. resource; b) Infrastructure; c) Financial already qualified ideal for realizing palayanan quality. 3. Commitment JKN Program implementation of the relevant agencies so high and 4. Intertwined harmonious relationship and bersinegi between relevant institutions so as to produce quality services. But according to researchers not only four of the variables that influence the success of Puskesmas Pucang Sewu in providing services to patients JKN program in addition to the status that has held the ISO 9001: 2008 since 2008, but also the excellent service innovation. In the end in this study researchers gave suggestions: 1) Seen need all relevant agencies to disseminate continuous 2) It is expected that all levels of health facilities JKN program has a high commitment to achieve a quality service in accordance with the regulations berlaku.3) Seen need to continue adding, improving the quality of resources and 4) It is expected that all future health center services standards ISO 9001-2000 and continues to innovate services that can be developed by adapting the needs of people in the region. Key words: Implementasi, JKN, PHC vii Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi DAFTAR ISI Sampul Depan …………………………………………………………….…… Sampul Dalam …………………………………………………………….…… Kata Pengantar ……………………………………………………………….... Ringkasan …………………………………………………………………..….. Summary ………………………………………………………………………. DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. DAFTAR GRAFIK........................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 2.1. Kebijakan Publik …………………………………………….. 2.2. Proses Kebijakan.................................................................... 2.3. Implementasi Kebijakan ……………………………………… 2.4. Model Proses Implementasi Kebijakan .................................. 2.5. Penyelenggara Pelayanan Publik ............................................ 2.6. Program JKN .......................................................................... 2.7. Puskesmas .............................................................................. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................ 3.1. Tujuan Penelitian ................................................................... 3.2. Manfaat Penelitian ................................................................. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Rancangan Penelitian .................................................... 4.2. Informan ................................................................................. 4.3. Lokasi Penelitian .................................................................... 4.4. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 4.5. Fokus Penelitian ..................................................................... 4.6. Metode Analisis Data ............................................................. BAB V 5.1. Deskripsi Singkat Puskesmas Pucang Sewu .......................... 5.2. Implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu ...... 5.2.1. Komunikasi .................................................................. 5.2.2. Sumberdaya .................................................................. 5.2.3. Disposisi ....................................................................... 5.2.4. Struktur Birokrasi ......................................................... i ii iii iv vi viii ix x xi 1 6 7 7 9 12 13 18 19 23 26 26 26 27 27 28 29 29 30 30 32 39 39 43 47 50 5.3. Strategi Pelayanan yang Dikembangkan Puskesmas Pucang Sewu Dalam Pelaksanaan Program JKN ............................. BAB VI PENUTUP .................................................................................... 6.1. Kesimpulan............................................................................ 6.2. Saran dan Rekomendasi ………………………………. Daftar Pustaka 52 58 58 60 viii Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi DAFTAR TABEL Tabel II.1 Tabel V.1 Tabel V.2 Tabel V.4 Jenis Iuran Per Bulan Kepesertaan JKN ............................... Pelayanan Pagi Puskesmas Pucang Sewu ............................. Pelayanan Sore Puskesmas Pucang Sewu ............................ SDM Puskesmas Pucang Sewu ............................................ 22 ix Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Gambar II.2 Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar V.1 Gambar V.2 Gambar V.3 Gambar V.4 Gambar V.5 Gambar V.6 Gambar V.7 Gambar V.8 Gambar V.9 Gambar V.10 Gambar V.11 Gambar V.12 Gambar V.13 Gambar V.14 Gambar V.15 Gambar V.16 Ideal Kebijakan Publik……………................................ Tahap-tahap Kebijakan Publik ....................................... Proses Kebijakan yang Ideal .......................................... Sekuensi Implementasi Kebijakan ................................. Interaksi Faktor-faktor Determinan Implementasi ......... Tampak Depas Puskesman Pucang Sewu ...................... Pojok Laktasi .................................................................. Sambutan Pagi dan Penyuluhan di Unit Pendaftaran ..... Poster BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu ..... Banner BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu .... Spanduk BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu... Brosur Imunisasi Dasar Puskesmas Pucang Sewu ......... Brosur HIV/AID Poli KIA dan KB Puskesmas Pucang Sewu ............................................................................. Kunjungan Presiden Ri Tanggal 4 Januari 2014 Dalam Rangka Evaluasi Pelaksanaan JKN ......................................... Kunjungan Menkes RI Tanggal 29 Januari 2014 ......... Piagam Penghargaan FKTP Terbaik I Divisi Regional VII Tahun 2014 .................................................................................................. Penerimaan Secara Simbolik Uang Tunai Rp.7.500.000 Sebagai FKTP Terbaik I Divisi Regional VII Tahun 2014 .......................... Sarana Prasarana Santun Lansia ................................... Pelayanan Batra Pucang Sewu ...................................... Tampak Depan Poli DDTK Pucang Sewu ................... Kelompok Mandiri Ibu Hamil....................................... x Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 7 10 13 12 14 33 37 38 40 41 41 42 42 48 49 49 50 54 55 56 56 DAFTAR GRAFIK Gambar V.1 Gambar V.2 Kunjungan Pasien Tahun 2012-Mei 2015 ...................... KunjunganPasienPerPoli Tahun 2013-2014................... 52 53 xi Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar1945.Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat(2),yaitu menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yangkuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusiWHAke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkanUniversal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun,veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah 1 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).Namun demikian,skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Undang-Undang Nomor 40 Tahun2004 ini mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial. Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.Untuk program Jaminan Kesehatanyang diselenggarakan olehBPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Pengaturan teknis pelaksanaan lebihlanjut program JKN dituangkan dalam berbagai peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang tersebut diatas,baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP),Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan,Pedoman Pelaksanaan (Manlak),Petunjuk Teknis (Juknis),Panduan Praktis dan lain-lain.(Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak untuk setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Artinya, seluruh biaya pengobatan akan ditanggung oleh pemerintah melalui JKN sesuai dengan batas kesepakatan yang telah ditanggung.. Prinsip yang diterapkan oleh JKN adalah prinsip gotong royong. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, 2 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang beresiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Selain itu ada juga prinsip nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas, portabilitas, kepesertaan yang bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dana digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dalam Program JKN, pelayanan kesehatan dilakukan berjenjang, mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder, hingga tersier. Penduduk yang sakit harus mengakses layanan kesehatan primer terlebih dahulu, yakni puskesmas, dokter keluarga, dan klinik. Jika kompetensi layanan kesehatan primer ini tidak mampu menangani satu kasus, pasien akan dirujuk ke layanan kesehatan sekunder, yakni rumah sakit di daerah. Puskesmas juga akan bermitra dengan dokter umum dan klinik pratama, terutama untuk melakukan promosi pencegahan penyakit. Puskesmas di Era JKN adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: a).pelayanan promosi kesehatan; b)pelayanan kesehatan lingkungan; c) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; d)pelayanan gizi; dan e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. 3 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Melihat peran Puskesmas tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan JKN. Puskesmas merupakan unit yangb strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal.Untuk mewujudkan derajat kesehatanyang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan,harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan pilihanyangdisesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,tuntutan,kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan,pencegahan, penyembuhan,dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumberdaya baik dari segi kualitas maupun kuantitas,sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Di samping itu Puskesmas dituntut mampu memberikan layanan 144 jenis diagnosa kesehatan untuk mendukung pelaksanaan JKN. Rujukan dari puskesmas menjadi salah satu syarat wajib yang harus dimiliki pasien apabila ingin mengakses JKN di rumah sakit. Tentunya ini adalah tuntutan yang tidak bisa dianggap ringan dan memerlukan sebuat komitmen yang tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik. Tidak bisa dipungkiri selama pelaksanaan JKN yang masih berumur satu tahun menemui berbagai macam kendala. Salah satu hal yang menjadi kendala adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang ada masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Kondisinya hingga tahun 2014 masih terdapat kekurangan jumlah tenaga kesehatan dokter spesialis 9.389 orang, dokter umum 33.773 orang, asisten apoteker 6.381 orang, sanitarian 10.687 orang, gizi 13.725 orang, keterapian fisik 4.107 orang. (http://www.slideshare.net/daninjaya/analisa-tantangan-dan-hambatanpelaksanaan-jkn, diakses tanggal 5 Januari 2015). Hal tersebut juga di perparah 4 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi oleh tidak meratanya fasilitas kesehatan di daerah. Pada beberapa daerah Indonesia, kondisi geografis juga menjadi suatu masalah tersendiri, dimana infrastruktur jalan yang masih terbilang susah untuk diakses yang berimplikasi pada mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk mencapai sarana kesehatan. Selain itu kendala maupun kelemahan Program JKN juga terdapat pada Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat I (Faskes TK I) atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Yang akhirnya pilihan jatuh pada Klinik atau dokter pribadi yang menerima fasilitas JKN. Kendala tersebut antara lain: (1) ketersediaan dokter dengan waktu buka praktik yang terbatas. Puskesmas rata-rata tutup jam 12 siang. Itupun, sepanjang jam buka, dokter tidak selalu stand by di tempat. Sedangkan di klinik atau dokter pribadi selain buka sampai siang biasanya buka lagi pada sore hingga malam. Dengan waktu buka praktik yang lebih lama merasa lebih leluasa dan fleksibel untuk berobat. (2) faktor kebersihan dan profesionalitas pegawai. Masih ada sejumlah Puskesmas yang terlihat agak kumuh dan petugas medis seperti “robot”, kaku, jarang tersenyum, bicara seperlunya bahkan kadang sedikit ketus. Dan ini kebalikan dengan pelayanan di klinik dan dokter pribadi yang cederung lebih ramah dan friendly. (3) Soal obat dari klinik atau dokter pribadi sebenarnya relatif sama dengan obat yang diberikan oleh puskesmas yakni sama-sama obat generik. Bedanya, mayoritas obat di puskesmas biasanya ‘tak berbaju’, sedang di klinik atau dokter hanya segelintir yang demikian. Jadi, kalau pasien tidak terlalu paham soal ini, akan mengira kalau obat dari klinik adalah obat paten karena tampilannya yang lebih elegan. Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap di Provinsi Jawa Timur adalah 959 buah. Jika dibandingkan jumlah puskesmas yang ada dan jumlah penduduk yang harus dilayani di Provinsi Jawa Timur adalah 38.362.195 populasi. Jika ukuran ideal satu puskesmas melayani 25.000-30.000 populasi, ini menunjukkan bahwa keberadaan puskesmas di Provinsi Jawa Timur masih kurang. Idealnya minimal jumlah puskesmas di Provinsi Jawa Timur ada 1260 buah. (Sumber: http://www.slideshare, diakses tanggal 8 Januari 2015) Sedangkan jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Rawat Non Inap di Kota Surabaya adalah 62. Jika dibandingkan jumlah puskesmas dan jumlah penduduk 5 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi yang harus dilayani di Kota Surabaya adalah 2.821.929. populasi. Ini menunjukkan bahwa keberadaan puskesmas di Kabupaten Surabaya kurang ideal.Karena 1 puskesmas melayani hampir 46.000 populasi. Dengan data tersebut tentunya akan berpengaruh pada pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas. Pelayanan tentunya tidak bisa ideal pula, dengan jumlah kunjungan setiap harinya yang melebihi kapasitas terkadang membuat kewalahan tenaga medis dan paramedis yang ada di puskesmas. (Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur) Khusus untuk Puskesmas Pucang Sewu Surabaya dengan satu Puskesmas Puskesmas Pembantu Baratajaya dan melayani sebanyak 53.058 menurut peneliti mendekati ideal. Peneliti justru tertarik melakukan penelitian di Puskesmas Pucang Sewu karena kekhawatiran pelayanan program JKN yang diuraikan di atas tidak terbukti. Pada tahun 2014 Puskesmas Pucang Sewu meraih Juara Terbaik 1 sebagai FKTP yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas pada Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII diselanggarakan oleh BPJS Kesehatan Jawa Timur. Selain itu Puskesmas Pucang Sewu merupakan Puskesmas yang sudah menggunkan standar pelayanan ISO 9001:2008.Hal inilah yang menurut peneliti menarik untuk dikaji lebih dalam lagi Implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) 1.2.RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pendahuluan tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah Implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Bagaimanakah Strategi Pelayanan yang dikembangkan Puskesmas Pucang Sewu dalam pelaksanaan Program JKN. 6 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Publik Secara konseptual, kebijakan publik hadir dengan tujuan tertentu, yaitu mengatur kehidupan bersama untuk mencapai tujuan (misi dan visi) bersama yang telah disepakati. Dalam hal ini, kebijakan publik dimaknai sebagai jalan atau alat untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka kebijakan publik yang ideal untuk Indonesia dapat diilustrasikan dengan gambar berikut ini: Masyarakat yang dicitacitakan Kebijakan Publik Masyarakat pada masa transisi Masyarakat pada kondisi awal Gambar II.1: Ideal Kebijakan Publik Sumber: Nugroho (2009:130) Kita bisa meletakkan “kebijakan publik” sebagai “manajemen” pencapaian tujuan nasional”. Dapat kita simpulkan bahwa: 1) Kebijakan publik mudah untuk dipahami karena maknanya adalah “hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional” dan 2) Kebijakan publik mudah diukur karena ukurannya jelas, yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh. Namun, bukan 7 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi berarti kebijkan publik mudah dibuat, mudah dilaksanakan, dan mudah dikendalikan, karena kebijakan publik menyangkut faktor politik. Menurut Nugroho (2009:98), tujuan kebijakan publik dapat dibedakan dari sisi sumberdaya atau resources, yaitu 1) Men-distribusi sumber daya negara kepada masyarakat, termasuk alokatif, realokatif, dan redistribusi, versus mengabsorbsi atau menyerap sumber daya ke dalam negara. 2) Regulatif dan versus deregulatif. Kebijakan regulatif bersifat mengatur dan membatasi, seperti kebijakan tarif, kebijakan proteksi industri, kebijakan HAM, dan sebagainya. Kebijakan deregulatif bersifat membebaskan, seperti kebijakan privatisasi, kebijakan penghapusan tarif dan kebijakan pencabutan daftar negatif investasi. 3) dinamisasi versus stabilissi. Kebijakan dinamisasi adalah kebijakan yang bersifat menggerakkan sumberdaya nasional untuk mencapai kemajuan tertentu yang dikehendaki. Kebijakan stabilisasi bersifat mengerem dinamika yang terlalu tepat agar tidak merusak sistem yang ada, baik sistem politik, keamanan, ekonomi, maupun sosial. 4) Kebijakan yang memperkuat negara versus memperkuat pasar. Kebijakan yang memperkuat negara adalah kebijakan-kebijakan yang mendorong lebih besar peran negara, sementara kebijakan yang memperkuat pasar atau publik adalah kebijakan yang mendorong lebih besar peran publik atau mekanisme pasar daripada peran negara. Pada prakteknya, setiap kebijakan mengandung lebih dari satu tujuan kebijakan, yang berlainan. Kebijakan publik selalu mengandung multi-tujuan, yaitu untuk menjadikan kebijakan itu sebagai kebijakan yang adil dan seimbang dalam mendorong kemajuan kehidupan bersama. Kebijakan yang diambil pemerintah di bidang pendidikan terkait dengan Sekolah Bertaraf Internasional mempunyai multi-tujuan. Selain mempunyai tujuan memperkuat peran negara dengan memberikan subsidi sebesar 300 juta600 juta/ per tahun untuk sekolah RSBI, disisi lain memiliki tujuan dinamisasi dalam bentuk mendorong terbentuknya sekolah-sekolah bertaraf internasional dengan adanya standar pendidikan yang harus diikuti. Ada pula tujuan regulasi seperti batasan-batasan setiap jenjang pemerintahan dalam melakukan peran pendidikan bertaraf internasional dan tujuan deregulasi dengan adanya ruang- 8 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi ruang bagi masyarakat untuk mendirikan dan menyelenggarakan sekolah-sekolah swasta/non-negara bertaraf internasional. Kebijakan publik mengajarkan kepada kita, kehidupan bersama harus diatur. Bukan sekedar diatur, melainkan diatur oleh peraturan yang berlaku untuk semuanya dan berlaku mengikat semuanya. Setiap pelanggar akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukannya, dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Aturan tersebut yang secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik. Dalam buku Kebijakan Publik: Teori dan Proses ( Winarno:2007:16), secara umum istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Pengertian kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai kebijakan publik (public policy) dalam leteratur-literatur ilmu politik. Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbedabeda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda. Sementara di sisi yang lain, pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli pada akhirnya juga akan menentukan bagaimana kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan. Secara konseptual, definisi kebijakan publik yang dimaksud juga memberikan pemahaman tentang: proses kebijakan publik, faktor-faktor yang terkait dalam proses kebijakan publik, dan arti penting atau makna kebijakan publik. 2.1. Proses Kebijakan Proses kebijakan publk merupakan proses yang komplek arena melibatkan banyak proses maupun faktor yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi prosesproses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn (2000:24-25) adalah sebagai berikut: 9 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Penyusunan Agenda FormulasiKebijakan AdopsiKebijakan ImplementasiKebi jakan EvaluasiKebijakan Gambar II.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik Sumber: Dunn (2000:24-25) (1) Tahap Penyusunan Agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang sama. (2) Tahap Formulasi Kebijakan Masalah yang masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing, alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik. 10 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi (3) Tahap Adopsi Kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawaran oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. (4) Tahap Implementasi Kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa impementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana. (5) Tahap evaluasi kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Model proses kebijakan lain yang dikembangkan dari pendekatan dalam teori sistem. Model formal proses kebijakan adalah dari “gagasan kebijakan”, “formalisasi dan legalisasi kebijakan”, “implementasi”, baru kemudian menuju pada kinerja atau mencapai prestasi yang diharapkan_ yang didapatkan setelah dilakukan evaluasi kinerja kebijakan_ seperti yang disampaikan pada gambar berikut ini: 11 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Proses Kebijakan Evaluasi Kebijakan Proses Politik 1 Isu Kebijakan (Agenda Pemerintah) 2 3 Formulasi Kebijakan Input Implementasi Kebijakan Proses 4 Kinerja Kebijakan Out put Lingkungan Kebijakan Gambar II.3. Proses Kebijakan yang Ideal Sumber: Nugroho (2009:389) 2.2.Implementasi Kebijakan Menurut Nugroho (2009:494) implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: KebijakanPubik KebijakanPu blikPenjelas Program Proyek Kegiatan Pemanfaat (beneficiarie s)) Gambar II.4. Sekuensi Implementasi Kebijakan Sumber: Nugroho (2009:495) 12 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah,Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain. Rangkaian implementasi kebijakan, dari gambar di atas,dapat dilihat dengan jelas, yaitu dimulai dari program, ke proyek, dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim dalam manajemen, khususnya menajemen sektor publik. 2.3. Model Proses Implementasi Kebijakan Secara konseptual, pendekatan terhadap studi implementasi dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang atau model, diantaranya adalah pendekatan berdasarkan: Analisis kegagalan, Model Rasional (“top-down”), Kritik “bottomup” terhadap model “top-down”, dan Teori “hybrid” (Parsons, 2005: 465). Mengingat budaya implementasi kebijakan di Indonesia lebih dominan menganut model rasional (top-down), serta sejalan dengan permasalahan dan tujuan penulisan ini, maka kajian pustaka dan kerangka teori model proses implementasi kebijakan yang akan diuraikan berikut ini adalah lebih dominan pada model rasional. Dalam perkembangan penerapan model rasional, beberapa studi yang dilakukan untuk menjelaskan faktor atau faktor-faktor determinan keberhasilan implementasi kebijakan, telah mengalami perkembangan menuju kemajuan. Pada mulanya studi implementasi cenderung mengambil fokus lebih sempit, yaitu pada karakteristik birokrasi pelaksana (Grindle, 1980). Studi implementasi dalam perspektif ini misalnya yang dilakukan oleh Edward III (1980) yang mengidentfikasi adanya 4 (empat) faktor determinan utama yang akan mempengaruhi proses dan hasil implementasi kebijakan yaitu: (1) komunikasi (communication), (2) struktur birokrasi (bureaucratic structure), (3) sumberdaya (resources), dan (4) disposisi (disposition) (Edward III, 1980:148). Interaksi antar keempat faktor determinan implementasi ini, secara ringkas dapat disarikan pada bagan berikut. 13 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Communication Resources Implementatio n Disposition Bureaucratic Structure Gambar II.5 Interaksi Faktor-faktor Determinan Implementasi Sumber : Edward III, 1980 : 148 Berdasar bagan di atas, kualitas proses dan hasil implementasi kebijakan, secara langsung dan tidak langsung akan dipengaruhi oleh interaksi timbal balik antara kualitas faktor komunikasi, struktur birokrasi, sumberdaya dan disposisi aparat pelaksana. (1) Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Efektivitas implementasi juga membutuhkan adanya pemahaman yang terpadu dari segenap aktor yang terlibat terhadap tujuan dan standar kebijakan. Komunikasi ke dalam dan antar organisasi, akan ikut menjadi faktor determinan implementasi kebijakan. Implementasi akan gagal apabila berbagai sumber komunikasi tidak memberikan informasi yang jelas dan konsisten. Atau pihak implementor tidak memiliki kewenangan memadai untuk melakukan aktivitas paksaan guna menjamin perilaku berbagai pihak tetap konsisten dengan tujuan dan standar kebijakan.(Downs dalam Van Meter dan Van Horn (1965:466) Komunikasi dalam implementasi program, mensyaratkan agar para pelaksana mengetahui apa yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gun dalam Nugroho . Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan adanya pemahaman yang mendalam & kesepakatan terhadap tujuan, dan komunikasi yang sempurna ( Nugroho, 2004:17) 14 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain dimensi transmission, kejalasan (clarity) dan konsistensi (consistency). (Agustino, 2006:150). Dimensi transmisi (transmission) menghendaki agar kebijakan publik disampaikan tidak hanya saja kepada pelaksana kebijakan, tetapi juga disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan. Dimensi kejelasan (clarity) menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group harus dengan jelas, sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari kebijakan publik tersebut.Dimensi konsistensi (consistency) menghendaki perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten untuk diterapkan atau dijalankan. Kejelasan isi pesan yang disampaikan akan sangat mempengaruhi penerima pesan. Sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari program. Karena pesan yang jelas atau tidak samar-samar akan menghindari penafsiran menyimpang dari yang dimaksudkan. Selain itu juga harus memperhatikan aspek konsistensi. Suatu pesan yang disampaikan haruslah konsisten, karena jika pesan yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingunan bagi penerima pesan. Dimana pesan tersebut haruslah mempunyai kesesuaian antara apa yang diberikan oleh pengirim pesan dengan petunjuk pelaksana yang telah ditetapkan dan dengan yang disampaikan oleh media lain ( media cetak dan elektronik). (2) Sumberdaya Edward III (1980:11) mengemukakan bahwa faktor sumber daya ini juga mempunyai peranan penting dalam imlementasi kebijakan.Lebih lanjut Edward III (1980:11) menegaskan bahwa “Bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertangungjawab untuk melaksanakan kebijakan kurang empunyai sumbersumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.” Yang dimaksud sumber daya dalam pengertian Edward disini meliputi sumberdaya staf (jumlah dan kompetensinya), sumberdaya fisik (fasilitas), sumberdaya komunikasi/ informasi dan sumberdaya kewenangan (Authority). 15 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Sumber daya (resources) manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keerhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan. Edward III (1980:53) menegaskan bahwa “Probably the most essential resources in implementing policy is staff “. Sumber daya manusia (staff), harus cukup (jumlah) dan cakap (keahlian). Edward III (1980:10-11) pada bagian sebelumnya menegaskan bahwa “No matter how clear and consistent implementation orders are and no matter accurately they are transmitted, if the personnel responsible for carrying outpolicies lack the resources to do an effective job, implementation will not effective”. Jika demikian, efektivitas pelaksanaan kebijakan sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur) yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan. Sekalipun aturan main pelaksanaan kebijakan jelas dan kebijakan telah ditransformasikan dengan tepat, namun manakala sumber daya manusia terbatas baik dari jumlah maupun kualitas (keahlian) pelaksanaan kebijakan tidak akan efektif. Sumber daya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanan kebijakan, selain sumber daya manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan yang diperlukan untuk membiayai operasionalisasi pelaksanaan kebijakan. Terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan pada publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Hal tersebut ditegas oleh Edward III (1980:82) dalam kesimpulan studinya yakni “Budgetary adequate facilities. This in turn limit the acquisition of adequate facilities. This in turn limit the quality of the services that implementors can be provide to the public”. Kondisi tersebut juga menyebabkan para pelaku kebijakan tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal dan mereka tidak mendapatkan insentif sesuai dengan yang diharapkan sehingga menyebabkan gagalnya pelaksanaan program. Sumber daya peralaan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan (Edward III, 1980:11). Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana pengaruh terbatasnya fasilitas dan peralatan dalam pelaksanaan kebijakan? Edward III, (1980:77) menegaskan bahwa terbatasnya fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanan kebijakan, menyebabkan 16 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi gagalnya pelaksanaan kebijakan. Mengapa demikian, karena dengan terbatasnya fasilitas (apalagi yang sudah using, terutama teknologi informasi) sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat, andal, dan dapat dipercaya akan sangat merugikan pelaksanaan akuntabilitas. Terbatasnya fasilitas yang tersedia, kurang menunjang efisiensi dan tidak mendorong motivasi para pelaku dalam melaksankan kebijakan. Kewenangan (authority) juga merupakan sumberdaya lain yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kewenangan. Kewenangan sangat diperlukan, terutama untukmenjamin dan meyakinkan bahwa kebijaksanaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan yang mereka kehendaki. Dapat disimpulkan bahwa sumber daya memegang peranan penting dalam implementasi program. Sebagus apapun suatu kebijakan jika tidak didukung oleh sumberdaya yang mencukupi akan sulit untuk diimplementasikan. Dalam merancang sebuah kebijakan agar dapat sesuai dengan konteks lingkungannya, memerlukan perkiraan sumberdaya. Dengan demikian yang dimaksud dengan sumberdaya disini adalah input/peralatan yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan kebijakan. Dalam operasionalisasinya sumberdaya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetap dipadukan dengan keselarasan dan dapat saling menunjang dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. (3) Struktur Birokrasi Ripley (1985:471) menegaskan bahwa karakteristik struktur, norma dan pola-pola hubungan dalam lembaga, memiliki pengaruh terhadap tingkat kinerja lembaga dalam implementasi kebijakan. Ia merinci sejumlah karakter lembaga pelaksana yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu: 1) kompetensi dan besarnya staf, 2) tingkat kendali hirarkhi pengambilan keputusan, 3) dukungan politik terhadap lembaga pelaksana, 4) tingkat keterbukan komunikasi dalam implementasi, dan 5) keterkaitan formal dan informal lembaga pelaksanan dengan pembuat kebijakan dan penegak hukum. (4) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan ( Nugroho: 2009:512). Menurut 17 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Van Meter dan Van Horn (1975:472) ada tiga unsur yang dapat mempengaruhi persepsi berpikir pelaksana dalam yurisdiksi di mana kebijakan tersebut disampaikan yaitu: a. pengetahuan (pemahaman, pengertian) dari kebijakan tersebut, b. respon mereka terhadap kebijakan (penerimaan, netralitas, penolakan), dan c. intensitas tanggapan. Pemahaman pelaksana tentang maksud umum, serta standar spesifik dan tujuan dari kebijakan tersebut, adalah penting. Selain itu, kegagalan implementasi mungkin ketika para pejabat tidak menyadari bahwa mereka tidak memahami sepenuhnya dengan kebijakan. 2.4. Penyelenggara Pelayanan Publik Berdasarkan institusi yang menyelenggarakannya, penyelenggara pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua: institusi publik dan institusi privat/swasta (Ratminto dan Winarsih, 2005: 8-12). Pelayanan publik oleh swasta ialah semua penyediaan barang dan/atau jasa publik yang dilakukan oleh institusi privat. Rumah sakit swasta, Perguruan Tinggi Swasta (PTS), atau perusahaan transportasi milik swasta merupakan institusi privat yang menyediakan barang/jasa publik.Pelayanan publik oleh institusi publik ialah semua penyediaan barang/jasa publik yang dilakukan oleh pemerintahtermasukpemerintahdesa. Pelayanan publik ini dapat bersifat primer maupun sekunder. Apabila di dalam penyediaan barang/jasa publik itu pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara pelayanan publik, sehingga suka-tidak-suka penerima pelayanan publik harus memanfaatkannya, maka penyediaan barang/jasa publik oleh intitusi publik ini bersifat primer. Kantor imigrasi, lembaga contoh institusi pemasyarakatan, atau pelayanan perijinan adalah contohpemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik primer.Sebaliknya, jika barang/jasa publik yang disediakan oleh pemerintah itu tidak mengharuskan penerima pelayanan publik untuk menggunakannya, karena barang/jasa tersebut juga disediakan oleh beberapa penyelenggara lain, maka jenis pelayanan publik ini bersifat sekunder. Program asuransi tenaga kerja, program pendidikan dan pelayanan yang diberikan oleh BUMN, misalnya, adalah contohcontoh jenis pelayanan publik sekunder. 18 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Ada lima aspek yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis pelayanan di atas, yaitu: (1) Adaptabilitas layanan, yang menentukan derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh penerima layanan. (2) Posisi tawar penerima layanan, yang menentukan bahwa semakin tinggi posisi tawar penerima layanan, semakin tinggi pula peluangnya untuk menuntut pelayanan yang lebih baik. (3) Tipe pasar, yang menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan penerima layanan. (4) Locus kontrol, yang menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas transaksi, apakah penerima atau penyelenggara pelayanan. (5) Sifat pelayanan, yang menunjukkan apakah kepentingan penerima layanan atau penyelenggara pelayanankah yang lebih dominan. Dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh swasta, adaptabilitas pelayanannya sangat tinggi karena posisi tawar penerima layanan sangat tinggi. Agar tidak ditinggalkan oleh penerima layanan untuk beralih kepada penyelenggara pelayanan sejenis lainnya, penyelenggara pelayanan harus selalu berusaha merespon apa yang diharapkan oleh penerima layanan. Jelas sekali bahwa locus kontrol dalam konteks ini ada di pihak penerima layanan. Dengan demikian, pelayanan yang dikendalikan oleh penerima layanan menjadi karakteristik pelayanan publik oleh institusi privat. 2.5. Program JKN 1) Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial adalah : Jaminan kesehatan nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UndangUndang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 19 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 2) Prinsip Pelaksanaan Program JKN? Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan Nasional dikelola dengan prinsip : (a) Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang miskin (b) Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan mencari untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan peserta. (c) Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangan (d) Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta JKN (e) Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. (f) Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya demi kepentingan peserta. (g) Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta. 3) Peserta JKN Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di atas, maka kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI). 20 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi (a) Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa: (1) Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. (2) Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik (BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data terpadu. (3) Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan (4) Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk mengusulkan peserta pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta yang diganti. Adapun peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah meninggal, merupakan PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak diketahui keberadaannya, atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT. 21 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi (b) Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari : (1) Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah (2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya (3) Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah. 4) Iuran dalam Program JKN? Sesuai dengan Perpres Nomor 111 Tahun 2013, terdapat besaran iuran per bulan tertentu yang harus dibayar sesuai dengan jenis kepesertaan masing-masing dalam JKN sebagai berikut: Tabel II.1. Jenis Iuran Per Bulan Kepesertaan JKN Sumber: bpjs-kesehatan.go.id 22 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 2.6. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalahfasilitaspelayanankesehatanyangmenyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. 1) Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: (a) Paradigmasehat; Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (b) Pertanggungjawaban wilayah; Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. (c) Kemandirian masyarakat; Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. (d) Pemerataan; Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. (e) Teknologi tepat guna; dan Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. (f) Keterpaduandankesinambungan. Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraanUKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta 23 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas. 2) Fungsi Puskesmas Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelenggarakan fungsi: (a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk: (1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; (2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; (3) Melaksanakan komunikasi,informasi,edukasi,dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; (4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait; (5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; (6) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; (7) Pelaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan (8) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. (b) Penyelenggaraan UKP tingkatpertama di wilayahkerjanya. Puskesmas berwenang untuk: (1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; (2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; (3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; (4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan 24 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung; (5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dankerjasama intern dan antar profesi; (6) Melaksanakan rekam medis; (7) Melaksanakan pencatatan,pelaporan,dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan; (8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan; (9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan (10) Melaksanakan layanan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan. 25 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Atas dasar pendahuluan dan rumusan masalah yang telah diuraikan pada Bab I, berikut ini disajikan tujuan dan manfaat dari penelitian ini 3.1. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum penelitian ini adalah: Untuk mendeskripsikan implementasi dan strategi pelayanan yang dikembangkan Puskesmas Pucang Sewu dalam pelaksanaan program JKN. 2) Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk: Mendeskripsikan implementasi kebijakan Program JKN dilihat dari empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: a) Komunikasi; b) Struktur Birokrasi; c) Sumberdaya; d) sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana dan inovasi layanan unggulan yang dikembangkan di Puskesmas Pucang Sewu. 3.2. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Akademik: hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara pada umumnya dan bidang Implementasi Kebijakan pada khususnya. Temuan-temuan yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang pelaksanaan program JKN di Puskesmas Pucang Sewu khususnya berhubungan dengan: a) Komunikasi; b) Struktur Birokrasi; c) Sumberdaya;d) Sikap/Kecenderungan (Disposition) 2) Manfaat praktis: a. Memberikan masukan bagi puskesmas pada umumnya terkait strategi pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam pelaksanaan Program JKN sehingga menghasilkan pelayanan yang berkualitas. b. Sebagai salah satu instrumen monitoring program JKN dalam upaya merekomendasikan langkah langkah bagi penyempurnaan pelaksanaan Program JKN yang sedang dan telah berjalan khususnya di puskemas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama . 26 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Rancangan Penelitian Penelitian ini diorientasikan pada upaya untuk menjawab atau memberi penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala sosial sebagaimana yang dimaksud dalam permasalahan penelitian. Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif . Dengan pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan/atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, suatu organisasi/komunitas dalam konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holisitik. Pertimbangan lain dalam penelitian yang bersifat kualitatif adalah bahwa dampak kebijakan tidak hanya mengungkapkan peristiwa riil yang bisa dikuantitatifkan, tetapi lebih dari itu hasilnya diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi dari kebijakan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu penelitian ini akan lebih peka terhadap informasi yang bersifat kualitatif deskriptif dengan cara relatif berusaha mempertahankan keutuhan dari obyek yang diteliti. Ditinjau dari tingkat analisis yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Maksudnya, dalam melakukan analisis deskriptif ini penulis akan mencoba memberikan gambaran sejelas mungkin implementasi program JKN di Puskesmas Pucang Sewu berdasarkan empat (4) faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu: a) Komunikasi; b) Struktur Birokrasi; c) Sumberdaya;d) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana. 27 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 4.2. Informan Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang mengutamakan keterwakilan dan menggunakan istilah responden dalam penentuan sampel, dalam penelitian kualitatif yang lebih diutamakan adalah keleluasaan, cakupan rentangan informasi dan menggunakan istilah informan. Menurut Bungin (2007:108) adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawacara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah: 1) Purposive sampling Yang dimaksud purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan/tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Beberapa informan telah ditetapkan sebelumnya. Informan yang peneliti wawancarai ini kemudian disebut sebagai informan kunci. Informan yang ditentukan dengan cara ini adalah: (1) Tenaga Kesehatan meliputi: 1. Dokter atau dokter layanan primer : dr. Ayu Ekanita Hendriyani 2. Dokter gigi : drg. Hj. Prasukma Yogawarti 3. Perawat : Moch. Ashadi Mukminin, S.Kep.Ns 4. Koordinator Bidan : Sri Rahayu, Amd.keb (2)Tenaga non kesehatan: (a) Kepala Tata Usaha : Subagyo, SE (b)Administrasi Keuangan : dr. Ayu Ekanita Hendriyani 2) Secara Kebetulan (accidental) Informan yang ditentukan dengan cara ini adalah pasien puskesmas peserta Program JKN yang datang untuk berobat atau minta rujukan. 28 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 4.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan , Kabupaten Sidoarjo. Peneliti mengambil lokasi di Puskesmas Pucang Sewu karena Puskesmas tersebut memiliki keistimewaan sebagai FKTP terbaik I yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas pada Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII diselanggarakan oleh BPJS Kesehatan Jawa Timur.Di samping itu lokasi Puskesmas Pucang Sewu dekat dengan tempat kerja peneliti. Hal ini memudahkan peneliti untuk menggali data lebih detail dan mendalam yang tidak terkendala jarak. 4.4. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penyelenggaraan penelitian ini, proses pengumpulan data merupakan tahapan penting yang memerlukan kecermatan, ketelitian, dan kerja keras dari penulis. Terdapat dua jenis data yang dikunpulkam dalam Penelitian ini, yaitu data sekunder dan data primer. Metode utama yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen Penelitian ini menggunakan tiga (3) teknik pengumpulan data, yakni: observasi, wawancara mendalam, dan metode dokumenter. 2) Observasi atau pengamatan Dalam penelitian ini teknik pengamatan yang dipakai adalah pengamatan tidak terlibat/non-participant observation. Karena dalam teknik pengamatan ini peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan penyelenggaraan Program JKN. Hal ini dilakukan terhadap data dan aktivitas yang dapat diamati, baik berupa data/aktivitas umum maupun data/aktivitas khusus yang berkaitan langsung dengan fenomena implementasi kebijakan SJSN melalui program JKN di Puskesmas Pucang Sewu. 2) Wawancara Mendalam/In-Depth interviewmenurutBungin (2007:108). adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan utamanya pada tenaga medis yaitu: (1) Dokter Gigi sekaligus Kapus : drg. Hj. Prasukma Yogawarti (2) Dokter : dr. Ayu Ekanita Hendriyani 29 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi (3) Koordinator Bidan : Sri Rahayu,Amd,keb (4) Bidan : Patria Kesuma Wardhani Tenaga non kesehatan/ paramedisyaitu: (5) Bendahara atau Administrasi Keuangan : dr. Ayu Ekanita Hendriyani 3) Metode Dokumenter menurut Bungin ( 2007:121) adalah satu metodenpengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: profil puskesmas, laporan kunjungan pasien per poli, kunjungan pasien BPJS, SDM puskesmas, sarana-prasarana puskesmas dan lain sebagainya 4.5. Fokus Penelitian Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan fokus penelitian sebagai wahana untuk membatasi studi, dan pada dasarnya penelitian kualitatif tidak mulai dari suatu yang kosong (blank), akan tetapi dilakukan berdasarkan persepsi peneliti terhadap adanya suatu permasalahan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah pengkajian proses implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Surabaya dilihat dari empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dan strategi layanan yang dikembangkan di Puskesmas Pucang Sewu. 4.6. Metode Analisis Data Melalui 3 macam teknik pengumpulan data sebagaimana diuraikan di depan akan diperoleh data dengan kualifikasi sebagai berikut : a. Melalui metode dokumenter dokumen akan diperoleh data sekunder berupa sejumlah dokumen yang relevan dengan pelaksanaan Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu b. Melalui wawancara mendalam akan diperoleh data primer yang berupa penjelasan langsung dari pejabat yang berwewenang dan/atau yang ditunjuk tentang hal-hal yang berkaitan dengan data dan pendapat mereka tentang pelaksanaan Program JKN di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan tersebut. c. Melalui observasi akan diperoleh data berupa dokumen, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan pelaksanaan JKN di 30 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Puskesmas Pucang Sewu.Terhadap sejumlah data tersebut, peneliti melakukan analisis kualitatif Menurut Miles dan Huberman dalam bukunya Analisa Data Kualitatif (2009:20) terdiri tiga alur kegiatan yaitu: 1) Reduksi Data; 2) Penyajian dan analisis data; dan 3) Menarik kesimpulan dan verifikasi/interpretasi. Ketiga tahap ini jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar serta merupakan proses siklus dan interaktif sebagaimana terlihat dalam berikut ini: Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Gambar III.1 Model Analisis Data Interaktif Sumber : Miles & Huberman, 2009:20 Secara sederhana dapat dijelaskan, dengan reduksi data kita dapat menyederhanakan data kualitatif dan melakukan transformasi data dengan berbagai cara, seperti misalnya melalui seleksi yang ketat dengan cara membuat ringkasan dan atau menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas. Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis. Peneliti membatasi suatu 'penyajian' sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan. Kegiatan analisis yang ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan dengan longgar, tetap terbuka dan skeptic (Miles & Huberman, 2009:16-21). Implementasi ini juga akan menjaring berbagai data primer dan sekunder yang berhubungan dengan pelaksanaan program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. 31 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Singkat Puskesmas Pucang Sewu Berikut ini gambaran singkat lokasi penelitian yaitu Puskesmas Pucang Sewu Surabaya a. Identitas Puskesmas Nama Puskesmas : Pucang Sewu Nomor Kode Puskesmas : 13.01.09.01 Alamat : Jl. Pucang Anom Timur 72 Kecamatan : Gubeng Kode pos : 60282 Nomor Telepon : 031-5018527 : 081331977832 (Subagjo) Pimpinan : drg. Prasukma Yogawarti Tahun Berdiri : 1960 Tipe Puskesmas : Puskesmas Perkotaan Produk : Jasa pelayanan kesehatan Dasar. Puskesmas Pembantu (Baratajaya) Alamat : Jl. Bratang Binangun 3 Tahun berdiri : 1986 b. Data Geografis • Data Wilayah • Batas Wilayah Kerja : Sebelah Utara : Kel. Airlangga & Gubeng Sebelah Selatan : Kec. Wonokromo Sebelah Barat : Kec. Tegal Sari Sebelah Timur : Kec. Sukolilo • Luas Wilayah : 31,25 Km2 • Jumlah Kelurahan : 3 1 2 3 Kelurahan Pucang Sewu Kelurahan Kertajaya Kelurahan Baratajaya : : : 51 RT 80 RT 57 RT dan dan dan 8 RW 11 RW 8 RW 32 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Gambar V.1. : Tampak Depan Puskesmas Pucang Sewu Sumber : Dokumen Peniliti c. Visi, Misi , Moto dan Program 1) Visi : Menjadi Puskesmas Pilihan Masyarakat Dengan Pelayanan Prima Dan Bermutu Dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu 2) Misi (1) Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu, Terjangkau, Merata Bagi Masyarakat. (2) Meningkatkan Kemandirian Dan Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. (3) Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Demi Terwujudnya Kepuasan Pelanggan. (4) Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Bermutu, Berorientasi Pada Keluarga Dan Masyarakat. (5) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas Dan Peduli Pada Masyarakat. 33 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 3) Moto Siap Melayani Sepenuh Hati 4) Kebijakan Mutu (1) Memahami Dan Melaksanakan Sistem Manejemen Mutu Dengan Penuh Tanggung Jawab (2) Menjaga Dan Meningkatkan Mutu Pelayanan Secara Berkelanjutan 5) Komitmen Kerja Karyawan – Karyawati Puskesmas Pucang Sewu (1) Melaksanakan Tugas Yang Diemban Dengan Baik, Jujur Dan Bertanggung Jawab (2) Menjunjung Tinggi Sportivitas Dan Kebersamaan Antar Karyawan (3) Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Kepada Pasien & Masyarakat 6) Budaya Kerja Puskesmas Pucang Sewu (1) Profesional (2) Disiplin (3) Ramah Dan Sopan (4) Menjalankan Komitmen Bersama (5) Cepat Dan Tanggap (6) Transparan (7) Sportif 7) Program Puskesmas Pucang Sewu Program Pokok : (1) Promosi Kesehatan (2) Kesehatan Lingkungan (3) Upaya Perbaikan Gizi (4) Kesehatan Ibu Dan Anak Termasuk Keluarga Berencana (5) Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular (6) Pengobatan 8) Program Pengembangan : (1) Upaya Kesehatan Usia Lanjut (2) Upaya Kesehatan Mata 34 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi (3) Upaya Kesehatan Telinga (4) Kesehatan Jiwa (5) Kesehatan Olah Raga (6) Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Gigi (7) Perawatan Kesehatan Masyarakat (8) Bina Kesehatan Tradisional (9) Bina Kesehatan Kerja (10) Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs (11) Pengembangan Ukbm (12) 9oProgram Gizi 9) U K B M (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) Jumlah Posyandu Balita : 50 Pos Jumlah Kader Posyandu Balita : 306 Orang Jumlah Posyandu Lansia : 13 Pos Jumlah Kader Posyandu Lansia : 65 Orang Jumlah Posbindu : 15 Pos Jumlah Kader Toga : 16 Orang d. Pelayanan Yang Ada Di Puskesmas Pucang Sewu 1) Poli Umum Dilayani oleh dokter-dokter yang ramah, sabar dan selalu siap melayani dengan sepenuh hati. Melayani : Gawat darurat sederhana Rawat luka Operasi kecil Sirkumsisi (khitan) Pemeriksaan jamaah haji KIR Kesehatan 2) Poli Gigi Dan Mulut Ruangan yang sejuk dan nyaman, didukung dengan peralatan modern yang memadai dan sterilisasi peralatan medis yang sesuai dengan standart Universal Precaution (UP). 35 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Melayani: Pemeriksaan & konsultasi. Pencabutan gigi. Tumpatan : glass ionomer, light curing. 3) Scalling. POLI KIA dan KB Dilayani oleh tenaga yang profesional, ramah, sabar dengan fasilitas yang memadai, ruangan ber-AC, rapi dan bersih. Melayani: - Pemeriksaan kehamilan - Imunisasi - Pemeriksaan IVA - Pelayanan KB 4) Laboratorium Pemeriksaan laboratorium bagi peserta JKN yang dilayani di Puskesmas Pucang Sewu adalah : Urine Lengkap. Kolesterol. Asam Urat. Darah Lengkap. Paru-paru. Demam Berdarah. Gula Darah. Test Kehamilan. 5) Unit obat / kefarmasian Dilayani oleh tenaga Apoteker yang berpenga laman, sabar, ramah dan sopan. RAMAH LANSIA tidak mengikuti nomor antrian dan disediakan tempat duduk tersendiri untuk konsultasi 36 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 6) Pojok gizi Petugas Gizi kami adalah tenaga profesional dan siap membantu pengaturan diet berbagai macam penyakit, seperti kencing manis, asam urat, tekanan darah tinggi, kolesterol, kegemukan, maupun diet untuk pertumbuhan Balita, ibu hamil dan menyusui. 7) Pojok sanitasi Konsultasi Kesehatan Lingkungan meliputi Penyehatan Air, Penyehatan Makanan dan Minuman, pengendalian vektor, penyehatan perumahan, penyehatan tempattempat umum/institusi 8) Pojok laktasi Gambar V.2 Pojok Laktasi Sumber: Puskesmas Pucang Sewu 9) Puskesmas Keliling Untuk Mencapai Masyarakat Secara Luas, Kami Melayani Masyarakat Di Poskeskel Yang Terdapat Di: - Balai RT 3 RW 8 Kelurahan Pucang Sewu. - Balai RW XI Kelurahan Kertajaya. - Balai RT 6 RW 3 Kelurahan Baratajaya. - Dan Pusling Lansia Setiap Hari Rabu. 37 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 10) Unit Pendaftaran Dan Kasir Gambar V.3.Sambutan Pagi dan Penyuluhan di Unit Pendaftaran Sumber: Puskesmas Pucang Sewu e. Jadwal Pelayanan 1) Jadwal Pelayanan Pagi dan Sore Tabel V.1. Pelayanan Pagi Puskesmas Pucang Sewu No Hari buka Jam buka 1 Senin 07.30-13.00 2 Selasa 07.30-13.00 3 Rabu 07.30-13.00 4 Kamis 07.30-13.00 5 Jum’at 07.30-10.30 6 Sabtu 07.40-12.00 7 Minggu Libur Sumber: Profil Puskemas Pucang Sewu Tabel V.2. Pelayanan Sore Puskesmas Pucang Sewu No Hari buka 1 Senin 2 Selasa 3 Rabu 4 Kamis 5 Jum’at 6 Sabtu 7 Minggu Sumber: Profil Puskemas Pucang Sewu Jam buka 14.30-18.00 14.30-18.00 14.30-18.00 14.30-18.00 14.30-18.00 Libur Libur 38 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 5.2. Implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Menurut George Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dapat bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan, yaitu: 1) Komunikasi, 2) Sumberdaya, 3) Disposisi dan 4) Struktur Birokrasi. Berikut ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan terkait dengan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya 5.2.1. Komunikasi Komunikasi dalam implementasi program, mensyaratkan agar para pelaksana mengetahui apa yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gun dalam Nugroho. Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan adanya pemahaman yang mendalam & kesepakatan terhadap tujuan, dan komunikasi yang sempurna ( Nugroho, 2004:17) Kejelasan isi pesan yang disampaikan akan sangat mempengaruhi penerima pesan. Sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari program. Karena pesan yang jelas atau tidak samar-samar akan menghindari penafsiran menyimpang dari yang dimaksudkan. Selain itu juga harus memperhatikan aspek konsistensi. Suatu pesan yang disampaikan haruslah konsisten, karena jika pesan yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingunan bagi penerima pesan. Dimana pesan tersebut haruslah mempunyai kesesuaian antara apa yang diberikan oleh pengirim pesan dengan petunjuk pelaksana yang telah ditetapkan dan dengan yang disampaikan oleh media lain ( media cetak dan elektronik). Dalam penyelenggaraan Program JKN komunikasi program ini menggunakan berbagai media cetak dan elektronik. Mengingat program ini adalah Program Nasional untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kab/kota, Rumah Sakit dan puskesmas saling bahu membahu melengkapi informasi melalui media cetak seperti Koran (Jawa Pos, Kompas, dan sebagainya) , Spanduk atau banner yang dipasang di depan Rumah Sakit, Puskesmas dan juga billboard di jalan-jalan strategis ( misalnya Pojok Dolog Jemursari), Pamflet, Brosur serta media 39 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Elektronik (Televisi) yang diperankan oleh artis Ria Irawan. Disamping itu komunikasi juga disampaikan melalui sosialisas.i Di lingkungan Puskesmas Pucang Sewu komunikasi Program JKN dilakukan dengan memasang spanduk poster di dalam puskesmas di pelataran Puskesmas, Banner dan dan juga melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan langsung oleh dokter puskesmas misalnya masuk ke acara pertemukan rutin PKK, posyandu, pertemuan berkala kelurahan, arisan PKK RT dan lain sebagainya. Selanjutnya komunikasi langsung dilakukan ketika ada pertanyaan dari pasien yang berkunjung ke Puskesmas petugas pendaftaran siap menjelaskan. Selain itu brosur-brosur dari poli yang ada di Puskesmas menurut peneliti juga sebagai sarana komunikasi untuk menginformasikan berbagai layanan yang ada kepada masyarakat. Tentunya masyarakat disini adalah baik pasien umum maupun pemegang kartu BPJS. Berikut ini disajikan Banner, poster, spanduk BPJS serta contoh brosur layanan yang ada di Puskesmas Pucang Sewu . Gambar V.4. Poster BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu Sumber: Dokumen Peneliti 40 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Gambar V.5. Banner BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu Sumber: Dokumen Peneliti Gambar V.6. Spanduk BPJS Kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu Sumber: Dokumen Peneliti 41 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi JADWAL IMUNISASI 3X DIBERIKAN SETIAP TAHUN 1X 1 2 ULANGAN TIAP 3 TAHUN 2 X INTERVAL 6-12 BULAN 9 8 TAHUN 6 2 7 5 L H R 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 BCG HEPATITIS B POLIO DTP CAMPAK HIB PCV ROTAVIRUS INFLUENZA VARISELA MMR TIFOID HEPATITIS A HPV • KEKEBALAN AKTIF TERHADAP CAMPAK (SAKIT RADANG PARU, RADANG HATI & RADANG OTAK) DIBERIKAN 1 X PD USIA 9 BLN JENIS VAKSIN • 1 2 2 1 3 4 2 1 5 6 3 4 3 7 BULAN 8 9 1 UMUR PEMBERIAN 5. CAMPAK 12 15 18 24 3 5 • KEKEBALAN THP POLIOMYELITIS (SAKIT LUMPUH LAYU) DIBERIKAN 4 X PERTAMA SGR STLH LAHIR, SELANJUTNYA JARAK 4 MINGGU DIBERIKAN SCR TETES DLM MULUT (2 TETES) 6 • • 5 • 10 12 18 4. POLIO Gambar V.7. Brosur Imunisasi Dasar Puskesmas Pucang Sewu Surabaya Sumber: Dokumen Puskesmas Pucang Sewu Surabaya Gambar V.8. Brosur HIV/AID Poli KIA dan KB Puskesmas Pucang Sewu Surabaya Sumber: Dokumen Puskesmas Pucang Sewu Surabaya 42 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 5.2.2. Sumberdaya Sumber daya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanan kebijakan, selain sumber daya manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan yang diperlukan untuk membiayai operasionalisasi pelaksanaan kebijakan. Terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan pada publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Hal tersebut ditegas oleh Edward III (1980:82) dalam kesimpulan studinya yakni “Budgetary adequate facilities. This in turn limit the acquisition of adequate facilities. This in turn limit the quality of the services that implementors can be provide to the public”. Kondisi tersebut juga menyebabkan para pelaku kebijakan tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal dan mereka tidak mendapatkan insentif sesuai dengan yang diharapkan sehingga menyebabkan gagalnya pelaksanaan program. Sumberdaya yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu dapat dideskripsikan sebagai berikut 1) Sumber Daya manusia (SDM) SDM Puskesmas terdiri atas Tenaga Medis Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan. Berikut ini disajikan tabel SDM yang ada di Puskesmas Pucang Sewu Tabel V.3 SDM Puskesmas Pucang Sewu Surabaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 JenisTenaga Dokter Dokter Gigi Petugaspromkes Bidan Perawat Perawat Gigi PetugasGizi PetugasSanitasi Apoteker BidanKelurahan AnalisKesehatan PetugasBatra Tata usaha Petugas IT Petugas Unit Pendaftaran Petugas Unit obat Kasir PKM Induk 3 3 1 2 4 1 2 1 1 3 1 1 4 1 2 Pustu 1 1 1 1 1 Jumlah 4 3 1 3 5 2 2 1 1 3 1 1 4 1 3 1 1 1 - 2 1 43 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi No 18 19 20 JenisTenaga PKM Induk SopirAmbulans 1 PetugasKebersihan 1 Linmas 2 Total 36 Sumber: Profil Puskesmas Pucang Sewu Surabaya Pustu 1 7 Jumlah 1 2 2 43 Berdasarkan tabel diatas SDM yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu jika dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 16 sudah memenuhi syarat sebagai puskesmas ideal bahkan sangat ideal karena ada tambahan tenaga medis Petugas Promkes, Petugas Batra dan Apoteker. Selain itu tenaga medis dan paramedic yang ada di Puskesmas Pucang Sewu sudah terakreditasi dan mempunyai ijin praktek. 2) Sarana Prasarana Sarana Prasarana yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu Surabaya sebagai berikut: (1) Ambulance : 1 unit (2) Sepeda motor (3) SIMPUS (SistemInformasiManajemenPuskesmas) (4) e-Health (sisteminformasikesehatanterintegrasi) (5) P-Care (aplikasipelayanandasarberbasis web) (6) Alatkesehatan : ECG, Dental Unit dengan Oral (7) Camera, Nebulizer, Spirometer (8) Alat laboratorium : Fotometer, Hematology Analizer, : 5 unit MikroskopBinokuler, Rotator (9) PeralatanBattra : Laserpunktur, Stimulator (10) Arena Tumbuh Kembang Anak (11) Taman Toga Jika merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 13 sarana prasarana yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu Surabaya sudah memenuhi syarat sebagai puskesmas sangat ideal karena ada tambahan Peralatan Batra, Arena Tumbuh Kembang Anak dan Taman Toga. 44 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 3) Finansial Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 2014 Pendanaan di Puskesmas Pucang Sewu bersumber dari: a.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dana dari APBD dapat berupa Dana Operasional dan BOK. Dana operasional ini berasal dari pendapatan pasien mandiri yang membayar setelah disetorkan masuk pada penerimaan daerah dikembalikan lagi untuk dana operasional puskesmas sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan BOK (Biaya Operasional Kerja) ± 90 juta/tahun. Dana ini peruntukannya meliputi: (1) Upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif,preventif,kuratif,danrehabilitatif lainnya. Untuk kegiatan ini dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti biaya Jasa profesiNarasumber, fotocopybahan,service makan-minum, ringan alat kesehatan,perjalanan. (2) Kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan.Dana yangada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan,uang harian. (3) Operasional untuk puskesmas keliling. Danayang ada antaralain dapat dibelanjakan seperti Bahan Bakar Minyak (BBM),penggantian Oli, suku cadang kendaraan pusling. (4) Bahan cetak atau alat tulis kantor;dan/atau (5) Administrasi keuangan dan sistem informasi. Dana yang ada antaralain dapat dibelanjakan seperti perjalanan,uang harian,foto copy bahan,belanja piranti keras dan piranti lunak dalam mendukung implementasi sistem informasi JKN, biaya operasional sistem informasi. Selain untuk kegiatan tersebut di atas kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas Pucang Sewu adalah Kelas Bumil, kelas balita, kelas ibu pintar balita gizi buruk, pemberian makanan tambahan (PMT) dan lain sebagainya. b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Khusus untuk anggaran ini biasanya masuk dalam kegiatan nasional misalnya pada tahun 2013 pada saat ada program PIN (Pekan Imunisasi Nasional). 45 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Yang termasuk dalam sumber dana ini adalah dana kapitasi sebesar ± 90 juta/bulan. Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS dimanfaatkan seluruhnya untuk: 1) Pembayaran jasa pelayanan kesehatan; Alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan untuk tiap FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan Dana Kapitasi.Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan non kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP. Pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan ditetapkan dengan mempertimbangkan a) Jenis ketenagaan dan/atau jabatan; dan b) Kehadiran. Di Puskesmas Pucang Sewu Jasa Pelayanan 60 % terbagi dengan komposisi 75% masuk ke rekening petugas layanan, sedangkan 25% bebas diserap asalkan ada kegiatan. Khusus untuk Puskesmas Pucang Sewu dana diserap melalui kegiatan penyuluhan. Di masing-masing Poli Nakes harus memberikan penyuluhan 4 (empat ) kali/bulan . Tiga kali di luar dan 1 (satu) kali di internal Puskesmas. Dari dana yang terserap masuk ke Bendahara selanjutnya di bagi rata pada seluruh SDM puskesmas atau dibuat untuk rekreasi, Out bond dan lain sebagainya. 2) Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar Dana Kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Besarnya alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan setiap tahun dengan putusan Kepala Daerah atas Usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan: a) Kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; b) Kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target kinerja di bidang upaya kesehatan perorangan; dan 46 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi c) Besar tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah. Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional kesehatan pelayanan dimanfaatkan untuk;(1) obat,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai; dan (2) kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya dan klaim non kapitasi meliputi: a) pelayanan ambulan;b) pelayanan obat program rujuk balik; c)pemeriksaan penunjang pelayanan program rujuk balik; d)pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio; e) rawat inap tingkat pertama; f) pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter; g) pelayanan KB berupa MOP/vasektomi; h) kompensasi pada daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat; i) pelayanan darah di FKTP; dan j) pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Sumber dana ini lainnya misalnya berasal dari: Pemasangan IUD, Implant, Suntik KB 3 Bulan, Pemeriksaan Bumil . Dana ini biasanya dinamakan Dana Non Kapitasi ± 500.000 per bulan. Peruntukan dana ini biasanya untuk internal puskesmas. 5.2.3. Disposisi Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan ( Nugroho: 2009:512). Komitmen pelaksanan Program JKN dapat dilihat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah Pusat munpun daerah antara lain melalui Monitong dan Evaluasi (Monev) dan Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII. (1) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan Kesehatan dimaksudkan agar tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan telah sesuai dengan kewenangan dan standar pelayanan medis yang ditetapkan oleh Menteri. Dalam pelaksanaan Monev penyelenggaraan JKN ada beberapa aspek yang perludi monitoring yaitu Kepesertaaan,Fasilitas Kesehatan, SDM 47 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Kesehatan, Obat dan Alat Kesehatan, Utilisasi Pelayanan dan Keuangan, serta Organisasidan Kelembagaan. Sedangkan untu kevaluasi penyelenggaraan JKN aspek yang akan dievaluasi yaitu status kesehatan,kemiskinan,pertumbuhan ekonomi, jaminan sosial, fiskal, dan lain-lain. Dalam Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pelayanan penyelenggaraan JKN yang menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan dibentuk Tim Monev Penyelenggaraan JKN di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tim Monev penyelenggaraan pelayananan JKN dibentuk secara internal dan lintas program. Tim Monev penyelenggaran pelayanan JKN tingkat pusat di tetapkan oleh Menteri Kesehatan, sedangkan Tim Monev Penyelenggaraan pelayanan JKN di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kotaditetapkan dengan SK kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Monev di Puskesmas Pucang Sewu juga pernah dilakukan meskipun dikemas dalam sebuah kunjungan yang dilakukan oleh Tri Rismaharini selaku Walikota Surabaya, Menteri Kesehatan dr. Andi Nafsiah Walinono Mboi, SpA, M.P.H dan juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu menurut peneliti adanya brosur pelayanan yang diberikan per Poli juga merupakan media komunikasi secara umum termasuk pelayanan BPJS. Gambar V.9. Kunjungan Presiden Ri Tanggal 4 Januari 2014 Dalam Rangka Evaluasi Pelaksanaan JKN Sumber: Dokumen Puskesmas Pucang Sewu Surabaya 48 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Gambar V.10. Kunjungan Menkes Ri Tanggal 29 Januari 2014 Sumber: Dokumen Puskesmas Pucang Sewu Surabaya (2) Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII diselanggarakan oleh BPJS Kesehatan Jawa Timur yang dilakukan setiap satu tahun sekali.Adapun tujuan Jambore ini adalah sebagai upaya membangun pelayanan primer yang berkualitas. Untuk tahun 2014 Pucang Sewu meraih Juara terbaik I. Gambar V.11. PiagamPenghargaanFKTP Terbaik I Divisi Regional VIITahun 2014 Sumber : Puskesmas Pucang Sewu Surabaya 49 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Gambar V.12. Penerimaan Secara Simbolik Uang Tunai Rp.7.500.000 Sebagai FKTP Terbaik IDivisi Regional VIITahun 2014 Sumber : Puskesmas Pucang Sewu Surabaya 5.2.4. Struktur Birokrasi Ripley (1985:471) menegaskan bahwa karakteristik struktur, norma dan pola-pola hubungan dalam lembaga, memiliki pengaruh terhadap tingkat kinerja lembaga dalam implementasi kebijakan. Dalam implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu hubungan antara Lembaga Penyelenggaran Program JKN yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), Pemerintah Daerah, SKPD Dinas Kesehatan, Rumah Sakit rujukan yang bekerjasama dengan BPJS terjalin hubungan yang harmonis dan bersinegi menghasilkan layanan yang berkualitas. Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) memperoleh dana kapitasi dari BPJS selaku badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan melibatkan Kepala Daerah dan Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Dana Kapitasi menurut Peraturan Presiden RI Nomer 32 Tahun 2014 adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Hubungan kelembagaan antara BPJS, Pemerintah Daerah, SKPD Dinas Kesehatan dengan puskesmas sebagai FKTP tersebut dalam implementasi program JKN dapat dilihat pada tahap-tahap penganggaran, peleksanaan dan penatausahaan Dana Kapitasi: 50 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 1) Kepala FKTP menyampaikan rencana pendapatan dan belanja dana tahun berjalan kepada Kepala SKPD Dinas Kesehatan. 2) Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN dianggarkan dalam RKASKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) Dinas Kesehatan. 3) Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun DPA-SKPD (Dokumen Pelaksana Anggaran SKPD) berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD tahun anggaran berkenaan. 4) Kepala Daerah menetapkan Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP atas usul Kepala SKPD Dinas Kesehatan melalui PPKD 5) Pembayaran dana kapitasi dari BPJS Kesehatan dilakukan melalui Rekening Dana Kapitasi JKN pada FKTP dan diakui sebagai pendapatan. Pendapatan digunakan langsung untuk pelayanan kesehatan peserta JKN pada FKTP. Selama Program JKN digulirkan Januari 2014 hubungan Puskesmas dengan instansi terkait dalam penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan Dana Kapitasi relatif tidak menemui permasalahan berarti. Demikian juga hubungan Puskesmas Pucang Sewu dengan Rumah Sakit yang menjadi rujukan selama bergulirnya program JKN juga relatif baik.Artinya tidak ada komplain dari pihak Rumah Sakit maupun dari pasien dan keluarganya. Rumah Sakit yang menjadi rujukan pasien pemegang kartu BPJS dari Puskesmas Pucang Sewu ini adalah Rumah Sakit Tipe B dan C.Antara lain: RSU Haji (Tipe B), RSU dr. Moh. Soewandi (Tipe B Kota), RSI Jemursari (Tipe C), RS Al Irsyad (Tipe C)dan lain sebagainya. Selain hubungan Puskesmas Pucang Sewu dengan Dinas Kesehatan terkait dengan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan Dana Kapitasi juga dalam hal pendidikan dan pelatihan SDM. Di Bawah Seksi Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Surabaya memberikan pelatihan kepada Kepala Puskesmas (Kapus) maupun Tenaga Medis (Perawat maupun Bidan). Jenis pelatihan yang telah diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk Kapus antara lain : 1. Pelatihan Profil Data Terpilah 2. Pelatihan ManajemenPuskesmas 51 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 3. Pelatihan PenguatanKapasitasLayanan 4. Pelatihan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) 5. Pelatihan Akreditasi Sedangkan pelatihan untuk Tenaga Medis antara lain: 1. pelatihan MTBS 2. Pelatihan Konselor HIV 3. Penyuluhan Gizi dan Ibu Hamil 4. Penyuluhan KB 5. Pelatihan KIA 6. Pelatihandan workshop Pengenalan USG Dasar 7. Pelatihan Penanganan Obstetri dan Neonatal Dasar 5.3. Strategi Pelayanan yang Dikembangkan Puskesmas Pucang Sewu dalam pelaksanaan Program JKN Membludaknya pasien program JKN yang mendatangi puskesmas mengharuskan puskemas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama harus berbenah dan memperbaiki kualitas pelayanan. Hal ini juga dilakukan oleh Puskemas Pucang Sewu. Perlu diketahui jumlah kunjungan pasien rata –rata 150200 per hari. Hal ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dan menuntut strategi pelayanan yang tepat agar menghasilkan pelayanan yang berkualitas.Berikut ini disajikan trend kunjungan pasien per tahun, per poli. Grafik V.1. Kunjungan Pasien Tahun 2012-Mei 2015 Sumber: Puskesman Pucang Sewu 52 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Berdasarkan grafik di atas dapat dideskripsikan bahwa kunjungan pasien dari tahun ke tahun menunjukkan trend kenaikan yang cukup signifikan. Apalagi ketika program JKN digulirkan sejak Januari 2014 kunjungan pasien meningkat tajam. Pada 5 (lima) bulan awal tahun 2015 kunjungan pasien sudah mencapai ± 28000. Jika selama 5 bulan jam kerja 100 hari berarti kunjungan pasien ±280 orang. Dari seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Pucang ± 53% adalah pasien peserta BPJS atau program JKN. Sedangkan sisanya 47% adalah pasien mandiri/bayar. Grafik V.2. KunjunganPasienPerPoli Tahun 2013-2014 Sumber: Puskesman Pucang Sewu Jika dilihat dari kunjungan per poli berdasarkan grafik di atas paling banyak kunjungan adalah pada Balai Pengobatan Umum Dengan menyandang status Puskesmas pemegang ISO 9001:2008 sejak tahun 2008 memang tidak begitu sulit bagi Puskesmas Pucang Sewu untuk memberikan pelayanan berkualitas bagi masyarakat khususnya pasien peserta BPJS karena telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu dari jasa pelayanan yang dihasilkannya.Selain itu SDM baik Tenaga Medis maupu Paramedis juga sudah terakreditasi dan memiliki ijin praktek. Puskesmas sebagai sebuah ujung tombak penyelenggara kesehatan ,bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.Puskesmas untuk memperoleh ISO 9001, ada empat standar yaitu pertama Standar ISO sendiri, 53 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi kedua Standar Peraturan Pemerintah dalam hal ini sesuai dengan Kepmenpan nomor 63 tahun 2003 tentan pedoman Umum Pelayanan Publik, ketiga Standar Kode Etik yang ditentukanorganisasiprofesi, dan yang keempat standar dari pengguna atau pasien. Selain empat standar tersebut persyaratan yang lain adalah perlunya inovasi. Menurut peneliti inovasi pelayanan inilah yang menghantarkan Puskesmas Pucang Sewu sebagai FKTP terbaik I pada Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII diselanggarakan oleh BPJS Kesehatan Jawa Timur. Inovasi yang dilakukan oleh Puskesmas Pucang Sewu adalah berdasarkan kebutuhan masyarakat yang dilayani (Need Assesmant). Sebelum menentukan inovasi pelayanan yang tepat terlebih dahulu Puskesmas melihat pemusatan penduduk berada di usia berapa. Di era ± 5-7 tahun terakhir pemusatan usia penduduk Kecamatan Gubeng adalah di usia tua dan produktif. Selain memperhatikan pemusatan usia penduduk juga melihat trend penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan data kunjungan dari SIMPUS ON LINE. Dari situlah lahir menjadi pelayanan unggulan antara lain: 1) Pelayanan santun lansia Puskesmas Pucang Sewu memberikan pelayanan kepada Lansia yang mengutamakan aspek promotif dan preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif secara periodik, baik, ramah dan sopan, serta memberi kemudahan dan dukungan bagi Lansia. Gambar V.13. : Sarana Prasarana Santun Lansia Sumber: Puskesmas Pucang Sewu 54 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 2) Pengobatan tradisional Memberikan Pelayanan Pengobatan Tradisional untuk melayani masyarakat yang ingin berobat dengan metode tradisional, seperti : Pijat Bayi Akupunktur Akupresure Wajah Konsultasi Herbal Gambar V.14. : Pelayanan Batra Sumber: Puskesmas Pucang Sewu 3) Poli IMS Pelayanan terpadu Infeksi Menular Seksual (IMS) meliputi : - pemeriksaan GO, Candidiasis, Shyphilis - dan konsultasi dokter, didukung pemeriksaan laboratorium dengan menjaga kerahasiaan pasien. 4) Poli Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak merupakan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah, sehingga akan lebih cepat dilakukan intervensi penanganannya. 55 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Gambar V.15. : Tampak depan Poli DDTK Sumber: Puskesmas Pucang Sewu 5) Kelompok Mandiri Ibu Hamil Kelompok bumil mandiri ini ditunjang oleh tenaga bidan yang terlatih dan profesional, serta dokter yang berpengalaman. Kegiatannya adalah : - Kelas Ibu Hamil (Mother Class) - P4K (Pedoman Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi) ---> Pendataan ibu hamil - Senam Hamil - Konseling ibu hamil 6) Senam hamil Kelompok mandiri ibu hamil Gambar V.16 : Kelompok Mandiri Ibu Hamil Sumber: Puskesmas Pucang Sewu 56 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 7) POLI TB dan KTH Pelayanan Penderita TB meliputi : - Penjaringan / Suspect - Pengobatan TB Dewasa dan Anak - KIE dan Penyuluhan kelompok - Kunjungan kontak tracing - Melakukan PITC pada penderita TB Didukung dengan pemeriksaan laboratorium dengan menjaga kerahasiaan pasien. 8) Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Pucang Sewu 1. Pemantauan dan pemeriksaan status kesehatan 2. Senam 3. Konsultasi medis/edukasi 4. Home visit 5. Penyuluhan Kesehatan Menurut peneliti inovasi pelayanan unggulan inilah yang membedakan Puskesmas Pucang Sewu dan puskesmas yang lain. Di sisi lain banyak puskesmas yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan dalam memberikan pelayanan pada pasien BPJS khususnya tetapi Puskesmas Pucang Sewu tampil beda mampu memberikan pelayanan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Hal ini tentukan bisa dipakai sebagai model pelayanan untuk puskesmas lain yang mengadaptasikan layanan dengan kondisi pemusatan usia penduduk, trend penyakit yang di derita oleh pasien atau pertimbangan lain. Atau lebih spesifik adalah model pengembangan pelayanan berdasarkan kebutuhan masyarakat di wilayahnya atau berbasis kearifan lokal. 57 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Menurut George Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dapat bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan, yaitu: 1) Komunikasi, 2) Sumberdaya, 3) Disposisi dan 4) Struktur Birokrasi. Berikut ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan terkait dengan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Implementasi Program Jaminan JKN di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Komunikasi Sarana komunikasi yang dipergunakan untuk mengenalkan Program JKN dilakukan dengan memasang spanduk besar di dekat papan nama Puskesmas, Banner dan poster di ruang tunggu/antrian dan juga melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan langsung oleh dokter puskesmas misalnya masuk ke acara pertemukan rutin PKK, posyandu, pertemuan berkala kelurahan, arisan PKK RT .Selanjutnya komunikasi langsung dilakukan ketika ada pertanyaan dari pasien yang berkunjung ke Puskesmas petugas selalu siap menjelaskan. Selain itu brosur-brosur dari poli yang ada di Puskesmas menurut peneliti juga sebagai sarana komunikasi untuk menginformasikan berbagai layanan yang ada kepada masyarakat. Tentunya masyarakat disini adalah baik pasien umum maupun pemegang kartu BPJS. 2) Sumberdaya Sumberdaya disini meliputi 3 komponen yaitu: a. Sumberdaya Manusia (Tenaga Medis dan Paramedis) SDM yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu jika dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 16 sudah memenuhi syarat sebagai puskesmas ideal bahkan sangat ideal karena ada tambahan tenaga medis Petugas 58 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Promkes, Petugas Batra dan Apoteker. Selain itu tenaga medis dan paramedic yang ada di Puskesmas Pucang Sewu sudah terakreditasi dan mempunyai ijin praktek. b. Sarana Prasarana Jika merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 13 sarana prasarana yang dimiliki Puskesmas Pucang Sewu Surabaya sudah memenuhi syarat sebagai puskesmas sangat ideal karena ada tambahan Peralatan Batra, Arena Tumbuh Kembang Anak dan Taman Toga. c.Keuangan (1) AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dana dari APBD dapat berupa Dana Operasional dan BOK. Dana operasional ini berasal dari pendapatan pasien mandiri yang membayar setelah disetorkan masuk pada penerimaan daerah dikembalikan lagi untuk dana operasional puskesmas sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan BOK (Biaya Operasional Kerja) ± 90 juta/tahun. (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Khusus untuk anggaran ini biasanya masuk dalam kegiatan nasional misalnya pada tahun 2013 pada saat ada program PIN (Pekan Imunisasi Nasional). (3) Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Yang termasuk dalam sumber dana ini adalah dana kapitasi sebesar ± 90 juta/bulan. Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS. Di Puskesmas Pucang Sewu dana kepaitasi dipergunakan untuk Jasa Pelayanan 60 % terbagi dengan komposisi 75% masuk ke rekening petugas layanan, sedangkan 25% bebas diserap asalkan ada kegiatan. Sumber dana ini lainnya misalnya berasal dari: Pemasangan IUD, Implant, Suntik KB 3 Bulan, Pemeriksaan Bumil. Dana ini biasanya dinamakan Dana Non Kapitasi ± 500.000 per bulan. 59 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi 3) Disposisi Komitmen pelaksanan Program JKN dapat dilihat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah Pusat maupun daerah antara lain melalui Monitong dan Evaluasi (Monev) secara periodik dan Jambore Pelayanan Primer Divisi Regional VII yang diselenggarakan oleh BPJS. 4) Struktur Birokrasi Dalam implementasi Program JKN di Puskesmas Pucang Sewu hubungan antara Lembaga Penyelenggaran Program JKN yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), Pemerintah Daerah, SKPD Dinas Kesehatan, Rumah Sakit rujukan yang bekerjasama dengan BPJS terjalin hubungan yang harmonis dan bersinegi menghasilkan layanan yang berkualitas. Selain hubungan Puskesmas Pucang Sewu dengan Dinas Kesehatan terkait dengan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan Dana Kapitasi juga dalam hal pendidikan dan pelatihan SDM. Jika dilihat dari 4 (empat) variabel yang mempengaruhi implementasi program JKN di Puskesmas Pucang Sewu relatif berhasil dan mampu menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Tetapi tidak hanya 4 (empat) variabel di atas yang mempengaruhi keberhasilan Puskesmas Pucang dalam memberikan layanan kepada pasien program JKN tetapi juga inovasi pelayanan unggulan seperti misalnya, Pelayanan Santun Lansia, Pengobatan Tradisional, Poli Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Kelas Mandiri Ibu Hamil dan lain sebagainya juga memiliki andil yang besar menghasilkan kualitas layanann baik. Hal ini tentukan bisa dipakai sebagai model pelayanan untuk puskesmas lain yang mengadaptasikan muatan lokal yang ada wilayah puskesmas masing-masing. Atau lebih spesifik adalah model pengembangan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar atau berbasis kearifan lokal. 6.2. Saran dan Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang peneliti sampaikan demi sempurnanya implementasi dari kebijakan Program JKN khususnya di Puskesmas sebagai FKTP yaitu : 1) Kebijakan Program JKN yang relatif masih baru hendaknya seluruh lembaga/institusi terkait selalu memperhatikan berbagai kendala di lapangan 60 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi utamanya puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan, yang terkadang menjadi sasaran amarah masyarakat yang terkadang disebabkan karena ketidaktahuan akan hak dan kewajiban sebagai peserta BPJS 2) Dengan melihat trend membludaknya kunjungan di puskesmas yang terus menuntut pelayanan terbaik, hendaknya puskesmas lebih mendapatkan dukungan sumberdaya baik SDM, sarana prasarana dan finansial yang memadai baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tidak bisa dipungkiri Program JKN memiliki nilai tambah sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kesehatan maka kebijakan ini dapat dilanjutkan dengan beberapa rekomendasi antara lain : 1) Dipandang perlu seluruh instansi terkait melakukan sosialisasi secara kontinu dan yang lebih utama puskesmas dan rumah sakit sehingga masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pemegang kartu BPJS. Hal ini dilakukan untuk menghindari berbagai macam kecaman dari masyarakat yang merasa tidak puas akan layanan yang diberikan puskesmas dan rumah sakit. 2) Diharapkan seluruh jenjang fasilitas kesehatan Program JKN mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan primer (Puskesmas, klinik, dokter keluarga), sekunder (Rumah sakit tipe B, C) , hingga tersier (Rumah Sakit tipe A) memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3) Karena ini adalah program nasional, dipandang perlu untuk terus melakukan penambahan, peningkatan kualitas sumber daya meliputi SDM, sarana prasarana kesehatan pada puskesmas dan rumah sakit yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan institusi terkait lainnya agar mampu memberikan layanan yang berkualitas. 4) Diharapkan semua layanan puskesmas ke depan berstandar ISO 9001-2000 dan terus malakukan inovasi layanan yang bisa dikembangkan dengan mengadaptasikan kebutuhan masyarakat di wilayahnya. 61 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Daftar Pustaka Abdul Wahab, S., 1997. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta. ke Agustino, Leo, 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, CV. Alfabeta, Bandung Andrew, L. Friedman, Miles, Samantha,.2006, Stakeholders Theory and Practice, Oxford University Press. Anderson, J.E, 1975. Public Policy Making, London:Nelson. Bryant C. & White, L.G., 1982, Managing Development in The Third World Bungin, Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif, Prenada Media Group Dunn , Willian N., 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Edward III, George C., 1980. Implementing Public Policy, Washington D.C: Congressional Quartely, Inc. Grindle, Merilee S., (ed)., 1980. Politic and Policy Implementation in The Third World, Princeton-New Jersey: Princeton University Press. Jones, Charles O, 1991. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), CV. Rajawali , Jakarta. Malo, Manasse & Trisnoningtias,Sri,. Metode Penelitian Masyarakat, Pusat Antar Universits Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta. Miles B. Mathew dan A. Michall Huberman. (2009), Analisa Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Moleong, Lexy J, 2005, Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy,.2003, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nugroho, Riant.2009, Public Policy, PT Elex Media komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta Parsons, Wayne, 2006, Public Policy (Pengantar Teori dan Praktek Analisis Kebijakan), Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Ratminto & Winarsih, AS (2005), Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 62 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Ripley, Randall B., 1985. Policy Analysis in Political Science, Chicago: NelsonHall Publisher, Inc. Van Meter, D.S and C.E Van Horn., 1975. The Policy Implementation Process : A Conceptual Framework, Administration and Society Winarno, Budi, 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Media Pressindo, Jakarta. Widodo, Joko, 2008, Analisis Kebijakan Publik. Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Bayusindo Publishing, Malang. Sumber Lain: Undang-Undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional Kepmenpan Nomer 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik Jumlah Puskesmas Sudah Cukup Untuk Sistem JKN, http://health.kompas.com,diakses tanggal 12 Januari 2015. Analisa Tantangan dan Hambatan Pelaksanaan JKN, http://www.slideshare.net, diakses tanggal 5 Januari 2015 Jumlah Puskesmas 2012, http://www.slideshare.net, diakses tanggal 8 Januari 2015 ....................., http://www.siknasonline.depkes.go.id, diakses tanggal 12 Januari 2015 63 Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi