hukum sebagai sarana rekayasa sosial dalam

advertisement
23
HUKUM SEBAGAI SARANA REKAYASA
SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Ilmiati*
Abstract
Law as a medium of social artificial is to arouse certain
conditions that lead to the achievement of the goal of law
are prioritized and simultaneously control the social life
in planned societies towards a better life. Law as a social
artificial in the development of national law does not only
create new national legislation but also produces legislation
that does not exclude human rights.
Keywords: law, social, legislation
1.
Pendahuluan
Bagi orang yang pertama kali mempelajari hukum, tentu ia akan
bertanya apa dan bagaimana hukum itu sesungguhnya. Hukum itu
mencakup banyak aspek, sebagaimana sifatnya yang abstrak maka
untuk membuat suatu definisi hukum yang berlaku umum yang dapat
diterima oleh semua kalangan adalah sangat sulit.
Sebagai pegangan mengacu pada definisi hukum yang
dikemukakan oleh Rusli Efendi, bahwa hukum merupakan serangkaian
aturan yang tersusun dalam suatu system, yang berisikan petunjuk
tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan perintah
dan larangan bagi warga masyarakat yang sanksi pemaksa yang bersifat
eksternal.
Akan tetapi selanjutnya akan timbul lagi pertanyaan mengenai
tujuan hukum dan fungsi hukum, di mana kedua hal itu sering
dicampur adukkan, padahal terdapat perbedaan diantara keduanya.
Untuk mencapai tujuan hukum itu, tentu harus memilih sarana yang
24
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
paling tepat yang berfungsi untuk mengantar hukum ketempat tujuan
yang yang diprioritaskan, disinilah hukum berfungsi aktif untuk
merombak atau merubah tatanan yang ada menuju suatu perubahan
yang direncanakan, ia akan menjadi hukum apa difungsikan atau
dijalankan dalam kehidupan masyarakat.
Menganalisa fungsi hukum yang ada dalam masyarakat memang
sangat penting dilakukan mengingat dalam kehidupan social masyarakat
sering terjadi konflik, karena adanya perbedaan kebutuhan diantara
mereka, dimana orang acapkali menyalahkan hukum, karena mereka
beranggapan hukum itu baru berfungsi jika ada konflik, persepsi sangat
keliru karena hukum bukan hanya berfungsi untuk menyelesaikan
konflik tetapi hukum telak berfungsi sebelum konflik itu terjadi, untuk
mengubah prilaku masyarakat kearah yang lebih positif serta memiliki
daya kerja sebagaimana mestinya. Jadi untuk mencapai tujuannya,
hukum harus berfungsi menurut fungsi-fungsi tertentu dengan kata
lain fungsi hukum luas yakni tujuan hukum secara umum serta tujuan
hukum secara spesifik.
Hukum atau tata tertib itu dapat berwujud kumpulan-kumpulan
kaidah-kaidah baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hukum itu lahi, tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat yang pada umumnya mengatur
bagaimana manusia berhubungan satu sama lain, apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Kenyataan mengenai tertinggalnya hukum dibelakang masalah
yang diaturnya sering dikatakan sebagai ciri hukum yang khas, tetapi
ketinggalan ini akan betul-betul menimbulkan suatu persoalan pasa
saat jarak yang memisahkan antara peraturan formal dengan kenyataan
yang terjadi telah melampaui batas-batas yang wajar, apabila hukum
secara nyata tidak memenuhi kebutuhan yang timbul dari perubahanperubahan social yang besar terjadi atau apabila tingkah laku social
dalam kesadaran dan kewajiban yang biasanya tertuju kepada hukum
berbeda dengan jelas dari tingkah laku yang dikehendaki oleh hukum
berbeda dengan jelas dari tingkah laku yang dikehendaki oleh hukum.
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
25
Tetapi dengan terjadinya segala macam perubahan itu tidak dapat
dikatakan begitu saja bahwa dasar-dasar bagi terjadinya perubahan
hukum telah diletakan.
Hukum sebagai suatu kaidah mencerminkan suatu esensi hukum
sebagai suatu nilai dan hukum sebagai suatu kenyataan masyarakat
menggambarkan esensi hukum subsistem dalam sistim social. Hal ini
berarti bahwa pemanfaatan hukum sebagai suatu alat rekayasa social
harus benar-benar sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
Masalah pembaharuan hukum di Negara kita, sebenarnya
adalah usaha pembentukan hukum yang lama, yang berasal dari masa
penjajahan dahulu yang dalam banyak hal tidak sesuai dengan semangat
dan kebutuhan bangsa kita pada masa kini. Di mana arti penting dari
usaha pembangunan tata hukum baru tersebut tidak saja berkaitan
dengan perubahan masyarakat (a tooi as social engineering).
Fungsi ganda dari hukum berarti bahwa pada satu pihak ia
melakukan fungsi tradisionalnya mengatur tata tertib kehidupan,
mengayomi dan melindungi masyarakat serta anggotanya, sedangkan
pada pihak yang lain, ia seoalh-olah melakukan perubahan social.
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa ada peraturan antara esensi
hukum sebagai suatu system, nilai dan penggunaan hukum sebagai
alat rekayasah social, dimana kedua hal tersebut dapat menunjang
dalam usaha-usaha penggunaan hukum sebagai alat dalam perubahan
masyrakat.
2.
Pembahasan
Untuk mencapai tujuan hukum, maka harus difungsikan,
mengenai apa yang merupakan fungsi secara umum inipun memancing
perbedaan di antara para ahli. Sudikno Mertokusumo mengatakan pada
hakekatnya hukum tidak lain adalah perlindungan pada manusia yang
berbentuk kaidah atau norma.1
1 Rusli Effendi, Achmad Ali, dan Poppy Andi Lolo, Teori Hukum (Makassar:
Hasanuddin Universitas Press. Ujung Pandang, 1991), h. 81.
26
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
Sedangkan I fungsi hukum menurut Rusli Effendi lebih cenderung
melihat fungsi hukum ada 2 yaitu:
a.
Fungsinya yang pasif hanya untuk menjaga status quo. Fungsi
ini disebut sebagai “Sarana social Control”.
b.
Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada
menuju suatu keadaan yang di ciat-ciatakan fungsi ini dikenal
sebagai “law is a tool of social engineering“ atau fungsi hukum
sebagai alat perekayasa sosial. 2
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi hukum maka perlu
dikemukakan fungsi hukum menurut Achmad Ali (1990:97) yang
membedakan kedalam:
a.
Fungsi hukum sebagai a tool of social control;
b.
Fungsi hukum sebagai a tool of sosil engineering;
c.
Fungsi hukum sebagai symbol;
d.
Fungsi hukum sebagai a political instrument;:
e.
Fungsi hukum sebagai intregarator.3
Hukum dalam melaksanakan peranan pentingnya bagi masyrakat
hukum mempunyai fungsi sebagai penertiban, pengaturan, penyelesaian
pertikaian dan sebagainya sedemikian rupa sehingga dapat mengiringi
masyarakat yang berkembang.
Fungsi hukum menurut Soedjono Dirjosiswono (1998: 153) dapat
di klasifikasikan dalam empat tahap yaitu:
a.
Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat,
hal ini dimungkinkan karena sifat dan watak hukum yang
member pedoman dan petunjuk tentang bagaimana berperilaku
di dalam masyrakat. Menunjukan mana yang baik dan mana yang
tercela melakukan norma-normanya yang mengatur perintah atau
2 Ibid.
3 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum; Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis
(Jakarta: Chandra Pratama, 1996), h. 97.
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
27
larangan sedemikian rupa, sehingga warga masyarakat diberi
petunjuk untuk bertingkah laku.
b.
Fungus hukum sebagai sarana untuk menunjukan keadilan social
lahir dan batin, hukum dengan sifat dan wataknya yang antara
lain memiliki daya mengigat baik fisik maupun psikologis.
c.
Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan. Salah satu
daya mengigat dan memaksa dan hukum, juga dapat dimanfaatkan
atau didayagunakan untuk menggerakan pembangunan.
d.
Fungsi kritis dari hukum. Dewasa ini sedang berkembang suatu
pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis yaitu daya
kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada
aparatur pemerintah (petugas) dan aparatur penegak hukum
termasuk di dalamnya.
Demikianlah hukum memiliki fungsi yang sedemikian rupa
sehingga di dalam suatu kehidupan bermasyrakat diharapkan
terwujudnya ketertiban, ketentraman, keadilan dan perkembangan
sedemikian rupa, sehingga dapat dijumpai masyarakat yang senantiasa
berkembang.
Perubahan-perubahan pada masyarakat di dunia dewasa
ini, merupakan gejala normal yang pengaruhnya menjalar dengan
cepat kebagian-bagian lain lain dari dunia antara lain berkat adanya
komunikasi modern perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilainilai social kaidah-kaidah social, pola-pola perikelakuan, organisasi
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan lapisan dalam masyarakat
kehidupan masyarakat sampai kini, ternyata selalu mengalami
perubahan atau dinamika pesat hal ini menujukan bahwa hamper tidak
ada kelompok masyarakat didunia yang kehidupan sosialnya yang statis
masyarakat manapun dapat dipastikan akan mengalami perubahan, baik
karena pengaruh dari luar manapun yang terjadi dengan sendirinya
dalam masyarakat bersangkutan oleh karena itu hukum dibentuk untuk
senantiasa mengikuti perkembangan masyarakat agar tidak tertinggal
jauh dalam dinamika kehidupan masyarakat.
28
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
Pada kondisi yang demikian, kebutuhan warga masyarakat
menuntut kehidupan masyarakat agar hukum tidak tertatih-tatih lagi
mengejar suatu peristiwa yang seharusnya diatur oleh hukum.
Hukum sebagai social engineering tersebut di atas merupakan
pelopor perubahan memimpin masyarakat dalam melaksanakan hal
itu langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan
perubahan dan bahkan mungkin menyebabkan perubahan social yang
dikehendaki atau direncanakan selalu berada di bawah pengendalian
serta pengawasan pelapor perubahan tersebut
Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan system
yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu, di namakan social
engineering atau planning. Untuk memahami tentang hukum sebagai
perekayasa sosial akan dikemukakan definisi “Sosial Engineering”
dari A Podgorecki.4
Social engineering adalah ilmu social terapan yang berfungsi
untuk memberikan pengetahuan kepada pada praktisi tentang cara efektif
untuk memberikan tujuan social yang diinginkan. Jika diterima adanya
seperangkat nilai-nilai tertentu serta diketahui adanya seperangkat
proposisi yang telah teruji yang melukisan tingkah laku manusia.
Jadi di dalam masyarakat ada suatu keinginan yang di capai lalu
di gunakan hukum sebagai alat untuk merubah tingkah laku warga
masyarakat agar terbawa kearah tujuan yang dikehendaki tadi sebagai
contoh kita mengiginkan agar pertumbuhan penduduk ditanah air kita
dibatasi demi kemasalahatan masa depan bangsa kita sendiri, untuk
itulah di buat peraturan-peraturan hukum yang mengatur pembatasan
kelahiran anak.
Suatu masyarakat dimanapun di dunia ini. Tidak ada yang statis,
masyarakat manapun senantiasa mengalami perubahan hanya saja ada
masyarakata yang perubahanya pesat dan ada pula yang lamban. Dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itulah fungsi hukum
sebagai a tool as of social engineering.
4
Rusli Effendi, Achmad Ali, dan Poppy Andi Lolo, Teori Hukum, h. 20.
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
29
Hukum dalam fungsinya melakukan perubahan terhadap
kemasyarakatan (rekasayasa sosial) adalah untuk menimbulkan
kondisi tertentu yang menggarah pada pencapaian tujuan hukum yang
diprioritaskan. Bahkan sekaligus mengendalikan kehidupan social
bermasyarakatan yang direncanakan menuju kehidupan yang lebih
baik. Sesuai dengan pameo hukum yang terkenal Yakni “Het Recht
Hinkt Achter Defeiten aan “artinya hukum tertatih-tatih mengikuti
perkembangan masyarakat. Hal ini tidak akan terwujud jika fungsi
rekayasa social dari hukum ini tidak terlaksana.
Menurut Satjipto Rahardjo, langkah yang diambil dalam social
engineering bersifat sistimatis dimulai dari identifikasi problem sampai
jalan pemecahanya yaitu:
a.
Mengenai problem yang dihadapi sebaik-baiknya termasuk di
dalamnya mengenali dengan seksama masyarakat yang menjadi
sasaran dari penggarapan tersebut.
b.
Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini
penting kalau social engineering itu hendak diterapkan pada
masyarakat dengan sector-sektor kehidupan majemuk. Pada tahap
ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih.
c.
Membuat hipotesis-hipotesis dan memilih mana yang paling
layak untuk bias dilaksanakan.
d.
Mengikuti jalanya penerapan hukum dan mengukur efekefeknya5.
Dalam hal ini hukum tidak lagi berdiri dibelakang fakta,
tetapi justru sebaliknya di Indonesia konsep tentang hukum sebagai
alat merekayasa masyarakat ini dikembangkan oleh Muchtar
Kusumaatmadja, hukum tidak cukup berperan sebagai alat tetapi juga
sebagai sarana pembaruan masyarakat.
Mengigat pembangunan social ekonomi ini selalu membawa
perubahan-perubahan, seharusnya hukum itu berperan, sehingga
5
170.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Masyarakat (Bandung: Alumni, 1980), h.
30
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
perubahan-perubahan tersebut dapat dikontrol agar berlangsung tertib
dan teratur. Hukum tidak diartikan sebagai alat tetapi sebagai “sarana”
pembaruan masyarakat pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep
terserbut adalah (1) bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha
pembangunan dan pembaruan memang diinginkan bahkan mutlak perlu
dan (2) bahwa hukum dalam arti kaidah diharapkan dapat mengarahkan
kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan dan
pembaruan itu.
Sebelum memutuskan apa yang hendak di kembangkan sebagai
hukum nasional maka hendaknya diadakan penelitian terlebih dahulu
untuk menentukan bidang hukum apa yang perlu diperbaharui, dan
bidang (ranah) apa yang dibiarkan berkembang sendiri. Bahwa untuk
hukum yang tidak netral, pembangunanya diupayakan sedekat mungkin
berhubungan dengan budaya dengan kehidupan dan kehidupan spertual
bangsa, disisi lain seperti kontrak, badan usaha, dan tata niaga dapat
di atur melalui hukum perundang-undangan nasional.
Hukum sebagai alat rekayasa social ini rupanya baru ditujukan
secara efektif guna merekayasa kehidupan ekonomi nasional saja
dan tak akan sanggup merekayasa masyarakat dalam seluruh aspek
kehidupan Hal ini tentu saja bersesuai dengan kepentingan pemerintah
order baru karena ide itu, untuk mendahulukan pembangunan hukum
yang dengan ranah netral yang juga hukum ekonomi tanpa melupakan
hukum tata Negara manakala sempat diselesaikan dengan hasil baik
akan sangat diharapkan dapat dengan cepat membantui penyiapan salah
satu infrastruktur pembangunan nasional.
Demikianlah hukum memiliki fungsi-fungsi yang sedemikian
rupa sehingga di dalam suatu kehidupan masyarakat, diharapkan
terwujudnya ketertiban, keteraturan keadilan dan perkembangan,
sedemikian rupa, sehingga dapat dijumpai masyarakat senantiasa
berkembang. Agar hukum dapat melaksanakan fungsinya dengan baik
dan seyogyanya, maka bagi pelaksana penegak hukum dituntut untuk
melaksanakan atau menerapkan hukum, dengan seni yang dimiliki :
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
31
masing-masing, antara lain dengan menafsirkan hukum sesuai keadaan
dan posisi fihak-fihak sedemikian rupa.
Akhirnya untuk mengaktifkan hukum sebagai sarana rekayasa
social, hendaknya pihak legislatif tidak memproduksi hukum yang
“a sweeping legislation” maksudnya suatu produk legislatif yang
pembuatannya dilakukan secara tergesa-gesa, tanpa memperhatikan
factor-faktor non hukum, yang cukup berpengaruh bagi bekerjanya
hukum dalam masyarakat sehingga kelak produk legislative itu tidak
efektif setelah diberlakukan.
3.
Penutup
Dari uraian pembahasan sebelumnya maka dapatlah dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
a.
Untuk mencapai tujuan hukum maka fungsi hukum dapat berupa:
•
Sebagai sarana pengendalian social;
•
Sebagai sarana rekayasa social,
•
Sebagai symbol
•
Sebagai alat politik
•
Sebagai mekanisme untuk integrasi
b.
Hukum sebagai sarana rekayasa social adalah untuk menimbulkan
kondisi tertentu yang mengarahkan pada pencapaian tujuan
hukum yang diprioritaskan serta sekaligus mengendalikan
kehidupan social dalam masyarakat yang direncanakan menuju
kehidupan yang lebih baik.
c.
Hukum sebagai rekayasa social dalam pembangunan hukum
nasional tidak saja menciptakan perundang-undangan hukum
nasional yang baru, tetapi juga menghasilkan perundangundangan yang tidak mengenyampingkan hak-hak asasi manusia.
32
Bilancia, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis). Jakarta: Chandra Pratama, 1996.
Darmodiharjo, Darji. Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta:
Pustaka Umum, 1996.
Effendi, Rusli. Achmad Ali, Poppy Andi Lolo, Teori Hukum, Makassar:
Hasanuddin Universitas Press. Ujung Pandang, 1991.
Kusumaatmadja, Muchtar. Fungsi dan Perkembangan hukum dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: Lembaga Penelitian Hukum
dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Pajajaran, 1970.
Rahardjo, Satjipto. Hukum Dan Masyarakat. Bandung: Alumni, 1980.
*)
Ilmiati, S.Ag., M.HI. adalah Dosen Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Palu
Download