BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan
kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang
akan datang. Namun sering kali harapan yang ada menjadi sirna karena terjadi
peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dalam kehidupannya, misalnya kecelakaan
atau bencana alam yang menyebabkan individu mengalami cacat tetap pada
anggota tubuhnya. Individu yang sebelumnya mempunyai fisik yang normal, tentu
kemudian akan menghadapi berbagai permasalahan yang harus dihadapi dan
menyulitkan berkaitan dengan peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan cacat
tubuh permanen yang baru diperolehnya. Berbagai kelainan pada kondisi fisik
yang baru tersebut, tentu saja mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
perilakunya sehari-hari. Keadaannya tentu akan berbeda jika dibanding dengan
kondisi orang normal pada umumnya yang membuat mereka dapat beraktivitas
tanpa ada kendala yang mengganggu.
Kecacatan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap
individu karena dengan kondisi cacat individu mempunyai keterbatasan atau
hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan
tetapi, siapa yang dapat menolak kehendak Sang Pencipta terhadap umatnya?
Apabila sang pencipta menghendakinya, apapun bisa terjadi dalam kehidupan
manusia, termasuk kecelakaan. Kecelakaan bisa saja terjadi pada siapa saja dan
kapan saja karena kecelakaan merupakan suatu peristiwa spesifik yang terjadi
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
secara tidak sengaja, dan tidak diharapkan yang terjadi pada tempat dan waktu
yang tidak ditentukan. Kecacatan yang terjadi secara tiba-tiba (karena kecelakaan)
akan menyebabkan perubahan besar bagi individu, apalagi sebelum mengalami
kecacatan individu memiliki kelengkapan fisik yang membuat individu tersebut
mampu melakukan banyak kegiatan dan memiliki kehidupan yang lebih baik
dengan
kelengkapan
fisiknya
serta
mampu
melakukan
tugas-tugas
perkembangannya dengan optimal sebagaimana mestinya tanpa ada hambatan
fisik.
Ketika individu memasuki masa dewasa awal dengan berbagai tugas
perkembangannya, seperti mulai bekerja, memilih pasangan, membina keluarga,
mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai
warga negara serta mencari kelompok sosial yang menyenangkan (Hurlock,
2004). Individu pada awalnya dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya
namun karena adanya suatu kecelakaan membuat individu tidak lagi mampu
memenuhi tugas perkembangannya dengan maksimal.
Perubahan drastis tersebut, seperti kecelakaan yang mengakibatkan
kecacatan, terutama pada fisiknya, memberi tekanan psikologis yang sangat besar
bagi individu yang mengalaminya. Hal ini dikarenakan pada awalnya ia memiliki
fisik yang normal, mampu beraktivitas dengan baik namun tiba-tiba dihadapkan
pada kondisi cacat yang membuat individu menjadi terbatas untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, mengurus diri sendiri, bekerja, dan lain-lain (Burns, 2010).
Penyandang cacat fisik yang mengalami amputasi disebabkan karena
kecelakaan tentunya memiliki dampak psikologis yang negatif pada situasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
dialami. Dampak psikologis yang mengikuti penyandang cacat fisik tersebut,
menurut Senra (2011), antara lain: depresi, trauma, marah,shock, tidak dapat
menerima keadaan, bunuh diri.
Reaksi negatif atau positif yang dimiliki oleh tiap individu itu yang membuat
penerimaan diri berbeda satu sama lain. Individu yang mengalami cacat fisik
karena kecelakaan memiliki penerimaan diri yang berbeda dibandingkan dengan
individu yang mengalami cacat fisik sejak lahir yang telah beradaptasi sejak
awal.Setiap situasi dan kejadian pasti menghadirkan suatu tantangan kepada
individu itu sendiri.
Fenomena yang terjadi di indonesia sendiri bahwa penyandang cacat
sangatlah dipandang sebagai manusia yang hidup dengan kelemahan dalam segala
hal, diremehkan bahwa hidupnya tidak memiliki harapan untuk lebih baik, tetapi
setiap individu selalu ingin mencapai apa yang diinginkannya dalam hidupnya,
tidak peduli ia normal secara fisik, orang yang tidak normal (cacat) pun tetap
memiliki keinginan untuk bisa mencapai sesuatu yang didambakan dalam
hidupnya. Keterbatasan fisik yang dialami oleh seseorang harusnya tidak menjadi
penghalang bagi individu untuk dapat merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Kasmayati, 2013) telah memaparkan
bahwa kecacatan fisik yang dialami oleh seseorang individu dalam peningkatan
optimisme di dalam hidupnya karena adanya dorongan dari dalam diri subjek, tapi
juga dorongan dari luar diri subyek seperti lingkungan sekitar dan keluarga social
support semua dukungan yang diberikan kepada individu dari lingkungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
sosialnya (keluarga, kawan, guru, profesional) dan sebagainya, sehingga akan
menimbulkan optimis kepada individu untuk melanjutkan hidupnya dengan
kekurangan fisik yang ia alami.
Pada penelitianNuralfian, dkk. (2012) selanjutnya pun memaparkan bahwa
individu yang mengalami kecacatan fisik postnatal, menemukan makna hidupnya
dengan menganggap bahwa peristiwa kecelakaan baik kecelakaan kerja maupun
kecelakaan lalu lintas. Atas anggapan murni kecelakaan melihat bahwa tidak ada
pihak yang terlihat di dalamnya atas unsur sengaja. Dampak yang ditimbulkan
setelah menemukan makna hidupnya ialah subyek pasrah akan kondisinya
sekarang sebagai akibat dari peristiwa kecelakaan yang dialami. Subyek
menerima dengan apa adanya dan menjalani kehidupan dengan tetap memiliki
rasa optimis dan bangga pada dirinya.
Kondisi individu yang merasa tidak berdaya seperti itu seringkali
mempengaruhi psikologis para penyandang cacat dan membuat seseorang merasa
kurang diterima oleh individu lainnya dan tidak mampu lagi melakukan tugas atau
aktivitas mereka seperti dulu sebelum mereka mengalami kecacatan, merasa
tertolak oleh lingkungan karena keterbatasannya untuk melakukan aktivitas
seperti orang yang normal. Tentunya mereka yang yang hidup sebagai
penyandang cacat tidak menginginkan kehidupan yang tidak baik. Sebagai
manusia yang di takdirkan dengan akal yang baik dari ciptaan Tuhan lainnya,
membuat mereka berusaha merubah nasib dengan segala cara mereka, namun
keadaan seakan merubah semuanya dengan pahit dan mereka mencoba menerima
diri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Penerimaan diri adalah seseorang yang memandang dirinya sebagaimana
adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga
sambil terus mengusahakan kemajuannya, serta penerimaan diri pun memerlukan
kesadaran dan kemauan melihat fakta-fakta yang ada pada diri kita, baik secara
fisik maupun psikis, menyangkut berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan
yang ada, menerimaanya secara total tanpa kekecewaan. Jadi penerimaan diri
dianggap sebagai suatu prakondisi menuju perubahan demi kebaikan lebih lanjut
dari individu itu sendiri.
Chaplin (2008) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang
mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada
dirinya, sehingga individu yang menerima dirinya dengan baik akan mampu
menerima kelemahan atau kelebihan yang dimilikinya.
Penerimaan diri merupakan suatu kondisi dimana individu mampu menerima
kelebihan dan kekurangannya dan memiliki harapan yang realistis, dan
menghargai dirinya. Acocella, dkk (dalam jurnal psikologi tentang penyesuaian
dan hubungan kemanusian, 2004) menambahkan bahwa individu yang bisa
menerima diri secara baik tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri,
sehingga lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Kesempatan ini membuat individu mampu melihat peluang-peluang
berharga yang memungkinkan dirinya berkembang.
Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Acocella, dkk
(dalam jurnal psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian, 2004)
menambahkan bahwa seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat
menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi
tentang dirinya juga positif.
Ryff (1989), mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah menerima dirinya sendiri,
menciptakan hubungan positif dengan orang lain, mandiri, penguasaannya
terhadap lingkungan, Tujuaan hidupnya. Dari beberapa faktor tersebut sangatlah
berpengaruh terhadap kehidupan seseorang atau individu dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti pun melihat dan pernah tinggal
dengan individu yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan lalu lintas bahwa
individu yang mengalami kecacatan akibat kecelakaan selain mendapat perlakuan
negatif dari orang-orang disekitarnya yang membuat mereka dikucilkan (seperti
dianggap tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik, orang yang
sulit/dingin), mereka juga berusaha agar bisa menerima diri mereka sepenuhnya
karena kondisi cacatnya tersebut yang mengakibatkan mereka tidak percaya diri
(karena sebelum mengalami kecacatan mereka memiliki fisik yang normal dan
tidak memiliki hambatan), hubungan dengan orang lain pun terganggu karena
menganggap orang lain selalu memandang negatif terhadap mereka, membatasi
diri dari lingkungannya, dan tidak ada keyakinan akan dapat mencapai tujuan
hidup mereka. Pola asuh yang diberikan pun mulai berbeda terhadap individu
yang mengalami kecacatan fisik, karena individu menganggap dirinya tidak bisa
mandiri dan tertekan oleh perlakuan orang tua dan saudara saat itu, sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
individu ini mengalami perubahan dalam sikap berbicara, memandaang orang
lain, bercakap dengan orang sekitar dan perubahan cara berpikir yang berubah.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat gambaran penerimaan diri pada individu /
dewasa awal yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penerimaan diri pada dewasa awal yang cacat fisik
karena kecelakaan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerimaan diri
pada individu dewasa awal yang mengalami kecacatan fisik akibat kecelakaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini di harapkan dapat memberi sumbangan yang berarti bagi
bidang psikologi, khususnya psikologi klinis dan psikologi perkembangan dalam
kaitannya penerimaan diri pada dewasa awal yang mengalami cacat fisik karena
kecelakaan.
2. Manfaat Praktis
a)
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan
penelitian lainnya mengenai penerimaan diri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
b) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi semua pihak
(Pemerintah, LSM, Aktivis dan Pemerhati Penyandang Cacat) dalam
memahami masyarakat yang hidup dengan keterbatasan.
c)
Menjadi bahan refrensi untuk menyusun program pemberdayaan dan
perekembangan kepribadian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download