Universitas Sebelas Maret (UNS-Solo), 24-25

advertisement
PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO
Setiyo Daru Cahyono1 dan Rosyid Kholilur Rohman2
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu 79 Madiun
Email: [email protected]
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu 79 Madiun
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pembangunan perumahan dan gedung terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
masyarakat. Permintaan material bangunan juga terus meningkat. Diantaranya meterial batako sebagai salah satu
bagian material untuk dinding bangunan. Dalam usaha mengurangi ekslporasi material dari alam, salah satunya
adalah pemanfaatan limbah Asbes untuk pembuatan batako. Limbah Asbes tergolong limbah B3, tetapi dengan
dimanfaatkan sebagai pengganti pasir pada pembuatan batako maka limbah asbes ini tidak berbahaya untuk
kesehatan manusia karena tercampur dengan material lainnya seperti air dan semen. Untuk pemasangan batako
sebagai dinding bangunan juga perlu diplester sehingga tidak terjadi kontaminasi langsung antara batako dengan
alam baik kontaminasi dengan air hujan, panas matahari ataupun cuaca di alam. Berdasarkan penelitian penggunaan
limbah asbes sebagai pengganti pasir dalam pembuatan batako ini menghasilkan batako dengan kuat tekan yang
lebih rendah, berat volume yang semakin rendah, dan mempunyai nilai porositas yang semakin tinggi. Batako yang
dihasilkan bersifat ringan. Pada penyerapan air semakin besar pengantian pasir oleh limbah asbes penyerapan air
semakin besar yaitu pada penggantian pasir 0% = 4,55% dan 100% = 7,41%. Dilihat dari kuat tekan penggantian
pasir oleh limbah asbes sebanyak 0% kuat tekan tekan yang diperoleh 92,90 kg/cm2, penggantian 100% kuat tekan
yang didapat 61,70 kg/cm2. Hasil dari penggantian pasir oleh limbah asbes sebanyak 100% telah memenuhi syarat
batako mutu III menurut SNI 3- 0349-1989 yaitu batako yang standar rata-rata minimum untuk mutu III adalah 35
kg/cm2. Berat volume batako 100% pasir = 2212,9 kg/m3. Sedangkan berat volume batako 100% limbah asbes =
1625,4 kg/cm3. Batako ringan ini sesuai untuk bangunan bertingkat karena mempunyai berat yang sangat ringan dan
lebih ramah lingkungan karena menggunakan material limbah asbes yang sangat mengganggu lingkungan.
Pemanfaatan limbah asbes untuk pembuatan batako ini sebagai upaya pelestarian alam dan penciptaan meterial yang
lebih ramah lingkungan.
Kata kunci: Limbah Asbes, Batako, Kuat Tekan, Porositas
1.
PENDAHULUAN
Pembangunan perumahan dan gedung terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
masyarakat. Kebutuhan akan tempat tinggal (rumah) pada dewasa ini semakin meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Peningkatan kebutuhan akan perumahan dan gedung secara otomatis
kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan harus
disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan alternatif bahan bangunan baru yang mempunyai kualitas yang lebih
baik dari bahan bangunan sebelumnya. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya
alternatif teknik kontruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis.
Alternatif yang sedang menjadi perhatian dewasa ini adalah pemanfaatan limbah-limbah industri.
Salah satu material bangunan yang sering digunakan dalam bangunan gedung dan perumahan adalah Batako. Batako
sebagai salah satu bagian material untuk dinding bangunan. Material pembuat batako semua berasal dari material
alam. Untuk mengurangi eksplorasi material alam yang berlebihan perlu adanya penelitian tentang material
pengganti material alam untuk membuat batako. Salah satu bahan tambah atau pengganti untuk membuat batako
adalah pemanfaatan limbah asbes. Material ini banyak terbuang di lingkungan sehingga perlu dimanfaatkan utuk
mengurangi pencemaran lingkungan.
Limbah asbes tergolong limbah B3 yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Tetapi dengan
dimanfaatkan sebagai pengganti pasir pada pembuatan batako maka limbah asbes ini tidak berbahaya untuk
kesehatan manusia karena tercampur dengan material lainnya seperti air, semen dan pasir. Mekanisme pembuatan
batako dengan material limbah asbes ini yaitu limbah asbes yang sudah hancurkan dan halus dicampurkan pada
campuran material batako lainnya yaitu air dan semen sehingga limbah asbes yang berbahaya ini terikat dan
terbungkus oleh air dan semen sehingga lebih aman dari kontaminasi dengan udara luar dan cuaca. Untuk
pemasangan batako sebagai dinding bangunan juga perlu diplester. Cara ini dilakukan supaya limbah asbes ini bisa
aman digunakan sebagai material dinding dalam pembangunan gedung dan perumahan sehingga tidak mengganggu
kesehatan manusia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh penggantian pasir oleh limbah asbes
dalam pembuatan batako terhadap porositas dan kuat tekan batako sehingga batako yang dihasilkan lebih ringan.
Batako ringan ini sesuai untuk bangunan bertingkat karena mempunyai berat yang lebih ringan dan lebih ramah
lingkungan karena menggunakan material limbah asbes yang selama ini tidak dimanfaatkan dan mengganggu
lingkungan. Pemanfaatan limbah asbes untuk pembutan batako ini sebagai upaya pelestarian alam dan penciptaan
meterial yang lebih ramah lingkungan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Batako adalah semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan
campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok
dengan ukuran tertentu. Menurut SNI 03-0349-1989 bata beton (batako) adalah komponen berbentuk bata yang
dibuat dari bahan utama semen portland, air dan agregat, yang digunakan untuk pasangan dinding. Bentuk dari
batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow block) dan batu cetak
yang tidak berlubang (solid block)serta mempunyai ukuran yang bervariasi. (Misbachul Munir, 2008)
Batako untuk bahan bangunan mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan menggunakan batako
dalam bangunan adalah tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan
menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan biaya. Keuntungan lain dari
penggunaan batako adalah akan mengurangi efek kerusakan lingkungan khususnya lahan pertanian yang dijadikan
sebagai pembuatan batu bata. Sedangkan kerugiannya meliputi proses membuatnya membutuhkan waktu lama
kurang lebih 3 minggu, pengangkutan bisa membuat pecah dan retak, karena ukurannya yang cukup besar dan
proses membatunya cukup lama. (A.G Tamrin, 2008)
Berdasarkan SNI 3-0349-1989, bata beton (batako) harus memenuhi syarat-syarat fisis. Syarat-syarat fisis tersebut
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Syarat-Syarat Fisis Pada Batako Sesuai SNI 3-0349-1989
No
Syarat Fisis
Satuan
Tingkat Mutu Bata Beton
Pejal
I
II
III
IV
100
70
40
25
Tingkat Mutu Bata Beton
Berlubang
I
II
III
IV
70
50
35
20
Kuat tekan bruto* ratakg/cm2
rata min
2. Kuat tekan bruto
kg/cm2
90
65
35
21
65
45
30
17
masing-masing benda
uji min.
3. Penyerapan air rata%
25
35
25
35
rata maks.
Keterangan: Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah, dibagi dengan luas
ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi. (Sumber: SNI 3-0349-1989)
1.
Kuat Tekan adalah uji kekuatan bahan untuk menahan beban jika digunakan dalam konstruksi tertekan. Kuat Tekan
juga bisa didefinisikan sebagai daya tahan bahan terhadap gaya-gaya yang bekerja sejajar atau tegak lurus, yang
sifatnya tekan. Besarnya kuat tekan dari benda uji dapat dihitung dengan rumus:
F 'c 
Pmaks
A
(1)
F’c
= kuat tekan, kg/cm2.
P maks
= beban tekan maksimum, kg.
A
= Luas permukaan benda uji yang ditekan, cm2.
Tegangan maksimum baik tegangan tarik atau tegangan tekan terjadi sepanjang penampang normal terhadap
beban. Dengan membagi beban dengan luas berarti tidak memberi tegangan pada semua titik pada luas penampang,
terutama hanya menetapkan tegangan rata-rata. Kuat Tekan dapat dihubungkan dengan besar kecilnya porositas
produk. Porositas adalah ratio dari pori-pori dalam material terhadap total volume material. Porositas terjadi akibat
adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah pencetakan. Gelembung ini bisa timbul
karena adanya pemakaian air yang berlebihan pada saat pembuatan produk.
Besarnya nilai porositas dapat dihitung dengan rumus:
Dimana
Porositas (n) =
Dimana
3.
 A  B   100%
B 
(2)
A = berat basah batako
B = berat kering batako
METODE
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental untuk mendapatkan hasil ataupun datadata yang menunjukkan hubungan antara variable yang diuji. Benda uji untuk pengujian Porositas dan Kuat Tekan
batako dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm3. Penelitian ini dilakukan di Labolatorium Teknik Sipil Universitas Merdeka
Madiun Indonesia. Tujuan dari penelitian ini dapat diperoleh Batako dari material limbah asbes yang mempunyai
mutu memenuhi persyaratan SNI-03-0691-1996. Adapaun bagan alir penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
4.
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan adalah dengan membuat sampel benda uji batako dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm3.
Selanjutnya dilakukan perencanaan komposisi campuran untuk mendapatkan komposisi material penyusun batako.
Pembuatan benda uji dilakukan dengan proporsi campuran 1 : 4 dan faktor air semen 0,5. Pembuatan benda uji
menggunakan agregat halus dari pasir tanpa menggunakan limbah asbes sebagai control. Benga uji yang lainnya
dibuat dengan prosentase pasir dikurangi dari 25 %, 50 %, 75 % sampai 100 %. Kebutuhan material dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini.
Table 2 : Kebutuhan Material Untuk Pembuatan Benda Uji
Prosentase Limbah asbes
(%)
100,0
75,0
50,0
25,0
0,0
Sumber : Hasil Perhitungan
PC
(kg)
9,60
9,60
9,60
9,60
9,60
Pasir
(kg)
38,40
28,80
19,20
9,60
0,00
Limbah Asbes
(kg)
0,00
9,60
19,20
28,80
38,40
Air
(kg)
4,80
4,80
4,80
4,80
4,80
Setelah benda uji terbuat kemudian benda uji disimpan dan dilakukan perawatan hingga mencapai umur 28 hari.
Setelah mencapai umur 28 hari dilakukan uji tekan. Hasil uji tekan batako dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1.
Table 3 : Hasil Uji Tekan Batako
Pasir
Limbah Asbes
(%)
(%)
100,0
0,00
75,0
25,00
50,0
50,00
25,0
75,00
0,0
100,00
Sumber : Hasil Perhitungan
1
370
355
320
275
245
Gaya Tekan (KN)
2
3
370
375
355
350
320
315
275
275
245
250
Rata-rata
371,7
353,3
318,3
275,0
246,7
Kuat Tekan
(kg/cm2)
92,9
88,3
79,6
68,8
61,7
100,0
Kuat tekan (kg/cm2)
90,0
80,0
70,0
60,0
50,0
Kuat Tekan
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
Prosentase limbah asbes(%)
Gambar 1. Hubungan Prosentase Limbah asbes dan Kuat Tekan Beton
Dari hasil penelitian kuat tekan dapat diketahui bahwa prosentase penambahan limbah asbes berpengaruh terhadap
kuat tekan batako. Pada penggunaan limbah asbes 25 % kuat tekan turun 5 % (4,6 kg/cm2), penggunaan limbah
asbes 50 % kuat tekan turun 17 % (13,3 kg/cm2), penggunaan limbah asbes 75 % kuat tekan turun 35 % (24,2
kg/cm2), penggunaan limbah asbes 100 % kuat tekan turun 51 % (31,3 kg/cm2). Semakin besar pemakaian limbah
asbes kuat tekan batako semakin turun, namun masih memenuhi syarat mutu III SNI 3-0349-1989 (minimal 35
kg/cm2).
Dari benda uji tersebut juga dilakukan penimbangan dan perhitungan berat volumenya. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 4.
Table 4 : Hasil Perhitungan Berat Volume
Pasir
Limbah Asbes
(%)
(%)
100,0
0,00
75,0
25,00
50,0
50,00
25,0
75,00
0,0
100,00
Sumber : Hasil Perhitungan
1
17,57
16,75
15,29
14,50
13,02
Berat (kg)
2
3
17,65
17,89
16,65
16,69
15,21
15,17
14,43
14,67
12,96
13,03
Rata-rata
17,7
16,7
15,2
14,5
13,0
Berat Volume rata-rata
(kg/m3)
2212,9
2087,1
1902,9
1816,7
1625,4
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa penggunaan limbah asbes sebagai pengganti pasir akan menurunkan berat
volume batako. Berat volume batako dengan agregat pasir 100 % sebesar 2212,9 kg/m3, sedangkan pada
penggunaan 50% pasir dan 50 % limbah asbes berat volumenya sebesar 1902,9 kg/m 3, dan pada penggunaan 100 %
limbah asbes berat volumenya sebesar 1625,4 kg.m 3. Dengan menggunakan limbah asbes sebagai pennganti pasir
didapatkan batako yang lebih ringan, sehingga bila dipasang sebagai dinding bangunan dapat mengurangi berat
bangunan.
Pada penelitian juga dilakukan uji porositas batako. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.
Table 5 : Hasil Uji Porositas Batako
Benda Uji
A
(gr)
LA 0
1
276
2
275
3
277
LA 25
1
272
2
271
3
272
LA 50
1
268
2
266
3
266
LA 75
1
267
2
268
3
268
LA 100
1
266
2
266
3
265
Keterangan :
LA = Limbah Asbes
A = Berat Basah Batako
B = Berat Kering Batako
Sumber : Hasil Perhitungan
B
(gr)
264
263
265
258
260
258
253
253
252
251
252
253
247
247
248
A-B
12
12
12
14
11
14
15
13
14
16
16
15
19
19
17
Porositas
(%)
4,55
4,56
4,53
5,43
4,23
5,43
5,93
5,14
5,56
6,37
6,35
5,93
7,69
7,69
6,85
Porositas
Rata-rata
(%)
4,55
5,03
5,54
6,22
7,41
Dari hasil pengujian porositas diketahui bahwa pemakaian limbah asbes berpengaruh terhadap nilai porositas
batako. Porositas batako dengan agregat pasir 100 % sebesar 4,55 %, sedangkan pada penggunaan 50% pasir dan 50
% limbah asbes porositas 5,5,4 %, dan pada penggunaan 100 % limbah asbes porositasnya 7,41 %. Semakin besar
penggunaan limbah asbes porositas batako semakin besar.
5.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis eksperimen pada penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu
penggunaan limbah asbes sebagai pengganti sebagian pasir mempengaruhi kuat tekan batako yaitu semakin besar
penggunaan limbah asbes kuat tekan batako semakin turun. Kuat tekan batako dengan agregat limbah asbes masih
memenuhi persyaratan mutu III SNI 3-0349-1989. Penambahan prosentase limbah asbes dalam campuran batako
akan memperbesar nilai porositas batako. Penggunaan limbah asbes akan menurunkan berat volume batako sehingga
didapatkan batako yang lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1996). Bata Beton Untuk Lantai (SNI-03-0691-1996). Bandung. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah
Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
Andriati. (1996). Penelitian Pemanfaatan Semen Abu Terbang Untuk Pembuatan Paving Block. Jurnal Penelitian
Permukiman I. Vol XII.No 1-2.
Anonim (1989). Bata Beton Pejal, Mutu Dan Cara Uji (SNI 03-0348-1989). Badan Standarisasai Nasional. Jakarta
Anonim (1989). Bata Beton Untuk Pasangan Dinding (SNI 03-0349-1989). Badan Standarisasai Nasional. Jakarta
Dipohusodo, Istimawan. (1990). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia
Ghozi, M. (2008). Analisa fundamental pengaruh abu ampas tebu dalam pembuatan pasta semen, Jakarta
Munir, Misbaqul. (2008). Pemanfaatan fly ash abu batu bara untuk hollow block yang bermutu dan aman bagi
lingkungan. Semarang
Mc. Cormac. (2003). J.C, Design of Reinforced Concrete (Fifth edition) (translate). Jakarta: Erlangga
Rosyid Kholilur Rohman, Setiyo Daru Cahyono, A.R. Hanung Triyono. (2013). The Influence Of Fly Ash Addition
On The CompressiveStrength Of Concrete Containing Recycle Concrete Aggregates, Advanced Materials
Research Vol. 626 (2013) pp 391-395 © (2013) Trans Tech Publications. Switzerland
Sedeyaningsih, Anis. (2010). Pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras
(karst) terhadap kuat tekan dan berat jenis batako.
Simbolon, Tiurma. (2009). Pembuatan dan karakterisasi batako ringan yang terbuat dari styrofoam. Universitas
Sumatra Utara.
Tjokrodimuljo K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta. Naviri
Tamrin, A.G. (2008). Teknik konstruksi bangunan gedung sederhana jilid 1 untuk Smk. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta
Download