KNOWLEDGE MANAGEMENT FORUM TAHUN 2014 Jakarta, 25-26 Agustus 2014 ----------------------------------------------- Hari ke-1, 25 Agustus 2014 ----------------------------------------------A. Quick Updates Pemeirintah Pusat > Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ Bappenas “Alokasi Pendanaan dan Mekanismenya untuk Kegiatan Perubahan Iklim” Pada tahun 2009, ada statement Presiden bahwa Indonesia mempunyai komitmen untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kacara sebesar 26% pada tahun 2020. Maka dari itu pada tahun. Bappenas selalu mengacu pada RPJMN 2010-2014 yang disusun sebagai tindak lanjut komitmen tersebut, termasuk masalah lingkungan dan perubahan iklim. Pembangunan berkelanjutan harus diarusutamakan dalam perencanaan sebagai program lintas bidang, multi-policy. Pada tahun 2011 muncul Perpres 61/2011 tentang RAN-GRK dan Perpres 71/2011 tentang Inventori GRK. Pada tahun 2011 juga mencetak buku strategi adaptasi. Pada tahun 2012, Bappenas merekomendasikan seluruh provinsi (33) untuk menyusun RAD-GRK melalui Pergub 1 Pada tahun 2013, Bappenas menekankan pada peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam kaitannya dengan isu perubahan iklim seperti training penghitungan emisi dan informasi mengenai kegiatan adaptasi. Kemudian juga diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan serta konsultasi dan sosialisasi RAN-API. RAD-GRK sudah dilaksanakan dan sudah dibuat sistem PEP secara online. Berdasarkan peta wilayah rentan perubahan iklim, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memang didominasi wilayah rentan dan sangat rentan. Dari situ muncul kebutuhan RANAPI untuk memperkuat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan adaptif perubahan iklim. Hal ini diupayakan dengan meningkatkan ketahanan ekonomi, ketahanan sistem kehidupan, ketahanan ekosistem, ketahanan wilayah khusus, dan sistem pendukung. Pilot berlokasi di 15 daerah (kota dan provinsi). Skema pendanaan perubahan iklim APBN dan APBD; intensif/ disinsentif fiscal, bantuan/ hibah luar negeri dsb. Pendanaan Perubklim dalam RKP 2011-2014 totalnya adalah IDR 110,270.37 Miliar (meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, dan pendukung). Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam 4 tahun terakhir. Salah satu yang paling signifikan berasal dari bantuan/ hibah luar negeri. Pemerintah membuat ICCTF sebagai institusi pendanaan perubahan iklim untuk mendukung aksi pemerintah melalui fokus pendanaan. Ada Adaptation Fund (AF) sebagai mekanisme pendanaan di bawah Kyoto Protocol untuk mendukung kegiatan adaptasi konkrit di negara berkembang dengan model akses national implementing entity, regional implementing entity, dan multilateral implementing entity. Pembatasan alokasi per negara USD 10 juta. Saat ini, pilot AF di Indonesia ada di NTB. Ada Green Climate Fund (GCF) sebagai tindak lanjut Bali Action Plan 2007 untuk mendorong negara maju memobilisasi dana USD 100 miliar hingga tahun 2020 untuk membantu program mitigasi dan adaptasi di negara berkembang. Model akses mirip AF. Pendanaan diberikan dalam bentuk hibah dan pinjaman konvensional. ----------------------------> Kementerian Lingkungan Hidup ‘Pengembangan dan Rencana Implementasi Sistem Inventarisasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) Serta Implikasinya bagi Inisiatif Kota’ Concept: Relationship between mitigation, adaptation, vulnerability and climate change impact. Bagaimana cara melakukan upaya-upaya untuk mencapai future target: after the implementation of the policies therefore, sufficient supporting policies are needed. Mainstreaming API: Vulnerability and Adaptation Assessment Process (KRAPI). Berdasarkan pemetaan kajian kerentanan perubahan iklim di Indonesia hingga tahun 2013, ada 15 kota-provinsi yang diseleksi untuk masuk ke Pilot Project RAN-API 20152019. Apakah perlu ada anggaran khusus? Padahal kegiatan adaptasi tidak selalu membutuhkan anggaran khusus. SIDIK sebagai instrument yang dapat digunakan untuk memantau perubahan tingkat kerentanan di daerah dan nasional melalui beberapa parameter dan indikator. Dibutuhkan integrasi ketersediaan data dari berbagai institusi. 2 Kita berharap bahwa SIDIK dapat menjadi instrument agar tingkat kerentanan suatu daerah bisa diketahui, dapat diketahui juga proyek intervensi yang cocok untuk dilakukan, memahami faktor yang menjadi penghambat, memahami faktor yang serupa antar wilayah, sehingga dapat dikembangkan kebijakan strategis untuk mendukung implementasi RAN-API ke depannya, meningkatkan ketahanan wilayah. ----------------------------> Sekretariat RAN-API ‘Kerangka Kerja dan Rencana Implementasi RAN-API di Pusat dan Daerah’ Kegiatan RAN API 2014: > Koordinasi dan Sosialisasi RAN API; Konsodilasi POKJA; membantu pengembangan VA dan CRS; membantu mainstreaming VA ke rencana pembangunan; penguatan koordinasi berbagai level pemerintahan > Implementasi dan Fasilitasi RAN API; Membantu prioritas aksi adaptasi (dari kurang lebih 150 kegiatan yang ada, dipilih beberapa); Memfasilitasi dukungan implementasi melalui capacity building, technology transfer, dsb) > Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan. Skema besar kajian kerentanan di daerah percontohan. Diawali dengan kajian dokumen (di Juni-Juli). Saat ini sudah dilakukan local and national screening, membangun sistem monitoring evaluasi, diharapkan di bulan Desember 2014 bisa dihubungkan ke SIDIK. Penyusunan rencana aksi adaptasi harus mengacu pada kajian kerentanan. A] Analisis Hazard mengacu per sektor; B] Analisis Risiko; C] Strategi Adaptasi Strategi adaptasi dilakukan dengan mengacu pada kajian dokumen yang sudah ada. Jika memungkinkan mengambil kegiatan yang sudah ada di kota yang mau berjalan dan bisa dikaitkan dengan RAN-API. Jika VA sudah ada, implementasinya akan bagaimana? Masih akan didiskusikan. Program-program yang dibangun harapannya dapat mendukung/ menjawab kebutuhan SIDIK. ----------------------------DISKUSI 1) Susiyana (Bappeda Sukabumi) Sukabumi sedang mengikuti kegiatan P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) dan RAKH(Rencana Aksi Kota Hijau) terkait Kota Hijau dari PU. Benang merah antara kegiatan tersebut dengan RAN-API/ RAN GRK? Jawab: Ada kriteria-kriteria yang sebenarnya sama sehingga bisa sekaligus memenuhi lebih dari satu program nasional. IKLH (indeks kualitas lingkungan hidup) sedang dikembangkan Bappenas dan KLH, namun masih terkendala ketersediaan data. 3 2) Budi Krisyanto (Kepala BLH Probolinggo) Bagaimana monitoring dan evaluasi dilakukan saat implementasi agar bisa dihasilkan rekomendasi-rekomendasi? Bagaimana akselerasi formulasi kebijakan berkaitan dengan perubahan iklim yang arahnya mengupayakan ke pendanaan-pendanaan? Pokja Perubahan Iklim APEKSI juga ada. Bagaimana keseluruhannya dapat dilihat sebagai suatu keterkaitan? Jangan sampai terjadi kebingungan. Jawab: Penting untuk dari awal menentukan indikator dalam monitoring dan evaluasi. Setelah evaluasi dapat diketahui rekomendasi nya untuk dapat mengimprove langkah ke depannya. Isu iklim itu cepat sekali berkembangnya, bahkan sudah masuk ke sektor bencana. Mitigasi sudah ada perpres, adaptasi belum. Apakah perlu ada usulan ke presiden untuk meyakinkan bahwa isu adaptasi ini perlu diperjuangkan? Apakah hanya mau bergantung pada NGO dan lembaga donor yang saat ini hanya bekerja di beberapa daerah? Bagaimana jaminan di level nasional? Usulan pribadi Pak Arif Wibowo, sebaiknya ada peraturan kebijakan nasional terkait adaptasi tersebut. Tidak mungkin terus bergantung pada Pokja Perubahan Iklim saja yang hanya terdiri dari beberapa daerah. SIDIK diharapkannya dapat dilegalkan sebagai instrument awal sebagai penggerak. Harapannya level daerah dapat mendukung dengan penyediaan data yang mumpuni. Resource yang jelas dan tepat akan mempermudah investor untuk masuk. Berat bagi nasional untuk bergerak sendiri membangun jaringan, maka perlu dukungan inisasi juga dari daerah. ---------------------------------------------------------------------------------------- B. Citizen Journalism Workshop ‘Citizen Journalism: Mengajak Warga Memantau Kinerja Pemda’ Journalistic practices by citizen reporters are defined as citizen journalism, through which ordinary citizens write, report, edit, and send image, text, video, and audio to other audiences. Citizen journalism is maintained by citizens who are often marginalized and dissociated with mainstream news media (Encyclopedia of American Journalism). Kurang lebihnya adalah warga yang mengerjakan pekerjaan media. Warga yang memproduksi berita sendiri dengan nilai berita sendiri, mempraktikan prinsip jurnalisme. Pada dasarnya media memainkan peranan penting dalam pembentukan opini publik. Media punya kekuatan yang besar dalam pembangunan. Citizen journalism dapat dilakukan secara sederhana (dengan akses ke media). Mengirim berita singkat melalui SMS Untuk content yang lebih panjang dapat melalui internet dengan mengirim email Integrasi sistem tertentu antara SMS dan Internet (Computer Based). Berita-berita dari warga akan diseleksi terlebih dahulu oleh editor sebelum di-publish ke pelanggan/ publik. Publikasi bisa melalui media website, atau newsticker di TV, social media, dsb. Pencantuman gambar akan menambah nilai berita dan tingkat kemenarikan content berita.. 4 Information Broker: citizen journalist dengan peran tambahan yaitu meningkatkan pemahaman anggota komunitas akan persoalan penting; menyebarkan informasi penting ke komunitas dan publik luas; melaporkan kejadian penting di omunitas ke publik (melalui media atau lembaga afiliasi); memantau dan melaporkan indikator terkait dengan perubahan iklim. Mereka dapat di-upgrade dengan pelatihan tambahan seperti menggunakan GPS tracker, kamera video, rekaman suara, dll. Komponen Information Broker: Anggota komunitas Pelatihan Saluran komunikasi menggunakan SMS dan terkoneksi ke media arus utama Informasi yang disebarkan Ada open source book tentang Citizen Journalism dari Bp. Harry Surjadi. [email protected] ; twitter: @hsurjadi; Nomor HP: 0811150232 ---------------------------------------------------------------------------------------DISKUSI - Bagaimana bisa menstrukturkan informasi dari berbagai daerah yang penting dapat dipilah/ dikelompokan dan dapat dibaca oleh pengambil kebijakan dengan ringkas. Informasi rata-rata datang dari daerah yang bermasalah, kinerja pemerintah kurang baik (problems are preferable news from citizens point of view). Jika fokusnya memang tentang perubahan iklim, maka perlu adanya kesepakatan kategori dari trainer atau pemegang kendali dari media untuk menginstruksikan dan menjelaskan bagaimana organisasi informasinya ke information broker. Kalau perlu disiapkan templatenya. - Perubahan iklim belum menjadi isu yang memiliki ‘news value’ di masyarakat. Bagaimana menanggapinya? News value akan berbeda-beda tergantung cara berpikir, terutama dari warga lokal. Mereka akan lebih concern pada masalah-masalah yang ada di sekitar mereka langsung. Perlu disadari juga bahwa citizen journalism juga harus menekankan informasi yang sifatnya fakta, bukan dugaan. Fungsi dasar citizen journalism saat ini lebih ke arah kontrol kinerja pemerintah. - Bagaimana meningkatkan isu perubahan iklim sebagai sesuatu yang menarik bagi media? Sirkulasi publikasi berita dipegang oleh media/ editor. Intervensi memang dibutuhkan untuk menekankan pada isu tertentu. - Tidak semua masyarakat dapat terlibat dalam sistem citizen journalism yang dikembangkan. Bagaimana mewujudkannya? Butuh training paling tidak 2 kali. Kalau perlu, trainer yang mendatangi ke lokasi/ daerah masyarakatnya. ---------------------------------------------------------------------------------------- 5 C. Sesi Tematik - 1: CCA (Climate Change Adaptation) & menggunakan De’Bonos Six Thinking Hat DRR (Disaster Risk Reduction) Sebelum peserta diajak mendiskusikan isu konvergensi CCA & DRR, peserta mendapat pemaparan dari Bu Dian dari UNDP mengenai konsep dasar konvergensi tersebut. Dengan begitu peserta dapat lebih memiliki gambaran saat berdiskusi. Sesi tematik pertama ini menggunakan alat bantu De’Bonos Six Thinking Hats. Tujuan sesi ini adalah ingin membangun kesepahaman bersama tentang API dan PRB. Lalu, poin-poin yang dibahas di dalam kelompok (ada 3 kelompok) yang membahas berbagai pertanyaan (prompt questions) yang sudah disiapkan panitia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan peserta agar dapat menggali peluang, potensi, permasalahan, dan tantangan mengenai konvergensi API dan PRB. Melalui sesi ini juga, peserta mendapat gambaran masukan-masukan mengenai hal-hal yang dianggap penting untuk konvergensi API dan PRB. Output dari sesi tematik pertama ini, adalah hal-hal yang dianggap penting oleh peserta berdasar kategori meliputi pendanaan, kebijakan, kapasitas, kelembagaan, perencanaan dan mekanisme implementasi. ---------------------------------------------------------------------------------------- D. Best Practice Kota Pekalongan, Blitar 1) Pekalongan – Pak Slamet Budiyanto ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup ) Paparan: Pusat Informasi Mangrove untuk Penanggulangan Rob Di Pekalongan sudah ada skenario penurunan emisi GRK sampai 2020. Salah satu tindak lanjut dari hasil kajian tersebut adalah kegiatan adaptasi perubahan iklim pesisir dengan konservasi mangrove. Sejauh ini sudah ada 9,5 Ha area yang menjadi Mangrove Park (Pusat Informasi Mangrove) dari target 20 Ha, namun sudah ada masterplan sampai kurang lebih 25 tahun ke depan. Sejauh ini yang sudah ada di Mangrove Park tersebut antara lain stasiun pengamat, budidaya rumput laut, 4 kelompok KSM untuk pembibitan dan pengelolaan mangrove. 2) Blitar – Pak Suharsono ( Kepala Bappeda ) Paparan: Pembangunan IPAL Komunal Kota Blitar Latar belakang dari proyek pembangunan IPAL Komunal adalah adanya 65% rumah tangga yang tidak punya saluran limbah, 32% KK tidak punya jamban, dan 7 dari 29 industri tidak punya IPAL. Berdasarkan kajian kerentanan beserta peta bahaya nya. Salah satu tindak lanjut kegiatannya adalah adanya program pro poor sanitation Kota Blitar. Pada dasarnya semua dokumen perencanaan strategis harus dimiliki sebagai pedoman dan tinggal diikuti saja. 6 Berdasarkan diskusi pada sesi ini, dapat dipelajari bahwa kepemilikan dokumen rencana yang jelas dan realistis itu penting. Setelahnya, sebenarnya rencana tinggal dijalankan saja meskipun program seringkali dianggap tidak inovatif, namun jika dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan rencana maka tetap akan memberi hasil yang baik. Selain itu, penting juga untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk mau terlibat dalam program-program yang sudah pasti sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. ---------------------------------------------------------------------------------------- E. Sesi Tematik 2: CCA & DRR (Round Robin) Menindaklanjuti hasil brainstorming peserta pada sesi tematik sebelumnya, peserta diajak untuk memunculkan kebutuhan-kebutuhan atau usulan yang ingin diajukan ke nasional terkait isu CCA & DRR. Daftar kebutuhan peserta tersebut disusun menggunakan metode diskusi Round Robin di mana peserta duduk mengelilingi meja bundar dan menuliskan ide-ide gagasan mereka ke kertas topik yang dibagikan ke masingmasing peserta, setelah partisipan selesai menuliskan pendapatnya, tiap partisipan bertukar kertas topik mereka ke orang di sebelahnya. Output dari sesi ini adalah daftar rekomendasi kebutuhan kota ke nasional terkait isu CCA & DRR per topik meliputi pendanaan, kebijakan, kapasitas, kelembagaan, perencanaan dan mekanisme implementasi. ---------------------------------------------------------------------------------------- F. Best Practice Kota Probolinggo, Cimahi 1) Probolinggo – Pak Budi Krisyanto ( Kepala Badan Lingkungan Hidup ) Paparan: Menuju Probolinggo Kota Ramah Lingkungan Kota Probolinggo memiliki banyak program terkait lingkungan hidup yang terhitung sukses dan berkesinambungan. Keseluruhannya mengacu pada keterkaitan antara birokrasi, swasta, masyarakat, dengan aspek ekologis, sosbud, dan ekonomi. Sebisa mungkin, pembangunan mengacu pada produk regulasi yang sudah ada. Selain itu, Probolinggo juga cukup sukses dalam membentuk komunitas-komunitas peduli lingkungan seperti Forjamansa, Papesa, Kader Lingkungan, Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan, dsb. Beberapa capaian kerja antara lain adalanya gerakan pembuatan lubang resapan biopori, penetapan probolinggo sebagai kota hijau dari Gubernur Jawa Timur, pelibatan masyarakat dalam daur ulang sampah dan memecahkan rekor muri pada 2013, perolehan adipura, dsb. 7 2) Cimahi – Pak Untung Undiyanto ( Kepala Badan Lingkungan Hidup ) Paparan: Pengendalian Dampak Perubahan Iklim di Kota CImahi Kota Cimahi memiliki kendala tersendiri mengingat wilayahnya yang kecil namun memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Beberapa upaya yang sudah dilakukan terkait perubahan iklim antara lain di bidang mitigasi meliputi penataan hutan kota, penanaman pohon kanan kiri jalan, dan Bank Pohon di KLH. Kendalanya sendiri adalah sedikitnya lahan di Kota Cimahi yang dapat digunakan untuk upaya mitigasi tersebut. Upaya lainnya antara lain seperti monitoring terhadap GRK, penyuluhan ke masyarakat, pemanfaatan lahan pekarangan rumah dan sistem talang untuk menampung air hujan, serta gebyar biopori. Pembelajaran dari diskusi ini adalah sebagai pemangku kepentingan dan memiliki tanggung jawab dan kewenangan, sangat penting bagi semua untuk mematuhi aturan yang sudah ada. Jika semuanya mau untuk patuh terhadap peraturan dan menjalankan rencana-rencana yang sudah ada, sebenarnya pembangunan dapat berjalan dengan baik dan tetap berada pada koridor lingkungan hidup. Segala kendala juga masih dapat dikomunikasikan agar terdapat win-win solution. 8 ----------------------------------------------- Hari ke-2, 26 Agustus 2014 ----------------------------------------------G. Best Practice Kota Cirebon, Sukabumi, dan Salatiga 1) Cirebon - Pak Yoyon Indrayana ( Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM ) Paparan: Program Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Kota Cirebon Tahun 2014 Proyek diversifikasi penggunaan sumber air ebrsih untuk peningkatan ketahanan Kota Cirebon terhadap kebutuhan air (tahun 2014). Unit instalasi yang disiapkan meliputi sistem pemanenan air hujan di 4 SD Kelurahan Argasunya dan pengolahan air wudhu di Masjid Raya At-Taqwa. Proyek ini sedang berjalan dengan target selesai di Februari 2015. Sejauh ini, ada peluang replikasi yang besar karena ketertarikan warga setempat untuk mendapat sumber air bersih alternatif. 2) Sukabumi - Bu Susiyana (Kabid. Fisik dan Prasarana Wilayah, Bappeda ) Paparan: Aplikasi Praktik Inovasi dalam Pengelolaan Sampah di Kota Sukabumi Program yang bertujuan untuk reduksi sampah. Unit utamanya adalah TPST dan SPA serta bank sampah dengan kegiatan-kegiatan meliputi pengambilan sampah, pengolahan sampah, dan pemilahan sampah. Dari pembelajarannya, kesuksesan program sangat penting dengan mengandalkan dukungan masyarakat. Selain itu, nilai ekonomis dari daur ulang sampah juga menjadi hal yang menarik bagi masyarakat. 3) Salatiga - Pak Arif Suryadi (Kasie. Konservasi dan Perhutanan, KLH ) Paparan: Kebijakan terkait Perubahan Iklim Kota Salatiga Kota Salatiga sudah menyusun kajian terkait perubahan iklim dengan bantuan GIZ dan mendapat skala risiko perubahan iklim. Dari situ, emisi karbon dapat dilihat per sektor dan strategi-strategi juga dikoordinasikan dengan dinas terkait. Strategi-strategi antara lain mencakup sektor energi, RTH, transportasi, sampah, dan sebagainya. Berdasarkan diskusi tanya jawab, hal yang cukup penting untuk dijadikan pembelajaran adalah bahwa pengalaman maupun tantangan yang dialami oleh kota lain yang sudah pernah menjalankan kegiatan serupa perlu untuk dipelajari sehingga tidak mengulang kesalahan yang sama. Selain itu, penting untuk mengingat strategi keberlanjutan agar ada kemampuan di masyarakat untuk berjalan mandiri dan tidak terus-terusan mengandalkan pendampingan. Jadi, pendampingan harus memastikan adanya transfer knowledge sehingga pasca proyek masyarakat dan partner lokal dapat menjaga keberlanjutannya secara mandiri. ---------------------------------------------------------------------------------------- H. Sesi Tematik 3: Matriks dan Prioritisasi Berdasarkan daftar kebutuhan yang dihasilkan dari sesi tematik 2 sebelumnya, peserta diajak untuk menyusun prioritas kebutuhan tersebut dengan matrix urgensi, tingkat kepentingan, upaya, dan impact. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok agar diskusi lebih terfokus. Output dari sesi ini adalah formulasi kebutuhan kota yang ingin disampaikan ke nasional yang sudah diprioritasikan. 9 Semula, setelah sesi diskusi kelompok tersebut, direncanakan untuk melakukan diskusi secara bersama-sama dengan seluruh peserta, namun karena keterbatasan waktu, keputusan prioritisasi baru sampai dua topik pertama (pendanaan, dan kebijakan). Prioritisasi topik yang belum dibahas diserahkan kepada APEKSI. Elemen Pendanaan Kebijakan Kegiatan Ada anggaran DAK dari pemerintah pusat untuk kegiatan API dengan pembagian alokasi yang sesuai dengan keperluan/kebutuhan daerah Prioritas 1 Pusat √ Daerah Mencari pendanaan baik dari luar negeri maupun dalam negeri (termasuk lembaga peduli lingkungan), dan private sektor lewat CSR nya untuk membantu pembiayaan program CCA dan DRR di daerah dan pusat dengan melihat skala prioritas pelaksanaan kegiatan 2 √ √ Penyusunan Perpres tentang konvergensi API PRB yang kemudian diturunkan ke dalam bentuk Perda agar isu ini bisa terintegrasi, sistematis dan terukur 1 √ Penyusunan UU tentang perubahan iklim 1 √ Penyusunan PP tentang isu kebencanaan yang diakibatkan oleh perubahan iklim 1 √ 2 √ √ 2 √ √ 1 √ √ Melakukan advokasi ke Legislatif (DPR dan DPRD) tentang API PRB sehingga komitmen untuk mengalokasikan anggaran di daerah lebih memadai Melakukan advokasi kepada para pengambil kebijakan (Legislatif dan Eksekutif) mulai dari tingkat pusat, provinsi sampai kabupaten / kota untuk menarik komitmen mereka sehingga dokumen perencanaan yang sudah ada diikuti dengan komitmen anggaran dan bisa diimplementasikan Kapasitas Peningkatan kapasitas untuk aparatur Pemda dan lembaga terkait API-PRB (khususnya BPBD) melalui kegiatan pelatihan dan Bintek 10 Elemen Kegiatan Penggunaan media informasi (TV, media massa, media online) untuk sosialisasi API-PRB dan menjadikannya isu prioritas yang perlu ditangani Sosialisasi /publikasi/konsultasi publik isu API-PRB baik untuk legislatif, eksekutif, sektor swasta dan masyarakat umum Kelembagaan Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja APIPRB di tingkat daerah yang beranggotakan lintas sektor dipimpin oleh kepala daerah dan di-SK-kan Penyusunan Roadmap untuk pembagian tugas implementasi kegiatan terkait API-PRB yang terpadu dan terintegrasi Penyusunan regulasi untuk pembagian tugas dan kewenangan termasuk alokasi sumber daya secara horizontal maupun vertical agar memiliki kejelasan tupoksi dan mencegah tumpang tindihnya kewenangan Perlu dibentuk Sekretariat Tetap untuk Perubahan Iklim dan Bencana di tingkat pusat yang bertanggung jawab kepada Presiden, dengan skema yang bersifat derivative untuk daerah Perlu dibentuk Sekretariat Tetap untuk Perubahan Iklim dan Bencana di tingkat pusat yang bertanggung jawab kepada Presiden, dengan skema yang bersifat derivative untuk daerah Perencanaan dan Mekanisme Implementasi Renstra yang Komprehensif dan berkelanjutan Grand design yang komprehensif dan jangka panjang berdasarkan keputusan bersama antar K/L Perlu adanya SPM (Standar Pelayanan Minimum) / SOP dengan kejelasan tupoksi dalam pelaksanaan program Petunjuk teknis yang jelas dari Pemerintah Pusat terkait Konvergensi API-PRB Perumusan dokumen perencanaan API & PRB terintegrasi dan berkekuatan hukum dari level pusat hingga daerah yang dapat menjadi acuan dalam penyusunan anggaran dan memiliki kekuatan hukum Prioritas 1 Pusat √ Daerah √ 2 √ √ 1 √ √ 1 √ √ 2 √ 2 √ 2 √ 1 √ 2 √ 2 √ 2 √ 2 √ Keterangan: 1 : prioritas utama/ nomor 1 dan juga dipilih oleh mayoritas kelompok KMF. 2 : prioritas nomor 2. ---------------------------------------------------------------------------------------- 11 √ √ I. ACCCRN Regional Network Oleh : Denia Syam ACCCRN Regional Network adalah jejaring berkelanjutan dari para praktisioner dan institusi untuk memajukan ketahanan kota-kota Asia terhadap dampak perubahan iklim Indonesia, India, Vietnam, Trhailand + Bangladesh, Filipina Di dalamnnya ada kebutuhan pengelolaan pengetahuan, pengembangan kapasitas, memperkuat isu bersama, dukungan atas sarana implementasi. Advisory board terdiri dari: Anggota Koordinator Sub grantee Network Coordinator : : : : ICCCAD, ICLEI, ISET, Mercy Corps, Rockefeller Foundation, TARU, TEI Mercy Corps ICCCCAD Pelatihan dan Cross Visit NIUA, TEI, ISSET Apa yang sudah dilakukan? Banyak yang sudah dilakukan oleh kotakota ACCCRN yang dikembangkan di masing-masing kota di negara selain Indonesia yang dapat menjadi referensi. Misal di Vietnam: Kompetisi Pemuda untuk Ketahanan Kota; Pengembangan dan Implementasi Mekanisme Real-Time untuk Pemantauan, Diseminasi dan Respon terhadap Salinitas Air; Pengembangan Model Simulasi Hidrologi. Di India: Implementasi Adaptasi Peri-urban Agriculture; Sistem Surveilance dan Tanggap Darurat untuk Penyakit Bawaan Vektor. Di Thailand: Restorasi DAS Kok untuk Pengendalian Banjir; Kesiapsiagaan Banjir Berbasis Masyarakat dan Sistem Koordinasi. Di Indonesia, pilot nya di Semarang dan Bandar Lampung. Target capaian didasari kebutuhan, pengelolaan mandiri dan pendanaan berkelanjutan. Secara internal di Indonesia, ada jejaring internal eksisting yang dapat dimanfaatkan antara ACCCRN, ICA, dan Pokja PI APEKSI serta Pokja PI di kota-kota. Dari situ, ada keterlibatan praktisi kota yang dapat menjadi kontribusi terhadap kebutuhan jejaring regional (informasi, peningkatan kapasitas, pendanaan, dll); pendokumentasian informasi, pembelajaran dan best practice terkait UCCR (Urban Climate Change Resilience); pemberdayaan ‘local expert’ dalam proses pembelajaran bersama; jejaring dengan praktisi regional (potensi mitra); cross learning dan exchange. Harapannya dari peserta adalah adanya jejaring dari kota-kota yang memang bisa dibangun di berbagai level untuk memperkaya wawasan bagaimana satu sama lain melakukan aksi-aksi terkait perubahan iklim. Dengan adanya jejaring bisa ada fasilitasi untuk bisa saling mengakses informasi dan kerja sama. ---------------------------------------------------------------------------------------- 12 J. Rencana Tata Ruang Berbasis Adaptasi Perubahan Iklim: Urgensi Kebutuhan di Kota Oleh : Hendricus Andy Simarmata 2008 DNPI dibentuk melalui Keppres 46/2008. Berbagai metode dan instrumen adaptasi telah dikembangkan sehingga perlu diintegrasikan ke dalam proses perencanaan kota. Di Indonesia sendiri, satu kota memiliki banyak rencana baik dari berbagai sektor, maupun berasal dari berbagai level. Banyaknya proses dan produk perencanaan membuat implementasi menjadi sulit, terlebih yang memuat konten perubahan iklim. Faktanya, 50,3% bencana di Indonesia dipicu juga oleh fenomena perubahan iklim. API perlu untuk diarusutamakan ke dalam perencanaan kota karena kebutuhan mengantisipasi agar ada penyiapan yang lebih baik, mengurangi tingkat kerentanan, biaya adaptasi bisa lebih terjangkau, dsb. Tujuan sinkronisasi rencana adaptasi dengan rencana tata ruang kota adlaah untuk menambahkan konsepsi resiliensi. Dengan melekatkan pemikiran rencana adaptasi ke proses perencanaan tata ruang memiliki konsekuensi penambahan kebutuhan data dan analisisnya (klimatologis dan prediksi). Contoh RTRW yang sudah mengakomdir kebutuhan adaptasi perubahan iklim: Merauke, Batam, Jakarta. Tantangan Pelaksanaan: - Fenomena perubahan iklim masih baru dalam konteks perencanaan tata ruang (perlu silabus tersendiri) - Perubahan iklim masih dianggap sebagai bagian dari permasalahan lingkungan hidup (bisa menjadi entry point, tapi harus bisa dilihat atau diatasi dengan lintas sektor) IAP menyelenggarakan pelatihan tematik, mengembangkan mata kuliah perubahan iklim, serta melakukan advokasi kepada pemerintah melalui dirjen penataan ruang untuk integrasi adaptasi perubahan iklim ke dalam pedoman penyusunan rencana tata ruang. -----------------------DISKUSI > T: Mekanisme dari IAP apakah hanya fokus ke tata ruang? Bagaimana mekanisme pendanaan dalam dokumen perencanaan? > T: ASPI itu apa? Mata kuliah sasarannya untuk siapa? J: > T: Sudah ada target sekolah-sekolah yang tertarik Bagaimana advokasi kalau dilakukan di tingkat kota? 13 > T: J: > T: J: > T: J: Masterplan-masterplan sektoral bisa ditindaklanjuti seperti apa? Jangan memasukkan semua perencanaan hanya berdasarkan apa yang ada di daerah lain. Semuanya harus dari kajian. Kuncinya dalam peningkatan kapasitas adalah kemauan dari semua yang ada di daerah untuk berkomitmen mengingat sibuknya tupoksi masing-masing. Bagaimana perencanaan untuk flood prone zone? Jangan hanya mempertimbangkan faktor historis, tapi kajian ramalan ke depannya harus menjadi perhatian penting juga Sejauh mana IAP ini advokasi nya ke Dirjen Penataan Ruang? Sudah pernah bertemu dengan 32 walikota juga teah melakukan advokasi dirjen penataan ruang nasional yang mendiskusikan utuk mengupdate pedoman perubahan iklim. Rawan bencana yang pendekatannya dari bencana di daerah, yang juga didorong melalui pendekatan resiko. Contoh tujuan penaan ruang, tidak terdapat di dalam batang tubuh, hanya terdapat di penjelasan. Untuk pedoman, banyak narasumber yang ingin meng-golkan kepentingan. Buku verci RAP akhir tahun ini akan terbit. ---------------------------------------------------------------------------------------- K. Best Practice Kota Palembang, Kota Semarang 1) Palembang – Bu Reni Sefriany (Kabid. Pengendalian Kerusakan dan Pemulihan Lingkungan, BLH) Paparan: Penganekaragaman Konsumsi Pangan Melalui Pmenafaatan Lahan Pekarangan Terpadu. Program ini dilaksanakan atas koordinasi dinas pertanian kota dengan UPTD BPP di wilayah masing-masing menyasar ke kelompok tani, ibu-ibu PKK, dan kelompok warga lainnya. Program ini bertujuan untuk dapat berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Program dilaksanakan dengan melakukan penanaman berbagai tanaman pangan sayuran dan obat keluarga di pekarangan rumah tangga. 2) Semarang – Pak Rosid Hudoyo ( Sekretaris PSDA dan ESDM ) Paparan: Proyek Peramalan dan Sistem Peringatan Dini Banjir sebagai Adaptasi Perubahan Iklim Melalui Kesiapsiagaan Banjir Proyek tersebut dilaksanakan atas dasar kebutuhan solusi meminimalisasi dampak bencana banjir. Kota Semarang sendiri selalu mengalami musibah banjir sehingga di luar upaya mengurangi potensi banjir, kebutuhan untuk mengantisipasi dampak dari banjir pun dilakukan. Proyek Peramalan dan Sistem Peringatan Dini Banjir sendiri juga didukung oleh program ACCCRN – Mercy Corps Indonesia. Sejauh ini proyek mendapat dukungan dari masyarakat, namun memang baru rampung sehingga belum dapat dilihat secara pasti dampaknya saat ada bencana banjir. ------------------------ 14 DISKUSI > T: Sampai seefektif mana sistem peringatan dini yang ada? J: Sistem yang sudah dibuat harapannya berjalan seperti ekspektasi, namun belum operasional. Harapannya kalau ada deteksi banjir, warga bisa lebih siap dan tahu lebih awal sehingga informasi dapat ditindaklanjuti lebih cepat oleh warga untuk evakuasi. Tantangannya adalah untuk pembebasan lahan di sekitar sungai yang juga menjadi pemicu banjir. Perlu perhatian lebih dari kepala daerah untuk bisa turun tangan langsung memberi pengertian pada warga. > T: Memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai, bisa menjadi potensi yang dimanfaatkan dalam pengembangan RTH kota. Pemberdayaan masyarakatnya bagaimana? J: Mata pencaharian masyarakat di Palembang sebagai petani itu prosentase nya rendah. Banyaknya alih mata pencaharian seperti itu, perlu ada alternatif dari sektor pertanian untuk memanfaatkan lahan pekarangan warga dan memang sudah ada dana yang dialokasikan ke lokasi-lokasi yang ada kelompok masyarakat yang kemudian menjadi perpanjangan tangan pelaksanaan kegiatan. Harapannya masiha akan ada replikasi pembentukan kelompok-kelompok masyarakat agar lebih banyak lagi masyarakat yang mau melakukan kegiatan serupa. ---------------------------------------------------------------------------------------- L. Restrukturisasi Kelompok Kerja Perubahan Iklim - APEKSI Oleh: Indah Wibinastiti Diawali dengan review/ kilas balik pembentukan Pokja PI APEKSI di tahun 2012. Anggota Pokja diambil dari penunjukkan wali kota daerah masing-masing yang merespon undangan APEKSI. Pertemuan Pokja PI pertama pada tanggal 26 Juni 2012. SK Pembentukan Pokja PI APEKSI pada tanggal 17 Oktober 2012 dan dibentuklah struktur pengurus Pokja PI APEKSI 2012. Selanjutnya banyak kegiatan yang dilakukan oleh Pokja PI APEKSI meliputi pertemuan pokja, workshop, kerjasama dengan KLH seperti fornas, dialog nasional yang mengangkat isu-isu terkait perubahan iklim. 15 AGENDA -----------------------------------> Sambutan dari Pak Suharsono (Ketua 2012-2014) Perlu diyakini bahwa ke depannya, peraturan perundangan yang berlaku global akan berpengaruh pada kebijakan-kebijakan nantinya sehingga kegiatan-kegiatan aksi perubahan iklim akan menjadi trend yang mendapat dukungan dari banyak pihak. Harapannya temang-teman anggota Pokja PI APEKSI ini bisa berkomitmen dan semangat dalam mengikuti kegiatan. Terkait dengan restrukturisasi Pokja PI, jumlah anggota yang sudah ada akan berlanjut menjadi anggota di kepengurusan berikutnya, tapi tetap ada kesempatan untuk merekrut anggota baru. > Pemilihan Ketua Pokja 2014-2016 beserta Wakil, Sekretaris dan Bendahara Ketua : Wakil Ketua : Sekretaris : > Budi Krisyanto ( Kepala BLH Kota Probolinggo ) Yoyon Indrayana ( Kepala Dinas PU Kota Cirebon ) Tuti Alawiyah ( Kasubag. Perencanaan Strategis, Bappeda Kota Palembang ) Sambutan Ketua Pokja PI 2014-2016 Diharapkan ke depannya dalam melakukan kegiatan dapat dilakukan dengan senang hati dan mendapat support dari masing-masing kota. Semoga nantinya semakin banyak anggota semakin memperkuat diseminasi kegiatan dan akselerasi program-program yang sangat diperlukan di banyak daerah dan kota. > Sambutan Direktur Eksekutif APEKSI Selama kurun waktu 2 tahun terakhir, Pokja PI APEKSI terhitung sangat produktif, walaupun mungkin belum semua anggota tahu, terlebih yang di luar dari Pokja PI APEKSI. Ada 98 kota yang masuk dalam anggota APEKSI, namun level of awareness nya masih belum tinggi untuk isu perubahan iklim. Ke depannya tantangannya adalah menumbuhkan semangat dan political will yang tinggi terhadap perubahan iklim sebagai kebutuhan. Pemahaman perubahan iklim termasuk tertinggal dibandingkan dengan negara luar. Tantangan lainnya adalah dinamisnya perangkat kota terkait mutasi sehingga berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan. Selain itu juga pengaruh dari perilaku pimpinan daerah termasuk pejabat-pejabat yang mendahulukan kepentingankepentingan tersendiri. Harapannya, anggota Pokja PI APEKSI ini ke depannya mau untuk berbuat dan melakukan sesuatu, menunjukkan komitmennya. Setiap penggantian kepengurusan harusnya ada peningkatan, perubahan yang lebih baik. > Pengangkatan anggota baru 1. Kota Pekalongan > Sri Ruminingsih, SE., M.Si. ( Kepala Bappeda ) > Slamet Budiyanto, SKM., M.Kes. ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup ) 2. Kota Sukabumi > Drs. Adil Budiman, M.Si. ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup ) > Susiyana, SIP., MT. ( Kabid. Fisik dan Penataan Wilayah, Bappeda ) 16 > Penyusunan program kerja 2014-2016 Masukan bisa disuarakan di milis Perubahan Iklim APEKSI, selain juga peserta telah diminta masukannya untuk tema yang ingin diangkat pada pertemuan Pokja berikutnya/ satu tahun ke depan, dan disampaikan ke pengurus baru/Sekretariat Apeksi. 17