BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Perubahan PT ASKES ke

advertisement
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Perubahan PT ASKES ke BPJS Kesehatan meliputi perubahan badan
hukum yang semula persero dimana bertujuan mencari keuntungan (pro
laba) menjadi badan hukum publik yang melayani kepentingan publik dan
bersifat nirlaba. Perubahan pemisahan aset dan penyertaan modal, di mana
dalam PT ASKES tidak terdapat pemisahan aset badan namun dalam BPJS
Kesehatan terdapat pemisahan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial.
Penyertaan modal persero berasal dari kekayaan negara yang terbagi atas
saham-saham, sedangkan modal BPJS berasal dari kekayaan negara yang
tidak teragi atas saham-saham.
2.
Kepesertaan PT ASKES (Persero) hanya diikuti oleh beberapa golongan,
seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima pensiun baik pensiun PNS,
ABRI maupun pejabat negara, veteran dan perintis kemerdekaan.
Sedangkan kepesertaan untuk BPJS Kesehatan diperluas, sehingga dapat
diikuti oleh berbagai golongan masyarakat umum. Golongan ini dibagi
menjadi dua, yaitu Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) dan
Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI).
3.
Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan,
mencakup pelayanan promotof, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
61
62
kebutuhan medis yang dibutuhkan. Pelayanan kesehatan dibagi menjadi
dua golongan, pelayanan kesehatan yang dijamin dan pelyanan kesehatan
yang tidak dijamin. Sedangkan untuk pengajuan klaim biasanya secara
otomatis dilakukan oleh rumah sakit maupun Faskes yang telah
bekerjasama dengan perusahaan. Namun bagi rumah sakit maupun Faskes
yang tidak bekerjasama dengan perusahaan, pengajuan klaim tetap dapat
dilakukan dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
4.
Pembubaran PT ASKES (Persero) dibubarkan tanpa likuidasi, hal ini
menyimpulkan bahwa tidak ada penyelesaian mengenai aset maupun utang
perusahaan yang dibubarkan, sehingga aset dan utang yang dimiliki
PT ASKES sekarang menjadi milik BPJS Kesehatan. Perubahan
komponen akun laporan posisi keuangan PT ASKES (Persero) setelah
menjadi BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Kas dan setara kas menjadi Kas dan setara kas. Kas dan setara kas pada
PT ASKES (Persero) tidak dilakukan pemisahaan penggunaan akun
kas dan akun bank, setelah menjadi BPJS Kesehatan akun kas
digunakan untuk mencatat kas ditangan, sedangkan akun bank untuk
mencatat kas dibank.
b. Pencatatan piutang/tagihan bukan lagi dalam bentuk fee melainkan
penerimaan premi.
c. Saham yang diperdagangkan dan tersedia untuk dijual, deposito
berjangka, serta reksadana menjadi Kas dan setara kas. Akun-akun ini
pada saat PT ASKES (Persero) bertransformasi menjadi BPJS
63
Kesehatan berubah menjadi akun Kas dan setara kas karena
terdapatnya penjualan pada akun-akun tersebut.
d. Akun lain milik PT ASKES (Persero) yang berubah setelah menjadi
BPJS Kesehatan antara lain, akun-akun yang termasuk kelompok
ekuitas seperti modal saham, saldo laba dan cadangan perubahan nilai
wajar aset keuangan tersedia untuk dijual menjadi modal usaha.
5. Untuk komponen akun pada laporan laba rugi tidak terdapat banyak
perubahan, komponen akun laporan laba rugi di BPJS Kesehatan, antara
lain Pendapatan Operasional, Beban Operasional, Penghasilan Operasional,
Pendapatan (Beban) Non Operasional, Penghasilan sebelum pajak, Manfaat
(Beban) Pajak Penghasilan, Penghasilan Neto, Penghasilan Komprehensif
lain, dan penghasilan Komprehensif.
B. SARAN
1.
Masih banyak masalah-masalah yang dihadapi BPJS Kesehatan saat ini
masalah tersebut terutama persoalan pendaftaran BPJS Kesehatan yang
memakan waktu cukup lama hampir 1 bulan dan persoalan minimnya
fasilitias pelayanan seperti kamar pasien dan peralatan medis. Menanggapi
hal tersebut, maka saran yang dapat diberikan bagi BPJS Kesehatan yaitu
sebaiknya
mengoptimalkan
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatannya dengan menunjang kelengkapan alat-alat kesehatan medis
baik bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL), serta sebaiknya BPJS Kesehatan
64
meningkatkan
koordinasi
dengan
lembaga-lembaga
seperti
Dinas
Kesehatan dan beberapa dinas lainnya dalam rangka sinkroniasi
pelaksanaan program.
2.
Ketika kebutuhan diawal tahun meningkat karena digunakan untuk
pembiayaan biaya pelayanan kesehatan dan perbaikan fasilitas kesehatan,
hal yang dapat dilakukan adalah menstabilkan keuangan dimasa
mendatang dengan cara:
a. Menekan biaya yang tidak dipergunakan. Hal ini dapat dilakukan
dengan pemotongan biaya administrasi dan umum, dan tidak
diperbolehkan memotong biaya pelayanan kesehatan walaupun dengan
tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
b. Menstabilkan komposisi utang pelayanan kesehatan yang semakin
meningkat seiring meningkatnya jumlah peserta, utang pelayanan
kesehatan tidak boleh melebihi jumlah aset karena jika terjadi maka
kekayaan perusahaan akan berfokus pada pembayaran utang sehingga
kegiatan operasional yang membutuhkan pembiayaan akan terganggu.
3.
Peran
pemerintah
juga
sangat
membantu
dalam
terpenuhinya
penyelenggaraan BPJS Kesehatan, Pemerintah yang bertanggungjawab
atas program jaminan sosial dapat berpartisipasi dengan pembuatan
anggaran bagi BPJS Kesehatan yang dapat dilakukan dengan cara
melakukan relokasi subsidi dimana seperti subsidi BBM atau subsidi
listrik dapat dialihkan ke alokasi pembiayaan pelayanan kesehatan.
Download