Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan
“Proyek”. Menurut Husen (2009), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya
terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai
bagian
dari
organisasi
dilibatkan
untuk
memelihara,
mengembangkan,
mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan
pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan
berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996).
Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana
serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu (Dipohusodo, 1996).
Menurut PMBOK Guide (2004) sebuah proyek memiliki beberapa
karakteristik penting yang terkandung didalamnya yaitu :

Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal
yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek
6
Universitas Sumatera Utara
berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek
itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan.

Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi,
service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya.

Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang berhubungan
dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap
proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan
berlanjut
sampai
proyek
berakhir.
Setiap
langkah
semakin
memperjelas tujuan proyek.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian dari
manajemen
proyek.
Manajemen
proyek
adalah
aplikasi
pengetahuan
(knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam
aktifitas-aktifitas
proyek
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
proyek
(PMBOK, 2004).
Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas,
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja
(Husen, 2009).
Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan
proses manajemen proyek initiating, planning, executing, monitoring, dan
controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam
pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya
saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint yaitu
7
Universitas Sumatera Utara
lingkup pekerjaan (scope), waktu dan biaya. Dimana keseimbangan ketiga
konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu
atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya.
(PMBOK Guide, 2004).
2. 2
RISIKO
Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan
konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa
ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa
merupakan hal yang positif maupun negative (Shortreed, et al., 2003).
Dalam konteks proyek, risiko adalah suatu kondisi atau peristiwa tidak
pasti. Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi, akan ada
konsekuensi. Setiap kegiatan tidak terlepas dari adanya risiko, sehingga risiko
yang telah dapat diidentifikasi harus dibuatkan suatu perencanaan yang baik
bahkan bila perlu dibuat suatu sistem untuk dapat mengurangi menjadi seminimal
mungkin sampai pada batas yang dapat diterima (Asiyanto, 2009).
Terdapat pula beberapa definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan
(dalam Darmawi,2005) yaitu:
a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah peluang terjadinya kerugian)
Risiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan dimana terdapat keterbukaan terhadap kerugian atau suatu
peluang kerugian.
b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Risiko seperti diatas menunjukkan bahwa risiko menimbulkan
kerugian jika tidak segera diatasi.
8
Universitas Sumatera Utara
c. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Dalam hal ini ada pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian,
adanya
risiko
disebabkan
karena
adanya
ketidakpastian.
Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
kehilangan, bahaya dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut sebenarnya
merupakan bentuk ketidak pastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara
efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai
tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian risiko
dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan, dalam terminologi kuantitatif, dari
suatu kejadian bahaya yang didefinisikan.
Terminologi kuantitatif yang dimaksud
didapat dari pengukuran
probabilitas terjadinya suatu kejadian dan dikombinasikan dengan pengukuran
konsekuensi dari kejadian tersebut, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut (Kerzner, 2004) :
Risk exposure = risk likelihood x risk impact
Probabilitas terjadinya risiko sering disebut dengan risk likelihood,
sedangkan dampak yang akan terjadi jika risiko tersebut terjadi dikenaldengan
risk impact dan tingkat kepentingan risiko disebut dengan risk value atau risk
exposure.
Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood
dievaluasi sebagai sebuah probabilitas. Dalam hali ini risk exposure akan
menyatakan besarnya biaya yang diperlukan berdasarkan perhitungan analisis
biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai risiko dapat dibandingkan antara
9
Universitas Sumatera Utara
satu dengan yang lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing
risiko.
Menurut (IRM, 2002) Jenis-jenis risiko antara lain :
1. Risiko Operasional
Kejadian risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi
mencakuo risiko yang berhubungan dengan sistem organisasi, proses
kerja, teknologi dan sumber daya manusia.
2. Risiko finansial
Risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti
kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga
termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar.
3. Hazard Risk
Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik seperti kejadian
atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya ancaman
perusahaan.
4. Strategic Risk
Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan, politik,
ekonomi, perturan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan
reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan
pelanggan.
2.3
MANAJEMEN RISIKO
2.3.1
Definisi Manajemen Risiko
Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi,
mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk
10
Universitas Sumatera Utara
mengelola risiko tersebut Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan
proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek
maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan
minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan (Santoso,
2009).
Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen
risiko proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan merespon risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya
tujuan proyek.
Manajemen risiko proyek yang baik akan mampu memperbaiki
keberhasilan proyek secara signifikan. Manajemen risiko bisa membawa
pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek,
membuat jadwal yang realistis dan estimasi biaya yang baik.
Ada tiga kunci yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko
agar bisa efektif :
1. Identifikasi, analisis dan penilaiaan risiko pada awal proyek secara
sistematis dan mengembangkan rencana untuk menanganinya.
2. Mengelokasikan tanggung jawab kepada pihak yang paling sesuai
untuk mengelola risiko.
3. Memastikan bahwa biaya penanganan risiko cukup kecil dibanding
dengan nilai proyeknya.
Manajemen risiko juga berhubungan dengan alokasi resource
secara tepat. Inilah yang disebut opportunity cost. Resource yang
dihasbiskan untuk manajemen risiko bisa digunakan untuk aktivitas yang
11
Universitas Sumatera Utara
lebih profitable. Jadi manajemen risiko yang ideal menghabiskan biaya
paling rendah pada saat yang sama mengurangi sebesar mungkin efek
negatif karena suatu risiko (Santoso, 2009).
2.3.2
Tujuan Manajemen Risiko
Adapun tujuan dari manajemen risiko diantaranya sebagai berikut
(Asiyanto, 2009):
1. Mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang telah
teridentifikasi, dari “sering terjadi” hingga “tidak terjadi”. Disini
artinya adalah mengatasi penyebab dari risiko yang bersangkutan.
2. Mengurangi besar dampak yang mungkin ditimbulkan dari risiko yang
telah teridentifikasi, dari kondisi “fatal” sampai kondisi “tidak berarti”.
Manajemen risiko mengenal tiga faktor, yaitu sebagai berikut
(Asiyanto, 2009):
1. Risk even status, yaitu merupakan kriteria nilai risiko atau sering
disebut peringkat risiko, misal high, significant, medium dan low.
2. Risk probability, yaitu merupakan tingkat kemungkinan terjadinya
suatu risiko, biasanya dinyatakan dalam persen (%).
3. Risk Consequences, yaitu merupakan nilai pengaruhnya bila risiko
tersebut benar-benar terjadi. Ukuran ini tergantung risikonya, bisa
berupa rupiah, persen, waktu, banyaknya kejadian dan lain-lain.
2.3.3
Proses Manajemen Risiko
Manajemen risiko terdiri dari 4 tahapan proses (Asiyanto, 2009),
yaitu sebagai berikut :
12
Universitas Sumatera Utara
1. Identifikasi Risiko
2. Analisis Risiko
3. Respons Risiko
4. Dokumentasi (Monitoring and Controling)
Penentuan tingkat probability, sifatnya sangat subyektif, sulit
diukur secara pasti, tetapi hal tersebut penting untuk dilakukan. Oleh
karena itu ada beberapa teknik untuk menentukan tingkat probability,
yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Brainstorming
b. Sensitivity Analysis
c. Probability Analysis
d. Delphi Method
e. Monte Carlo
f. Decision Tree Analysis
g. Utility Theory
h. Decision Theory
Cara yang terbaik adalah ditentukan berdasarkan atas pengalaman
dan pemikiran yang dalam melalui brainstorming para pakar yang terkait.
Begitu juga untuk menentukan tingkat pengaruhnya.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risko merupakan langkah awal dari proses
manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi terhadap risikorisiko yang mungkin terjadi. Identifikasi risiko merupakan proses
penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan secara
13
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang
perusahaan. Identifikasi risiko usaha kontraktor dapat dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan sumbernya dan berdasarkan
dampak (Asiyanto, 2009).
Berikut ini adalah identifikasi risko berdasarkan sumbernya:
a. Eksternal Terprediksi
Dampak ini berupa bencana alam seperti gempa bumi, area proyek
dan sekitarnya terkena banjir maupun longsor.
b. Eksternal Terprediksi
Dampak ini berupa inflasi, lingkungan dan cuaca. Misalnya seperti
kenaikan harga yang melebihi estimasi awal dan curah hujan yang
melebihi estimasi BMKG.
c. Legal
Dampak ini berupa proyek melanggar aspek hukum dan aspek
lingkungan.
d. Internal Teknis
Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan metode
pengerjaan, teknologi, tenaga kerja, material, subkontraktor dan
supplier. Misalnya produktivitas tenaga kerja dan peralatan yang
rendah, keterlambatan pengiriman material, material tidak sesuai
spesifikasi, subkontraktor yang tidak berkualitas dan lain-lain.
e. Internal Non Teknis
Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan manajemen,
penjadwalan, biaya dan cash flow. Misalnya seperti Sistem
14
Universitas Sumatera Utara
pengendalian biaya dan waktu yang lemah menyebabkan
keterlambatan dan pembengkakan biaya, penyusunan rangkaian
pekerjaan yang kurang baik dan lain-lain.
Berikut gambar dibawah ini menunjukkan identifikasi risiko
melalui pendekatan sumber (Asiyanto, 2009).
Identifikasi
Risiko
Eksternal
Tak
Terpredi
ksi
Eksternal
Terpredi
ksi
Internal
Non
Teknis
Internal
Teknis
Legal
Sumber: Asiyanto (2009)
Gambar 2. 1 Identifikasi Risiko Proyek berdasarkan Sumber
Berikut ini adalah identifikasi risiko melalui pendekatan
dampak terhadap triple constraint dan keselamatan kerja.
a. Dampak terhadap biaya
Dampak ini berupa pembengkakan biaya biaya pelaksanaan
terhadap anggarannya. Proyek harus diselesaikan dengan biaa yang
tidak melebihi anggaran.
b. Dampak terhadap waktu
Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik
parsial maupun secara keseluruhan (project delay). Proyek harus
dikerjakan dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan.
15
Universitas Sumatera Utara
c. Dampak terhadap mutu
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang
membuatnya memenuhi kebutuhn pelanggan atau pemakai
(customers). Produk dalam hal ini adalah hasil kegiatan proyek
yang harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang disyaratkan.
Dampak ini berupa penyimpangan mutu pekerjaan terhadap
persyaratan yang ada. Risiko ini sudah diatur dalam sistem mutu
ISO 9001 : 2000.
d. Dampak terhadap kecelakaan kerja
Dampak ini telah diatur dalam OHSAS 18001
Identifikasi
Risiko
Biaya
Mutu
Waktu
Kecelakaan Kerja
Sumber: Asiyanto (2009)
Gambar 2. 2 Identifikasi Risiko Proyek berdasarkan Dampak
Identifikasi risiko dilakukan agar variabel risiko yang dinilai
dan dievaluasi dapat diketahui dan diidentifikasi. Teknik, sumber
informasi dan alat yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko
diantaranya adalah sebagai berikut (Husen, 2009):
a. Check list, didasarkan atas pengalaman yang digunakan untuk
situasi proyek yang sama dengan kejadian yang berulang-ulang.
16
Universitas Sumatera Utara
b. Thinking prompts, menggunakan data check list kemudian
diturunkan menjadi lebih spesifik dengan risiko penting tidak
dihilangkan.
c. HAZOP (Hazard and Operability), metode ini mengidentifikasi
bahaya dan masalah operasional yang timbul.
d. Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian
yang sering terjadi, dengan menggunakan data masa lampau.
e. Audits, bertujuan memonitor sistem, dengan mengidentifikasi dan
menguji beberapa masalah, bukan mengidentifikasi risiko yang
terjadi.
f. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), hampir sama seperti
HAZOP tetapi metode ini mengidentifikasi bagaimana kerugian
bisa terjadi, bukannya apa yang terjadi jika ada kegagalan seperti
identifikasi metode HAZOP.
g. Critical Incident Analysis, dengan melakukan curah gagasan dalam
tim lalu mengidentifikasi dan mencegah masalah agar tidak
menjadi lebih rumit.
h. Brainstorming, pendekatan yang sering dipakai untuk identifikasi
risiko dalam suatu workshop kelompok. Brainstorming sangat
bermanfaat sebagai identifikasi awal dari banyak risiko yang
mungkin. Prosesnya bersifat iteraktif, bergantung pada keaktifan
peserta dan fasilitatornya.
i. Interviewing, melakukan interview dengan para stakeholder dari
proyek.
17
Universitas Sumatera Utara
j. Delphi Technique, mendengar masukan dari para pakar yang
relevan dengan proyek.
k. Bahan bacaan yang relevan
l. Evaluasi individual dengan menggunakan kuisioner.
Setelah mengidentifikasi risiko kemudian disusul dengan
mencari kemungkinan peristiwa yang menyebabkan dampak terhadap
sasaran tersebut. Beberapa penyebab risiko diantaranya sebagai berikut
(Santoso, 2009):
a. Lemahnya Manajemen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada, jika tidak diseleksi dengan baik, apalagi
kalau perusahaan tidak memiliki sistem seleksi, maka dalam
kegiatan pelaksanaan dapat memicu munculnya personel yang
tidak mendukung pelaksanaan proyek secara maksimal.
b. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Alat
Sumber daya alat yang ada di proyek bisa saja memiliki
produktivitas yang rendah sehingga tidak mampu bersaing.
Produktivitas yang rendah tersebut bisa saja disebakan oleh usia
alat yang sudah tidak layak. Bahkan menimbulkan kerugian karena
depresinya saja tidak dapat dikembalikan yang disebabkan alat
yang bersangkutan tidak memberikan konstribusi manfaat yang
semestinya.
c. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Material
Material bahan bangunan tentunya mudah didapatkan, karena
kontraktor biasanya sudah mempunyai rekanan penyedia material.
18
Universitas Sumatera Utara
Tetapi masalah yang terkait dengan material bisa saja muncul,
sepertimasalah pengaturan material beupa mobilisasi, penempatan
dan pembayaran.
d. Metode Pelaksanaan Konstruksi Yang Kurang Tepat
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi. Sehingga target,biaya, waktu dan mutu sebagaimana
diterapkan, dapat
tercapai.
Penerapan metode pelaksanaan
konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan dimana
suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek
yang dikerjakan.
e. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan berupa cuaca akan mempengaruhi risiko
peningkatan biaya proyek, misalnya: salju, cuaca dingin dan banjir.
Cuaca mempengaruhi produktivitas kerja baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
2. Analisis Risiko
Analisis risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan
tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan
suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap
tingkat kesehatan dan kelagsungan proyek.
Secara umum terdapat dua metodologi analisa risiko, yaitu (Santoso,
2009) :
19
Universitas Sumatera Utara
a. Kuantitatif, analisa berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial)
terhadap besarnya kerugian yang terjadi.
b. Kualitatif, sebuah analisa yang menentukan risiko tantangan
organisasi dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan
instuisi, tingkat keahlian dalam menilai jumlah risiko yang
mungkin terjadi dan potensi kerusakannya.
Menurut Godfrey (1996) analisis risiko yang dilakukan secara
sistematis dapat membantu untuk:

Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas.

Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk).

Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian.

Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang
paling jelek.

Mengontrol aspek ketidakpastian.

Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang/badan yang
terlibat dalam manajemen risiko.
Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, perlu
dicari tingkatannya untuk prioritas penanganannya. Kelompok
tingkatan risiko dibagi menjadi empat, yaitu : high (H), significant (S),
medium (M), dan low (L). penetapan tingkatan risiko (risk level)
ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu :
a. Frekuensi kejadian (probability)
b. Dampak dari kejadian (impact/severity)
20
Universitas Sumatera Utara
Setelah
analisis
risiko
dilakukan,
berikutnya
adalah
memutuskan prioritas atas risiko-risiko tersebut dalam pemberian
tanggapan dan perlakuan.
3. Respons Risiko
Risk response planning adalah proses yang dilakukan untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang
dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko
ini dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan
pada turunnya (angka) hasil ukur yang diperoleh dari proses analisis
risiko. Secara umum teknik yang ditetapkan untuk menangani risiko
dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Menghindari Risiko (avoid)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan aktivitas yang
mendatangkan risiko. Dalam hal pengerjaan proyek bisa dilakukan
dengan cara merubah rencana proyek untuk menghilangkan risiko
meskipun tidak semua risiko bisa dihindari. Beberapa risiko yang
mungkin terjadi di tahap awal proyek bisa dihindari dengan
mengklarifikasi kebutuhan proyek (requirement), megumpulkan
informasi,
memperbaiki
komunikasi
atau
memperbaiki
kemampuan. Mengurangi lingkup proyek, menambah sumber daya
atau waktu, menggunakan cara-cara yang mirip dari proyek
sebelumnya daripada menggunakan cara-cara inovatif atau
menghindari subkontraktor yang belum kita kenal baik adalah
contoh-contoh cara menghindari risiko. Mungkin cara ini bisa
21
Universitas Sumatera Utara
dilihat sebagai cara menangani semua risiko. Tetapi perlu diingat
bahwa mengindari risiko juga berarti menghilangkan kesempatan
mendapatkan profit yang potensial. Dalam kejadian yang berisiko
tinggi biasanya akan melekat potensi profit yang besar.
b. Reduksi Risiko (mitigate)
Meliputi langkah-langkah untuk mengurangi peluang terjadinya
risiko. Melakukan tindakan awal untuk mengurangi peluang
terjadinya risiko pada proyek akan lebih efektif daripada
memperbaiki setelah suatu kejadian berisiko terjadi. Cara ini
sebenarnya paling baik sepanjang masih dalam batas kemampuan
untuk mengendalikan risiko yang bersangkutan. Karena dengan
cara-cara seperti ini, perusahaan akan terlatih menghadapi risiko
sendiri, sehingga kemampuan perusahaan menjadi meningkat
dalam mengendalikansuatu risiko. Namun demikian disarankan
bila respons ini yang akan diambil, maka seluruh prosedur
manajemen
risiko
harus
dijalankan
sepenuhnya,
termasuk
monitoring dan control. Memilih orang yang berkompeten untuk
ditempatkan dalam tim proyek adalah contoh mengurangi risiko
dari sisi manusia.
c. Dialihkan (Transfer)
Pemindahan penanganan risiko yang sifatnya negatif kepada pihak
ketiga. Pemidahan tanggung jawab ini merupakan cara yang paling
efektif jika mempertimbangkan biaya. Kontrak dapat dijadikan alat
pembantu
dalam
pemindahan
tanggung
jawab.
Respons
22
Universitas Sumatera Utara
mengalihkan risiko pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi
dari luar perusahaan untuk dapat membantu perusahaan dalam
menangani risiko yang telah terifentifikasi. Pihak ketiga tersebut
diantaranya subkontraktor dan perusahaan asuransi.
d. Menerima Risiko (Accept)
Menerima kerugian jika kejadian yang berisiko terjadi. Ini bisa
dilakukan jika risiko yang ditimbulkan kecil. Atau tidak ada cara
lain lagi untuk menangani. Manajemen atau tim proyek sudah siap
akan risiko yang terjadi dengan tidak merubah rencana proyek
yang sekarang ada. Penerimaan risiko secara aktif bisa diwujudkan
dengan menyiapkan rencana contingency atau cadangan jika risiko
yang diperkirakan terjadi.
4. Memonitor dan Mengendalikan Risiko (Risk monitoring and control)
Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah
diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan mengidentifikasikan
risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management plan dan
mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.
Tujuan dari monitoring risiko adalah memastikan apakah :
a. Respon terhadap risiko dijalankan sesuai rencana
b. Tindakan untuk respon terhadap risiko seefektif yang diharapkan
atau respon baru perlu dikembangkan
c. Asumsi proyek masih valid
d. Risk exposure sudah berubah
e. Prosedur dan kebijaksanaan yang tepat sudah diikuti
23
Universitas Sumatera Utara
f. Risiko-risiko tejadi tanpa teridentifikasi sebelumnya
Beberapa
hal
yang
diperlukan
untuk
monitoring
dan
pengendalian risiko adalah risk management plan, risk response plan,
catatan lain tentang pelaksanaan dan kemajuan proyek analisis dan
identifikasi risiko tambahan yang sebelumnya tidak dicatat.
Secara garis besar manajemen risiko untuk kontraktor dapat
ditunjukkan dengan gambar dibawah ini:
Didokumentasikan
(Monitoring and Control)
Pekerjan tidak
diambil
Pekerjaan diambil
tetapi risiko
diserahkan pada
owner
Respons
Risiko
Dialihkan pada pihak
lain
Analisis
Risiko
Diambil
Identifikasi
Risiko Usaha
Dikendalikan sendiri
/ diminimalkan
Diterima dampaknya
dan dimasukkan
anggaran
Sumber: Santoso (2009)
Gambar 2. 3 Manajemen Risiko Kontraktor
24
Universitas Sumatera Utara
Strategi / Sistem Penanganan Risiko
Ditolak
2.4
BIAYA PROYEK
Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan
sejumlah besar biaya yang dikelompokkan menjadi modal (fixed capital) dan
modal kerja (working capital), atau dengan kata lain biaya proyek = modal tetap +
modal kerja (Soeharto, 1995).
2.4.1
Modal Tetap
Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk
membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diingini,
mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan,
pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi
penuh. Modal tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost) (Soeharto, 1995).
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Yang dimaksud dengan biaya langsung (direct cost) dalam biaya
proyek adalah seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik
proyek, yaitu meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan
proyek
(dari
persiapan
hingga
penyelesaian)
dan
biaya
mendatangkanseluruh sumber daya yang diperlukan oleh proyek
tersebut. Komponen utama dari biaya langsung ini adalah material,
tenaga kerja, sub-kontraktor dan alat. Ditinjau dari hasil kegiatan,
maka yang termasuk dalam kelompok biaya langsung adalah biayabiaya untuk kegiatan pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah,
pekerjaan struktur atas, pekerjaan finishing, pekerjaan mekanikal dan
elektrikal yang di dalam item-iten pekerjaan tersebut pada dasarnya
25
Universitas Sumatera Utara
terkandung biaya upah, biaya bahan dan biaya alat. Biaya overhead
lapangan yang terdiri dari biaya pegawai proyek, biaya administrasi
proyek, biaya telpon/listrik proyek dan lain-lain, juga dimasukkan
kedalam kelompok biaya langsung (Soeharto, 1995).
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Yang dimaksud biaya tidak langsung (indirect cost) dalam proyek
adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan yang tidak
berkaitan secara langsung dengan proyek yang bersangkutan, yang
hasilnya tidak berbentuk fisik, melaikan bersifat mendukung pekerjaan
konstruksi. Oleh karena itu, besar kecilnya biaya ini kurang atau tidak
dipengaruhi oleh kegiatan proyek. Hal ini berarti bila kegiatan
pelaksanaan proyek tidak tinggi, biaya ini tidak membesar, melainkan
relatif tetap, begitu pula sebaliknya. Biaya indirect cost bukanlah
komponen biaya konstruksi yang aktual tetapi dapat menimbulkan
problem bagi kontraktor dalam mendukung pekerjaan proyek, biaya ini
biasanya dikategorikan sebagai biaya overhead (Soeharto, 1995).
Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap
sebagai biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya
keseluruhan (Pilcher, 1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara
keseluruhan membentuk biaya proyek, sehingga pada pengendalian
dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu diperhatikan. Baik biaya
langsung maupun biaya tak langsung akan berubah sesuai dengan
waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan
dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek
26
Universitas Sumatera Utara
berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan
(Soeharto, 1995).
2.4.2 Modal Kerja
Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal
operasi, yang meliputi antara lain:
a. Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta
bahan lain untuk operasi.
b. Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah
tenaga kerja pada masa awal operasi.
c. Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih
satu tahun.
Perbandingan jumlah modal kerja terhadap total biaya investasi
berkisar antara 5 – 10% (Soeharto, 1995).
2.5
PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN)
Pembengkakan biaya (cost overrun) adalah biaya konstruksi suatu proyek
yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang
ditetapkan di tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang
signifikan bagi pihak kontraktor (Santoso, 2009). Cost overrun yang terjadi pada
suatu proyek konstruksi dapat disebabkan oleh faktor intern maupun factor
ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri. Pembengkakan biaya (cost overrun) itu
sendiri dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
a. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek
Konstruksi.
b. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi.
27
Universitas Sumatera Utara
c. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi.
2.6
MANAJEMEN WAKTU PROYEK
Penjadwalan konstruksi terkait dengan manajemen waktu yang diperlukan
untuk memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK(Project Management
Body of Knowledge) dalam proses manajemen waktu meliputi (PMBOK Guide,
2004):
2.6.1
Definisi Kegiatan
Definisi kegiatan adalah identifikasi jadwal kegiatan spesifik yang
diperlukan untuk menghasilkan berbagai deliverable proyek. Identifikasi
jadwal kegiatan bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-kegiatan
yang akan ada dalam pelaksanaan proyek. Dalam proses ini dihasilkan
pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari
level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown
Structure (WBS).
2.6.2 Urutan Kegiatan
Urutan kegiatan adalah identifikasi dan mendokumentasikan
ketergantungan diantara jadwal kegiatan. Masing-Masing aktivitas harus
diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehinga
diperoleh jadwal yang realitis.
2.6.3
Perhitungan Sumber Daya Kegiatan
Memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan masing – masing jadwal kegiatan.
2.6.4 Perhitungan Durasi Kegiatan
28
Universitas Sumatera Utara
Durasi aktivitas adalah fungsi dari jumlah (kuantitas) pekerjaan
yang harus diselesaikan dan produk kerja tiap satuan waktu (Production
Rate) Kuantitas pekerjaan dapat diketahui dari lingkup/dokumen kontrak.
Kegiatan ini merupakan perhitungan sejumlah periode-periode pekerjaan
yang diperlukan untuk melengkapi jadwal kegiatan individual. Tingkat
akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang
tersedia.
2.6.5 Pengembangan Jadwal
Analisa urutan kegiatan, durasi, kebutuhan sumber daya, dan
batasan-batasan jadwal untuk membuat jadwal proyek. Pembuatan jadwal
proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan
estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
2.6.6
Pengendalian Jadwal
Mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam jadwal proyek. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:
a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan
memastikan perubahan yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencaan
awal proyek.
2.7
PENJADWALAN
Setiap proyek konstruksi biasanya mempunyai rencana pelaksanaan dan
jadwal pelaksanaa tertentu, kapan pelakasanan proyek tersebut harus dimulai,
kapan harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta
29
Universitas Sumatera Utara
bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana dan jadwal
pelaksanaan proyek selalu mengacu pada kondisi anggapan-anggapan dan
prakiraan yang ada pada saat rencana dan jadwal tersebut dibuat.
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek yang menjadi urutan langkahlangkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai satu sasaran. Pendekatan yang
dipakai jadwal adalah pembuatan jaringan kerja yang menggambarkan suatu grafik
hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dari
pekerjaan yang lain harus diidentifikasikan secara jelas dalam kaitannya dengan
waktu pelakasanaan pekerjaan (Soeharto, 1995).
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat
untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek
dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, di mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992).
Unsur utama penjadwalan adalah peramalan (forecasting). Menjadwalkan
adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji
jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, menghasilkan suatu
kegiatan yang lengkap, dan menulis bermacam-macam kegiatan dalam kerangka
yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Putri Lynna,2005)
Output dari proses penjadwalan adalah suatu rencana pelaksanaan
kegiatan-kegiatan proyek, yang berisi informasi antara lain tentang:
a. Waktu dimulainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)
b. Waktu selesainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)
c. Kegiatan-kegiatan kritis berikut lintasan kritisnya
d. Waktu selesainya proyek secara kesuluruhan
30
Universitas Sumatera Utara
e. Jadwal pemakaian sumber daya, teruatam tenaga kerja dan peralatan
Jadwal Aliran kas/uang.
Fungsi dari penjadwalan Menurut PMBOK(Project Management Body of
Knowledge) adalah sebagai berikut (PMBOK Guide, 2004):
a. Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dan untuk
memberikan prioritas perhatian dalam pengawasan dan pengendalian,
agar proyek dapat diselesaikan sesuai rencana, terhindar dari
keterlambatan,
kenaikan
biaya,
dan
perselisihan-perselisihan
kontraktual.
b. Dipakai sebagai dasar penentuan progress payment, penyusunan cash
flow proyek dan pembuatan pendanaan proyek.
c. Merupakan dasar atau pedoman untuk pengendalian, baik yang
berkaitan dengan waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran
kemajuan pekerjaan, dapat diketahui apabila ada penyimpangan
pelaksanaan terhadap rencana/jadwal, yang dengan bantuan alat-alat
analisis tertentu, misalnya dengan trend analysis dan sensitivity
analysis, dapat segera dilakukan tindakan-tindakan koreksi, untuk
penyelesaian sisa proyek.
d. Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas
waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing.
e. Menghindari
pengelolaan
pelaksanaan
proyek
yang
hanya
mengandalkan naluri saja.
f. Menghindari pemakaian sember daya dengan intensitas yang tinggi
sejak awal proyek, dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya.
31
Universitas Sumatera Utara
g. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek.
Kepastian tersebut dapat menghindari pekerja berada ditempat kerja
lebih lama dari waktu yang diperlukan, bergombol menanti penugasan,
mondar-mandir tanpa tujuan, dan sebagainya.
h. Dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak akibat adanya perubahanperubahan pelaksanaan proyek, baik yang berkaitkan dengan waktu
penyelesaian proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat
dipakai sebagai dasar penyelesaian masalah kontraktual, seperti untuk
menyelesaikan tuntutan-tuntutan (Claims) kenaikan biaya maupun
perpanjangan waktu.
i. Apabila jadwal di-update secara teratur, sehingga selain untuk
tindakan koreksi, berfungsi pula sebagai dokumentasi adanya
perubahan-perubahan didalam pelaksanaan pekerjaan, keterlambatan
yang tidak diharapkan, perubahan waktu penyelesaian kegiatan, dan
adanya change order, maka pedokumentasi-an jadwal awal berikut
perubahan perubahannya dapat dipakai sebagai dokumen historis
proyek.
2.8
KETERLAMBATAN
Keterlambatan pada proyek adalah sebagaian waktu pelaksanaan yang
tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa
kegiatan pada pelaksanaan menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat
sesuai jadwal yang telah direncankan (Ervianto, 2002).
Keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat
yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena dampak
32
Universitas Sumatera Utara
keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi
penyebab, disamping adanya tuntunan waktu dan penambahan biaya.
Keterlambatan merupakan fenomena yang umum terjadi dalam proyek
konstruksi. Faktor yang berpotensi menjadi suatu risiko menyebabkan
keterlambatan dapat diatasi dan dikontrol dengan cara mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan berdasarkan sumber penyebabnya, hal ini sangat membantu
kontraktor dalam menghadapi masalah keterlambatan pelaksanaan selama proyek
konstruksi baik keterlambatan yang dapat ditoleransi (excusable delay), yang
tidak dapat ditoleransi (non excusable delay), ataupun keduanya yang dapat
terjadi secara bersamaan (concurrent delay). Pengklasifikasian keterlambatan ini
dinyatakan oleh Poopeschu, C. M dan Charoegam, C.,(1995), serta Ellinwa, U dan
Sillias, A. B, (1993).
1. Excusable Delay
Excusable Delay terdiri dari 2, yaitu:
a. Compensatory delay yaitu keterlambatan yang dapat ditoleransi
dimana penyebab terjadinya bukan berasal dari pihak kontraktor
melainkan dari owner.
b. Non Compensatory delay yaitu tipe keterlambatan yang juga
dapatditoleransi dan penyebab keterlambatan di luar dari kemampuan
pihak kontraktor, seperti halnya bencana alam, cuaca, pemogokan
tenaga kerja dan untuk tipe keterlambatan ini kontraktor hanya
mendapat perpanjangan waktu.
33
Universitas Sumatera Utara
2. Nonexcusable Delay
Tipe keterlambatan ini adalah keterlambatan yang tidak dapat ditoleransi,
dan tidak mendapat perpanjangan waktu ataupun pengantian biaya karena
keterlambatan bersumber pada kesalahan kontraktor dan menjadi tanggung
jawab kontraktor secara penuh.
3. Concurrrent Delay
Selain dua tipe keterlambatan di atas terdapat concurrent delay yaitu suatu
keterlambatan yang terjadi secara bersamaan baik keterlambatan yang
tidak dapat ditoleransi maupun keterlambatan yang dapat ditoleransi.
Maka perlu diadakan suatu pengkajian yang lebih dalam oleh semua pihak
yang terlibat dalam proyek, apa dan siapa yang menyebabkan
keterlambatan, untuk selanjutnya ditentukan tindakan selanjutnya.
2.9
PEMILIHAN STRATEGI PENELITIAN
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi
penelitian, yaitu jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa
yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru
diselesaikan.
Tabel 2.1 Strategi Penelitian Untuk Masing-masing Situasi
Faktor Terhadap
Kendali
Jenis
Peristiwa yang
Terhadap
Strategi
Pertanyaan
Sedang Berjalan
Perisitiwa
Yang Digunakan
atau Baru
yang Diteliti
Diselesaikan
Bagaimana,
Eksperimen
Ya
Ya
Mengapa
Siapa, Apa,
Dimana, Berapa
Survey
Tidak
Ya
banyak, berapa
besar
34
Universitas Sumatera Utara
Strategi
Jenis
Pertanyaan
Yang Digunakan
Siapa, Apa,
Dimana, Berapa
banyak, Berapa
besar
Bagaimana,
Sejarah
Mengapa
Bagaimana,
Studi Kasus
Mengapa
Sumber: Yin (1994)
Archival
Analysis
2.10
Kendali
Terhadap
Perisitiwa
yang Diteliti
Faktor Terhadap
Peristiwa yang
Sedang Berjalan
atau Baru
Diselesaikan
Tidak
Ya/Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
DATA PENELITIAN
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Adapun data penelitian ini terdiri dari dua, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama. Data
primer diperoleh dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan
merupakan cara memperoleh data dengan melakukan survey kepada
pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi
literatur, seperti buku-buku, jurnal, makalah, penelitian-penelitian yang
berkaitan sebelumnya dan dapat juga disebut data yang sudah diolah.
35
Universitas Sumatera Utara
2.11
VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
2.12
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Adapun contoh-contoh instrument peneltian yaitu angket (quistionaire), daftar
cocok (checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide) dan lainlain.
2.13
SKALA DAN UKURAN PENELITIAN
Skala pengukuran adalah suatu instrument atau alat yang mewajibkan
peneliti untuk menetapkan subjek kepada kategori dengan memberikan angka atau
nomor pada kategori-kategori tersebut. Ada empat tipe skala pengukuran pada
penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
2.14
ANALISIS DATA PENELITIAN
2.14.1 Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Termasuk tentang
36
Universitas Sumatera Utara
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi
komperatif (Moh. Nazir, 2003).
Analisis ini memiliki kegunaan untuk menyajikan karakteristik
suatu data dari sampel tertentu sehingga peneliti mengetahui secara cepat
gambaran sekilas dan ringkas dari data yang diperoleh. Analisis statistic
ini dapat dikatakan pula sebagai analisis terhadap validitas dan reliabilitas
dari pengumpulan data yang telah dilakukan.
Deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat
dilakukan dalam 2 bagian yaitu :
a. Deskripsi dalam bentuk tulisan/teks. Deskripsi tulisan terdiri atas
bagian-bagian yang penting yang menggambarkan isi data secara
keseluruhan, seperti mean (rata-rata) data, standar deviasi, varians
data, dan sebagainya.
b. Deskripsi dalam bentuk gambar/grafik. Grafik sebuah data biasanya
disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak
lebih impresif dan komunikatif.
2.14.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji validitas dan uji reliabilitas digunakan untuk megetahui
kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu variabel, dan untuk mengukur suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
37
Universitas Sumatera Utara
konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel
yang disusun dalam bentuk kuesioner (Nugroho, 2005).
Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk mengetahui sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu test atau instrumen penelitian dapat dinyatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Pengujian validitas data dilakukan
dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan angka r hasil
Corrected Item Total Correlation melalui sub menu Scale pada pilihan
Reliability Analysis (Pratisto , 2009)
Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui
konsistensi atau keteraturas hasil pengukuran apabila instrumen tersebut
digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas
mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian
berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam
pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran
yang benar dari suatu ukuran.
Pengujian reliabilitas data dilakukan menggunakan alat bantu
software SPSS dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar
yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen
penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r
tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%,
dalam perhitungan ini nilai r diwakili oleh alpha, apabila alpha hitung
38
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dari pada r tabel atau alpha hitung bernilai positif, maka
instrumen penelitian dapat disebut reliabel (Santoso Singgih, 2002).
2.14.3 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan metode pengujian sampel untk
mengetahui tingkat kenormalan suatu data jawaban dari responden.
Tujannya adalah untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel
yang digunakan dalam penelitian, yang selanjutnya akan diambil
keputusan apakah pengolahan data akan menggunakan parametric atau
non parametric. Statistik parametric memerlukan terpenuhinya banyak
asumsi, sehingga data yang akan dianalisa harus terdistribusi normal,
sedangkan statistik non parametrik tidak menuntut terpenuhinya banyak
asusmsi, sehingga dapat terdistribusi secara bebas (distribution free).
2.14.4 Analisis Non Parametrik
Keuntungan dari analisis non parametkrik adalah:
a. Metode non parametrik tidak mengharuskan data berdistribusi normal
(distribution free test) sehingga penggunaannya lebih jelas.
b. Metode non parametrik dapat digunakan untuk data nominal maupun
ordinal.
c. Metode non parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah
dipahami daripada metode parametrik.
2.14.5 Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty,
seorang profesor matematika dari University of Pittsburgh, Amerika
39
Universitas Sumatera Utara
Serikat pada awal tahun 1970-an. Perkembangan Analytic Hierarchy
Process berawal sebagai respons terhadap kebutuhan akan alokasi dan
perencanaan sumber daya yang tidak mencukupi untuk militer.
AHP merupakan suatu alat analisa yang dapat digunakan untuk
membuat keputusan pada kondisi dengan faktor-faktor yang kompleks,
terutama jika keputusan tersebut bersifat subjektif. AHP menghasilkan
pendekatan terstruktur untuk menentukan nilai dan bobot untuk
permasalahan multi-kriteria dan menstandarisasinya, sehingga dapat saling
dibandingkan dan dapat diambil suatu keputusan.
Pada dasarnya AHP bekerja dengan cara memberi prioritas kepada
alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Lebih
tepatnya, AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan
tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan pilihan atau alternatif (decompotition).
AHP juga memperkirakan perasaan dan emosi sebagai pertimbangan
dalam membuat keputusan. Suatu set perbandingan secara berpasangan
(pairwise comparison) kemudian digunakan untuk menyusun peringkat
elemen yang diperbandingkan. Penyusunan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
AHP menyediakan suatu mekanisme untuk meningkatkan konsistensi
logika (logica consistency) jika perbandingan yang dibuat tidak cukup
konsisten. (Saaty, 1986).
Berbagai keuntungan AHP sebagai suatu pendekatan pemecahan
persoalan dan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
40
Universitas Sumatera Utara

AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

AHP memadukan metode deduktif dan metode berdasarkan sistem
dalam memecahkan pesoalan kompleks.

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam
suatu sistem dan tak memaksakan-memaksakan pemikiran linier.

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu
metode untuk menetapkan berbagai prioritas.

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

AHP menuntun suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan memilih alternatif terbaik berdasarkan
tujuaan.

AHP tidak memaksakan consensus tetapi mensintesa suatu hasil yang
representative dan berbagai penilaian yang berbeda-beda.

AHP memungkinkan perhalusan definisi pada suatu persoalan dan
memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.
Secara garis besar, ada empat tahapan AHP dalam penyusunan
prioritas, yaitu:
a. Dekomposisi dari masalah.
Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus
mampu didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan,
41
Universitas Sumatera Utara
identifikasi pilihan-pilihan (options), dan perumusan kriteria (criteria)
untuk memilih prioritas sebagaimana ditunjukkan pada gambar
berikut:
Sumber: Saaty (2008)
Gambar 2.4 Dekomposisi Masalah
b. Penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi
dengan
menggunakan
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparison).
Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap penilaian atau
membandingkan antar elemen yang ada, yaitu perbandingan antara
kriteria dan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria. Disisi
lain, perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan
untuk melihat bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria. Dengan kata
lain, penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa penting suatu
pilihan jika dilihat dari kriteria tertentu.
Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan sutu elemen terhadap
elemen lain, menetapkan skala nilai 1 sampai dengan 9 yang
42
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan pada tabel berikut. Angka 1 - 9 ini digunakan atas dasar
pertimbangan berupa perbedaan kualitatif menjadi jelas, perbedaan
kualitatif sudah cukup tergambarkan hanya dengan lima atribut,
sementara empat atribut lainnya dapat dinyatakan sebagai penilaian
yang berada diantara dua atribut yang berdekatan, dan skala dengan
Sembilan satuan secara psikologis mencerminkan derajat sampai batas
manusia mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.
Tabel 2.2 Skala Perbandingan Nilai
Keterangan
Nilai
1
Kriteria/Alternatif A sama penting dengan Kriteria/Aternatif B
3
A sedikit lebih penting dari B
5
A jelas lebih penting dari B
7
A sangat jelas lebih penting dari B
9
A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nlai yang bedekatan
Sumber : Saaty (2008)
c. Perhitungan bobot elemen dengan menggunakan Eigen Vector.
Matriks
hasil
perbandingan
berpasangan
akan
diolah
untuk
menentukan perbandingan relative antaa masing-masing pilihan yang
dinamakan prioritas atau yang disebut juga dengan eigen vector.
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan itu sendiri harus
mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut:
Hubungan kardinal;
Hubungan ordinal;
:
=
maka
43
Universitas Sumatera Utara
Jika elemen-elemen dari suatu tingkat dalam hierarki adalah
dan bobot pengaruh mereka adalah
/
menunjukkan kekuatan
,
, ...,
,
. Misalkan
jika dibandingkan dengan
, ...,
=
.
Matriks dari angka-angka ini dinamakan matriks perbandingan
berpasangan (pairwise comparison) yang diberi symbol A. berikut ini
adalah formulasi matriks perbandingan berpasangan:
i
𝑎𝑖𝑖
j
𝑎𝑖𝑗
k
𝑎𝑖𝑘
𝑎𝑗𝑖
𝑎𝑗𝑗
𝑎𝑗𝑘
k 𝑎𝑘𝑖
𝑎𝑘𝑗
𝑎𝑘𝑘
i
j
𝐴
Dimana:
≥ 0 dan
=1/
; ij=1, ... , n
/
Selanjutnya matriks dinormalisasi dimana jumlah kolomnya menjadi
sama dengan satu.
d. Uji konsistensi hirarki.
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai
diagonal bernilai satu dan konsisten. Konsistensi dari penilaian
berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung consistency ratio
(CR). Apabila nilai CR lebih kecil atau sama dengan 10%, maka hasil
penelitia tersebut dikatakan konsisten. Jadi nilai eigen maksimum
(λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen sisa harus
mendekati nol.
44
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya matriks awal A dikalikan dengan matriks prioritas w yang
menghasilkan nilai untuk tiap baris. Selanjutnya setiap nilai untuk
baris tersebut dibagi kembali dengan matriks prioritas. Penjumlahan
seluruh angka pada matriks tersebut dibagi dengan banyaknya elemen
(n) akan menghasilka nilai eigen maksimum (λmaks). Formulasi yang
digunaka dalam menghitung CR adalah:
CR = CI/RI
CI = (λmaks – n) / (n – 1)
Dimana:
CR
= Rasio konsistensi hirarki
CI
= Indeks konsistensi hirarki
RI
= Indeks konsistensi random (dapat dilihat pada tabel 2.2)
λmaks
= Nilai maksimum dari nilai eigen
n
= Banyaknya Elemen
1
Order
0
R.I
Sumber: Saaty (2008)
2.9.6
2
0
Tabel 2.3 Nilai RI
3
4
5
6
7
8
9
0.52 0.89 1.12 1.25 1.35 1.40 1.45
SPSS (Statistical Product and Service Solution)
SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan
program aplikasi yang digunakan untuk melakukan penghitungan statistik
menggunakan computer. Kelebihan program ini adalah kita dapat
melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistik dari yang
45
Universitas Sumatera Utara
sederhana sampai yang rumit sekalipun, yang jika dilakukan secara
manual akan memakan waktu lebih lama (Sarwono, 2006).
Berikut gambaran cara kerja komputer dengan program SPSS
dalam mengolah data adalah sebagai berikut:
OUTPUT DATA
Dengan
OUTPUT
NAVIGATOR
Proses
Dengan DATA
EDITOR
INPUT DATA
Dengan DATA
Gambar 2. 5 Cara Kerja SPSS (Statistical Product and Service Solution)
Penjelasan proses statistik dengan SPSS:
3
Data yang akan diproses dimasukan lewat menu DATA EDITOR yang
otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan
4
Data yang telah diinput kemudian kemudian diproses, juga lewat menu
DATA EDIT
5
Hasil pengolahan data muncul dilayar (Window) yang lain dari SPSS, yaitu
OUTPUT NAVITGATOR
Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistic dapat
ditampilkan secara:
a. Teks
atau
tulisan.
Pengerjaan
(perubahan
bentuk
huruf,
penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan
output teks dapat dilakukan lewat menu Teks Output Editor.
b. Tabel. Pengerjaan (pivoting label, penambahan, pengurangan label
dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk label
dapat dilakukan lewat menu Pivot table Editor.
46
Universitas Sumatera Utara
c. Chart atau grafik, Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya)
yang berhubungan dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan
lewat menu Chart Editor.
2.15
REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
1. Menurut Mansyur Sjawal, I Putu Artama Wiguna (2009) dalam
“Analisis Risiko Terhadap Biaya Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi
Jembatan Di Provinsi Papua”, berdasarkan analisis dan pembahasan
didapat kesimpulan sebagai berikut:
a. Menurut Konsultan, risiko tertinggi adalah produktivitas tenaga
kerja yang rendah dan risiko terendah adalah risiko Ketidakjelasan
pada pasal-pasal dalam kontrak. Menurut Kontraktor, risiko
tertinggi adalah Kondisi Cuaca dan risiko terendah adalah
Kerusakan jaringan bawah tanah yang baru. Menurut Owner, risiko
tertinggi adalah Tenaga kerja yang tidak punya kemampuan/skill
dan risiko terendah adalah kesulitan penggunaan teknologi baru.
b. Dari hasil uji statistik didapat bahwa antara Konsultan dan
kontraktor tidak terlalu berbeda dalam menerima risiko, sedangkan
antara Konsultan dan kontraktor dibandingkan dengan owner ada
perbedaan dalam menerima risiko. Tetapi dari nilai uji statistik
dapat dikatakan bahwa konsultan lebih besar menerima risiko
biaya dan waktu, dibandingkan dengan kontraktor dan owner
2. Menurut Nadya Safira Asmarantaka (2014) dalam “Analisis Resiko
Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Proyek Pada PembangunanHotel
47
Universitas Sumatera Utara
Batiqa Palembang”, berdasarkan penelitian didapat kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan konstruksi yang dianalisis dari bulan JanuariMei 2014 mengalami keterlambatan penyelesaian dari waktu
rencana. Pekerjan yang mengalami keterlambatan paling signifikan
di awal pekerjaan adalah pekerjaan struktur basement yang
terlambat lebih dari dua minggu.
b. Penerapan ISO 9001:2008 oleh kontraktor PT. Pulauintan sudah
sangat baik dengan nilai 100 %, sedangkan mutu dari sumber daya
manusia atau tenaga kerjanya hanya memperoleh nilai 76 %
dengan keterangan baik, dan realisasi produknya memperoleh nilai
87% dengan keterangan sangat baik.
c. Berdasarkan analisis statistik deskriptif menggunakan program
SPSS 22 faktor risiko dengan nilai mean paling tinggi adalah
variabel FX30 yaitu faktor risiko terjadinya additonal work.
d. Berdasarkan analisis menggunakan metode AHP dan penentuan
kategori risiko dengan metode SNI, faktor risiko yang memperoleh
nilai paling dominan dengan kategori risiko tinggi terdiri dari 6
variabel faktor risiko yaitu:
1) FX30 faktor risiko terjadinya additional work.
2) FX31 cuaca buruk pada saat aktifitas konstruksi.
3) FX1 kurangnya bahan konstruksi.
4) FX27 keterlambatan perizinan.
5) FX13 kurangnya tenaga kerja.
48
Universitas Sumatera Utara
6) FX7 kerusakan peralatan.
3. Menurut Bagus Yuntar Kurniawan (2011) dalam “Analisa Risiko
Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Apartemen Petra Square
Surabaya”
a. Didapatkan 58 variabel risiko yang relavan pada pengerjaan proyek
Apartemen Petra square, variabel-variabel risiko tersebut terbagi
dalam 7 kelompok, yaitu :
1) Risiko force majeure.
2) Risiko material dan peralatan.
3) Risiko tenaga kerja.
4) Risiko kontraktual.
5) Risiko pelaksanaan.
6) Risiko desain dan teknologi
7) Risiko manajemen.
b. Risiko keterlambatan pembayaran oleh owner merupakan risiko
yang mempunyai nilai paling besar terhadap biaya sedangkan
risiko yang mempunyai nilai paling besar terhadap waktu adalah
risiko adanya perubahan desain/spesifikasi.
c. Respon risiko pada risiko keterlambatan pembayaran oleh owner
yang merupakan risiko terhadap biaya pada proyek adalah dengan
cara melakukan koordinasi dengan pihak owner tentang schedule
pembayaran dan mendesak pihak owner agar segera membayar
yang seharusnya sudah dibayarkan kepada pihak kontraktor.
49
Universitas Sumatera Utara
Download