Efektivitas Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Hakekat Pembelajaran
2.1.1 Pengertian pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Syaiful Sagala (2011: 61).
Pengertian pembelajaran menurut corey dalam Syaiful Sagala (2011: 61)
menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus menurut Syaiful Sagala
(2011: 42) adalah sebagai berikut:
1.
Menurut teori behaviorisme pembelajaran adalah suatu usaha guru menekankan
perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur.
2.
Menurut Teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami
apa yang sedang dipelajari.
3.
Menurut teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata
pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya
(mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna), bantuan guru diperlukan
untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.
4.
Menurut Teori Humanistik pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajari sesuai dengan minat
dan kemampuannya.(Sugandi 2002: 24).
6
7
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan
materi pelajaran dengan sedemikian rupa
sehingga siswa
lebih
mudah
mengoorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi dalam lingkungannya.
2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Darsono (2002: 24) ciri-ciri pembelajaran adalah:
a.
Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b.
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
c.
Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang
bagi siswa.
d.
Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menyenangkan bagi siswa.
e.
Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik
maupun psikologis.
Ada tiga cirri khas yang terkandung dalam siste pembelajaran menurut Oemar
Hamalik yaitu:
1.
Rencana , ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur system pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
2.
Saling
ketergantungan
(independence),
antara
unsur-unsur
sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran.
3.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak di
capai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang di buat oleh
manusia dan sistem yang alami (natural).
8
Ciri-ciri pembelajaran adalah rencana atau usaha yang dilakukan secara sadar
dengan menyiapkan bahan belajar yang ditata secara khusus agar dapat menarik
perhatian serta memotivasi agar siswa siap meneriman pelajaran baik secara fisik
maupun psikologi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan .
2.1.3 Komponen-komponen Pembelajaran
Pembelajaran bila ditinjau dari pendekatan sistem maka dalam prosesnya akan
melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:
1.
Pencapaian Kompetensi
Kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga
ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya. Pendapat senada juga diungkapkan Soemarsono
dalam Arikunto (2005: 133), bahwa kompetensi merupakan tujuan yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Istilah kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi dimaksudkan adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Secara umum, pengertian kompetensi
dikaitkan dengan pengetahuan,keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yang
dimiliki peserta didik sesudah mengikuti pendidikan
2.
Materi pelajaran
Materi
pelajaran
merupakan
komponen
utama
dalam
proses
pembelajaran,karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari
kegiaatan pembelajaran. Materi pelajarn yang komprehensip, terorganisasi
secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga
terhadap intensitas proses pembelajaran.
9
3.
Subjek Belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama
karena berperan sebagai subjek karena siswa adalah individu yang melakukan
proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk
itu dari pihak siswa diperlukan partisifasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4.
Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran
pembelajaran
yang
merupakan
diyakini
pola
umum
efektifitasnya
mewujudkan
untuk
mencapai
proses
tujuan
pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih,
model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan
teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk
menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan
tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi
pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
5.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai
salah satu komponen sistem pembelajaran media pembelajaran berfungsi
untuk
meningkatkan
peranan
strategi
pembelajaran.
Sebab
media
pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran
disamping komponen waktu dan metode mengajar.
6.
Komponen Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah
fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan
semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Sehingga sebagai salah satu
komponen
pembelajaran
memanfaatkannya.
guru
perlu
memperhatikan,
memilih
dan
10
2.2
Hakekat Pembelajaran Kontekstual
2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu metode
pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupannya mereka menurut Wina Sanjaya (2011: 255).
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah metode pembelajaran melibatkan
para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. (Chaedar
Alwasilah, 2011: 35) .
Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan
filosofi konstruktivisme yaitu filisofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan dibenak pikiran
mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan (Sugandi, 2004: 41).
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja , dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembalajaran kontekstual cukup
mudah. Secara garis besar langkahnya yaitu mengembangkan pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, antara lain:
a.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuri untuk semua topic
b.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
c.
Ciptakan masyarakat belajar
d.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
e.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
f.
Lakukan refleksi diakhir pertemuan
11
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan
yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan lain dan dari konteks
yang lainnya, sehingga siswa memahami makna dari materi tersebut dengan konteks
keseharian mereka.
2.2.2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Menurut Sofan Amri dkk (2011:83). Penerapan pendekatan pembelajaran
kontekstual kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum, bidang studi apapun,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya berikut ini: kembangkan
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
1.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
2.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan jalan bertanya
3.
Ciptakan komunitas belajar
4.
Hadirkan model senbagai contoh pembelajaran
5.
Lakukan refleksi diakhir pertemuan
6.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Sedangkan
penerapan
pendekatan pembelajaran
kontekstual
menurut
mudiastuti dalam Wina Sanjaya (2011: 256). Terbagi menjadi beberapa rangkaian
kegiatan yaitu:
a.
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar . Kegiatan perencanaan pembelajaran
oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Progam
Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran,
Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran
kontekstual.
12
b.
Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip
penilaian yanga sebenarnya (authentic assessment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan
berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja
dan produk.
c.
Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang
beberapa prinsip pembelajaran berikur ini.
1.
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental.
2.
Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung.
3.
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.
4.
Mempertimbngkan keragaman siswa (disfersity of student) .
5.
Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegence) siswa.
6.
Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning).
7.
Menerapkan penilaian authentic (authentic assessment).
8.
Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual
1.
Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran
berbasis
masalah
(Problem-based
learnin)
adalah
suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah , serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran.
2.
Pengajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
13
3.
Pengajaran Berbasis Inkuiri
Merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk melakukan percobaan yang memungkinkan siswa
untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip atau konsep-konsep.
4.
Pengajaran Berbasis Proyek/tugas
Merupakan strategi pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar
siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
authentik (Nurhadi dkk, 2003: 55-78).
2.3. Pengertian Inquiri
Inquiri dapat diartikan sebagai proses bertanya , menyelidiki dan mencari tahu
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang telah diajukan. Pertanyaan ilmiah dalam
hal ini adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan
terhadap obyek pertanyaan. Melalui penyelidikan tersebut akan diperolah data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan. Tentunya, penyelidikan yang dilakukan
harus relevan dengan pertanyaan atau masalah yang akan dijawab.
Menurut Sofan Amri (2011: 84) menyatakan inquiri merupakan begian inti
dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri, guru harus merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan yang menemukan.
Inquiri adalah pembelajaran yang membiasakan siswa untuk membuktikan
sesuatu mengenai materi pelajaran dilakukan dengan penyelidikan oleh siswa itu
sendiri dengan bimbingan guru. (Syaiful Sagala 2011: 198).
Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan ada tiga macam metode inquiri
sebagai berikut:
1.
Inquiry terpimpin (quide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai
dengan yang dibutuhkan. Pedoman – pedoman
tersebut biasanya berupa
14
pertanyaan –pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan
terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan
dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar
perencanaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan.
2.
Inquiry bebas (free inquiry) , pada metode ini siswa melakukan penelitian
sendiri
bagaikan
seorang
ilmuan.
Peserta
didik
harus
dapat
mengidentifikasikan dan merumuskan brbagai topik permasalaahn yang
hendak diselidiki.
3.
Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru
memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi, dan
prosedur penelitian.
Metode inquiri adalah
sebuah
metode pembelajaran
yang
mampu
menciptakan siswa yang cerdas dan berwawasan . Dengan metode ini siswa dilatih
untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan suatu masalah
secara ilmiah. Dalam proses inquiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai
fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari
pengetahuan, dan bukan dijejali dengan pengetahuan.
Tujuan utama pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa
untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin
tahu mereka.
Menurut Wina Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama dari metode inquiri, yaitu:
1.
Metode inquiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
15
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pembelajaran itu sendiri.
2.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) . Guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta
didik. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik
bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses Tanya
jawab antara guru dan siswa.
3.
Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis ,logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
pembelajaran inquiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Beberapa pengertian inkuiri dapat diketahui bahwa para ahli memiliki cara
yang berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian inkuiri. Tetapi secara umum
dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh
informasi melalui obsevasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah
dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis.
2.3.1 Tahapan-Tahapan Pembelajaran Inquiri
Gulo dalam Wina Sanjaya (2007) menyatakan, bahwa kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut.
a.
Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.
Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut
dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
16
b.
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan
yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
menanyaakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari
semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.
c.
Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
d.
Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran yang ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan.
e.
Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Tabel 2.1
Pembelajaran Inquiri
Fase
1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
2. Membuat hipotesis
Perilaku Guru
Guru
membimbing
siswa
mengidentifikasi
masalah
dan
masalah dituliskan di papan tulis.
Guru
membagi
siswa
dalam
kelompok.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk curah pendapat
dalam membentuk hipotesis. Guru
17
3.
4.
5.
6.
membimbing
siswa
dalam
menentukan hipotesis yang relevan
dengan
permasalahan
dan
memprioritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas penyelidikan.
Merancang percobaan
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis
yang
akan
dilakukan.
Guru
membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
Melakukan
percobaan
untuk Guru
membimbing
siswa
memperoleh informasi
mendapatkan informasi melalui
percobaan.
Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan.
Sedangkan Menurut Syaiful Sagala (2011: 89)
1.
Observasi
Guru mengkondisikan siswa mengidentifikasi agar siap untuk melaksanakan
proses pembelajaran
2.
Bertanya
Guru dan siswa melakukan tanya jawab terhadap materi pembelajaran untuk
mengajukan hipotesis sementara.
3.
Mengajukan dugaan
Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
4.
Pengumpulan data
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmmenentukan langkahlangkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis.
18
5.
Penyimpulan
Guru membimbing siswa menyimpulkan inti dari pembelajaran
Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah untuk mengembangkan sikap ,
keterampilan
dan
kepercayaan
diri
siswa
dalam
memecahkan
masalah,
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara cermat, tanggap dan nalar,
mengembangkan sikap ingin tahu yang lebih dalam dan meningkatkan pengetahuan
kognitif, afektif serta psikomotorik.
2.3.2 Prinsip-Prinsip Penggunaan Inquiri
Menurut wina sanjaya (2007) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
seorang guru dalam menggunakan metode inquiri yaitu:
a.
Berorintasi pada pengembangan intelektual
Maksudnya adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi kepada
hasil belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunakan metode inquiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas
mencari dan menemukan sesuatu.
b.
Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi , baik interaksi
antara siswa dengan siswa , interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi
antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
(directing) agar peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi mereka.
19
c.
Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam mengembangkan model inquiri
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap
langkah inquiri sangat diperlukan.
d.
Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta ,akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya
cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk
berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan
hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung
oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang
dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan mengairahkan.
e.
Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan . Segala sesuatu
munkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada
siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukannya.
20
2.3.3. Langkah Pembelajaran Kontekstual Dengan Metode Inquiri
Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode inquiri terdiri dari
beberapa langkah sebagai berikut:
Langkah pertama
Orientasi
1.
Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
2.
Guru menyampaikan gambaran kegiatan pembelajaran yang menggunakan
metode inquiri.
3.
Guru melakukan motivasi/apersepsi yaitu mengaitkan materi yang hendak
dipelajari dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah kedua
Merumuskan masalah
1.
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki
motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah
yang hendak di kaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan
sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan
dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik
yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
2.
Masalah yang yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong siswa agar dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sebenarnya sudah ada,
tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawaban tersebur secara pasti.
21
Langkah ketiga
Merumuskan hipotesis
1.
Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Langkah keempat
Mengumpulkan data
1.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
2.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi bertukar
pendapat.
Langkah kelima
Menguji hipotesis
1.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir rasionalnya yaitu membuktikan kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah keenam
Merumuskan kesimpulan
1.
Akhir dari pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
2.3.4 Kesulitan –Kesulitan Implementasi metode Pembelajaran Inquiri
Metode pembelajaran inquiri merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu metode baru, dalam
penerapannya terdapat beberapa kesulitan.
Pertama ,metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang
menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang
sama pentingnya ,yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah
22
terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang
lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk
mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menggangap metode
pembelajaran inquiri sebagai metode yang tidak mungkin dapat diterapkan karena
tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia . Memang untuk
mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang
cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaharuan-pembaharuan.
Kedua , sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada
dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka
guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah
terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola mereka dengan
menjadikan belajar sebagai proses berpikir . Mereka akan sulit manakala diajak
memecahkan suatu persoalan. Mereka akan sulit manakala disuruh bertanya .
demikian juga dengan menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan
untuk menjawab setiap pertanyaan , walaupun pertanyaan itu sederhana. Biasanya
siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan jawaban dari suatu
pertanyaan.
Ketiga ,berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak
konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran
sebaiknya
menggunakan
pola
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal
dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem
ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu
saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana dilapangan. Guru
akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan
mengunakan inquiri sebagai metode pembelajaran yang menekankan pada proses
belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa
dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.
23
2.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiri
1.
Keunggulan
Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang banyak
dianjurkan oleh karena metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.
Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afekrif dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih
bermakna.
b.
Metode pembelajaran inquiri dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.
Metode pembelajaran inquiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menggangap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.
Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang
memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
2
Kelemahan
Disamping
memiliki keunggulan,
metode pembelajaran inquiri juga
mempunyai kelemahan, diantaranya:
a.
Jika metode pembelajaran inquiri digunakan sebagai metode pembelajaran,
maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.
metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
24
d.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran inquiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
2.4
Pengertian Minat Belajar
Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik
berupa studi, kerja hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan
tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan
sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah
untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari.
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri degan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crowe and Crowe dalam Djali(2008:
121) mengatakan bahwa minat berhubugan dengan gaya gerak yang mendorong
seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,
pengalaman yang dirangsan oleh kegiatan itu sendiri. Jadi, minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai
suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas
Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan.
Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
“ Definisi secara sederhana lainnya Hillgard dalam Slameto (2010: 57)
memberi rumusan tentang minat sebagai berikut” interst is persisting to pay
attention to and enjoy some activity or content” yang berarti bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
25
Menurut Getzel dalam Djemari Mardapi (2008: 106), minat adalah suatu
disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
tujuan perhatian atau perhatian.
Pemaparan para ahli terhadap minat, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat
adalah ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau
terlibat terhadap sesuatu hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal
tersebut. Dengan demikian minat belajar dapat kita definisikan sebagai ketertarikan
dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas
belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari.
Jika dikaitkan dengan aktivitas belajar, minat belajar merupakan salah satu
alat motivasi atau alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa
adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan raguragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal atau
seperti yang diharapkan.
2.4.1. Indikator Minat Belajar
Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui
kegiatan kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk
mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatankegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat
merupakan motif yang dipelajari dan mendorong individu untuk aktif dalam
kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisa minat belajar dapat
digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut:
Menurut Slameto (2010: 180) ” suatu minat dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal
dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk
memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
26
Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 132) mengungkapkan
bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui:
1.
Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya
2.
Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan
3.
Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya
tanpa menghiraukan yang lain (fokus)
Pendapat dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar
siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas yang
mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta
perhatian yang mereka berikan.
Indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitian untuk mengetahui,
apakah siswa yang diajarkan berminat untuk mempelajari suatu pelajaran dalam
artian belajar atau tidak berminat untuk belajar, jika siswa tidak berminat maka
gurunya hendaknya memberi motivasi atau membangkitkan minat siswa tersebut,
diantaranya dengan menggunakan variasi gaya mengajar.
2.4.2. Cara Menumbuhkan Minat Belajar
Dalam hal belajar apabila seseorang siswa mempunyai minat terhadap
pelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi
perhatian pada materi pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin
belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 81) “Sesuatu yang menarik minat
dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan
bersungguh-sunguh dalam belajar”
Dengan demikian, minat belajar memiliki peranan dalam mempermudah dan
memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, membantu untuk
berkonsentrasi serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar.
Dalam upaya memperkuat atau menumbuhkan minat dan untuk memelihara
minat yang telah dimiliki siswa, pihak di luar siswa khususnya guru pun dapat
27
membantu hal tersebut. Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2010: 181)
mengungkapkan bahwa:
Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang
telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang.
Selain itu menurut Rooijakkers dalam Slameto (2010: 181) “Menumbuhkan
minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara mengghubungkan bahan
pengajaran dengan suatu berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan
siswa.”
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 133) ada beberapa macam cara yang
dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai
berikut :
1.
Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia
rela belajar tanpa paksaan. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru
dapat menjelaskan manfaat dari akuntansi dalam kehidupan sehari-hari, serta
gambaran akan masa depan yang cerah profesi akuntan.
2.
Menghubungkan
bahan
pelajaran
yang
diberikan
dengan
persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima
bahan pelajaran. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat
menghubungkan materi tentang bukti transaksi dengan aktivitas siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar
yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan
kondusif. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya dalam pembelajaran
akuntansi.
4.
Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks
perbedaan individual anak didik. Contohnya: Guru dapat menggunakan
28
strategi belajar yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran akuntansi
yang tepat.
Betapa pentingnya untuk menumbuhkan minat belajar pada siswa. Minat
belajar harus ditumbuhkan dengan cara memberi motivasi pada saat guru
melaksanakan pelajaran agar masing-masing individu merasa senang untuk
mengikuti pelajaran sampai selesai. Ada pun pihak lain yang memperkuat
menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.
2.5
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yang masih tersembunyi masih berupa harapan-harapan perilaku
atau sikap . Hal ini akan diamati bila siswa sudah menunjukkan perilaku sesuai
dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang diinginkan . Bloom, menggemukakan
pendapatnya bahwa hasil belajar bisa berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan sebagai wujud kompetensi seseorang. Berikut perincian
ketiga ranah diatas:
a.
Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan
karaterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.
Ranah psikomotor
Meliputi
keterampilan
motorik,
manipulasi
benda-benda,
koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Sedangkan menurut Arikunto (1990: 133) mengatakan bahwa hasil belajar
adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam
perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur” Oemar Hamalik (2010: 159)
29
mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Perubahan yang dimaksud tidak hanya
perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap,
pengertian dan penghargaan diri pada individu tersebut.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal
cenderung menunjukkan hasil berciri sebagai berikut.
1.
Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.
2.
Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatannya, membentuk perilakunya , bermanfaat untuk mempelajari aspek
lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan yang lainnya.
4.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil
dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan
mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan,
pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Djemari Mardapi (1990: 3), evaluasi dalam pendidikan adalah
penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju
kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum.
Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil
penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Hasil belajar menurut Tu’u (2004: 75) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
30
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru kepada
siswa.
Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.
H a s i l belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.
3.
H a s i l belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa
dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Biasanya hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai
dan wali kelas serta arsip yang ada dibagian administrasi. Selain itu, hasil
evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku rapor yang
disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan/ kelulusan.
Dalam kaitannya dengan ukuran prestasi belajar, Mahmud (1989 : 280)
menegaskan bahwa untuk mengetahui harga dari standar bahan pelajaran
suatu mata pelajaran dan tingkat prestasi yang dimiliki siswa maka guru menilai
hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu kriteria, guru dan sekolah
menggunakan nilai huruf. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai melalui usaha belajar di
sekolah yang dalam bentuk nilai akhir yang disampaikan pada waktu kenaikan
kelas, diterima di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf.
2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang
lancar dan kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami . Dalam hal ini semangat pun
kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.
31
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan
sehari-hari didalam aktivitas belajar mengajar.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ilmiah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga
menyebabkan perbedaan perbedaan dalam hasil belajar.hasil belajar merupakan
hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung.
Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar sebagai berikut:
A.
Faktor dalam (Faktor Internal)
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari
siswa yang sedang belajar meliputi:
1.
Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan
berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga
akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak kalah
pentingnya adalah kondisi adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan
pendengaran . sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca,
melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen,
mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah orang lain. Jadi jelaslah
diantara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu sangat benar apa yang dikemukakan oleh ahli pendidikan
Edgar Dale yang mengatakan bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh
melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya
(Sutrisno dalam Tu’u, 1990: 40). Sebagai penjelasannya digambarkan dalam
kerucut pengalaman. Salah satu yang membuktikannya pada puncak kerucut, adalah
tertulis lambang kata. Hal ini dapat diketahui dan dijumpai pada tulisan-tulisan
dalam buku, majalah dan media cetak lainny.
32
Contoh : kalau siswa dapat membaca sopan santun, maka kita mengetahui
bahwa kata tersebut berarti norma sebagai pedoman bertingkah laku dalam
pergaulan hidup di rumah, di sekolah dan di masyarakat.
2.
Kondisi Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses
belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa factor yang mempengaruhi terhadap
proses dari hasil belajar yaitu
a.
Kecerdasan
Telah terjadi hal cukup terkenal bahwa kecerdasan besar peranannya dalam
berhasil atau tidaknya seorang siswa mempelajari sesuatu atau mengikuti
suatu program pendidikan. Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih
cepat mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas,
meskipun fasilitas dan waktu yang diperlukan untuk mempelajari materi atau
bahan pelajaran sama.
Hasil pengukuran kecerdasan dinyatakan dengan angka yang menunjukkan
perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ (Intelligence
Quotion). Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara
IQ dengan hasil belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang
dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi
belajar, termasuk prestasi-prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan
yang menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya
tingkat kecerdasan yang sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang
dicapai siswa.
b.
Bakat
Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang
ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai
warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat itu berbeda dengan siswa
33
lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu social, dan ada yang ilmu
pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di ilmu social akan sukar
berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang
dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikemabgngkan dalam
pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang
siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan
aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaliknya bersama orang tuanya
meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya.
Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan .
c.
Minat dan Perhatian
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah
melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan
perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada
pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung memperhatikannya dengan
baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi
dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa
harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaranpembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh
yakin akan berhasil dalam pembelajaran.
d.
Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan
memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa
yang kehilangan motivasi dalam belajar dalam belajar akan member dampak
kurang baik bagi prestasi belajarnya.
34
e.
Emosi
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan
terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang
emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan
mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang
didapatnya dalam suatu pembelajaran. Sebagai contoh Amat siswa SLTA
kelas II mempunyai emosi labil, cepat marah, mudah tersinggung, tertekan
dan merasa tidak aman, hal ini dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Sebaliknya Tuti yang merasa aman, gembiradan bebas,ia dapat dengan mudah
menerima, menghayati pembelajaran di kelas.
f.
Kemampuan kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir
menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan
ingatandan berfikir seorang siswa. Sebagai sesuatu yang harus diketahui guru
adalah bagaimana mengatur factor-faktor itu, berpengaruh dan membantu
siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal.
B.
Faktor luar ( Eksternal)
Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Salah satu faktor yang tergolong dari
faktor luar ini adalah gaya belajar yang dilakukan oleh guru, antaralain
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Istilah
pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya
termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan (Approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang
terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar
filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah
secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola
tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya
35
sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke
arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung
sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumbersumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain adalah faktor
dalam yang diterapkan oleh guru, yaitu pendekatan, strategi , metode, dan model
pembelajaran. Dan dalam penelitian ini ,peneliti memilih metode pembelajaran
sebagai variabel yang terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi psikologis,
sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh gaya mengajar akan diteliti, yaitu
variabel yang mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Disamping mempengaruhi
prestasi / hasil belajar siswa, metode pembelajaran juga akan mempengaruhi minat
belajar siswa. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tiga variabel
penelitian, yaitu metode pembelajaran, minat belajar, dan hasil belajar. Adapun
metode pembelajaran yang akan diteliti adalah metode inquiri
2.6
Kajian Penelitian Yang Relevan
Nelasari,Dita (2011), dengan judul penelitian “ Peningkatan Pemahaman
Konsep Masalah Sosial Melalui Metode Inkuiri Sosial pada Pembelajaran IPS Siswa
Kelas IV SDN IV Sumberagung Kabupaten Tulungagung”.
Hasil analisisnya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep masalah sosial meningkat
sebanyak 16%.
Safi,Imam (2011), dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Pkn
Melalui Model Inkuiri Yurisprudensi Pada Siswa Kelas V SDN Sidodadi 02
Kabupaten Blitar.
Hasil analisisnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara
penggunaan model inkuiri terhadap hasil belajar siswa meningkat sebanyak 97%.
36
2.7
Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan pembelajaran pendekatan
kontekstual dengan Metode Inquiri sangat memungkinkan siswa dapat terlibat
langsung dalam proses belajar mengajar sehingga siswa lebih tertarik dengan mata
pelajaran IPA. Selain itu dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
Metode Inquiri siswa juga terlibat aktif pada proses pembelajaran ,sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang
berkualitas.
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
dengan metode Inquiri pembelajaran yang tepat,akan mengurangi kondisi monoton
bagi siswa, kondisi
yang demikian juga mempengaruhi minat siswa terhadap
pembelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya . Salah satu yang dapat digunakan oleh
guru
dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kentekstual dengan Metode Inquiri. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dengan metode Inquri ini, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang
disampaikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar melalui
pengalaman dari siswa itu sendiri .
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan .maka pelaksanaan pembelajaran
mengunakan metode pendekatan pembelajaran kontekstual dengan Inquiri pada
mata pelajaran IPA pada dasarnya adalah untuk melihat efektivitas penggunaan
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode Inquiri terhadap minat dan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini akan membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen
dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung atau konvesional
dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan dalam kelas. Sedangkan kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual dengan
metode Inkuiri. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol harus dipertimbangkan kesetaraan kemampuannya . Untuk pretest diambil
37
dari alat evaluasi dan angket minat belajar pada kelas uji coba dan hasil pretest
kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan.
Gambar 2.1
Bagan kerangka berpikir
Kelas
kontrol
pretest
Angket
minat
Hasil pretest dan angket
minat tidak boleh ada
perbedaan yang signifikan
Kelas
ekperimen
pretest
Angket
minat
Pembelajaran
menggunakan
pelajaran
konvensional
postest
Angket
minat
Uji beda hasil posttest dan angket
minat apakah ada pengaruh yang
signifikan menggunakan
pendekatan pembelajaran
kontekstual dengan metode
inquiri
Pembelajaran
menggunakan
pendekatan
kontekstual
dengan metode
inquiri
postest
Angket
minat
38
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian, maka hipotetis penelitian ini
adalah sebagai berikut: “Pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode
inquiri, efektif terhadap peningkatan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD
Negeri Salatiga 12.
Download