BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Strategis Menurut David (2004:5) manajemen strategis didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam definisi tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasaran, keuangan / akuntansi, produksi / operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Sedangkan menurut Wahyudi (1996:15) dan Ginting (2006:2) mengatakan bahwa manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang dari sudut yang berbeda-beda, namun pada dasarnya semua pengertian tersebut mengarah pada suatu pengertian pokok yang sama. Sedangkan menurut Williams, at all dalam Keyvani (2011:74) berpendapat bahwa manajemen strategi adalah suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan dan meninjau kembali strategi yang berorientasi masa depan yang dilaksanakan dalam suatu organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Perumusan strategi semakin bertambah penting sejalan dengan cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan. Perubahan tersebut terjadi karena sifat lingkungan yang dinamis. Menurut Zalva dalam Tanjung (2008:169) menyatakan manajemen strategik dapat meningkatkan kinerja organisasi, efektif dalam menghadapi keadaan lingkungan yang cepat berubah serta membangun kerjasama tim dan profesionalisme dalam organisasi. Sedangkan menurut Hendrawan dalam Tanjung (2008:169), organisasi yang menerapkan manajemen stratejik menunjukkan kinerja financial yang lebih baik. Kemudian Jauch dan Glueck dalam Tanjung (2008:169) menyebutkan bahwa bisnis yang melaksanakan manajemen strategik akan lebih efisien dan efektif. David dalam Novianty dan Nurdin (2009:60) mengemukakan bahwa tahap-tahap manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu perumusan strategi atau formulasi strategi, pelaksanaan strategi atau Implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Uraian singkat mengenai tahapan-tahapan manajemen strategis dijabarkan sebagai berikut: 1) Tahap perumusan strategi. Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasikan peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. 2) Tahap pelaksanaan strategi. Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotifasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi. 3) Tahap evaluasi strategi. Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategis. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah: (1) Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini. (2) Mengukur kinerja. (3) Melakukan tindakan-tindakan korektif. 2.1.2 Perumusan Strategi Perumusan strategi perusahaan didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan. Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasikan peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Umar (2001:219) dan Ginting (2006:2) mengemukakan bahwa untuk menentukan strategi utama dilakukan melalui pemakaian beberapa matriks dengan tiga tahap pelaksanaan, yaitu: 1) Tahapan pengumpulan data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dari para analis, yakni dengan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Data eksternal diperoleh dari lingkungan luar perusahaan seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis pemasok, analisis komunitas, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan untuk data internal diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri seperti laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran, laporan kegiatan SDM (jumlah karyawan, tingkat pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn over), serta laporan keuangan (neraca, laba/rugi, cash flow, dan struktur pendanaan). 2) Tahap Input Setelah pengumpulan data maupun informasi mengenai pengaruhpengaruh internal maupun eksternal perusahaan maka, tahap selanjutnya adalah tahap input. Pada tahap input ini meliputi pembuatan matrik IFE dan matrik EFE yang mana setelah diketahui jumlah IFE dan EFE maka dibuatlah matrik IE untuk mengetahui posisi perusahaan. 3) Tahap analisis Setelah pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model-model yang dapat digunakan antara lain: (1) Matrik SWOT (strength, weakness, opportunities, threats). (2) Matrik pertumbuhan pangsa pasar (Matrik BCG) (3) Matrik General Electric (Matrik GE) (4) Matrik SPACE (StrategicPosition and Action Evaluation). (5) Matrik internal eksternal (Matrik IE) (6) Matrik Grand Strategy (Matrik Strategi Induk) 4) Tahap pengambilan keputusan Setelah melewati tahap analisis, selanjutnya akan diambil sebuah keputusan yaitu berupa perumusan sebuah strategi dengan melihat posisi kinerja dari perusahaan yang diidentifikasi dari faktor-faktor eksternal dan internal. 2.1.3 Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Menurut Wahyudi (1996:37) ide dasar dari penyusunan visi dan misi pertama kali diungkapkan oleh Bapak Ilmu Manajemen Modern yaitu Drucker pada tahun 1970-an. Para pendiri ataupun pemimpin perusahaan mempunyai suatu tujuan jangka panjang yang akan dituju oleh perusahaannya. Tujuan tersebut merupakan suatu impian / keadaan dimasa datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi untuk dicapai dengan melakukan aktivitas bisnis. Cita-cita dimasa depan yang ada dipemikiran para pendiri inilah yang disebut sebagai visi dari sebuah perusahaan. Visi yang telah ada tersebut akan sangat sulit dimengerti oleh pihak-pihak yang ada didalam organisasi karena sifatnya yang multi dimensi, tidak tertulis dan hanya ada dalam benak pendiri. Pihak-pihak terkait ataupun personil baru yang masuk kedalam organisasi tentunya tidak akan mengerti arah mana yang akan dituju oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Agar setiap orang dalam organisasi memahami cita-cita perusahaan maka dipandang perlu visi tersebut dibuat secara tertulis. Visi tertulis inilah yang dikenal dengan “mission statement” atau pernyataan misi. Suatu pernyataan misi yang baik adalah bagian penting untuk dapat membuat, mengaplikasi dan mengevaluasi strategi. Sedangkan hasil akhir yang dicari organisasi / perusahaan melalui eksistensi dan operasinya disebut dengan tujuan organisasi / perusahaan. 2.1.4 Lingkungan Perusahaan Suatu perusahaan umumnya memiliki lingkungan usaha dimana usaha tersebut didirikan. Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Seluruh sektor lingkungan baik internal maupun eksternal memberikan sejumlah peluang dan ancaman maupun kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. 2.1.4.1 Lingkungan eksternal perusahaan Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar perusahaan dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Audit lingkungan eksternal terfokus pada upaya mengidentifikasi dan menilai tren serta peristiwa diluar kendali suatu perusahaan. Audit eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan demikian, para manajer dapat merumuskan strategi agar dapat mengambil peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Hitt, at all (2001:50) mengemukakan bahwa lingkungan eksternal perusahaan mencakup lingkungan umum, lingkungan industri, dan lingkungan pesaing. Secara garis besar, ketiga lingkungan eksternal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaanperusahaan yang ada didalamnya. Elemen-elemen tersebut dikelompokkan dalam enam segmen lingkungan, yaitu: demografis, ekonomi, politik/hukum, sosiokultural, teknologi, dan globalisasi. 2) Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan perkembangan persaingan diantara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan, tindakan, dan tanggapan kompetitifnya. 3) Lingkungan pesaing adalah setiap perusahaan yang bersaing secara langsung dengan sebuah perusahaan. Dalam melakukan analisis pesaing, perusahaan dituntut untuk berusaha memahami apa yang menggerakkan pesaing, seperti yang ditunjukkan oleh tujuan-tujuan masa depannya; apa yang sedang dilakukan dan dapat dilakukan oleh pesaing, seperti yang diungkapkan dalam strategi saat ininya; apa yang diyakini oleh pesaing tentang diri sendiri dan tentang industri, seperti yang ditunjukkan oleh asumsi-asumsinya; dan apa kemampuan perusahaan, seperti yang ditunjukkan oleh kapabilitasnya 2.1.4.2 Lingkungan internal perusahaan Menurut Wahyudi (1996:49), lingkungan internal merupakan analisa intern perusahaan dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tiap-tiap divisi antara lain devisi pemasaran, akuntansi dan keuangan, penelitian dan pengembangan (research and development), distribusi, perencanaan administrasi, dan produksi. Perubahan-perubahan lingkungan internal, baik dalam skala global, regional maupun nasional harus selalu menjadi referensi dalam penyusunan rencana strategis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menggambarkan dua makna, pertama bermakna sebagai kekuatan, dan makna kedua sebagai kelemahan. Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang hendaknya diamati dapat dilihat dari beberapa pendekatan menurut Umar (2005:84) berikut: 1) Pasar dan pemasaran Lingkungan pasar dan pemasaran dari perusahaan akan mempengaruhi posisi produk, agar posisi suatu produk yang dihasilkan dan dijual berada dipasar yang sesuai dengan harapan perusahaan. 2) Keuangan dan akuntansi Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktorfaktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang. 3) Kegiatan produksi-operasi Kegiatan produksi-operasi perusahaan paling tidak dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. 4) Sumber daya manusia Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif dikalangan karyawan perusahaan. 2.1.5 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (Matrik SWOT) David (2006:284) dan Sampeadi dan Purwo (2007:371) mengemukakan bahwa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (Strength-WeaknessOpportunies-Threats) atau SWOT matrik adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Pada matrik ini menggambarkan kekuatan dan kelemahan secara bersama-sama dipadukan dengan peluang serta ancaman sehingga hakekat SWOT adalah berusaha secra bersama-sama memaksimalkan kekuatan dan peluang dengan meminimalkan ancaman dan kelemahan. Menurut Nurmianto, dkk (2004:50) mengatakan bahwa analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman bagi perusahaan. Mencocokkan faktor internal dan eksternal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matrik SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik. Matrik SWOT dibuat dengan menyesuaikan setiap faktor eksternal dan internal kunci satu sama lain sehingga diperoleh alternatife strategi berbeda yang dikategorikan dalam empat tipe strategi tersebut. Alternatif strategi yang memiliki bentuk dan tipe yang sama dikelompokkan dan hasilnya disesuaikan dengan matrik IE (Ginting, 2006:3). Menurut Kotler (2005:356) pengertian dari pada analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1) Strenght (kekuatan) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan yang dapat dilayani atau hendak dilayani. 2) Weaknesses (kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. 3) Opportunies (peluang) yaitu suatu situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing, atau peraturan, perubahan teknologi, serta hubungan pembeli dan pemasok yang diperbaiki dapat menjadi peluang bagi perusahaan. 4) Threats (ancaman) adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli, perubahan teknologi dan peraturan baru dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian SWOT tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa analisis SWOT merupakan suatu analisis yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. 2.1.6 Matrik Internal Eksternal (Matrik IE) Matrik Internal Eksternal dikembangkan dari model GE (General Electric) yang mana pada penelitian yang dilakukan oleh Remiasa (2005:16) mengatakan bahwa dasar dari matrik internal eksternal adalah matrik EFI (Evaluasi Faktor Internal) dan matrik EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) yang dikombinasikan dalam sebuah model matrik. Sanal (2007:87) mengemukakan bahwa Matrik Internal External bermanfaat untuk menentukan posisi dan arah strategi suatu perusahaan ke dalam matrik dengan cara memberikan bobot dan nilai dari masing-masing faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan strategi dalam perusahaan. Setelah jumlah EFE dan IFE diketahui maka dibuatlah matrik IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam sel yang terdiri atas 9 (sembilan) sel. Matrik EFI (evaluasi faktor internal) dan matrik EFE (evaluasi faktor eksternal) adalah suatu alat manajemen yang dapat digunakan untuk memformulasikan strategi. Matrik EFI digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dianggap penting bagi bisnis perusahaan. Sedangkan matrik EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) bagi bisnis perusahaan. Langkah-langkah dalam menyusun matrik internal eksternal (matrik IE) antara lain: 1) Melakukan analisis lingkungan eksternal melalui matrik EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) dan analisis lingkungan internal melalui matrik EFI (Evaluasi Faktor Internal). Tahapan-tahapannya adalah: (1) Mengidentifikasi faktor strategis eksternal dan faktor strategis internal yang dapat menjadi peluang atau ancaman maupun kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. (2) Memberikan bobot (weight) yang mengindikasikan tingkat kepentingan dari pengaruh faktor-faktor strategis internal eksternal tersebut terhadap kesuksesan perusahaan. Semakin besar pengaruh faktor strategisnya maka diberikan nilai semakin besar dan semakin kecil pengaruhnya terhadap perusahaan maka bobot yang diberikan semakin rendah dengan total bobot adalah 1,00 (satu). (3) Memberikan rating atau penilaian terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal toko sepeda Rodalink yang menunjukkan kondisi lingkungan internal eksternal perusahaan. Pemberian rating menggunakan skala likert dengan skala 1 (satu) sampai 4 (empat). Dengan ketentuan apabila rata-rata rating responden lebih tinggi dari 2,5 maka merupakan peluang atau kekuatan. Sedangkan apabila ratarata rating dibawah 2,5 maka merupakan ancaman dan kelemahan bagi perusahaan. (4) Mengalikan bobot dengan rating dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal untuk memperoleh nilai EFE yang diberi bobot dan nilai EFI yang diberi bobot. Kemudian menjumlahkan masing- masing nilai EFI dan nilai EFE yang diberi bobot sehingga diperoleh total nilai EFI yang diberi bobot dan total nilai EFE yang diberi bobot. Menempatkan hasil yang diperoleh dari analisis EFI dan EFE dalam matrik internal eksternal (matrik IE), dimana total nilai EFI yang diberi bobot berada pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y dalam matrik IE mengindikasikan strategi yang sebaiknya diterapkan oleh perusahan Gambar 2.1 Matrik Internal Eksternal Sumber: David, 2004:305 Matrik IE didasarkan atas dua dimensi kunci, yaitu total nilai EFI yang diberi bobot pada sumbu x, dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y pada matrik IE mengindikasikan strategi perusahaan yang dapat diterapkan. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat korporat yang lebih detail. Pada sumbu x matrik IE, total nilai EFI yang dibobot 1,0 - 1,99 menunjukkan posisi internal adalah lemah, nilai 2,0 - 2,99 dianggap rata-rata, dan nilai 3,0 - 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 - 1,99 dianggap rendah, nilai 2,0 - 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 - 4,0 dianggap tinggi. David (2004:303) dan Remiasa (2005:16) menyatakan bahwa matrik IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi berbeda antara lain: 1) Divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat disebut tumbuh dan membangun. Strategi yang dapat digunakan dalam divisi ini adalah: (1) Strategi intensif, meliputi: a. Penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. b. Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru. c. Pengembangan produk, yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru (2) Strategi integrasi, meliputi a. Integrasi kebelakang, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok. b. Integrasi kedepan, yaitu memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer. c. Integrasi horisontal, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas para pesaing. 2) Divisi yang masuk dalam sel III, V, dan VII paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum dilakukan untuk jenis-jenis divisi ini. 3) Divisi yang masuk ke sel VI, VIII, atau IX, paling baik dikelola dengan strategi panen dan divestasi (menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi) Penjelasan dari masing-masing sel dari kesembilan sel dalam matrik IE menurut David (2002:306) dalam Remiasa (2005:16) adalah sebagai berikut: 1) Sel I, strategi lindungi posisi, yaitu: (1) Berinvestasi untuk tumbuh secepat yang dapat dipikirkan. (2) Pusatkan usaha dalam mempertahankan kekuatan 2) Sel II, strategi investasi untuk tumbuh, yaitu: (1) Rebut kepemimpinan. (2) Tumbuh selektif berdasarkan kekuatan. (3) Perkuat daerah rapuh. 3) Sel III, strategi tumbuh selektif, yaitu: (1) Berkonsentrasi pada kekuatan terbatas. (2) Cari jalan mengurangi kelemahan. (3) Menarik diri kalau tidak ada tanda bisa tumbuh langsung 4) Sel IV, strategi tumbuh selektif, yaitu: (1) Berinvestasi secara besar-besaran pada segmen yang paling menarik. (2) Bangun kekuatan untuk menghadapi persaingan (3) Tingkatkan laba dengan menaikkan produktifitas. 5) Sel V, strategi selektif kelola untuk laba, yaitu: (1) Lindungi program yang ada. (2) Pusatkan investasi pada segmen dengan laba yang baik dan resiko rendah. 6) Sel VI, strategi perluasan terbatas atau panen, yaitu (1) Cari jalan untuk perluasan dengan resiko rendah, kalau tidak, kurangi investasi dan rasionalisasi operasi. 7) Sel VII, strategi lindungi dan kembali memusatkan perhatian, yaitu: (1) Kelola untuk laba sekarang. (2) Pusatkan perhatian pada segmen yang menarik. (3) Pertahankan kekuatan yang ada. 8) Sel VIII, strategi kelola untuk laba, yaitu: (1) Lindungi posisi pada segmen yang paling menguntungkan. (2) Perbaharui lini produk. (3) Kurangi investasi. 9) Sel IX, strategi lepaskan, yaitu: (1) Jual pada saat nilai kas maksimal. (2) Kurangi biaya tetap dan hindari investasi sementara. 2.1.7 Strategi dan Tingkatan Strategi Pengertian strategi menurut Glueck, at all (1999:12) adalah suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Sedangkan Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti (2005:4), menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Strategi menurut George Day dalam Keegan (2003:15) adalah tindakan yang terintegrasi dalam mengajar keunggulan kompetitif. Marrus dalam Kurniawati dan Dian (2009:180) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan Hamel dan Prahalad dalam Kurniawati dan Dian (2009:180) mendefenisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut Siagian dalam Kurniawati dan Dian (2009:180) menyatakan bahwa manajemen strategik merupakan sesuatu yang dinamis karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Menurut Hayes dan Wheelwright dalam Tjiptono (1997:4) dan Remiasa (2005:15) mengatakan bahwa dalam suatu perusahaan terdapat tiga tingkatan strategi yaitu: strategi tingkat korporasi, strategi tingkat unit bisnis, dan strategi tingkat fungsional. 1) Strategi tingkat korporasi Strategi tingkat korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang mengatur kegiatan dan operasi organisasi yang memiliki lini atau unit bisnis yang lebih dari satu. Kata kunci dalam strategi tingkat korporasi ini adalah mengenai bisnis apa yang sedang digeluti oleh perusahaan, apa sasaran dan harapan dari bisnis tersebut, dan bagaimana mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran tersebut. Menurut Andrews dalam Rangkuti (2005:10) strategi korporat adalah strategi yang disusun dalam suatu bisnis dimana perusahaan akan menjadi competitive advantage. Masalah yang cukup krusial dari strategi korporat ini adalah menentukan bisnis apa yang akan dikembangkan, bisnis apa yang ingin dipertahankan, dan bisnis apa yang ingin dilepaskan. Menurut Kenichi dalam Rangkuti (2005:10) penetapan strategi korporat harus didasarkan kepada keinginan konsumen, baru setelah itu perusahaan membuat produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Strategi pada tingkat korporat ini merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan strategi-trategi di tingkat yang lebih rendah. 2) Strategi tingkat unit bisnis Strategi ini lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan dan operasi suatu bisnis tertentu. Pada dasarnya strategi pada tingkat ini berupaya untuk menentukan pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh suatu bisnis terhadap pasarnya dan bagaimana melaksanakan pendekatan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan dalam kondisi pasar tertentu. Hal pokok dalam tingkat ini adalah bagaimana bisnis perusahaan bersaing dalam pasarnya, produk atau jasa apa yang baru ditawarkan, pelanggan sasaran mana yang akan dilayani, dan bagaimana mendistribusikan sumber daya dalam bisnis tersebut. Menurut Hitt, at all (2001:160) ada beberapa tipe-tipe strategi unit bisnis yaitu : (1) strategi kepemimpinan biaya strategi kepemimpinan biaya adalah serangkaian tindakan integratif yang dirancang untuk memproduksi atau mengirimkan barangbarang atau jasa pada biaya yang paling rendah, relatif terhadap para pesaing, dengan ciri-ciri yang dapat diterima oleh para pelanggan. (2) strategi diferensiasi strategi diferensiasi adalah serangkaian tindakan integratif yang dirancang untuk memproduksi barang dan jasa yang dianggap para pelanggan berbeda dalam hal-hal yang penting bagi mereka. Strategi diferensiasi memusatkan diri pada investasi dan pengembangan ciri yang terus-menerus, dan bukan fokus pada biaya, yang membedakan barang dan jasanya. Suatu perusahaan yang menggunakan strategi diferensiasi berusaha berbeda dari para pesaingnya dalam sebanyak mungkin dimensi. Sebuah produk dapat didiferensiasi dalam sejumlah cara yang tak terbatas seperti: bentuk-bentuk yang tak biasa, jasa pelanggan yang responsif, inovasi produk yang cepat, kepemimpinan teknologi, prestis, status, rasa yang berbeda, dan rekayasa teknologi di bidang desain dan kinerja. (3) strategi fokus strategi fokus adalah serangkaian tindakan intergratif yang dirancang untuk memproduksi atau mengirimkan barang-barang dan jasa yang melayani kebutuhan segmen pasar. Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pelanggan dalam segmen pasar yang unik dan spesifik, dengan menggunakan satu dari dua strategi fokus yang berbeda yaitu kepemimpinan biaya fokus dan diferensiasi fokus. 3) Strategi tingkat fungsional Menurut Tjiptono (1997:5), strategi tingkat fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsi-fungsi manajemen (secara tradisional terdiri atas riset dan pengembangan, keuangan, produksi dan operasi, pemasaran, personalia / sumber daya manusia) yang dapat mendukung strategi tingkat unit bisnis. Strategi fungsional umumnya lebih terperinci dan memiliki jangka waktu lebih pendek daripada strategi organisasi. Tujuan pengembangan strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasikan tujuan jangka pendek, menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pencapaian tujuan tersebut. Strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam organisasi. Menurut Rangkuti (2005:14), strategi fungsional lebih bersifat operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen produksi atau operasional, fungsi manajemen keuangan, dan fungsi manajemen sumber daya manusia. 2.1.8 Strategi Pemasaran Pemasaran merupakan fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi saat ini serta mengukur seberapa besar target pasar yang diinginkan oleh perusahaan serta menentukan pasar mana yang paling cocok dan menguntungkan untuk dilayani oleh perusahaan, menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran sering disamakan dengan pengertian penjualan, perdagangan, dan distribusi, padahal istilah tersebut hanya merupakan bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan (Natalia, 2005:1). Harvey dan Denton dalam Trim dan Yang-Im (2008:230) menyatakan bahwa pemasaran sangatlah penting dalam suatu perusahaan untuk memasarkan produk maupun jasa yang ditawarkan, namun perusahaan harus memperhatikan lingkungan pangsa pasarnya serta mengikuti selera dan tuntutan maupun permintaan konsumen dalam memenuhi kebutuhan konsumennya, hal tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasarnya. Jadi pemasaran merupakan faktor penting yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Swastha (2000 : 4) menyatakan pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Tull dan Kahle dalam Tjiptono (1997:6) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dalam program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Sedangkan menurut Kotler dan David (2002:59 dan 2006:17) dalam Sampeadi dan Purwo (2007:370) mengatakan bahwa strategi pemasaran adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen dan sumberdaya perusahaan untuk memenangkan persaingan dan mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin disamping usahanya untuk memenuhi keinginan konsumen. Pada umumnya strategi pemasaran yang berhasil ditentukan oleh satu atau beberapa variabel dalam marketing mix atau bauran pemasaran. Kotler (2002:93) dalam Remiasa (2005:16) mendefinisikan bauran pemasaran atau marketing mix sebagai seperangkat variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan pasar sasaran. Ekinyele (2010:61) menyatakan bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni produk, harga, promosi dan saluran pemasaran. Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling berhubungan sehingga perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat melaksanakan tugas pemasaran dengan efektif. Keempat variabel-variabel bauran pemasaran tersebut akan diuraikan secara singkat sebagai berikut. 1) Produk (product) Menurut Tjiptono (1997:95), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Lebih lanjut menurut Tjiptono (1997:109) secara garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis atau kategori yaitu: (1) strategi positioning produk strategi positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran sehingga terbentuk citra (image) merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan merek atau produk pesaing. Sunhilde dan Simona (2007) menyatakan bahwa strategi positioning mengacu pada perbedaan aktivitas yang dilakukan oleh para pesaing atau aktivitas yang sama namun dengan cara yang berbeda. Hogarth-Scott (1999:668) menyatakan bahwa merek (brand) suatu produk sangatlah berperan penting dalam pembentukan citra (image) dari pada suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen yang berdampak pada positioning produk tersebut serta kepemimpinan dari pada suatu merek produk tersebut. Paling tidak ada tujuh pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning produk. a. Positioning berdasarkan atribut (attribute positioning) b. Positioning berdasarkan harga dan kualitas (price and quality positioning) c. Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi (use / application positioning) d. Positioning berdasarkan pemakai produk (user positioning) e. Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (product class positioning) f. Positioning berkenaan dengan pesaing (competitor positioning) g. Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning). (2) strategi repositioning produk strategi repositioning produk dilaksanakan dengan jalan meninjau kembali posisi produk dan bauran pemasaran saat ini, serta berusaha mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk tersebut. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan kelangsungan hidup produk dan untuk mengoreksi kesalahan penentuan posisi sebelumnya. Strategi ini dibutuhkan bilamana terjadi salah satu dari empat kemungkinan berikut (Tjiptono, 1997:113). a. Ada pesaing yang masuk dan produknya diposisikan berdampingan dengan merek perusahaan, sehingga membawa dampak buruk terhadap pangsa pasar perusahaan. b. Preferensi konsumen telah berubah. c. Ditemukan kelompok preferensi pelanggan baru, yang diikuti dengan peluang yang menjanjikan. d. Terjadi kesalahan dalam positioning sebelumnya. (3) strategi overlap produk strategi overlap produk adalah strategi pemasaran yang menciptakan persaingan terhadap merek tertentu milik perusahaan sendiri. Tujuan dari penerapan strategi ini adalah sebagai berikut. a. Untuk menarik lebih banyak pelanggan pada produk sehingga meningkatkan pasar keseluruhan. b. Agar dapat bekerja pada kapasitas penuh. c. Untuk menjual kepada para pesaing, sehingga dapat merealisasikan skala ekonomis dan pengurangan biaya. (4) strategi lingkup produk strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatau perusahaan, misalnya jumlah lini produk dan banyaknya item dalam setiap lini yang ditawarkan. Strategi ini ditentukan dengan memperhitungkan misi keseluruhan dari unit bisnis. Perusahaan dapat menerapkan strategi produk tunggal, strategi multi produk, atau strategi system of products. (5) strategi desain produk strategi ini berkaitan dengan standarisasi produk. Perusahaan mempunyai tiga pilihan strategi yaitu sebagai berikut. a. Produk standar, untuk meningkatkan skala ekonomis perusahaan melalui produksi massa. b. Custumized product (produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu) untuk bersaing dengan produsen produksi massa (produk standar) melalui fleksibilitas produk c. Produk standar dengan modifikasi, untuk mengkombinasikan manfaat dari strategi produk standar dan strategi custumized product. (6) strategi eliminasi produk pada hakikatnya produk yang tidak sukses atau tidak sesuai dengan portofolio produk perusahaan perlu dihapuskan, karena bisa merugikan perusahaan yang bersangkutan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Strategi eliminasi produk dilaksanakan dengan jalan mengurangi jumlah portofolio produk yang dihasilkan unit bisnis perusahaan, baik dengan jalan memangkas jumlah produk dalam suatu rangkaian/lini atau dengan jalan melepaskan suatu divisi atau bisnis. Tujuan utama strategi eliminasi produk ini adalah untuk membentuk bauran/paduan produk yang paling baik dan menyeimbangkan bisnis secara keseluruhan. Terdapat tiga alternatif strategi eliminasi produk. a. Harvesting, merupakan strategi memerah atau menyedot segala kemungkinan arus kas masuk selagi produk yang bersangkutan masih ada. b. Penyederhanaan lini produk, dalam strategi ini lini produk dipangkas menjadi lebih sedikit dan lebih mudah dikelola. c. Total line investment, strategi ini dilakukan dengan melepaskan produk yang tidak berkembang atau tidak memenuhi rencana strategis perusahaan. (7) strategi produk baru pengertian produk baru dapat meliputi produk orisinil, produk yang disempurnakan, produk yang dimodifikasi, dan merek baru yang dikembangkan melalui usaha riset dan pengembangan. Umumnya tujuan yang ingin dicapai dari penciptaan produk baru adalah untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai inovator (strategi ofensif), dan untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada yaitu dengan jalan menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan yang baru berupa tambahan lini produk yang sudah ada maupun revisi terhadap produk (strategi defensif). Dalam strategi produk baru terdapat tiga alternatif, yaitu penyempurnaan atau modifikasi produk, produk imitasi/tiruan, dan inovasi produk. (8) strategi diversifikasi diversifikasi adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas. 2) Harga (price) Menurut Tjiptono (1997:151) harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu tujuan berorientasi pada laba, berorientasi pada volume, berorientasi pada citra, dan tujuan stabilitas harga. David dalam Rindrayani dan Astiham (2007:433) menyatakan bahwa “harga juga membantu penentuan posisi produk atau jasa”. Reaksi konsumen terhadap alternative harga, biaya produk, harga pesaing, serta faktor hukum dan etika lainnya meningkatkan fleksibelitas manajemen dalam menetapkan harga". Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Tujuan-tujuan penetapan harga tersebut memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu sebagai berikut. 1) Strategi penetapan harga produk baru Harga yang ditetapkan atas suatu produk baru harus dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan pasar. Pada hakikatnya ada dua strategi pokok dalam menetapkan harga produk baru yaitu skimming pricing (menetapkan harga tinggi pada suatu produk baru) dan penetration pricing (harga ditetapkan relatif rendah pada tahap awal product life cycle, tujuannya adalah agar dapat meraih pangsa pasar yang besar yang sekaligus menghalangi masuknya para pesaing. 2) Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk-produknya yang sudah ada di pasar seperti adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran, misalnya ada pesaing besar yang menurunkan harganya. Selain itu adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadi perubahan selera konsumen. Dalam melakukan penilaian kembali terhadap strategi penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif strategi, yaitu mempertahankan harga, menurunkan harga, dan menaikkan harga. 3) Strategi fleksibilitas harga Strategi penetapan harga fleksibel merupakan strategi pembebanan harga yang berbeda untuk produk yang kualitasnya sama. Tujuan strategi ini adalah untuk memaksimalkan laba jangka panjang dan memberikan keluwesan dengan jalan memungkinkan setiap penyesuaian, baik ke bawah maupun keatas terhadap harga. 4) Strategi penetapan harga lini produk Strategi ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga suatu lini produk berdasarkan hubungan dan dampak setiap produk terhadap lininya, apakah kompetitif atau komplementer. Tujuannya adalah memaksimalkan laba dari keseluruhan lini produk. 5) Strategi leasing Leasing merupakan suatu kontrak persetujuan antara pemilik aktiva (lessor) dan pihak kedua yang mamanfaatkan aktiva tersebut (lessee) dalam jangka waktu tertentu dengan tingkat return tertentu. 6) Strategi bundling-pricing Strategi ini mamasukkan margin ekstra dalam harga untuk menutupi bermacam-macam fungsi dan jasa pendukung yang dibutuhkan untuk menjual dan mempertahankan produk selama masa manfaatnya. Strategi yang biasa disebut dengan istilah iceberg pricing ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang juga menerapkan strategi leasing. 7) Strategi kepemimpinan harga Strategi ini digunakan oleh pemimpin pasar (market leader) dalam suatu industri untuk melakukan perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Tujuannya adalah untuk melakukan pengendalian terhadap keputusan penetapan harga dalam industri yang mendukung strategi pemasaran perusahaan pemimpin, misalnya barrier to entry, meningkatkan majin laba, dan lain-lain. 8) Strategi penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar. Strategi ini dilaksanaakan dengan jalan menetapkan harga serendah mungkin untuk produk baru. Tujuannya adalah untuk meraih pangsa pasar yang besar sehingga perusahaan mampu memiliki keunggulan biaya dan pasarnya tidak dapat dikuasai oleh pesaing. 3) Distribusi Tjiptono (1997:185) menyatakan bahwa secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat yang dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu: (1) menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. (2) memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negoisasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan resiko, dan arus pemesanan. 4) Promosi Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran (Tjiptono, 1997:219). Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi (promotion mix, promotion blend,communication mix) meliputi: personal selling, mass selling (terdiri dari periklanan dan publisitas), promosi penjualan, public relations (hubungan masyarakat), dan direct marketing (Tjiptono, 1997:222). 2.1.9 Keunggulan Advantage) Bersaing Berkelanjutan (Sustainable Competitive Menurut Keegan (2003:5), keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing adalah tawaran total, dihadapkan pada persaingan yang relevan, yang lebih menarik pelanggan. Keunggulan tersebut dapat muncul dalam unsur apapun yang ditawarkan oleh perusahaan. Keunggulan bersaing adalah sesuatu yang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba lebih tinggi daripada laba rata-rata (Tjiptono, 1997:13). Sedangkan Varandarajan dalam Remiasa (2005:15) menyatakan bahwa keunggulan bersaing merupakan suatu strategi bersaing yang digambarkan dalam suatu tindakan yang terintegrasi yang diambil dan dilaksanakan oleh perusahaan yang mendukung dalam menghasilkan suatu keuntungan diatas para pesaingnya. Matlay dan Hina (2009:769) menyatakan bahwa keunggulan bersaing dalam penerapan strategi perusahaan secara tidak langsung dapat menciptakan mata rantai antara kekuatan pekerja atau sumberdaya manusia dan strategi yang diterapkan dalam melakukan persaingan secara efisien dan efektif yang dapat menghasilkan suatu keberhasilan yang berkelanjutan dalam suatu perusahaan. Untuk meningkatkan kualitas, mutu serta keunggulan bersaing yang berkelanjutan dalam jangka panjang yang dimiliki dalam suatu perusahaan, maka perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan para pelanggannya serta harus menunjukkan kemampuan mereka dalam membaca dan memahami keinginan serta selera konsumennya. Selain itu juga perusahan harus memingkatkan kualiatas pelayanan agar lebih baik lagi dari sebelumnya untuk menciptakan dan memelihara hubungan antar perusahaan dengan para pelanggan atau konsumennya (Jay dan Ria, 1999:51) Keunggulan bersaing memiliki lima karakteristik yaitu sebagai berikut. 1) Kompetensi khusus Keunggulan bersaing merupakan hal khusus yang dimiliki atau dilakukan perusahaan yang memberinya kekuatan untuk menghadapi pesaing. Kompetensi ini bisa berwujud merek yang menimbulkan persepsi kualitas tinggi atau dominasi atas saluran distribusi. 2) Menciptakan persaingan tidak sempurna Pada hakikatnya keunggulan bersaing diperoleh dengan menciptakan persaingan yang tidak sempurna. Per definisi, tidak ada keunggulan bersaing dalam persaingan sempurna, karena semua perusahaan menghasilkan produk yang serupa. Akibatnya tidak ada pemimpin pasar (market leader) dan perusahaan-perusahaan lain dapat keluar masuk pasar semaunya. Pemasar dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan jalan beralih dari atau menghindari pasar persaingan sempurna. Cara yang dapat dilakukan bisa berupa diferensiasi produk, memberikan kualitas yang tinggi, atau menekankan aspek keunikan merek. 3) Berkesinambungan Keunggulan bersaing harus bersifat berkesinambungan, bukan sementara. Keunggulan bersaing yang baik adalah yang tidak mudah ditiru oleh pesaing. memang hal ini sulit dilakukan, tetapi bila berhasil maka kesuksesan perusahaan dapat bertahan lama. 4) Kesesuaian dengan lingkungan eksternal Keunggulan bersaing dapat diraih dengan pemenuhan kebutuhan pasar secara lebih baik. Lingkungan eksternal bisa merupakan peluang dan sekaligus ancaman bagi setiap perusahaan. Adanya perubahan pasar bisa meningkatkan kekuatan suatu perusahaan dan meningkatkan kelemahan perusahaan lainnya. 5) Laba yang lebih besar daripada laba rata-rata dalam industri Sasaran akhir keunggulan bersaing adalah untuk memperoleh laba yang lebih besar daripada laba rata-rata. Dengan menghindari model persaingan sempurna, memfokuskan kekuatan untuk menyerang kelemahan pesaing, dan dengan memenuhi kebutuhan lingkungan eksternal secara lebih baik, maka perusahaan dapat mempengaruhi pasarnya. Porter dalam Tjiptono (1997:14) menyatakan bahwa sasaran keunggulan bersaing adalah untuk menciptakan posisi yang profitable dan sustainable guna mengatasi kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan suatu industri, yaitu persaingan antar perusahaan yang ada dalam suatu industri, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman masuknya pendatang baru, dan ancaman produsen produk substitusi. Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan yang berkesinambungan hanya bila konsumen merasakan adanya perbedaan antara produk perusahaan dan pesaingnya, perbedaan tersebut muncul karena adanya gap kapabilitas, dan gap tersebut dapat dipertahankan. Gary Hamel dan Prahalad dalam Keegan (2003:21) menyatakan bahwa hanya beberapa keunggulan bersaing yang dapat bertahan lama. Tetap mempertahankan keunggulan yang sudah ada tidak sama dengan membina keunggulan baru. Inti dari strategi terletak pada menciptakan keunggulan bersaing di masa depan lebih cepat daripada tiruan pesaing. Kemampuan sebuah organisasi untuk memperbaiki ketrampilan yang ada dan mempelajari ketrampilan baru merupakan keunggulan bersaing yang paling dapat dipertahankan dari semuanya. Hermawan Kartajaya dalam Keegan (2003:28) mengemukakan bahwa untuk dapat bertahan, perusahaan memerlukan seperangkat strategi dan alat baru. Mereka membutuhkan seperangkat pedoman prinsip yang akan menciptakan keunggulan kompetitif terus menerus (berkesinambungan). Sedangkan Porter (1996) dalam Daneshvar dan Rames (2010:8) berargumen bahwa ilmu teknologi serta keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan sangatlah besar pengaruhnya terhadap aktivitas perusahaan dalam pelaksanaan strategi untuk menciptakan keunggulan kompetitif serta mempertahankan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaaan baik apapun itu jenis perusahaannya. Mereka perlu menjadi generasi penerus yang menjadi suatu perusahaan baru yaitu perusahaan pemasaran. Perusahaan pemasaran tidak hanya perusahaan yang mendorong pasar dan berorientasi pada pasar. Perusahaan pemasaran adalah suatu organisasi yang mengadopsi 18 pedoman prinsip yang disimbolkan dengan The “M” House, yaitu house yang menopang pendorong perubahan eksternal dan internal, permintaan konsumen yang semakin banyak dan bahkan juga pesaing yang lebih dasyat. Prinsip perusahaan pemasaran tersebut terdiri dari tiga prinsip pendiri, tiga prinsip puncak, tiga prinsip penciptaan nilai, tiga prinsip strategi pemasaran, tiga prinsip taktis pemasaran, dan prinsip untuk menyeimbangkan prinsip-prinsip yang ada. Kedelapan belas pedoman prinsip dari perusahaan pemasaran tersebut adalah sebagai berikut. 1) Prinsip perusahaan, dimana pemasaran adalah konsep bisnis strategi. Dalam era ekonomi global, konsep pemasaran tradisional tidak berlaku lagi di dalam persaingan pasar karena perusahaan ditekan oleh pendorong perubahan eksternal seperti teknologi, ekonomi, dan pasar, serta karena mereka menghadapi perubahan organi sasi internal mereka sendiri (pemegang saham, orang-orang, dan budaya organisasi). Pemasaran tidak lagi hanya tentang penjualan, periklanan, atau bahkan 4P yang diperkenalkan oleh Jerome McCarthy. Pemasaran harus menjadi konsep bisnis strategis dalam perusahaan. Pemasaran menjadi strategis karena harus dirumuskan oleh manajemen puncak, orientasinya jangka panjang, mengemudikan arah perusahaan, dan memegang tanggung jawab dalam menciptakan konsumen bisnis yang loyal (internal, eksternal, dan pelanggan serta investor). 2) Prinsip komunitas, dimana pemasaran adalah bisnis setiap orang. Semua orang dalam perusahaan pemasaran membentuk suatu komunitas. Meskipun pekerjaan mereka tidak selalu tepat sama, tanggung jawab untuk menciptakan loyalitas konsumen menjadi tema sentral dari pekerjaan mereka. Setiap orang adalah pemasar, apapun deskripsi pekerjaannya 3) Prinsip persaingan, dimana perang pemasaran adalah perang nilai. Perusahaan pemasaran tidak mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi menciptakan nilai pelanggan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan secara terus-menerus dan konsisten, perusahaan pemasaran akan menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perbaiki nilai bagi pelanggan untuk memenangkan perang pemasaran. 4) Prinsip mempertahankan, yaitu konsentrasi pada loyalitas, tidak hanya kepuasan. Karena perang pemasaran sekarang ini menjadi perang nilai dan karena dalam persaingan di industri menjadi persaingan nilai, tidak cukup bagi perusahaan pemasaran hanya berkonsentrasi pada kepuasan pelanggan semata. Sasaran pokok dari perusahaan pemasaran seharusnya adalah loyalitas pelanggan karena kita memasuki era pilihan (era of choices). perusahaan adalah pemasaran loyalitas Tujuan akhir dari pelanggan. Loyalitas pelanggan telah menjadi target penggerak, dan setiap perusahaan pemasaran harus mengejar persaingan. 5) Prinsip integrasi, yaitu konsentrasi pada diferensiasi, tidak hanya rata-rata. Agar perusahaan pemasaran menciptakan dasar loyalitas pelanggan seperti disebutkan diatas, perusahaan harus berkonsentrasi pada konsumen secara individual. Prinsip itu menuntut perusahaan untuk membangun hubungan yang akrab dengan pelanggan, cukup akrab untuk belajar tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan cukup dekat untuk memahami ekspektasi pelanggan. Dalam persaingan yang semrawut, setiap pelanggan akan menjadi unik (semua pelanggan tidak diciptakan sama). Tidak ada pelanggan rata-rata. Untuk membangun loyalitas pelanggan, perusahaan harus berkonsentrasi pada diferensiasi, tidak hanya pada rata -rata 6) Prinsip antisipasi, konsentrasi pada kegiatan proaktif, tidak hanya reaktif. Perusahaan pemasaran harus siap terhadap adanya perubahan. Harus bisa beradaptasi dengan keadaan industri saat ini, bahkan juga harus bisa mengantisipasi setiap perubahan dan proaktif dalam mengikuti perubahan itu. Untuk menjadi kompetitif, perusahaan harus siap untuk berubah di dalam lingkungannya. 7) Prinsip merek, dengan mengabaikan jebakan komoditas. Bagi perusahaan, merek tidak hanya sekedar nama, tidak juga sekedar logo dan simbol. Merek adalah indikator nilai (value indicator) dari perusahaan pemasaran. Ini adalah payung yang mewakili produk atau jasa, perusahaan, orang, atau bahkan negara. Hal ini ditentukan oleh pengembangan produk baru perusahaan, kepuasan dan mempertahankan pelanggan, dan rantai nilai manajemen. Melewar dan Karaosmanuglu (2006) dalam Yen-Chun (2009:1555) menyatakan bahwa suatu merek yang kuat bisa memepengaruhi konsumen serta mendominasi konsumen dalam pengambilan suatu keputusan sehingga dapat membantu memaksimalkan laba bagi peruhasaan. 8) Prinsip pelayanan, mengabaikan jebakan kategori bisnis. Bagi perusahaan, pelayanan tidak hanya layanan purna jual, layanan sebelum penjualan, atau bahkan layanan selama proses penjualan. Pelayanan bukanlah jalan pintas untuk mendapatkan sejumlah pelanggan, layanan perbaikan, atau layanan pelanggan. Pelayanan adalah peninggi nilai (value enhance) dari perusahaan pemasaran. Untuk menciptakan nilai yang abadi dan membangun hubungan dengan pelanggan, apa yang ditawarkan perusahaan harus memberikan nilai yang tetap bagi pelanggan. 9) Prinsip proses, mengabaikan jebakan fungsi orientasi. Mengacu pada proses untuk menciptakan nilai bagi pelanggan yang mencerminkan kualitas produk, biaya, dan pengiriman dari perusahaan ke pelanggan. Ini adalah peninggi nilai (value enable) bagi suatu perusahaan. Prinsip ini menuntut perusahaan untuk menjadi kapten dari proses rantai persediaan, dari bahan baku menjadi produk jadi, dengan satu cara yang dapat mempertinggi kegiatan menciptakan nilai dan mengurangi serta menghapuskan kegiatan yang mengikis nilai dalam perusahaan. 10) Prinsip segmentasi, memandang pasar secara kreatif. Definisi khusus dari segmentasi adalah proses segmenting atau pembagian pasar menjadi beberapa segmen. Namun, bagi kita segmentasi adalah memandang suatu pasar dengan kreatif. Memetakan suatu pasar menjadi beberapa kategori dengan mengumpulkan perilaku konsumen yang sama ke dalam suatu segmen. Ini adalah strategi pemetaan (mapping strategy) dari perusahaan. Segmentasi adalah suatu seni untuk mengenali dan menunjukkan peluang yang timbul dalam pasar. Pada saat yang sama, ini merupakan suatu ilmu pengetahuan untuk memandang pasar berdasarkan variabel geografi, demografi, psikografi, dan perilaku atau bahkan segmen dari sesuatu. 11) Prinsip targeting, mengalokasikan sumber daya secara efektif. Dalam definisi tradisional, targeting adalah proses penyeleksian pasar sasaran yang tepat untuk produk dan jasa perusahaan. Namun, kita mendefinisikan targeting sebagai strategi untuk mengalokasikan sumber daya perusahaan dengan efektif. Mengapa? Karena sumb er daya yang tersedia selalu terbatas. 12) Prinsip positioning, menuntun pelanggan dengan kepercayaan. Dalam definisi tradisional, positioning adalah strategi untuk mengisi pikiran konsumen dengan apa yang ditawarkan perusahaan. Namun dalam prinsip ini kita mendefinisikan positioning sebagai strategi untuk menuntun pelanggan perusahaan dengan kepercayaan. Ini tentang bagaimana membentuk kepercayaan dan kompetensi bagi pelanggan. Jika perusahaan mempunyai elemen-elemen tersebut, pelanggan kemudian akan mempunyai "sesuatu" tentang perusahaan atau produk dalam pikiran mereka. Oleh karena itu, positioning adalah tentang membuat strategi perusahaan atau produk dalam pikiran pelanggan. kepercayaan Hal konsumen itu untuk dilakukan membuat untuk mereka memperoleh men gikuti perusahaan dengan rela. 13) Prinsip diferensiasi, mengintegrasikan isi, konteks, dan infrastruktur. Secara tradisional, diferensiasi adalah perbedaan dalam apa yang ditawarkan perusahaan. Bagi kita, definisi yang dibuat oleh Philip Kotler masih berlaku. Kita mendefinisikan perbedaan sebagai "pengintegrasian, konteks, dan infrastruktur yang kita tawarkan kepada pelanggan". Produk yang berbeda merupakan taktis inti dari perusahaan untuk mendukung positioning-nya. Karenanya, diferensiasi merupakan taktis inti (core tactic) dari perusahaan pemasaran. 14) Prinsip bauran pemasaran, mengintegrasikan penawaran, logistik, dan komunikasi. Bagi banyak praktisi, ini dianggap sebagai keseluruhan konsep pemasaran. 4P (Product, Price, Place, Promotion), mulamula diperkenalkan oleh Jerome McCarthy, sering dianggap sebagai prinsip pemasaran yang lengkap. Bagi kita, bauran pemasaran hanyalah elemen dari taktis pemasaran. Ini juga merupakan ujung dari bongkahan es bagian yang paling kelihatan dari suatu perusahaan di dalam pasar. Bagi kita bauran pemasaran merupakan integrasi dari penawaran, logistik, dan komunikasi. Penawaran perusahaan, terdiri atas produk dan harga, harus diintegrasikan secara baik dengan bagian logistik (termasuk saluran distribusi) dan komunikasi untuk menciptakan tekanan kekuatan pemasaran di pasar. Karenanya, kita menyebutnya kreasi taktis (creation tactic) dari perusahaan. Kenapa? Karena bauran pemasaran harus menjadi kreasi dari diferensiasi isi, konteks, dan infrastruktur. 15) Prinsip penjualan, mengintegrasikan perusahaan, pelanggan, dan hubungan. Prinsip penjualan tidak mengacu kepada penjualan individu saja, tidak juga hanya kegiatan penjualan produk ke konsumen. Apa yang kita maksudkan dengan penjualan adalah "taktik untuk menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produk perusahaan." Ini merupakan taktik untuk mengintegrasikan perusahaan, pelanggan, dan hubungan. Setelah pengembangan pemasaran, strategi perusahaan pemasaran harus dan mampu menciptakan bauran menghasilkan return keuangan melalui penjualan. Jadi, ini adalah taktik merebut (capture tactic) dari perusahaan. 16) Prinsip totalitas, menyeimbangkan strategi, taktik, dan nilai. Setelah memfokuskan pada sembilan elemen inti dari pemasaran (segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, bauran pemasaran, penjualan, merek, pelayanan, dan proses) secara individual, dalam implementasinya, perusahaan pemasaran harus mampu menyeimbangkan elemen-elemen tersebut baik secara operasional maupun secara strategis. Perusahaan pemasaran harus mampu menyeimbangkan strategi, taktik, dan nilai dalam implementasinya. Strategi pemasaran adalah bagaimana memenangkan mind share. Taktik pemasaran adalah bagaimana memenangkan pangsa pasar. Nilai pemasaran adalah bagaimana memenangkan heart share. Bersama-sama ketiganya akan memenangkan pikiran dan hati pelanggan serta pangsa pasar. 17) Prinsip kecerdasan, mengintegrasikan apa, mengapa, dan bagaimana. Untuk beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif, dinamis, dimana teknologi, perilaku konsumen, dan perubahan gerakan pesaing dengan pola yang semrawut, perusahaan harus cerdas agar bisa bertahan. Pertanyaannya kemudian adalah, "Bagaimana untuk menjadi cerdas itu?". Dalam prinsip ini, perusahaan yang cerdas secara terus-menerus terlibat dalam tiga kegiatan utama: Pertama, secara terus-menerus memonitor gerakan pesaing dan prilaku konsumen (what). Hal itu membutuhkan intelijen pemasaran dan sistem informasi untuk menggambarkan lingkungan bisnis. Kedua, secara terus-menerus menggunakan dan menganalisis informasi yang dikumpulkan dari tindakan yang pertama untuk mendapatkan wawasan tentang lingkungan dikumpulkan dan dianalisis, (why). Ketiga, informasi dimasukkan dalam yang proses pengembangan strategis dan taktis (how). Secara sederhana, perusahaan yang cerdas memonitor, mengamati, dan meninjau ulang lingkungan bisnis secara terus-menerus. Menganalisis informasi dan menggunakannya untuk merespon dan memiliki lebih dulu gerakan pesaing. Prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk mendapat informasi tentang perubahan di dalam pasar. Prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya menjadi agen perubahan dan pendorong perubahan, tetapi juga pendobrak perubahan (change surpriser). Pendobrak perubahan adalah perusahaan yang cerdas. Organisasi yang dapat menyeim bangkan apa, mengapa, dan bagaimana. 18) Prinsip utilitas, menyeimbangkan masa kini, masa depan, dan gap. Perusahaan pemasaran tidak hanya menciptakan keuntungan untuk hari ini dan rugi besok. Tidak hanya berpikir tentang esok, dan melupakan hari ini. Perusahaan pemasaran tahu secara tepat mengenai utilitas untuk mengintegrasikan masa kini, masa depan, dan gap. 2.1.10 Hubungan Strategi Pemasaran dengan Sustainable Competitive Advantage (Keunggulan Bersaing Berkelanjutan) Dari pengertian strategi yang dikemukakan oleh George Day dalam Keegan (2003:15) yang menyatakan bahwa strategi adalah tindakan terintegrasi dalam mengejar keunggulan kompetitif. Strategi yang sukses membutuhkan pemahaman atas nilai yang unik yang menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan akhirnya sukses karena kemampuan mereka melaksanakan aktivitas spesifik yang lebih baik dari pesaing mereka. Strategi pemasaran menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono (1997:6) adalah sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran adalah suatu penciptaan nilai untuk pelanggan, dimana keunggulan bersaing dapat dicapai dengan menciptakan nilai yang lebih tinggi daripada pesaing, dan nilai ditentukan oleh pelanggan. Sementara itu, perusahaan yang senantiasa memperbaiki ketrampilan yang ada dan mempelajari ketrampilan yang baru yang dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih cepat dari pada tiruan pesaing merupakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Dengan kata lain, perumusan strategi pemasaran yang baik, yang dilaksanakan dengan baik, dan dievaluasi secara kontinyu mengikuti perubahan lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal dapat membantu perusahaan dalam meraih keunggulan bersaing yang berkelanjutan (sustatinable competitive advantage). 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 1) Penelitian Sari (2008) dengan judul “Formulasi Strategi Perusahaan dan Strategi Pemasaran pada Kartika Candra Batik di Denpasar”. Dengan metode Delphi dan analisis SWOT dalam memformulasikan strategi perusahaan, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui variabel- variabel yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal perusahaan, dan untuk mengetahui variabel-variabel yang menjadi ancaman dan peluang dari lingkungan eksternal perusahaan. Selain itu, penelitian tersebut juga bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran Kartika Candra Batik. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Delphi, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan analisis SWOT serta subjek penelitian. 2) Penelitian oleh Fajarjaya (2007) dengan judul “Formulasi Strategi Pemasaran pada Bengkel Cat Mobil Wipers Motor di Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Bengkel Cat Mobil Wipers Motor juga posisinya dalam matrik IE (internal eksternal), strategi yang memadai yang akan diterapkan dan strategi yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada subjek penelitian. 3) Penelitian oleh Martini (2009) dengan judul “Perummusan Strategi Pemasaran Untuk Menciptakan Sustainable Competitive Advantage Pada PT. Delight Raya Bali Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan lampu dan posisinya dalam matrik IE (internal eksternal), strategi yang memadai yang akan diterapkan dan strategi yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Delphi dengan matrik IE, sedangkan perbedaannya pada subjek penelitian. 4) Penelitian oleh Aditya (2011) dengan judul “Perumusan Strategi Pemasaran Produk Lukisan Wayang Kulit pada Mandra’s Art Shop di Kamasan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variable-variabel kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Mandra’s Art Shop dengan menggunakan teknik analisis SWOT dan juga matrik IE untuk merumuskan strategi dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian. 5) Penelitian oleh Sudiartawan (2010) dengan judul “Perumusan Strategi Pemasaran Pada Perusahaan Garment CV. Kecak di Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan garmen dengan menggunakan teknik analisis SWOT serta matrik IE yang terdapat pada perusahaan garmen tersebut. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian. 6) Penelitian oleh Shanti (2009) dengan judul “Perumusan Strategi Perusahaan Pada UD. Ananta Tabanan Bali”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh UD. Ananta. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT dengan metode Delphi. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Delphi, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan analisis SWOT serta subjek penelitian. 7) Penelitian oleh Wijaya (2008) dengan judul “Perumusan Strategi Perusahaan Untuk Menghadapi Pesaing Pada Pondok Asri Bungalow di Penebel Tabanan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis internal, dan eksternal yang dimiliki. Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT untuk mengetahui posisi pondok asri bungalow untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu SWOT serta subjek penelitian. 8) Penelitian oleh Sasmika (2007) dengan judul “Perumusan Strategi Pemasaran Pada Obyek Wisata Pemandian Yeh Panas Nirmala di Kabupaten Buleleng”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi obyek wisata pemandian yeh panas nirmala saat ini (2007) dan masa yang akan datang (2008). Tekik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matrik IE. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE, sedangkan perbedaannya pada subjek penelitian. 9) Penelitian oleh Indrawati (2007) dengan judul “Perumusan Strategi Pemasaran Pada Perusahaan Kopi Bubuk UD. Mutiara Jaya Tabanan- Bali”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan kopi tersebut dan mengetahui pada posisi manakah perusahaan kopi UD. Mutiara Jaya di dalam matrik BCG. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matrik BCG. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian. 10) Penelitian oleh Pidada (2007) dengan judul “Perumusan Strategi Pemasaran Pada Warung Internet Pratama Bali”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh warung internet pratama juga posisinya dalam matrik IE (internal eksternal). Selain matrik IE, teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian. 11) Penelitian oleh Emanuella (2008) dengan judul “Perumusan Strategi Bersaing Pada Perusahaan Biat Design di Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui indicator internal (kekuatan dan kelemahan), serta indicator eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh Biat Disegn dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu SWOT serta subjek penelitian. 12) Penelitian yang dilakukan oleh Sanal dalam Istambul Ticaret Universitesi Fen Bilimleri Dergisi yang berjudul “David’s Strategy Formulation Framework in Action: The Example of Turkish Airline on Domestic Air Transportation”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan dalam memasarkan jasanya telah tepat digunakan atau belum dengan menggunakan menggunakan empat teknik analisis yaitu matrik IE, matrik BCG, matrik SWOT, dan Grand Strategi matrik. Dengan menggunakan ke empat teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan empat analisis yaitu SWOT, IE, BCG, dan Grend Strategi serta subjek penelitian. 13) Penelitian yang dilakukan oleh Sampeadi dan Purwo A Budi S dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen yang berjudul “Penentuan Strategi Pemasaran Pada Produk Unilever”. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik analisis SWOT matrik, sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah yang sama sesuai dengan proporsi masing-masing strata atau mengajukan syarat-syarat agar suatu populasi dapat dipilih menjadi sampel. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktorfaktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu SWOT serta subjek penelitian. 14) Penelitian yang dilakukan oleh Sucherly dalam Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Unpas yang berjudul “Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing Serta Implikasinya Pada Loyalitas Pelanggan”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan dalam memasarkan produknya dan mengatahui sejauh mana strategi keunggulan bersaing berdampak terhadap loyalitas pelanggan dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE, sedangkan perbedaannya pada subjek penelitian. 15) Penelitian yang dilakukan oleh Remiasa dalam Jurnal Manajemen Perhotelan yang berjudul “Perencanaan Strategi Pemasaran Untuk Menciptakan Competitive Advantage”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran untuk menciptakan competitive advantage dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE dan SWOT matrik. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian. 16) Penelitian yang dilakukan oleh Ginting dalam Jurnal Sistem Teknik Industri yang berjudul “Perumusan Strategi Perusahaan PT X Dengan Menggunakan Matrik Evaluasi Faktor”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran pada PT X dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE dan SWOT matrik. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah analisis lingkungan eksternal menghasilkan faktor kunci berupa peluang dan ancaman, analisis lingkungan internal menghasilkan faktor internal kunci berupa kekuatan dan kelemahan, dan yang terakhir adalah alternative strategi yang harus diutamakan perusahaan adalah penetrasi pasar untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dengan mengembangkan kegiatan pemasaran. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan matrik IE dan mengetahui variabel kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan dua analisis yaitu SWOT dan IE serta subjek penelitian. 17) Penelitian yang dilakukan oleh Mariyudi dalam Jurnal Aplikasi Manajemen yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran dan Posisi Produk Perusahaan Multi Level Marketing di Kota Lhokseumawe”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran pada perusahaan MLM di kota Lhokseumawe dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik BCG. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian. 18) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah dalam Jurnal Teknik Industri yang berjudul “Perumusan Strategi Pemasaran Melalui Penentuan Prioritas Trapezoidal Fuzzy Number”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran dengan menggunakan teknik analisis matrik BCG, dimana penentuan prioritas strategi dilaksanakan berdasarkan Trapezionidal Fuzzy Number yaitu tujuh orang pakar akan diminta pendapat untuk memilih kepentingan tingkat kriteria dan variasi strategi . Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian. 19) Penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini dan M. Fadli Fajar dalam penelitian yang berjudul “Analisis Matrik BCG Pada Strategi Pemasaran Produk Pada CV. Turangga Mas Motor”. Penelitian ini dilakukan dalam menyususn strategi pemasaran dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik BCG. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal perusahaan. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor-faktor internal-eksternal dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaan, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan teknik analisis yaitu BCG serta subjek penelitian. 20) Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dalam Jurnal Ekonomi Bisnis yang berjudul “Analisis Internal & Eksternal (IE) Matrik dalam Strategi Pengembangan Objek Wana Wisata Grajakan”. Penelitian ini dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran untuk memperkenalkan dan mengembangkan industri pariwisata yang ada di kota Malang dengan menggunakan teknik analisis yaitu matrik IE. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal yang ada. 21) Penelitian yang dilakukan oleh Noviyaty dan Nurdin dalam Jurnal Organisasi dan Manajemen yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Produk Wisata RRC PT.XYZ”. Penelitian ini dilakukan dalam menyusun strategi dalam memasarkan jasa paket wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan witasa di Indonesia dengan menggunakan beberapa teknik analisis yaitu matrik IE, SWOT, dan SPACE matrik. Dengan menggunakan teknik analisis tersebut maka dapat diketahui apakah strategi yang digunakan saat ini telah tepat untuk diterapkan atau belum serta digunakan untuk menetapkan strategi apa yang cocok untuk digunakan dimasa yang akan datang dengan memperhatikan kekuatan internal dan eksternal yang ada. 22) Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Rindrayani dalam Jurnal Aplikasi Manajemen yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pemasaran terhadap Perkembangan Usaha Industri Kerajinan Mamer/Onyx di Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung”. Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa pentingkah pengaruh produk, harga, distribusi dan komunikasi pemasaran dalam meningkatkan penjualan serta loyalitas konsumen. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa strategi pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi dan komunikasi pemasaran perlu diterapkan sehingga dapat memuaskan konsumen. 23) Penelitian yang dilakukan oleh Tanjung dalam Jurnal Aplikasi Manajemen yang berjudul “Pengaruh Praktik Staregik Terhadap Kinerja Koperasi pada KPRI Propinsi Riau”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek strategi yang digunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja koperasi di Propinsi Riau. Dalam penelitian ini mengusulkan hipotesis bahwa praktek manajemen strategik mempunyai pengaruh positif dan berperan penting dalam meningkatkan kinerja koperasi. 24) Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis yang berjudul “Loyalitas Merek Sebagai Dasar Strategi Penentuan Harga ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh merek suatu produk terhadap loyalitas dari pada konsumen yang mana semakin tinggi loyalitas terhadap suatu merek maka semakin sulit konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk harga. 25) Penelitian yang dilakukan oleh Natalisa dalam Jurnal Manajemen & Bisnis Sreiwijaya yang berjudul “Pemahaman Terhadap Segmentasi Pelanggan: Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efeltifitas Pemasaran Jasa Penerbangan ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui segmen pasar yang disasar oleh jasa penerbangan yang ada dimana saat ini banyak maskapai penerbangan yang menawarkan jasanya dengan harga rendah atau low price yang mana hal tersebut pada masa yang akan datang dapat menjadi boomerang bagi perusahaan jasa tersebut. 26) Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmiatin dalam Jurnal Ekonomi Bisnis yang berjudul “Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model dari pada perilaku konsumen yang mana hal tersebut berguna bagi para pemasar untuk memahami perilaku konsumen agar dapat menyusun strategi pemasaran yang berhasil. 27) Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dan Dian dalam Jurnal Ekonomi Bisnis yang berjudul “Analisis dan Pilihan Strategi: Membangun Eksistensi Perusahaan di Masa Krisis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemilihan strategi-strategi yang tepat digunakan dalam menghadapi masa-masa krisis dalam suatu perusahaan yang mana pemilihan strategi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa macam pilihan teknik analisis diantaranya adalah matrik IE, SWOT, SPACE, dan BCG. 28) Penelitian yang dilakukan oleh Sunhilde dan Simona dalam Journal Fascicle of Management and Technological Engineering yang berjudul "Strategy and Sustainable Competitive Advantage The Case of Zara Fashion Chain”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi pengunaan strategi yang tepat bagi salah satu usaha yang bergerak dibidang fesien yang bernama Zara untuk menghadapi persaingan terhadap usaha-usaha yang sejenis di Eropa. 29) Penelitian yang dilakukan oleh Yen-Chun dalam Journal Management Decision yang berjudul “Renaming Effect of Brand Value: State-Owned Enterprises”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek perubahan nama atau merek produk yang dihasilkan oleh salah satu perusahan milik pemerintah yang mana efek dari perubahan nama merek tersebut berdampak pada tingkat penjualan kedepannya. 30) Penelitian yang dilakukan oleh Trim dan Yang-Im dalam Journal European Business Review yang berjudul “A Strategic Approach to Sustainable Partnership Development”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan penting strategi dalam pemasaran serta pentingnya proses pengambilan suatu keputusan dalam menjalin hubungan kerjasama untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang diperoleh dalam melakukan aktifitas pemasaran. 31) Penelitian yang dilakukan oleh Kandampully dan Ria dalam Journal Management Decision yang berjudul “Competitive Advantage Through Anticipation, Innovation and Relationships”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya keunggulan bersaing yang berkelanjutan terhadap loyalitas atau kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk serta menciptakan dan memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan. 32) Penelitian yang dilakukan oleh Matlay dan Hina dalam Journal Education and Training yang berjudul “Implementing Service Excellence in Higher Education”. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan suatu analisis pentingnya keunggulan jasa dan pelayanan terutama dibidang pendidikan. 33) Penelitian yang dilakukan oleh Hogarth-Scott dalam British Food Journal yang berjudul “Retailer-Supplier Partnerships: Hostages to Fortune or The Way Forward For The Millennium?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya hubungan antara penyalur dan pedagang eceran atau ritel yang mana hubungan tersebut akan mempengaruhi kekuatan merek suatu produk. 34) Penelitian yang dilakukan oleh Ekinyele dalam Global Journal of Management and Business Research yang berjudul “Significance Of Strategic Marketing To Enterprise Performance: An Empirical Analysis Of Nigerian Oil And Gas Industry”. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki arti pentingnya strategi pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan terutama pada industry minyak dan gas di Nigeria serta dalam penelitian ini meliputi bagaimana strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi) mempengaruhi jenis minyak dan gas yang dipasarkan oleh perusahaan. 35) Penelitian yang dilakukan oleh Daneshvar dan Ramesh dalam International Journal of Management & Strategy yang berjudul “Information Technology and Corporate Strategies In Small and Medium Enterprises”. Penelitian ini berisikan tentang pentingnya hubungan IT dengan strategi bisnis dalam suatu organisasi perusahaan dimana hubungan tersebut dijadikan sebagai kunci bagi para manajer untuk merumuskan bisnis yang akan di jalankan dalam organisasi perusahaan. 36) Penelitian yang dilakukan oleh Keyvani dalam Journal of Social and Development Sciences yang berjudul “Study of Operating and Marketing Strategy Factors in the Formulation of Strategie of Small Manufacturers”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan strategi dalam usaha kecil, dimana perumusan strategi dalam suatu perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya adalah mutu produk yang ditawarkan. 37) Penelitian yang dilakukan oleh Fahay, at all dalam European Journal of Marketing yang berjudul “Competitive advantage through sponsorship A conceptual model and research propositions”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan media promosi dalam bentuk sponsor pada bauran pemasaran yang mana sponsor berperan penting dalam pengaplikasian atau penerapan strategi pemasaran dalam suatu perusahaan untuk memeperkenalkan produk maupun jasa yang ditawarkan. 38) Penelitian yang dilakukan oleh Riana dalam Jurnal Studi Ekonomi yang berjudul “Pengaruh Trust In A Brand Terhadap Brand Loyalitas Pada Konsumen Air Minum Aqua di Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara empirik pengaruh dari variabel trust in a brand yang meliputi brand characteristic, company characteristic, dan consumer – brand characteristic terhadap brand loyalty. Merek yang diteliti adalah merek air minum Aqua, yang respondennya diambil dari para pengguna air minum Aqua yang ada di Kota Denpasar dengan menggunakan metode suksesif interval dan uji asumsi regresi berganda. Berdasarkan penelitian sebelumnya diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesamaan dari pada penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian yang dilakukan sebelum-sebelumnya adalah menggunakan beberapa macam model teknik analisis dalam perumusan strategi dimana diantaranya adalah menggunakan beberapa matrik yang ada yaitu matrik SWOT, matrik IE, matrik BCG, Grend Strategi matrik, dan SPACE matrik. Sedangkan hasil dari pada masing-masing penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dengan menggunakan beberapa pilihan matrik tersebut dalam menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan dari masing-masing objek penelitian tersebut maka dapat diketahui dengan pasti peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan baik dari dalam maupun luar perusahaan yang dapat mempengaruhi posisi strategis dari pada perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi perumusan strategi pemasaran yang tepat yang akan ditetapkan dan dilaksanakan oleh perusahaan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang agar perusahaan dapat terus bersaing pada pangsa pasar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.