BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategis
Menurut David (2004:5) manajemen strategis didefinisikan sebagai ilmu
tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi
yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam
definisi tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan
manajemen, pemasaran, keuangan / akuntansi, produksi / operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi. Sedangkan menurut
Wahyudi (1996:15) dan Ginting (2006:2)
mengatakan bahwa manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari
pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating)
keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah
organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang dari sudut yang berbeda-beda,
namun pada dasarnya semua pengertian tersebut mengarah pada suatu pengertian
pokok yang sama. Sedangkan menurut Williams, at all dalam Keyvani (2011:74)
berpendapat bahwa manajemen strategi adalah suatu proses yang berkelanjutan
untuk mengembangkan dan meninjau kembali strategi yang berorientasi masa
depan yang dilaksanakan dalam suatu organisasi perusahaan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.Perumusan strategi semakin bertambah penting sejalan
dengan cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan. Perubahan
tersebut terjadi karena sifat lingkungan yang dinamis.
Menurut Zalva dalam Tanjung (2008:169) menyatakan manajemen
strategik dapat meningkatkan kinerja organisasi, efektif dalam menghadapi
keadaan lingkungan yang cepat berubah serta membangun kerjasama tim dan
profesionalisme dalam organisasi. Sedangkan menurut Hendrawan dalam Tanjung
(2008:169), organisasi yang menerapkan manajemen stratejik menunjukkan
kinerja financial yang lebih baik. Kemudian Jauch dan Glueck dalam Tanjung
(2008:169) menyebutkan bahwa bisnis yang melaksanakan manajemen strategik
akan lebih efisien dan efektif.
David dalam Novianty dan Nurdin (2009:60) mengemukakan bahwa
tahap-tahap manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu perumusan strategi
atau formulasi strategi, pelaksanaan strategi atau Implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Uraian singkat mengenai tahapan-tahapan manajemen strategis
dijabarkan sebagai berikut:
1) Tahap perumusan strategi. Perumusan strategi mencakup kegiatan
mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasikan peluang
dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi,
membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih
strategi tertentu untuk digunakan.
2) Tahap
pelaksanaan
strategi.
Pelaksanaan
strategi
mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan,
memotifasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga
perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup
pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur
organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran,
penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi,
serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja
organisasi.
3) Tahap evaluasi strategi. Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam
manajemen strategis. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah:
(1) Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini.
(2) Mengukur kinerja.
(3) Melakukan tindakan-tindakan korektif.
2.1.2 Perumusan Strategi
Perumusan strategi perusahaan didasarkan pada analisis yang menyeluruh
terhadap faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan
eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan
berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari pesaing utama maupun dari
iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal
perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang
dimiliki perusahaan. Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi
dan misi organisasi, mengidentifikasikan peluang dan ancaman eksternal
organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan
tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk
organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.
Umar (2001:219) dan Ginting (2006:2) mengemukakan bahwa untuk
menentukan strategi utama dilakukan melalui pemakaian beberapa matriks dengan
tiga tahap pelaksanaan, yaitu:
1) Tahapan pengumpulan data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dari para analis,
yakni
dengan
mengevaluasi
faktor-faktor
internal
dan
eksternal
perusahaan. Data eksternal diperoleh dari lingkungan luar perusahaan
seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis pemasok, analisis
komunitas, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan
tertentu. Sedangkan untuk data internal diperoleh di dalam perusahaan itu
sendiri seperti laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran,
laporan kegiatan SDM (jumlah karyawan, tingkat pendidikan, keahlian,
pengalaman, gaji, turn over), serta laporan keuangan (neraca, laba/rugi,
cash flow, dan struktur pendanaan).
2) Tahap Input
Setelah pengumpulan data maupun informasi mengenai pengaruhpengaruh internal maupun eksternal perusahaan maka, tahap selanjutnya
adalah tahap input. Pada tahap input ini meliputi pembuatan matrik IFE
dan matrik EFE yang mana setelah diketahui jumlah IFE dan EFE maka
dibuatlah matrik IE untuk mengetahui posisi perusahaan.
3) Tahap analisis
Setelah pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.
Model-model yang dapat digunakan antara lain:
(1) Matrik SWOT (strength, weakness, opportunities, threats).
(2) Matrik pertumbuhan pangsa pasar (Matrik BCG)
(3) Matrik General Electric (Matrik GE)
(4) Matrik SPACE (StrategicPosition and Action Evaluation).
(5) Matrik internal eksternal (Matrik IE)
(6) Matrik Grand Strategy (Matrik Strategi Induk)
4) Tahap pengambilan keputusan
Setelah melewati tahap analisis, selanjutnya akan diambil sebuah
keputusan yaitu berupa perumusan sebuah strategi dengan melihat posisi
kinerja dari perusahaan yang diidentifikasi dari faktor-faktor eksternal dan
internal.
2.1.3 Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Menurut Wahyudi (1996:37) ide dasar dari penyusunan visi dan misi
pertama kali diungkapkan oleh Bapak Ilmu Manajemen Modern yaitu Drucker
pada tahun 1970-an. Para pendiri ataupun pemimpin perusahaan mempunyai suatu
tujuan jangka panjang yang akan dituju oleh perusahaannya. Tujuan tersebut
merupakan suatu impian / keadaan dimasa datang yang dicita-citakan oleh seluruh
personil organisasi untuk dicapai dengan melakukan aktivitas bisnis. Cita-cita
dimasa depan yang ada dipemikiran para pendiri inilah yang disebut sebagai visi
dari sebuah perusahaan. Visi yang telah ada tersebut akan sangat sulit dimengerti
oleh pihak-pihak yang ada didalam organisasi karena sifatnya yang multi dimensi,
tidak tertulis dan hanya ada dalam benak pendiri. Pihak-pihak terkait ataupun
personil baru yang masuk kedalam organisasi tentunya tidak akan mengerti arah
mana yang akan dituju oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Agar setiap orang
dalam organisasi memahami cita-cita perusahaan maka dipandang perlu visi
tersebut dibuat secara tertulis. Visi tertulis inilah yang dikenal dengan “mission
statement” atau pernyataan misi. Suatu pernyataan misi yang baik adalah bagian
penting untuk dapat membuat, mengaplikasi dan mengevaluasi strategi.
Sedangkan hasil akhir yang dicari organisasi / perusahaan melalui eksistensi dan
operasinya disebut dengan tujuan organisasi / perusahaan.
2.1.4 Lingkungan Perusahaan
Suatu perusahaan umumnya memiliki lingkungan usaha dimana usaha
tersebut didirikan. Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan
eksternal yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Seluruh
sektor lingkungan baik internal maupun eksternal memberikan sejumlah peluang
dan ancaman maupun kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan.
2.1.4.1 Lingkungan eksternal perusahaan
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar
perusahaan dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Audit lingkungan eksternal
terfokus pada upaya mengidentifikasi dan menilai tren serta peristiwa diluar
kendali suatu perusahaan. Audit eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman
yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan demikian, para manajer dapat
merumuskan strategi agar dapat mengambil peluang dan menghindari atau
mengurangi dampak ancaman. Hitt, at all (2001:50) mengemukakan bahwa
lingkungan eksternal perusahaan mencakup lingkungan umum, lingkungan
industri, dan lingkungan pesaing. Secara garis besar, ketiga lingkungan eksternal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat
yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaanperusahaan yang ada didalamnya. Elemen-elemen tersebut dikelompokkan
dalam
enam
segmen
lingkungan,
yaitu:
demografis,
ekonomi,
politik/hukum, sosiokultural, teknologi, dan globalisasi.
2) Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor ancaman dari pelaku
bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan perkembangan
persaingan diantara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi
perusahaan, tindakan, dan tanggapan kompetitifnya.
3) Lingkungan pesaing adalah setiap perusahaan yang bersaing secara
langsung dengan sebuah perusahaan. Dalam melakukan analisis pesaing,
perusahaan dituntut untuk berusaha memahami apa yang menggerakkan
pesaing, seperti yang ditunjukkan oleh tujuan-tujuan masa depannya; apa
yang sedang dilakukan dan dapat dilakukan oleh pesaing, seperti yang
diungkapkan dalam strategi saat ininya; apa yang diyakini oleh pesaing
tentang diri sendiri dan tentang industri, seperti yang ditunjukkan oleh
asumsi-asumsinya; dan apa kemampuan perusahaan, seperti yang
ditunjukkan oleh kapabilitasnya
2.1.4.2 Lingkungan internal perusahaan
Menurut Wahyudi (1996:49), lingkungan internal merupakan analisa
intern perusahaan dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan tiap-tiap divisi antara lain devisi pemasaran, akuntansi dan keuangan,
penelitian
dan
pengembangan
(research
and
development),
distribusi,
perencanaan administrasi, dan produksi. Perubahan-perubahan lingkungan
internal, baik dalam skala global, regional maupun nasional harus selalu menjadi
referensi dalam penyusunan rencana strategis. Perubahan-perubahan tersebut
dapat menggambarkan dua makna, pertama bermakna sebagai kekuatan, dan
makna kedua sebagai kelemahan.
Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang
hendaknya diamati dapat dilihat dari beberapa pendekatan menurut Umar
(2005:84) berikut:
1)
Pasar dan pemasaran
Lingkungan pasar dan pemasaran dari perusahaan akan mempengaruhi
posisi produk, agar posisi suatu produk yang dihasilkan dan dijual berada
dipasar yang sesuai dengan harapan perusahaan.
2)
Keuangan dan akuntansi
Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktorfaktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahaan
memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang.
3)
Kegiatan produksi-operasi
Kegiatan produksi-operasi perusahaan paling tidak dapat dilihat dari
keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.
4)
Sumber daya manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif dikalangan
karyawan perusahaan.
2.1.5 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (Matrik SWOT)
David (2006:284) dan Sampeadi dan Purwo (2007:371) mengemukakan
bahwa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (Strength-WeaknessOpportunies-Threats) atau SWOT matrik adalah alat untuk mencocokkan yang
penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO
(kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT
(kelemahan-ancaman). Pada matrik ini menggambarkan kekuatan dan kelemahan
secara bersama-sama dipadukan dengan peluang serta ancaman sehingga hakekat
SWOT adalah berusaha secra bersama-sama memaksimalkan kekuatan dan
peluang dengan meminimalkan ancaman dan kelemahan. Menurut Nurmianto,
dkk (2004:50) mengatakan bahwa analisa SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman bagi perusahaan.
Mencocokkan faktor internal dan eksternal kunci adalah bagian yang
paling sulit dalam mengembangkan matrik SWOT dan membutuhkan penilaian
yang baik. Matrik SWOT dibuat dengan menyesuaikan setiap faktor eksternal dan
internal kunci satu sama lain sehingga diperoleh alternatife strategi berbeda yang
dikategorikan dalam empat tipe strategi tersebut. Alternatif strategi yang memiliki
bentuk dan tipe yang sama dikelompokkan dan hasilnya disesuaikan dengan
matrik IE (Ginting, 2006:3).
Menurut Kotler (2005:356) pengertian dari pada analisis SWOT adalah
sebagai berikut:
1) Strenght (kekuatan) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan
relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan yang
dapat dilayani atau hendak dilayani.
2) Weaknesses (kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius
menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
3) Opportunies (peluang) yaitu suatu situasi utama yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan. Perubahan-perubahan dalam keadaan
bersaing, atau peraturan, perubahan teknologi, serta hubungan pembeli dan
pemasok yang diperbaiki dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
4) Threats (ancaman) adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar
yang lambat, daya tawar pembeli, perubahan teknologi dan peraturan baru
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan.
Berdasarkan pengertian SWOT tersebut maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa analisis SWOT merupakan suatu analisis yang dapat
digunakan untuk merumuskan strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan untuk
mencapai tujuan.
2.1.6 Matrik Internal Eksternal (Matrik IE)
Matrik Internal Eksternal dikembangkan dari model GE (General Electric)
yang mana pada penelitian yang dilakukan oleh Remiasa (2005:16) mengatakan
bahwa dasar dari matrik internal eksternal adalah matrik EFI (Evaluasi Faktor
Internal) dan matrik EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) yang dikombinasikan dalam
sebuah model matrik. Sanal (2007:87) mengemukakan bahwa Matrik Internal
External bermanfaat untuk menentukan posisi dan arah strategi suatu perusahaan
ke dalam matrik dengan cara memberikan bobot dan nilai dari masing-masing
faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan strategi dalam perusahaan.
Setelah jumlah EFE dan IFE diketahui maka dibuatlah matrik IE untuk
mengetahui posisi perusahaan dalam sel yang terdiri atas 9 (sembilan) sel.
Matrik EFI (evaluasi faktor internal) dan matrik EFE (evaluasi faktor
eksternal) adalah suatu alat manajemen yang dapat digunakan untuk
memformulasikan strategi. Matrik EFI digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) yang dianggap penting bagi bisnis perusahaan. Sedangkan matrik EFE
digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan
dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) bagi bisnis perusahaan.
Langkah-langkah dalam menyusun matrik internal eksternal (matrik IE) antara
lain:
1) Melakukan analisis lingkungan eksternal melalui matrik EFE (Evaluasi
Faktor Eksternal) dan analisis lingkungan internal melalui matrik EFI
(Evaluasi Faktor Internal). Tahapan-tahapannya adalah:
(1) Mengidentifikasi faktor strategis eksternal dan faktor strategis
internal yang dapat menjadi peluang atau ancaman maupun kekuatan
dan kelemahan bagi perusahaan.
(2) Memberikan
bobot
(weight)
yang
mengindikasikan
tingkat
kepentingan dari pengaruh faktor-faktor strategis internal eksternal
tersebut terhadap kesuksesan perusahaan. Semakin besar pengaruh
faktor strategisnya maka diberikan nilai semakin besar dan semakin
kecil pengaruhnya terhadap perusahaan maka bobot yang diberikan
semakin rendah dengan total bobot adalah 1,00 (satu).
(3) Memberikan rating atau penilaian terhadap faktor-faktor strategis
internal dan eksternal toko sepeda Rodalink yang menunjukkan
kondisi lingkungan internal eksternal perusahaan. Pemberian rating
menggunakan skala likert dengan skala 1 (satu) sampai 4 (empat).
Dengan ketentuan apabila rata-rata rating responden lebih tinggi dari
2,5 maka merupakan peluang atau kekuatan. Sedangkan apabila ratarata rating dibawah 2,5 maka merupakan ancaman dan kelemahan
bagi perusahaan.
(4) Mengalikan bobot dengan rating dari masing-masing faktor strategis
internal dan eksternal untuk memperoleh nilai EFE yang diberi bobot
dan nilai EFI yang diberi bobot. Kemudian menjumlahkan masing-
masing nilai EFI dan nilai EFE yang diberi bobot sehingga diperoleh
total nilai EFI yang diberi bobot dan total nilai EFE yang diberi
bobot.
Menempatkan hasil yang diperoleh dari analisis EFI dan EFE dalam matrik
internal eksternal (matrik IE), dimana total nilai EFI yang diberi bobot berada
pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Titik
pertemuan antara sumbu x dan sumbu y dalam matrik IE mengindikasikan strategi
yang sebaiknya diterapkan oleh perusahan
Gambar 2.1 Matrik Internal Eksternal
Sumber: David, 2004:305
Matrik IE didasarkan atas dua dimensi kunci, yaitu total nilai EFI yang
diberi bobot pada sumbu x, dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y.
Titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y pada matrik IE mengindikasikan
strategi perusahaan yang dapat diterapkan. Tujuan penggunaan model ini adalah
untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat korporat yang lebih detail. Pada sumbu
x matrik IE, total nilai EFI yang dibobot 1,0 - 1,99 menunjukkan posisi internal
adalah lemah, nilai 2,0 - 2,99 dianggap rata-rata, dan nilai 3,0 - 4,0 dianggap kuat.
Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 - 1,99
dianggap rendah, nilai 2,0 - 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 - 4,0 dianggap
tinggi.
David (2004:303) dan Remiasa (2005:16) menyatakan bahwa matrik IE
dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi berbeda
antara lain:
1) Divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat disebut tumbuh dan
membangun. Strategi yang dapat digunakan dalam divisi ini adalah:
(1) Strategi intensif, meliputi:
a.
Penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar
untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui
usaha pemasaran yang lebih gencar.
b.
Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau
jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru.
c.
Pengembangan
produk,
yaitu
mencoba
meningkatkan
penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah
ada atau mengembangkan yang baru
(2) Strategi integrasi, meliputi
a.
Integrasi
kebelakang,
yaitu
mencoba
memiliki
atau
meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.
b.
Integrasi kedepan, yaitu memiliki atau meningkatkan kendali
atas distributor atau pengecer.
c.
Integrasi
horisontal,
yaitu
mencoba
memiliki
atau
meningkatkan kendali atas para pesaing.
2) Divisi yang masuk dalam sel III, V, dan VII paling baik dikelola dengan
strategi
pertahankan
dan
pelihara.
Strategi
penetrasi
pasar
dan
pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum dilakukan
untuk jenis-jenis divisi ini.
3) Divisi yang masuk ke sel VI, VIII, atau IX, paling baik dikelola dengan
strategi panen dan divestasi (menjual suatu divisi atau bagian dari suatu
organisasi)
Penjelasan dari masing-masing sel dari kesembilan sel dalam matrik IE
menurut David (2002:306) dalam Remiasa (2005:16) adalah sebagai berikut:
1) Sel I, strategi lindungi posisi, yaitu:
(1) Berinvestasi untuk tumbuh secepat yang dapat dipikirkan.
(2) Pusatkan usaha dalam mempertahankan kekuatan
2) Sel II, strategi investasi untuk tumbuh, yaitu:
(1) Rebut kepemimpinan.
(2) Tumbuh selektif berdasarkan kekuatan.
(3) Perkuat daerah rapuh.
3) Sel III, strategi tumbuh selektif, yaitu:
(1) Berkonsentrasi pada kekuatan terbatas.
(2) Cari jalan mengurangi kelemahan.
(3) Menarik diri kalau tidak ada tanda bisa tumbuh langsung
4) Sel IV, strategi tumbuh selektif, yaitu:
(1) Berinvestasi secara besar-besaran pada segmen yang paling menarik.
(2) Bangun kekuatan untuk menghadapi persaingan
(3) Tingkatkan laba dengan menaikkan produktifitas.
5) Sel V, strategi selektif kelola untuk laba, yaitu:
(1) Lindungi program yang ada.
(2) Pusatkan investasi pada segmen dengan laba yang baik dan resiko
rendah.
6) Sel VI, strategi perluasan terbatas atau panen, yaitu
(1) Cari jalan untuk perluasan dengan resiko rendah, kalau tidak,
kurangi investasi dan rasionalisasi operasi.
7) Sel VII, strategi lindungi dan kembali memusatkan perhatian, yaitu:
(1) Kelola untuk laba sekarang.
(2) Pusatkan perhatian pada segmen yang menarik.
(3) Pertahankan kekuatan yang ada.
8) Sel VIII, strategi kelola untuk laba, yaitu:
(1) Lindungi posisi pada segmen yang paling menguntungkan.
(2) Perbaharui lini produk.
(3) Kurangi investasi.
9) Sel IX, strategi lepaskan, yaitu:
(1) Jual pada saat nilai kas maksimal.
(2) Kurangi biaya tetap dan hindari investasi sementara.
2.1.7 Strategi dan Tingkatan Strategi
Pengertian strategi menurut Glueck, at all (1999:12) adalah suatu rencana
yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan keunggulan strategi
perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat
oleh perusahaan. Sedangkan Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti (2005:4),
menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Strategi
menurut George Day dalam Keegan (2003:15) adalah tindakan yang terintegrasi
dalam mengajar keunggulan kompetitif.
Marrus dalam Kurniawati dan Dian
(2009:180) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Sedangkan Hamel dan Prahalad dalam Kurniawati dan Dian (2009:180)
mendefenisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut Siagian dalam
Kurniawati dan Dian (2009:180) menyatakan bahwa manajemen strategik
merupakan sesuatu yang dinamis karena berlangsung secara terus-menerus dalam
suatu organisasi.
Menurut Hayes dan Wheelwright dalam Tjiptono (1997:4) dan Remiasa
(2005:15) mengatakan bahwa dalam suatu perusahaan terdapat tiga tingkatan
strategi yaitu: strategi tingkat korporasi, strategi tingkat unit bisnis, dan strategi
tingkat fungsional.
1) Strategi tingkat korporasi
Strategi tingkat korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang
mengatur kegiatan dan operasi organisasi yang memiliki lini atau unit
bisnis yang lebih dari satu. Kata kunci dalam strategi tingkat korporasi ini
adalah mengenai bisnis apa yang sedang digeluti oleh perusahaan, apa
sasaran dan harapan dari bisnis tersebut, dan bagaimana mengalokasikan
sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran tersebut. Menurut Andrews
dalam Rangkuti (2005:10) strategi korporat adalah strategi yang disusun
dalam suatu bisnis dimana perusahaan akan menjadi competitive
advantage.
Masalah yang cukup krusial dari strategi korporat ini adalah
menentukan bisnis apa yang akan dikembangkan, bisnis apa yang ingin
dipertahankan, dan bisnis apa yang ingin dilepaskan. Menurut Kenichi
dalam Rangkuti (2005:10) penetapan strategi korporat harus didasarkan
kepada keinginan konsumen, baru setelah itu perusahaan membuat produk
atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Strategi
pada tingkat korporat ini merupakan landasan dan acuan untuk
penyusunan strategi-trategi di tingkat yang lebih rendah.
2) Strategi tingkat unit bisnis
Strategi ini lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan dan operasi suatu
bisnis tertentu. Pada dasarnya strategi pada tingkat ini berupaya untuk
menentukan pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh suatu bisnis
terhadap pasarnya dan bagaimana melaksanakan pendekatan tersebut
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan dalam kondisi pasar
tertentu. Hal pokok dalam tingkat ini adalah bagaimana bisnis perusahaan
bersaing dalam pasarnya, produk atau jasa apa yang baru ditawarkan,
pelanggan
sasaran
mana
yang
akan
dilayani,
dan
bagaimana
mendistribusikan sumber daya dalam bisnis tersebut. Menurut Hitt, at all
(2001:160) ada beberapa tipe-tipe strategi unit bisnis yaitu :
(1) strategi kepemimpinan biaya
strategi kepemimpinan biaya adalah serangkaian tindakan integratif
yang dirancang untuk memproduksi atau mengirimkan barangbarang atau jasa pada biaya yang paling rendah, relatif terhadap para
pesaing, dengan ciri-ciri yang dapat diterima oleh para pelanggan.
(2) strategi diferensiasi
strategi diferensiasi adalah serangkaian tindakan integratif yang
dirancang untuk memproduksi barang dan jasa yang dianggap para
pelanggan berbeda dalam hal-hal yang penting bagi mereka. Strategi
diferensiasi memusatkan diri pada investasi dan pengembangan ciri
yang terus-menerus, dan bukan fokus pada biaya, yang membedakan
barang dan jasanya. Suatu perusahaan yang menggunakan strategi
diferensiasi berusaha berbeda dari para pesaingnya dalam sebanyak
mungkin dimensi. Sebuah produk dapat didiferensiasi dalam
sejumlah cara yang tak terbatas seperti: bentuk-bentuk yang tak
biasa, jasa pelanggan yang responsif, inovasi produk yang cepat,
kepemimpinan teknologi, prestis, status, rasa yang berbeda, dan
rekayasa teknologi di bidang desain dan kinerja.
(3) strategi fokus
strategi fokus adalah serangkaian tindakan intergratif yang dirancang
untuk memproduksi atau mengirimkan barang-barang dan jasa yang
melayani kebutuhan segmen pasar. Perusahaan dapat menciptakan
nilai bagi pelanggan dalam segmen pasar yang unik dan spesifik,
dengan menggunakan satu dari dua strategi fokus yang berbeda yaitu
kepemimpinan biaya fokus dan diferensiasi fokus.
3) Strategi tingkat fungsional
Menurut Tjiptono (1997:5), strategi tingkat fungsional merupakan strategi
dalam kerangka fungsi-fungsi manajemen (secara tradisional terdiri atas
riset dan pengembangan, keuangan, produksi dan operasi, pemasaran,
personalia / sumber daya manusia) yang dapat mendukung strategi tingkat
unit bisnis. Strategi fungsional umumnya lebih terperinci dan memiliki
jangka waktu lebih pendek daripada strategi organisasi. Tujuan
pengembangan strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasikan
tujuan jangka pendek, menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pencapaian tujuan tersebut. Strategi fungsional perlu
dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik
kepentingan dalam organisasi.
Menurut Rangkuti (2005:14), strategi fungsional lebih bersifat
operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi
manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi
manajemen pemasaran, fungsi manajemen produksi atau operasional,
fungsi manajemen keuangan, dan fungsi manajemen sumber daya
manusia.
2.1.8 Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan
kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi saat ini serta mengukur seberapa
besar target pasar yang diinginkan oleh perusahaan serta menentukan pasar mana
yang paling cocok dan menguntungkan untuk dilayani oleh perusahaan,
menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar
tersebut.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang,
dan mendapatkan laba. Arti pemasaran sering disamakan dengan pengertian
penjualan, perdagangan, dan distribusi, padahal istilah tersebut hanya merupakan
bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan (Natalia, 2005:1). Harvey dan
Denton dalam Trim dan Yang-Im (2008:230) menyatakan bahwa pemasaran
sangatlah penting dalam suatu perusahaan untuk memasarkan produk maupun jasa
yang ditawarkan, namun perusahaan harus memperhatikan lingkungan pangsa
pasarnya serta mengikuti selera dan tuntutan maupun permintaan konsumen dalam
memenuhi kebutuhan konsumennya, hal tersebut bertujuan agar perusahaan dapat
mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasarnya. Jadi pemasaran
merupakan faktor penting yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan
konsumen. Swastha (2000 : 4) menyatakan pemasaran sebagai suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Tull dan Kahle dalam Tjiptono (1997:6) mendefinisikan strategi
pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dalam program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Sedangkan menurut Kotler dan
David (2002:59 dan 2006:17) dalam Sampeadi dan Purwo (2007:370)
mengatakan bahwa strategi pemasaran adalah tindakan potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen dan sumberdaya perusahaan untuk
memenangkan persaingan dan mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama
perusahaan adalah untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin disamping
usahanya untuk memenuhi keinginan konsumen. Pada umumnya strategi
pemasaran yang berhasil ditentukan oleh satu atau beberapa variabel dalam
marketing mix atau bauran pemasaran.
Kotler (2002:93) dalam Remiasa (2005:16) mendefinisikan bauran
pemasaran atau marketing mix sebagai seperangkat variabel pemasaran yang dapat
dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang
diinginkan pasar sasaran. Ekinyele (2010:61) menyatakan bauran pemasaran
merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan yakni produk, harga, promosi dan saluran
pemasaran. Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling
berhubungan sehingga perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat melaksanakan
tugas pemasaran dengan efektif. Keempat variabel-variabel bauran pemasaran
tersebut akan diuraikan secara singkat sebagai berikut.
1) Produk (product)
Menurut Tjiptono (1997:95), produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan
produsen
untuk
diperhatikan,
diminta,
dicari,
dibeli,
digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan
pasar yang bersangkutan. Lebih lanjut menurut Tjiptono (1997:109) secara
garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis atau
kategori yaitu:
(1) strategi positioning produk
strategi positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan
diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran sehingga
terbentuk citra (image) merek atau produk yang lebih unggul
dibandingkan merek atau produk pesaing. Sunhilde dan Simona
(2007) menyatakan bahwa strategi positioning mengacu pada
perbedaan aktivitas yang dilakukan oleh para pesaing atau aktivitas
yang sama namun dengan cara yang berbeda. Hogarth-Scott
(1999:668) menyatakan bahwa merek (brand) suatu produk
sangatlah berperan penting dalam pembentukan citra (image) dari
pada suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen yang
berdampak pada positioning produk tersebut serta kepemimpinan
dari pada suatu merek produk tersebut. Paling tidak ada tujuh
pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning
produk.
a.
Positioning berdasarkan atribut (attribute positioning)
b.
Positioning berdasarkan harga dan kualitas (price and quality
positioning)
c.
Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi
(use / application positioning)
d.
Positioning berdasarkan pemakai produk (user positioning)
e.
Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (product class
positioning)
f.
Positioning
berkenaan
dengan
pesaing
(competitor
positioning)
g.
Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning).
(2) strategi repositioning produk
strategi repositioning produk dilaksanakan dengan jalan meninjau
kembali posisi produk dan bauran pemasaran saat ini, serta berusaha
mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk tersebut. Tujuan
strategi ini adalah untuk meningkatkan kelangsungan hidup produk
dan untuk mengoreksi kesalahan penentuan posisi sebelumnya.
Strategi ini dibutuhkan bilamana terjadi salah satu dari empat
kemungkinan berikut (Tjiptono, 1997:113).
a.
Ada pesaing yang masuk dan produknya diposisikan
berdampingan dengan merek perusahaan, sehingga membawa
dampak buruk terhadap pangsa pasar perusahaan.
b.
Preferensi konsumen telah berubah.
c.
Ditemukan kelompok preferensi pelanggan baru, yang diikuti
dengan peluang yang menjanjikan.
d.
Terjadi kesalahan dalam positioning sebelumnya.
(3) strategi overlap produk
strategi overlap produk adalah strategi pemasaran yang menciptakan
persaingan terhadap merek tertentu milik perusahaan sendiri. Tujuan
dari penerapan strategi ini adalah sebagai berikut.
a.
Untuk menarik lebih banyak pelanggan pada produk sehingga
meningkatkan pasar keseluruhan.
b.
Agar dapat bekerja pada kapasitas penuh.
c.
Untuk menjual kepada para pesaing, sehingga dapat
merealisasikan skala ekonomis dan pengurangan biaya.
(4) strategi lingkup produk
strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk
suatau perusahaan, misalnya jumlah lini produk dan banyaknya item
dalam setiap lini yang ditawarkan. Strategi ini ditentukan dengan
memperhitungkan misi keseluruhan dari unit bisnis. Perusahaan
dapat menerapkan strategi produk tunggal, strategi multi produk,
atau strategi system of products.
(5) strategi desain produk
strategi ini berkaitan dengan standarisasi produk. Perusahaan
mempunyai tiga pilihan strategi yaitu sebagai berikut.
a.
Produk standar, untuk meningkatkan skala ekonomis
perusahaan melalui produksi massa.
b.
Custumized product (produk disesuaikan dengan kebutuhan
dan keinginan pelanggan tertentu) untuk bersaing dengan
produsen
produksi
massa
(produk
standar)
melalui
fleksibilitas produk
c.
Produk standar dengan modifikasi, untuk mengkombinasikan
manfaat dari strategi produk standar dan strategi custumized
product.
(6) strategi eliminasi produk
pada hakikatnya produk yang tidak sukses atau tidak sesuai dengan
portofolio produk perusahaan perlu dihapuskan, karena bisa
merugikan perusahaan yang bersangkutan, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Strategi eliminasi produk dilaksanakan
dengan jalan mengurangi jumlah portofolio produk yang dihasilkan
unit bisnis perusahaan, baik dengan jalan memangkas jumlah produk
dalam suatu rangkaian/lini atau dengan jalan melepaskan suatu divisi
atau bisnis. Tujuan utama strategi eliminasi produk ini adalah untuk
membentuk
bauran/paduan
produk
yang
paling
baik
dan
menyeimbangkan bisnis secara keseluruhan. Terdapat tiga alternatif
strategi eliminasi produk.
a.
Harvesting, merupakan strategi memerah atau menyedot
segala kemungkinan arus kas masuk selagi produk yang
bersangkutan masih ada.
b.
Penyederhanaan lini produk, dalam strategi ini lini produk
dipangkas menjadi lebih sedikit dan lebih mudah dikelola.
c.
Total line investment, strategi ini dilakukan dengan
melepaskan produk yang tidak berkembang atau tidak
memenuhi rencana strategis perusahaan.
(7) strategi produk baru
pengertian produk baru dapat meliputi produk orisinil, produk yang
disempurnakan, produk yang dimodifikasi, dan merek baru yang
dikembangkan melalui usaha riset dan pengembangan. Umumnya
tujuan yang ingin dicapai dari penciptaan produk baru adalah untuk
memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan
sebagai inovator (strategi ofensif), dan untuk mempertahankan daya
saing terhadap produk yang sudah ada yaitu dengan jalan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan yang
baru berupa tambahan lini produk yang sudah ada maupun revisi
terhadap produk (strategi defensif).
Dalam strategi
produk baru
terdapat
tiga
alternatif,
yaitu
penyempurnaan atau modifikasi produk, produk imitasi/tiruan, dan
inovasi produk.
(8) strategi diversifikasi
diversifikasi adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau
pasar
yang
baru,
atau
keduanya,
dalam
rangka
mengejar
pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas.
2) Harga (price)
Menurut Tjiptono (1997:151) harga merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan. Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu
tujuan berorientasi pada laba, berorientasi pada volume, berorientasi pada
citra, dan tujuan stabilitas harga. David dalam Rindrayani dan Astiham
(2007:433) menyatakan bahwa “harga juga membantu penentuan posisi
produk atau jasa”. Reaksi konsumen terhadap alternative harga, biaya
produk, harga pesaing, serta faktor hukum dan etika lainnya meningkatkan
fleksibelitas manajemen dalam menetapkan harga". Harga dapat pula
ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan
loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari
campur tangan pemerintah. Tujuan-tujuan penetapan harga tersebut
memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan.
Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi
delapan kelompok yaitu sebagai berikut.
1) Strategi penetapan harga produk baru
Harga yang ditetapkan atas suatu produk baru harus dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan pasar. Pada
hakikatnya ada dua strategi pokok dalam menetapkan harga produk
baru yaitu skimming pricing (menetapkan harga tinggi pada suatu
produk baru) dan penetration pricing (harga ditetapkan relatif rendah
pada tahap awal product life cycle, tujuannya adalah agar dapat
meraih pangsa pasar yang besar yang sekaligus menghalangi
masuknya para pesaing.
2) Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus
selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk-produknya
yang sudah ada di pasar seperti adanya perubahan dalam lingkungan
pemasaran, misalnya ada pesaing besar yang menurunkan harganya.
Selain itu adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadi perubahan
selera konsumen.
Dalam melakukan penilaian kembali terhadap strategi penetapan
harga yang telah dilakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif
strategi, yaitu mempertahankan harga, menurunkan harga, dan
menaikkan harga.
3) Strategi fleksibilitas harga
Strategi penetapan harga fleksibel merupakan strategi pembebanan
harga yang berbeda untuk produk yang kualitasnya sama. Tujuan
strategi ini adalah untuk memaksimalkan laba jangka panjang dan
memberikan
keluwesan
dengan
jalan
memungkinkan
setiap
penyesuaian, baik ke bawah maupun keatas terhadap harga.
4) Strategi penetapan harga lini produk
Strategi ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga suatu lini
produk berdasarkan hubungan dan dampak setiap produk terhadap
lininya, apakah kompetitif atau komplementer. Tujuannya adalah
memaksimalkan laba dari keseluruhan lini produk.
5) Strategi leasing
Leasing merupakan suatu kontrak persetujuan antara pemilik aktiva
(lessor) dan pihak kedua yang mamanfaatkan aktiva tersebut (lessee)
dalam jangka waktu tertentu dengan tingkat return tertentu.
6) Strategi bundling-pricing
Strategi ini mamasukkan margin ekstra dalam harga untuk menutupi
bermacam-macam fungsi dan jasa pendukung yang dibutuhkan untuk
menjual dan mempertahankan produk selama masa manfaatnya.
Strategi yang biasa disebut dengan istilah iceberg pricing ini banyak
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang juga menerapkan
strategi leasing.
7) Strategi kepemimpinan harga
Strategi ini digunakan oleh pemimpin pasar (market leader) dalam
suatu industri untuk melakukan perubahan harga yang diikuti oleh
perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Tujuannya
adalah untuk melakukan pengendalian terhadap keputusan penetapan
harga
dalam
industri
yang
mendukung
strategi
pemasaran
perusahaan pemimpin, misalnya barrier to entry, meningkatkan
majin laba, dan lain-lain.
8) Strategi penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar.
Strategi ini dilaksanaakan dengan jalan menetapkan harga serendah
mungkin untuk produk baru. Tujuannya adalah untuk meraih pangsa
pasar yang besar sehingga perusahaan mampu memiliki keunggulan
biaya dan pasarnya tidak dapat dikuasai oleh pesaing.
3) Distribusi
Tjiptono (1997:185) menyatakan bahwa secara garis besar, pendistribusian
dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar
dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis,
jumlah, harga, tempat, dan saat yang dibutuhkan). Dengan kata lain, proses
distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
(1) menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu,
dan kepemilikan.
(2) memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow)
secara fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran
adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Arus pemasaran
tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi,
arus promosi, arus negoisasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus
penanggungan resiko, dan arus pemesanan.
4) Promosi
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran
(Tjiptono, 1997:219). Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran
adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang
sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas
khususnya. Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi
(promotion mix, promotion blend,communication mix) meliputi: personal
selling, mass selling (terdiri dari periklanan dan publisitas), promosi
penjualan, public relations (hubungan masyarakat), dan direct marketing
(Tjiptono, 1997:222).
2.1.9
Keunggulan
Advantage)
Bersaing
Berkelanjutan
(Sustainable
Competitive
Menurut Keegan (2003:5), keunggulan kompetitif atau keunggulan
bersaing adalah tawaran total, dihadapkan pada persaingan yang relevan, yang
lebih menarik pelanggan. Keunggulan tersebut dapat muncul dalam unsur apapun
yang ditawarkan oleh perusahaan. Keunggulan bersaing adalah sesuatu yang
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba lebih tinggi daripada laba
rata-rata (Tjiptono, 1997:13). Sedangkan Varandarajan dalam Remiasa (2005:15)
menyatakan bahwa keunggulan bersaing merupakan suatu strategi bersaing yang
digambarkan dalam suatu tindakan yang terintegrasi yang diambil dan
dilaksanakan oleh perusahaan yang mendukung dalam menghasilkan suatu
keuntungan diatas para pesaingnya. Matlay dan Hina (2009:769) menyatakan
bahwa keunggulan bersaing dalam penerapan strategi perusahaan secara tidak
langsung dapat menciptakan mata rantai antara kekuatan pekerja atau sumberdaya
manusia dan strategi yang diterapkan dalam melakukan persaingan secara efisien
dan efektif yang dapat menghasilkan suatu keberhasilan yang berkelanjutan dalam
suatu perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas, mutu serta keunggulan bersaing
yang berkelanjutan dalam jangka panjang yang dimiliki dalam suatu perusahaan,
maka perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan para pelanggannya serta
harus menunjukkan kemampuan mereka dalam membaca dan memahami
keinginan serta selera konsumennya. Selain itu juga perusahan harus
memingkatkan kualiatas pelayanan agar lebih baik lagi dari sebelumnya untuk
menciptakan dan memelihara hubungan antar perusahaan dengan para pelanggan
atau konsumennya (Jay dan Ria, 1999:51) Keunggulan bersaing memiliki lima
karakteristik yaitu sebagai berikut.
1) Kompetensi khusus
Keunggulan bersaing merupakan hal khusus yang dimiliki atau dilakukan
perusahaan yang memberinya kekuatan untuk menghadapi pesaing.
Kompetensi ini bisa berwujud merek yang menimbulkan persepsi kualitas
tinggi atau dominasi atas saluran distribusi.
2) Menciptakan persaingan tidak sempurna
Pada hakikatnya keunggulan bersaing diperoleh dengan menciptakan
persaingan yang tidak sempurna. Per definisi, tidak ada keunggulan
bersaing dalam
persaingan
sempurna,
karena
semua
perusahaan
menghasilkan produk yang serupa. Akibatnya tidak ada pemimpin pasar
(market leader) dan perusahaan-perusahaan lain dapat keluar masuk pasar
semaunya. Pemasar dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan jalan
beralih dari atau menghindari pasar persaingan sempurna. Cara yang dapat
dilakukan bisa berupa diferensiasi produk, memberikan kualitas yang
tinggi, atau menekankan aspek keunikan merek.
3) Berkesinambungan
Keunggulan bersaing harus bersifat berkesinambungan, bukan sementara.
Keunggulan bersaing yang baik adalah yang tidak mudah ditiru oleh
pesaing. memang hal ini sulit dilakukan, tetapi bila berhasil maka
kesuksesan perusahaan dapat bertahan lama.
4) Kesesuaian dengan lingkungan eksternal
Keunggulan bersaing dapat diraih dengan pemenuhan kebutuhan pasar
secara lebih baik. Lingkungan eksternal bisa merupakan peluang dan
sekaligus ancaman bagi setiap perusahaan. Adanya perubahan pasar bisa
meningkatkan kekuatan suatu perusahaan dan meningkatkan kelemahan
perusahaan lainnya.
5) Laba yang lebih besar daripada laba rata-rata dalam industri
Sasaran akhir keunggulan bersaing adalah untuk memperoleh laba yang
lebih besar daripada laba rata-rata. Dengan menghindari model persaingan
sempurna, memfokuskan kekuatan untuk menyerang kelemahan pesaing,
dan dengan memenuhi kebutuhan lingkungan eksternal secara lebih baik,
maka perusahaan dapat mempengaruhi pasarnya. Porter dalam Tjiptono
(1997:14) menyatakan bahwa sasaran keunggulan bersaing adalah untuk
menciptakan posisi yang profitable dan sustainable guna mengatasi
kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan suatu industri, yaitu
persaingan antar perusahaan yang ada dalam suatu industri, kekuatan
tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman
masuknya pendatang baru, dan ancaman produsen produk substitusi.
Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan yang berkesinambungan
hanya bila konsumen merasakan adanya perbedaan antara produk perusahaan dan
pesaingnya, perbedaan tersebut muncul karena adanya gap kapabilitas, dan gap
tersebut dapat dipertahankan. Gary Hamel dan Prahalad dalam Keegan (2003:21)
menyatakan bahwa hanya beberapa keunggulan bersaing yang dapat bertahan
lama. Tetap mempertahankan keunggulan yang sudah ada tidak sama dengan
membina keunggulan baru. Inti dari strategi terletak pada menciptakan
keunggulan bersaing di masa depan lebih cepat daripada tiruan pesaing.
Kemampuan sebuah organisasi untuk memperbaiki ketrampilan yang ada dan
mempelajari ketrampilan baru merupakan keunggulan bersaing yang paling dapat
dipertahankan dari semuanya.
Hermawan Kartajaya dalam Keegan (2003:28) mengemukakan bahwa
untuk dapat bertahan, perusahaan memerlukan seperangkat strategi dan alat baru.
Mereka membutuhkan seperangkat pedoman prinsip yang akan menciptakan
keunggulan kompetitif terus menerus (berkesinambungan). Sedangkan Porter
(1996) dalam Daneshvar dan Rames (2010:8) berargumen bahwa ilmu teknologi
serta keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan sangatlah besar pengaruhnya
terhadap aktivitas perusahaan dalam pelaksanaan strategi untuk menciptakan
keunggulan kompetitif serta mempertahankan keunggulan yang dimiliki oleh
perusahaaan baik apapun itu jenis perusahaannya. Mereka perlu menjadi generasi
penerus yang menjadi suatu perusahaan baru yaitu perusahaan pemasaran.
Perusahaan pemasaran tidak hanya perusahaan yang mendorong pasar dan
berorientasi pada pasar. Perusahaan pemasaran adalah suatu organisasi yang
mengadopsi 18 pedoman prinsip yang disimbolkan dengan The “M” House, yaitu
house yang menopang pendorong perubahan eksternal dan internal, permintaan
konsumen yang semakin banyak dan bahkan juga pesaing yang lebih dasyat.
Prinsip perusahaan pemasaran tersebut terdiri dari tiga prinsip pendiri,
tiga prinsip puncak, tiga prinsip penciptaan nilai, tiga prinsip strategi
pemasaran,
tiga
prinsip
taktis
pemasaran,
dan
prinsip
untuk
menyeimbangkan prinsip-prinsip yang ada. Kedelapan belas pedoman prinsip
dari perusahaan pemasaran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Prinsip perusahaan, dimana pemasaran adalah konsep bisnis strategi.
Dalam era ekonomi global, konsep pemasaran tradisional tidak berlaku
lagi di dalam persaingan pasar karena perusahaan ditekan oleh
pendorong perubahan eksternal seperti teknologi, ekonomi, dan
pasar, serta karena mereka menghadapi perubahan organi sasi
internal mereka sendiri (pemegang saham, orang-orang, dan budaya
organisasi).
Pemasaran
tidak
lagi
hanya
tentang
penjualan,
periklanan, atau bahkan 4P yang diperkenalkan oleh Jerome
McCarthy. Pemasaran harus menjadi konsep bisnis strategis dalam
perusahaan. Pemasaran menjadi strategis karena harus dirumuskan
oleh
manajemen
puncak,
orientasinya
jangka
panjang,
mengemudikan arah perusahaan, dan memegang tanggung jawab
dalam menciptakan konsumen bisnis yang loyal (internal, eksternal,
dan pelanggan serta investor).
2) Prinsip komunitas, dimana pemasaran adalah bisnis setiap orang. Semua
orang dalam perusahaan pemasaran membentuk suatu komunitas.
Meskipun pekerjaan mereka tidak selalu tepat sama, tanggung
jawab untuk menciptakan loyalitas konsumen menjadi tema sentral
dari pekerjaan mereka. Setiap orang adalah pemasar, apapun
deskripsi pekerjaannya
3) Prinsip persaingan, dimana perang pemasaran adalah perang nilai.
Perusahaan pemasaran tidak mengejar keuntungan jangka pendek,
tetapi menciptakan nilai pelanggan untuk menjalin hubungan
dengan pelanggan dalam jangka panjang. Dengan menciptakan
nilai
bagi
pelanggan
secara terus-menerus dan konsisten,
perusahaan pemasaran akan menghasilkan keuntungan. Oleh karena
itu, perbaiki nilai bagi pelanggan untuk memenangkan perang
pemasaran.
4) Prinsip mempertahankan, yaitu konsentrasi pada loyalitas, tidak hanya
kepuasan. Karena perang pemasaran sekarang ini menjadi perang
nilai dan karena dalam persaingan di industri menjadi persaingan
nilai, tidak cukup bagi perusahaan pemasaran hanya berkonsentrasi
pada kepuasan pelanggan semata. Sasaran pokok dari perusahaan
pemasaran seharusnya adalah loyalitas pelanggan karena kita
memasuki era pilihan
(era of choices).
perusahaan
adalah
pemasaran
loyalitas
Tujuan akhir dari
pelanggan.
Loyalitas
pelanggan telah menjadi target penggerak, dan setiap perusahaan
pemasaran harus mengejar persaingan.
5) Prinsip integrasi, yaitu konsentrasi pada diferensiasi, tidak hanya rata-rata.
Agar perusahaan pemasaran menciptakan dasar loyalitas pelanggan
seperti disebutkan diatas, perusahaan harus berkonsentrasi pada
konsumen secara individual. Prinsip itu menuntut perusahaan untuk
membangun hubungan yang akrab dengan pelanggan, cukup akrab
untuk belajar tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan
cukup dekat untuk memahami ekspektasi pelanggan. Dalam
persaingan yang semrawut, setiap pelanggan akan menjadi unik
(semua pelanggan tidak diciptakan sama). Tidak ada pelanggan
rata-rata. Untuk membangun loyalitas pelanggan, perusahaan harus
berkonsentrasi pada diferensiasi, tidak hanya pada rata -rata
6) Prinsip antisipasi, konsentrasi pada kegiatan proaktif, tidak hanya reaktif.
Perusahaan pemasaran harus siap terhadap adanya perubahan.
Harus bisa beradaptasi dengan keadaan industri saat ini, bahkan
juga harus bisa mengantisipasi setiap perubahan dan proaktif dalam
mengikuti perubahan itu. Untuk menjadi kompetitif, perusahaan
harus siap untuk berubah di dalam lingkungannya.
7) Prinsip merek, dengan mengabaikan jebakan komoditas. Bagi perusahaan, merek tidak hanya sekedar nama, tidak juga sekedar logo dan
simbol. Merek adalah indikator nilai (value indicator) dari
perusahaan pemasaran. Ini adalah payung yang mewakili produk
atau jasa, perusahaan, orang, atau bahkan negara. Hal ini ditentukan
oleh pengembangan
produk baru
perusahaan,
kepuasan dan
mempertahankan pelanggan, dan rantai nilai manajemen. Melewar
dan
Karaosmanuglu
(2006)
dalam
Yen-Chun
(2009:1555)
menyatakan bahwa suatu merek yang kuat bisa memepengaruhi
konsumen serta mendominasi konsumen dalam pengambilan suatu
keputusan sehingga dapat membantu memaksimalkan laba bagi
peruhasaan.
8) Prinsip
pelayanan,
mengabaikan
jebakan
kategori
bisnis.
Bagi
perusahaan, pelayanan tidak hanya layanan purna jual, layanan
sebelum penjualan, atau bahkan layanan selama proses penjualan.
Pelayanan bukanlah jalan pintas untuk mendapatkan sejumlah
pelanggan, layanan perbaikan, atau layanan pelanggan. Pelayanan
adalah peninggi nilai (value enhance) dari perusahaan pemasaran.
Untuk menciptakan nilai yang abadi dan membangun hubungan
dengan
pelanggan,
apa
yang
ditawarkan
perusahaan
harus
memberikan nilai yang tetap bagi pelanggan.
9) Prinsip proses, mengabaikan jebakan fungsi orientasi. Mengacu pada
proses untuk menciptakan nilai bagi pelanggan yang mencerminkan
kualitas produk, biaya, dan pengiriman dari perusahaan ke
pelanggan. Ini adalah peninggi nilai (value enable) bagi suatu
perusahaan. Prinsip ini menuntut perusahaan untuk menjadi kapten
dari proses rantai persediaan, dari bahan baku menjadi produk jadi,
dengan satu cara yang dapat mempertinggi kegiatan menciptakan
nilai dan mengurangi serta menghapuskan kegiatan yang mengikis
nilai dalam perusahaan.
10) Prinsip segmentasi, memandang pasar secara kreatif. Definisi khusus
dari segmentasi adalah proses segmenting atau pembagian pasar
menjadi beberapa segmen. Namun, bagi kita segmentasi adalah
memandang suatu pasar dengan kreatif. Memetakan suatu pasar
menjadi
beberapa
kategori
dengan
mengumpulkan
perilaku
konsumen yang sama ke dalam suatu segmen. Ini adalah strategi
pemetaan (mapping strategy) dari perusahaan. Segmentasi adalah
suatu seni untuk mengenali dan menunjukkan peluang yang timbul
dalam pasar. Pada saat yang sama, ini merupakan suatu ilmu
pengetahuan
untuk
memandang
pasar
berdasarkan
variabel
geografi, demografi, psikografi, dan perilaku atau bahkan segmen
dari sesuatu.
11) Prinsip targeting, mengalokasikan sumber daya secara efektif. Dalam
definisi tradisional, targeting adalah proses penyeleksian pasar
sasaran yang tepat untuk produk dan jasa perusahaan. Namun, kita
mendefinisikan targeting sebagai strategi untuk mengalokasikan
sumber daya perusahaan dengan efektif. Mengapa? Karena sumb er
daya yang tersedia selalu terbatas.
12) Prinsip positioning, menuntun pelanggan dengan kepercayaan. Dalam
definisi tradisional, positioning adalah strategi untuk mengisi
pikiran konsumen dengan apa yang ditawarkan perusahaan. Namun
dalam prinsip ini kita mendefinisikan positioning sebagai strategi
untuk menuntun pelanggan perusahaan dengan kepercayaan. Ini
tentang bagaimana membentuk kepercayaan dan kompetensi bagi
pelanggan. Jika perusahaan mempunyai elemen-elemen tersebut,
pelanggan kemudian akan mempunyai "sesuatu" tentang perusahaan
atau produk dalam pikiran mereka. Oleh karena itu, positioning
adalah tentang membuat strategi perusahaan atau produk dalam
pikiran
pelanggan.
kepercayaan
Hal
konsumen
itu
untuk
dilakukan
membuat
untuk
mereka
memperoleh
men gikuti
perusahaan dengan rela.
13) Prinsip diferensiasi, mengintegrasikan isi, konteks, dan infrastruktur.
Secara tradisional, diferensiasi adalah perbedaan dalam apa yang
ditawarkan perusahaan. Bagi kita, definisi yang dibuat oleh Philip
Kotler masih berlaku. Kita mendefinisikan perbedaan sebagai
"pengintegrasian, konteks, dan infrastruktur yang kita tawarkan
kepada pelanggan". Produk yang berbeda merupakan taktis inti dari
perusahaan
untuk
mendukung
positioning-nya.
Karenanya,
diferensiasi merupakan taktis inti (core tactic) dari perusahaan
pemasaran.
14) Prinsip bauran pemasaran, mengintegrasikan penawaran, logistik, dan
komunikasi. Bagi banyak praktisi, ini dianggap sebagai keseluruhan
konsep pemasaran. 4P (Product, Price, Place, Promotion), mulamula diperkenalkan oleh Jerome McCarthy, sering dianggap
sebagai prinsip pemasaran yang lengkap. Bagi kita, bauran
pemasaran hanyalah elemen dari taktis pemasaran. Ini juga
merupakan ujung dari bongkahan es bagian yang paling kelihatan
dari suatu perusahaan di dalam pasar. Bagi kita bauran pemasaran
merupakan integrasi dari penawaran, logistik, dan komunikasi.
Penawaran perusahaan, terdiri atas produk dan harga, harus
diintegrasikan secara baik dengan bagian logistik (termasuk saluran
distribusi) dan komunikasi untuk menciptakan tekanan kekuatan
pemasaran di pasar. Karenanya, kita menyebutnya kreasi taktis
(creation
tactic)
dari
perusahaan.
Kenapa?
Karena
bauran
pemasaran harus menjadi kreasi dari diferensiasi isi, konteks, dan
infrastruktur.
15) Prinsip
penjualan,
mengintegrasikan
perusahaan,
pelanggan,
dan
hubungan. Prinsip penjualan tidak mengacu kepada penjualan
individu saja, tidak juga hanya kegiatan penjualan produk ke
konsumen. Apa yang kita maksudkan dengan penjualan adalah
"taktik untuk menciptakan hubungan jangka panjang dengan
pelanggan melalui produk perusahaan." Ini merupakan taktik untuk
mengintegrasikan perusahaan, pelanggan, dan hubungan. Setelah
pengembangan
pemasaran,
strategi
perusahaan
pemasaran
harus
dan
mampu
menciptakan
bauran
menghasilkan
return
keuangan melalui penjualan. Jadi, ini adalah taktik merebut
(capture tactic) dari perusahaan.
16) Prinsip totalitas, menyeimbangkan strategi, taktik, dan nilai. Setelah
memfokuskan
pada
sembilan
elemen
inti
dari
pemasaran
(segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, bauran pemasaran,
penjualan, merek, pelayanan, dan proses) secara individual, dalam
implementasinya,
perusahaan
pemasaran
harus
mampu
menyeimbangkan elemen-elemen tersebut baik secara operasional
maupun secara strategis. Perusahaan pemasaran harus mampu
menyeimbangkan strategi, taktik, dan nilai dalam implementasinya.
Strategi pemasaran adalah bagaimana memenangkan mind share.
Taktik pemasaran adalah bagaimana memenangkan pangsa pasar.
Nilai pemasaran adalah bagaimana memenangkan heart share.
Bersama-sama ketiganya akan memenangkan pikiran dan hati
pelanggan serta pangsa pasar.
17) Prinsip kecerdasan, mengintegrasikan apa, mengapa, dan bagaimana.
Untuk beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif, dinamis,
dimana teknologi, perilaku konsumen, dan perubahan gerakan
pesaing dengan pola yang semrawut, perusahaan harus cerdas agar
bisa bertahan. Pertanyaannya kemudian adalah, "Bagaimana untuk
menjadi cerdas itu?". Dalam prinsip ini, perusahaan yang cerdas
secara terus-menerus terlibat dalam tiga kegiatan utama: Pertama,
secara terus-menerus memonitor gerakan pesaing dan prilaku
konsumen (what). Hal itu membutuhkan intelijen pemasaran dan
sistem informasi untuk menggambarkan lingkungan bisnis. Kedua,
secara terus-menerus menggunakan dan menganalisis informasi
yang dikumpulkan dari tindakan yang pertama untuk mendapatkan
wawasan tentang lingkungan
dikumpulkan
dan
dianalisis,
(why). Ketiga, informasi
dimasukkan
dalam
yang
proses
pengembangan strategis dan taktis (how). Secara sederhana,
perusahaan yang cerdas memonitor, mengamati, dan meninjau
ulang
lingkungan
bisnis
secara
terus-menerus.
Menganalisis
informasi dan menggunakannya untuk merespon dan memiliki lebih
dulu gerakan pesaing. Prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk
mendapat informasi tentang perubahan di dalam pasar. Prinsip ini
memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya menjadi agen
perubahan dan pendorong perubahan, tetapi juga pendobrak
perubahan
(change
surpriser).
Pendobrak
perubahan
adalah
perusahaan yang cerdas. Organisasi yang dapat menyeim bangkan
apa, mengapa, dan bagaimana.
18) Prinsip utilitas, menyeimbangkan masa kini, masa depan, dan gap.
Perusahaan pemasaran tidak hanya menciptakan keuntungan untuk
hari ini dan rugi besok. Tidak hanya berpikir tentang esok, dan
melupakan hari ini. Perusahaan pemasaran tahu secara tepat
mengenai utilitas untuk mengintegrasikan masa kini, masa depan,
dan gap.
2.1.10 Hubungan Strategi Pemasaran dengan Sustainable Competitive
Advantage (Keunggulan Bersaing Berkelanjutan)
Dari pengertian strategi yang dikemukakan oleh George Day dalam
Keegan (2003:15) yang menyatakan bahwa strategi adalah tindakan terintegrasi
dalam mengejar keunggulan kompetitif. Strategi yang sukses membutuhkan
pemahaman atas nilai yang unik yang menjadi keunggulan kompetitif perusahaan.
Perusahaan akhirnya sukses karena kemampuan mereka melaksanakan aktivitas
spesifik yang lebih baik dari pesaing mereka. Strategi pemasaran menurut Tull
dan Kahle dalam Tjiptono (1997:6) adalah sebagai alat fundamental yang
direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran adalah
suatu penciptaan nilai untuk pelanggan, dimana keunggulan bersaing dapat
dicapai dengan menciptakan nilai yang lebih tinggi daripada pesaing, dan nilai
ditentukan oleh pelanggan. Sementara itu, perusahaan yang senantiasa
memperbaiki ketrampilan yang ada dan mempelajari ketrampilan yang baru yang
dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih cepat dari pada tiruan pesaing
merupakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
Dengan kata lain, perumusan strategi pemasaran yang baik, yang
dilaksanakan dengan baik, dan dievaluasi secara kontinyu mengikuti perubahan
lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal dapat
membantu perusahaan dalam meraih keunggulan bersaing yang berkelanjutan
(sustatinable competitive advantage).
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Penelitian Sari (2008) dengan judul “Formulasi Strategi Perusahaan dan
Strategi Pemasaran pada Kartika Candra Batik di Denpasar”. Dengan
metode Delphi dan analisis SWOT dalam memformulasikan strategi
perusahaan, penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui variabel-
variabel yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal
perusahaan, dan untuk mengetahui variabel-variabel yang menjadi
ancaman dan peluang dari lingkungan eksternal perusahaan. Selain itu,
penelitian tersebut juga bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran
Kartika Candra Batik. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan
metode
Delphi,
sedangkan
perbedaannya
adalah
menggunakan analisis SWOT serta subjek penelitian.
2) Penelitian oleh Fajarjaya (2007) dengan judul “Formulasi Strategi
Pemasaran pada Bengkel Cat Mobil Wipers Motor di Denpasar”. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dimiliki oleh Bengkel Cat Mobil Wipers Motor juga
posisinya dalam matrik IE (internal eksternal), strategi yang memadai
yang akan diterapkan dan strategi yang akan dikembangkan dimasa yang
akan datang.
Persamaan pada penelitian ini
adalah sama-sama
menggunakan matrik IE, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada
subjek penelitian.
3) Penelitian oleh Martini (2009) dengan judul “Perummusan Strategi
Pemasaran Untuk Menciptakan Sustainable Competitive Advantage Pada
PT. Delight Raya Bali Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh
perusahaan lampu dan posisinya dalam matrik IE (internal eksternal),
strategi yang memadai yang akan diterapkan dan strategi yang akan
dikembangkan dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan metode Delphi dengan matrik IE,
sedangkan perbedaannya pada subjek penelitian.
4) Penelitian oleh Aditya (2011) dengan judul “Perumusan Strategi
Pemasaran Produk Lukisan Wayang Kulit pada Mandra’s Art Shop di
Kamasan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variable-variabel
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Mandra’s
Art Shop dengan menggunakan teknik analisis SWOT dan juga matrik IE
untuk merumuskan strategi dimasa yang akan datang. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui
variabel
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
ancaman,
sedangkan
perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta
subjek penelitian.
5) Penelitian oleh Sudiartawan (2010) dengan judul “Perumusan Strategi
Pemasaran Pada Perusahaan Garment CV. Kecak di Denpasar”. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dimiliki oleh perusahaan garmen dengan menggunakan
teknik analisis SWOT serta matrik IE yang terdapat pada perusahaan
garmen tersebut. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan,
peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua
analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian.
6) Penelitian oleh Shanti (2009) dengan judul “Perumusan Strategi
Perusahaan Pada UD. Ananta Tabanan Bali”. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki
oleh UD. Ananta. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis SWOT dengan metode Delphi. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Delphi, sedangkan
perbedaannya adalah menggunakan analisis SWOT serta subjek penelitian.
7) Penelitian oleh Wijaya (2008) dengan judul “Perumusan Strategi
Perusahaan Untuk Menghadapi Pesaing Pada Pondok Asri Bungalow di
Penebel Tabanan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis
internal, dan eksternal yang dimiliki. Teknik Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT untuk mengetahui posisi
pondok asri bungalow untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor
internal-eksternal dalam merumuskan strategi perusahaan, sedangkan
perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu SWOT serta
subjek penelitian.
8) Penelitian oleh Sasmika (2007) dengan judul “Perumusan Strategi
Pemasaran Pada Obyek Wisata Pemandian Yeh Panas Nirmala di
Kabupaten Buleleng”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman bagi obyek wisata pemandian yeh panas
nirmala saat ini (2007) dan masa yang akan datang (2008). Tekik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah matrik IE. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE, sedangkan
perbedaannya pada subjek penelitian.
9) Penelitian oleh Indrawati (2007) dengan judul “Perumusan Strategi
Pemasaran Pada Perusahaan Kopi Bubuk UD. Mutiara Jaya Tabanan-
Bali”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan kopi tersebut dan
mengetahui pada posisi manakah perusahaan kopi UD. Mutiara Jaya di
dalam matrik BCG. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah matrik BCG. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama
mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi
pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan
teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian.
10) Penelitian oleh Pidada (2007) dengan judul “Perumusan Strategi
Pemasaran Pada Warung Internet Pratama Bali”. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dimiliki oleh warung internet pratama juga posisinya dalam matrik IE
(internal eksternal). Selain matrik IE, teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui
variabel
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
ancaman,
sedangkan
perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta
subjek penelitian.
11) Penelitian oleh Emanuella (2008) dengan judul “Perumusan Strategi
Bersaing Pada Perusahaan Biat Design di Denpasar”. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui indicator internal (kekuatan dan kelemahan), serta
indicator eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh Biat Disegn
dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Persamaan pada penelitian
ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam
merumuskan strategi perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada
penggunaan teknik analisis yaitu SWOT serta subjek penelitian.
12) Penelitian yang dilakukan oleh Sanal dalam Istambul Ticaret Universitesi
Fen Bilimleri Dergisi yang berjudul “David’s Strategy Formulation
Framework in Action: The Example of Turkish Airline on Domestic Air
Transportation”. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah
strategi yang digunakan dalam memasarkan jasanya telah tepat digunakan
atau belum dengan menggunakan menggunakan empat teknik analisis
yaitu matrik IE, matrik BCG, matrik SWOT, dan Grand Strategi matrik.
Dengan menggunakan ke empat teknik analisis tersebut maka dapat
diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk
diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang
cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui
variabel
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
ancaman,
sedangkan
perbedaannya adalah menggunakan empat analisis yaitu SWOT, IE, BCG,
dan Grend Strategi serta subjek penelitian.
13) Penelitian yang dilakukan oleh Sampeadi dan Purwo A Budi S dalam
Jurnal Bisnis dan Manajemen yang berjudul “Penentuan Strategi
Pemasaran Pada Produk Unilever”. Penelitian
ini dilakukan dengan
mengunakan teknik analisis SWOT matrik, sedangkan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah stratified proportional random sampling
yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah yang sama sesuai
dengan proporsi masing-masing strata atau mengajukan syarat-syarat agar
suatu populasi dapat dipilih menjadi sampel. Dengan menggunakan teknik
analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat
ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk
menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan
datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktorfaktor
internal-eksternal
dalam
merumuskan
strategi
perusahaan,
sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu
SWOT serta subjek penelitian.
14) Penelitian yang dilakukan oleh Sucherly dalam Jurnal Trikonomika
Fakultas Ekonomi Unpas yang berjudul “Strategi Pemasaran dalam
Meningkatkan Keunggulan Bersaing Serta Implikasinya Pada Loyalitas
Pelanggan”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi
yang digunakan dalam memasarkan produknya dan mengatahui sejauh
mana strategi keunggulan bersaing berdampak terhadap loyalitas
pelanggan dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE. Dengan
menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah
strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum
serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk
digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan
internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan matrik IE, sedangkan perbedaannya pada subjek
penelitian.
15) Penelitian yang dilakukan oleh Remiasa dalam Jurnal Manajemen
Perhotelan yang berjudul “Perencanaan Strategi Pemasaran Untuk
Menciptakan Competitive Advantage”. Penelitian ini dilakukan dalam
menyususn strategi pemasaran untuk menciptakan competitive advantage
dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE dan SWOT matrik.
Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui
apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau
belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk
digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan
internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan,
kelemahan,
peluang,
ancaman,
sedangkan
perbedaannya
adalah
menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian.
16) Penelitian yang dilakukan oleh Ginting dalam Jurnal Sistem Teknik
Industri yang berjudul “Perumusan Strategi Perusahaan PT X Dengan
Menggunakan Matrik Evaluasi Faktor”. Penelitian ini dilakukan dalam
menyususn strategi pemasaran pada PT X dengan menggunakan teknik
analisis yaitu matrik IE dan SWOT matrik. Dengan menggunakan teknik
analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat
ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk
menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan
datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah analisis lingkungan
eksternal menghasilkan faktor kunci berupa peluang dan ancaman, analisis
lingkungan internal menghasilkan faktor internal kunci berupa kekuatan
dan kelemahan, dan yang terakhir adalah alternative strategi yang harus
diutamakan perusahaan adalah penetrasi pasar untuk mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar dengan mengembangkan kegiatan pemasaran.
Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE
dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman,
sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT
dan IE serta subjek penelitian.
17) Penelitian yang dilakukan oleh Mariyudi dalam Jurnal Aplikasi
Manajemen yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran dan Posisi Produk
Perusahaan Multi Level Marketing di Kota Lhokseumawe”. Penelitian ini
dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran pada perusahaan MLM di
kota Lhokseumawe dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik
BCG. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui
apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau
belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk
digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan
internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan
strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada
penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian.
18) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah dalam Jurnal Teknik Industri
yang berjudul “Perumusan Strategi Pemasaran Melalui Penentuan Prioritas
Trapezoidal Fuzzy Number”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn
strategi pemasaran dengan menggunakan teknik analisis matrik BCG,
dimana
penentuan
prioritas
strategi
dilaksanakan
berdasarkan
Trapezionidal Fuzzy Number yaitu tujuh orang pakar akan diminta
pendapat untuk memilih kepentingan tingkat kriteria dan variasi strategi .
Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui
apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau
belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk
digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan
internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan
strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada
penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian.
19) Penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini dan M. Fadli Fajar dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Matrik BCG Pada Strategi Pemasaran
Produk Pada CV. Turangga Mas Motor”. Penelitian ini dilakukan dalam
menyususn strategi pemasaran dengan menggunakan teknik analisis yaitu
matrik BCG. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat
diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk
diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang
cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan
kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini
adalah
sama-sama
mencari
faktor-faktor
internal-eksternal
dalam
merumuskan strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya
terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek
penelitian.
20) Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dalam Jurnal Ekonomi Bisnis
yang berjudul “Analisis Internal & Eksternal (IE) Matrik dalam Strategi
Pengembangan Objek Wana Wisata Grajakan”. Penelitian ini dilakukan
dalam menyusun strategi pemasaran untuk memperkenalkan dan
mengembangkan industri pariwisata yang ada di kota Malang dengan
menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE. Dengan menggunakan
teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang
digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan
untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang
akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal yang
ada.
21) Penelitian yang dilakukan oleh Noviyaty dan Nurdin dalam Jurnal
Organisasi dan Manajemen yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran
Produk Wisata RRC PT.XYZ”. Penelitian ini dilakukan dalam menyusun
strategi dalam memasarkan jasa paket wisata yang ditawarkan oleh agen
perjalanan witasa di Indonesia dengan menggunakan beberapa teknik
analisis yaitu matrik IE, SWOT, dan SPACE matrik. Dengan
menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah
strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum
serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk
digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan
internal dan eksternal yang ada.
22) Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Rindrayani dalam Jurnal Aplikasi
Manajemen
yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pemasaran
terhadap Perkembangan Usaha Industri Kerajinan Mamer/Onyx di
Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung”. Penelitian ini
merupakan penelitian populasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
pentingkah pengaruh produk, harga, distribusi dan komunikasi pemasaran
dalam meningkatkan penjualan serta loyalitas konsumen. Dari hasil
penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa strategi pemasaran
yang meliputi produk, harga, distribusi dan komunikasi pemasaran perlu
diterapkan sehingga dapat memuaskan konsumen.
23) Penelitian yang dilakukan oleh Tanjung dalam Jurnal Aplikasi
Manajemen yang berjudul “Pengaruh Praktik Staregik Terhadap Kinerja
Koperasi pada KPRI Propinsi Riau”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui praktek strategi yang digunakan dalam mengembangkan dan
meningkatkan kinerja koperasi di Propinsi Riau. Dalam penelitian ini
mengusulkan hipotesis bahwa praktek manajemen strategik mempunyai
pengaruh positif dan berperan penting dalam meningkatkan kinerja
koperasi.
24) Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis
yang berjudul “Loyalitas Merek Sebagai Dasar Strategi Penentuan Harga
”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh merek suatu produk
terhadap loyalitas dari pada konsumen yang mana semakin tinggi loyalitas
terhadap suatu merek maka semakin sulit konsumen dipengaruhi oleh
berbagai faktor termasuk harga.
25) Penelitian yang dilakukan oleh Natalisa dalam Jurnal Manajemen & Bisnis
Sreiwijaya yang berjudul “Pemahaman Terhadap Segmentasi Pelanggan:
Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efeltifitas Pemasaran Jasa Penerbangan
”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui segmen pasar yang disasar
oleh jasa penerbangan yang ada dimana saat ini banyak maskapai
penerbangan yang menawarkan jasanya dengan harga rendah atau low
price yang mana hal tersebut pada masa yang akan datang dapat menjadi
boomerang bagi perusahaan jasa tersebut.
26) Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmiatin dalam Jurnal Ekonomi Bisnis
yang berjudul “Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan
Empiris pada Jasa Pariwisata”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
model dari pada perilaku konsumen yang mana hal tersebut berguna bagi
para pemasar untuk memahami perilaku konsumen agar dapat menyusun
strategi pemasaran yang berhasil.
27) Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dan Dian dalam Jurnal
Ekonomi Bisnis yang berjudul “Analisis dan Pilihan Strategi: Membangun
Eksistensi Perusahaan di Masa Krisis”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemilihan strategi-strategi yang tepat digunakan dalam
menghadapi masa-masa krisis dalam suatu perusahaan yang mana
pemilihan strategi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa macam pilihan teknik analisis diantaranya adalah matrik IE,
SWOT, SPACE, dan BCG.
28) Penelitian yang dilakukan oleh Sunhilde dan Simona dalam Journal
Fascicle of Management and Technological Engineering yang berjudul
"Strategy and Sustainable Competitive Advantage The Case of Zara
Fashion Chain”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengevaluasi pengunaan strategi yang tepat bagi salah satu usaha yang
bergerak dibidang fesien yang bernama Zara untuk menghadapi
persaingan terhadap usaha-usaha yang sejenis di Eropa.
29) Penelitian yang dilakukan oleh Yen-Chun dalam Journal Management
Decision yang berjudul “Renaming Effect of Brand Value: State-Owned
Enterprises”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek perubahan
nama atau merek produk yang dihasilkan oleh salah satu perusahan milik
pemerintah yang mana efek dari perubahan nama merek tersebut
berdampak pada tingkat penjualan kedepannya.
30) Penelitian yang dilakukan oleh Trim dan Yang-Im dalam Journal
European Business Review yang berjudul “A Strategic Approach to
Sustainable Partnership Development”. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan peranan penting strategi dalam pemasaran serta pentingnya
proses pengambilan suatu keputusan dalam menjalin hubungan kerjasama
untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang diperoleh dalam
melakukan aktifitas pemasaran.
31) Penelitian yang dilakukan oleh Kandampully dan Ria dalam Journal
Management Decision yang berjudul “Competitive Advantage Through
Anticipation, Innovation and Relationships”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pentingnya keunggulan bersaing yang berkelanjutan terhadap
loyalitas atau kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk serta
menciptakan dan memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
32) Penelitian yang dilakukan oleh Matlay dan Hina dalam Journal Education
and Training yang berjudul “Implementing Service Excellence in Higher
Education”. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan suatu analisis
pentingnya keunggulan jasa dan pelayanan terutama dibidang pendidikan.
33) Penelitian yang dilakukan oleh Hogarth-Scott dalam British Food Journal
yang berjudul “Retailer-Supplier Partnerships: Hostages to Fortune or
The Way Forward For The Millennium?”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pentingnya hubungan antara penyalur dan pedagang eceran
atau ritel yang mana hubungan tersebut akan mempengaruhi kekuatan
merek suatu produk.
34) Penelitian yang dilakukan oleh Ekinyele dalam Global Journal of
Management and Business Research yang berjudul “Significance Of
Strategic Marketing To Enterprise Performance: An Empirical Analysis
Of Nigerian Oil And Gas Industry”. Penelitian ini bertujuan untuk
menyelidiki arti pentingnya strategi pemasaran untuk mencapai tujuan
perusahaan terutama pada industry minyak dan gas di Nigeria serta dalam
penelitian ini meliputi bagaimana strategi bauran pemasaran (produk,
harga, tempat, dan promosi) mempengaruhi jenis minyak dan gas yang
dipasarkan oleh perusahaan.
35) Penelitian
yang dilakukan
oleh
Daneshvar
dan
Ramesh
dalam
International Journal of Management & Strategy yang berjudul
“Information Technology and Corporate Strategies In Small and Medium
Enterprises”. Penelitian ini berisikan tentang pentingnya hubungan IT
dengan strategi bisnis dalam suatu organisasi perusahaan dimana
hubungan tersebut dijadikan sebagai kunci bagi para manajer untuk
merumuskan bisnis yang akan di jalankan dalam organisasi perusahaan.
36) Penelitian yang dilakukan oleh Keyvani dalam Journal of Social and
Development Sciences yang berjudul “Study of Operating and Marketing
Strategy Factors in the Formulation of Strategie of Small Manufacturers”.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perumusan strategi dalam usaha kecil, dimana perumusan
strategi dalam suatu perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor
diantaranya adalah mutu produk yang ditawarkan.
37) Penelitian yang dilakukan oleh Fahay, at all dalam European Journal of
Marketing yang berjudul “Competitive advantage through sponsorship A
conceptual model and research propositions”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peranan media promosi dalam bentuk sponsor pada
bauran pemasaran
yang mana sponsor berperan penting dalam
pengaplikasian atau penerapan strategi pemasaran dalam suatu perusahaan
untuk memeperkenalkan produk maupun jasa yang ditawarkan.
38) Penelitian yang dilakukan oleh Riana dalam Jurnal Studi Ekonomi yang
berjudul “Pengaruh Trust In A Brand Terhadap Brand Loyalitas Pada
Konsumen Air Minum Aqua di Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari secara empirik pengaruh dari variabel trust in a brand
yang meliputi brand characteristic, company characteristic, dan consumer
– brand characteristic terhadap brand loyalty. Merek yang diteliti adalah
merek air minum Aqua, yang respondennya diambil dari para pengguna air
minum Aqua yang ada di Kota Denpasar dengan menggunakan metode
suksesif interval dan uji asumsi regresi berganda.
Berdasarkan penelitian sebelumnya diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kesamaan dari pada penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian yang
dilakukan sebelum-sebelumnya adalah menggunakan beberapa macam model
teknik
analisis
dalam
perumusan
strategi
dimana
diantaranya
adalah
menggunakan beberapa matrik yang ada yaitu matrik SWOT, matrik IE, matrik
BCG, Grend Strategi matrik, dan SPACE matrik.
Sedangkan hasil dari pada masing-masing penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa dengan menggunakan beberapa pilihan matrik tersebut dalam menganalisis
faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan
dari masing-masing objek penelitian tersebut maka dapat diketahui dengan pasti
peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan baik dari dalam maupun luar
perusahaan yang dapat mempengaruhi posisi strategis dari pada perusahaan yang
nantinya dapat mempengaruhi perumusan strategi pemasaran yang tepat yang
akan ditetapkan dan dilaksanakan oleh perusahaan dimasa sekarang maupun
dimasa yang akan datang agar perusahaan dapat terus bersaing pada pangsa pasar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Download