TUGAS RESUM KE 2 PENGEMANGAN KURIKULUM NAMA:FERI DWI HARYANTO NIM :15105241029 Feri.blogs.uny.ac.id Pengembangan kurikulum Istilah: proses pengembangan kurikulum ;desain implementasi,evaluasi dan penyempurnaan kurikulum Alasan 1.merespon kurikulum 2.merespon perubahan sosial 3.memenuhi kebutuhan peserta didik KAITAN PENGEMBANGAN,PERENCANAN,DAN IMPLEMENTASI Tujuan Desain kurikulum pengembangan kurikulum Imlementasi perencanan kurikulum Imlementasi Kurikulum Perubhan kurikulum dan perubahanya tidak disebabkan oleh pergantian mentri tetapi kebutuhan masarakat Masalah dalam pengembangan kurikulum 1.cara memilih materi yang akan di ajarkan 2.perbedaan pandangan para pengembang 3.penerapan kurikulum pada setiap tingkat pendidikan 4.perumusan kurikulum yang fleksibel 5.pengaruh pergantian pimpinan 6.inisiatif untuk penerapan kurikulum 7.Cara memperoleh informasi yang tepat untuk perumusan kurikulum 8.penerapan sumberdaya untuk pemanfaatanya PROSES PEMBNGAN KURIKULUM MELIBATKAN 1.GURU 2.AHLI KURIKULUM 3.AHLI PENDIDIKAN 4.AHLI LAIN DILUAR PENDIDIKAN 5.LULUSAN 6.SISWA 7.PENGGUNA LULUSAN Unsur Unsur yang terdapat dalam kurikulum sebagai program yang akan di jalani siswa di sekolah Tujuan Materi Pembelajaran Strategi Pembelajaran TUJUAN (kompetensi) EVALUASI MATERI PEMBELAJARAN Gambar 2 komponen esensial kurikulum UNSUR UNSUR YANG TERDAPAT DALAM KURIKULUM Sebagai program yang akan di jalankan siswa di sekolah 1.tujuan 2.materi pembelajaran 3.strategi pembelajaran 4.sistem evaluasi 5.hal hal yang di aktualiasikan di sekolah Sebagai dokumen kurikulum terdiri dari 1.proses pembuatan rencana kurikulum 2.GBPP 3.perangkat dan buku buku yang di perlukan dalam proses pembelajaran DI MENSI KURIKULUM tahapan Desain Implementasi edukasi evaluasi komponen kurikulum tujuan materi KBM Evaluasi PENGEMBANGAN KURIKULUM Istilah pengembangan menunjukan pada suatu kegiatan menghasilkan sesuatu alat atau cara yang baru ,dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat dan cara tersebut terus dilakukan.Bila setelah mengalami penyempurnaan penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut di pandang cukup matang untuk digunakan seterunya ,maka berakhilah kegiatan pengembangan tersebut Pengertian pengembangan diatas,berlaku pula dalam bidang kurikulum.kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri,pelaksanan di sekolah sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif ,penyempurnaan penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian.bila kurikulum itu sudah diaggap sudah cukup mantap,setelah mengalami penilaian dan penyemputnaan, maka berahirlah tugas pengembangan kurikulum tersebut untuk kemudian dilanjutkan dengan tugas pembinaan hal ini berlaku pula untuk setiap komponen kurikulum,misalnya pengembangan metode mengajar ,pengembangan alatpelajaran,dan sebagainya Sinonim dengan “curiculum development”.pengembangan kurikulum berarti perubahan dan peralihan total dari satu kurikulum ke kurikulum lain.misalnya dari kurikulum 1968 yang adalah “subject matter curriculum” ke kurikulum 1975 yang memiliki ciri-ciri:”correlatad’,”broad fields of subject-matter”dan “integrated”.perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Centre for Educational research and inovation (CERI) Coba mendevinisik sebagai berikut :curriculum development is the proces of analising and refining goals,aims and objectif,together with translation of these into the content of courses by formal or informal methods.(ceri,handbook on curriculum development,p.12) 1.LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Landasan pengembangan kurikulum dapat menjadi titik tolak sekaligus titik sampai.titik tolak berarti pengembangan kurikulum dapat di dorong oleh pembaharuruan tertentu seperti penemuan teori belajar yang baru dan perubahan tuntutan masarakat terhadap fungsi sekolah.titik sampai berarti kurikulum harus di kembangkan sedemikian rupa sehingga dapat merealisasi perkembangan tertentu ,seperti impact kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tuntutan tuntutan sejarah masa lalu,perbedaan latar belakang murid ,nilai nilai filsafat suatu masarakat,dan tuntutan kultur tertentu A. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” ( love of wisdom), untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara mendalam, logis dan sistematis. Dalam pengertian umum filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam (Socrates) atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Adapun yang dimaksud dengan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan kurikulum dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan (operasional) di sekolah. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu termasuk yang dianut oleh perorangan sekalipun akan sangat mempengaruhi tehadap pendidikan yang ingin direalisasikan. Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya adalah filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: filsafat Idealisme, Realisme dan filsafat Fragmatisme. a. Filsafat idealisme Menurut filsafat idealisme bahwa kenyataan atau realitas pada hakikatnya adalah bersifat spiritual daripada bersifat fisik, bersifat mental daripada material. Dengan demikian menurut filsafat idealisme bahwa manusia adalah mahluk spiritual, mahluk yang cerdas dan bertujuan. Pikiran manusia diberikan kemampuan rasional sehingga dapat menentukan pilihan mana yang harus diikutinya. Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme bahwa tujuan pendidikan harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat insani dan kebajikan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya. Dengan demikian tujuan pendidikan dari mulai tingkat pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan yang lebih operasional (pembelajaran) harus merefleksikan pembentukan karakter, pengembangan bakat dan kebajikan sosial sesuai dengan fitrah kemanusiannya. Isi kurikulum atau sumber pengetahuan dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir manusia, menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan melalui program dam proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik, yaitu bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terselenggaranya pendidikan. Pendidik harus memiliki keunggulan. kompetitif baik dalam segi intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta didik. b. Filsafat Realisme Filsafat realisme kebalikan dari filsafat idealisme, dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa dunia atau realitas adalah bersifat materi. Dunia terbentuk dari kesatuan yang nyata, substansial dan material, sementara menurut filsafat idealisme memandang bahwa realitas atau dunia bersifat mental, spiritual. Menurut realisme bahwa manusia pada hakikatnya terletak pada apa yang dikerjakannya. Mengingat segala sesuatu bersifat materi maka tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk melakukan penyesusian diri dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu kurikulum kalau didasarkan pada filsafat realisme harus dikembangkan secara komprehensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada mata pelakaran ( subject centered) Implikasi bagi para pendidik terutama bahwa peran pendidik diposisikan sebagai pengelola pendidikan atau pembelajaran. Untuk itu pendidik harus menguasai tugas-tugas yang terkait dengan pendidikan khususnya dengan pembelajaran, seperti penguasaan terhadap metode, media, dan strategi serta teknik pembelajaran. Secara metodologis unrur pembiasaan memiliki arti yang sangat penting dan diutamakan dalam mengimplementasikan program pendidikan atau pembelajaran filsafat realisme. c. Filosofis Pragmatisme Filsafat fragmatisme memandang bahwa kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural dan berubah ( becoming). Manusia menurut fragmatisme adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Manusia lahir tanpa dibekali oleh kemampuan bahasa, keyakinan, gagasan atau norma-norma. Nilai baik dan buruk ditentukan secara ekseperimental dalam pengalaman hidup, jika hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut dipandang baik. Oleh karena itu tujuan pendidikan tidak ada batas akhirnya, sebab pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hayat, proses rekonstruksi yang berlangsung secara terus menerus. Tujuan pendidikan lebih diarahkan pada upaya untuk memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah baru dalam kehidupan individu maupun sosial. Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Warisan-warisan sosial dan masa lalu tidak mmenjadi masalah, karena fokus pendidikan menurut faham fragmatisme adalah menyongsong kehidupan yang lebih baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Oleh karena itu proses pendidikan dan pembelajaran secara metodologis harus diarahkan pada upaya pemecahan masalah, penyelidikan dan penemuan. Peran pendidik adalah memimpin dan membimbing peserta didik untuk belajar tanpa harus terlampau jauh mendikte para siswa. B. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkuingan, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk merubah perilaku manusia. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dikembangkan. Landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya. Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan, dan oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam upaya pengembangannya. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa disesuaikan dengan tarap perkembangan peserta didik. 1. Perkembangan Peserta didik dan Kurikulum Pemahaman tentang perkembangan peserta didik sebagaimana diuraikan di atas berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum, antara lain: a. Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya. b. Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak. c. Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. d. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin. Implikasi lain dari pemahaman tentang peserta didik terhadap proses pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik. b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kebutuhan peserta didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka. c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak. d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak. e. Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. 2. Psikologi belajar dan kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaannya. Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya. Teori belajar tersebut adalah: (1) Teori psikologi kognitif (kognitivisme), (2) teori psikologi humanistic, dan (3) teori psikologi behavioristik. a. Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme) Teori psikologi kognitif dikenal dengan cognitif gestalt field. Teori belajar ini adalah teori insight. Aliran ini bersumber dari Psikologi Gestalt Field. Menurut mereka belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada di lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field melihat belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, ekplorasi, imajinatif, dan kreatif. Pemahaman atau insight merupakan citra dari atau perasaan tentang pola-pola atau hubungan. b. Teori Psikologi Behavioristik Teori belajar behavioristik disebut juga Stimulus-Respon Theory (S-R). Kelompok ini mencakup tiga teori yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Kelompok teori ini berangkat dari asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Lingkunganlah yang membentuknya, apakah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat; lingkungan manusia, alam, budaya, maupun religi. Kelompok teori ini tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan menekankan pada pengaruh faktor eksternal pada diri individu. c. Teori psikologi humanistik Tokoh teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori ini berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini disebut juga dengan “self theory”. Manusia yang mencapai puncak perkembangannya adalah yang mampu mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya dan merasa dirinya itu utuh, bermakna, dan berfungsi atau full functioning person (Y. Suyitno, 2007:103). teori humanistik menolak proses mekanis dalam belajar, karena belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi secara utuh. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak ditentukan oleh guru atau faktor-faktor eksternal lainnya, akan tetapi oleh siswa itu sendiri. C. Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. “Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:58). Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang berbudaya. a. Masyarakat dan Kurikulum Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia hidup. Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuah fungsi sosial pendidikan, yaitu: 1. Mengajar keterampilan. 2. Mentransmisikan budaya. 3. Mendorong adaptasi lingkungan. 4. Membentuk kedisiplinan. 5. Mendorong bekerja berkelompok. 6. Meningkatkan perilaku etik, dan 7. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi. b. Kebudayaan dan Kurikulum Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat. Daoed Yusuf (1981) mendefinisikan kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika) serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, pekembangan hubungan dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan: 1. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum. 2. Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan. 2.PRINSIP DASAR DAN CARA PENGEMBANGAN KURIKULUM A. PRINSIP PRINSIP DASAR Prinsip dasar yang utama yang harus di perhatikan adalah prinsip relevansi,efektifitas,dan efesiensi.di samping itu masih ada dua prinsip dasar yang lain yaitu prinsip kesinambungan dan fleksibiltas ,yang sebenarnya masih berhubungan erat dengan ketiga prinsip yang terdahulu B.PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM 1.Jenis jenis pendekatan Ada dua jenis pendekatan yang dapat di tempuh dalam mengembangkan kurikulum –pendektan yang beroriantasi pada bahan bahan pelajaran dan pendekatan yang berorientasi pda tujuan pengajaran a.pendekatan yang berorientasi pada baham pelajaran b.pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran C.BENTUK BENTUK PENGEMBANGAN KURIKULUM ada berbagai macam bentuk pengembangan kurikulum namun semuanya dapat di golongkan dalam dua bentuk pengembangan atas dasar sistem,dan pengembangan atas dasar pelajaran D.DUA JENIS PENGEMBANGAN KURIKULUM Dilihat secara keseluruhan macam macam variasi pengembangan kurikulum dapat di golongkan ke dalam dua jenis utama 1.pola tradisional 2.pola heuristik E.LANGKAH LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM Ada 2 langkah pengembangan kurikulum yaitu langkah langkah pengembangan kurikulum makrokospis dan dan langkah langkah pengembangan kurikulum mikrokospis. Langkah langkah kurikulum makrokospis 1.pengaruh faktor faktor yang mendorong pembaharuan kurikulum 2.inisiasi pengembangan 3.inovasi kurikulum baru 4.difusi(penyebaran )pengetahuan dan pengertian tentang pengembangan kurikulum di luar lembaga lembaga pengembangan kurikulum 5.implementasi kurikulum yang telah di kembangkan di sekolah sekolah 6.evaluasi kurikulum Daftar pustaka http://suraya-atika.blogspot.co.id/2015/01/landasan-pengembangan-kurikulum.html pejelasan dari bapak anik gufron soetopo hendyat,dkk.Pembinaan dan pengembangan kurikulum.jakarta:bina aksara