11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Konsep Dasar Kehamilan 1. Pengertian kehamilan Menurut Manuaba (2010) kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Menurut Sarwono (2012) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Menurut Saifuddin (2006) Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Definisi kehamilan adalah tumbuh serta berkembangnya janin di dalam intrauteri dikarenakan adanya pertemuan spermatozoa dan ovum yang berimplantasi selama belum ada tanda persalinan. 2. Periode Kehamilan Menurut Asrinah dkk (2010), periode ini dibagi menjadi tiga semester yaitu: a. Trimerster I berlangsung pada 0 minggu hingga ke 12 minggu b. Trimester II berlangsung dari minggu ke 13 sampai dengan minggu ke 27 c. Trimester III berlangsung mulai dari minggu 18 hingga minggu 28 sampai dengan minggu ke 40 11 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 12 3. Proses kehamilan Proses konsepsi, fertilisasi dan implantasi menurut Sulistyawati (2012), yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan lalu kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dan ovum sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma menjadi buah dari kehamilan, buah dari kehamilan masuk atau tertanam, hasilnya konsepsi dalam endometerium. Proses konsepsi, dan nidasi menurut Manuaba (2010) yaitu ovum yang matang yang telah dibuahi oleh spermatozoa memasuki kanalis serviks, setelah masuk ovum yang telah dibuahi sperma akan melakukan fertilisasi, ketika inti ovum dan sperma bertemu ini dinamakan zigot, dan zigot akan tumbuh di dalam rahim 4. Tanda-Tanda Kehamilan a. Tanda-tanda kehamilan menurut (Mochtar 2012;h.35) yaitu Tanda tidak pasti hamil terdiri dari 1) Amenorea (berhentinya menstruasi) 2) Mual (nausea) dan muntah (emesis) 3) Ngidam (menginginkan sesuatu) 4) Syncope (pingsan) 5) Payudara tegang 6) Pigmentasi kulit 7) Konstipasi atau obstipasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 13 b. Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba 2010 : 109 yaitu 1) Gerakan janin dalam rahim Terlihat atau teraba gerakan janin. Teraba bagian-bagian janin. 2) Denyut Jantung Janin (DJJ) Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan dengan alat Rontgen untuk melihat kerangka janin (sekarang sudah tidak dipakai). c. Tanda mungkin hamil (Mochtar,2012;h.35 ). 1) Uterus yang membesar 2) Adanya tanda hegar Tanda hegar adalah perlunakan pada daerah istimus uteri sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan tipis, sehingga uterus mudah di fleksikan. 3) Tanda chadwick Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat diporsio, bagina, dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar esterogen 4) Tanda piskacek adalah pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plaseta. 5) Braxton hicks 5. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Ibu Hamil a. Uterus Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 14 Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin menurut (Mochtar, 2012; h.29). b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan ( Mochtar,2012;h30). c. Ovarium Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron (Mochtar,2012;h30). d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi, adanya hiperpigmentasi pada aerola dan papila mamae, pembesaran kelenjar montgometri (Prawiroharjo,2011;h117). e. Sirkulasi darah ibu Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu ( Varney,2007;h498). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 15 Volume darah akan bertambah banyak kira kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti dengan curah jantung yang meningkat sebanyak 30 % (Mochtar 2012;h30). f. Sistem pernafasan Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen disamping itu dapat juga dipengaruhi oleh desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar. (Varney,2007;h.499). Pernapasan yang sering digunakan pada ibu hamil biasanya pernapsan dada, karena lebih dalam (Mochtar,2012;h.31). g. Traktus urinarius Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK (Mochtar,2012;h31). h. Perubahan pada kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh Melanosit Stimulating Hormon (MSH) lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum) (Mochtar.2012.h.31). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 16 i. Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin maka dari itu hamil harus makan makanan yang banyak mengandung gizi (Mochtar,2012.h31). 6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam masa kehamilan Menurut Kurniasih (2012: 97), perubahan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan meliputi : a. Perubahan psikologis pada trimester I Trimester pertama sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering merupakan masa masa kekhawatiran dan penantian. Perubahan psikologisnya adalah perubahan emosional, rasa cemas bercampur dengan bahagia, ketidakyakinan dan stres (Pantikawati,2010). b. Perubahan psikologis pada trimester II. Trimester dua ini sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan Trimester kedua dibagi menjadi dua fase meliputi : 1) Fase prequickening Selama akhir trimester pertama dan masa Prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 17 lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya (Suryani,2011;h100). 2) Fase postquickening Setelah ibu hamil merasakan quickening identitas ke ibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada saat ini sebagian wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama (Dwi, 2011; h.100). c. Perubahan psikologis pada trimester III Trimester tiga sering disebut periode menunggu/penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 18 menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayi. Perasaan waspada mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul (Suryani,2011;h.103). 7. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan a. Rasa ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester I yaitu Nausea,Ptialisme ,Keletihan,Leukore,sering buang air kecil,nyeri Punggung (Varney, 2007;h.536). b. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester II Nyeri uluh hati,KonstipasiHemoroid,kram tungkai,oedem (Varney : h.539-540). c. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester III Kaki Bengkak,Varises (Manuaba,2010;h.79),Nocturia Insomnia Nyeri punggung bawah, Kesemutan dan baal jari (Varney, 2007; h.543). 8. Cara Mengatasi ketidaknyamanan pada ibu hami; a. Cara mengatasi ketidaknyamanan ibu hamil TM I 1) Makan dengan porsi kecil tapi sering hindari makanan yang beraroma kuat (Varney, 2007; h.537). 2) Keletihan dengan cara memberikan konseling dan meyakinkan ibu bahwa keletihan tersebut normal dilami (Varney, 2007;h538). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 19 3) Buang air kecil cara mengatasinya adalah mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga ibu tidak perlu boal balik ke kamar mandi (Varney, 2007;H. 538). 4) Solusi untuk punggung yang sakit dikarenakan payudara yang membesar yaitu dengan mengganti bra yang sesuai dengan ukuran payudara( Varney, 2007;h. 538). b. Cara mengatasi ketidaknyamanan trimester II yaitu 1) Nyeri uluh hati makan degan porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung menjadi penuh. Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang yang lebih besar bagi lambung, regangkan lengan melampaui kepala untuk memberi ruang bagi perut untuk berfungsi. Hindari makanan berlemak, hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan cenderung menghambat asam lambung (Varney ; 2007. h.538). 2) Konstipasi yaitu dengan asupan cairan yang adekuat yakni munum air putih sebanyak minimal 8 gelas/hari, istirahat sing yang cukup, minum air hangat selagi bangun tidur untuk menstimulasi gerakan peristaltik pada usus , makan makanan yang berserat serta banyak yang mengandung serat yang alami. Lalu melakukan defekasi/ pembuangan yang teratur (Varney ; 2007. h539). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 20 3) Hemoroid yaitu dengan menghindari konstpasi, hindari mengejan saat defekasi, kompres dengan air es (Varrney,2007;h.539). 4) Kram tungkai yaitu dengan meluruskan kaki yang kram lalu tekan tumit lakukan berulang lalu mempertahankan mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah, anjurkan untuk diet yang mengandung pospor dan kalsium ( Varney, 2007:h.540). 5) Oedem yaitu dengan jangan menggunakan baju ketat, elevasi kaki secara teratur sepanjang hari. Posisi menghadap kesamping saat berbaring (Varney;2007: h.540). c. Cara mengatasi ketidaknyamanan Trimester III yaitu : 1) Dianjurkan untuk istirahat dengan posisi kkai lebih tinggi serta mengurangi konsumsi garam (Manuaba,2010;h.79). 2) Dianjurkan untuk memakai kaos kaki nilon panjang sampai paha atau menggunakan stocking ketat (Manuaba,2010;h.79) 3) Apabila mau tidur kurangi mengkonsumsi air yang banyak (Varney,2007;h.541). 4) Mandi dengan air hangat, melakukan aktifitas yang ringan, mengambil posisi relaksasi (Varney,2007;h.541). 5) Tekuk kaki ketika mengangkat apapun, hindari membungkuk yang berlebihan, kompres es pada punggung, pijatan atau usapan pada punggung (Varney, 2007;h.542). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 21 6) Berbaring, menelentangkan tangan dan jangan untiuk pangkuan tidur (Varney,2007;h.543). 9. Asuhan kehamilan Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantuan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2011 : 278). Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil Tujuan secara umum dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar,2012;h.38). Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah: a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. d. Memberikan nasehat-nasehat tentang pola hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 2012h.38). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 22 10. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan (Sarwono, 2006) : a. Satu kali pada trimester I (sebelum usia kehamilan 14 minggu) b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan antara 14-28 minggu) c. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah kehamilan 36 minggu) Pelayanan/asuhan antenatal standar minimal (termasuk 7T) (Mochtar 2012) a. Timbang berat badan b. Ukur Tekanan darah c. Ukur Tinggi fundus uteri d. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid yang lengkap e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f. Tes terhadap penyakit menular seksual g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 11. Pemeriksaan Ibu Hamil (Varney) a. Anamnesa Anamnesa identitas dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 23 Anamnesa umum:Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan dan sebagainya.Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT). Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya. b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik meliputi: tekanan darah, nadi,suhu,pernapasan,jantung,paru paru, dan sebagainya. c. Perkusi Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada suatu indikasi. d. Palpasi Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi perut untuk menentukan : Besar dan konsistensi rahim, bagianbagian janin, letak dan presentasi, Gerakan janin, Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his. Manuver Palpasi Menurut Leopold : Leopold I: Menentukan letak kepala atau bokong, satu tangan di fundus dan tangan yang lain diatas simfisis. Leopold II: Menentukan letak punggung, dengan satu tangan menekan di fundus. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 24 Leopold III: Menentukan bagian terbawah janin.Menentukan letak punggung, dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut. Leopold IV: Menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) (Mochtar, 2012; 340). e. Auskultasi Monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut jantung janin (djj). Yang kita dengarkan adalah : 1) Dari janin: Djj pada bulan 4-5 normalnya 120-160x/menit, Bising tali pusat, Gerakan dan tendangan janin 2) Dari Ibu: Bising rahim (uterine souffle), Bising aorta, Peristaltik usus 12. Komplikasi pada kehamilan a. Pada Trimester I 1) Abortus a) Pengertian Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Rustam Mochtar, 2012). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawirohardjo,2011.145) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 25 Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak di dahului faktor faktor mekanis ataupun medinalis, semata mata disebabkan oleh faktor faktor alamiah b) Klasifikasi Macam macam abortus terbagi menjadi 5 yaitu (1) Abortus imminens Keguguran yang mengancam. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan (2) Abortus insipien Proses keguguran yang sedang berlangsung. (3) Abortus inkompleteus Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, tertinggal hanya desidua atau plasenta (4) Abortus kompleteus Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. (5) Missed abortion Keadaan dimana janin yang telah mati masih didalam rahim. (6) Abortus provakatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat obatan maupun alat. Abortus ini lagi terbagi menjadi dua yaitu: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 26 (a) Abortus medisianalis dikarenakan kahamilannya dapat mengancam jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) (b) Abortus kriminalis Abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan yang tidak ilegal atau berdasarkan indikasi medis (Mochtar,2012). 2) Hiperemesis Gravidarum Adalah mual muntah berlebihan pada ibu hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari hari karena kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 2010 h.229). Klasifikasi Hiperemesisi Gravidarum a) Tingkat I (Ringan) Mual muntah yang menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan menurun, rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, Tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung b) Tingkat II (Sedang) Keadaan lemah, apatis. Turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, berat badan turun, ikterus ringan, oliguri dan konstipoasi, mala ikterik c) Tingkat III (Berat) Muntah berkurang Keadaan umum jelek kesadaran menurun, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berta, suhu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 27 badan meningkat, ikterus, komplikasi yang terparah adalah gangguan mental. 3) Kram kaki Ini disebabkan karena mual muntah karena ketidak seimbangnya cairan elektrolit dan kalium 4) Hipersalivasi Ini menyebabkan ibu hamil susah untuk menelan, akan tetapi kan menghilang sesuai bertambahnya usia kehamilan 5) Pada trimester II a) Solusio plasenta b) Plasenta previa c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) d) Mola e) Kehamilan Ganda f) PER 6) Pada Trimester III a) Persalinan Prematuritas b) Kehamilan dengan pre eklampsia dan eklampsi c) Kehamilan lewat waktu persalinan d) Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim e) Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini f) Kehamilan dengan perdarahan B. Konsep Dasar Persalinan 1. Pengertian persalinan Definisi Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 28 melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010 : 164). Menurut Mochtar (2012), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janindan uri ) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan rahir atau dengan jalan lain Menurut Sarwono (2009), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. 2. Teori Terjadinya Persalinan a. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai (Manuaba,2010;h.168). b. Teori penurunan hormon Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron (Manuaba,2010;h.168). Menurut mochtar (2012) , 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadpenurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot otot rahim, karena itu maka dari itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his pada saat progrsteron turun c. Teori oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 29 sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat mulai (Manuaba,2010;h.168). d. Teori pengaruh prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya persalinan (Manuaba, 2010;h.168). e. Teori Hipotalamus hipofisis dan glandula suprarenalis Teori ini sering menunjukkan kelambanan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus, pemberian kartokosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan, serta glandula suprenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan (Manuaba,2010;h.168). f. Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan menyebabkan turunya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan kontraksi rahim (Mochtar,2012;h.70). g. Induksi Partus Partus dapat ditimbulkan dengan gagang laminaria yang dimasukkan bertujuan untuk merangsang pleksus franken hauser, dapat juga Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 30 dengan amniotomi/ pemecahan ketuban serta dapat dengan tetesan oksitosin melalui pemberian infus (Mochtar,2012;h.70). 3. Tanda tanda Persalinan a. Tanda tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 : 173). 1) Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan makin bertambah. 2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. 3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. b. Tanda tanda persalinan Menurut Mochtar (2012;h;70). 1) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara hal itu tidak begitu jelas 2) perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 31 3) sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagianterbawah janin. 4) perasaan nyeri perut dan pinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah 5) serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertamba, mungkin bercampur darah. 4. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan Menurut Manuaba (2010: 169) faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi : Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu bersalin, penolong. 5. Asuhan persalinan Menurut JPNK-KR (2008 : 52 ) a. Persiapan kelahiran bayi meliputi mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi b. Persiapan perlengkapan bahan bahan dan obat obatan yang diperlukan. c. Persiapan rujukan d. Memberikan asuhan sayang ibu menyapa ibu dengan baik, jawab setiap pertanyaan yang diajukanoleh keluarga dan ibu, anjurkan keluarga untuk memberi dukungan, waspadai gejala dan penyulitselama proses persalinan, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 32 dan siap dengan rencana rujukan. Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan menggunakan kamar mandi secara teratur dan pencegahan infeksi. 6. Tahap-tahap persalinan a. Kala I Menurut JNPK-KR (2008 : 40) kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). Menurut Mochtar 2012 Kala satu persalinan waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap. Menurut Saifuddin Kala I dimulai saat persalianan mulai sampai pembukaan 10 cm (lengkap). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu : 1) Fase laten Menurut Mochtar ( 2012 ) pembukaan serviks berlangsung lambat sampaipembukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam. Menurut JNPK KR ( 2008: 40 ) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. Menurut Saifuddin ( 2009 ) fase laten 8 jam serviks membuka sampai 3 jam. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 33 2) Fase aktif Fase aktif yaitu berlangsung dalam 6 jam dan dibagi selama 3 subfase menurut Mochtar (2012) : a) Fase akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4cm b) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan cepat sampai 9 cm c) Fase deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi lengkap 10 cm. Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi menjadi 3 (Manuaba, 2010 : 173) yaitu : a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam. b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam. c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam. b. Kala II Menurut (JNPK-KR, 2008 : 79) dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya. Perineum menonjol. Vulva- Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 34 vagina dan sfingter ani membuka. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Menurut Saifuddin dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi c. Kala III Menurut JNPK-KR (2008: 99) yang menyatakan bahwa Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM), melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan memperhatikan tanda-tanda seperti perubahan bentuk dengan dan tinggi uterus, tali pusat bertambah panjang, dan ada semburan darah mendadak dan singkat. Kala III dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2010;h.101). d. Kala IV Menurut Saifuddin (2010) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Menurut Mochtar (2012) kala IV mulai dari lahirnya uri, selama 1 sampai dengan 2 jam. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 35 Menurut Manuaba (2010) kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum sering terjadi pada 2 jam pertama Pada teori Varney et all (2008,h;835) bahwa data dasar untuk kala empat persalinan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dan penatalaksanaan perawatan selama jam pertama pascapartum,dan pengetahuan fase taking in pada bayi baru lahir dan proses bounding attachment antara ibu dan bayi. Menurut Varney, et all ( 2008,h;836) hal yang perlu dikaji adalah Tekanan darah,nadi,suhu, dan respirasi harus menjadi stabil selama satu jam pertama pasca partus. Suhu ibu akan mengalami peningkatan tidak melebihi 38°C Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin menjadi hal yang pokok untuk mendeteksi adanya komplikasi pasca persalinan. Selain itu bidan melakukan tindakan pertama setelah plasenta lahir adalah mengevaluasi konsistensi uterus. Pemantauan Keadaan umum Ibu Menurut JPNK-KR (2008 : h.116) pantau keadaan ibu selama 2 jam postpartum, pantau keadaan ibu meliputi tekanan darah, Nadi, suhu, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi, keadaan kandung kemih dan jumlah perdarahan pada 15 menit pertama dijam pertama dan lakukan pengecekan kembali pada 30 menit pada jam kedua. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 36 Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan Multigravida Kala persalianan Primigravida Multigravida I 10 sampai 12 jam 6 sampai 8 jam II 1 sampai 5 jam 0,5 sampai 1 jam III 10 menit 10 menit IV 2 jam 2 jam Jumlah (tanpa 10 sampai 12 jam 8 sampai 10 jam memasukkan kala IV yang bersifat Observasi Sumber Mochtar (2012) e. Mekanisme persalinan Mekanisme persalianan menurut Varney (2007 h.754) : Engagement, Penurunan lengkap, Fleksi, Rotasi internal, Pelahiran Kepala, Rotasi Eksternal, Pelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral. f. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) Menurut buku pedoman Asuhan Persalinan Normal (2008) prosedur persalinan normal antara lain : Mengenali tanda dan gejala kala II 1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya, perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka. 2) Menyiapkan pertolongan persalinan Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 37 bahu bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set. 3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 6) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung tangan jika terkontaminasi. 8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 38 9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan. 10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya dicatat pada partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran 11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 39 pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Segera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida). 13) Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 14) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 15) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 16) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan. 17) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 18) Persiapan pertolongan kelahiran bayI Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 40 19) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. 20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 22) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. 23) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu kelahiran bayi. Penanganan bayi baru lahir Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 41 24) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas tidak menangis lakukan resusitasi. 25) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu. 26) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal). 27) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar uterus berkontraksi baik. 28) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin secara IM di 1/3 paha bagian distal lateral. 29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 30) Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan memegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan penjepitan tali pusat antara 2 klem tersebut atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 42 31) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari posisi puting payudara ibu. 32) Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 33) Penatalaksanaan aktif persalinan kala III 34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva. 35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat. 36) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. 37) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 43 keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi peregangan tali pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual. 38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). 40) Menilai perdarahan Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap, masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42) Melakukan prosedur pasca persalinan Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 44 43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. 44) Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 mg IM di paha kiri anterolateral. 45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan kembali bayi didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. 46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 23-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri. 47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai kontraksi. 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 45 49) Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan yag sesuai untuk temuan yang tidak normal 50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,537,5 oC). 51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi. 52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai. 53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. 55) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %. 56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %. Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 46 58) Lengkapi partograf. g. 18 Penapisan Asuhan Persalinan Normal JNPK-KR (2008) Riwayat bedah sesar, pedarahan pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda/gejala infeksi, pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm atau lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5, presentasi bukan belakang kepala, presentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemeli, tali pusat menumbung, syok h. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Definisi Inisiasi menyusu dini adalah segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Keuntungan Kontak Kulit dengan Kulit untuk Ibu 1) Oksitosin Membantu kontraksi uterus sehingga risiko perdarahan pasca persalinan lebih rendah. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI. Penting untuk kelekatan hubungan ibu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 47 dan bayi. Ibu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya. 2) Prolaktin Meningkatkan produksi ASI Membantu ibu mengatasi stres. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. Menunda ovulasi. Keuntungan IMD ada 2 yaitu 1) Keuntungan IMD untuk Bayi Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah kehilangan panas. 2) Keuntungan IMD untuk Ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. C. Konsep Dasar Nifas 1. Definisi Masa nifas adalah masa peurperium yaitu masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra hamil (Mochtar,2012.87). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 48 Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu ( Sarwono, 2010. H 356). Masa nifas atau peurperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti semula ataupun keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira kira 6 minggu (Saifuddin, 2012.h;122). 2. Pembagian masa Nifas Nifas dibagi menjadi dalam 3 periode (Mochtar,2012;h.87) yaitu : a. Peurperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri berjalan. Dalam ajaran Islam diperbolehkan bekerja dan dikatakan bersih ketikka ia sudah 40 hari pasca bersalin b. Peurperium intermediet, yaitu kepulihan penyeluruhan alat alat genetelia yang lamanya 6 sampai dengan 8 minggu c. Peurperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu minggu bahkan tahunan 3. Involusi alat alat Kandungan menurut Mochtar (2012) : a. Uterus, secara berangsur angsur menjadi kecil hingga berakhir kembali seperti sebelum hamil b. Bekas implantasi uri, placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 49 c. Luka luka, pada jalan lahir apabila tidak disertai dengan infeksi akan sembuh dengan 6 samapi dengan 7 hari. d. Rasa nyeri, yang disebut after pains ( merian atau mulas mulas) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 sampai 4 hari pasca persalinan. e. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lokia terbagi menjadi 6 yaitu : 1) Lokia Rubra berisi darah segar sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua, vernik kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan 2) Lokia sangu inolenta berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir hari ke 3 sampai 7 pascapersalinan 3) Lokia serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 sampai 14 pascapersalinan. 4) Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu 5) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk 6) Lokiostasis lokia yang keluarnya tidak lancar. Tabel 2.2 Tinggi Fundus uteri dan berat involusi Involusi Tinggi fundus uteri Bayi lahir Setinggipusat Uri lahir 2 jari bawah pusat 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 6 minggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal (Sumber: Mochtar 2012;h 87). uterus menurut masa Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 50 f. Serviks Setelah persalinan, bentuk servik akan menjadi seperti corong dan menganga serta berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang ada perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk kerongga rahim, akan tetapi setelah 2 jam dapat dilalui hanya 2 sampai 3 jari dan setelah lewat dari 7 hari hanya dapat dilalui oleh satu jari saja g. Ligamen ligamen Ligamen, facia dan diafragma dikarenakan adanya peregangan pada saat persalinan, setelah bayi lahir ligamen ini akan menjadi ciut dan pulih kembali, dan biasanya ini mengakibatkan uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi dikarenakan ligamen rotundum menjadi kendur. Dan untuk memulihkan kembali, sebaiknya ibu ibu pasca bersalin harus latihan senam pascabersalin. 4. Perawatan Pasca Persalinan menurut Mochtar (2012) : 1) Mobilisasi Karena kelelahan setelah bersalin, ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 8 jam pascabersalin. Setelahnya, ibu boleh miring kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga boleh berjalan jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut memiliki variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka luka. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 51 b. Diet Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung banyak protein, banyak cairan, sayur sayuran serta buah buahan. c. Miksi Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri dengan secepatnya. Biasanya wanita susah berkemih dikarenakan adanya penekanan kepala bayi pada saat persalinan, dapat juga dikarenakan adanya edema kandung kemih. Apabila ada edema kandung kemih dianjurkan untuk dipasang kateterisasi. d. Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pascabersalin. Apabila masih sulit untuk buang air besar ataupun keluarnya keras dapat diberikan obat laktasif atau peroral ataupun perektal, dan apabila masib belum bisa lakukan klisma. e. Perawatan Payudara Perawatan payudara / mamae telah dimulai sejak wanita hamil agar puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi, apabila bayi meninggal, laktasi harus dihentikkan dengan cara pembalutan mamae sampai tertekan, pemberian obat esterogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan parlodel. Sangat dianjurkan agar seorang ibu menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi tersebut. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 52 1) Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah terjadi perubahan perubahan pada kelenjar mamae yaitu : 2) Poliferasi jaringan pada kelenjar kelenjar alveoli dan bertambahnya jaringan lemak 3) Pengeluaran cairan susu jolong (koloustrum) yang berwarna putih kekuning kuningan dari duktus laktiferi hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam vena vena berdilatasi sehingga tampak jelas 4) Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesteron hilang sehingga timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak setelah 2 sampai 3 hari pascapersalinan. 5) Cuti Hamil dan Bersalin: Menurut undang-undang, wanita pekerja mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah bersalin. 6) Pemeriksaan pascapersalinan: Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah selesai nifas, yaitu 40hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal tersebut dapat diterima dan dilakukan pemeriksaan kembal.6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 53 persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian 5. Nasihat untuk ibu postnatal Fisioterapi post natal sangat baik diberikan, sebaiknya bayi disusui, lakuakan senam pascapersalinan, untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya menggunakan KB untuk menjarangkan anak, bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi 6. Program dan Kebijakan Tekhnik / Kunjungan Nifas Tabel 2.3 Kunjungan nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6 sampai 8 Mencegah perdarahan mas anifas karena jam atonia uteri Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga Pemberian ASI awal Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia 2 6 hari setelah Memastikan involusi uterus berjalan normal persalinan Menialai adanya tanda tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan asupan makanan, cairan dan istirahat yang cukup Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayibaru lahir, tali pusat, dan merawat bayi sehari hari. 3 2 minggu Sama seperti diatas ( 6 hari setelah setelah persalinan) persalinan 4 6 minggu Menanyakan pada ibu tentang penyulit setelah penyulit yang ia atau bayi alami persalinan Memberikan konseling untuk KB secara dini Sumber : Saifuddin, 2009; h.123 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 54 D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1. Definisi Menurut Sondakh (2013) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dengan berat lahir antar 2500 s/d 4000 gram, atau bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 sampai 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 s/d 3000 gram dan panjang badan sekitar 50 s/d 55cm. Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan bayi segera setelah lahir yang berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke hehidupan ekstrauteri (Bobak,2005;h.362). 2. Asuhan Bayi Baru Lahir Menurut JNPK-KR (2008) asuhan BBL meliputi: Jaga kehangatan, Bersihkan jalan nafas (bila perlu), Keringkan dan tetap jaga kehangatan, Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira- kira 2 menit setelah lahir, Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu, Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, Beri suntikan vitamin K1 1 mg IM, di paha kiri anterolateral setelah IMD, Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml IM, dipaha kanan anterolateral, diberikan kira- kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1. 3. Mekanisme pengaturan tubuh Mekanisme pengaturan tubuh BBL belum sempurna, sehingga apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi (JNPK-KN.2008;h.127-130). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 55 4. Mekanisme kehilangan panas BBL dapat mengalami kehilangan panas dengan cara-cara berikut: a. Evaporasi Merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan. b. Konduksi Merupakan kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. c. Konveksi Merupakan kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. d. Radiasi Merupakan kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda- benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. 5. Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut, yaitu: a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, karena verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. b. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi. c. Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 56 d. Jangan segera menimbang atau memandikan BBL.Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan mandikan bayi minimal 6 jam setelah bayi lahir. Karena BBL cepat kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. e. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, hal ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu segera menyusukan bayinya serta dapat mencegah paparan infeksi pada bayi. f. Bayi jangan dibedong terlalu ketat, karena akan menghambat gerakan bayi 6. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal Menurut Sondakh, J (2013;h.150) Bayi lahir dikatakan normal dengan kriteria antara lain: a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. b. Panjang badan bayi 48-50 cm. c. Lingkar dada bayi 32-34cm. d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm. e. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit sampai kemudian turun antara 120-160x/menit dalam usia bayi 30 menit Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 57 f. Pernafasan cepat pada menit menit pertama kira kira 80x/menit disertai pernafasan caping hidung dan rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. g. Terdapat vernik caseosa dan cairan surfaktan dilapisan kulit kemerahan bayi h. Rambut kepala tumbuh baik sedangkan rambut lanuago telah hilang i. Kuku panjang dan lemas j. Mempunyai reflek hisap, moro dan menelan k. Testis sudah turun pada jenis kelamin laki laki dan labia mayora telah menutupi labia minora pada jenis kelamin perempuan l. Sudah buang air kecil dan besar maksimal dalam 24 jam dan konsistensi mekonium hitam kehijauan dan lengket 7. Tanda-Tanda Kelainan Pada Bayi Baru Lahir Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kelainan yang menunjukan suatu penyakit, yaitu : Sesak nafas, frekuensi pernafasan 60 kali/menit, retraksi dinding dada, malas minum, panas atau suhu bayi rendah, kurang aktif dan BBLR. Tanda- tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti : sulit minum, sianosis sentral, perut kembung, kejang, perdarahan, merintih, sangat kuning dan BBLSR (Saifuddin, 2009; h.139). 8. Reflek Bayi Baru Lahir Reflek bayi baru lahir adalah respon otomatis dan spontan terhadap rangsangan eksternal atau internal. Respon adalah bahan pembangun kecerdasan dan dasar dari koordinasi fisik. Beberapa reflek Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 58 seperti tersedak, dan berkedip tetap ada selama hidup. Sedangkan yang lainnya seperti menggenggam dan melangkah akan hilang atau tersembunyi hanya muncul pada saat tertentu, sebagai aktivitas pengontrol di luar sadar (Kelly,2010;h. 23-24). Tabel 2.4 Reflek pada Bayi Baru Lahir Refleks Pemicu Gambaran Moro (Terkejut) Menghisap Rotting Berkedip Muncul/ Menghilang Rangsangan Bayi akan Mulai terlihat eksternal seperti merentangkan pada usia 1 perubahan lengan dan sampai 2 cahaya, suara tungkainya, minggu dan bising, perubahan kemudian menghilan pada gerak, atau posisi segera usia 6 bulan. yang tiba-tiba. menariknya kea Rangsangan rah dada internal seperti sementara tangisan bayi tubuhnya sendiri atau melengkung. pergerakan otot selama tidur. Menyentuh Bibir bayi Reflek menguat bagian mulut atau mencucu dan 4 bulan pipi bayi dengan lidahnya ditarik pertama. putting atau jari. melengkung ke Setelah 6 bulan arah dalam. menghilang secara bertahap menjadi aktivitas yang disadari. Mengusap pipi Kepala bayi Terus berlanjut atau area kearah sumber selama bayi disekitar mulut sentuhan dan masih menyusu. mencari putting dengan mulutnya. Bayi menggunakan reflek ini untuk mencari makanan Sinar yang terang Kelopak mata Permanen menyentuh mata, bayi akan atau suara bising membuka dan yang mendadak. menutup sangat cepat. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 59 Menelan Makanan di dalam mulut Trakea bayi menutup pada saat esophagus membuka Jari-jari bayi melengkung seperti memegang benda atau jarijari kaki melengkung Permanen Menggenggam Menepuk dengan tangan atau menekan tumit di telapak kaki Melangkah Pegang bayi dalam posisi berdiri dan kaki agak menekan ke lantai Menapak Pegang bayi dengan posisi tulang kering menyentuh pinggiran sesuatu Menghilang pada usia bulan Tonic neck Baringkan terlentang Paling nyata terlihat usia 2 sampai 3 bulan dan menghilang pada usia 4 bulan. Bayi akan mengangkat kaki secara bergantian, atau jari-jari kaki melengkung Bayi akan mencoba untuk melangkah baik dan menapakkan kakinya dipermukaan meja atau tempat tidur bayi Kepala bayi akan menoleh ke samping pada saat berbaring. Lengan yang sejajar arah kepala menoleh akan direntangkan lurus, sementara lengan lainnya akan menekuk (fleksi) Mulai berkurang setelah 10 hari dan biasanya menghilang sekitar 4 bulan. Refleks di kaki dapat terus ada sampai usia 6 bulan. Berkurang setelah 1 minggu dan menghilang pada usia sekitar 2 bulan. 2 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 60 Withdrawal Nyeri dingin udara Bayi berusaha Permanen untuk menarik lengan dan tungkainya mendekati tubuh Tersedak Benda asing Bayi akan masuk ke system seperti tercekik, pernapasan. megap-megap, lidah menjulur, dan menjadi agak kebiruan (vahkan jika kepala berada di dalam air, pada kebanyakan kasus reflek ini mencegah bayi mengambil napas) Parasut Menerjunkan bayi Bayi akan kearah lantai merentangkan tangannya sebagai upaya melindungi diri (Sumber : Kelly,2010;h. 24-26) Permanen Muncul pada usia 7 bulan setelah lahir. 9. Kunjungan Bayi Baru Lahir Terdapat minimal 3 kali kunjungan ulang BBL yaitu: a. Pada usia 6-48 jam (Kunjungan neeonatal 1) 1) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi higga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi. 2) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu. 3) Lakukan pemeriksaan fisik. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 61 4) Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan, lakukan rujukan sesuai pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 5) Berikan ibu nasihat cara perawatan tali pusat. 6) Jika tetes mata antibiotik profilaksis belum diberikan, berikan sebelum 12 jam persalinan. b. Pada usia 3-7 hari (Kunjungan neonatal 2) c. Pada usia 8-28 hari (Kunjungan neonatal 3) 1) Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu dan kebiasaan makan bayi. 2) Periiksa tanda infeksi-infeksi kulit superfisial, seperti nanah keluar dari umbilikus, umbilikus kemerahan, adanya lebih dari 10 pustula di kulit, pembengkakan, kemerahan dan pengerasan kulit. 3) Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan. 4) Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif. 5) Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata serta tali pusat dengan baik. 6) Ingatkan orangtua untuk mengurus akte kelahiran bayinya. 7) Berikan Imunisasi tepat waktu. 8) Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda bahaya pada bayinya. (KemenKes RI,2013;h.50;52;54-56). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 62 E. Konsep Dasar Keluarga Berencana (Kb) 1. Definisi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan sepsi yang disatukan menjadi kontrasepsi. Dengan demikian, pengertian metode keluarga berencana adalah mencegah saat terjadinya “konsepsi” (Manuaba, 2006; h.56).Kontrasepsi anti konsepsi adalah cara, alat, atau obat- obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar , 2012; h.195). 2. Syarat keluarga berencana a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. b. Tidak ada efek samping yang merugikan c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d. Tidak mengganggu dalam persetubuhan e. Cara penggunaanya sederhana f. Harganya murah supaya dapat terjangkau untuk masyarakat luas. g. Dapat diterima oleh suami dan istri (Mochtar, 2009; h.195). 3. Jenis keluarga berencana (kb) a. KB Non Hormonal 1) Senggama Terputus (Coitus Interuptus) Definisi Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirihardjo, 2014; h.438). Efek samping dari metode ini adalah kepuasan, dalam berhubungan seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan jiwa (Manuaba, 2009; hal. 244). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 63 Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitas 30 sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan (Manuaba, 2010; h. 596). Keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan biaya, tidak mengganggu ASI, dapat digunakan setiap waktu dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-15). Indikasi metode ini adalah pasangan yang berhubungan seksualnya tidak teratur, pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera, pasangan yang membutuhkan metode mendukung (Affandi Biran, 2012; h. MK-16). Kontra indikasi dari metode ini adalah suami yang sulit melakukan senggama terputus, pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus, suami dengan ejakulasi dini (Affandi Biran, 2012; h.MK-16). 2) Pembilasan Pasca Senggama Definisi Pembilasan Pasca Senggama adalah pembilasan yang dilakukan setelah melakukan senggama (Prawirohardjo, 2014; h.439). Efek Samping Jadi dalam metode ini setelah melakukan senggama dengan pasangan maka langsung dilakukan pembilasan diarea vagina (Prawirihardjo, 2014; h.439). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 64 Kekurangan dari metode ini ialah harus langsung membersihkan area vagina untuk mengeluarkan sperma tersebut agar tidak terjadi konsepsi. Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu ASI, dapat digunakan untuk kontrasepsi lainya, tidak memerlukan biaya dan lain-lain. 3) Kondom Definisi Kondom adalah merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang digunakan pada saat hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-17). Efek samping dari metode ini adalah tidak ada, kecuali bila ada alergi dengan bahan kondom itu sendiri (Prawirohardjo, 2014; h. 442). Kekurangan menyediakan dari kondom metode sebelum ini adalah harus selalu melakkan koitus, agak mengganggu kenimatan pasangan, efektifitas tidak terlalu tinggi (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghindari penyakit hubungan seks seperti AIDS/Inveksi HIV, bagi mereka yang mengalami kelemahan ejakulasi dini dapat bertindak sebagai penghambat orgasme (Manuaba, 2009; h. 244). Indikasi dari metode ini adalah pasangan yang ingin berpartisipasi untuk keluarga berencana, ingin menggunakan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 65 kontrasepsi sementara, ingin kontrasepsi tambahan (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). Kontra Indikasi dari metode ini adalah pasangan yang tidak ingin berpartisipasi dalam keluarga berencana, pasangan yang tidak mau terganngu dalam hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). 4) Pantang Berkala Definisi Pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus) beberapa hari sebelum hingga beberapa setelah ovulasi (Mochtar Rustam, 2012; h. 198). Kekurangan dari metode ini ialah sulit menentukan waktu yang tepat pada ovulasi. Dengan demikian untuk wanita yang siklusnya tidak teratur , sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Prawirohardjo, 2014; h.439). Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghitung masa subur dari pasangan tersebut (Manuaba, 2010; h. 596). Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang mampu bekerja sama untuk penggunaan metode ini, pasangan yang menstruasinya teratur (Manuaba, 2010; h. 594). Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang siklus menstruasinya tidak teratur, pasangan yang tidak mau bekerja sama (Manuaba, 2010; h. 594). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 66 5) Spermisida Definisi Spermisisda adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria, dan krim (Affandi Biran, 2012; h.MK24). Efek Samping dari metode ini adalah dapat menimbulkan alergi atau iritasi (Manuaba, 2010;h. 596). Kekurangan Keefektivitasannya hanya berkisar antara 1-2 jam, pengguna harus menunggu 10-15 menit sebelum melakukan koitus, bergantung pada kepatuhan menggunakannya (Affandi Biran, 2012; h.MK-25), timbulnya perasaan kurang enak pada kedua belah pihak karena “becek”, kadang timbul alergi (Mochtar Rustam, 2012; h.202). Keuntungan Metode ini sulit digunakan secara masal dan hanya dapat diajarkan pada kalangan terbatas yang mempunyai pendidikan (Manuaba, 2010; h.597). Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang masih menyusiu dan perlu kontrasepsi, atau sambil menunggu kontrasepsi yang lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-26). Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang menginginkan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.MK25). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 67 6) Diafragma Definisi Diafragma adalah kap bentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi Biran, 2012; h.MK-21). Efek samping dari metode ini adalah rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih, dugaan alergi terhadap bahan diafragma (Affandi Biran, 2012; h.MK-23). Kekurangan dari metode ini ialah diperlukannya motivasi yang cukup kuat, umumnya cocok untuk wanita terpelajar dan tidak digunakan untuk secara masal, pemakaian yang tidak teratur dapat menjadi kegagalan (Prawirohardjo, 2014; h.443). Keuntungan dari metode ini hampir tidak ada efek sampingnya dengan motivasi yang baik dan cara pemakaian yang betul hasilnya memuaskan (Prawirohardjo, 2014; h.443). Indikasi dari metode ini adalah bagipasangan yang memerlukan dengan menunggu metode yang lain, menyusui dan perlu kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-22). Kontra indikasi metode ini adalah bagipasangan yang menggunakan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h. MK-22). b. Metode Amenorea Laktasi (MAL) Metode amenor laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 68 hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Affandi Biran, 2012; h.MK-1). Kekurangan dari metode ini adalah mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau hanya sampai 6 bulan, tidak melindungi dari IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). Indikasi metode ini adalah ibu yang menyusui secra ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid setelah melahirkan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi ibu yang tidak menyusui secara ekslusif, bayinya berumur lebih dari 6 bulan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). c. KB Hormonal 1) Pil Kombinasi Definisi Sebuah kontrasepsi yang menggunakan obat/pil yang harus selalu di minum setiap hari (Affandi Biran, 2012; h.MK-30). Efek samping dari metode ini adalah mual, pusing, muntah, tidak haid (Affandi Biran, 2012; h.MK-35). Kekurangan Pil harus diminum setiap hari, kurang cocok nagi wanita yang pelupa,motivasi harus diberikan secara lebih intensif (Mochtar Rustam, 2012, h.- 2004). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 69 Keuntungan dari Pil ini adalah memiliki efektifitas yang tinggi jika digunakan setiap hari, resiko kesehatan kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mencegah anemia (Affandi Biran, 2012; h.MK31). Indikasi dari metod ini adalah bagi wanita yang haidnya tidak teratur, haid yang terlambat (Mochtar Rustam, 2012; h.207). Kontra Indikasi metode ini adalah bagi wanita yang tidak rajin meminum pil setiap hari, wanita yang mempunyai tekanan darah tinggi (Mochtar Rustam, 2012; h.206). 2) Kontrasepsi Suntikan a) Definisi Kontrasepsi yang penggunaannya dilakukan dengan suntikan. b) Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, perdarahan tidak menentu (Manuaba, 2010; h.601). c) Kekurangan dari metode ini adalah dapat merubah pola haid, ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, tidak menjamin dari penyakit menular seks (Affandi Biran, 2012; h.MK37). d) Keuntungan pemeriksaan dari metode dalam, ini jangka adalah tidak memerlukan panjang, tidak memerlukan menyimpan obat dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-36). e) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang anemia, pasca persalinan tetapi tdk mrnyusui, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-37). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 70 3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) a) Definisi AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rongga rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar Rustam, 2012; h.220). b) Efek samping metode ini adalah perdarahan yang tidak teratur, berat badan yang meningkat (Affandi Biran, 2012; h.MK-63). c) Kekurangan metode ini adalah harus dilakukan pemeriksaan dalam sebelum pemasangan AKDR, Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan ektopik cukup tinggi dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-70). d) Keuntungan dari metode ini adalah pemulihan kesuburan yang cepat, kontrol medis yang ringan, jangka panjang dan lain-lain (Manuaba, 2010, h.611). e) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sering lupa menggunakan pil (Affandi Biran, 2012; h.MK-71). f) Kontra Indikasi dari metode ini adalah hamil atau diduga hamil, kannker genetalia (Affandi Biran, 2012; h. MK-71). 4) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) Definisi AKBK adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan implan mencegah terjadinya kehamilan antara 3 sampai 5 tahun (Affandi Biran, 2012; h.MK-55). a) Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, masa perdarahan panjang (Mochtar Rustam, 2012; h.210). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 71 b) Kekurangan dari metode ini adalah menimbulkan gangguan menstruasi, berat badan bertambah, liang senggama menjadi kering, menimbulkan acne, ketegangan payudara dan lain-lainnya (Manuaba, 2010; h.603). c) Keuntungan dari metode ini adalah KB jangka panjang, kontrol medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi (Manuaba, 2010; h.603). d) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan kontraseps jangka panjang, tida ingin mempunyai anak lagi (Affandi Biran, 2012; h. MK-64). e) Kontra Indikasi dari metode ini adalah diduga hamil atau hamil (Affandi Biran, 2012; h.MK-65). d. Kontrasepsi Mantap 1) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita) Definisi Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang dilakukan pada wanita dengan cara melakukan suatu tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi saluran telur dengan sel sperma (Mochtar Rustam, 2012; h. 230). Efek Samping Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek atau jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.MK-89). Kekurangan dalam metode ini adalah harus dipertimbangkan sifat permanen metode ini, klien dapat menyesal dikemudian hari, tidak melindungi diri dari IMS (Affandi Biran, 2012; h.92). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 72 Keuntungan dari metode ini adalah metode dengan jangka panjang, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido seksualitas, tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (Prawiroharjo, 2014; h.457). Indikasi dari metode ini adalah wanita dengan paritas >2, pasca persalinan, sudah mantap ingin menggunakan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.92). Kontra indikasi dari metode pemakaian ini adalah wanita hamil, kurang yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.MK93). 2) Vasektomi (Sterilisasi pada Laki-laki) Definisi Vasektomi adalah operasi kecil dan dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu (Prawirohardjo, 2014; h.461). Efek samping metode ini tidak ada efek samping jangka panjang maupun jangka pendek (Affandi Biran, 2012; h.MK-97). Kekurangan dari metode ini adalah cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu hingga sperma benar benar tidak ditemukan berdarkan analisis semen, karena namanya masih metupakan tindakan operasi para pria masih takut (Mochtar Rustam, 2012; h.249). Keuntungan dari metode ini adalah komplikasi yang dijumpai sedikit, hasil yang diperoleh (efektivitas) 100%, biayanya murah dan terjangkau bagi masyarakat (Mochtar Rustam, 2012; h.249). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 73 Indikasi metode ini adalah laki-laki yang tidak ingin mempunyai anak lagi, yang merasa yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h. 97). Kontra indikasi dari metode ini adalah laki-laki yang kurang mantap dalam kontrasepsi ini (Affandi Biran, 2012;h. 97). e. Kontrasepsi Darurat Kontrasepi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan seger setelah hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.U-61). Efek samping dari metode ini adalah mual, muntah, perdarahan (Affandi Biran, 2012; h.U-62). Kekurangan dalam metode ini adalah pil kombinasi hanya efektif bila digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa perlindungan, AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual, pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, dan nyeri payudara (Affandi Biran, 2012; h.U-60). Keuntungan dari metode ini adalah sangat efektif (tingkat kehamilan < 3%), AKDR juga bermanfaat jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.U-61). Indikasi metode ini adalah bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti lupa minum pil tablet 2 hari, kondom boocor, salah hitung masa subur (Affandi Biran, 2012; h.u-62). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 74 II. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN A. Managemen Kebidanan 1. Pengertian Managemen Kebidanan Manajemen 7 langkah varney Dalam membuat karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan managemen 7 langkah varney : a. Pengkajian Merupakan suatu pengumpulan data secara menyeluruh untuk mengevaluasi keadaan ibu dan bayi baru lahir (Varney,2006;h.27). Validitas dan akurasi data akan sangat membantu dalam memberi pelayanan untuk melakukan analisis dan akhirnya digunakan untuk membuat keputusan klinik yang tepat, data tersebut meliputi data subyektif dan data obyektif (JNPK, 2008;h.8). 1) Data Subyektiif Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya serta apa yang sedang dan telah dialaminya. Selain itu data subyektif merupakan data informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa nyeri atau sangat sakit. 2) Data Obyektif Merupakan informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu dan bayi baru Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 75 lahir, hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, pemeriksaan palpasi, penunjang auskultasi, yang meliputi perkusi dan pemeriksaan laboraturium, USG, rontgen dsb. b. Interpretasi Data Diagnosa kebidanan mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Masalah dapat memiliki dimensi yang lebih luas dan mungkin berada di luar kontek kebidanan sehingga batasannya menjadi tidak jelas untuk diagnosa kebidanan yang akan dibuat dibuat sehingga sulit untuk segera diselesaikan (JNPK-KR,2008;h.9). 1) Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial Dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan berbagai kemungkinan daignosis banding (JNPK,2008;h.9). 2) Identifikasi Kebutuhan tindakan Segera Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi lainnya, dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau diagnosis yang teridentifiikasi (Varney,2006;h.26). 3) Perencanaan Langkah ini merupakan pengembangan masalah data diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupuun yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 76 dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan (Varney,2006;h.28). 4) Pelaksanaan Langkah ini adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh, dapat dilaksanakan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan (Varney,2006;h.28). 5) Evaluasi Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar- benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu (Varney,2006;h.28). III. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggara praktik bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa bidan dalam menyelenggarakan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara kedua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir,kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan repsoduksi perempuan dan keluarga berencana. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 77 Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan. B. Kompetensi Bidan 1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan, dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayii baru lahir dan keluarganya (Yanti, 2010; h.59). 2. Bidan memberikan kesehatan menyeluruh yang asuhan tanggap dimasyarakat yang bermutu terhadap dalam budaya rangka tinggi, pendidikan dan pelayanan untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua (Yanti, 2010; h.60). 3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untu mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu(Yanti, 2010; h.61). 4. Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan persalinan setempat yang selama bersih dan persalinan, memimpin selama aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu, untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Yanti, 2010; h.64). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016 78 5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat (Yanti, 2010; h.66). 6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan(Yanti, 2010; h.67). 7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dn balita sehat (1 bulan sampai 5 tahun) (Yanti, 2010; h.69). 8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat (Yanti, 2010; h.70). 9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu, dengan gangguan sistem reproduksi (Yanti, 2010; h.71). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016