QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME TUGAS AKHIR Oleh Elizabeth Irene 1501159366 Gavrila Setiawan 1501143714 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2015 QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME TUGAS AKHIR diajukan sebagai salah satu syarat untuk gelar kesarjanaan/ diploma pada Jurusan Sastra China Jenjang Pendidikan Strata-1 Oleh Elizabeth Irene 1501159366 Gavrila Setiawan 1501143714 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2015 Universitas Bina Nusantara Pernyataan Kesiapan Tugas Akhir untuk Sidang Tugas Akhir Pernyataan Penyusunan Tugas Akhir Kami, Elizabeth Irene Gavrila Setiawan dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul : QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME adalah benar hasil karya kami dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah, sebagian atau seluruhnya, atas nama kami atau pihak lain Elizabeth Irene Gavrila Setiawan 1501159366 1501143714 Disetujui oleh Pembimbing dan Ketua Jurusan Saya setuju Tugas Akhir tersebut layak diajukan untuk Ujian Pendadaran Prof. Abdullah Dahana, Ph.D. 22 Juli 2015 D5085 iii UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata I Semester Genap tahun 2014/2015 QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME Elizabeth Irene Gavrila Setiawan 1501159366 1501143714 Abstrak Dinasti Qin adalah salah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh. Di bawah pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang, Dinasti Qin menjadi dinasti yang menyatukan seluruh Tiongkok. Pencapaian Kaisar Qin Shi Huang telah mengusung Legalisme, sebagai suatu hukum yang berperan kuat dalam pemerintahan. Dinasti Qin adalah satu-satunya dinasti yang menerapkan Legalisme. Dalam proses penelitian, penulis menyusun tiga acuan penelitian yaitu sejarah masuknya Legalisme, latar belakang pemberlakuan Legalisme, serta peran dan dampak pemberlakuan Legalisme. Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sejarah masuknya Legalisme pada masa pemerintahan Dinasti Qin tidak lepas dari peran tokoh-tokoh Legalisme yang telah berjasa besar memperkenalkan serta mempertahankan Legalisme, yaitu Shang Yang, Han Feizi, dan Li Si. Pemberlakuan Legalisme pada masa Dinasti Qin dilatarbelakangi oleh karakter tegas Legalisme yang dianggap mampu memenuhi ambisi Kaisar Qin Shi Huang untuk berkuasa secara penuh serta menjadi dasar hukum pemerintahan dalam pembangunan Tembok Besar Cina serta Patung Tentara Terakota. Dampak dari pemberlakuan Legalisme terjadi akibat penyalahgunaan Legalisme oleh Kaisar Qin Shi Huang. Kata Kunci : Legalisme, Qin Shi Huang, Dinasti Qin, Shang Yang iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, dukungan, dan kekuatan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME”. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, dorongan, dukungan doa dan kerjasama dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Andyni Khosasih, SE.,BA.,M.Lit Ketua Jurusan Sastra China BINUS University. 2. Prof. A. Dahana, Ph.D yang telah berperan selaku dosen pembimbing. Beliau telah banyak memberikan bimbingan, masukan, semangat dan pelajaran berharga selama proses penulisan skripsi. 3. Ibu Fu Ruomei, BA., M.Lit., yang membantu kami menerjemahkan skripsi kami ini. 4. Para dosen dan Staf pengajar Jurusan Sastra China BINUS University yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama kami menjalani proses perkuliahan. Keluarga dan kedua orang tua kami yang selalu memberikan perhatian dan petuah yang berharga bagi perjalanan hidup kami. 5. Sahabat dan teman-teman seperjuangan selama perkuliahan di Sastra China BINUS University yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwasanya masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka bersedia menerima saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua, serta mampu mengajak kita semua untuk semakin menghargai sejarah dan kebudayaan Tiongkok. Jakarta, Juli 2015 Elizabeth Irene dan Gavrila Setiawan v DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................................... iii KATA PENGANTAR .....................................................................................................iv DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v RINGKASAN ISI ............................................................................................................. 1 1 7 QIN SHI HUANG DAN PEMBERLAKUAN LEGALISME ElizabethIrene, Gavrila Setiawan, Abdullah Dahana Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730 [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRACT Qin Dynasty under the reign of Emperor Qin Shi Huang, managed to become a dynasty that united the whole of China. Achievement of Emperor Qin Shi Huang during the reign has brought Legalism, as a strong legal role in the government. Qin dynasty emerged as the only dynasty that applied Legalism. The constructed three reference questions: 1. What is the history entry of Legalism during the reign of Qin Dynasty, 2. What is the background of the implementation of Legalism, 3.What is the role and impact of the implementation of Legalism. Methods use qualitative methods.Analysis Results indicate that the Legalism entry history during the reign of Qin Dynasty can not be separated from the role of the great figures of Legalism that Shang Yang, Han Feizi and Li Si. Appliance of Legalism during the Qin Dynasty assertive character is motivated by legalism that is deemed able to fulfill the ambitions of Emperor Qin Shi Huang's full power, as well as the legal basis of government in the construction of the Great Wall of China and the Statue Terracotta Army. The effects of Legalism appliance was because of the wrong usaged by Qin Shi Huang. Keyword : Qin Shi Huang, Legalism, Qin Dynasty,Enforcement of Legalism, Shang Yang ABSTRAK Dinasti Qin adalah salah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh. Dibawah pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang, Dinasti Qin menjadi dinasti yang menyatukan seluruh Tiongkok. Pencapaian Kaisar Qin Shi Huang telah mengusung Legalisme, sebagai suatu hukum yang berperan kuat dalam pemerintahan. Dinasti Qin adalah satu-satunya dinasti yang menerapkan Legalisme. Dalam proses penelitian, penulis menyusun tiga acuan penelitian yaitu sejarah masuknya Legalisme, latar belakang pemberlakuan Legalisme, serta peran dan dampak pemberlakuan Legalisme. Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sejarah masuknya Legalisme pada masa pemerintahan Dinasti Qin tidak lepas dari peran tokoh-tokoh Legalisme yang telah berjasa besar memperkenalkan serta mempertahankan Legalisme, yaitu Shang Yang, Han Feizi, dan Li Si. Pemberlakuan Legalisme pada masa Dinasti Qin dilatarbelakangi oleh karakter tegas Legalisme yang dianggap mampu memenuhi ambisi Kaisar Qin Shi Huang untuk berkuasa secara penuh serta menjadi dasar hukum pemerintahan dalam pembangunan Tembok Besar Cina serta Patung Tentara Terakota. Dampak dari pemberlakuan Legalisme terjadi akibat penyalahgunaan Legalisme oleh Kaisar Qin Shi Huang. Kata Kunci :Legalisme, Qin Shi Huang, Dinasti Qin, Pemberlakuan Legalisme,Shang Yang 7 8 PENDAHULUAN Zhao Yan Feng dalam bukunya Zhongguo Lishimengatakan bahwa sepanjang sejarah Tiongkok, Dinasti Qin (221 s.M - 206 s.M) adalah salah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh. Dua dinasti lain adalah Han dan Tang. Qin dikenal sebagai dinasti yang usia kekuasaannya pendek, hanya 15 tahun, namun mampu membangun suatu fondasi dasar sistem kekaisaran feodal yang kemudian diteruskan oleh dinasti-dinasti berikutnya dan berlanjut selama ribuan tahun kemudian. Sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem pemerintahan terpusat, di mana segala kekuasaan berada secara penuh di tangan kaisar.Di bawah tahta pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang, Dinasti Qin menjadi dinasti yang pertama kali dalam sejarah berhasil menyatukan seluruh Tiongkok di bawah satu kekuasaan terpusat yang absolut, setelah mengalahkan enam negara lainnya, yaitu Han, Zhao, Wei, Chu, Yan dan Ji. Dalam menjalankan roda pemerintahan Dinasti Qin, di bawah kepemimpinan Kaisar Qin Shi Huang, menjadi satu-satunya dinasti yang menerapkan Legalismesebagai landasan hukum pemerintahan. Hal yang menjadi daya tarik bagi penulis adalah pilihan Kaisar Qin Shi Huang untuk menetapkan Legalisme sebagai landasan dasar pemerintahannya. Masa depan Bangsa Tiongkok saat itu diletakkan pada sebuah hukum yang bahkan belum pernah diterapkan oleh dinasti-dinasti sebelumnya. Keberanian Qin Shi Huang dalam memutuskan untuk menggunakan Legalisme membuat penulis tertantang untuk mencari informasi tentangalasan yang melatarbelakangi Qin Shi Huang memilih dan mempraktekkan Legalisme. Menurut sebuah Thesis karya Angela Lara yang berjudul The Terracotta Army : A Symbol of The Life and Beliefs of Qin Shi Huangdi (Orem, Utah May 2014), dikatakan bahwa Kaisar Qin Shi Huang adalah tokoh yang membuat sebuah kerajaan menjadi totaliter dengan Filsafat Legalisme. Sistem pemerintahan dengan berdasar pada Legalisme dinilai sesuai dengan ambisi Qin Shi Huang yang bercita-cita untuk berkuasa secara penuh pada masa pemerintahannya. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, terlebih bangsa besar seperti Tiongkok, sistem dan aturan yang tegas lebih didahulukan daripada kebajikan atau ketulusan. Dalam hal inilah,Tiongkok mendapat manfaat yang besar dari Legalisme. Teori yang akan dipakai oleh penulis sebagai landasan dasar bagi proses penelitiaan adalah teori hukum dan teori dari beberapa tokoh sejarawan tentang hakikat hukum serta peran Legalisme pada masa pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada kualitas atau kedalaman data yang diperoleh (Sosiologi 3, Hal 105).Penulis menggunakan data mengenai sejarah perjalanan Bangsa Tiongkok yang tersaji dalam bentuk tulisan atau kalimat. Teknik Pengumpulan data menggunakan teknik penelitian historis, yaitu penelitian yang mencoba merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lampau selengkap dan seakurat mungkin dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat sekunder, yaitu sumber yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa sesungguhnya.Sumber sekunder ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitadengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian. Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan menganalisis dan mengolah data ke dalam sebuah karya tulis. HASIL DAN BAHASAN Pada tahun 220 SM situasi politik dan pemerintahan di Cina kala itu diwarnai dengan terpecahnya Cina Utara menjadi beberapa negara kota. Perpecahan inilah yang menciptakan Periode Negara Berperang,ketika negara-negara yang dipimpin para adipati saling bermusuhan dan berebut wilayah kekuasaan.Zaman itulah yang menjadi akhir pemerintahan dinasti Zhou.Ada tujuh negara yang yang saling berperang tersebut yaitu Qin, Chu,Han,Qi, Zhao,Wei, dan Yan. Namun, akhirnya pada tahun 221 SM, Qin dibawah tahta Qin Shi Huang berhasil menyatukan berbagai kerajaan itu dan mendirikan kekaisaran pertama Tiongkok. Penyatuan yang berhasil dilakukan oleh Qin Shi Huang pada periode negara berperang tersebut diakhiri oleh penaklukan terhadap kerajaan Qi.Keberhasilan Qin Shi Huang itu tidak lepas dari hukum yang dipegang erat sebagai tumpuan dasar pemerintahan, yakni Legalisme. Legalisme adalah salah satu ideologi filsafat China Klasik yang berkembang pada periode yang kurang lebih sama dengan Konfusianisme yakni periode Negara-negara berperang. Menurut analisis penulis, berdasarkan sejarah Dinasti Qin pada masa sebelum Qin Shi Huang resmi menjadi kaisar, yaitu semenjak tahun 238 SM, Legalisme telah masuk dan diberlakukan.Faham itu diperkenalkan oleh seorang penganut dan tokoh Legalis bernama Shang Yang dari Negara Wei. Pada iv 9 awal masa pemerintahan, Shang Yang menekankan Legalisme sebagai hukum tegas, dengan mengutamakan keadilan yang tidak membedakan lapisan masyarakat, baik dari rakyat kecil hingga kaum bangsawan.Legalisme juga dijadikan sebagai landasan pembangunan negara dalam segala bidang, tanpa kekerasan dan penindasan yang menyengsarakan rakyat.Berbeda dengan Konfusianisme, pola pemikiran Legalisme sangat pragmatis dan cenderung menghindari utopia.Konsep pemikiran mengenai Legalisme sangatlah sederhana yaitu dengan dasar pemikiran, “orang yang berbuat jasa akan diberi hadiah sedangkan yang berbuat kesalahan akan diberi hukuman”.Seiring dengan berjalannya pemerintahaan, Legalisme memang mampu membuat semua rakyat sangat patuh pada perintah Qin Shi Huang. Legalisme yang diterapkan oleh Shang Yang memang mampu memperbaiki segala bidang kehidupan.Namun melihat kondisi negara kala itu, Shang Yang mempraktekkan Legalisme dengan menekankan pada tiga bidang utama, yaitu politik, pertanian dan militer.Menurut pandangannya, sebuah negara harus memiliki landasan pemerintahan yang kuat, berdisiplin dan siap setiap saat menghadapi berbagai ancaman.Selain itu, suatu negara harus mampu menghargai pertanian dan memperkuat kemiliteran sehingga kesejahteraan dan keamanan seluruh rakyat dapat terjamin. Legalisme yang diperkenalkan oleh Shang Yang telah menjadi sebuah hukum yang tidak hanya mengajarkan ketaatan, namun juga mampu mendasari tujuan-tujuan mulia dalam pemerintahan.Tujuan-tujuan tersebut adalah menertibkan rakyat, menstabilkan politik dan ekonomi demi perdamaian dan stabilitas negara. Pada masa reformasi Shang Yang, kekuatan dan pengaruh besar yang dihasilkan oleh hukum Legalisme sangat terlihat jelas dan nyata. Legalisme membawa pengaruh besar dalam reformasi ekonomi dan militer, sehingga negara menjadi lebih kuat. Kepercayaan serta dukungan rakyat terhadap negara dengan demikian juga lebih kuat. Salah satu cara meningkatkan kepercayaan rakyat,yaitu dengan adanya reward dan punishment. Kedua hal tersebut merupakan unsur dasar hukum Legalisme yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Potensi besar dan kekuatan yang dihasilkan Legalisme untuk membawa pengaruh yang besar bagi kondisi negara saat itu membuat Qin Shi Huang semakin yakin untuk memberlakukan Legalisme . Legalisme membawa Negara Qin menuju perubahan yang lebih baik, namun setelah diberlakukan didalam pemerintahan, hukum tersebut menimbulkan banyak perlawanan terutama dari kaum feodal, yang terdiri dari para kaum bangsawan lama. Sosok Shang Yang yang tampil sebagai wakil dalam pemerintahan dan berperan sebagai penegak Legalisme menjadi incaran kaum feodal. Ketaksetujuan mereka terhadap Legalisme ini akhirnya meruncing kepada satu tujuan untuk melenyapkan Shang Yang dari pemerintahan kala itu. Perlawanan dari kaum feodal tersebut akhirnya berhasil menjatuhkan Shang Yang, tetapi Fa atau undang-undang yang dibuat Shang Yang tetap dipertahankan dan terus digunakan pada masa pemerintahan Dinasti Qin. Bagaimana pun juga, Negara Qin telah berhutang budi kepada prinsip-prinsip dalam Legalisme sehingga Kaisar Qin Shi Huang terus mempertahankan Legalisme sebagai dasar pemerintahan. Sejak ditetapkan sebagai dasar negara, Legalisme telah memperlihatkan berbagai keberhasilan dalam pemerintahan.Hal ini kemudian mengundang tokoh-tokoh lain untuk mempelajari Legalisme secara lebih dalam serta menuangkan pemikirannya mengenai Legalisme dalam bentuk tulisan. Banyak tokoh yang muncul mewarnai jalannya pemerintahan Dinasti Qin.Namun, sejarah mencatat bahwa pemikir terbesar yang mengembangkan Hukum Legalisme adalah Han Feizi.Dia adalah seorang ahli filsafat, ilmuwan hukum dan sastrawan yang berasal dari Negara Han. Han Feizi merupakan murid tokoh Legalis yaitu Tuan Guru Xunzi dalam satu perguruan “Istana Ilmu Jixia” terkemuka di ibukota negeri Qi di Linzi.Kendati sangat cemerlang, pemikiran Han Feizi mengenai Legalisme justru tidak diterima di negara asalnya sendiri sehingga dia pergi menemui kawannya, Li Si, yang telah menjadi perdana menteri di Qin. Negara Han tetap bertumpu pada ajaran Konfusianisme dan tidak menerima pandangan apa pun mengenai Legalisme. Dalam karya autentik Han Feizi ditemukan kutipan yang mengatakan bahwa kemaharajaan hanya dapat diperintah dengan memanfaatkan kodrat manusia. Manusia mempunyai tabiat suka dan tidak suka; mereka dapat dikendalikan dengan jalan memberi ganjaran dan menjatuhkan hukuman. Penguasa hanya perlu secara teguh memegang kendali-kendali ini (ganjaran serta hukuman) agar dapat mempertahankan kekuasaannya. Kendali-kendali ini merupakan kekuasaan atas hidup dan mati. Kekerasan merupakan bahan untuk membuat rakyat banyak tetap tunduk dan taat. Sebagian besar pemikiran Han Feizi tertuang dalam bentuk tulisan dan karya-karyanya inilah yang diterapkan pada masa pemerintahan Qin Shi Huang. Tidak berhenti di situ saja, dengan kebijaksanaan dan kejujurannya, Han Feizi terus berkarya dan mengembangkan Legalisme ke dalam suatu konsep yang mampu merapikan sistem pemerintahan yang tengah berjalan.Konsep pemikiran Han Feizi disebut “Konsep Trias Politika” yaitu Fa (Hukum), Shi (Kekuatan/ Kharisma) dan Shu (Taktik/ Metode), yang dikemukakannya pada abad 3 S.M.Hal yang membedakan Han Feizi dengan pemikir Legalis lainnya adalah konsep Shi dan Shu. 9 10 Sebagian besar doktrin Legalisme berasal dari ajaran Tuan Guru Xunzi yang berhasil dikembangkan dan dirumuskan kembali oleh Han Feizi. Sebagai contoh, Han Fei Zi mempraktekkan dengan jelas pembagian tugas dan wewenang atas tiga institusi. Itulah badan pembuat undang-undang, pelaksana pemerintahan, dan peradilan. Sedangkan pemikiran Xun Zi tentang pembagian wewenang berbagai institusi belum jelas. Disamping itu ada juga perbedaan asumsi antara Xun Zi dan Han Fei Zi tentang orang bermoral.Menurut Xunzi orang bermoral bukan orang yang lemah dan ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Mereka itu harus mampu bertindak tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Karena itu Xunzi menganjurkan bahwa tidak hanya para pemimpin dan pejabat yang harus bermoral, tetapi rakyat juga harus demikian. Namun bagi Han Fei Zi, Raja dan pemerintah sebagai pelaksana yang menjalankan undang-undang tidak perlu orang bermoral tinggi, tetapi orang yangpunya keberanian dan tegas dalam mengambil keputusan.Dari analisis ini, layak untuk diakui bahwa Han Fei Zi melengkapi pemikiran Xun Zi. Kombinasi pemikiran kedua pemikir itu merupakan sumbangan besar bagi bangsa Tionghua dalam membangun negara hukum yang didasari moral dengan pimpinan yang kuat sebagai porosnya. Kumpulan hasil karya Han Feizi yang dipraktekkan telah membawa Legalisme kepada puncak kejayaannya pada akhir abad-3 s.M. Pada masa itu, Legalisme sangat diagungkan dan dipegang teguh sebagai pedoman dalam menjalankan pemerintahan. Semakin hari, berbagai tulisan Han Feizi menampakkan kecerdasannya dan semakin mencapai puncaknya ketika menarik perhatian dan kekaguman Kaisar Qin Shi Huang.Namun, sukses Han Feizi menimbulkan kecemburuan Li Si, salah seorang rekan seperguruan Tuan Guru Xunzi. Kehadiran Han Feizi dinilai dapat mengancam kedudukannya dalam pemerintahaan. Untuk mengamankan kedudukannya dan demi menyelamatkan harga dirinya, Li Si mencari cara untuk menyingkirkan Han Feizi. Di hadapan Kaisar Qin Shi Huang Li Si menyampaikan kesaksian penuh dengan kepalsuan dan memfitnah Han Feizi dengan mengatakan bahwa ia tak lebih dari seorang bangsawan Han. Dilihat dari sudut pandang ini, politikakan selalu digunakan oleh orang-orang yang mencariposisi, pangkat, kekuasaan dan harga diri di atas segalanya. Saling menjatuhkan, mengkhianati dan mencari celah kesalahan lawan dengan membenarkan segala cara akan ditempuh demi kekuasaan.Nasib pencipta Legalis besar bernama Han Feizi ini berakhir dengan tragis yakni dengan mati atas nasihat rekan seperguruannya sendiri sebelum Qin Shi Huang membebaskannya. Kedudukan Li Si pada saat itu cukup terpandang. Pada awalnya ia seorang pegawai kecamatan di Shangcai, Negara Chu. Namun karena Raja Chu dinilainya tidak cakap dalam memerintah, Li Si merasa tidak dapat mengembangkan kariernya dengan cemerlang, Karenanya, iapergi ke barat, yakni Qin.Setelah menemui Qin Shi Huang yang saat itu masih menjabat sebagai Raja, Li Si mengemukakan pandangan dan penjelasannya mengenai situasi China pada saat itu. Ia mengusulkan agar seluruh Tiongkok dipersatukan di bawah tahta Qin. Raja yang terkesan dengan argumentasi Li Si kemudian mengangkatnya sebagai penasehat.Di bawah anjuran Li Si, Qin Shi Huang melakukan penyeragaman tulisan, standar timbangan, ukuran panjang, bahkan hingga warna baju Kaisar.Tulisan China yang ada sekarang adalah warisan penyeragaman oleh Li Si.Ia menjadi orang yang paling berperngaruh atas segala keputusan Qin Shi Huang. Pada saat itu juga Li Si mulai menerapkan berbagai kebijakannya yang didasarkan pada prinsip Legalisme antara lain yang terpenting yaitu membakukan mata uang, ukuran berat, dan penulisan naskah. Tak hanya itu, salah satu hal penting yang dilakukan Qin juga adalah menyeragamkan lebar kereta sehingga dua kereta dapat berpapasan di jalan. Setelah Tiongkok bersatu, Li Si diangkat menjadi Perdana Menteri dan duet antara Qin Shi Huang dan Li Si merupakan salah satu kunci suksesQin. Pada dasarnya, selama Qin Shi Huang berkuasa, negeri Qin mengandalkan orang-orang dari negara lain untuk memperkuat kekuasaannya. Berbagai cendekiawan yang membantu penguasa Qin memperkuat negeri dan mengalahkan Negaralainnya, semuanya adalah orang asing.Akan tetapi, bagi Qin Shi Huang, yang utama adalah kemampuan dan manfaat para mereka untuk membangun Qin.Namun, kebijakan Qin Shi Huang ditentang oleh pemikiranLi Si yang berisi tentang pentingnya menggunakan orang-orang dalam pemerintahan dengan melihat asal-usul mereka. Li Si curiga, jika orang-orang berbakat ini keluar dari Qin dan membantu pemerintahan negara lain, dan membuatnya kuat, tak dapat tidak negara-negara itu akanmenyerang Qin. Bila Kaisar tetap melaksanakan kebijakan dengan menggunakan orang luar, ini akan menyebabkan mala petaka dan merugikan Qin. Kaisar menyadari kebenaran dalam semua tulisan Li Si, dan telah menyadarkannya akan kesalahan yang ia buat. Kaisar pun segera mengubah kebijakan itu dan mengangkat Li Si menjadi Kepala Kementrian Hukum. Sejak saat itu, Qin Shi Huang memadukan segala kebijakannya dengan menggunakan kecerdasan strategi yang dicetuskan oleh Li Si dalam memperkuat pemerintahan. Kebijakan paling utama berupa penyeragaman pemikiran, dengan tujuan melenyapkan aliran pemikiran apa saja di luar Legalisme. Langkah kebijakan tersebut dilakukan dengan membakar buku-buku yang dituduh iv 11 bertentangan dengan Legalisme, Para Konfusian kemudian dijatuhi hukuman mati. Berbagai kebijakan yang diterapkan Li Si mendapat restu penuh Qin Shi Huang dan diberlakukan di negara itu mulai 213 s.M. Setahun setelah itu, berhubung menyetujui segala kebijakantersebut, Kaisar semakin kejam dan tidak segan-segan untuk mengubur hidup-hidup 460 sarjana Konfusianis. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa hanya ada satu cara berpikir yakni Legalisme, serta satu pemerintah yang berkuasa dalam sebuah Negara.Demikianlah Legalisme masuk ke Negara Qin dan terus berkembang dan dipertahankan sebagai landasan dasar negara yang kuat. Legalisme telah hadir mengantarkan Qin mencapai puncak kejayaan dan berangkat dari visi mulia Legalisme, Qin menampakkan kegagahannya dalam berbagai bidang kehidupan.Negara itu mencapai kemakmuran yang cemerlang serta kemajuan yang sangat pesat. Namun seiring berjalannya waktu, seiring kejayaan Legalisme yang dielu-elukan, nasib dan hakikat dari Legalisme mengalami pergesaran yang drastis.Ketegasan Legalisme yang awalnya untuk kepentingan seluruh rakyat, dalam waktu singkat menjadi berbalik fokus kepada kepentingan individu.Di tangan Kaisar Qin Shi Huang, Legalisme dijadikan alat untuk merealisasikan ambisi-ambisi pribadi. Salah satunya adalah kepercayaan yang ia pegang, bahwa setelah kematian ada kehidupan. Dari kepercayaan itulah, Qin Shi Huang membangun tentara Terakota untuk mempertahankan pemerintahannya. Kaisar percaya bahwa di alam baka kelak, patung-patung tentara dan segenap pasukan militer akan mengawalnya dan menjamin keamanan tahtanya. Demi mewujudkan ambisi pribadinya untuk tetap mempertahankan tahta, Qin Shi Huang membenarkan segala cara. Kelelahan dan penderitaan rakyat dalam membangun Terakota lah yang menjadi penyebab dari kejatuhan Legalisme.Keagungan Patung Terakota yang dapat kita lihat sampai sekarang, merupakan salah satu wujud nyata dari penyalahgunaan ketegasan Legalisme. Dalam menjalankan sistem pemerintahan terpusat, Legalisme menjadi komponen penting sebagai tumpuan dan pijakan mantap?dari segenap titah Sang Kaisar. Tak hanya melibatkan ketiga tokoh besar Legaslime yaitu Shang Yang, Li Si dan Han Feizi, namun pesona Legalisme terus mengundang para cendekiawan untuk menuangkan buah pikirnya guna mengembangkan serta mempertahankan hukum ini. Demikianlah Legalisme masuk dan menjadi landasan dasar pemerintahan yang dipertahankan pada masa pemerintahan Dinasti Qin. Latar belakang pemberlakuan Legalisme masa pemerintahan Dinasti Qin Legalisme hidup di tengah-tengah masa dimana berbagai aliran pemikiran lahir dan berkembang di Tiongkok. Pada masa itu kekacauandan peperangan antar negara(春秋战国) terjadi di tiongkok. Masa itu disebut sebagai masa “Seratus Aliran Filsafat” (百花齐放,百家争鸣)Berbagai filsuf ternama bermunculan di berbagai penjuru Tiongkok dan masing-masing menarik banyak pengikut ajaran mereka. Tidak banyak yang menonjol dari ratusan aliran itu, namun beberapa yang signifikan mampu bertahan hingga saat ini.Latar belakang pemberlakuan Legalisme tidak dapat dipisahkan dari tokoh-tokoh yang berperan untuk mempertahankan ajaran itu sebagai landasan hukum di negara Qin.Salah satu tokoh yang berperan penting ialah Shang Yang.Ia adalah tokoh yang saat itu menjabat sebagai wakil pemerintahanyakni Menteri Pertama dan penasihat Qin pada masa pemerintahan Adipati Xiao(891 BC–886 BC), dimana saat itu kaisar Qin Shi Huang belum naik tahta. Sebelum Legalisme resmi diberlakukan, Shang Yang telah berperan dalam membandingkan berbagai aliran lain yang ada. Aliran lain yang menjadi objek perbandingan Shang Yang yakni Daoisme, Konfusianisme, Mohisme, dan Aliran Perang. Aliran-aliran lain memang terus bermunculan, namun Shang Yang menilai bahwa yang dibutuhkan Negara Qin saat ini bukanlah kedamaian atau kepercayaan rakyat yang didasarkan pada akhlak mulia.Menurut pandangan Shang Yang, pada masa itu negara Qin lebih membutuhkan ketegasanhukum dalam mencapai tujuan.Dengan keyakinan inilah Shang Yang terus memperkuat berlakunya Legalisme di Qin. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan Legalisme semakin kokoh sekali pun banyak pihak yang menentangnya.Legalisme juga disambut sangat baik oleh Kaisar Qin Shi Huang, sehingga ajaran itu diterima sebagai hukum resmi.Shang Yang memperjuangkan Legalisme atas dasar tujuan yang menurut dia mulia bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Dalam salah satu tulisannya berjudul “Pengembangan Kekuasaan” 《修权》 Shang Yang mengatakan bahwa jika penguasa dan pejabat mengabaikan hukum dan memementingkan kepentingan pribadi, kekacauan pasti akan terjadi. Oleh karenanya jika kejelasan hukum ditegakkan, dan kepentingan pribadi dikesampingkan, pemerintahan akan berjalan dengan baik. Shang Yang menyadari bahwa ketidakjelasan hukum hanya akan merugikan dan membuat pihak-pihak yang hendak mencari keuntungan akan memanfaatkan setiap celah dalam hukum demi kepentingan pribadi mereka. Dengan berdasar pada Legalisme, Shang Yang melancarkan reformasi yang membawa dampak besar bagi pemasukan negara dan kemajuan pertanian.Reformasi Shang Yang membawa Qin tumbuh menjadi negara yang kuat.Pada masa itu, aliran-aliran lain tetap berkembang, tanpa 11 12 menghalangi pemberlakuan Legalisme dalam pemerintahan.Pada masa reformasi Shang Yang tersebut, Legalisme hadir menjadi tumpuan dalam pemerintahan.Hal ini membuktikan bahwa Legalisme merupakan hukum yang efektif dan membawa Qin kepada kemajuan yang signifikan.Setelah lahir dan naik tahta, Qin Shi Huang menganggap Legalisme sebagai modal kuat untuk menyatukan seluruh Tiongkok. Alasan Qin Shi Huang memilihLegalisme, adalah karena faham ajaran itu memiliki karakter tegas yang berpotensi mampu untuk mengontrol perangkat pemerintahan.Pemberlakuan Legalisme yang disiplin telah menghindarkan pemerintahan dari penyimpangan terhadap perintah Kaisar. Dengan demikian pejabatpemerintah tidak bisa berlaku sewenang-wenang karena birokrat yang menentang pemerintahan akan dijatuhi hukuman yang berat oleh Kaisar. Alasan kedua Qin Shi Huang menerapkan Legalisme adalah untuk memperkuat cengkeraman atas rakyat.Dalam upaya Qin mengontrol rakyatnya, Qin Shi Huang memberlakukan hukum yang ketat dan keras. Jika kekuasaan semakin kuat, menurut asumsi dia, pemerintahan akan terhindar dari pemberontakan rakyat. Penerapan Legalisme dijadikan sebagai alat untuk mempersempit ruang gerak rakyat.Dengan demikian, segala hal yang dikerjakan rakyat harus bertumpu pada kepentingan pemerintahan. Alasan berikutnya mengapa Qin Shi Huang memberlakukan Legalisme adalah untuk membangun dan menciptakan pemerintahan yang kuat dalam segala bidang, terutama kemiliteran.Karena Qin Shi Huang mempekerjakan orang-orang professional sebagai penasihat militer, jenderal, dan pejabat sipil, maka Pasukan Militer Qin menjadi semakin kuat. Hal ini memudahkan Qin Shi Huang mewujudkan ambisi-ambisinya, antara lain salah satunya adalah untuk mempersatukan seluruh Tiongkok. Menurut kutipan buku karya Michael Wicaksono, aliran lain terlalu bersikap toleran kepada perbedaan dan bersifat pasif terhadap serangan-serangan dari luar yang merugikan suatu pemerintahan. Pemerintahan yang didasarkan pada aliran seperti ini tentu tidak akan mencapai prestasi yang maksimal. Duet antara Qin Shi Huang dan Li Si juga merupakan salah satu kunci sukses Qin sebagai sebuah Negara yang berhasil mempersatukan seluruh China. Menurut pendapat penulis, Jikapemerintahan kala itu tidak menerapkan Legalisme, tentu saja keberhasilan Qin Shi Huang tidak akan tercapai. Pencapaian inilah yang semakin memperkuat alasan Qin Shi Huang untuk terus memberlakukan Legalisme. Seiring kejayaan Qin, penerapan Legalisme dalam masa pemerintahan Qin Shi Huang mulai mengalami pergeseran dari tujuan awalnya.Penerapan Legalisme mulai mengarah kepada kepentingan pribadi Qin Shi Huang semata.Berbagai prestasi yang dicapai olehnya telah menjadikan dirinya sebagai sosok yang penuh ambisi dan berani mengupayakan segala carauntuk memenuhi keinginannya.Ambisinya yang begitu besar membentuk karakter Qin Shi Huang menjadi Kaisar kejam.Kaisar pertama pemersatu Cina itu sampai hati membunuh banyak orang demi membuka jalan darah menuju penyatuan China. Ia mengubur orang hidup-hidup dan memaksa puluhan ribu orang lainnya bekerja paksa di bawah siksaan. Dengan menerapkankan Legalisme padapemerintahannya, usaha dan ambisi Qin Shi Huang dalam menyatukan dataran China dibawah kekuasaannya terwujud. Namun banyak sekali penyimpangan yang dilakukan oleh Qin Shi Huang. Patung Terakota dan Tembok China ( Great Wall) merupakan karya Qin yang menakjubkan dengan dilatarbelakangi oleh penyimpangan dari praktek Legalisme. Sesungguhnya, pembangunan Tembok China bertujuan untuk membentengi kekaisaran Cina kuno dari serangan suku-suku bangsa yang dianggap “biadab” dan “liar” antara lain orang Mongol dari arah utara. Disamping itu, tujuan lainnya adalah untuk menyatukan Negara, yakni menghubungkan ibukota ke setiap bagian kekaisaran yang ada.Namun nyatanya, pembangunan tersebut mengorbankan ribuan tenaga rakyat jelata. Tidak hanya itu, karena para pekerja tersebut juga mengalami banyak kesulitan dan bahaya yang terus menerus bahkan kematian dalam menjalankan proyek pembangunan Qin Shi Huang.Patung Terakota adalah salah satu wujud kepercayaannya akan adanya kehidupan setelah kematian.Di balik sosok tiran Qin Shi Huang, dapat terlihat satu titik lemah yang tidak dapat disembunyikannya : takut kehilangan tahta. Demikianlah Legalisme terus dan tetap ada sehingga ambisi dan upaya Kaisar Qin Shi Huang untuk berkuasa secara penuh dapat terlaksana dengan baik. Peran dan Dampak Pemberlakuan Legalisme pada Masa Pemerintahan Dinasti Qin Menurut analisis penulis, Legalisme memiliki banyak peran yang kami jabarkan sebagai berikut.Pertama, Legalisme telah memberikan kekuasaan mutlak kepada Kaisar dan pemerintahannya, sehingga rakyatnya sangat menjunjung tinggi hukum dan mematuhinya dengan sekuat tenaga. Legalisme juga memiliki sistem imbalan serta hukuman yang diatur dengan sangat jelas dan tidak menyisakan lubang jaring sekecil apa pun bagi para pelanggarnya. Berdasarkan sistem tersebut, rakyat menjadi terdorong untuk berbuat jasa sebanyak mungkin agar mendapat imbalan besar dari negara. Kedua, Legalisme berperan sebagai sumber daya untuk memperkuat negara dalam menghadapi para iv 13 pesaing. Tanpa pemerintahan yang kuat, rakyat tidak akan mampu berbuat sesuatu untuk membela negaranya. Ketiga, filosofi Legalisme telah berperan dalam menjadikan suatu pemerintahan tunduk pada satu penguasa.Dengan demikian, pemerintahan Dinasti Qin semakin efektif dalam mengontrol seluruh rakyat serta mengatur prinsip pemerintahan menjadi semakin kokoh.Keempat, Kaisar Qin Shi Huang menjadikan Legalisme sebagai dasar hukum untuk memerintah seluruh rakyat dalam pembangunan Tembok Besar Cina (Great Wall). Pada masa itu, Tembok Besar Cina dibangun dengan tujuan untuk melindungi negara dari serangan dinasti lain. Kemegahan Tembok Besar Cina merupakan salah satu perwujudan dari peran Legalisme yang dapat dirasakan oleh seluruh penjuru dunia hingga hari ini.Ada teori yang mengatakan bahwa dengan terwujudnya pembangunan Tembok Besar, terciptalah suku Han sebagai sebuah bangsa. Manusia yang berada didalamnya adalah orang Han dan yang ada di luar adalah “manusia-manusia biadab.” Upaya Kaisar Qin Shi Huang untuk menggenggam erat kekuasaannya tidak berhenti di situ saja.Kaisar Qin Shi Huang juga berusaha menekankan urusan militer demi pertahanan dan keamanan negara.Dalam hal inilah, Legalisme kembali menunjukkan perannya. Melalui Legalisme, Kaisar Qin Shi Huang mampu mempraktikkan kebijakan militerisasi total serta mengembangkan semangat juang rakyat dalam menerapkan sistem pengabdian wajib. Dengan diterapkannya sistem pengabdian wajib yang berlandaskan pada Legalisme, Kaisar Qin Shi Huang telah menanamkan rasa nasionalisme dalam diri rakyat. Hal ini telah membuktikan bahwa Legalisme telah berperan penting dalam memastikan keunggulan militer Qin di hadapan negara lain. Relevansi dari Legalisme dibuktikan melalui sebuah artikel yang ditulis oleh Ryan Mitchell yang berjudul Is ‘China’s Machiavelli’ Now Its Most Important Political Philosopher? Artikel ini memperkuat analisis penulis melalui pendapat duasinolog, Orville Schell dan John Delury dalam bukunya yang membahas mengenai sejarah upaya reformasi China. Tak hanya itu, Presiden Xi Jinping, tokoh yang paling berpengaruh di Tiongkok saat ini mengakui bahwa tokoh legendaris Legalisme, yaitu Han Feizi telah menjadi dasarkecemerlangan pemikirannya bahwa hukum yang kuat menjadikan suatu negara kuat. Sebaliknya jika hukum tidak menjadi suatu hakikat yang ditegakkan dengan kuat, maka sebuah Negara juga akan menjadi lemah.Legalisme tak hanya menjadi hakikat yang kokoh, namun ajaran itu adalah jalan keluar bagi Tiongkok untuk bebas dari keterpurukan dan menuju sebuah bangsa maju.Dengan tak lekang oleh waktu, zaman dan peradaban, hingga detik ini konsep Legalisme telah dan melahirkan kebangkitan dan membuktikan eksistensinya bagi kejayaan Tiongkok. Disamping memainkan peran penting bagi Dinasti Qin, pemberlakuan Legalisme juga membawa dampak buruk yang menyengsarakan rakyat Tiongkok pada masa itu.Legalisme sendiri bukanlah hukum yang buruk, namun dampak buruk tersebut terjadi karena Kaisar Qin Shi Huang telah menyalahgunakan tujuan mulia dari ajaran itu.Akibat penyalahgunaan Legalisme, rakyatlah yang menjadi korban. Kaum Legalis percaya bahwa pekerjaan yang produktif dan bermanfaat bagi kepentingan pemerintahan adalah kegiatan bertani dan menenun.Anggapan ini membuat buku-buku selain Ilmu Pertanian, Tenun, Pengobatan dan Ramalan akhirnya dimusnahkan.Tak hanya itu, gagasan Legaslime juga memperluas pandangan yang mengatakan bahwa membaca tidak termasuk dalam kegiatan yang produktif secara sosial. Legalisme menjadi hukum yang ingin dijunjung tinggi di atas segala hukum.Oleh karena itulah, hal ini menjadi pemicu ide untuk menjatuhkan hukuman yang kejam bagi siapa pun yang berani menentang.Demi mempertahankan Legalisme, Qin Shi Huang tidak hanya membakar buku-buku aliran lain, namun juga menjatuhkan hukuman atas para cendekiawan yang berusaha mempertahankan Konfusianisme.Tindakan itu dilakukan dengan cara mengubur hiduphidup 460 Ilmuwan Konfusian di Ibukota Xi’an .Kaisar Qin Shi Huang juga memerintah dengan keras dan menjatuhkan hukuman berat, serta membuat keputusan yang sewenang-wenang dan autokrat.Hukuman kepada rakyat diberlakukan sampai kepada kejahatan yang terkecil sekali pun.Penghukuman itu mengharuskan para pelanggarnya menerima hukuman berat seperti pemenggalan kepala, atau memotong tangan dan kaki. Dampak buruk lainnya yang ditimbulkan dari Pemberlakuan Legalisme oleh Kaisar Qin Shi Huang adalah dalam bidang pendidikan.Selama berjalannya pemerintahan, demi menyelamatkan Legalisme, pelaksanaan pendidikan sangatlah ditekan, bahkan keberadaan pendidikan ditolak keras.Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya kaum terpelajar yang berpotensi untuk mengontrol jalannya pemerintahan.Sistem ini semakin diperkuat dengan pandangan Shang Yang yang mengatakan bahwa rakyat yang semakin lemah akan memaksimalkan kekerasan tongkat kekuasaan Kaisar. Perlu kita ketahui, lumpuhnya pendidikan pada masa itu dikendalikan oleh karakter keras Legalisme yang dijadikan alat pemenuh ambisi Kaisar Qin Shi Huang.Hal inilah yang menjadikan Legalisme kehilangan esensi mulia yang sesungguhnya.Legalisme pada dasarnya berfokus kepada objektifitas serta menghindari subjektifitas dan tindakan sewenang-wenang. Seperti yang telah 13 14 dijabarkan sebelumnya, esensi mulia dari Legalisme sendiri tak lain adalah ingin mewujudkan perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Sedangkan dalam prakteknya, esensi itu memudar, bahkan hilang digantikan oleh hasrat kekuasaan SIMPULAN DAN SARAN Menurut hasil penelitian yang diperoleh, penulis menemukan bahwa Legalisme adalah salah satu filsafat / ajaran yang lahir pada masa negara-negara berperang.Hal yang membedakan Legalisme dengan filsafat lainnya Legalisme banyak mengatur pemerintahan sehingga mengedepankan Fa (Undang- Undang).Sejarah masuknya Legalisme pada masa dinasti Qin tak bisa dipisahkan dari tiga tokoh Legalis yang yaitu Shang Yang, Han Feizi dan Li Si. Dari hasil penelitian penulis, diketahui juga bahwa Latar Belakang Kaisar Qin Shi Huang menerapkan Legalisme dalam Pemerintahan Dinasti Qin yakni karena Legalisme memiliki karakter yang tegas dan kuat yang berpotensi untuk mengontrol perangkat pemerintahan, memperkuat kekuasaan Kaisar Qin Shi Huang terhadap rakyat, dan dapat membangun serta menciptakan pemerintahan yang kuat dalam segala bidang, terutama bidang militer. Bagi Kaisar Qin Shi Huang sendiri, Legalisme merupakan satu-satunya landasan hukum yang memungkinkan kaisar untuk mencapai berbagai target dalam pemerintahan, memenuhi ambisinya untuk berkuasa secara penuh dan yang terutama, Legalisme dijadikan modal kuat dalam mempersatukan Tiongkok. Tidak berhenti di situ saja, dalam pembangunan Tembok Besar Cina dan Patung Tentara Terakota, Legalisme pun dijadikan dasar dalam memerintah seluruh rakyat.Selain memegang peran penting, Legalisme yang diberlakukan memunculkan dampak antara lain, terjadinya pembakaran buku-buku aliran lain terutama Konfusianisme, penguburan hidup-hidup 460 Ilmuwan Konfusian dan penolakan keras terhadap pelaksanaan pendidikan.Dampak dari Legalisme ini terjadi akibat penyalahgunaan oleh Kaisar Qin Shi Huang.Hal ini telah mengakibatkan rakyat menderita dengan dikenakan pajak secara paksa dan bekerja pada proyek-proyek pemerintahan yang besar. Dari studi kasus dalam skripsi ini, yakni penerapan legalisme di negeri Qin, banyak hal yang bisa kita pelajari, yakni jika sebuah negara menginginkan kemajuan dan kemakmuran, menegakkan dan menghormati hukum merupakan hal yang tidak dapat ditawar. Kasus pemberlakuan Legalisme pada masa pemerintahan Dinasti Qin dapat dijadikan contoh bagaimana sebuah negara menjadi kuat dan makmur dengan cara menegakkan hukum. Namun, karena Kaisar Qin Shi Huang lupa diri dan haus akan kekuasaan, maka negara yang dipimpinnya hanya bertahan tidak lebih dari 15 tahun. Kemampuannya menyatukan Tiongkok telah membuatnya terlalu percaya diri dengan sukses yang dicapainya berkat penerapan Legalisme. Karenanya ia tergiur masuk ke dalam jurang kepercayaan yang tak masuk akal; yaitu dengan kepercayaan bahwa kematian bukanlah merupakan akhir dari kekuasaannya. Atas dasar kepercayaan itu ia memaksa rakyatnya untuk bekerja rodi, antara lain, menyelesaikan patung Tentara Terakota yang diyakininya akan menjaganya sehingga di alam baka kelak, ia tetap berkuasa . Di samping itu, rakyat juga dipaksa membangun proyek-proyek megah. Ini semua, telah menyebabkan adanya dendam rakyat sehingga wajar jika Dinasti Qin tidak dapat bertahan lama. Akan tetapi harus dimengerti bahwa kasus Qin Shi Huang itu terjadi ribuan tahun lalu, ketika manusia mempercayai ha-hal yang berada di luar kenyataan.Penulis berharap hasil penelitianmengenai pemberlakuan Legalisme ini dapat memberikan pembelajaran berharga kepada seluruh kalangan, Peristiwa sejarah dapat menjadi cermin bagi para pemimpin masa kini. “Kalau mau sukses belajarlah dari sejarah,” itulah motto dari para pemimpin bijak. REFERENSI 邓荫柯.中国之旅 [M]. 北京:五洲传播出版社, 2007. 赵延风.中国历史专业汉语教程 [M]. 北京:北京大学出版社, 2007. 义务教育历史课程标准研制组. 历史 [M]. 北京:北京师范大学出社, 2010. 武树陈,李力著. 法家思想与法家精神. 北京:中国广播电视出版, 2007. 李华, 张美霞,等等. 中国历史常识 [M]. 香港:香港中国旅游出版, 2008. 彭新武. 法家精神:价值与缺失. 北京:中国人民大学学报, 2014. 朱汉国 ,柳斌. 简明中国史: 彩图版 [M]. 北京: 北京教育出版社, 2004. 张轶, 贾宇.中国历史[M]. 北京:高等教育出版社, 2007. 印尼文献 Arif, Oesman. (2013). Ideologi dan Pemerintahan : Ideologi Pembangunan. Spoc Journal Study Park Of Confucius, No. 064687, diakses 11 Juli 2015 dari iv 15 http://www.spocjournal.com/filsafat/336-ideologi-dan-pemerintahan-ideologipembangunan.htm) Arif, Oesman. (2013). Penyelenggaraan Negara Menurut Filsafat Xunzi. Spoc Journal Study Park Of Confucius, Vol. 451, diakses 09 Juli 2015 dari http://www.spocjournal.com/filsafat/269-xun-zi-dan-filsafatnya.html Cangianto, Adrian. (2012). Shang Yang (390-338 S.M.) Reformis Besar di Masa Negara Berperan, diakses 05 Juli 2015 dari http://web.budaya tionghoa.net/index.php/item/2365-shang-yang390-338-sm--reformis-besar-di-masa-negara-berperang Dinaviriya. (2015). Zaman Periode Negara Berperang (Zhan Guo) dalam Sejarah China. Diakses 06 Juli 2015, dari http://dinaviriya.com/zaman-periode-negara-berperangzhan-guo-sejarah-china-tiongkok/ Dinaviriya. (2015). Sejarah Dinasti Qin, diakses 10 Juni 2015 dari http://dinaviriya.com/sejarah-dinasti-qin/ Editorial, Asiapac. (2010). Chinese History. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Emsan. (2014). Filosofi-Filosofi Warisan Tiongkok Kuno. Jogjakarta :Laksana Handa, L., Yuzhang, Cao. 2014. Kisah-Kisah dari 5000 Tahun Sejarah China Jilid I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kadir, Abdul., Sen, Tan Ta. Cheng Ho : Penyebar Islam dari China ke Nusantara. 2010. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Tan, Indarto. (2012). Lu Bu Wei dan Han Feizi, diakses 11 June 2015 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/2380-lv-buwei-dan-han-feizi\ Taniputera, Ivan. 2011. History of China. Yogjakarta : Aruzz Media. Tong, Xuan. (2010). .Aliran Legalisme-Fajia,diakses 10 Mei 2015dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/214-aliranlegalisme-fajia-%E6%B3%95-%E5%AE%B6 Wicaksono, Michael. 2014. Qin Kaisar Terakota. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Winoto, Andre. (Februari 2010). Hukum Strategi Kuasa Dinasti Qin, diakses 15 November 2014 dari http://www.buletinpillar.org/artikel/hukum-strategi-kuasa-dan-dinasti-qin/ 英文文献 Andrea, A.J., H, James, & Liano, W.L. (1994). Chinese Cultural Studies: Han Fei A Legalist Writer Selections, diakses 18 Juni 2015 dari http://acc6.its.brooklyn.cuny.edu/~phalsall/texts/hanfei.html Beck, Sanderson. (2005). Book of Lord Shang, diakses 29 November 2014 dari http://www.san.beck.org/EC16-Legalism.html Donn, Lin. (2012). The Qin Dynasty, diakses 22 Desember 2014 dari http://china.mrdonn.org/qin.html Duyvendak, J.J.L. (2013). The Book of Lord Shang. San Fransisco: Chinese Materials Center. Encyclopedia of World Biography. 2004. Han Fei Tzu, diakses pada 24 Juni 2015 dari http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3404702775.html Gotthelf, Barbara. (1998). Terracotta Army Emperor Qin, diakses 16 Agustus 2014 dari http://www.highlightskids.com/stories/terra-cotta-army-emperor-qin-0 Lara, Angela. (2014). The Terracotta Army : A Symbol of The Life and Beliefs of Qin Shi Huangdi .Thesis. United State : Utah Valley University. Liao, Jing. (2004). A Historical Perspective: The Root Cause for The Underdevelopment of User Service Academic Libraries. The Journal of Academic and Librarianship, Vol. 30, No. 2, Pages 109-115, diakses 09 April 2014 dari http://www.uri.edu/personal/yanma/597cl/userservicesjingliao.pdf Mitchell, Ryan. January, 16th (2015). Is ‘China’s Machiavelli’ Now Its Most Important Political Philosopher?. The Diplomat. Ouellette, Patrick. (2010). Power in the Qin Dynasty: Legalism and External Influence over the Decisions and Legacy of the First Emperor of China. Thesis. United State : Haverford and Bryn Mawr Colleges. Shouyi, Bai. 2002. An Outline History of China. Beijing : Foreign Languages Press. Tompkins, Elyse. (2011). The Fusion of Confucianism and the Qin Dynasty’s Legalism in the People’s Republic of China Today. Honors Thesis. United Stated : Chinese Studies, Roger Williams University. Watkins, Thayer. (2014). Legalism and the Legalists of Ancient China, diakses17 Mei 2015 dari http://www.applet-magic.com/legalism.htm Writer Team of English East Day. (2010). Legalism Doctrine, diakses 21 November 2014 dari http://english.eastday.com/e/zx/userobject1ai4046302.html Yinke, Deng. (2007). History of China. Beijing : China Intercontinental Press. 15 16 RIWAYAT PENULIS Elizabeth Irene lahir di kota Bandung pada tanggal 1 September 1993. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan pada tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Humaniora Jurusan Sastra Cina, BINUS University, Jakarta pada tahun 2011. Gavrila Setiawan lahir di kota Jakarta pada tanggal 1 April 1993. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMAK Abdi Siswa, Jakarta pada tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Humaniora Jurusan Sastra Cina, BINUS University, Jakarta, pada tahun 2011. Abdullah Dahana, Ph.D Guru besar studi China, BINUS University. Lahir di Jakarta, 31 Mei 1941. Menamatkan pendidikan dasar di Bogor dan Jakarta, mendapatkan gelar S1 dari Universitas Indonesia (UI), M.A. dari Cornell University, Ithaca, New York; dan Ph.D dari University of Hawaii at Manoa, Honolulu. iv