i ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFLORA PADA SALURAN

advertisement
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFLORA PADA SALURAN
PENCERNAAN IKAN SEPAT SIAM (Trichogaster pectoralis) DI
PERAIRAN DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains
Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ANDI MARWAH BAKRI
NIM. 603001112100
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Andi Marwah Bakri
NIM
: 60300112100
Tempat/Tgl.Lahir
: Soppeng/30 September 1992
Jur/Prodi
: Biologi/S1
Fakultas
: Sains dan Teknologi
Alamat
: BTP Blok G 159
Judul
:Isolasi
dan
Identifikasi
Mikroflora
Pada
Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Di
Perairan Danau Tempe Sulawesi Selatan
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi
tersebut merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian
atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi
hukum.
Makassar, 29 Agustus 2016
Penyusun
Andi Marwah Bakri
Nim: 60300112100
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Isolasi dan Identifikasi Mikroflora Pada Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Di Perairan Danau Tempe
Sulawesi Selatan”, yang disusun oleh Andi Marwah Bakri, NIM: 60300112100,
mahasiswa Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang
diselenggarakan pada hari Senin/ 29 Agustus 2016, bertepatan dengan 1
Dzulqaidah 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Sains dan Teknologi, Jurusan
Biologi (dengan beberapa perbaikan).
Makassar,
29 Agustus
2016 M.
26 Dzulqaidah 1437 H.
DEWAN PENGUJI:
Ketua
: Prof. Dr. H. Arifuddin, M.Ag
(…...……………….)
Sekretaris
: Ulfa Triani A. Latif, S.Si., M.Si
(……………...…….)
Munaqisy I
: Hafsan, S.Si., M. Pd
(…..……….……….)
Munaqisy II
: Dr. Ernawati S. Kaseng, M.P
(...……….………….)
Munaqisy IIII
: Nurkholis A Ghaffar, M. Hum
(.….……………..….)
Pembimbing I
: Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Kes
(…………………….)
Pembimbing II
: St. Aisyah S, S.Pd., M.Kes
(…………………….)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad M.Ag.
NIP. 19710412 200003 1 001
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudari Andi Marwah Bakri, NIM:
60300112100, mahasiswa Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi dengan seksama skripsi
yang berjudul, “Isolasi dan Identifikasi Mikroflora Pada Saluran Pencernaan Ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Di Perairan Danau Tempe Sulawesi
Selatan”, memandang bahwa hasil penelitian skripsi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan kesidang munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Makassar, 29 Agustus 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mashuri Masri, S.Si, M.Kes
NIP. 19801216 200912 1 003
St Aisyah S, S.Pd, M.Kes
NIP. 19840102 201503 2 002
iv
KATA PENGANTAR
Tiada kalimat yang pantas terucap, selain kalimat Alhamdulillahi Rabbil
alamin, sebuah untaian kata indah yang mampu mewakili ungkapan rasa syukur
kepada Allah swt, yang mana atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Mikroflora Pada Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) di Perairan Danau
Tempe Kabupaten Sengkang Sulawesi Selatan” ini dapat terselesaikan, yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si).
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW
yang telah mengajarkan beberapa ilmu pengetahuan yang dijadikan lampu
penerang dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah berpartisipasi dan membantu
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, secara khusus iringan doa
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis berikan kepada kedua
orang tua penulis ayahanda Drs. H. A. Muh. Bakri A. Laupe dan Ibunda Hj. Andi
Nawirah A. Suttara tersayang yang telah mendidik dan mencurahkan kasih sayang
dengan ketulusan dan keikhlasan, yang tak henti-hentinya melantunkan doa
terbaik di setiap akhir sujud beliau untuk penulis serta rela mengorbankan
segalanya demi tercapainya harapan dari sang anak tercinta yang tidak akan
pernah mampu untuk dibalas, serta saudari Imaftuha, S.KM yang menjadi
motivator penulis. Semoga berkah dan rahmat Allah swt selalu menaungi mereka.
v
Selain itu juga penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar yang telah memberikan kebijakan-kebijakan demi
membangun UIN Alauddin Makassar agar lebih berkualitas sehingga dapat
bersaing dengan perguruan tinggi lainnya.
2. Prof Dr. H. Arifuddin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar selaku Ketua Dewan Penguji. Beserta Wakil Dekan I,
Wakil Dekan II dan Wakil Dekan III dan seluruh staf administrasi yang telah
memberikan berbagai fasilitas kepada kami selama masa pendidikan.
3. Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Biologi sekaligus
sebagai pembimbing I
yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
proses penulisan skripsi dan nasehat-nasehat kepada penulis selama aktif
menjalani proses perkuliahan dan ibu Baiq Farhatul S.Si, M.Si selaku
sekretaris jurusan Biologi.
4. St Aisyah S, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing II dalam proses penulisan
skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis sehingga skripsi ini telah terselesaikan.
5. Hafsah S.Si, M.Si, selaku penguji/pembahas I, Dr. Ernawati S Kaseng, M.P,
selaku penguji/pembahas II, dan Bapak Nurkholis A. Ghaffar, M.Hum, selaku
penguji/pembahas III, yang telah banyak memberikan masukan kepada
penulis.
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen dalam jajaran Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar yang selama ini telah mendidik penulis dengan baik
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat perguruan
tinggi.
7. Kepala Laboratorium Mikrobiologi dan Laboran Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penulis melakukan penelitian.
8. Saudara seperjuanganku Sri Wirastuti S.Si, Hartina, Reski Yunita Nasrul, Nur
Azizah Hasyim, Reski Nurul Hakiki, Nurmadina, Hasnidar, Firdayana, Andi
Nurul Azizah dan Muhammad Yusuf Usman yang telah banyak memberikan
masukan semangat satu sama lain, serta setia menemani penulis dalam suka
dan duka hingga tercapainya harapan bersama.
9. Sahabatku Nur aeni, Suriani, Nirma Musakkir, Nasriah dan Andi Anggi yang
walaupun berjauhan selalu memberi semangat serta motivasi dan memberi
senyum disaat kepenakan bergelut dengan skripsi.
10. Teman- teman “RANVIER” (Biologi Angkatan 2012) yang telah banyak
memberikan saran kepada penulis dan menghadirkan cerita indah selama
kurang lebih 4 tahun bersama.
11. Ikatan Alumni jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar.
12. Adik-adik mahasiswa jurusan Biologi Angkatan 2013, 2014 dan 2015.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
vii
Penulis juga menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan sesungguhnya hanyalah milik Allah swt.
Oleh karena itu penulis megharapakan kritik dan saran yang bersifat kontruktif
dari para pembaca, guna perbaikan kedepannya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah
senantiasa melindungi dan melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, Amin
Makassar, 29 Agustus 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................................
ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
ABSTARK ....................................................................................................... xiv
ABSTRACT ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang ..............................................................................
Rumusan Masalah .........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
Kajian Pustaka ...............................................................................
Tujuan Penelitian...........................................................................
Kegunaan Penelitian ......................................................................
1
1
4
4
5
6
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 7
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Tinjauan Umum Mikroflora Saluran Pencernaan..........................
Tinjauan Umum Saluran Pencernaan Ikan ...................................
Tinjauan Umum Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) ........
Tinjauan Umum Danau Tempe Kab. Wajo Sulawesi Selatan .......
Ayat Dan Hadist Yang Relevan ...................................................
Kerangka Pikir .............................................................................
7
11
16
19
21
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................... 25
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 25
ix
C.
D.
E.
F.
Variabel Penelitian ......................................................................
Defenisi Operasional Variabel .....................................................
Instrument Penelitian ( Alat dan Bahan) ......................................
Prosedur kerja ..............................................................................
25
25
26
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 34
A. Hasil penelitian ............................................................................ 34
B. Pembahasan ................................................................................. 40
BAB V
PENUTUP ........................................................................................ 53
A. Kesimpulan ................................................................................. 53
B. Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 71
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Genus bakteri yang diisolasi dari saluran pencernaan
beberapa Ikan Danau (Ringo, 1999) ................................................ 11
Tabel 3.1. Komposisi Primer Mix .............................................................. 32-33
Tabel 4.1. Pengamatan Makroskopik Koloni Bakteri dari Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) ............. 35-36
Tabel 4.2. Pengamatan Mikroskopik Sel Bakteri dari Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) .................. 36
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Sketsa Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) .............................................................................. 12
Gambar 2.2.
Morfologi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) ............. 20
Gambar 2.3.
Peta dan Lokasi Penelitian di Danau Tempe ............................ 21
Gambar 4.1.
Hasil Elektroforesis dari Produk Ampifikasi Gen 16S-rRNA... 38
Gambar 4.2.
Hasil Analisis BLAST Isolat MI 1, MI 5, MI 9 dan MI 10 .... 39-40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Penelitian ........................................................................ 63
Lampiran 2. Alur Kerja Penelitian .................................................................. 64
Lampiran 3. Pewarnaan Gram Bakteri ............................................................ 65
Lampiran 4. Alur Kerja Identifikasi Molekuler Bakteri
Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) .. 66
Lampiran 5. Gambar Pengamatan Makroskopik Koloni Bakteri
Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) .. 67
Lampiran 6. Gambar Pengamatan Mikroskopik Sel Bakteri
Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) .. 68
Lampiran 7. Perbandingan Urutan Nukleotida ............................................... 69
Lampiran 8. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 69
xiii
ABSTRAK
Nama
Nim
Judul Skripsi
: Andi Marwah Bakri
: 60300112100
: Isolasi dan Identifikasi Mikroflora Pada Saluran
Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Di
Perairan Danau Tempe Sulawesi Selatan.
Mikroflora adalah mikroorganisme yang secara alami menghuni saluran
pencernaan mahluk hidup. Mikroflora terdiri atas berbagai mikroba dalam jumlah
besar, dengan aktivitas dan kapasitas metabolik yang sangat beragam. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui spesies bakteri yang terdapat dalam saluran
pencernaan ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis). Isolasi mikroflora
menggunakan metode tuang pada media NA (Nutrient Agar). Isolat bakteri yang
didapatkan kemudian diidentifikasi secara makroskopik, mikroskopik dan
molekuler. Dari hasil isolasi saluran pencernaan didapatkan 10 isolat kemudian
empat diantaranya kemudian dilanjutkan untuk dilakukan identifikasi molekuler
diantaranya kode isolat MI 1 adalah spesies Bacillus cereus, MI 5 adalah spesies
Kluyvera cryocrescens, MI 9 adalah spesies Pantoea septica dan MI 10 adalah
spesies Alcaligenes sp.
Kata Kunci: Sepat Siam, Saluran Pencernaan, Mikroflora, Isolasi dan Identifikasi.
xiv
ABSTRACT
Name
NIM
Title
: Andi Marwah Bakri
: 60300112100
: Isolation and Identification of the Intestinal Microflora In
Sepat Siam Fish (Trichogaster pectoralis) In the Waters of
Lake Tempe South Sulawesi.
Microflora is a microorganism that naturally inhabit the intestinal tract
of living beings. Microflora consisting of various microbes in large quantities,
with diverse capacity and metabolic activities. This study aims to determine the
species of bacteria that found in the digestive tract of fish Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis). Isolation of mikroflora using serial pour plate method
of NA media (Nutrient Agar). Bacterial isolates were obtained and identified by
macroscopic, microscopic and molecular identification. The result showed there
are 10 isolates of digestive tract bacteria and then the four of them was proceeded
to identify the moleculeraly like isolates code MI 1 is a species of Bacillus cereus,
MI 5 is a species Kluyvera cryocrescens, MI 9 is a species Pantoea septica and
MI 10 is the species Alcaligenes sp.
Keywords: Sepat Siam, gastrointestinal, Microflora, Isolation and Identification.
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta adalah al- samawat wal ardha wa maa bainahuma yang artinya
(Langit dam Bumi serta segala yang ada diantara keduanya). Di dalamnya terdapat
fenomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas, mulai dari
bagaimana alam bisa muncul dan kejadian yang ada, sampai rahasia apa yang ada
dibalik semua itu. Dia Zat yang telah menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan
hidup manusia. Allah swt telah mengungkapkan pernyataan ini dalam al-Qur’an, di
antaranya yaitu QS. Al-Baqarah/ ( 2 ); 164 yang berbunyi:
            
              
          
    
Terjemahnya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
1
Menurut Tafsir Ibnu Katsir dalam QS. Al-Baqarah ayat 164 Allah
menerangkan pada kata: ‫َ ﺑ“َﺚ ﱠ ﻓ ِﯿﮭ َﺎ ﻣ ِﻦ ﻛ ُ ﻞ ﱢ د َاﺑﱠﺔ‬yang
‫ و‬berarti “Dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan,” dalam bermacam-macam bentuk, warna, dan manfaat,
kecil dan besar. Dan Dia mengetahui semuanya itu dan memberikan rizki kepadanya,
tidak ada satu pun dari hewan-hewan itu yang tidak terjangkau atau tersembunyi dariNya ( Abdullah, 2004)
Berdasarkan terjemahan tersebut maka dapat diartikan bahwa Allah
menciptakan berbagai macam hewan di muka bumi. Salah satu hewan yang
diciptakan adalah ikan. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapatkan dan harganya murah. Namun ikan
cepat mengalami proses pembusukan dan penurunan mutu dikarenakan daging ikan
mempunyai kadar air yang tinggi, pH netral, tekstur lunak dan kandungan gizi yang
tinggi sehingga menjadi medium yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri
(Angga, 2013).
Bakteri pada ikan dapat dijumpai pada permukaan tubuh dan saluran
pencernaan. Sebagian bakteri bersifat patogen, sedangkan sejumlah bakteri lainnya
menguntungkan bagi ikan karena membantu pencernaan, mensintesis vitamin-vitamin
serta mendekomposisi materi organik di perairan (Irianto, 2005). Hal ini diduga
karena adanya peran bakteri probiotik. Prinsip dasar kerja probiotik adalah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroba untuk mempermudah penyerapan oleh saluran
pencernaan ikan (Feliatra dan Suryadi, 2004).
2
Bakteri-bakteri pada ikan tersebut berasal dari detritus yang dimanfaatkan
oleh ikan untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Berdasarkan hasil penelitian Xue et
al. (1999) menunjukkan bahwa detritus banyak mengandung bakteri yang ikut
berperan dalam menyumbangkan enzim pencernaan eksogen untuk mendegradasi
nutrient pakan yang dikomsumsi oleh ikan. Bakteri tersebut juga merupakan sumber
nutrient tambahan bagi ikan. Bakteri yang termakan oleh ikan akan membentuk
koloni dalam saluran pencernaan ikan dan disebut dengan Mikroflora (Aslamsyah,
2009)
Beberapa jenis mikroflora yang terdapat dalam saluran pencernaan hewan
memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pakan, kesehatan
ikan dan perbaikan mutu lingkungan dan mikroorganisme (Watson et al. 2008).
Mikroflora hadir dalam usus melakukan sejumlah fungsi seperti fermentasi substrat
energi yang tidak terpakai, melatih sistem kekebalan tubuh, mencegah pertumbuhan
spesies berbahaya mengatur perkembangan usus dan memproduksi vitamin untuk
host. Namun, dalam kondisi tertentu beberapa spesies dianggap mampu menyebabkan
penyakit dengan menyebabkan infeksi ke host (Beaugeria 2004 dalam Aslamsyah,
2009).
Penelitian mikroflora pada saluran pencernaan ikan telah banyak dilaporkan.
Namun penelitian tentang mikroflora ikan sepat siam belum ditemukan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mikroflora saluran pencernaan pada ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul
“Isolasi dan identifikasi mikroflora pada saluran pencernaan ikan sepat siam
3
(Trichogaster pectoralis) di perairan danau Tempe Sulawesi - selatan” yang bertujuan
untuk menambah informasi tentang mikroflora saluran pencernaan ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jenis bakteri mikroflora yang didapatkan dari saluran pencernaan ikan
sepat siam (Trichogaster pectoralis)?
2. Bagaimana ciri makroskopik koloni dan mikroskopik sel isolat bakteri
didapatkan dari saluran pencernaan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)?
3. Apa nama species empat isolat mikroflora yang didapatkan dari saluran
pencernaan ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) melalui identifikasi secara
molekuler?
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sampel ikan diperoleh dari perairan Danau Tempe Kabupaten Wajo.
2. Mengisolasi mikroflora yang ada pada saluran pencernaan ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) kemudian mengidentifikasi dan mengamati mikroflora yang
ditemukan secara molekuler sampai ketingkat spesies.
3. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 di Laboratorium
Mikrobiologi UIN Alauddin Makassar dan Rumah Sakit Pendidikan bagian
Mikrobiologi Universitas Hasanuddin Makassar.
4
D. Kajian Pustaka
1. WA Jimoh dkk (2014) tentang identifikasi bakteri flora normal pada saluran
pencernaan ikan Clarias garieepinus dan
menemukan mikroflora pada saluran
pencernaan ikan Clarias garieepinus yaitu dari kelompok bakteri dan fungi.
Mikroflora jenis bakteri terisolasi beberapa species yaitu Pseudomonas fluorescens,
Bacillus alvei, aeromonas hydrophilia, Bacillus megaterium, Falovobacterium
rigense dan Enterobacter aerogenes. Sedangkan pada mikroflora jenis fungi terisolasi
beberapa species yaitu Apergillus niger, Aspergillus flavus, Penicillium atrovenetum
dan Penecillium expansum.
2. C.N Ariole (2013) dari Nigeria berkaitan dengan mikroflora saluran
pencernaan ikan dengan menggunakan 3 species ikan berbeda yaitu (Tilapia
guineensis, Sarotherodon melanotheron dan Liza falcipinnis)dan
menemukan
beberapa genus bakteri yang umumnya ada di saluran pencernaan ikan yaitu dari
genus Aeromonas, Bacillus, Pseudomonas, Staphylococcus, Salmonella, Vibrio,
Eschericia, Flavobacterium, Lactobacillus, Mikrococcus dan Enterobacter.
3. Aslamsyah (2009) mikroflora yang ada pada saluran pencernaan ikan
Gurame. Dan menemukan species bakteri Stapylococcussp., Bacillus sp., Moraxella
sp., Nitrococcus sp., Aeromonas sp., Lactobacillus sp., Mycobacterium sp.,
Carnobacterium sp., Cytobacter sp., Streptococcus sp. dan Clostrodium sp. dan
mengemukakan bahwa mikroflora yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan
gurame umumnya juga ditemukan pada saluran pencernaan species ikan. Oleh karena
itu, penting untuk melakukan penelitian saluran pencernaan pada ikan lain yaitu ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis).
5
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis bakteri mikroflora yang didapatkan dari saluran
pencernaan ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis).
2. Untuk mengetahui ciri makroskopik koloni dan mikroskopik sel bakteri
didapatkan dari saluran pencernaan ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis).
3. Untuk mengetahui spesies empat isolat mikroflora yang didapatkan dari
saluran pencernaan ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) melalui identifikasi
secara molekuler.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengguna ilmu yang relevan
sebagai referensi tambahan tentang mikroflora yang terdapat pada saluran pencernaan
ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) informasi dari penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana menjaga pakan ikan
budidaya dan melestarikan lingkungan khususnya di Perairan Danau Tempe Sulawesi
Selatan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis Mikroflora Saluran Pencernaan
Mikroflora adalah mikroorganisme yang secara alamiah menghuni saluran
pencernaan mahluk hidup. Mikroflora terdiri atas berbagai mikroba dalam jumlah
besar, dengan aktivitas dan kapasitas metabolik yang sangat beragam, serta dapat
memberi pengaruh positif dan negatif pada fungsi fisiologi saluran pencernaan
(Aslamsyah, 2009).
Pelczar dan Chan (1986) mengemukakan bahwa mikroflora asli saluran
pencernaan mempunyai hubungan mutualisme dengan inangnya, yaitu memanfaatkan
inang sebagai tempat hidupnya. Keuntungan bagi ikan adalah umumnya mikroba
memakan sisa atau menggunakan bahan buangan, banyak bakteri usus dapat
mensintesis vitamin, mensekresi enzim, dan membantu pencernaan nutrien dan
kehadiran mikroba asli cenderung menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga
dapat melindungi inang terhadap penyakit serta merangsang fungsi kekebalan tubuh
Beberapa jenis bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan hewan
memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pakan, kesehatan
ikan dan perbaikan mutu lingkungan dan mikroorganisme. Selain itu, beberapa
mikroflora pada saluran pencernaan memainkan peran yang cukup penting dan
menghasilkan beberapa jenis enzim dalam saluran pencernaan yang kemungkinan
turut berperan dalam metabolisme inang (Watson et al. 2008 dalam Gaby S, 2014).
7
Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari makanan
berlangsung di dalam usus. Di usus, bahan makanan (karbohidrat, lipid dan protein)
dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah menjadi berbagai komponen
penyusunnya agar dapat diserap dan digunakan secara optimal oleh hewan. Secara
garis besar, enzim pencernaan pada hewan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
enzim pemecah karbohidrat, pemecah lemak, dan pemecah protein (Wiwi, 2006)
Menurut Stickney dan Shumway (1974) enzim selulase diproduksi oleh
mikroflora usus, yang dihubungkan dengan aktivitas selulase dalam usus dengan
jumlah selulase/bakteri selulitik. Flora usus terdiri dari mikroorganisme yang
biasanya hidup di saluran pencernaan hewan (Gaby, 2014).
Mikroorganisme yang bersifat sementara pada ikan dapat digunakan
untuk memperbaiki
kondisi
kolam,
bahkan
Moriaty (1998)
menyebutkan
probiotik sebagai “water additives”, tetapi definisi yang sebenarnya adalah
bakteri
yang
dimasukkan
dengan berbagai
macam
cara
kedalam
saluran
pencernaan dan tetap hidup untuk memperbaiki kesehatan (Agustono, 2012)
Probiotik menurut Parker (1974) adalah organisme atau substansi yang
mendukung keseimbangan jumlah mikroorganisme dalam pencernaan ikan atau
kerapu. Pada stadia larva, ikan sudah hidup di lingkungan yang banyak sekali
bakteri patogen, pada waktu tersebut saluran pencernaan dan sistem immune
belum berkembang sehingga sebetulnya bakteri probiotik sangat diperlukan pada
waktu stadia larva (Vadstein, 1997).
Beberapa spesies bakteri dan jamur yang ditemukan dikaitkan dengan
spesies ikan. Parasit dan penyakit, yang disebabkan oleh kehadiran flora mikroba
8
patogen, mengancam produksi ikan dengan mempengaruhi fisiologi normal ikan
kemudian, jika dibiarkan begitu saja, bisa mengakibatkan kematian massal pada ikan,
atau dalam beberapa kasus, akan ikut terinfeksi pada manusia dan vertebrata lain
yang mengkonsumsinya (Shawn, 1997).
Berdasarkan penelitian patologi oleh Bambang Sutrisno (2004) menyatakan
bahwa bakteri bentuk Coccus seperti Staphylococcus sp dan Streptococcus sp akhirakhir ini telah banyak ditemukan pada ikan sakit. Kebanyakan kedua species tersebut
hidup sebagai saprofitik dan beberapa sebagai mikroflora normal di dalam saluran
pencernaan
hewan
dan
selanjutnya
dilepaskan
bersamaan
dengan
feses.
Keberadaannya dilingkungan aquatik biasanya sebagai indikator kontaminasi feses
terhadap air (Pelezar dan Reid, 1985).
Staphylococcus sp bukan merupakan penyebab utama sebagai penyakit pada
perikanan di Amerika, tetapi sebagai penyebab utama kerugian pada nelayan ikan di
Jepang, Taiwan dan negara-negara Timur (Varvarigos, 2001). Infeksi Staphylococcus
sp pada ikan jarang terjadi, walaupun demikian pernah diisolasi dari darah jantung
pada ikan Salmon sakit di Argentina (Conroy, 1966).
Isolat
tersebut
telah
diinjeksikan
secara
intraperitonial
dan
tidak
memperlihatkan adanya perubahan patologik pada organ ikan Mas. Pada ikan
Lepomis microlophus, infeksi Staphylococcus sp. menyebabkan beberapa lesi berupa:
nekrosis dan oedema di muskulus, hemoragi petichial di mesenterium dan intestinal
serta adanya timbunan cairan darah pada cavitas vaseralis. Selanjutnya Schaperclaus
(1992) menyatakan bahwa isolat yang didapat dari ikan apabila disuntikan secara
9
intra poritonial pada ikan sejenis tidak menunjukkan perubahan patologi (Bambang S,
2004)
Bakteri anaerob merupakan bagian yang secara numerik, dominan sebagai
flora normal dan jarang terdapat pada infeksi, namun dikenal sebagai penyebab
infeksi yang relatif umum pada hampir semua bagian tubuh. Beberapa bakteri
anaerob, terutama yang ditemukan sebagai flora normal dan jarang terdapat pada
tempat infeksi diianggap sangat rentang terhadap oksigen, karena akan mati beberapa
menit ketika terkontaminasi dengan udara (Sylvia, 2007).
Bakteri Gram negatif fakultatif anaerob banyak terdapat pada saluran
pencernaan ikan dan kerang - kerangan, sehingga simbiosis anaerob kemungkinan
dominan pada intestine bagian belakang ikan tropis herbivor (Clement, 1997
dalam Agustono, 2012). Vibrio dan Pseudomonas adalah bakteri yang umum
dijumpai pada crustacea, ikan laut dan kerang-kerangan. Sedangkan Aeromonas,
Plesiomonas dan bakteri dari genus Enterobacteriacea dominan pada ikan air
tawar (Sakata, 1990 dalam Agustono, 2012).
Menurut Tatang supandi (2014), ikan air tawar secara umum mengandung
Pseudomonas, Flavobacterium, Enterococcus, Micrococcus, Bacillus dan koliform.
Sedangkan ikan yang dipanen dari air yang tercemar kotoran hewan dan manusia
dapat mengandung Salmonella, Shigella, Clostredium perfringens dan
Vibrio
cholera. Ikan tersebut juga dapat mengandung bakteri patogen oportunistik seperti
Aeromonas hydrophila dan Plesiomonas shigelliodes.
Bairagi et al. (2004) berhasil mengisolasi dua mikroba dari strain
Bacillus yaitu Bacillus subtilus dan Bacillus circulans dari saluran pencernaan
10
ikan Mas dan ikan Nila. Kedua jenis mikroba ini memproduksi enzim amilase,
selulase, protease dan lipase. Pertumbuhan beberapa mikroorganisme dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan nutrisi, air, suhu, pH, oksigen, jumlah awal
populasi, adanya zat penghambat dan adanya jazad renik lainnya (Fardiaz, 1992).
Tabel 2.1. Genus bakteri yang diisolasi dari saluran pencernaan beberapa Ikan Danau
(Ringo, 1999)
NO
1
Spesies Ikan
Ikan Lele (Ictalurus
punctatus)
2
Ikan Emas (Carassius
auratus)
3
Masu salmon
(Oncorhyncus masou)
4
Belut/Ikan Sidat
Genus Bakteri
Aeromonas, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae, Bacillus,
Clostridium, Bacteroidaceae
Aeromonas,Plesiomonas,
Enterobateriaceae,
Pseudomonas, Acinetobacter,
Flavobacterium, Bacillus,
Clostridium, Bacteroidaceae
Pseudomonas, Flavobacterium,
Coryneforms
Referensi
MacMilan
(1990),
Sugita et al
(1991)
Sugita et al
(1988)
Yozhimitsu,
et al (1980)
Aeromonas,Enterobacteriaceae,
Bacteroidaceae, moraxella,
Sugita et al
Clostridium, Streptococcus,
(1997)
Pseudomonas, Acinetobacter
dan Plesiomonas .
Variasi jenis mikroflora pada pencenaan ikan dipengaruhi oleh struktur
saluran pencernaan (Watanabe 1986), lingkungan habitat ikan, dan tahapan
perkembangan ikan (Ringgo, 1995). Saluran usus ikan umumnya dihuni oleh
sejumlah besar bakteri heterotrofik, termasuk aerob dan anaerob. Bakteri mikroflora
pencernaan ikan berperan dalam menghasilkan beberapa zat bioaktif, seperti
tetrodotoxin (Noguchi et al, 1987), asam eicosapentaenoic (Yazawa et al, 1988),
biotin (Sugita et al, 1992), vitamin B12 (Sugita et al, 1991) dan zat anti bakteri
11
(Westerdahl et al, 1991), yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Bahkan hubungan
simbiosis antara ikan dan mikroflora usus sangat erat kaitannya. Pada mamalia
teresterial, mikroflora usus dapat terlibat dalam pencernaan zat makromolekuler
(Mitsuoka, 1980 dalam Sugita et al, 1997)
B. Tinjauan Teoritis Saluran Pencernaan Ikan
Alat pencernaan ikan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Pada umumnya saluran pencernaan berupa segmen-segmen yaitu, mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, lambung pilorus, usus, rektum dan anus (Affandi,
2005).
Gambar 2.1. Sketsa Anatomi Saluran Pencernaan Ikan
Berdasarkan kebiasaan makan terlihat perbedaan struktur anatomis alat
pencernaan ikan. Perbedaan yang mencolok ditemukan pada struktur tapis insang,
struktur gigi pada pada rongga mulut, keberadaan dan bentuk lambung serta panjang
12
usus. Tapis insang pada ikan herbivora banyak, panjang dan rapat sementara pada
ikan omnivora sedang dan pada ikan karnivora sedikit, pendek dan kaku. Rongga
mulut pada ikan herbivora sering tidak bergigi, sementara pada ikan omnivora bergigi
kecil dan pada ikan karnivora umumnya bergigi kuat dan panjang. Ikan herbivora
berlambung palsu atau tidak berlambung dengan bentuk kantong, dan ikan karnivora
berlambung dengan bentuk bervariasi. Usus ikan herbivora sangat panjang beberapa
kali panjang tubuhnya, sementara pada ikan omnivora sedang 2 sampai 3 kali panjang
tubuh dan pada ikan karnivora pendek, kadang lebih pendek dari panjang tubuhnya
(Aslamyah S, 2006).
Organ hati dan pankreas adalah kelenjar pencernaan yang mensekresikan
bahan yang kemudian digunakan dalam proses pencernaan makanan. Bahan hasil
sekresi kedua organ tersebut kemudian masuk ke usus melalui ductus choleodochus
dan ductus pangkreaticus. Adanya hubungan antara kelenjar pencernaan dan usus
depan maka letak kelenjar tersebut berada di sekitar usus depan dan lambung
(Aslamyah S, 2006).
Keasaman (pH) lambung pada saat lambung kosong (tidak ada makanan)
berkisar antara 4 sampai 7,4 sedangkan pada saat penuh berkisar antara 2,2 dan 2,8
(Nikolsky, 1963 dalam Aslamsyah, 2006). Keasaman (pH) usus adalah netral atau
hampir alkalis yaitu antara 6 dan 8 (Hickling, 1960 dalam Aslamsyah, 2006).
Berdasarkan kebiasaan makannya, ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
adalah ikan omnivora yang bertendensi herbivora yaitu pemakan biji-bijian dan
plankton. Ikan yang masih muda lebih banyak memakan fitoplankton yang masih
lembut dari kelompok Bacillaryphyceae, Cyanophyceae dan Flagellata. Sedangkan
13
ikan dewasa lebih banyak memakan plankton dari kelompok Ciliata, Rotifera,
Cladocera, Capepoda dan Chlorophyceae, Sepat dewasa juga memakan tumbuhan
tingkat tinggi yang sudah membusuk di dalam air, ikan Sepat Siam juga memakan
kangkung dan berbagai tumbuhan air lainnya yang tumbuh di air (Ghufran, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian (Samuel dan Safran Makmur, 2011)
mengemukakan bahwa ada 20 jenis makanan ikan Sepat Siam di Danau Tempe yang
terdiri dari fitoplankton (78,95%) biji tumbuhan (20,16%) dan zooplankton (0,89%).
Dan jenis fitoplankton yang dominan adalah Synedra (29,59%) dan Ulotrix (17,88%)
sedangkan pada sampling berikutnya terdiri dari 31 jenis makanan dan paling banyak
adalah Anabaena (28,32%) dan Ulotrix 18,67%) sehingga berdasarkan jenis makanan
tersebut ikan Sepat Siam termasuk kedalam jenis ikan herbivora dengan makanan
utamanya adalah fitoplankton, kondisi tersebut dimungkinkan karena perairan Danau
Tempe merupakan perairan yang subur dan juga banyak terdapat tanaman air.
Ikan Sepat yang dibudidayakan memerlukan pakan sejak mulai hidup dari
ukuran larva (burayak), dewasa sampai ukuran induk. Tillman et al. (1998)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan antara lain
komposisi pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Fungsi pakan adalah untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama
digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihannya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Jadi bila menghendaki pertumbuhan ikan yang
baik, maka harus diberi sejumlah pakan yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan
tubuhnya (Djajasewaka, 1985).
14
Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan
energi untuk pertumbuhan adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Kemampuan
ikan menggunakan nutrient pakan bergantung pada berbagai faktor seperti sintesis
enzim yang tepat, produksi enzim dalam jumlah yang cukup, dan distribusi enzim
dalam saluran pencernaan (Tengjaroenkul et al. 2000). Sehingga kandungan nutrien
pakan
nampaknya berpengaruh
pula
pada
aktivitas
enzim pencernaan.
Tersedianya substrat merupakan faktor yang nyata dalam pengaturan aktivitas
enzim pada ikan dan mamalia (Gaby S, 2014).
Aktivitas enzim sangat mempengaruhi kecernaan dan bervariasi menurut
umur ikan, keadaan fisiologi dan musim serta berkolerasi positif dengan kebiasaan
makan ikan (Kuzmina, 1996). Ikan yang tidak memiliki lambung dan pilorik kaeka,
aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pangkreas. Beberapa hasil studi
menunjukkan bahwa komposisi cairan pencernaan berhubungan dengan makanan
yang dimakan oleh suatu spesies ikan.
Kemampuan ikan untuk mencerna suatu jenis makanan bergantung pada
faktor fisik dan kimia makanan, jenis makanan, umur ikan sifat fisik dan kimia air
serta jumlah enzim pencernaan dalam sistem pencernaan. Enzim karbohidrase,
protease dan lipase mempengaruhi pencernaan makanan di usus anterior. Protease
merupakan enzim yang berperan dalam hidrolisis protein. Enzim yang banyak
berperan dalam hidrolisis karbohidrat ialah amilase seperti yang ditunjukkan oleh
ikan Mas (Zonneveld et al, 1991).
Menurut Murjani (2009) ikan Sepat budidaya mempunyai kebiasaan makan
yang berbeda dengan ikan Sepat yang hidup bebas di Danau. Sifat umum makanan
15
ikan Sepat adalah omnivora, di perairan umum mereka lebih banyak memakan
fitoplankton. Sebagian besar makanan ikan Sepat adalah tumbuh-tumbuhan air
dan lumut. Namun ikan ini juga memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk
ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya.
Dengan mengetahui kebiasaan makan suatu jenis ikan dapat diketahui
hubungan ekologis antara individu dalam suatu perairan, antara lain pemangsa,
persaingan, dan rantai makanan serta pengaruh parameter kualitas air dalam
keseimbangan lingkungan (Effendie, 1997).
Menurut Raharjo (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan dan kelimpahan
populasi ikan di perairan ditentukan oleh makanan yang dikomsumsi, disamping
faktor fisik kimiawi yang berpengaruh langsung terhadap ikan maupun secara tidak
langsung melalui pengaruhnya terhadap jenis organisme makanan. Ikan bersifat
poikilothermic sehingga jumlah mikroba akan berhubungan dengan suhu air
(Lesel, 1990).
Suhu air merupakan salah satu fisik yang dapat mempengaruhi nafsu
makan dan pertumbuhan ikan. Menurut Cholik, et al (1986), ikan-ikan tropis
tumbuh dengan baik pada suhu antara 25oC sampai 30oC. Pendapat ini
diperkuat Jangkaru (1976) yang menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera
makan bagi ikan adalah antara 25oC sampai 27oC, suhu optimum tersebut
biasanya pada pagi dan sore hari. Suhu air yang ideal untuk ikan Sepat yaitu
23oC sampai 28oC (Ortanez, 2008).
Ikan merupakan hewan air yang mengalami kehidupan sejak lahir atau
menetas dari telurnya sampai akhir hidupnya di air (Achjar, 1986). Ikan Sepat
16
mempunyai kebiasaan memijah dengan membuat sarang busa seperti balon. Sarang
tersebut dibuat oleh induk jantan dengan diameter sekitar 5 cm. Telur ikan Sepat
yang telah dibuahi akan terapung di dalam busa dan dijaga oleh induknya. Seekor
induk betina berumur 7 bulan dapat mengeluarkan 7.000 - 8.000 butir telur. Telurtelur yang dibuahi berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dan biasanya akan
menetas 36 - 48 jam setelah pembuahan. Kantong kuning telur (yolk sack) yang
merupakan makan awal larva akan habis dalam waktu 3-7 hari. Di alam ikan sepat
mulai memijah pada akhir musim hujan dan sepanjang musim kemarau (Ghufran,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian (Samuel dan Safran Makmur, 2011)
mengemukakan bahwa berdasarkan data distribusi ukuran panjang total ikan Sepat
Siam, diketahui bahwa ikan Sepat Siam di Danau Tempe diduga mempunyai dua
puncak rekruitmen dalam setahun yang mengindikaskan ikan Sepat Siam dapat
memijah lebih dari satu kali setahun. Diduga pemijahan ikan sepat siam di Danau
Tempe terjadi pada bulan-bulan ketika tinggi muka air danau bergerak naik dan
ketika tinggi muka air bergerak turun yaitu sekitar bulan Mei dan September 2011.
C. Tinjauan Teoritis Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis)merupakan ikan yang berasal dari Asia
Tenggara yaitu dari lembah sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja, dan
Vietnam. Jenis ikan ini diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1934 untuk
dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam, sawah dan rawa. Pada tahun
1937 ikan Sepat ini dimasukkan ke danau Tempe di Sulawesi dan berhasil
17
mendominasi 70% hasil tangkapan di danau tersebut selama 2 tahun (Simatupang,
2012).
Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) merupakan salah satu dari tiga
jenis ikan introduksi yang masih dominan tertangkap di perairan Danau Tempe
Sulawesi Selatan. Danau Tempe dikenal sebagai penghasil ikan air tawar yang
sebagian ikan tersebut berasal dari ikan introduksi (Samuel, 2011).
Khairul (2008) mengemukakan klasifikasi Ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Anabantoidae
Famili
: Belontiidae
Genus
: Trichogaster
Species
: Trichogaster pectoralis
Nama Lokal
: Sepat Siam
Ciri-ciri ikan Sepat Siam yaitu kepalanya mirip dengan ikan Gurami muda
yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm Saanin
(1968). Ikan Sepat Siam memiliki tubuh memanjang dan pipih, bermulut kecil dengan
bibir yang tipis, tubuhnya ditutupi sisik-sisik kecil, sisik bagian punggung berwarna
hijau kehitam-hitaman dan bagian perut berwarna lebih terang. Garis hitam melintang
agak miring juga terdapat dalam tubuhnya, mulai dari belakang sirip dada dan
18
berakhir pada ekor. Dari hidung sampai pangkal ekor membujur bercak-bercak hitam
melalui di antara matanya (Bambang, 2004).
Ikan Sepat Siam memiliki keunggulan yaitu mampu beradaptasi dengan
lingkungan buruk. Hal ini dimungkinkan karena ikan tersebut sendiri memiliki alat
pernafasan tambahan berupa labirin (bunga karang). Selain itu, ikan ini juga memiliki
bulu cambuk yang merupakan modifikasi dari sirip anal dan berfungsi sebagai alat
perlindungan diri dan membantu dalam hal pencarian makanan (Simatupang, 2012).
Ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara
terus menerus pada kecepatan tinggi seperti pada ikan sepat umumnya mempunyai
tipe sisik yang kasar/sisik pasir (tipe sisik ctenoid). Tipe sisik ini mempunyai bentuk
seperti sikloid yaitu pinggiran yang kasar. Sedangkan tipe ikan perenang cepat atau
secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang
lembut (Alamsjah, 1974).
Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan caudal. Batas yang nyata antara
caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan
ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis. Dermis terdiri dari
jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh Nepitelium. Diantara sel – sel
Epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang mengeluarkan lendir yang manyebabkan
kulit ikan menjadi licin (Radiopoetra, 1978).
19
g
f
a
b
c
e
d
Gambar 2.2. Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) (BKPMD, 2015)
Keterangan:
a. Mata (Visus)
e. Sirip anal (Pinna analis)
b. Mulut ( Oris)
f. Sirip ekor (Pinna caudalis)
c. Sirip dada (Pinna pectoralis)
g. Sirip Punggung (Pinna dorsalis)
d. Sisik Ctenoid
D. Tinjauan Teoritis Danau Tempe Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang
memiliki kekayaan biota yang tinggi. Pulau ini termasuk dalam kawasan Wallacea
bersama-sama dengan Philipina dan Nusa Tenggara merupakan daerah peralihan
antara zoogeografi Oriental dan Australia. Ada tiga tipe danau di sulawesi, yaitu tipe
danau vulkanik (Danau Tondano, danau Mooat), tipe danau tektonik (Danau Matano,
Danau Towuti dan Danau Poso) dan tipe danau rawa banjiran (Danau Tempe, Danau
Sidenreng) (Whitten, 1987 dalam Samuel, 2011).
Danau Tempe dengan tipe danau rawa banjiran, terletak di Kecamatan
Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Luas sekitar 13.000 ha dengan
20
kedalaman maksimum 5,5 meter dan dapat mencapai lebih dari 30.000 ha saat banjir
besar dan pada musim kemarau luas genangannya hanya ± 1.000 ha dengan
kedalaman maksimum 1 meter. Perbedaan tinggi permukaan air pada waktu musim
hujan dan musim kemarau ± 4 meter. Pada musim kemarau daerah yang tidak
digenangi air merupakan hamparan lahan yang subur yang digunakan sebagai lahan
pertanian palawija, sedangkan areal yang digenangi air diperkirakan ±45 %
permukaannya tertutupi oleh tumbuhan air, selebihnya merupakan areal penangkapan
ikan dan alur pelayaran (Samuel, 2011).
Gambar 2.3. Peta dan lokasi penelitian di Danau Tempe (BKPMD, 2015)
Danau Tempe adalah sebuah lokasi perairan potensial di Sulawesi Selatan.
Selain sebagai penghasil ikan tawar terbesar, danau tersebut juga dimanfaatkan
sebagai tempat bermukim di atas air dengan sistem rumah mengapung, sebagai
tempat tumbuhnya vegetasi terapung, tempat hidup berbagai jenis burung langka dan
sebagai tujuan wisata terbesar kedua di Sulawesi Selatan selain Toraja. Potensi danau
dengan berbagai jenis ikan yang hidup di dalamnya serta fungsi danau yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang keberlangsungan manusia dan beberapa ekosistem
21
lainnya, menjadikan Danau Tempe menjadi tujuan utama bagi masyarakat
disekitarnya dalam mencari nafkah (Naidah, 2009).
Danau Tempe dikenal sebagai penghasil ikan air tawar yang sebagian ikan
tersebut berasal dari ikan introduksi. Dari berbagai jenis ikan introduksi yang ditebar
di danau ini, terdapat tiga jenis ikan yang masih dominan tertangkap dan salah satu
jenis ikan tersebut adalah ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) (Samuel, 2011).
E. Ayat dan Hadist yang Relevan
Islam memerintahkan agar dengan kemampuan akalnya manusia mengamati
kelakuan alam, melalui observasi yang kritis dan sistematis sehingga akan terkumpul
data penelitian yang empirik. Dari pernyataan ini, akal manusia akan bermanfaat
penuh, untuk mengoptimalkan daya pikirnya. Karena Allah swt tidak menciptakan
sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali ciptaan itu bermanfaat. Dengan demikian, bila
manusia selalu berdzikir dan bertafakkur kepada Allah, maka akal manusia akan
bermanfaat baginya.
Adapun ayat yang relevan dengan penelitian ini yaitu dalam QS AlJatshiyah/ (45); 13 yang berbunyi:
               
 
Terjemahnya:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”
22
Berdasarkan terjemahan tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa penundukan
langit dan bumi dipahami dalam arti semua bagian alam yang terjangkau dan berjalan
atas dasar satu sistem yang pasti, kait berkait dan dalam bentuk konsisten. Allah swt
menetapkan hal tersebut dan dari saat
ke saat mengilhami manusia tentang
pengetahuan fenomena alam yang dapat mereka manfaatkan untuk kemaslahatan dan
kenyamanan hidup manusia (M. Quraish Shihab, 2004: 41).
Allah swt Yang Maha Pencipta menundukkan apa yang ada di langit dan di
bumi termasuk di dalamnya manusia, tumbuhan dan hewan bahkan organisme yang
renik sekalipun yang belum diketahui manfaat dan mudaratnya bagi manusia. Agar
manusia mampu mengkaji lebih dalam hubungan antara mahluk hidup dengan
mahluk hidup lainnya yang mana terjadi simbiosis antara keduanya. Karna sungguh
semua itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Adapun hadist yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan:
ِ ‫ ﻗ َﺎل َ ر َ ﺳ ُﻮل ُ ﷲ ﺻ َ ﻠ ﱠﻰ ﷲ ُ ﻋ َﻠ َﯿْﮫ‬: َ ‫ﻋ َﻦ اﺑﻦ ِ ﻋ ُﻤ َﺮ َ ر َﺿ ِﻲ َ ﷲ ُ ﻋ َﻨ ْ ﮭُﻤ َ ﺎ ﻗ َﺎل‬
‫ و َ أ َﻣ ﱠﺎ‬، ُ ‫ ﻓ َﺎﻟ ْﺠ َ ﺮ َ اد ُ واﻟ ْ ﺤ ُﻮت‬: ِ ‫ ﻓ َﺄ َﻣ ﱠﺎ اﻟﻤ َ ﯿْﺘَﺘ َﺎن‬، ِ ‫َﺎن» ِ و َ د َﻣ َ ﺎن‬:‫أ ُﺣ ِ ﻠ ﱠﺖ ْ ﻟ َوﻨ ََﺎﺳﻣَﻠ َ ﯿْﱠﻢﺘ َﺘ‬
. ٌ ‫ و َ ﻓ ِﯿﮫ ِ ﺿ َ ﻌ ْﻒ‬،ْ‫ و َ اﺑْﻦ ُ ﻣ َ ﺎﺟ َ ﮫ‬،ُ ‫َﺣ ْ ﻤ َ ﺪ‬.«‫ﱠﻣ َﻓ َﺎﻟﻄ ﱢﺤﺎلأ ُ َﺧو ْ َ اﻟﺮ َ ْ ﻜﺟ ََﺒ ِﮫُﺪ ُأ‬: ِ‫ﺎناﺪ‬
‫ﻟ‬
Terjemah Hadits :
Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam
darah, adapun dua macam bangkai adalah: (bangkai) belalang dan ikan, dan dua
macam darah adalah limpa dan hati.” [HR. Ahmad no.5690, dan Ibnu Majah
no.3314 dan 3218]
23
Menurut Fikih Islam menjelaskan bahwa “Telah dihalalkan bagi kita dua
macam bangkai dan dua macam darah” Dikecualikan juga darah yang tertinggal di
dalam daging binatang yang sudah disembelih, begitu juga darah ikan. Kedua macam
darah tersebut suci atau dimaafkan. Dalam arti diperbolehkan atau dihalalkan (Rasyid
S, 1994; 18)
Dari hadits diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwasannya ada dua bangkai
yang dihalalkan yaitu bangkai belalang dan ikan dan diharamkan bangkai selain dari
kedua hewan tersebut. Hewan yang berdarah jika ingin dimakan maka haruslah
disembelih terlebih dahulu pada lehernya atau urat nadinya, sedangkan pada hewan
laut/ikan, maka tidak perlu disembelih. Dan yang patut di garis bawahi yaitu yang
dimaksud bangkai disini adalah hewan yang mati secara alami atau yang mati tanpa
disembelih sesuai syari’at (tertabrak, terjatuh,dll). Jadi meskipun itu adalah bangkai
ikan dan belalang tetapi jika keduanya mati karena diracun atau terkena zat-zat
berbahaya maka ia diharamkan dimakan karena adanya zat berbahaya atau zat racun
tersebut. Dan jika keduanya mati tidak terkena zat-zat berbahaya atau pun tidak
karena diracun maka tidak mengapa untuk dikonsumsi/dimakan.
24
F.
Kerangka Pikir

Input


Proses


Output

Ikan sepat siam adalah ikan yang dominan
dikomsumsi oleh masyarakat wilayah Danau
Tempe
Mikroflora diisolasi dari saluran pencernaan
ikan Sepat Siam
Isolasi bakteri saluran pencernaan ikan Sepat
Siam (Trichogaster pectoralis) dari Perairan
Danau Tempe Sulawesi Selatan
Identifikasi makroskopik koloni bakteri dan
mikroskopik sel bakteri
Identifikasi molekuler spesies bakteri
mikroflora saluran pencernaan ikan Sepat
Siam (Trichogaster pectoralis)
Terdapat 10 isolat bakteri dan 4 diantaranya
diidentifikasi secara molekuler
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan lokasi penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kulitatif dengan pendekatan
eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 – Mei 2016 di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
dan Laboratorium Mikrobiologi Lantai 6 (Rumah Sakit Pendidikan) Universitas
Hasanuddin Makassar.
B. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratif didasarkan pada
penemuan jenis mikroflora yang baru yang belum diketahui, belum dipahami dan
belum dikenali pada saluran pencernaan ikan Sepat Siam di perairan danau Tempe
kab. Wajo Sulawesi Selatan.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu mikroflora saluran
pencernaan ikan Sepat Siam
D. Defenisi Operasional Variabel
1. Isolasi adalah proses untuk memisahkan bakteri dari saluran pencernaan Ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) sehingga didapatkan bakteri murni dengan cara
26
ditumbuhkan pada media padat. Menggunakan media padat karena dapat
memudahkan melihat pertumbuhan mikroorganisme yang diisolasi.
2. Identifikasi adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang telah diisolasi, dengan
mengamati secara makroskopik, mikroskopik dan molekuler.
3. Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) yang digunakan sebanyak 5 ekor
ukuran sedang untuk pengambilan organ saluran pencernaan (berupa usus dan
lambung sebanyak 1 gram), ikan yang diambil merupakan ikan budidaya dari Danau
Tempe dikemas dalam ice box untuk menjaga kesegaran ikan.
4. Mikroflora adalah Bakteri yang secara alami menghuni saluran pencernaan
ikan diisolasi dan diidentifikasi secara makroskopik (bentuk, warna, elevasi, tepian
dan permukaan koloni), mikroskopik (bentuk sel dan sifat Gram) dan molekuler.
E. Instrumen Penenelitian (Alat dan Bahan)
1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah alat gelas berupa mortal-pastle,
erlenmeyer 1000 mL, gelas kimia, tabung reaksi, rak tabung, cawan petri, deck glass,
batang pengaduk, pipet tetes, pipet ukur dan bunsen. Alat non gelas berupa pinset,
pisau, talenan, tip dan jarum ose. Sedangkan alat eletrik berupa mikroskop binokuler,
neraca analitik, mikropipet 1 mL, Lamina air flow (LAF), inkubator, oven, autoklaf,
Hot plate, colony counter, vortex mixer dan, Sentrifuge, termometer, Water bath,
Stopwach, PCR workstation / cabinet (Scie-Plus)/ Biosafety Cabinet, Gene Amp PCR
system 9700 (Applied Biosystem), satu set alat elektroforesis, UV transulaminator,
27
komputer, freezer -200oC, Profuge Gk-centrifuge, ice maker (Memmert) Gel Doc XR
Model 785 dan kamera digital.
2. Bahan
Adapun bahan pada penelitian ini adalah ikan sepat siam (Trichogaster
pectoralis), media NA (Nutrient Agar), larutan fisiologi NaCl 0,9%, aquadest steril,
kapas, spiritus, alkohol 96%, alkohol 70%, aluminium foil, wrapping plastic, tissu,
karet gelang dan plastik makanan tahan panas. Reagen pewarnaan gram bakteri
kristal violet (A), iodin (B), etanol (C) dan safranin (D). Sepasang primer universal
yang digunakan untuk semua jenis bakteri yaitu forward primer dan reverse primer,
tabung PCR, (Sorensen, Cat. No P 7543). Parafilm (Sigma Cat. No P 7543)
erlenmeyer (Schott), filter tips 0,5 – 10 µL, Disposable gloves, VipPlus PCR Chiller,
tabung eppendorf, Loading dye, Agarose, template DNA, kit estraksi DNA (PrestoTM
Mini gDNA Bacteria Kit) ,buffer AL-Mix (gram (+) buffer, gram (-) buffer, GB
buffer, W1 buffer, wash buffer, elution buffer, etanol absolut 96%), medic cool, Kit,
nuclease free water, Tris borate EDTA (TBE)10x, Marker 100bp, malachine green
dan etidium bromide.
F. Prosedur Kerja
Penelitian ini terdiri atas tahapan sebagai berikut: tahap persiapan (Sterilisasi
alat dan bahan serta pembuatan medium). Pengambilan sampel dilakukan secara
random dari lokasi yang berada di Danau Tempe Kab. Wajo. Sampel kemudian
dimasukkan kedalam plastik dan dibawa menggunakan ice box (stereofoam) yang
berisi es ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi untuk
28
dilakukan pemeriksaan bakteriologi. Selanjutnya tahap Isolasi bakteri pada usus ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis). Dan tahap karakterisasi bakteri secara
makroskopik, mikroskopik dan molekuler.
a. Pengambilan Organ Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis)
Pengambilan organ pencernaan dilakukan secara aseptis di ruangan steril
dengan menggunakan alat bedah pada Lamina Air Flow (LAF) dengan cara menyayat
bagian perut ikan kemudian mengeluarkan organ pencernaan berupa lambung dan
usus selanjutnya organ pencernaan yang telah dikeluarkan diencerkan dengan 90 mL
cairan fisiologi (NaCl 0,9%) steril. Kemudian digerus dan ditimbang, sampel yang
telah dihaluskan kemudian dilakukan pengenceran dengan menyiapkan 9 tabung
mulai dari
pengenceran 10-1 sampai 10-8. Metode pengenceran yang dilakukan
dengan mengambil sebanyak 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml aquades sehingga didapat pengenceran 10 -1 untuk mendapatkan
pengenceran 10-2 dilakukan dengan mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades, demikian seterusnya
dilakukanseri pengenceran hingga 108 (Darmayasa, 2008).
b. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Isolasi bakteri dilakukan dengan mengambil 1 ml suspensi pada seri
pengenceran 10-1 , 10-5 dan 10-8. Kemudian diisolasi dengan metode tuang (Pour plate
method) ke dalam cawan petri secara aseptis, kemudian menuang media NA (Nutrient
Agar) secara duplo dan meratakan dengan memutar media searah angka delapan agar
homogen. Bakteri diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC (WA Jimoh, 2014).
29
Setelah koloni tumbuh di masing-masing media, selanjutnya koloni berbeda dari
warna, bentuk, tepian dan elevasi dipilih dan dikultur kembali pada media NA dengan
menggunakan teknik goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh isolat murni,
kultur diinkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 jam pada suhu 35 oC
(Darmayasa, 2008). Dari tiap koloni yang tumbuh kemudian diremajakan pada media
miring untuk memperoleh stok bakteri.
Karakterisasi dilakukan dengan pengamatan morfologi bakteri, yaitu secara
makroskopik dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi pengamatan
morfologi koloni bakteri dengan mengamati bentuk, elevasi, tepian, dan warna koloni
bakteri yang tumbuh pada media NA (Nutrient Agar). Sedangkan pengamatan secara
mikroskopik dilakukan untuk melihat bentuk sel dan sifat gram,dengan membuat
preparat dari masing-masing sampel bakteri kemudian melakukan pewarnaan pertama
dengan menggunakan kristal violet selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquades
dan ditiriskan. Pewarnaan ke dua dengan larutan iodium selama 1 menit dan
membuang larutan iodium tersebut dengan cara memiringkan kaca preparat kemudian
dibilas dengan aquades dan ditiriskan. Selanjutnya dekolorisasi dengan etanol 96%
selama 30 detik dan dicuci dengan aquades, terakhir yaitu dengan menggunakan
safranin selama 1 menit dibilas aquades dan dikeringkan. Setelah proses pewarnaan
selesai dilanjutkan dengan mengamati bentuk, elevasi, tepian, dan warna sel bakteri
di bawah mikroskop binokuler (Irianto, 2006). Selanjutnya Identifikasi molekuler
dengan menyiapkan stok bakteri dari seri pengenceran 10-1 sampai 10-8 dan memilih
bakteri yang berbeda dari segi morfologi untuk dilakukan identifikasi molekuler
yang diawali dengan estraksi DNA pada bakteri.
30
c. Estraksi DNA
Estraksi DNA bakteri bertujuan untuk memisahkan DNA dari komponenkomponen sel lainnya. Estraksi DNA pada organisme prokariotik dilakukan melalui
Sampel Preparasi, Melisiskan sel, DNA Binding, Wash, Elution. Adapun langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Preparation sample (Sampel Preparasi)
Sebanyak satu ose sampel bakteri yang telah dipilih yaitu pada kode isolat
MI 1, MI 5, MI 9 dan MI 10 masing-masing, dimasukkan ke dalam tabung
microcentrifuge 1,5 mL steril yang telah berisi 200 µl PBS (Phospate Buffer saline)
yang telah ditambahkan 20 µL Proteinase K. Menghomogenkan dengan cara
pipetting. Kemudian diinkubasi pada suhu 60oC selama 5 menit pada waterbath .
2.
Cell lysis (Melisiskan sel)
Menambahkan 200 µL gram GSB buffer lalu divortex dan diinkubasi
kembali pada suhu 60oC selama 2 menit.
3.
DNA Binding
Menambahkan 200 µL etanol absolute 96% dan di vortex selama 10 detik.
Memindahkan semua campuran tersebut ke dalam GD column (spin column) pada 2
mL collection tube, kemudian sentrifugasi pada kecepatan 14.000 xg selama 1 menit.
Membuang collection tube yang berada di bawah spin column dan mengganti dengan
collection tube yang baru.
4. Wash (Pencucian)
Menambahkan 400 µl WI buffer lalu disentrifugasi pada kecepatan 14.000
xg selama 30 detik, kemudian membuang cairan yang ada collection tube.
31
Menambahkan 600 µl wash buffer (Geneid) dan disentrifugasi kembali selama 30
detik, kemudian membuang cairan yang ada collection tube dan sentrifugasi kembali
selama 3 menit, dan meletakkan tabung mikrocentrifuge steril pada bagian bawah
spin column.
5. Elution
Menambahkan 100 µL Elution buffer, diamkan selama 3 menit kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan yang sama selama 30 menit. Cairan yang
mengandung DNA yang tertampung pada tabung mikrocentrifuge disimpan pada
suhu -4 oC untuk digunakan sebagai template PCR.
d. Ampifikasi PCR (Polymerase Chan Reaction)
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu proses sintesis
enzimatik untuk melipat gandakan sekuens nukleotida tertentu secara in vitro.
Prosesnya meliputi 3 tahap yaitu denaturasi, annealing, dan extension. Prosedur ini
dikerjakan pada sampel DNA yang telah diisolasi, estrak DNA dari sample dan
aquadest sebagai kontrol negatif “PCR mix” dimasukkan dalam tabung PCR:
Tabel 3.1 Komposisi Primer Mix
Reaksi
(µL)
ddH2O
34,75
PCR buffer
5
MgCl2
2
dNTP
1
32
Reverse primer
1
Forward primer
1
Hotstart DNA pol
0,25
DNA sampel
5
Total premix
50
Amplifikasi dilakukan dengan mesin PCR (DNA Thermal Chycler) untuk
amplifikasi PCR, tahap awal denaturasi pada suhu 95oC selama 15 menit, selanjutnya
94oC selama 1 menit, annealing pada suhu 55 oC selama 30 detik, ekstensi 72oC
selama 1 menit sebanyak 40 siklus dilanjutkan dengan ekstensi akhir suhu 72 oC
selama 5 menit dan 12oC ± 30 menit untuk penyimpanan jenis primer yang digunakan
adalah
primer
universal
CCAGCAGCCGCGGTAATACG-3’
dengan
dan
urutan
U2
sequens
UI
5’
5’ATCGG(C/T)TACC
TTGTTACGACTTC-3’ (Jang-Jih Lu, 2003 dalam asrianti, 2015)
e. Elektroforesis gel agarose
Agarose dibuat dengan melarutkan 2 g agarose (BioRad) dalam 100 mL 10
Tris borate EDTA (100 g Tris base, 27,5 g asam borat, 20 ml 0,5 M EDTA pH 8
dalam 1 liter air). Kemudian memanaskan sampai mendidih dan larut selanjutnya
menambahkan 1 µL ethidium bromida (0.2 µg/ml) dan dimasukkan dalam pencetak
gel yang telah dipasangi sisir. Setelah agarose memadat (sekitar 30 menit) selanjutnya
dimasukkan ke dalam tank elektroforesis yang berisi larutan TBE 0,5%. Memasukkan
33
DNA sampel yang telah dicampur dengan cairan “loading dye” ke dalam sumur
dengan perbandingan 2:1 dengan cara pippeting, kemudian memasukkan Marker
100bp setelah keseluruhan sampel dimasukkan. Elektroda dihubungkan dengan
Power supply dengan volt 100 selama 40 menit. Setelah itu Power supply dimatikan
kemudian mengangkat gel dari dalam alat tersebut. Gel dipindahkan ke dalam UV
transiluminator kemudian diamati hasilnya pada komputer.
f. Sekuensing DNA
Pengurutan atau sekuensing DNA hasil PCR dikirim ke 1st
BASE
sequensing INT di Malaysia untuk pemetaan pasang basa yang berhasil diamplifikasi.
Data sekuens selanjutnya diedit dengan menggunakan Clustal W dalam program
MEGA 5 (Tamura et al., 2011) dan dilakukan perbandingan sekuen yang diperoleh
(Query) dengan yang telah ada pada GeneBank
dengan menggunakan fasilitas
BLAST (Basic Local Aligment Search Tool) pada database Searches NCBI internet
site (http://www.ncbi.nlm.nih.gov). Ukuran fragmen hasil ampifikasi PCR ditentukan
dengan cara membandingkan antara posisi ukuran penanda DNA (Marker) dengan
ukuran fragamen sampel. Hasil positif ditunjukan dengan adanya band pada ukuran
996 bp.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Isolasi Bakteri Mikroflora dari Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis)
Isolasi bakteri dari saluran pencernaan ikan sepat berupa estrak organ
pencernaan dari lambung dan usus ikan dijadikan sampel untuk mengisolasi bakteri
mikroflora. Karakteristik bakteri yang berhasil diisolasi dilakukan diamati secara
makroskopik meliputi pengamatan morfologi koloni bakteri dengan mengamati
bentuk, elevasi, tepian, dan warna koloni bakteri yang tumbuh pada media NA
(Nutrient Agar). Hasil pengamatan makroskopik koloni bakteri yang berhasil diisolasi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 4.1 Pengamatan Makroskopik koloni bakteri dari saluran pencernaan ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Makroskopik Koloni
No
Kode
Isolat
Ukuran
Bentuk
Warna
Elevasi
Tepian
1
MI1
Sedang
Circular
Flat
Curled
2
MI 2
Kecil
Irreguler
Putih
susu
Kuning
Flat
Lobate
3
MI 3
Kecil
Irreguler
Kuning
Flat
Endulate
4
MI 4
Kecil
Circular
Kuning
Flat
Entire
5
MI 5
Kecil
Circular
Flat
Entire
6
MI 6
Kecil
Circular
Putih
Susu
Kuning
Flat
Entire
35
Permukaan
Kasar
Halus
Mengkilap
Berkerut
Halus
Mengkilap
Halus
Mengkilap
Halus
Mengkilap
7
MI 7
Kecil
Circular
Kuning
Flat
Entire
8
MI 8
Kecil
Circular
Kuning
Raised
Entire
9
MI 9
Titik
Circular
Putih
Flat
Entire
10
MI 10
Sedang
Irreguler
Kuning
Bening
Flat
Curled
Halus
Mengkilap
Halus
Mengkilap
Halus
Mengkilap
Halus
Mengkilap
Pengamatan mikroskopik sel bakteri dilakukan dengan melihat bentuk sel dan
sifat Gram. Pengamatan mikroskopik menunjukkan hanya satu isolat bakteri bersifat
Gram postif yaitu isolat dengan kode MI 1. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Pengamatan Mikroskopik sel bakteri dari saluran pencernaan ikan
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Mikroskopik Sel
No
Kode Isolat
Bentuk sel
Sifat Gram
1
MI 1
Basil
+
2
MI 2
Coccus
-
3
MI 3
Coccus
-
4
MI 4
Streptococcus
-
5
MI 5
Basil
-
6
MI 6
Coccus
-
7
MI 7
Streptococcus
-
8
MI 8
Coccus
-
9
MI 9
Basil
-
10
MI 10
Streptococcus
-
36
2. Identifikasi Molekuler Bakteri Saluran Pencernaan Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis)
Salah satu metode karakterisasi genotip adalah analisa molekuler dengan
metode Random Amplified Polymhorpic DNA (RAPD) menggunakan teknik PCR
(Polymerase Chain Reaction). Penanda molekuler RAPD yang digunakan merupakan
sekuen DNA polimorfik yang dipisahkan oleh gel elektroforesis PCR menggunakan
satu primer oligonukleotida pendek berukuran sekitar 10 basa dari sekuens acak.
Metode RAPD memiliki beberapa keunggulan diantaranya mampu mendeteksi
sekuen nukleotida hanya dengan satu primer, polimorfisme tinggi, dan dapat
digunakan tanpa mengetahui latar belakang genom sebelumnya (Dunham, 2004).
RAPD
(Random
Amplified
Polymorphic
DNA)
merupakan
metode
perbanyakan genom yang paling sering digunakan karena sangat mudah dan
membutuhkan jumlah DNA genom yang tidak terlalu banyak (Williams, 1990).
Polimorfisme yang terjadi antara individual atau strain dikenali melalui perbedaan
pada fragmen DNA yang diperbanyak oleh primer yang tersedia (Micheli, 1994).
Identifikasi hanya dilakukan pada empat isolat. Keempat isolat bakteri ini
dideterminasi menggunakan sekuen 16S-rRNA. Gen 16S-rRNA dianilisis secara
lengkap di 1st BASE sequencing INT Malaysia. Analisis cluster pada sekuens tersebut
dilakukan dengan program BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) dari NCBI
(National Center for Biotechnloghy Information) secara online pada website NCBI
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov)
Adapun hasil elektroforesis dari hasil amplifikasi gen 16S-rRNA yang
dilakukan dengan menggunakan mesin PCR ( DNA Thermal Cycler ) pada keempat
37
sampel bakteri dari saluran pencernaan Ikan sepat siam dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
MI 5
MI 10
MI 1
MI 9
996bp
100bp
Gambar 4.1. Hasil elektroforesis dari produk ampifikasi gen 16S-rRNA
Hasil sekuensing yang diperoleh dari Malaysia selanjutnya dianalisis pada Gen
Bank menggunakan analisis BLAST. Analisis BLAST dilakukan dengan tujuan untuk
membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan membandingkan hasil yang
diperoleh dengan hasil sekuen DNA dari seluruh dunia yang didepositkan pada
database Gen Bank. Analisis BLAST dilakukan secara online pada website NCBI
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov). Hasil analisis BLAST dari keempat isolat bakteri
saluran pencernaan ikan sepat siam seperti pada gambar di bawah ini:
38
HASIL BLAST MI 1
HASIL BLAST MI 5
39
HASIL BLAST MI 9
HASIL BLAST MI 10
Gambar 4.2. Tabel hasil analisis BLAST isolat MI 1, MI 5, MI 9 dan MI 10
40
B. Pembahasan
Isolasi dilakukan pada organ saluran pencernaan yaitu lambung dan usus
ikan karena lambung dan usus ikan merupakan saluran pencernaan yang memegang
peranan penting dalam mengubah pakan (senyawa kompleks) menjadi senyawa
sederhana dengan bantuan bakteri. Dari hasil isolasi dan pemurnian didapatkan 10
isolat bakteri yang berbeda berdasarkan pengamatan makroskopik dan mikrosokopik.
Beragamnya karakteristik isolat bakteri yang didapatkan mengindikasikan bahwa
spesies bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan ikan berbeda dan beragam.
Variasi jenis mikroflora pada pencenaan ikan dipengaruhi oleh struktur
saluran pencernaan (Watanabe 1986), lingkungan habitat ikan, dan tahapan
perkembangan ikan (Ringgo, 1995). Saluran usus ikan umumnya dihuni oleh
sejumlah besar bakteri heterotrofik, termasuk aerob dan anaerob. Bakteri mikroflora
pencernaan ikan berperan dalam menghasilkan beberapa zat bioaktif, seperti
tetrodotoxin (Noguchi et al, 1987), asam eicosapentaenoic (Yazawa et al, 1988),
biotin (Sugita et al, 1992), vitamin B12 (Sugita et al, 1991) dan zat anti bakteri
(Westerdahl et al, 1991), yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Bahkan hubungan
simbiosis antara ikan dan mikroflora usus sangat erat kaitannya. Pada mamalia
teresterial, mikroflora usus dapat terlibat dalam pencernaan zat makromolekuler
(Mitsuoka, 1980 dalam Sugita et al, 1997)
Menurut Rahayu et. al., (1992), beberapa peneliti melaporkan jumlah bakteri
pada ikan yaitu berkisar antara 102 sampai 106 per cm2 pada kulit, 103 sampai 105 per
gram di dalam insang dan sampai 107 per gram di dalam usus. Pada permukaan tubuh
ikan ditemukan jenis bakteri Pseudomonas sp., Sarcina sp., Serratia sp., Achromobacter
41
sp., Flavobacterium sp., Micrococcus sp., Vibrio sp. Dan Bacillus sp. Sedangkan pada isi
perut ikan ditemukan jenis bakteri Achromobacter sp., Acinetobacter sp., Aeromonas sp.,
Alcaligenes sp., Enterobacter sp., Flavobacterium sp., Pseudomonas sp.,Xanthomonas
sp., Vibrio sp., Clostridium sp.dan Escherichia coli.
1. Pengamatan Makroskopik Koloni dan Mikroskopik Sel Bakteri Saluran
pencernaan Ikan Sepat Siam
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan makroskopik koloni bakteri
untuk 10 isolat dapat dilihat pada tabel 4.1. MI 1 memiliki karakteristik makroskopik
koloni yaitu ukuran koloni sedang dengan bentuk koloni circular, berwarna putih susu,
memiliki elevasi datar, tepian koloni Curled dan permukaan koloni kasar. MI 2 memiliki
ukuran koloni kecil, bentuk koloni irreguler dengan warna koloni kuning, elevasi datar,
tepian koloni lobate dan permukaan koloni halus mengkilap. Isolat dengan kode MI 3
memiliki ukuran koloni, bentuk, warna dan elevasi yang sama dengan MI 2 hanya saja
memiliki tepian koloni endulate dan permukaan koloni yang berkerut. MI 4, MI 5, MI 6,
MI 7 dan MI 8 memiliki ukuran bentuk, elevasi, tepian dan permukaan yang sama yaitu
ukuran koloni yang kecil bentuk koloni Circular, elevasi koloni datar dengan tepian
Entire dan permukaan yang halus mengkilap dan warna koloni yang dimiliki dari
keempat isolat tersebut berbeda MI 4, MI 6, MI 7 dan MI 8 memiliki warna koloni
kuning sedangkan MI 5 berwarna putih susu. Untuk kode isolat MI 9 memiliki ukuran
koloni seperti titik, bentuk koloni circular dengan warna koloni putih, elevasi datar,
tepian koloni entire dan permukaan koloni halus mengkilap sedangkan MI 10 memiliki
ukuran koloni sedang, bentuk koloni irreguler dengan warna koloni kuning bening,
elevasi datar, tepian koloni curled dan memiliki warna koloni yang sama dengan MI 9
yaitu permukaan koloni halus mengkilap
42
Pengamatan mikroskopik sel dapat dilihat pada tabel 1.2. Menunjukkan
bahwa salah satu dari 10 jumlah isolat hasil pewarnaan Gram kode isolat MI 1
merupakan bakteri Gram positif dan yang lainnya adalah Gram Negatif. Menurut
Pelczar dan Chan (1986) mekanisme pewarnaan gram berdasarkan pada struktur dan
komposisi dinding sel bakteri. Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang tipis
dan komposisi lipid yang tinggi yaitu 11-22%. Sedangkan bakteri gram positif
memiliki dinding sel yang tebal dan hanya memiliki kandungan lipid sebesar 1-4%.
Bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang tinggi dan dinding sel yang tipis
sehingga ketika mendapat perlakuan alkohol pada proses pewarnaan gram
menyebabkan
terekstraksinya
lipid
sehingga
memperbesar
daya
rembes
(permeabilitas) dinding sel. Hal ini menyebabkan warna Ungu Kristal-Yodium (UKY) terekstraksi sehingga organisme Gram negatif kehilangan warna tersebut.
Sedangkan warna ungu pada bakteri Gram positif setelah mendapat perlakuan
pewarnaan gram dikarenakan oleh rendahnya kandungan lipid pada dinding sel
sehingga lipid menjadi terdehidrasi selama perlakuan alkohol. Ukuran pori-pori
mengecil, permeabilitasnya berkurang dan kompleks UK-Y tidak dapat terekstraksi
(Pelczar dan Chan, 1986)
Selain itu Pelczar dan Chan (1986) juga menjelaskan bahwa warna merah
pada sel bakteri Gram negatif juga disebabkan oleh sedikitnya kandungan
peptidoglikan pada dinding sel. Peptidoglikan bakteri Gram negatif mempunyai
ikatan silang yang jauh kurang ekstensif dibandingkan dengan yang dijumpai pada
dinding bakteri Gram positif. Hal ini menyebabkan pori-pori pada peptidoglikan
bakteri gram negatif tetap cukup besar sekalipun setelah perlakuan etanol sehingga
43
memungkinkan terjadi ekstraksi UK-Y pada bakteri gram positif, setelah perlakuan
etanol, kompleks UK-Y terperangkap di dalam dinding, yang tampaknya mengurangi
diameter pori-pori pada peptidoglikan dinding sel.
Pada Tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa bentuk sel isolat bakteri yang
diamati memiliki bentuk sel coccus dan bacil. Menurut Dwijoseputro (2005), bakteri
memiliki bentuk sel batang (coccus), bulat (bacil), dan bengkok (spiril). Bentuk sel
bakteri sangat penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies (Pelczar dan Chan,
1986).
2. Identifikasi Molekuler Bakteri Saluran pencernaan Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis)
Secara umum penggunaan teknik molekuler untuk tujuan identifikasi suatu
organisme mempunyai keunggulan yang lebih akurat, lebih cepat, dan untuk mikroba
dapat mencakup keseluruhan mikroba termasuk yang “viable but not yet culturable”.
Dalam proses identifikasi molekuler mikroorganisme, ada 3 proses utama yang paling
dasar yaitu estraksi DNA, ampifikasi dan elektroforesis serta tahap paling penting
yaitu sequensing. Pada tahap estraksi terjadi pemisahan benang-benang DNA dengan
komponen sel yang lain. Isolasi/estraksi DNA diperoleh dengan cara merusak atau
memecahkan dinding sel sehingga DNA akan keluar dari dalam sel. Pada metode
boiling, pemanasan tinggi selama beberapa menit akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding sel yang berakibat pada masuknya cairan dan materi lain di
sekitar sel dan keluarnya materi-materi dari dalam sel. Suhu tinggi juga bermanfaat
untuk inaktifasi enzim, terutama DN-ase yang dapat merusak DNA. Suhu yang
digunakan dan lamanya pemanasan tergantung sampel yang digunakan. Pada
44
penelitian ini, pemanasan dilakukan pada suhu 60oC selama 5 menit seperti yang
tertera pada manual prosedur geneaid.
Proses estraksi DNA yang dilakukan memacu pada pedoman instruksi
manual oleh geneaid dengan menggunakan PrestoTM Mini gDNA Bacteria Kit. Di
dalam prosedur manual ini ada beberapa proses penting dalam estraksi yaitu preparasi
sampel, lisis sel, pengikatan DNA, pencucian dan elusi. Kit komersial PrestoTM Mini
gDNA Bacteria Kit menggunakan prinsip mini column atau fitrasi DNA. Pertama
dinding sel dihancurkan. Untuk bakteri gram (+) buffer yang telah ditambahkan
lysozyme sedangkan untuk bakteri gram negatif menggunakan gram (-) buffer dan
proteinase K. Sel dilysis menggunakan lysis buffer (buffer GSB) Geneaid. DNA
diendapkan dengan etanol absolut 96%, difilter dan dicuci dengan washing buffer
(buffer W1 atau buffer wash). Terakhir, DNA dilarutkan dalam elution buffer.
Estraksi DNA dengan mini column merupakan metode estraksi yang paling umum
dilakukan karena hasil yang didapatkan sangat baik dalam waktu yang tidak lama dan
biaya yang lebih murah.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini memiliki fungsi yang berbedabeda. gram (+) buffer yang telah ditambahkan lysozyme berfungsi khusus untuk
menghancurkan dinding sel bakteri gram positif, penambahan buffer bertujuan untuk
menjaga keadaan pH tetap stabil sehingga DNA tidak rusak selama pengerjaan.
Proteinase K yang berfungsi menghancurkan komponen sel (terutama protein) dan
gram (-) buffer fungsinya khusus untuk menghancurkan dinding sel bakteri gram
negatif. GSB Buffer berfungsi untuk melisiskan sel bakteri. Etanol absolut digunakan
untuk mengendapkan atau pemekatan DNA. Wash buffer digunakan untuk
45
membersihkan DNA dan pengotor lain. Marker DNA yang terdapat dalam gel
eletroforesis berfungsi untuk mengetahui ukuran DNA hasil ampifikasi dan sebagai
penanda posisi molekul DNA yang bermigrasi untuk menentukan perkiraan ukuran
basa-basanya. Loading dye berfungsi sebagai pemberat agar tidak keluar dari sumur
agar elektroforesis. Etidium bromide sebagai pewarna DNA. 2x KAPA2G Fast Ready
Mix PCR Kit merupakan master mix PCR komersial yang didalamnya terkandung
Taq DNA Polymerase, PCR buffer, MgCl2, dNTP dan ddH2O. Master mix PCR
komersial ini berfungsi sebagai komponen atau campuran DNA template yang akan
diampifikasi menggunakan mesin PCR. Primer forward berfungsi untuk meginisiasi
sintesis untai DNA dari ujung 5’---------3’ sedangkan primer Reverse berfungsi untuk
menginisiasi untai DNA dari ujung 3’--------5’.
Hasil isolasi genomik DNA kemudian diamplifikasi dengan PCR sebanyak
40 siklus. Untuk mengetahui ukuran produk hasil ampifikasi maka dilakukan
elektroforesis selama 40 menit 100 volt pada gel agarose dengan konsentrasi 2%.
Dari hasil elektroforesis ke empat sampel dapat dilihat pada Gambar 4.1. berdasarkan
Gambar 4.1 terlihat bahwa proses purifikasi terlihat pita tunggal pada daerah 996bp
hal ini mengindikasikan bahwa fragmen gen yang teramplifikasi dengan ukuran
996bp menunjukkan hasil positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
ampifikasi keempat bakteri saluran pencernaan berhasil dilakukan. Target yang telah
dicapai ini cukup untuk melakukan identifikasi spesies bakteri tersebut. Selanjutnya,
hasil dikirim PT. Genetika Science Indonesia yang kemudian akan dikirim ke 1 st
BASE sequensing INT di Malaysia untuk pemetaan pasang basa yang berhasil
46
diamplifikasi. Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis pada Gen Bank
menggunakan analisis BLAST.
Hasil analisis BLAST dari keempat isolat bakteri saluran pencernaan dapat
dilihat pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa spesies isolat MI 1 adalah bakteri
Bacillus cereus strain VITSN04 dengan nilai maximum score 1275, total score 1275,
Query coverage 95% dan identities 99%. Spesies isolat MI 5 Kluyvera cryocrescens
adalah bakteri strain KUDC1771 dengan nilai maximum score 1727, total score 1727,
Query coverage 75% dan identities 97%. Spesies isolat MI 9 Pantoea septica adalah
bakteri strain IHB B 1545 dengan nilai maximum score 1692, total score 1692, Query
coverage 96% dan identities 99%. Sedangkan Spesies isolat MI 10 Alcaligenes sp.
adalah bakteri strain ACS1 dengan nilai maximum score 638, total score 638, Query
coverage 82% dan identities 84%.
a. Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang terlibat dalam pembusukan
makanan. Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa B. cereus membentuk
spesies yang umumnya ditemukan dalam usus hewan dan serangga. Bacillus
umumnya diisolasi dari ikan dan krustasea, serta udang dan ditemukan dalam
mikroflora insang, kulit dan saluran pencernaan (Cutting, 2006).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohan dan Palavesam (2012)
Bacillus cereus yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan menunjukkan aktivitas
tertinggi pada kisaran pH 7 dan pada temperatur 37oC sedangkan berdasarkan
kandungan lipid di dalam substrat yang menunjukkan aktivitas tertinggi yaitu pada
konsentrasi 1%. B. cereus ditemukan memiliki bentuk koloni dengan tepian seperti
47
cambuk atau silia, elevasi rata dan berwarna putih. Menurut Holt dkk., (1994), B.
cereus memiliki koloni besar, kasar, datar, tidak teratur dengan tepian seperti
cambuk, putih dengan penampilan berbintik-bintik. Variasi lain yaitu tipis dan
menyebar, kasar, halus dan padat (Ernawati, 2015)
Bacillus cereus adalah bakteri gram positif, berbentuk batang dan termasuk
bakteri aerobik atau anaerob fakultatif yang berarti bakteri tersebut tidak memerlukan
oksigen atmosfer, namun tumbuh lebih baik dalam lingkungannya, bersifat motil,
membentuk spora, dan bakteri tersebut didistribusikan secara luas di lingkungan. B.
cereus selalu dikaitkan terutama pada keracunan makanan, dan sering dilaporkan
menjadi penyebab infeksi saluran non-gastrointestinal yang serius dan berpotensi
fatal (Edwar J, 2010).
Menurut NCBI (2016) Klasifikasi dari bakteri Bacillus cereus sebagai
berikut:
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Species
: Bacillus cereus
b. Kluyvera cryocrescens
Kluyvera adalah genus yang relatif baru dalam family Enterobacteriaceae
yang jarang menyebabkan infeksi pada manusia. Bakteri tersebut telah diisolasi dari
48
berbagai spesimen klinis, namun signifikasinya belum jelas. Bahkan, telah dianggap
sebagai bakteri yang bersifat saprofit, oportunistik, atau patogen. Genus bakteri
tersebut diredefinisi pada tahun 1981 (Public Healt England, 2015)
Kluyvera telah dilaporkan sebagai hasil kultur dari kelompok Enterik 8 Sejak
tahun 1977 dan di sekitar tahun 1978, (B.H.) melihat bahwa reaksi biokimia
kelompok Enterik 8 hampir identik dengan sekelompok bakteri yang telah ditemukan
di Jepang yang diberi nama Kluyvera kemudian bakteri tersebut dimasukkan ke
dalam genus Escherichia. Pada 1 Januari 1980 kemudian dilaporkan Kluyvera
sebagai kelompok Enterik 8 dan membandingkan strain yang lainnya dengan strain
Kluyvera, atas dasar kemiripan DNA, hibridization, reaksi biokimia dan kerentanan
antibiotik, kemudian Kluyvera di kenal sebagai genus baru pada family
Enterobacteriaceae dengan dua spesies K. ascorbata dan K. cryocrescens ( J.J.
Farmer, 1981).
Spesies dari Kluyvera cryocrescens “cryocrescens” berasal dari kata “kryos”
menunjukkan kata sifat “cold” dan “crescens” berasal dari bahas latin yang berarti
“growing”. Sehingga Kluyvera cryocrescens dikatakan sebagai bakteri yang hanya
tumbuh pada suhu dingin karena dapat tumbuh dan melakukan fermentasi glukosa
pada suhu 5oC.
Kluyvera cryocrescens adalah bakteri gram negatif, bersifat motil, dan
memilik tipe flagella peritrik, tumbuh dengan baik pada suhu 37 oC dan beberapa
spesies bakteri pula dapat tumbuh antara suhu 25oC – 30oC (Public Healt England,
2015). Menurut Juan C (2001) Bakteri Kluyvera dibedakan dari genus terkait dengan
kemampuannya untuk menggunakan sitrat, malonat, lisin dekarboksilasi, dan
49
ornithine untuk menghasilkan sejumlah besar asam ofα-ketoglutarat selama
fermentasi glukosa. Kluyvera tumbuh baik dalam media kultur biasa, dan kolonikoloninya hampir mirip dengan Escherichia. Kluyvera hadir dalam lingkungan
sebagai organisme yang hidup bebas dalam air, tanah, limbah rumah sakit dan produk
makanan yang berasal dari hewan. Pada manusia, biasanya diisolasi dari sputum,
urine, dan sampel tinja. Kluyvera juga merupakan bagian dari flora normal pada
saluran pencernaan manusia (J.J Farmer, 1981).
Menurut NCBI (2016) klasifikasi dari bakteri Kluyvera cryocrescens sebagai
berikut:
Kingdom
: Bakteri
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gammaproteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteraceae
Genus
: Kluyvera
Species
: Kluyvera cryocrescens
c. Pantoea septica
Genus Pantoea bakteri terdiri dari banyak spesies serbaguna yang telah
diisolasi dari banyak lingkungan. Pantoea digambarkan sebagai genus sekitar 25
tahun yang lalu tetapi sejak itu, sekitar 20 spesies telah diidentifikasi memiliki
keragaman karakteristik berbeda (Alyssa M, 2015). Berdasarkan hasil penelitian B.
Austin (2006) menemukan 41 genus kultur bakteri mikroflora yang telah di
sequensing menggunakan marka 16s rRNA pada saluran pencernaan dan lendir usus
50
ikan Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dan termasuk di dalamnya adalah genus
Pantoea dari family Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae ditemukan di air,
tanah, dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Awalan entero- mengacu pada
gastrointestinal
(GI)
saluran.
Dengan
demikian,
nama
Enterobacteriaceae
menyiratkan bahwa anggota dari family ini adalah bakteri yang memiliki hubungan
dengan saluran pencernaan.
Pantoea septica merupakan bakteri gram negatif batang pendek tidak
memiliki spora, berukuran 0,9 x 1,5 - 3.0 bentuk koloni bulat, cembung dan memiliki
permukaan yang halus, bersifat motil, hidup pada kisaran suhu 37oC – 45oC dan
termasuk bakteri aerobik, berkoloni tunggal bahkan berpasangan (Carrie Louise,
2008).
Menurut NCBI (2016) klasifikasi dari bakteri Pantoea septica sebagai
berikut:
Kingdom
: Bakteri
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gammaproteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteraceae
Genus
: Pantoea
Species
: Pantoea septica
d. Alcaligenes sp.
Alcaligenes sp adalah family dari Alcaligenaceae (De Ley et al., 1986), yang
berafiliasi dengan "Betaproteobacteria." Yang berarti genus lain dari family ini,
51
meskipun tidak semua dijelaskan secara resmi sebagai anggota familinya yaitu
Achromobacter, Bordetella, Kerstersia, Pigmentiphaga. Alcaligenes sp adalah bakteri
Gram negatif, berbentuk batang, bersifat aerobik dan mempunyai tipe flagella peritrik
yang memungkinkan untuk bergerak (motil) pada tubuhnya. Dengan diameter 0,5 1,0 um x 0,5 - 2,6 m. Mikroba tersebut tumbuh optimal pada suhu antara 20-37° C
(Hans Jurgen, 2006)
B. Austin (2006) dalam penelitiannya menemukan bakteri Alcaligenes sp
pada ikan yang diisolasi dari danau dan pada ikan laut, Genom DNA telah diisolasi
dari isi usus dan lendirnya yang digunakan untuk menghasilkan 104 random klon dan
kebanyakan dari bakteri tersebut berafiliasi dengan Proteobacteria (>70% dari total
keseluruhan) ini membuktikan bahwa Alcaligenes sp mungkin saja termasuk dalam
bakteri mikroflora pada saluran pencernaan ikan walaupun bukan merupakan family
Enterobacteriaceae.
Menurut NCBI (2016) klasifikasi dari bakteri Alcaligenes sp. sebagai
berikut:
Kingdom
: Bakteri
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Betaproteobacteria
Order
: Burkholderiales
Family
: Alcaligenaceae
Genus
: Alcaligenes
Species
: Alcaligenes sp.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah isolat yang didapatkan dari saluran pencernaan ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) adalah 10 jenis.
2. Ciri mikroskopik 4 isolat bakteri yang terpilih MI 1 adalah memiliki ukuran
sedang, bentuk Circular, berwarna putih susu, elevasi Flat,
tepian Curled dan
memiliki permukaan yang kasar. MI 5 memiliki ukuran koloni yang kecil, bentuk
Circular, berwarna putih susu, elevasi Flat, tepian Entire dan memiliki permukaan
yang halus mengkilap. MI 9 memiliki ukuran koloni seperti titik, bentuk Circular,
berwarna putih, elevasi Flat, tepian Entire dan memiliki permukaan yang halus
mengkilap. Sedangkan MI 10 memiliki ukuran koloni sedang, bentuk Irreguler,
berwarna kuning bening, elevasi Flat, tepian Curled dan memiliki permukaan yang
halus mengkilap. Ciri mikroskopik 4 isolat tersebut adalah MI 1 memiliki bentuk sel
Basil dengan sifat Gram Positif (+), MI 5, MI 9 dan MI 10 memiliki sifat Gram yang
sama yaitu Gram Negatif (-) dengan bentuk sel MI 5 dan MI 9 yaitu Basil dan MI 10
adalah Sterptococcus.
3. Empat nama isolat bakteri yang telah disequensing adalah kode isolate MI 1
adalah spesies Bacillus cereus, MI 5 adalah spesies Kluyvera cryocrescens, MI 9
adalah spesies Pantoea septica dan MI 10 adalah spesies Alcaligenes sp.
53
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah sebaiknya pada penelitian selanjutnya
dilakukan identifikasi disemua bagian tubuh ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) untuk melihat perbedaan mikroflora yang ada pada bagian tubuh tersebut.
54
KEPUSTAKAAN
Achjar, M. Perikanan Darat. Cetakan Ke Sepuluh. Bandung : CV. Sinar Batu,
1986.
Affandi, R. 2005. Studi Kebiasaan Makan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy
Lac.). Jurnal Ilmu-Ilmu Peprairan dan Perikanan Indonesia. 1-5657.
Agustono. 2012. “Strategi Bakteri Probiotik Untuk Menekan Pertumbuhan
Bakteri Patogen Didalam Pencernaan Kerapu (Chromileptes altivelis)
Dengan Memproduksi Beberapa Bakterial Substansi”. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Vol. 4 (2).
Alamsjah, Z. Ichthyologi I. Bogor: Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, 1974.
Alyssa M. “Pantoea: insights into a highly versatile and diverse genus within the
Enterobacteriaceae. Federation of European Microbiological
Societies, 2015.
Angga K. “ Palatabilitas dan pertumbuhan sidat Anguilla marmorata dengan
pemberian atraktan tepung Cumi dan tepung udang rebon”. Bogor:
IPB, 2013.
Aslamyah, Siti. Penggunaan Mikroflora Saluran Pencernaan Sebagai Probiotik
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos)” Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2006.
Aslamsyah, Siti dkk. 2009. Mikroflora Saluran Pencernaan Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy). Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin vol.19 (1).
Bambang Sutrisno dan Yuli Purwandari K. “ Lesi patologik organ dan jaringan
ikan nila (Oerochromis niloticus) yang diinfeksi bakteri
Staphylococcus sp.” Yogyakarta: Universitas Gadja Mada, 2004.
Bairagi, A., GK.Sarkar., SK. Sen and AK. Ray. 2004. Evaluation of the nutritive
value of Leucaena leucocephala leaf meal, inoculated with fish
intestinal bacteria Bacillus subtilus and Bacillus circulans in
formulated diets for rohu, Lobeo rohita (Hamilton) fingerlings.
Aquaculture Research, 35: 436-446.
55
BKPMD,
“Kondisi
Geografis
wilayah
Sulawesi
Selatan”
http://bkpmd.sulselprov.go.id, 2015 (Diakses tanggal 20 Desember
2015).
B. Austin. 2006. “The bacterial microflora of fish”. Journal Science. World J.
Vol 6, 931-945.
Carrie Louise Brady. “Taxonomic evaluation of the genus Pantoea Based on a
multigene approach”. The Faculty of natural and Agricultural Sciences
University Of Pritoria. Tesis. 2008.
Cheikh Ibrahima. 2015. “Genome sequence and description of Pantoea septica
strain FF5”. Journal of Standards in Genomic Sciences. Vol 10:103.
Cholik, et al. Pengelolahan Kualitas Air Kolam Ikan. Jakarta: UNFISH dan
IDRC, 1986.
Clement, K.D. 1997 “Fermentation and gastrointestinal microorganism in
fishes”. In:
Mackei,
R.I.,
B.A.Withe, R.E.Isaccson
(Ed),
Gatrointestinal Microbiology,
Vol 1,
Chapman and
Hall
Microbiology Series, New York: International Thomson Publishing,
pp 156-198.
C.N Ariole. 2013. Bacterial Flora Associated with Intestine of Tropical Estuarine
Fish Species. Journal of Chemical, Biological and Physical
Sciences.Vol. 4, No. 1; 209-215.
Conroy, DA. 1966. “A reporton the problem of bacterial fish disease in the
Argentina Republic”. Bull. Of int:. Epizootic65 (576)
Cutting, S. “Bacterial Spore Formes as Probiotics”. Journal Research and
Development. 2006 hal.14 (6).
Darmayasa I.B.G. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid
(Lemak) pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah dan Estuari
DAM Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. Vol 8 (2): 122-127.
Djajasewaka,. “Pakan Ikan (Makanan Ikan)”. Jakarta: Yasaguna, 1985.
Dunham RA. Aquaculture and Fisheries Biotechnology: Genetic Approach.
USA: CABI Publishing Cambridge, 2004. P. 85-99.
Edwar J Bottone. “Bacillus cereus, a Volatile Human Pathogen”. Journal of
Clinical Microbiology Rev. 2010 Apr; Vol 23(2): 382–398
56
Effendie, M.I. “Biologi Perikanan”. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,
1997.
Ernawati. “Asai Bakteri Potensial Probiotik dari ikan Gurame (Osphronemus
gouramy Lac) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015.
Fardiaz, S. “Petunjuk Laboratorium”.Analisis mikrobiologi Pangan, .Bogor:
pusat antar universitas pangan dan gizi, direktorat jendral pendidikan
tinggi departemen pendidikan dan kebudayaan, Institute pertanian
Bogor, 1992.
Farmer JJ III, Davis BR, Hickman-Brenner FW, et al. 1985. “Biochemical
identification of new species and biogroups of Enterobacteriaceae
isolated from clinical specimens”. Journal Clinic Microbiologi. Vol
21:46-76.
Feliatra E dan Suryadi E. 2004.“Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari
Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi
Pakan Ikan”.Jurnal Natur Indonesia. Vol 6(2): 75-80.
Gaby Stephani. 2014. “Jumlah total bakteridalam saluran pencernaan ikan
gurami (Osphronemus gouramy) dengan pemberian beberapa pakan
komersial yang berbeda”. Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga, Vol: 6 No.1.
Ghufran H. “Pakan Ikan Formulasi, Pembuatan dan Pemberian”Jakarta:PT.
Perca, 2004.
Ghufran H, Kordi K, M.. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar Di
Kolam Terpal. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2010. Hal 142.
Hans Jurgen. “Achromobacter, Alcaligenes and Related Genera”. Volume 5:
Proteobacteria: Alpha and Beta Subclasses. Springer New York, 2006.
Holt JG, Krieg NR, Sneath PH, Staley JT & Williams ST .Bergey’s manual of
determinative bacteriology, 9th edition. Baltimore, Md: The
Williams & Wilkins Co, Pp 787. 1994.
Irfan, Mohkamad. “Isolasi dan enumerasi bakteri tanah gambut di perkebunan
kelapa Sawit PT. Tambang hijau kecamatan Tambang kabupaten
Kampar”. Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1.
57
Irianto, A. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005.
Irianto, Koes. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung: Yrama Widya, 2006.
Jangkaru, Z., R. Djajadireja. “Peneltian ikan mas secara Intensif dalam kolam
air deras”. LPPD: Bogor. 1976.
Juan C. 2001.“Infections Caused by Kluyvera Species in Humans” Oxford
Juornal. Volume (33) 69-74.
Khairul Amri, S.Pi, MSi, dan Khairuman, S.P. “Buku Pintar Budidaya 15 Ikan
Konsumsi”. Jakarta: Agromedia pustaka, 2008.
Kuzmina, W. 1996. Influence of age on digestive enzyme activity insome
freshwater teleostei. Aquaculture, 148:25-37.
Lesel, R. ”Thermal effects on bacterial flora in the gut of rainbow trout
and african catfish”. 1990. In: Lesel, R (Ed): Microbiology in
Poecilotherms.Elsevier, Amsterdam, pp 33-38.
Naidah, Naing,.“Kearifan Lokal Tradisional Masyarakat Nelayan Pada
Pemukiman
Mengapung
Di
Danau
Tempe
Sulawesi
Selatan”Teknosains 1 no. 1 (November 2009): 22.
NCBI. “Taxonomy of Bacteria” http://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh/68042481
(Diakses pada tanggal 28 Mei 2016).
Noguchi et al. 1987. “ Vibrio alginolyticus, a tetrodotoxin-producing bacterium,
in the intestines of the fish Fugu vermicularis vermicularis. Journal of
Marine Biology Vol 94, hal. 625-630.
Micheli MR, Bova R, Pascale E, D’Ambrosio E. 1994. Reproducible DNA
fingerprinting with the random and polymorphic DNA (RAPD) method.
Journal Nucleic Acid Research Vol 22 (10) : 1921-22.
Muhammad, Abdullah Bin. “Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1”. Bogor: Pustaka Imam AsySyafi’i, 2004.
Murjani. 2009. Budidaya Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) Dengan
Pemberian Pakan Komersil. Skripsi. Fakultas perikanan Universitas
lambung mangkurat.
Mohan T dan Palavesam A. 2012. Optimization of Lipase by Bacillus Cereus
Isolated From Fish Gut. International Conference on Biological and
58
Life Sciences IPCBEE. Singapore. Journal of oceanology singapore.
Vol 3(4): 29.
Moriarty, D.J.W “Control of luminous Vibrio species in penaeid aquaculture
ponds”. 1998 Aquaculture 164: 351-358.
Ortanez,A.K. 2008. “Trichogaster sp”. http:// www. fishbase. org/ Summary/
Species Summary. Php (diakses tanggal 2 Juni 2016).
Parker, R.B. 1974. “Probiotics, the other half of the antibiotic story”. Journal of
Animal Nutrition Health. Vol 29: 109-121.
Pelczar, M.J.Jr. and E.C.S. Chan. “Dasar-Dasar Mikrobiologi” (diterjemahkan
dari bahasa Inggris oleh Hadioetomo, R.S.,T. Imas, S.S.Tjitrosomo &
S.L.Angka). Volume ke-1,2. Jakarta: UI Press, 1986.
Pelezar, M.J. and Ried, R.D., “Mikrobiology” London: McGraw-Hill Book
Company Inc., New York, Toronto, 1985.
Public Healt England. “Identification Of Enterobacteriaceae”. England: Standar
Unit Microbiology Services, 2015.
Raharjo, M.F. 2007. “Perubahan musiman makanan ikan tiga waja, Otolithers
ruberBI,Sch (Pisces: Scianenidae) di perairan pantai mayangan”,Jawa
barat. Ichtyos 22 no. 15 (Agustus: 2012): 59-62.
Rahayu, W.P.“Teknologi Fermentasi Produk Perikanan”. Bogor : Pangan dan
Gizi IPB. 1992.
Radiopoetra, Zoologi. Jakarta: Erlangga, 1978.
Rasyid, Sulaiman H. “ Fikih Islam”. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994.
Ringo. 1999 “Intestinal microflora of fish larvae and fry” Department of Arctic
Veterinary Medicine, Norwegian College of Veterinary Medicine.
Aquaculture, Vol. 30, pp.73-93.
Ringo E., Strom E. & Tabachek J.- A. 1995. “Intestinal microflora of salmonids:
a review”. Aquaculture Research 26, 773—789.
Saanin, H. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta, 1968.
Sakata, T. 1990 “Microfora in the digestive tract of fish and shellfish”. In :Lesel,
R. (Ed), Microbiology in Poecilotherms, Elsevier, Amsterdam, pp 171176.
59
Samuel, Safran Makmur “Karakteristik Biologi Beberapa Jenis Ikan Introduksi
Di Danau Tempe Sulawesi Selatan” KSI-26 (Oktober 2011): 1-2.
Schaperclaus, W., 1992 “Fish Disease” Balkema, Roterdam. Journal Vol. 1, A.A.
hal. 583.
Shawn P. 1997. Diseases of Fish. Disease in Nature part 10 Aquarium.net
Article
Index
(0897).http://www.reefs.org/library/aquarium_net
/0897/0897_4.html (Diakses tanggal 21 Desember 2015).
Simatupang Nova F. “Karakterisasi Ragam Genetik Ikan Sepat (Trichogaster
Pectoralis) Berdasarkan Analisis Rapd (Random Amplified
Polymorphic DNA) Dan Morfometrik” Skripsi Fakultas perikanan dan
ilmu kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2012.
Stickney R. R. & Shumway S.E. 1974 “Occurrence of cellulase activity in the
stomachs of fishes”. Journal of Fish Biology. Vol 6.779—790.
Sugita H, Kawasaki J dan Deguchi Y. 1997.“Production of Amylase by the
Intestinal Microflora in Cultured Freshwater Fish.Departemen of
marine science of Resources, Nihon University, Fujisawa, Kanagawa,
Japan. Journal of society for applied bacteriology. Vol 24 (105-108).
Sugita H, Miyajima, C dan Deguchi Y. 1991. “ The Vitamin B12 – Producting
ability of the intestinal microflora of Freshwater Fish. Journal
Aquacultur Vol 92. (267-276).
Sugita H,. Takashi, J and Duguchi, Y. 1992. “ Production and Comsumption of
biotin by intestinal microflora of cultured freshwater fishes”. Journal
Bioscience, Biotechnology and Biocemistry. Vol 86 (1678-1679).
Sylvia Y, Muliawan, DR. “Bakteri Anaerob Yang Erat Kaitannya Dengan
Problem Di Klinik” Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.
Tamura, et al. 2011. MEGA 5: Molecular Evolutionary Genetics Analysis Using
Maximum Likelihood, Evolutionary Distance and Maximum
Parsimony Methods. Journal Mol. Biol. vol.10.1093.
Tatang, Supandi. “Mikrobiologi Pangan, Teori dan Praktik”. Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2014 (hal.61).
Tillman, A. D., H. Hartadi,dkk. “Ilmu Makanan Ternak Dasar”. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1998.
60
Tengjaroenkul, B., BJ. Smith.,dkk. 2000. “Distribution of intestinal enzyme
activities along the intestinal tract of cultured Nile tilapia,
Oreochromis niloticus L”. Aquaculture 182: 317-327.
Vadstein, O. 1997. “The Use Of Immunostimulation In Marine Larviculture:
Possibilities And Challenges”. Jurnal Norwegian University of
Science and Technology, Volume 155:401-407.
Varvarigos, P. 2001. “Gram positive cocco-bacteria (Micrococcaceae,
Streptococcaceae) causing systemic disease in intensive farmed fish in
greece”. http://www.vetcare.gr/Gram positive cocci.htm.
Waluyo, Lud. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: Universitas
Muhammadyah Malang, 2008.
Watanabe K., Sezaki K., Yazawa K. & HinoA. 1992 “Nutritive fortification of
the rotifer Brachionus plicatilis with eicosapentaenoic acid-producing
bacteria”. Journal Nippon Suisan Gakkaishi Vol 58 (271—27).
Watson, K, A., Kaspar, H., Lategan, M.J., Gibson, L. 2008. Probiotics in
aquaculture: The need, principles and mechanisms of action and
screening processes. Aquaculture, Vol. 274. No.1, pp.1-14.
WA Jimoh. 2014. Microbial flora of the gastro-intestinal tract of Clarias
gariepinus caught from river Dandaru Ibadan, Nigeria. Sokoto Journal
of Veterinary Sciences. Volume 12 (No. 2).
Westerdahl A., Olsson J.C., Kjelleberg S. & Conway P.L. 1991. “Isolation and
characterization of turbot (Scophthalmus maximus) — associated
bacteria with inhibitory effects against Vibrio anguillarum”. Applied
and Environmental Microbiology 57,2223—2228.
Wiwi Isnaeni. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Williams JG, et al. 1990. DNA polymorphisms amplified by arbitrary primers are
useful as genetic markers. Journal Nucleic Acids Res Vol 18 (22) :
6531-5.
Xue et al. 1999. “ Caracterization of cellulase activity in the digestive system of
the redclaw crayfish (Cherax quadicarinatus). Journal of aquaculture.
Vol 180 (373-386).
Quraish Shihab M. “Tafsir Al-Misbah Cetakan Ke Tujuhpuluh Tiga” Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 2004.
61
Yazawa K, et al. 1988. “ Eicosapentaenoic acid productivity of the bacteria
isolated from fish intestines”. Journal of Nippon Suisan Gakkaishi
Vol 54, hal. 1835-1838.
Zonneveld, et al. “Prinsip-prinsip budidaya Ikan”. Jakarta: PT Gramedia, 1991.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Penelitian
ESTRAK ORGAN SALURAN
PENCERNAAN IKAN
ISOLASI BAKTERI MIKROFLORA
SALURAN PENCERNAAN IKAN
KARAKTERISASI BAKTERI
MIKROFLORA SALURAN
PENCERNAAN
IDENTIFIKASI SECARA
MOLEKULER
SPESIES BAKTERI
MIKROFLORA SALURAN
PENCERNAAN
63
Lampiran 2. Alur Kerja Penelitian
Dilakukan pengenceran sampai 10-8
dan setiap seri pengenceran 10-1, 10-5
dan
10-8.
Dan
setiap
seri
pengenceran ditanam pada media
NA dengan metode tuang
SAMPEL
L
Metode Tuang Secara Duplo
Pengamatan
makroskopik koloni
(Bentuk, elevasi dan
tepian koloni) dan
mikroskopik sel bakteri
(bentuk sel dan sifat
gram)
Isolat-isolat digores kembali pada
media NA dengan menggunakan
ose bulat
STOK
BAKTERI
IDENTIFIKASI
MOLEKULER
64
Lampiran 3. Pewarnaan Gram Bakteri







Teteskan isolat dengan Gram B (Iodium)
Diamkan selama 1 menit
Mencuci dengan aquades mengalir lalu keringkan






Memfiksasi isolat
Menambahkan Gram A (Kristal Violet)
2-3 tetes
Diamkan selama 1 menit
Mencuci dengan aquades mengalir lalu
keringkan
Tambahkan Gram C (Etanol 96%)
Diamkan selama 30 detik
Mencuci dengan aquades mengalir lalu
keringkan
Tambahkan Gram D (safranin)
Diamkan selama 30 detik
Mencuci dengan aquades mengalir lalu keringkan
Hasil pengecatan
Gram dilihat
dibawah Mikroskop
65
Lampiran 4. Alur Kerja Identifikasi Molekuler Bakteri Saluran Pencernaan
Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
ISOLAT BAKTERI
TERPILIH
ESTRAKSI DNA
AMPLIFIKASI PCR
( Polymerase Chain Reaction)
ELEKTROFORESIS
SEKUENSING
66
Lampiran 5. Gambar Pengamatan Makroskopik koloni bakteri dari saluran
pencernaan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
MI 1
MI 2
MI 3
MI 4
MI 5
MI 6
MI 7
MI 8
MI 9
MI 10
67
Lampiran 6. Gambar Pengamatan Mikroskopik sel bakteri dari saluran
pencernaan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
MI 1
MI 2
MI 3
MI 4
MI 5
MI 6
MI 7
MI 8
MI 9
MI 10
68
Lampiran 7. Gambar Perbandingan Urutan Nukleotida
Gambar 7.1. Perbandingan urutan nukleotida isolat MI 1 (Query) dengan bakteri
Bacillus cereus strain VITSN04 (Subjct)
Gambar 7.2. Perbandingan urutan nukleotida isolat MI 5 (Query) dengan bakteri
Kluyvera cyocrescens strain KUDC1771 (Subjct)
69
Gambar 7.3. Perbandingan urutan nukleotida isolat MI 9 (Query) dengan bakteri
Pantoea septica strain IHB B (Subjct)
Gambar 7.4. Perbandingan urutan nukleotida isolat MI 10 (Query) dengan bakteri
Alcaligenes sp. ACS1 (Subjct)
70
Lampiran 8. Alat dan Bahan Penelitian
Tahap Pembuatan Medium
Tahap Isolasi Bakteri
Tahap Pewarnaan Gram
Tahap estraksi
Tahap PCR dan Elektroforesis
Tahap Sequensing (dikirim ke 1st BASE sequensing INT di Malaysia)
71
RIWAYAT HIDUP
ANDI MARWAH BAKRI, lahir di Soppeng, 30
September 1992. Anak kelima dari 12 bersaudara dari
pasangan Drs. H. Andi Muh Bakri dan Hj. Andi
Nawirah. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di
SDN 35 Tajuncu pada tahun (2000-2005). Dan
melanjutkan jenjang pendidikan SMP pada tahun (20052008) dan pendidikan SMA pada tahun (2008-2011) di
PON-PES YASRIB LAPAJUNG. Setelah itu, pada tahun 2012 penulis dinyatakan
lulus pada ujian UMM dan akhirnya melanjutkan jenjang studi pada jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Selama tercatat sebagai mahasiswa Biologi, penulis juga aktif tercatat
sebagai anggota bidang Ilmu dan Penalaran HMJ Biologi pada periode 2014 dan
tahun 2015 tercatat sebagai Wakil Sekertaris pada periode 2015, serta tercatat sebagai
asisten praktikum; Biologi Dasar, Biologi Terapan, Biokimia dan Genetika.
72
Download