optimisasi economic dispatch menggunakan metode bacterial

advertisement
OPTIMISASI ECONOMIC DISPATCH
MENGGUNAKAN METODE BACTERIAL
FORAGING OPTIMIZATION ALGORITHM
Melisa Astriyanti1, Siti Komsiyah2, Derwin Suhartono3
1
Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, Jakarta.
Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, Jakarta.
3
Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, Jakarta.
2
Email : [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan mengenai harga listrik dapat diteliti lebih lanjut pada permasalahan
Economic Dispatch yang merupakan pembagian pembebanan pembangkit listrik pada suatu
sistem listrik yang beroperasi dengan tujuan mengoptimalkan biaya pembangkit tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan penggunaan metode optimisasi pada
permasalahan Economic Dispatch untuk menentukan total biaya optimal dari kombinasi
PLTU berbahan bakar batubara kemudian merancang progam aplikasi berbasis web yang
digunakan untuk mempermudah perhitungan optimisasi tersebut. Metode optimisasi yang
digunakan adalahmetode Bacterial Foraging Optimization Algorithm. Hal yang ingin
dicapai adalah kombinasi beban pembangkit dan total biaya pembangkit yang lebih
minimum dibandingkan dengan total biaya pada data aslinya serta perangkat lunak yang
dapat mempermudah perhitungan biaya tersebut. Simpulan yang didapat adalah bahwa
aplikasi web yang dibuat sangat membantu dalam mempermudah perhitungan biaya
dimana total biaya pembangkit yang dihasilkan lebih optimal dengan menggunakan metode
Bacterial Foraging Optimization Algorithm dibandingkan dengan hasil pada data aslinya.
Kata kunci : Tenaga Listrik, Economic Dispatch, Bacterial Foraging Optimization
Algorithm.
ABSTRACT
Economic Dispatch problem is one of electrical price problem. Economic Dispatch is one
term to distribute electrical power generators in some active electrical system to minimize
the cost of generators. The purpose of this study is to apply optimization method in
Economic Dispatch problem to get optimal total price of thermal generators and then make
web based application to simplify the calculation. Optimization method used is Bacterial
Foraging Optimization Algorithm. Things that want to achieve is combination of electrical
power generators and minimum total cost of generators and web based application to
simplify the calculation. In the end, it can be concluded that this web based application is
very useful in calculating the total cost of electrical power generators and the results is more
optimal using Bacterial Foraging Optimization Algorithm method than the results of real
data.
Keywords : Electrical Power, Economic Dispatch, Bacterial Foraging Optimization
Algorithm.
PENDAHULUAN
Listrik merupakan salah satu sumber kebutuhan hidup yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan
sehari-hari manusia. Listrik sangat bermanfaat dalam kehidupan di era modern seperti ini karena tanpa
listrik, manusia hampir tidak dapat melakukan pekerjaan yang ada dengan baik ataupun memenuhi
kebutuhannya.
Perkembangan teknologi dan perindustrian serta pertumbuhan penduduk yang pesat membuat
kebutuhan akan listrik terus meningkat setiap tahunnya. Listrik dapat dihasilkan dari pengubahan
energi alam ataupun bahan bakar. Salah satu penghasil listrik terbesar di Indonesia adalah PT PLN
yang bertanggung jawab atas produksi listrik dan berbagai masalahnya. PT PLN memiliki anak
perusahaan yaitu PT Indonesia Power yang bertanggung jawab atas listrik di pulau Jawa dan Bali. PT
Indonesia Power memiliki delapan unit pembangkit listrik yang akan menghasilkan listrik yang
nantinya didistribusikan kepada para konsumen.
Masing-masing unit pembangkit listrik memiliki beban minimum dan maksimum serta biaya
operasi. Unit-unit pembangkit yang ada memiliki karakteristik dan energi primer yang berbeda-beda.
Untuk unit pembangkit thermal yang menggunakan bahan bakar seperti PLTD, tentunya terdapat
biaya bahan bakar yang cukup mahal harganya dibandingkan dengan biaya operasi pada PLTA dan
lainnya. Biaya bahan bakar tersebut merupakan biaya yang terbesar yaitu sekitar hampir 80% dari
biaya produksi. Karenanya diperlukan suatu koordinasi dalam pembebanan daya listrik pada masingmasing unit pembangkit, sehingga diperoleh biaya pembangkit yang minimum. Biaya-biaya yang
terjadi selama proses produksi tersebut itulah yang nantinya akan menentukan harga pokok listrik.
Total biaya produksi ini dapat diminimalisir dengan cara pengaturan kombinasi pembebanan daya
pada unit-unit pembangkit yang ada sehingga didapatkan suatu pembebanan yang optimal atau lebih
ekonomis. Pengaturan kombinasi pembebanan daya tersebut dapat lebih memaksimalkan fungsi kerja
di unit pembangkitan bila diberikan suatu metode optimisasi sehingga didapatkan kombinasi daya
output yang optimal.
Setelah itu ditentukan besar daya yang harus disupplai dari tiap unit pembangkit sehingga total
biaya produksi dapat lebih minimal. Maka dapat dikatakan pembagian pembebanan daya listrik ini
merupakan suatu fungsi biaya pembangkitan yang disebut juga dengan Economic Dispatch (ED).
Economic dispatch merupakan salah satu permasalahan yang cukup menarik dan telah banyak
dilakukan penelitian mengenainya menggunakan berbagai metode optimasi. Salah satunya
menggunakan metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm. Guozhong Wu meneliti mengenai
economic dispatch pada unit pembangkit tenaga air menggunakan metode Bacterial Foraging
Optimization Algorithm. Dari hasil penelitian dan simulasi yang telah diuji, terbukti bahwa metode
Bacterial Foraging Optimization Algorithm ini memberikan hasil yang lebih optimum (Wu, 2012).
Penelitian lainnya yang juga menggunakan Bacterial Foraging Optimization Algorithm adalah
penelitian yang dilakukan R. Vijay. Hasil yang didapat dari metode Bacterial Foraging Optimization
Algorithm ini dibandingkan dengan hasil dari metode lain yaitu Genetic Algorithm dan Particle
Swarm Optimization. Hasilnya adalah metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm merupakan
solusi yang lebih optimum untuk permasalahan Economic Dispatch ini (Vijay, 2012).
Metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm ini juga telah diuji coba oleh Gautam
Mahapatra dan Soumya Banerjee dalam menyelesaikan permasalahan perhitungan simultan. Seperti
halnya Genetic Algorithm, BFOA juga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan linear
ataupun non-linear dengan lebih baik dibandingkan metode konvensional (Mahapatra & Banerjee,
2013)
Penelitian lain menggunakan metode hibrid Bacterial Foraging Algorithm-Particle Swarm
Optimization yang memperhitungkan valve-point effects (tekanan katup turbin) yang menghasilkan
solusi yang lebih optimal dibandingkan menggunakan metode Bacterial Foraging Algorithm biasa
(Jayabarathi et al, 2012).
Adapula penelitian lain yang menggunakan metode Bacterial Foraging Algorithm yang telah
diperbaharui yaitu Improved Bacterial Foraging Algorithm dalam memecahkan permasalahan operasi
ekonomis sistem tenaga (EED) dengan memasukkan pembangkit tenaga angin. EED tersebut
diselesaikan dengan dan tanpa menyertakan pembangkit tenaga angin untuk membuat batasan dan
perbandingan dalam pembuatan Bacterial Foraging Algorithm. Hasilnya adalah metode Bacterial
Foraging Algorithm yang sudah diperbaharui tersebut (IBFA) lebih baik daripada menggunakan
metode BFA biasa (Farajianpour, 2012).
Terdapat juga penelitian mengenai permasalahan Economic Dispatch dengan suatu metode hibrid
BFOA yaitu Fuzzy-BFOA. Namun sayangnya belum ada suatu perangkat lunak yang dapat
mendukung kemudahan proses perhitungan yang dilakukan (Fauzi, 2011).
Sedangkan untuk penelitian ini, permasalahan Economic Dispatch akan diselesaikan menggunakan
metode optimisasi Bacterial Foraging Optimization Algorithm dan juga akan dibuat suatu perangkat
lunak untuk mempermudah proses perhitungan.
Metode optimisasi yang digunakan yaitu Bacterial Foraging Optimization Algorithm memiliki
empat strategi foraging yang mampu bekerja secara serempak dengan sensifitas tinggi yang dapat
membantu proses pengoptimasian. Metode ini akan digunakan untuk menghitung kombinasi daya
output masing-masing unit pembangkit sehingga diharapakan nantinya akan diperoleh biaya
pembangkit yang lebih optimal dibandingkan dengan hasil biaya pembangkit yang tidak
menggunakan metode ini.
Penerapan metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm pada permasalahan Economic
Dispatch ini akan dipermudah dengan adanya perangkat lunak berbasiskan web yang akan membantu
proses perhitungan metode yang cukup rumit. Sehingga diharapkan tujuan penelitian ini yang
merupakan perancangan perangkat lunak untuk menerapkan metode Bacterial Foraging Optimization
Algorithm pada permasalahan Economic Dispatch untuk mencapai biaya pembangkit yang minimum
ini tercapai.
METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibuat sebagai berikut :
1. Identifikasi permasalahan mengenai optimasi biaya, yaitu meminimumkan biaya untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Permasalahan yang akan diteliti adalah
mengenai Economic Dispatch yaitu permasalahan mengenai penjadwalan beban listrik. Studi
literatur mengenai listrik dan Economic Dispatch ini diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
2. Memilih suatu metode optimasi yang merupakan cakupan dari Swarm Intelegence yaitu metode
Bacterial Foraging Optimization Algorithm. Studi pustaka mengenai metode ini sangat penting
agar nantinya dapat dibuat suatu program berdasarkan metode ini untuk menyelesaikan
permasalahan Economic Dispatch.
3. Mengumpulkan data-data yang diperlukan yang nantinya akan diproses untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Setelah data-data yang diperlukan didapat maka simulasi perhitungan dapat
dilakukan.
4. Data-data koefisien biaya pembangkit, daya minimum dan maksimum pembangkit, dan juga total
beban yang dibangkitkan seluruh pembangkit didapatkan dari perusahaan yang menjadi objek
penelitian.
5. Perhitungan biaya listrik dilakukan dengan permodelan matematika fungsi biaya listrik
a. Menentukan koefisien heatrate (koefisien a,b,c) dari data pembangkit dengan interpolasi
kuadratik.
b. Mencari nilai koefisien fungsi biaya (koefisien a,b,c) dengan mengalikan koefisien heatrate
dengan harga energi (Rp/kcal).
Rumus permodelan matematika fungsi biaya listrik adalah sebagai berikut :
Keterangan :
= total biaya pembangkitan (Rp)
= fungsi biaya input-output dari pembangkit (Rp/jam)
= koefisien biaya dari pembangkit
= output pembangkit (MW)
= jumlah unit pembangkit
= indeks dari dispatchable unit
Masing-masing pembangkit memiliki batasan yang dirumuskan sebagai berikut :
6. Selanjutnya, masuk ke dalam metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm untuk mencari
nilai
masing-masing pembangkit. Berikut merupakan algoritma dari metode Bacterial Foraging
Optimization Algorithm :
Mulai
Input konstanta fungsi biaya a,b,c (heatrate) masing-masing
generator
Input total beban yang diinginkan
Inisialisasi Parameter:
Jumlah bakteri(S)
Jumlah generator/dimensi pencarian(p)
Panjang swimming(Ns)
Loop chemotatic(Nc)
Loop reproduksi(Nre)
Loop eliminasi-dispersal(Ned)
Probabilitas eliminasi-dispersal(ped)
Nilai d attract, w attract, h repelent, w repelent
Ruang cari (batas min dan max generator)
Hitung total biaya semua
generator pada proses
swarming untuk setiap
bakteri yaitu J(B,K) dimana
B = indeks bakteri
Elimination and
Dispersal Loop
L=L+1
L > Ned
Ya
Selesai
J(B,K) < J(B,K-1)
B = B+1
Tidak
Tidak
Ya
Reproduction Loop
K=K+1
Swim M = M + 1
SW(B) = M
Ya
K > Nre
SW(B) < Ns
Tidak
Tidak
Ya
Chemotatic Loop
J=J+1
Tidak
B>S
Ya
J > Nc
Ya
Tidak
Gambar 1 Flowchart Metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm
Tumble
7. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode ini adalah :
a. Inisialisasi posisi bakteri dalam hal ini merupakan random masing-masing daya pembangkit
sesuai dengan batasan minimum sampai maksimumnya.
PG2
PG3
.........
PG8
Bakteri 1
PG1
PG2
PG3
.........
PG8
Bakteri 2
.......
.......
.......
.......
Posisi Bakteri =
PG1
PGS
PGS
PGS
PGS
Pembangkit 1
Bakteri S
Pembangkit 8
Gambar 2 Gambar Inisialisasi Posisi Bakteri
Posisi bakteri yang merupakan besar beban masing-masing pembangkit didapatkan dari nilai
random dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
besar beban pembangkit ke- pada bakteri ke= batas minimum pembangkit ke= batas maksimum pembangkit ke= nilai random dari 0 sampai 1
b. Inisialisasi parameter metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm yaitu : Jumlah
bakteri ( ), Jumlah dimensi pencarian ( ), Loop chemotaxis (
), Loop swimming ( ),
Loop reproduction (
), Loop elimination and dispersal (
), Probabilitas elimination
and dispersal (
), Besar step bakteri saat swimming dan tumbling ( ), dattract, wattract,
hrepellant, wreppelant.
c. Memasuki jalannya algoritma metode ini yaitu masuk ke dalam empat langkah utama metode
Bacterial Foraging Optimization Algorithm ini (Chemotaxis, Swarming, Reproduction,
Elimination dan Dispersal).
d. Mendapatkan hasil berupa kombinasi beban masing-masing pembangkit beserta total biaya
yang paling minimum.
e. Mengecek apakah total beban masing-masing pembangkit tersebut memenuhi toleransi inputan
total beban yang diinginkan.
f. Jika memenuhi maka hasil ditampilkan, jika tidak maka akan terus dijalankan hingga
memenuhi toleransi tersebut.
8. Merancang aplikasi berbasis web untuk menghitung permasalahan Economic Dispatch dengan
menggunakan metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm menggunakan HTML dan PHP.
9. Membandingkan hasil perhitungan yang didapat dari aplikasi tersebut, yang hasilnya berupa
kombinasi beban masing-masing pembangkit dan total biaya minimumnya, dengan data asli yang
didapat dari perusahan.
HASIL DAN BAHASAN
Perancangan Aplikasi
Login
Use Process
User
View Help
View About Method
View Company Profile
View About Creator
Logout
Gambar 3 Use Case Diagram User
User dapat melakukan beberapa fungsi yang terdapat dalam aplikasi web ini, diantaranya adalah :
1. Login yang akan membatasi akses penggunaan calculator pada aplikasi web ini untuk user pada
divisi yang berwenang di perusahaan.
2. Use Process yang merupakan bagian dari menu Process. Setelah user melakukan login, maka user
dapat menggunakan aplikasi perhitungan optimasi yang disediakan. User harus memasukkan input
terlebih dahulu. Data inputan tersebut kemudian akan diproses oleh aplikasi untuk menghasilkan
output berupa tabel hasil proses data dan gambar grafiknya.
3. View Help berfungsi sebagai petunjuk yang akan memandu user dalam menjalankan aplikasi
perhitungan ini. Pada menu Help akan disediakan informasi berupa inputan apa saja yang harus
dimasukkan oleh user.
4. View About Method berfungsi sebagai informasi kepada user mengenai metode optimasi yang
digunakan untuk memproses data pada aplikasi web ini. Metode optimasi yang digunakan adalah
metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm.
5. Logout akan mengeluarkan user dari proses calculator pada aplikasi ini. User akan kembali ke
halaman Home.
Hasil Pemrosesan Data
Penerapan metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm untuk permasalahan Economic
Dispatch ini terdapat pada perangkat lunak berbasiskan web yang telah dibuat untuk mempermudah
perhitungan metode optimasi tersebut. Uji coba program dilakukan dengan melakukan lima kali
percobaan dengan nilai input koefisien persamaan biaya yang sama (nilai koefisien a, b, dan c yang
sama), nilai input P Demand sebesar 3321 MW, dan nilai input Toleransi sebesar 0,1.
1. Percobaan Pertama
Setelah percobaan pertama dijalankan, didapatkan beban masing-masing pembangkit dengan
nilai Error = 0,024165 dan Biaya = Rp. 2.926,113128 per jam. Di bawah ini merupakan tabel
kombinasi beban pembangkit pada percobaan petama.
Tabel 1 Tabel Hasil Output Percobaan Pertama
Pembangkit
PLTU A
PLTU B
PLTU D
PLTU E
PLTU F
PLTU G
PLTU H
PLTU I
Total
2.
Beban (MW)
354,4491421
359,2903176
271,1874699
492,0624132
560,4367306
457,3546876
574,1432685
252,0518051
3320,975835
Percobaan Kedua
Setelah percobaan kedua dijalankan, didapatkan beban masing-masing pembangkit dengan
nilai Error = 0,01938 dan Biaya = Rp. 2.933,88221 per jam. Di bawah ini merupakan tabel
kombinasi beban pembangkit pada percobaan kedua.
Tabel 2 Tabel Hasil Output Percobaan Kedua
Pembangkit
Beban (MW)
PLTU A
367,36042
PLTU B
243,09668
PLTU D
359,58352
PLTU E
410,56642
PLTU F
567,75606
PLTU G
563,17906
PLTU H
603,95126
PLTU I
205,487
Total
3320,98062
3.
Percobaan Ketiga
Setelah percobaan ketiga dijalankan, didapatkan beban masing-masing pembangkit dengan
nilai Error = 0,038687 dan Biaya = Rp. 2.922,32356 per jam. Di bawah ini merupakan tabel
kombinasi beban pembangkit pada percobaan ketiga.
Tabel 3 Tabel Hasil Output Percobaan Ketiga
Pembangkit
Beban (MW)
PLTU A
355,122748
PLTU B
357,1216771
PLTU D
356,8317946
PLTU E
561,2485205
PLTU F
492,2541262
PLTU G
368,5028966
PLTU H
574,2562657
PLTU I
255,7007016
Total
3321,038687
4.
Percobaan Keempat
Setelah percobaan keempat dijalankan, didapatkan beban masing-masing pembangkit dengan
nilai Error = 0,077857 dan Biaya = Rp. 2.924,32447 per jam. Di bawah ini merupakan tabel
kombinasi beban pembangkit pada percobaan keempat.
Tabel 4 Tabel Hasil Output Percobaan Keempat
Pembangkit
Beban (MW)
PLTU A
346,3869069
PLTU B
287,5598931
PLTU D
354,4203968
PLTU E
514,9361055
PLTU F
552,2352366
PLTU G
515,3556477
PLTU H
515,9109487
PLTU I
234,27272223
Total
3321,077858
5.
Percobaan Kelima
Setelah percobaan kelima dijalankan, didapatkan beban masing-masing pembangkit dengan
nilai Error = 0,038687 dan Biaya = Rp. 2.922,32356 per jam. Di bawah ini merupakan tabel
kombinasi beban pembangkit pada percobaan kelima.
Tabel 5 Tabel Hasil Output Percobaan Kelima
Pembangkit
Beban (MW)
PLTU A
340,8370524
PLTU B
341,0677507
PLTU D
368,1866421
PLTU E
431,9512944
PLTU F
564,2833576
PLTU G
456,7201545
PLTU H
616,8870935
PLTU I
201,1608698
Total
3321,094215
Perbandingan Hasil Perangkat Lunak dengan Data Asli
Tabel di bawah ini merupakan data asli besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
beban sebesar 3321 MW.
Tabel 6 Tabel Biaya Pembangkit
Pembangkit Beban (MW)
Harga (Rp/jam)
PLTU A
372
351,0814846
PLTU B
372
351,0814846
PLTU D
372
351,0814846
PLTU E
575
344,1076797
PLTU F
575
344,1076797
PLTU G
575
344,1076797
PLTU H
200
401,262627
PLTU I
280
465,263699
Total
3321
2952,263699
Sedangkan dalam lima kali percobaan simulasi program, didapatkan hasil berupa tabel di bawah ini :
Tabel 7 Tabel Rata-rata Hasil Percobaan Simulasi Program
Rata-rata
Satuan
PLTU A
352,8312453
MW
PLTU B
317,6272637
MW
PLTU D
342,0419647
MW
PLTU E
482,1529507
MW
PLTU F
547,3931022
MW
PLTU G
472,2224893
MW
PLTU H
577,0297673
MW
PLTU I
229,7346198
MW
Total Beban
3321,033443
MW
Total Biaya
2927,620782
Rp/jam
Di bawah ini merupakan tabel perbandingan data asli dengan rata-rata lima kali percobaan yang
dihasilkan oleh aplikasi perhitungan dengan menggunakan metode Bacterial Foraging Optimization
Algortihm :
Tabel 8 Tabel Perbandingan Data Asli dan Rata-rata Output Simulasi
Data Asli
Metode BFOA
PLTU A
372
352,8312453
PLTU B
372
317,6272637
PLTU D
372
342,0419647
PLTU E
575
482,1529507
PLTU F
575
547,3931022
PLTU G
575
472,2224893
PLTU H
200
577,0297673
PLTU I
280
229,7346198
Total Beban
3321
3321,033443
Total Biaya
2952,263699
2927,620782
Berdasarkan perbandingan data asli dengan hasil dari perhitungan program menggunakan metode
Bacterial Foraging Optimization Algorithm yang terlihat pada tabel perbandingan di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan beban mendekati 3321 MW, biaya yang dihasilkan
lebih minimum dibandingkan data asli yaitu Rp. 2.927,621 per jam. Biaya yang lebih minimum ini
dapat menghemat Rp. 24,643 per jam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang sudah dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm menghasilkan biaya pembangkit (Komponen
C) yang lebih optimal dibandingkan dengan biaya yang didapat dari data asli.
2. Perbandingan kombinasi pembangkit antara data asli dengan hasil program cukup terlihat
perbedaan yang jelas. Biaya yang dihasilkan oleh aplikasi pun lebih kecil dibandingkan biaya pada
data asli meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh.
3. Aplikasi yang dibuat sangat membantu user dalam mempermudah perhitungan biaya pembangkit
yang optimal.
4. Penggunaan metode Bacterial Foraging Optimization Algorithm ini memakan waktu yang cukup
lama untuk menghasilkan output terutama jika diberikan toleransi yang sangat kecil.
Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan untuk penelitian dan pengembangan aplikasi selanjutnya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan peneliti dapat lebih mengembangkan metode Bacterial
Foraging Optimization Algorithm khususnya mengenai kepastian inisialisasi parameternya dan
proses untuk mendapatkan hasil yang cukup lama dikarenakan looping yang sangat banyak.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat memasukkan rugi-rugi beban transmisi
atau menjangkau cakupan wilayah yang lebih luas dan jenis pembangkit yang lebih beragam.
3. Untuk pengembangan aplikasi selanjutnya, diharapkan agar masalah loading hasil output data
yang cukup lama dapat teratasi.
REFERENSI
Adrianti. (2010). Penjadwalan Ekonomis Pembangkit Thermal dengan Memperhitungkan Rugi Rugi
Saluran Transmisi Menggunakan Metode Algoritma Genetik. Tesis tidak diterbitkan. Padang:
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Andalas.
Baijal, A., Chauhan, V. S., & Jayabarathi, T. (2011). Application of PSO, Artificial Bee Colony and
Bacterial Foraging Optimization algorithms to economic load dispatch: An analysis. IJCSI
International Journal of Computer Science Issues, 8(1), 467-470.
Brownlee, J. (2011). Clever Algorithms Nature-Inspired Programming Recipes. New South Wales:
Creative Commons.
Farajianpour, S., Mohammadi, A., Travakoli, S., & Barakati, S. M. (2012). Improved Bacterial
Foraging Algorithm for Optimum Economic Emission Dispatch with Wind Power.
TELKOMNIKA, 10(4), 675-682.
Fauzi, M. R. (2011). Optimisasi Economic Dispatch Menggunakan Fuzzy-Bacterial Foraging
Algorithm. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Studi Magister Bidang Keahlian
Teknik Sistem Tenaga, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh November.
Gazi, V., & Passino, K. M. (2011). Swarm Stability and Optimization. Chennai: Springer.
Indonesia Power. Diperoleh (3 Juli 2014) dari http://www.indonesiapower.co.id .
Jayabarathi, T., Bahl, P., Ohri, H., Yazdani, A., & Ramesh, V. (2012). A Hybrid BFA-PSO Algorithm
for Economic Dispatch with Valve-point Effects. Front. Energy, 6(2), 155-163.
Joko, P., Montario, C. B., & Zamrudi. (2010). Transmission of Electrical Energy. Makalah Tekhnik
Tenaga Listrik, 1-3.
Mahapatra, G., & Banerjee, S.(2013). A Study of Bacterial Foraging Optimization Algorithm and its
Applications to Solve Simultaneous Equations. International Journal of Computer
Applications (0975 – 8887), 72(5), 1-7.
Nadjamuddin, H. (2011). Bahan Ajar Perancangan Pembangkitan Tenaga Listrik. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Nilawati, A. R. (2009). Definisi dan Simbol Flowchart. Diperoleh (29 Juni 2014) dari
http://www.rama.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14921/2+definisi+dan+simbol+Flo
wchart.pdf sumber 2 definisi dan simbol Flowchart.pdf.
Penangsang, O. (2011). Pengoperasian Optimum Sistem Tenaga Listrik. Diperoleh (20 Mei 2014) dari
http://power-system.ee.its.ac.id .
Pressman, R. S. (2010). Software Engineering: A Practitioners Approach (7th ed.). New York:
McGraw-Hill Science.
Saadat, H. (1999). Power System Analysis. New York: McGraw-Hill Companies.
Shneiderman, B., & Plaisant, C. (2010). Designing The User Interface (6th ed.). Boston: Pearson.
Thomas, R. M. (2013). Survey of Bacterial Foraging Optimization Algorithm. International Jurnal of
Science and Modern Engineering (IJISME), 1, 11-12.
Vijay, R. (2012). Intelligent Bacterial Foraging Optimization Technique to Economic Load Dispatch
Problem. International Journal of Soft Computing and Engineering (IJSCE), 2, 55-59.
Welling, L., & Thomson, L. (2009). PHP and MySQL Web Development (4th ed.). Boston: AddisonWesley.
Whitten, J. L., & Bentley, L. D. (2007). System Analysis and Design for The Global Enterprise (7th
ed.). California: Irwin/McGraw-Hill.
Wikarsa, M. T. (2010). Studi Analisis Program Percepatan 10.000 MW Tahap 1 pada Operasi Sistem
Tenaga Listrik Jawa Bali. Tesis tidak diterbitkan. Depok: Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Wood, A. J., & Wollenberg, B. F. (1996). Power Generation, Operation and Control (2nd ed.). New
York: A Willey-Interscience Publication.
Wu, G. (2012). Economic Dispatch of Hydro Power System Based on Bacterial Foraging
Optimization Algorithm. International Conference of Mechanical Engineering and
Automation Advances in Biomedical Engineering, 10, 189-194.
RIWAYAT PENULIS
Melisa Astriyanti lahir di kota Jakarta pada 25 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Informatika dan Matematika pada tahun 2014.
Download