pengaruh pemberdayaan dan keterlibatan kerja

advertisement
PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN KETERLIBATAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA
DINAS KEHUTANAN KABUPATEN KONAWE
PROVENSI SULAWESI TENGGARA
JURNAL
OLEH :
NURWIAH BAHRIN
G2D1 15 136
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
1
PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN KETERLIBATAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA
DINAS KEHUTANAN KABUPATEN KONAWE
PROVENSI SULAWESI TENGGARA
JURNAL
OLEH :
NURWIAH BAHRIN
G2D1 15 136
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Buyung Sarita S.E, M.S,Ph.D
Dr. La Ode Bahana Adam, S.E., M.Si
NIP.196131121998031018
NIP.197511262006041001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dr. Nasrul, S.E., M.Si
NIP. 19720506 200212 1 001
2
Pengaruh Pemberdayaan dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Negeri Sipil Pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe
Provensi Sulawesi Tenggara
Nurwiah Bahrin
G2D1 15 136
Program Studi Ilmu Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan
dan keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe. Sebanyak 48 orang pegawai menjadi responden dengan menggunakan
penelitian sensus yang tersebar pada semua ruangan dalam Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe. Data dianalisis dengan analisis regresi berganda melalui
program SPSS for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa pemberdayaan dan
keterlibatan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai dengan determinasi sebesar 0,468 atau 46,8%. pemberdayaan secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, keterlibatan
kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.
Diharapkan penelitian selanjutnya mempertimbangkan lagi variabel-variabel lain
yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai yaitu gaya kepemimpinan, motivasi
kerja dan lingkungan kerja.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Keterlibatan Kerja dan Kinerja Pegawai
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia (man) merupakan salah satu komponen yang
ada dalam organisasi selain machine, money, materials, methods, and market.
Menurut Notoatmodjo (2003), “Sebuah instansi harus didukung sumber daya
manusia yang cakap karena sumber daya manusia sangat berperan dalam
menjalankan usaha atau kegiatan di dalam instansi tersebut. ”Berdasarkan
pendapat tersebut sumber daya manusia merupakan hal yang terpenting dalam
suatu organisasi karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan
kegiatan operasional suatu organisasi. Oleh karena itu organisasi membutuhkan
sumber daya manusia dalam hal ini yaitu pegawai yang mempunyai kinerja (job
performance) yang tinggi. Di mana kinerja pegawai yang tinggi atau baik dapat
dijadikan salah satu faktor dasar tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya.
Pemberdayaan sebagai sebuah kekuatan sangat diperlukan dalam
meningkatkan kualitas semangat pegawai dalam melayani masyarakat. Dengan
pemberdayaan diharapkan dapat memotivasi individu untuk meningkatkan kinerja
dan produktivitas yang lebih tinggi.
Peran fundamental dari pemberdayaan sumber daya manusia, yaitu
membantu pimpinan agar fungsi perencanaan dan pengendalian dapat dilakukan.
3
Proses kerja pegawai yang efektif akan menghasilkan sistem pemberdayaan
sumber daya manusia yang akan menopang kemampuan pegawai dalam sistem
organisasi sehingga fungsi pemberdayaan sumber daya manusia yang meliputi
pengukuran kinerja pegawai akan dirasakan manfaatnya. Kemampuan sumber
daya manusia dengan penerapan tolak ukur atau parameter yang tepat akan
membantu pimpinan didalam mencapai tujuan organisasi, terutama untuk
meningkatkan kinerja pegawai yang berimplikasi pada meningkatnya kinerja
pegawai. Meningkatkan kinerja pegawai tidak saja dipengaruhi oleh berbagai
komponen, seperti halnya dari feed back siklus organisasi, yaitu dari upaya
pemberdayaan sumber daya manusia untuk mendorong sekaligus sebagai wujud
upaya secara makro dalam mengelola kepemerintahan dalam menunjang
peningkatan kinerja pegawai.
Keterlibatan kerja juga tidak kalah pentingnya di dalam pencapaian
kinerja pegawai. Faktor keterlibatan kerja, diindikasikan sebagai faktor dalam
meningkatkan kinerja (Chungtai,2008). Tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi
berperan dalam membentuk kinerja, menambah kualitas dan kuantitas hasil kerja,
efisiensi kerja yang tinggi. Hasil Penelitian yang dikemukakan oleh Rizwan dan
Khan (2011), menyatakan bahwa keterlibatan kerja berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja.
Kinerja pegawai dimaksud yaitu upaya sistematis dari organisasi untuk
memastikan bahwa hasil kerja pegawai sesuai dengan rencana dan proses kerja
yang dilakukan serta melakukan tindakan korektif, mengevaluasi secara sistematis
atas kerja yang dilakukan pegawai dan pengembangan pekerjaan untuk kepastian
suatu hasil kerja yang berorientasi pada keberhasilan organisasi baik aspek faktor
non-finansial dan finansial. Pengendalian merupakan upaya memastikan proses
pekerjaan yang dilakukan dengan hasil kerja yang telah diwujudkan dan
selanjutnya dianalisa, melalui berbagai pengukuran baik pada aspek sumber daya
manusia, ketepatan waktu, kualitas, finansial dan kuantitas pekerjaan ataupun
analisa pada aspek-aspek yang memiliki pontensi terjadinya penyimpanganpenyimpangan pada proses kerja. Dengan demikian, diharapan hasil dari proses
kerja yang tengah dilaksanakan dapat menjadi tolok ukur perbandingan atas
rencana kerja dengan hasil kerja yang diperoleh.
Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe merupakan salah satu instansi
pemerintah yang mengalami permasalahan dalam pencapaian kinerja. Instansi ini
adalah salah satu satuan kerja perangkat daerah yang bertugas membantu Bupati
dalam penyelenggaran urusan pemerintahan dibidang kehutanan yang mempunyai
tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas
desentralisasi. Dipimpin oleh Kepala Dinas yang membawahi empat bidang yaitu
Bidang Perencanaan Hutan, Bidang Pengusahaan Hutan, Bidang Pembinaan
Hutan, dan Bidang Perlindungan Hutan. Visi Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe adalah “Terwujudnya Pengelolaan Hutan Yang Lestari Yang Mendukung
Pembangunan Otonomi Daerah”. Untuk mencapai visi Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe maka dibutuhkan kinerja pegawai yang optimal.
Pelaksanakan tugas pokok pegawai, dibutuhkan profesionalisme seluruh
pegawai, sehingga mampu melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dengan
sebaik-baiknya, terutama fungsi pelayanan kepada publik yang mengacu pada
4
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dengan demikian, kinerja pegawai perlu lebih
ditingkatkan dan dioptimalkan. Hal ini didasarkan atas kondisi nyata yang terjadi
bahwa, utamanya kinerja pegawai yang belum seluruhnya menunjukkan prestasi
yang optimal.
Fenomena yang terjadi di Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe, diduga
penyebabnya adalah: belum dijalankannya pemberdayaan sumber daya manusia
secara optimal dan bersikap pasif terhadap pekerjaan. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul“ Pengaruh
Pemberdayaan dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil
Pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe”.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah adalah:
1. Apakah pemberdayaan dan keterlibatan kerja berpengaruh simultan terhadap
kinerja pegawai negeri sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe?
2. Apakah pemberdayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai negeri sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe?
3. Apakah keterlibatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai negeri sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
dan menjelaskan :
1. Pengaruh pemberdayaan dan keterlibatan kerja secara simultan terhadap
kinerja pegawai negeri sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
2. Pengaruh pemberdayaan terhadap kinerja pegawai negeri sipil Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe.
3. Pengaruh keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai teoritis studi ini diharapkan memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia, yang berupa
pemberdayaan dan keterlibatan kerja serta kinerja pegawai negeri sipil.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan menambah wawasan peneliti dan memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang pentingnya pemberdayaan dan keterlibatan kerja agar
instansi dapat meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil yang lebih efektif dan
efisien sehingga membantu pembangunan nasional dengan meningkatnya
kinerja pegawai setiap tahunnya serta penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai data base dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberdayaan
Pemberdayaan (empowerment) secara etimologis berasal dari kata daya
yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak.
Mendapat awalan ber - menjadi „berdaya‟ artinya berkekuatan, berkemampuan,
bertenaga, mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu
(Suwatno dan Priansa, 2011). Sedangkan Khan dalam Suwatno dan Priansa
5
(2011) menjelaskan pemberdayaan merupakan hubungan antar personal yang
berkelanjutan untuk membangun kepercayaan antar karyawan dan manajemen.
Pemberdayaan karyawan (employee empowerment) menurut Mulyadi (2007)
merupakan tren pengelolaan modal manusia di dalam organisasi masa depan,
sedangkan menurut Pradiansyah (2002) pemberdayaan merupakan kepercayaan
(trust). Jadi secara garis besar pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan
perusahaan dalam memberikan wewenang dan kepercayaan lebih kepada
karyawan agar karyawan lebih leluasa dalam mengeluarkan segala kemampuan
yang ada pada dirinya.
Robbins (2003) mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment)
karyawan berarti membuat karyawan menguasai apa yang mereka lakukan. Hal
senada juga dikemukakan oleh Cutterbuck (1995) bahwa pemberdayaan berarti
mendorong dan mengijinkan SDM memikul tanggung jawab pribadi untuk
meningkatkan cara bekerja dan meningkatkan kontribusi mereka terhadap
organisasi. Pengertian-pengertian tersebut menggambarkan bahwa
yang
diberdayakan adalah SDM bukan organisasi. Pemberdayaan dipahami sebagai
tindakan memberikan kewenangan, keterampilan dan kebebasan kepada pegawai
di dalam melakukan tugas mereka Spreitzer (1996). Spreitzer (1996) telah
mendeskripsikan pemberdayaan sebagai cara orang memandang diri mereka
sendiri di dalam lingkungan kerja dan tingkat sejauh mana orang merasa mampu
membentuk peran kerja.
Pemberdayaan juga dipahami sebagai sebuah konstruk multidimensional
yang terdiri dari empat kognisi dimana kognisi-kognisi ini mencerminkan
bagaimana orientasi seorang individu terhadap pekerjaannya. Ke empat kognisi
itu adalah makna/mean (nilai dari sebuah tujuan kerja bagi individu), kompetensi/
competence (keyakinan seorang individu tentang kemampuan untuk memenuhi
tuntutan kerja), menentukan nasib sendiri/self determination (otonomi atau
kendali terhadap proses-proses perilaku dalam bekerja) dan dampak/impact
(tingkat sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi hasil yang terbentuk
dari pekerjaannya) (Spreitzer, 1996). Secara ringkas, pemberdayaan adalah
tingkat sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi secara aktif peran
kerja dan konteks kerjanya (Daniels dan Guppy 1994).
Pengklasifikasian pemberdayaan dapat ditinjau dari sudut pandang
Appelbauem, et al., (1999) menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan
memiliki empat karakteristik umum, yaitu :(1) Self determination, yaitu perasaan
seorang karyawan untuk bebas melakukan pilihan tentang bagaimana mereka
melakukan pekerjaan mereka sendiri; (2) Meaning, yaitu mereka menganggap
penting pekerjaan yang mereka lakukan; (3) Competence, berupa kemampuan
untuk melakukan pekerjaan dengan baik; (4)Impact, yaitu berupa rasa percaya
bahwa unit kerja dapat dipengaruhi dan mau mendengarkan ide-ide karyawan.
Jandaghi, et al (2010), memiliki pernyataan bahwa pemberdayaan
karyawan secara umum memiliki sejumlah kapabilitas sebagai berikut yaitu :
1. Mampu membuat keputusan sendiri;
2. Memiliki akses informasi terhadap informasi dan sumber daya
dalam
mendukung keputusan;
3. Memiliki sejumlah alternatif pilihan dari keputusan yang akan dibuat;
6
4.
5.
6.
7.
8.
Kemampuan untuk melakukan latihan dalam mengambil suatu keputusan;
Memiliki kemampuan untuk berubah dan selalu bersikap positive thinking;
Kemampuan untuk meningkatkan skills;
Kemampuan untuk merubah persepsi untuk lebih demokratis;
Terlibat dalam proses pengembangan dan perubahan.
Telah
banyak
teori
yang
telah dinyatakan secara
terkonseptualisasi dengan topik pemberdayaan. Dapatlah ditarik suatu kesimpulan
bahwa Pemberdayaan kerja merupakan suatu trend pengelolaan sumber daya
manusia di masa depan (Mulyadi dan Setyawan, 2001). Konseptualisasi dari
pemberdayaan merupakan salah satu cara pengembangan karyawan melalui
employee involvement yaitu berupa memberi wewenang, tanggung jawab yang
cukup untuk menyelesaikan tugas dan pengambilan keputusan (Herenkohl, et al,
1999).
Pemberdayaan bertujuan menghapus hambatan-hambatan sebanyak
mungkin guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di
dalamnya melepaskan mereka dari halangan-halangan yang memperlambat reaksi
dan merintangi aksi mereka. Pemberdayaan adalah pemberian tanggung jawab
dan wewenang dari atasan kepada pegawai, yang melibatkan adanya sharing
informasi dan pengetahuan untuk memandu dan mengembangkan pegawai dalam
bertindak sesuai dengan tujuan organisasi yang dinayatakan dalam satuan skor
sebagai tolok ukurnya (Malayu S.P.Hasibuan, 2005).
Menurut Betty (2012) bahwa semakin diberdayakan pegawai maka
pegawai akan memberikan kontribusi yang lebih besar pada kinerjanya.
Menurut Wibowo (2008) bahwa Pemberdayaan meningkatkan percaya
diri dalam melakukan sesuatu, yang pada waktu sebelumnya tidak pernah
percaya, mungkin dilakukan pegawai bagi organisasi, pemberdayaan akan
meningkatkan kinerja organisasi dan individu dapat mengemban bakatnya secara
penuh. Pemberdayaan dapat meningkatkan kinerja, antara lain melalui upaya
mendorong dan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengambil
keputusan dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya guna memberi
kontribusi pada tujuan organisasi. Dengan demikian maka pegawai mampu
menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman dan ambisinya
dengan keleluasaan untuk berkreasi dan saling berkompetensi mengembangkan
dirinya. Pemberdayaan yang mampu menumbuhkan profesionalisme dan
kemampuan kerja yang tinggi akan membuat organisasi memiliki akuntabilitas
yang tinggi, kinerja yang tinggi, komunikasi terbuka. Hasil dari sebuah proses
pemberdayaan diharapkan akan menghasilkan pegawai yang berkualitas yang
memiliki kinerja pegawai yang tinggi.
Conger & Kanungo(1988) mendefinisikan pemberdayaan sebagai sebuah
proses meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) antara anggota-anggota.
Pemberdayaan atau empowerment adalah membebaskan seseorang dari kendali
yang kaku dan memberi orang tersebut kebebasan untuk bertanggung jawab
terhadap ide-idenya dan keputusan-keputusannya, tindakan-tindakannya.
Thomas & Velthoust (1990) dalam Gretchhen M.Spreitzer (1995)
mendefinisikan Psycological Empowerment sebagai motivasi intrinsik dalam
7
menjalankan tugas (intrinsic task motivation) yang ditanamkan pada 4 kesadaran
(cognition) yang mencerminkan orientasi individu terhadap pekerjaannya, yaitu;
1) Keberartian (meaningfulness)
2) Kemampuan (competence) atau keyakinan diri (self efficacy)
3) Pilihan atau penentuan sendiri (choice or determination)
4) Pengaruh yang kuat (impact)
Keterlibatan Kerja
Hiriyappa (2009) mendefinisikan keterlibatan kerja sebagai tingkat
sampai sejauh mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan pekerjaannya,
secara aktif berpartisipasi di dalamnya dan menganggap performansi yang
dilakukannya untuk keberhargaanya dirinya.
Menurut Robbin (2009) keterlibatan kerja mempunyai definisi yaitu
derajat dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif di dalamnya
dan menganggap prestasinya penting untuk harga diri. Keterlibatan kerja
dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap kerja yang menunjukkan bahwa
individu sangat banyak memikirkan pekerjaanya. Pekerjaan memiliki arti yang
besar baginya dipandang dari segi kepuasan hidup dan pekerjaannya memberikan
suatu petunjuk tentang status individu.
Robbins (2009) menambahkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat
keterlibatan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang
pekerjaannya yang mereka lakukan. Seseorang yang memiliki keterlibatan kerja
yang tinggi akan melebur dalam pekerjaan yang sedang ia lakukan. Tingkat
leterlibatan kerja yang tinggi berhubungan dengan performansi kerja.
Patchen (dalam Srivastava,2005) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki keterlibatan kerja yang tinggi akan menunjukkan perasaan solodaritas
yang tinggi terhadap perusahaan dan mempunyai motivasi kerja internal yang
tinggi. Individu akan memiliki keterlibatan kerja yang rendah jika ia memiliki
motivasi kerja yang rendah dan merasa menyesal dengan pekerjaanya. Artinya,
individu yang memiliki keterlibatan kerja yang rendah adalah individu yang
memandang pekerjaan sebagai bagian yang tidak penting dalam hidupnya,
memiliki rasa kurang bangga terhadap perusahaan, dan kurang berpartisipasi dan
kurang puas dengan pekerjaanya.
Menurut Mas‟ud (2004) menyatakan keterlibatan kerja merupakan
komitmen seorang karyawan terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan
karyawan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan, adanya perasaan
yang terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang ia lakukan dan keyakinan
yang kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pekerjaan
sebagai sumber kehidupan, terlibat aktif dalam pekerjaan, keterlibatan secara
pribadi, perhatian dan konsentrasi kerja, merupakan tujuan pribadi, sebagai pusat
keberadaan dan rasa senang dalam bekerja.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Peranan sumber daya manusia sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap maju atau mundurnya sebuah organisasi.alam meningkatkan kemampuan
pegawai supaya lebih baik dalam bekerja harus dilakukan berbagai upaya
pemberdayaan sehingga pegawai yang ada menjadi lebih berdaya yang pada
akhirnya para pegawai mempunyai kemampuan yang siap untuk bersaing dengan
8
yang lainnya dan tidak hanya mampu bersaing akan tetapi dapat meningkatkan
pencapaian dari sebuah organisasi.. Wibowo (2008) mengemukakan bahwa:“
pemberdayaan meningkatkan percaya diri dalam melakukan sesuatu, yang pada
waktu sebelumnya tidak pernah percaya, mungkin dilakukan karyawan bagi
organisasi, pemberdayaan akan meningkatkan kinerja organisasi dan individu
dapat mengemban bakatnya secara penuh”
Keterlibatan kerja merupakan variabel individu lain yang berhubungan
dengan pembelajaran dan pengembangan diri. Keterlibatan kerja akan
meningkatkan otonomi dan kehendak pegawai atas kehidupan kerjanya dan akan
membuat termotivasi lebih produktif dan lebih puas akan pekerjaannya. Seseorang
akan terdorong untuk lebih aktif dalam bekerja karena pekerjaan akan menjadi
penting bagi dirinya dan akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah merupakan suatu kajian
yang intens tentang pemberdayaan dan keterlibatan kerja. Lebih jelasnya kerangka
konseptual dalam penelitian ini seperti disajikan pada gambar 3.1 berikut:
Pemberdayaan (X1)
H2
H1
Kinerja Pegawai (Y)
Simultan
H3
Keterlibatan Kerja (X2)
H1. Pemberdayaan dan keterlibatan kerja secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe.
Tjiptono (2003) mengemukakan bahwa” Pemberdayaan sumber daya
manusia yang baik memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada
setiap individu dalam suatu organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawai.”
Menurut Mas‟ud (2004) menyatakan keterlibatan kerja merupakan
komitmen seorang karyawan terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan
karyawan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan, adanya perasaan
yang terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang ia lakukan dan keyakinan
yang kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pekerjaan
9
sebagai sumber kehidupan, terlibat aktif dalam pekerjaan, keterlibatan secara
pribadi, perhatian dan konsentrasi kerja, merupakan tujuan pribadi, sebagai pusat
keberadaan dan rasa senang dalam bekerja.
Hasil penelitian Dience (2007) menunjukkan pemberdayaan
berpengaruh siginifikan secara simultan terhadap efektivitas kerja pegawai.
Sedangkan hubungan keterlibatan kerja terhadap kinerja diungkapkan oleh
Chunghtai (2008), bahwa keterlibatan kerja yang tinggi akan meningkatkan
kinerja. Hasil penelitian lainnya yang dikemukakan oleh Hasil penelitian Widiyati
(2011) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi job content plateauing
adalah keterlibatan kerja. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keterlibatan kerja merupakan komitmen pegawai terhadap pekerjaannya
yang ditandai dengan kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan, adanya perasaan
terikat secara psikologi terhadap pekerjaan yang dilakukan dan keyakinan yang
kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan.
H2. Pemberdayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Pemberdayaan adalah salah satu strategi untuk memperbaiki sumber
daya manusia dengan pemberian tanggung jawab dan kewenangan terhadap
mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai prestasi
kerja yang lebih tinggi. Menurut Cook dan Steve (yang dialihbahasakan oleh
Sedarmayanti, 2001), “Empowerment (pelimpahan wewenang) akan memberikan
filosofi praktis serta sarana perubahan untuk membantu memperbaiki, baik
terhadap kepuasan pelanggan maupun karyawan, dan dengan demikian juga dapat
membantu memperbaiki keefektifan organisasi. Pemberdayaan merupakan
hubungan antarpersonal yang berkelanjutan untuk membangun kepercayaan
antara karyawan dan manajemen” (Suwatno dan Priansa, 2011).
Wibowo (2008) mengemukakan bahwa: “pemberdayaan meningkatkan
percaya diri dalam melakukan sesuatu, yang pada waktu sebelumnya tidak pernah
percaya, mungkin dilakukan karyawan bagi organisasi, pemberdayaan akan
meningkatkan kinerja organisasi dan individu dapat mengemban bakatnya secara
penuh”. Hasil penelitian Eman (2008) menunjukkan bahwa pengaruh
pemberdayaan terhadap kinerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan.
Senada dengan Betty (2012) bahwa semakin diberdayakan pegawai maka
pegawai akan memberikan kontribusi yang lebih besar pada kinerjanya.
H3. Keterlibatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Patchen (dalam Srivastava,2005) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki keterlibatan kerja yang tinggi akan menunjukkan perasaan solidaritas
yang tinggi terhadap perusahaan dan mempunyai motivasi kerja internal yang
tinggi. Individu akan memiliki keterlibatan kerja yang rendah jika ia memiliki
motivasi kerja yang rendah dan merasa menyesal dengan pekerjaanya. Artinya,
individu yang memiliki keterlibatan kerja yang rendah adalah individu yang
memandang pekerjaan sebagai bagian yang tidak penting dalam hidupnya,
memiliki rasa kurang bangga terhadap perusahaan, dan kurang berpartisipasi dan
kurang puas dengan pekerjaanya.
10
Penelitian yang dilakukan Ouyang (2009) mendukung bahwa keterlibatan
kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. . Hasil
penelitian lainnya yang dikemukakan oleh Rizwan dan Khan (2011) menyatakan
bahwa keterlibatan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif penjelasan (explanatory
research) dengan metode survey, dimana penelitian ini bermaksud mencari
hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis dengan menguji
pengaruh pemberdayaan, keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Proses
penelitian ini di laksanakan selama 2 bulan yaitu sejak bulan Januari sampai
dengan Februari 2017, dimana pada bulan pertama peneliti memberikan kuesioner
dan mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan pada bulan
selanjutnya disini peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan Software
SPSS.
Jumlah
pegawai negeri sipil yang
ada
di Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe sebanyak 48 orang, dengan demikian akan dilakukan
penelitian sensus yaitu penelitian dengan menggunakan semua populasi yang ada
dalam Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Karena jumlah populasi di Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe relatif sedikit yaitu sebanyak 48 orang maka
penelitian sensus sangatlah layak digunakan dalam penelitian ini. Jadi, penulis
dalam hal ini mengambil populasi sebagai sampel penelitian. Penulis akan
mengambil semua pegawai sebanyak 48 sampel yang ada pada Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe. Karena jumlah tersebut merupakan populasi
yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2006). Variabel penelitian ini terdiri dari
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Pemberdayaan (X1) dan keterlibatan kerja (X2), serta variabel terikat
adalah kinerja pegawai (Y).
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini berupa :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang berupa
data mentah seperti melalui wawancara dan kuesioner yang disebar kepada
pegawai yang meliputi data tentang pemberdayaan, keterlibatan kerja dan
kinerja pegawai negeri sipil.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk data dokumen yang
sudah di buat oleh instansi terkait dan ada kaitannya dengan penelitian ini dan
data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti meliputi
data jumlah pegawai, struktur organisasi dan data profil Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dalam penelitian ini
antara lain :
1. Angket (kuisioner) merupakan suatu alat pengukur dalam mengumpulkan
data dan informasi dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan
kepada responden mengenai suatu masalah yang terkait.
11
2.
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
secara langsung, tidak terstruktur dan individual dalam rangka
mengumpulkan data sebagai pendukung penelitian.
3. Penelusuran kepustakaan adalah dalam mengumpulkan data dan informasi
yang akurat dan relevan peneliti mencoba mencari data data melalui
membaca dan menelaah buku, artikel, majalah, jurnal dan tulisan-tulisan yang
ada di situs-situs internet yang terkait dengan masalah yang diangkat peneliti
perihal pemberdayaan dan keterlibatan kerja serta kinerja pegawai.
Adapun skala yang digunakan sebagai pengukuran variabel pada jawaban
atau isian kuesioner dari para responden adalah dengan menggunakan skala likert.
Setelah data terkumpul, dari hasil beberapa teknik pengumpulan data di
atas, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh di dalam pengolahan data
adalah sebagai berikut:
1. Penyeleksian Data (editing), langkah ini diperlukan untuk memilih data yang
representatif dan dapat dipergunakan untuk proses selanjutnya. Penyeleksian
data ini dilakukan dengan memeriksa jawaban dari hasil penyebaran daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2. Pengelompokan
Data
(coding),
langkah
ini
dilakukan
untuk
mengklasifikasikan
jawaban
responden
dalam
bentuk
kategori.
Pengklasifikasikan ini diperlukan sebagai dasar analisis kuantitatif, oleh karena
itu untuk tiap jawaban responden diberikan skor/nilai.
3. Tabulasi Data (tabulation), adalah untuk mengetahui frekwensi jawaban
responden dengan cara menyusun jawaban responden berdasarkan bobot nilai
dalam bentuk tabel yang ditetapkan.
Setelah data terkumpul yaitu dari kuisioner yang dikembalikan dan diisi,
perlu dilakukan kembali menjadi bentuk kuantitatif, pengolahan data sesuai
dengan pendekatan penelitian yaitu dengan dengan menggunakan analisis regresi
berganda dan dibantu dengan program SPSS (Statistical Program for Social
Sciences) untuk mempermudah perhitungan.
Gambaran umum mengenai responden dijelaskan dengan tabel disribusi
frekuensi yang menunjukkan umur, jenis kelamin dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan variabel penelitian. Untuk mempermudah mendeskripsikan variabel
penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori
kuisioner dari responden. Penggunaan skor kategori ini digunakan sesuai dengan
lima kategori skor yang dikembangkan dalam skala likert. Selanjutnya hasil
pengolahan data kemudian dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Uji Validitas
Digunakan untuk mengukur layak atau tidaknya suatu kuesioner sebagai
intrumen penelitian. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing
masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang telah
ditentukan. Menurut Sugiyono (2007) Validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh
peneliti. Suatu instrumen yang diuji akan valid ketika memiliki validitas yang
tinggi, sebaliknya ketika instrumen tersebut tidak valid, maka validitasnya rendah.
Dalam penelitian ini, pengujian validitas data dilakukan secara statistik yaitu
12
dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
dengan menggunakan metode korelasi product moment.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan kekuatan
alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau
kekuatan yang tinggi atatu dapat dipercaya apabila alat ukur tersebut stabil
sehingga dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan. Uji
reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach alpha dari masing-masing
instrumen dalam setiap variabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2005).
Variabel
Pemberdayaan
Keterlibatan
kerja
Kinerja pegawai
No. Item
r table
r hitung
Keterangan
Pertanyaan
1.
0,285
0,741
Valid
2.
0,778
3.
0,826
4.
0,807
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
5.
0,849
6.
7.
0,811
1.
8.
0,285
2.
9.
3.
10
1.
11
4.
2.
12
5.
3.
0,285
0,678
0,758
0,823
0,770
0,750
0,727
0,790
0,721
0,736
0,726
0,798
0,830
0,793
0,713
4.
0,595
5.
0,745
6.
0,603
7.
0,786
8.
0,712
9.
Sumber: Data Primer yang diolah (2017)
10
11
12
13
14
0,727
0,783
0,627
0,642
0,744
0,790
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
13
Model Analisis
Dalam penelitian ini, hipotesis ini diuji dengan menggunakan adalah
metode analisis statistika inferensial dengan model regresi linear berganda,
dengan formulasi regresi berganda sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βnXn + e
(Suharyadi dan Purwanto, 2004)
Di mana :
Y
= Dependent variabel
β0
= Konstanta
X1,...Xn = Independen variabel ke-i ( i = 1,2,3,….,n)
β1,….βn = Koefisien regresi masing-masing Variabel X1 (i = 1, 2, 3 …., n)
e
= Faktor galat/tingkat kesalahan
Dari persamaan tersebut, maka model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
Y
= Variabel Kinerja Pegawai
β1 = Koefisien regresi X1
X1 = Variabel Pemberdayaan
β2 = Koefisien regresi X2
X2 = Variabel Keterlibatan Kerja
e = Faktor kesalahan
β0
= Konstanta
(asumsi = 0)
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini digunakan untuk memperoleh nilai/hasil yang tidak
bias atau estimator linear tidak bias yang terbaik, maka model regresi harus
memenuhi beberapa asumsi. Adapun asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:
a). Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinieritas apabila nilai tolerance
> 0,1 (Ghozali,2005). Untuk mendeteksi gejala multicolinearity, peneliti
menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi sebesar 1 antar variabel
independen yang terdapat pada model regresi menunjukan adanya hubungan yang
sempurna atau mendekat sempurna.
b). Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti varians dalam variabel pada model tidak sama
(konstan). Untuk mengetahui ada tidaknya pola yang terbentuk pada grafik
scatterplot, peneliti harus mendeteksi diagnosis adanya heteroskedastisitas.
Apabila pola grafik yang dibentuk itu menunjukkan penyebaran nilai-nilai
residual terhadap nilai-nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu, baik itu
meningkat maupuan menurun, maka dalam hal ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c). Uji Normalitas
Uji normalitis dilakukan oleh peneliti sebelum menentukan teknik
statistik yang akan digunakan. Uji normalitas ditunjukkan untuk memeriksa
keabsahan sampel untuk diterapkan dalam teknik statistik tertentu. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan aplikasi aplikasi SPSS untuk pengujian
terhadap data sampel tiap variabel. Untuk mendeteksi normalitas data dalam
14
penelitian ini digunakan dengan metode grafik p-p plot yaitu memperlihatkan
penyebaran data (titik) di sekitar garis regresi.
Definisi Operasional Variabel
1. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe dalam memberikan wewenang dan kepercayaan lebih kepada
Pegawainya agar pegawai lebih leluasa dalam mengeluarkan segala
kemampuan yang ada pada dirinya.
2. Keterlibatan Kerja adalah komitmen Pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan pegawai memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan, adanya perasaan terikat secara
psikogi terhadap pekerjaan yang ia lakukan dan keyakinan yang kuat terhadap
kemampuannya dalam meyelesaikan pekerjaan.
3.
Kinerja merupakan gambaran tentang diri seorang Pegawai Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe dengan berbagai standar tugas yang telah diberikan
kepada pegawai tersebut sebagai salah satu bentuk tanggung jawab.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Koefisien Regresi (Uji T)
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai thitung
masing-masing variabel bebas dengan nilai ttabel derajat kesalahan 5% (α= 0.05)
dan dk = N-1. Apabila nilai thitung ≥ ttabel, maka variabel bebasnya memberikan
pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Berdasarkan nilai thitung, maka
dapat diketahui variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan
mempengaruhi variabel terkait.
Tabel 6.2
Uji T
Coefficientsa
Standardize
Unstandardize
d
d Coefficients Coefficients
Model
1 (Constant)
Pemberdayaan
B
Std.
Error
1.458
.501
.431
.088
Beta
.579
Collinearity
Statistics
T
Sig.
2.909
.006
4.922
.000
Toleranc
e
VIF
.855 1.170
keterlibatan
.222
.126
.206 1.753 .086
.855 1.170
Kerja
a. Dependent Variable:
Kinerja
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
Y = 0,579 X1 + 0,206X2
Dari hasil regresi yang ada pada tabel 6.2, uji t dilakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan tingkat kesalahan 5% yakni
1,679. Apabila thitung > ttabel maka dapat disimpulkan variabel tersebut
15
mempunyai pengaruh yang signifikan.
Pemberdayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Hasil pengujian membuktikan
bahwa variabel Pemberdayaan (X1) mempunyai nilai thitung > ttabel (4,922 > 1,679)
dengan nilai signifikasi t (tsig) = 0,00 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 (0,00 <
0,05).
Keterlibatan Kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Kinerja Pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel Keterlibatan Kerja (X2) mempunyai nilai thitung >
ttabel (1,753 > 1,679) dengan nilai signifikasi t (tsig) = 0,86 yang berarti lebih besar
dari α = 0,05 (0,86 > 0,05).
Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Atau untuk mengetahui apakah
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada
derajat kesalahan 5% (α = 0.05). Apabila nilai Fhitung ≥ dari nilai Ftabel, maka
berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap variabel terikat.
Tabel 6.4
Uji F
ANOVAb
Sum of
Squares
Model
1
Df
Mean Square
Regression
4.798
2
2.399
Residual
5.447
45
.121
F
19.817
Sig.
.000a
Total
10.245
47
a. Predictors: (Constant), keterlibatan Kerja, Pemberdayaan
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: data olahan SPSS
Pada tabel Anova di atas, menunjukkan nilai Fhitung sebesar 19,817
sedangkan nilai Ftabel distribusi denga tingkat probability 5% dengan df1
(jumlah variabel) = 2, dan df2 (n-k-1) atau 48-2-1 =45 (n adalah jumlah data dan
k adalah jumlah variabel independen). Hasil yang diperoleh untuk Ftabel
adalah sebesar 1,642. Hal ini berarti Fhitung lebih besar dari pada Ftabel (3,017
> 1,642). Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan dan
keterlibatan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai. Jadi, H1 dapat di diterima.
Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
secara empiris pengaruh Pemberdayaan dan Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja
Pegawai. Pengaruh yang dibahas adalah pengaruh antar variabel. Disamping itu
16
masih terdapat kesenjangan hasil penelitian terdahulu dan keragaman model
hubungan Pemberdayaan dan Keterlibatan Kerja, mengindikasikan hubunganhubungan tersebut tidak dapat berlaku secara general atau umum untuk objek
yang berbeda. Lebih jelasnya uraian pengaruh antar variabel yang didesain dalam
riset ini sebagai berikut :
5.5.1. Pengaruh Pemberdayaan Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji F) yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa secara simultan Pemberdayaan dan Keterlibatan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada
Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa secara bersama-sama Pemberdayaan yang teraplikasi dengan baik
kemudian didukung dengan Keterlibatan Kerja yang juga baik maka akan
memperbaiki dan meningkatkan kinerja pegawai.
Baiknya kinerja pegawai teraplikasi melalui perbaikan kualitas, kuantitas,
ketepatan waktu, orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin serta
kerjasama. Pada indikator kualitas teraplikasi melalui kemampuan menyelesaikan
tugas dengan teliti serta rapih dan menyelesaikan tugas pekerjaan sesuai dengan
Standar Operasional serta Prosedur. Pada indikator kuantitas teraplikasi melalui
kemampuan menyelesaikan tugas pekerjaan sesuai dengan target yang telah
ditentukan dan menyelesaikan pekerjaan tambahan berdasarkan target. Pada
indikator ketepatan waktu teraplikasi melalui kemampuan menyelesaikan tugas
pekerjaan sesuai dengan target waktu yang diberikan oleh pimpinan serta
menyelesaikan pekerjaan tambahan sesuai dengan target waktu yang berikan oleh
pimpinan. Pada indikator orientasi pelayanan teraplikasi memlalui kemampuan
serta kesungguhan memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan
pelayanan kepada pimpinan serta rekan kerja. Pada indikator integritas teraplikasi
melalui kemampuan bertindak sesuai dengan nilai, norma serta etika dalam
menyelesaikan tugas pekerjaan serta bertindak dalam menyelesaikan tugas
pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional serta Prosedur. Pada indikator
komitmen teraplikasi melalui mengutamakan kepentingan kedinasan dibanding
kepentingan pribadi sesuai dengan tugas fungsi serta tanggung jawab dalam
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan apabila pekerjaan itu merupakan
tanggung jawab pribadi masing-masing. Pada indikator disiplin teraplikasi melalui
patuh dan taat pada peraturan perundang-undangan dan patuh dan taat pada
perintah pimpinan. Pada indikator kerjasama teraplikasi melalui kemampuan serta
mau bekerjasama dengan pimpinan dan rekan kerja.
Berkaitan dengan pemberdayaan sebagai faktor penentu kinerja pegawai
teraplikasi melalui indikator Sense of meaning (keberartian) dimana Pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan oleh pegawai secara pribadi memiliki arti sangat
penting dan berarti bagi masing-masing pegawai. Pada indikator
Sense of
competence (Kemampuan atau Keyakinan Diri) teraplikasi melalui keyakinan
pada kemampuan Pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe dalam
melaksanakan serta menjalankan seluruh pekerjaan dan kegiatan yang menjadi
tupoksi masing-masing pegawai. Pada indikator Sense of determination (Pilihan
atau Penentuan Sendiri) teraplikasi melalui Pegawai memiliki otonomi yang
17
cukup untuk menentukan dan memutuskan sendiri bagaimana melaksanakan
pekerjaan yang diberikan, dan pegawai mempunyai banyak kesempatan untuk
mandiri serta memiliki kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan. Pada indikator
Sense of impact (Pengaruh yang Kuat) teraplikasi melalui Pegawai memiliki
pengaruh cukup besar dan penting terhadap apa yang terjadi pada Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe.
Terkait dengan keterlibatan Kerja yang juga merupakan faktor penentu
kinerja pegawai teraplikasi melalui indikator Terlibat aktif dalam pekerjaan,
dimana pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe terlibat aktif dalam
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing pegawai. Pada
indikator Capaian hasil terbaik teraplikasi melalui Pegawai memiliki dorongan
yang cukup kuat untuk memberikan capaian hasil terbaik dari setiap pekerjaan
yang dilakukan. Pada indikator Sumber penghidupan yang utama teraplikasi
melalui pekerjaan yang dimiliki pegawai saat ini merupakan sumber penghidupan
yang utama. Pada indikator Keterkaitan yang kuat teraplikasi melalui Pegawai
memiliki keterkaitan yang kuat dan sangat sukar untuk dipisahkan dengan
pekerjaannya. Selanjutnya pada indikator Konsentrasi terpusat teraplikasi melalui
saat bekerja konsentrasi pegawai terpusat pada pekerjaan yang dilakukan.
5.5.2. Pengaruh Pemberdayaan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil
Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Pemberdayaan (empowerment) secara etimologis berasal dari kata daya
yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak.
Mendapat awalan ber - menjadi „berdaya‟ artinya berkekuatan, berkemampuan,
bertenaga, mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu
(Suwatno dan Priansa, 2011). Sedangkan Khan dalam Suwatno dan Priansa
(2011) menjelaskan pemberdayaan merupakan hubungan antar personal yang
berkelanjutan untuk membangun kepercayaan antar pegawai dan manajemen.
Sedangkan menurut Pradiansyah (2002) pemberdayaan merupakan kepercayaan
(trust). Jadi secara garis besar pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan
organisasi dalam memberikan wewenang dan kepercayaan lebih kepada
pegawai agar pegawai lebih leluasa dalam mengeluarkan segala kemampuan
yang ada pada dirinya.
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya menemukan bahwa pemberdayaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe.
Artinya peningkatan pemberdayaan kearah yang baik meliputi Sense of meaning
(keberartian), Sense of competence (Kemampuan atau Keyakinan Diri), Sense of
determination (Pilihan atau Penentuan Sendiri), dan Sense of impact (Pengaruh
yang Kuat) dapat meningkatkan kinerja pegawai secara signifikan.
5.5.3. Pengaruh keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai
Keterlibatan kerja merupakan komitmen seorang pegawai terhadap
pekerjaannya yang ditandai dengan pegawai memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap pekerjaan, adanya perasaan yang terikat secara psikologis terhadap
pekerjaan yang ia lakukan dan keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya
dalam menyelesaikan pekerjaan, pekerjaan sebagai sumber kehidupan, terlibat
aktif dalam pekerjaan, keterlibatan secara pribadi, perhatian dan konsentrasi kerja,
18
merupakan tujuan pribadi, sebagai pusat keberadaan dan rasa senang dalam
bekerja, Mas‟ud (2004).
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) yang telah dilakukan, keterlibatan
kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas
Kehutanan Kabupaten Konawe. Artinya bahwa setiap peningkatan keterlibatan
kerja searah positif dengan peningkatan kinerja pegawai namun peningkatan
tersebut tidak terlalu berarti atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap
peningkatan kinerja pegawai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberdayaan dan keterlibatan kerja secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada Dinas Kehutanan
Kabupaten Konawe. Artinya bahwa secara bersama-sama pemberdayaan
yang teraplikasi dengan baik kemudian didukung dengan keterlibatan kerja
yang juga baik maka akan memperbaiki dan meningkatkan kinerja pegawai.
2. Pemberdayaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Artinya pengaruh
peningkatan pemberdayaan kearah yang baik meliputi Sense of meaning
(keberartian), Sense of competence (Kemampuan atau Keyakinan Diri), Sense
of determination (Pilihan atau Penentuan Sendiri), dan Sense of impact
(Pengaruh yang Kuat) dapat meningkatkan kinerja pegawai secara signifikan.
3. Keterlibatan Kerja secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap kinerja pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Artinya
bahwa setiap peningkatan keterlibatan kerja searah positif dengan
peningkatan kinerja pegawai namun peningkatan tersebut tidak terlalu berarti
atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kerja pegawai.
Berdasarkan temuan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran
untuk perbaikan kinerja Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan Kabupaten
Konawe sebagai berikut :
1. Pemberdayaan terhadap pegawai perlu diperhatikan dan ditingkatkan secara
terus menerus guna memberikan peningkatan terhadap kinerja Pegawai Negeri
Sipil Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe. Upaya peningkatkan perlu merujuk
pada indikator yang masih ditanggapi kurang, seperti Sense of impact
(Pengaruh yang Kuat) memiliki nilai rata-rata (mean) yang terendah, hal ini
disebabkan hanya sebagian kecil pegawai yang memiliki latar belakang
pendidikan kehutanan sehingga dapat mempengaruhi hasil dari pekerjaan yang
diberikan kepada para pegawai, oleh sebab itu para pegawai yang memiliki
latar belakang pendidikan bukan sarjana kehutanan perlu untuk diikut sertakan
pada pendidikan dan pelatihan (Diklat) tentang kehutanan sehingga secara
langsung pengetahuan, pengalaman dan kemampuan pegawai akan bertambah.
2. Dalam hal keterlibatan kerja yang perlu ditingkatkan adalah indikator sumber
penghidupan yang utama, maka perlu adanya tambahan penghasilan di luar gaji
PNS yang rutin diterima setiap bulannya, dengan kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Konawe memberikan Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil
seperti yang sudah diterapkan pada PNS di lingkup Pemerintah Provinsi
19
Sulawesi Tenggara sehingga dapat lebih meningkatkan kinerjanya dan
produktivitas kerja sumber daya manusia yang ada. Selain itu keterlibatan atau
partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan
karena dengan adanya keterlibatan pegawai dapat menyebabkan mereka akan
mau dan senang bekerja sama, baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama
teman kerja, salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan
pegawai adalah dengan memancing partisipasi atau keterlibatan mereka dalam
berbagai kesempatan pembuatan keputusan.
REFERENSI
As‟ad, Moh., 2003. Psikologi Industri. Ed 4, Yogyakarta: Liberti
Augusty Ferdinand. 2006. Metodologi Penelitian Manajemen. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Applebaum, S.H., Hebert, D., Leroux, S. 1999. “Empowerment : power,
culture and leadership – a strategy or fad for the millennium”.
Journal
of Workplace Learning : Employee Counselling Today. 1:7: 233-54
Betty Magdalena. 2012. Pengaruh Pemberdayaan dan Motivasi Terhadap
Kinerja Dosen. Jurnal Ilmiah Esai Vol. 6. No.3
Curson, David L. dan Enz, Cathy A, 1999, Predicting Psycological
Empowerment among Service Worker : The Effect of Support – Based
Relationships, Human Relation, Vol. 52, No.2
Clutterbuck David, Kernaghan Susan, 2000. The Power of Empowerment,
Volume 8, Crest Publishing House, New Delhi
Couger, J. A., & Kanungo, R. N. 1988. The
empowerment process:
Integrating theory and practice. Academy of Management Review, 13:
471—482.
Chungtai, Amir Ali, 2008. Impact of Job Involment on In-Role Job Performance
and Organizational Citizenship Behaviour. Journal Institute of Behaviour
and Applied management, Hl. 285-30
Coudron,D.1995 .“Avoiding Empowerment Traps”. Management Review.
January. 88:1.
Daniels K & Guppy A 1994. Occupational stress, social support, job control and
psychological well-being. Human Relations, Vol. 47, pp. 1523-38.
Dience. 2007. Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia terhadap
Efektifitas Kerja Pegawai Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Barat.
Djunaedi dan Purwaningsih. 2008. Pemberdayaan (Empowerment). Centre for
Strategic and International Studies. Jakarta.
Eman. 2008. Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Kerja Pegawai PT Telkom Sektor Dago Kota Bandung.
Ghozali, Imam ,2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro
_______________, 2011. Structural Equation Modelling Metode Alternatif
dengan Partial Least Square (PLS) edisi 3, Badan Penerbit Universtias
Diponegoro, Semarang.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
BPFE. Yogyakarta.
20
Hasibuan, Mohammad, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta.
Heidjrachman dan Suad Husnan, 2002. Manajemen Personalia. BPFE.
Yogyakarta.
Hermawan, Asep.2005. Penelitian Bisnis, Paradigma
Kuantitatif.Jakarta:
Herrenkohl, R.C, Judson, G.T, and Heffner, J.A.E 1999, Defining and
Measuring Employee Empowerment. The Journal Of Applied
Behavioral Science, 35(3): 373-389.
Hiriyappa, B, 2009. Organizational Behaviour. New Age International (P)
Ltd.Publishers.New Delhi.
Keban, Yeremias. T., 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik,
Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta. Gava Media
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Mulyadi dan Setyawan,J 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Management, Edisi 2, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Mas‟ud, Fuad, 2004. Survai Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Mahardiani. 2004. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemberdayaan
Karyawan di RS Roemani Semarang.
Tesis. Semarang: Program
Pascasarjana UNDIP.
Mangkunegaro, A.A. Prabu, 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan kedua.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sector Public. Yogyakarta: AMP YKPN.
Malayu SP, Hasibuan, 2005, Sumber Daya Manusia, Tarsito, Bandung.
Mohamad Mahsun. 2006. Pengukuran
Kinerja
Sektor
Publik.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Mulyadi.2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem
Pelipatganda Kinerja Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Nitisemoto, Alex S 1996, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nongkleng, Hasan. 2012. Pengaruh Pemberdayaan, Komitmen Organisasional
terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Dosen (Persepsi Dosen
Dipekerjakan PTS Kopertis Wilayah IX Sulawesi di Makassar). Jurnal
Aplikasi Manajemen , Volume 10, Nomor 3.
Pemerintah Republik Indonesia, 2011. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011
Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
Pemerintah Republik Indonesia, 2011. Peraturan Kepala BKN No. 1 Tahun 201
Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP. 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian
Prestasi KErja Pegawai Negeri Sipil.
Purwoto.A.,2007, Panduan laboratorium statistik inferensial, Jakarta,PT
Grasindo.
Pradiansyah, Arvan. 2002. You Are A Leader! Menjadi Pemimpin dengan
Memanfaatkan
Potensi
Terbesar
yang Anda Miliki: Kekuatan
Memilih!. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Riniwati, Harsuko. 2011. Mendongkrak Motivasi dan Kinerja: Pendekatan
Pemberdayaan SDM. Malang: UB Press.
21
Rizwan, Dil Jan Khan dan Fawad Saboor, 2011. Relations of Job Involment with
Employee Performance: Moderating role of Attitude. European Journal of
Business and Management. Vol. 3, Number 8.
Redha, A. Achmad. 2008. Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Staf Keungan Dinas Di Kabupaten Majene Sulawesi Barat, skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Robbin, Stephen. 2001. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi.
Edisi ke 5.Penerbit:Arcan. Jakarta.
Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior: Concepts, Controversies,
and Applications. Prentice-Hall International Editions, Fifth Edition.
Robbin, Stephen .P, 2009. Organizational Behavior Concept, Controversies and
Application, 6 Edition Englewood Chiffs, Prentice-Hall.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Ranika Cipta.
Suwanto, H. dan Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen SDM dalam Organisasi
Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto, 2004. Statistika Dasar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sugiyono, 2007, Metoda Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Suprihanto John, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia II, Karunika UT,
Jakarta.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Ilham Jaya.
Spreitzer, Gretchen M. 1995. Psychological Empowermen in the Workplace:
Dimensions,
Measurement,
And
Validation.
Academy
of
Manajemen Journal. Vol 38, No.5, 1442-1465.
Spreitzer, Gretchen M. 1996. Social Structural Characteristics of
Psychological Empowerment. Academy of Management Journal, Vol. 39,
No. 2, 483-504.
Srivastava, S.K, 2005.Organizational Behaviour and Management. Sorup And
Sons.New Delhi.
Siagian, Sondang P., 2001, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta,
Jakarata.
Simanjuntak, Payaman J, 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja, FE UI. Jakarta.
Thomas, K.W., Velthouse, B.A. 1990. “Cognitive elements of empowerment: an
interpretative model of intrinnsic task motivation”. Academy of
Management Review. 15: 4-666.
Trimanto, 2012. Peran Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dalam
Peningkatan kinerja organisasi melalui Perubahan dan Resiliensi
Organisasi (Studi Pada Industri Perhotelan di Jawa Timur). Tesis,
Universitas Merdeka Malang.
Tjiptono,2003. Pendelegasian Wewenang Versus Pemberdayaan Karyawan
dalam Perspektif Manajemen. Ekuitas. 3:4:214-24.
Warongan Jonathan, et.al 2014. Pengaruh Kompetensi, Komitmen Organisasi dan
Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero)
wilayah Suluttenggo, Jurnal EMBA, Vol. 2 No. 4 Desember 2014.
22
Waruwu Penunjang, 2013. Pengaruh Pemberdayaan dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Mediasi Komitmen Organisasi, Tesis
Universitas STIKUBNK, Semarang.
Wahibur Rokhman. 2003, Pemberdayaan Dan Komitmen : Upaya Mencapai
Kesuksesan Organisasi Dalam Menghadapi Persaingan Global. Amara
Books. Yogyakarta.
Widiyati, Sri, (2011). Faktor Penentu Karir Plateau. Jurnal Administrasi Bisnis.
ISSN 1411-4321.Vol.12.
Wibowo, 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
23
Download