BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah semua

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,baik yang dapat
diamati langsung,maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner , merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh karena itu teori skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –Organisme—Respons. Skiner membedakan
respon menjadi 2 :
1. Respondent respons atau reflexive , yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan stimulus tertentu sehingga menimbulkan respons
yang relatif atau disebut eliciting stimulation.
2. Operant respons atau instrumental respons ,yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus perangsang tertentu.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ,perilaku dibedakan menjadi dua:
1. Perilaku tertutup ( covert behavior).
Respons terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
2. Perilaku terbuka (overt behavior).
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
dan praktek mudah untuk diamati orang lain.
9
Universitas Sumatera Utara
10
Benyamin bloom (1908) membagi perilaku dibedakan dalam tiga kawasan
(domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain.Ketiga
domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
2.1.1
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu ,dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu
Tahu dapat diartikan mengingat suatu materi yang sudah di pelajari
sebelumnya.
2. Memahami
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di
ketahui,dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi
yang sebenarnya.
4. Analisis
Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi ,dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau
Universitas Sumatera Utara
11
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru
6. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.2 Sikap
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,tapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu.
Sikap terdiri atas beberapa tingkatan :
1. Menerima (receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus tahu objek yang diberikan.
2. Merespon (responding)
Jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab atas segala resiko terhadap sesuatu yang sudah
dipilihnya.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga
tidak.Secara langsung dapat dinyatakan bagaiman pendapat atau pertanyaan respon
Universitas Sumatera Utara
12
terhadap suatu objek.Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa
juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tingkatannya.Namun
secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan
untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.1.3
Tindakan
Tindakan dibedakan menjadi beberapa tingkatan:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama
2. Respon Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme(mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2Teori Health Belief Model
Menurut Edberg (2007), Health Belief Model (HBM) merupakan teori yang
paling luas digunakan. HBM di cetuskan pada tahun 1950-an berkat penelitian
psikolog sosial dari U.S Public Health Service (USPHS) yakni Godfrey Houchbaum,
Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles.
HBM dalam promosi kesehatan harus memperhatikan komponen atau
konstruksi yang merupakan pengungkit bagi faktor yang mempengaruhi perilaku.
Komponen-komponen model hubungan kesehatan dengan kepercayaan (HBM)
adalah
1. Persepsi Kerentanan. Derajat risiko yang dirasakan seseorang terhadap
masalah kesehatan.
2. Persepsi Keparahan. Tingkat kepercayaan seseorang bahwa konsekuensi
masalah kesehatan yang akan menjadi parah.
3. Persepsi manfaat. Hasil positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari
tindakan.
4. Persepsi Hambatan. Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil tindakan.
5. Petunjuk untuk bertindak. Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang
untuk bertindak.
6. Efikasi diri dan kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam
melakukan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
14
2.3 Pengertian LSL (Lelaki Sex Lelaki)
LSL (Lelaki Seks Lelaki) adalah semua yang berpenis yangberhubungan seks
dengan manusia berpenis lainnya. Sesederhana itu,male-to-male sex. Terpenting
dalam defenisi adalah perilaku seks. Jika dua lelaki berhubungan seks,maka disebut
LSL (Lelaki Seks Lelaki) terlepas dari orientasi seks dan identitas gendernya (Amfar,
2006). Secara orientasi seks, LSL (Lelaki Seks Lelaki) mungkin terdiri dari laki-laki
yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual atau gay dan sebagai
biseksual, meskipun lebih banyak yang tidak mengidentifikasi diri dengan keduanya
atau karena alasan tertentu tetap mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual
(UNAIDS, 2000).
Secara identitas gender seorang LSL (Lelaki Seks Lelaki) bisa jadi seorang
yang maskulin,feminim,dan keduanya sekaligun (Androgin). Artinya, LSL (Lelaki
Seks Lelaki) tidak selalu ditandai gesture tubuh laki-laki yang feminime, kemayu,
fashionable, berlenggak lenggok, cara bicara seperti perempuan dan perasaan yang
melankolis. Terdapat sifat cair dari istilah LSL (Lelaki Seks Lelaki) ini dengan unsur
sentralnya adalah perilaku seks antar lelaki. Istilah ini digunakan sebagai istilah
penggantian “homoseks atau gay” yang dalam banyak konteks sosial-budaya tidak
dikenal, tidak berarti, sulit diterjemahkan dan dalam lapangan HIV dan AIDS
cenderung menstigma kelompok tertentu (UNAIDS, 2006)
Sejak tahun 1990 para epidemiolog menciptakan terminologi men who have
sex with men atau MSM dalam rangka mempelajari penyebaran penyakit menular
diantara MSM terlepas dari apa identitasnya. Terminologi ini mampu menangkap
Universitas Sumatera Utara
15
lebih banyak ekspresi perilaku seksual antar lelaki yang tidak hanya sebatas
homoseks atau gay (UNAIDS, 2006). Sejak saat itu frase MSM (yang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia menjadi LSL) lebih populer digunakan sebagai cara
membicarakan perilaku seks antar lelaki dari pada istilah homoseksual atau
gay(Aditya, 2012).
2.3.1 Ciri-Ciri LSL (Lelaki Seks Lelaki)
Menurut Ardiana, 2012 adapun ciri-ciri dari seorang LSL adalah sebagaiberikut:
a. Laki-laki yang secara eksklusif berhubungan seks dengan laki-laki lain.
b. Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain tapi sebagian besarnya
berhubungan dengan perempuan.
2.4 Komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) di kota Medan
Menurut Bachari,2012 komunitas adalah terbentuknya dari sekelompok orang
saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu berdasarkan adanya
kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau diantaranya kelompok yang
lain serta adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota
kelompoknya. Di kota medan memiliki komunitas- komunitas LSL (Lelaki Seks
Lelaki) tempat berkumpulnya anggota komunitas biasanya kost-kostan, tempat
karoke, salon dsb
Awalnya komunitas LSL(Lelaki Seks Lelaki) hanya di jumpai di mall di kota
Medan dan pada hari tertentu saja yaitu pada hari Jumat untuk bertemu teman
komunits namun, karena kecanggihan tekhnologi sekarang LSL(Lelaki Seks Lelaki)
bisa leluasa bertemu di dunia maya atau di situs khusus kemudian janji untuk ketemu
lalu melakukan hubungan seksual(Gaya Nusantara,2013)
Universitas Sumatera Utara
16
Kecanggihan
tekhnologi
juga
dimanfaatkan
oleh
KPA
(Komisi
Penanggulangan AIDS) untuk pencegahan HIV/AIDS yaitu membuat situs resmi
www.proyekcinta.com yang dapat diakses dengan mudah dan waktu yang tidak
terbatas.Situs ini dimanfaatkan sebagai media promosi dan edukasi tentang
pencegahan HIV/AIDS dan situs ini juga menginformasikan manfaat penggunaan
kondom agar anggota komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) mau melakukan
pencegahan HIV/AIDS dengan salah satu caranya dengan menggunakan kondom
(KPAK, 2013).
Medan juga punya hotspotseringnya berkumpul komunitas LSL (Lelaki Seks
Lelaki) di bawah ini beberapahot spot komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) yang ada
di kota Medan :
1. Salah satu tempat karoke terkenal di medan
2. Kost-kostan
3. Tempat makan dan tempat nongkrong
4. Salon dan Massage
Komunitas LSL (Lelaki Seks LeLaki) dipandang rentan terhadap penularan
PMS dan HIV/AIDS.Mengingat perilaku seksual komunitas LSL (Lelaki Seks
Lelaki) yang cenderung bebas dan berganti gantipasangan serta rendahnya informasi
tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasilpenelitian menunjukkan bahwa umur
18-29 tahun sebanyak 45% telah menjadi mitraseksual dan ditemukan 9%
diantaranya positif HIV/AIDS (Hirshfield dkk, 2003). Berdasarkan data UNAIDS,
2006 sampai hari ini paling tidak 5-10% infeksi HIV di dunia di tularkan melalui seks
tidak aman sesama lelaki. Jumlah yang terlibat seks dengan lelaki lain diperkirakan
antara 2-5% di seluruh dunia.
Universitas Sumatera Utara
17
2.4. Perilaku Seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki)
1.
Oral erostism
: segala sesuatu yang berkaitan dengan mulut misalnya
memasukkan penis kedalam mulut dan menggunakan
bibir atau lidah dan mulut untuk menggelitik.
2.
Anal erotism
: berhubungan segala sesuatu dengan anus atau dubur yaitu
bergantian melalukan senggama melalui dubur.
3.
Vaginal erotism: berhubungan segala sesuatu dengan vagina
Menurut Kalina dkk, 2009 perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu :
1. Faktor Psikologi
Keadaan kejiwaan seseorang dapat mendorong untuk melakukan perilaku
seksual sehingga sebagai variasi dalam hubungan seksual.
2. Faktor Perilaku
Semua bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang
yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan
keadaan
kesehatan.Misalnya
melakukan
hubungan
seksual
tanpa
menggunakan kondom.
2.5. Program Penggunaan Kondom
Pencegahan HIV dikenal dengan 3 strategi umum yang secara universal di
formulasikan A adalahabstinence yang dapat diartikan tidak melakukan seks bebas. B
adalah be faithful yang di artikan setia pada satu pasangan dan yang ketiga C adalah
condom pemakaian kondom saat berhubungan seksual beresiko apabila A dan B tidak
bisa dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
18
Pada strategi ABC yang dipaparkan itu merupakan strategi pencegahan
penularan melalui transmisi seksual. Sedangkan,untuk mode of transmission yang
berbeda seperti penggunaan jarum suntik , transfusi darah , dari ibu yang positif HIV
kepada anaknya mempunyai strategi yang berbeda.
Strategi A biasanya di perkenalkan pada segmen remaja yang belum aktif
secara seksual.Bdan C diperkenalkan pada mereka yang telah memiliki pasangan seks
yang lebih dari satu atau berganti–ganti pasangan. Segmen populasi ini biasanya
disebut MARP(most-at risk population) atau populasi paling beresiko terhadap HIV
beda segmen beda strategi.
MARP untuk setiap regional atau negara bisa berbeda untuk konteks
Indonesia ,menurut KPA yang termasuk MRAP Indonesia:
a)
Pekerja seks perempuan
b) Lelaki seks lelaki termasuk didalamnya pekerja seks lelaki
c)
Waria
d) Lelaki klien pekerja seks dan
e)
injecting drug user.
MARP inilah yang mengontrol epidemi HIV di Indonesia.
Pekerja seks laki-laki yang melayani klien laki-laki adalah sub-populasi LSL
menimbulkan resiko tinggi tertular dan menularkan HIV. Pada situasi seperti ini
penggunaan kondom menjadi keniscayaan untuk di gunakan secara konsisten pada
setiap hubungan seks sebagai cara pencegahan HIV yang murah dan efektif
(Aditya, 2012).
Selain strategi ABC , KPA juga punya program untuk menekan pertumbuhan
IMS dan HIV yaitu pemakaian kondom 100% yang disingkat PPK adalah
Universitas Sumatera Utara
19
kegiatanyang memberikan penekanan pada pendidikan dan promosi pemakaian
kondom sebagai upaya menekan meluasnya penularan infeksi menular seksual (IMS)
termasuk HIV/AIDS,terutama dikalangan populasi yang memiliki banyak pasangan
seksual. PPK 100% dilaksanakan di pusat – pusat konsentrasi transaksaksi seksual
dengan banyak pasangan, kondomdiberikansepaketdengan pelican duakondomsatu
pelican yang berbahan air (KPAK, 2013).
Kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ketahun terutama dari tahun
2009 ketahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam hal ini disebabkan sudah
semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus
HIV/AIDS yang terjadi dimasyarakat sudah semakin baik. Serta kerja sama yang baik
dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang beresiko dapat hal
ditinjau dan diketahui. Pada tahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIV/AIDS
hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari
diperkenalkan dan dijalankannya program penggunaan kondom 100% (KPAK, 2013).
2.5.1. Tujuan dan Target Sasaran Program
Tujuan pelaksanaan program kondom 100% :
1. Mendekatkan akses kondom pada setiap tempat yang menjadi tempat adanya
perilaku berganti-ganti banyak pasangan seksual.
2. Meningkatkan pengetahuan para pekerja seks komersial untuk menawarkan
pemakaian kondom kepada para pelanggan dan keterampilan cara pemakaian
kondom secara benar.
Universitas Sumatera Utara
20
3. Meningkatkan pemakaian kondom secara konsisten pada setiap seksual
beresiko.
4. Menurunkan prevalensi IMS pada pekerja seks (laki-laki dan perempuan) dan
para pelanggannya.
Target sasaran program:
1. Pekerja perempuan langsung
2. Pekerja perempuan tak langsung
3. Pekerja seks laki-laki
4. Gay atau LSL(Lelaki Seks Lelaki)
5. Waria pekerja seks
6. Pelanggan dari pekerjaan seks perempuan atau laki-laki.
2.5.2 Outlet Kondom
Outlet adalah tempat penyaluran distribusi kondom. Jenis outlet terbagi dua
jenis yaitu:
1. MLD (Mangemen Lini Dua)
:
Outlet
yang
menyalurkan
lagi
distribusi kondom ke outlet outlet selanjutnya.
2. Outlet Akhir
:
Tempat distribusi terakhir kondom
yang langsung kepengguna (user)
Outlet kondom yang terdapat di kota Medan yang pengguna atau usernya LSL
(Lelaki Seks Lelaki).
Universitas Sumatera Utara
21
TABEL 2.1. Outlet Kondom di Medan
No
Nama outlet
alamat
Jenis outlet
1
LSM GSM
Jln. Pelangi
MLD
2
KDS Seci
Jln. Marendal
MLD
3
Herman
Jln. Kampung baru
Outlet akhir
4
Leonard
Jln. Bukit barisan
Outlet akhir
5
KDS Koos
Jln. Garuda
MLD
6
Yoko
Jln. Bromo
Outlet akhir
7
Aan
Jln. Multatuli
Outlet akhir
2.5.3 Distribusi Pemetaan Waria & LSL menurut Tempat (wilayah)
Berdasarkan laporan yang didapat dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Medan) Tahun 2011 terdapat data waria & LSL per-kecamatan geografis & sosial
yang menjadi populasi kunci untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
Universitas Sumatera Utara
22
Jumlah keseluruhan Waria (664 orang) & LSL (1.699 orang), berikut rinciannya.
Tabel 2.10.1: Jumlah Keseluruhan Lelaki Seks dengan Lelaki berdasarkan letak
wilayah di Kota Medan Tahun 2011
NO
KECAMATAN
WARIA
LSL
1
MEDANTUNTUNGAN
0
0
2
MEDAN JOHOR
134
0
3
MEDAN AMPLAS
0
0
4
MEDAN DENAI
8
90
5
MEDAN AREA
20
120
6
MEDAN KOTA
35
295
7
MEDAN MAIMUN
0
0
8
MEDAN POLONIA
0
210
9
MEDAN BARU
161
40
10
MEDANSELAYANG
30
103
11
MEDAN SUNGGAL
51
245
12
MEDAN HELVETIA
45
86
13
MEDAN PETISAH
93
208
14
MEDAN BARAT
7
205
15
MEDAN TIMUR
10
55
16
MEDAN PERJUANGAN
0
0
17
MEDAN TEMBUNG
20
0
18
MEDAN DELI
20
0
19
MEDAN LABUHAN
8
0
20
MEDAN MARELAN
12
32
21
MEDAN BELAWAN
10
10
664
1.699
JUMLAH
Sumber : Mapping Gerakan Sehat Medan 2011
Universitas Sumatera Utara
23
2.6.
Sejarah Kondom
Kondom adalah sarung karet yang tipis terbuat dari lateks yang digunakan
saat melakukan hubungan seksual. Pada ujungnya terdapat kantong kecil yang
merupakan reseivour untuk menampung semen (Siswosudarmo dkk, 2001)
Kondom pertama kali di temukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun tetapi
sangat sulit mendapatkan gambaran bagaimana kondom pada masa itu,kemungkinan
mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual atau pada saat
upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang romawi membuat kondom dari
otot korban peperangan.Kondom yang tertua ditemukan di istana Dudley dekat
Birmigham,England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah di jumpai
sejak tahun 1640.Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan penyakit
seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I.
Kondom di produksi secara besar-besaran setelah tahun 1844, ketika Charles
Good Year mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet.Kondom tersebut hanya
digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba
masih dapat di jumpai (Dumasari, 2008).
2.6.1. Jenis Kondom
Kondom latex dibuat oleh pabrik mempunyai bentuk, tekstur, warna,
ketebalan, lebar dan panjang yang berbeda.Beberapa kondom mempunyai permukaan
yang lembut dan ada juga yang mempunyai tekstur.Kebanyakan dari kondom
bewarna pudar yang buram tetapi ada juga yang berwarna dan berbau serta berasa.
Pada umumnya ada dua bentuk yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang
Universitas Sumatera Utara
24
yang lurus (straight-sided),mempunyai diameter yang sama pada kedua ujung dan
bentuk yang ngepas (contoured), mempunyai bentuk yang hampir sama dengan
straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis kecil. Bentuk yang ketiga yaitu
meruncing dari ujung yang tertutup dengan diameter yang lebih kecil dari bagian
yang terbuka.Bentuk yang keempat yaitu adanya bulatan pada ujung dari bagian yang
tertutup.
Kondom latex dirancang mempunyai permeabilitas membran yang dapaat
menghambat lewatnya organisma dalam berbagai ukuran seperti spermatozoa dengan
diameter 0,003mm(3000nm) dan juga pathogen penyebab penyakit seksual seperti
N.Gonorrhoeae (800nm),HIV(125nm)dan hepatitis b (40nm).
2.7. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom
Menurut Siswosudarmo, 2001 keutungan menggunakan kondom adalah
mudah,murah dan cukup efektif untuk melindungi atau pencegahan terhadap
penularan PMS (penyakit menular seksual). Serta dapat mengurangi ejakulasi dini
dan memperpanjang ereksi pada laki-laki. Sedangkan kerugiannya kurang praktis
karena harus dipakai setiap kali akan melakukan hubungan seksual,sehinggan harus
selalu ada persediaan apabila sedang berpergian dan kondom mengurangi rangsangan
penis sehingga kenikmatan seksual terganggu.
Universitas Sumatera Utara
25
2.7.1 Mitos Terhadap Kondom
Menurut pemaparan materi SRAN, beberapa mitos yang beredar dikalangan LSL
(Lelaki Seks Lelaki).
1. Kondom tidak bisa mencegah HIV dan IMS.
2. Pakai kondom selalu membuat hubungan seks tidak enak.
3. Kondom pasti menyebabkan gatal dan iritasi pada vagina.
4. Kondomhanyauntukpencegahankehamilan.
Berdasarkan laporan STBP(Survei Terpadu Bioligis dan Perilaku) tahun 2011
sebanyak 88% LSL mengaku pernah menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seks anal dengan pria. LSL(Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom
pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22% menggunakan kondom secara
konsisten pada seks anal 1 bulan terkhir. Kurang dari satu pertiga LSL(Lelaki Seks
Lelaki) menggunakan kondom secara konsisten pada setiap pasangan seksualnya.
Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakai seperti
sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas,kurangnya pendapatan
yang rendah dan ukuran penis yang besar (Donit,2011).
Dalam mempromosikan kondom,kondom harus tersedia dengan baik dan untuk
meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom
yang membuat hubungan menjadi nikmat.
Universitas Sumatera Utara
26
2.8
Penggunaan Kondom pada LSL (Lelaki Seks Lelaki)
Pemakaian kondom konsisten pada waria masih rendah. STBP 2007
melaporkan bahwa ada di 5 kota yang disurvey (Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Malang) dalam hubungan seks komersial dengan pelanggan, pemakaian
kondom konsisten pada hubungan seks anal reseptif berkisar antara 13% (Jakarta) dan
48% (Bandung), sedangkan pada hubungan seks anal insertive berkisar antara 9,5%
(Semarang) dan 46% (Bandung).
Luasnya jejaring hubungan seksual waria dan rendahnya tingkat pemakaian
konsisten kondom meningkatkan resiko penularan HIV pada waria, serta resiko
penyebaran HIV di kalangan GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) serta pria dan
wanita heteroseksual. LSL (Lelaki Seks Lelaki) cenderung memiliki banyak pasangan
seks, berhubungan dengan lelaki, perempuan, dan waria.Sedangkan, pemakaian
kondom konsisten dalam satu bulan terakhir pada populasi LSL (Lelaki Seks Lelaki)
sangat rendah.
Jejaring seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki) ternyata sangat luas dengan
pemakaian kondom konsisten yang sangat rendah.Kedua hal ini meningkatkan resiko
penularan HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan pasangannya, juga meningkatkan
resiko penularan HIV pada populasi homoseksual maupun heteroseksual. Selain
perilaku seksual beresiko, stigma dan diskriminasi merupakan faktor meningkatkan
kerentanan GWL (Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki) terhadap penularan HIV
(GWL INA, 2010).
Berdasarkan laporan STBP (Survei Terpadu Biologis dan Perilaku) tahun
2011 sebanyak 88% LSL (Lelaki Seks Lelaki) mengaku pernah menggunakan
Universitas Sumatera Utara
27
kondom pada saat melakukan hubungan seks anal dengan pria. LSL (Lelaki Seks
Lelaki) menggunakan kondom pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22%
menggunakan kondom secara konsisten pada seks anal 1 bulan terakhir.Kurang dari
satu pertiga LSL (Lelaki Seks Lelaki) menggunakan kondom secara konsisten pada
setiap pasangan seksualnya.
Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakaian
seperti sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas, kurangnya
pendapatan yang rendah dan ukuran penis yang besar (Donit, 2011).Dalam
mempromosikan kondom, kondom harus tersedia dengan baik dan untuk
meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom
yang membuat hubungan menjadi nikmat.
2.9. PMS (Penyakit Infeksi Menular Seksual) yang Beresiko Ditularkan Pada
Komunitas LSL
PMS atauSexually Transmitted Diseaseadalah suatu gangguan atau penyakit
yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. PMS
yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar
diantaranya
adalah
AIDS,
karena
dapat
mengakibatkan
kematian
pada
penderitanya.AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Raharjo, 1999).
Universitas Sumatera Utara
28
Dalam Suherman (2013)menyatakan PMS (penyakit menular seksual ) yang
serin timbul:
1. Gonorhoe
gonorhoe atau yang disebut kencing nanah , ditularkan melalui
hubungan seksual. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah gonococcus.
Penyakit ini meyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir ,
mucus , anus dan organ lainnya.
2. Sifilis
Sifilis yang lebih dikenal dengan sebutan raja singa. Penyakit ini
ditularkan melalui kontak seksual dan penggunaan alat yang di gunakan oleh
penderita seperti handuk,baju dsb. Penyebab timbulnya penyakit ini adalah
adanya kuman Treponemapallidum, kuman ini menyerang organ penting
tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.
3. Herpes
Herpes disebabkan oleh virus herpes simplex atau herves hominis
tersebar melalui hubungan seksual dan melalukan oral seks dengan
penderita.Herpes menyerang daerah kulit dan mulut.
5. AIDS
Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndromartinya suatu
gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.Pada dasarnya setiap
orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari
berbagai serangan seperti virus, kuman, dan penyakit lainnya.
Universitas Sumatera Utara
29
6. HIV
Singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus
yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh
sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh menjadi lemah.
2.10. Kerangka Pikir






Persepsi Kerentanan
Persepsi Keparahan
Persepsi Manfaat
Persepsi Hambatan
Petunjuk
Efikasi diri dan
Kepercayaan
Penggunaan kondom
saat melakukan
hubungan seksual
Universitas Sumatera Utara
Download