Theobroma cacao L

advertisement
JURNAL APLIKASI FISIKA
VOLUME 8 NOMOR 2
AGUSTUS
2012
Pemetaan Karakteristik Kawasan Potensial Geothermal di Kabupaten Konawe Utara
Menggunakan Citra Satelit Penginderaan Jauh dan
Shuttle Radar Topography Mission
La Ode Muh. Golok Jaya
Geoinformation Science and Technology Research Group, Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Jl. HEA Mokodompit No. 8 Kampus Hijau Unhalu Bumi Tridharma Anduonohu KendariSulawesi Tenggara 93232, email : [email protected]
Abstrak
Geothermal sebagai sumber energi terbarukan mulai memegang peranan penting di Indonesia,
selain potensi energi terbarukan lainnya seperti energi air, angin, surya, pasang surut dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), potensi
energi panas bumi (geothermal) di Indonesia mencakup 40 % dari total potensi geothermal dunia. Hal ini
disebabkan letak Indonesia yang berada pada ring of fire (jalur gunung api) mulai dari Pulau Sumatera,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku hingga Sulawesi. Wilayah Sulawesi Tenggara diidentifikasi memiliki
13 lokasi potensial panas bumi yang terletak di beberapa kabupaten seperti Konawe Selatan (Kecamatan
Lainea), Kabupaten Kolaka (Kecamatan Mangolo) dan Konawe Utara (Kecamatan Lasolo). Penelitian ini
bertujuan akan memetakan karakteristik kawasan potensial geothermal di Kabupaten Konawe Utara
Sulawesi Tenggara berdasarkan data citra satelit Landsat, SPOT XS dan data SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission). Penelitian ini secara jangka panjang bertujuan untuk menyusun basis data potensi
geothermal yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara berdasarkan karakteristik spasial kawasan. Metode
yang digunakan adalah ekstraksi data penginderaan jauh yang berasal dari satelit Landsat, SPOT XS serta
data SRTM yang memberikan gambaran karaktersitik kawasan. Survey GPS dilakukan untuk menentukan
koordinat sumber air panas sebagai salah satu manifestasi keberadaan potensi geothermal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara geografis dan geologis, kawasan Wawolesea memiliki potensi geothermal
dengan luas kawasan sekitar 285 hektar dan adanya sesar yang berada di kawasan tersebut. Karakteristik
topografi kawasan panas bumi Wawolesea dicirikan pada lokasinya yang berada pada ketinggian antara 040 meter di atas permukaan laut dengan kelerengan sekitar 10-20 %. Karakteristik geomorfologi kawasan
geothermal Wawolesea bercirikan punggung bukit dengan struktur geologi berada pada lapisan Aluvium
(Qa) dan Terumbu Koral Kuarter (Ql). Berdasarkan peta geologi, lokasi panas bumi berada pada sesar
yang memanjang hingga ke arah Molawe. Secara spectral kawasan potensial geothermal dapat dikenali
melalui pantulan spectral citra satelit penginderaan jauh dimana pantulan batu kapur (karst) mendominasi
kawasan.
Kata Kunci: Geothermal, Penginderaan Jauh, SRTM
Mwatt atau setara dengan 12,37 milyar barel
minyak1. Namun meskipun memiliki sumber
panas bumi yang tergolong besar, namun
pemanfaatan untuk energi listrik hingga saat
ini masih rendah, sekitar 4 persen dari potensi
yang tersedia. Prosentasi ini setara dengan
1189 Mwe. Sedang pemanfaatan secara
langsung juga tergolong masih rendah.
Artinya, sebagian besar sumber energi panas
bumi yang berada di Indonesia hingga saat ini
masih hanya tersimpan dalam perut bumi.
Belum ada pemanfaatan panas bumi pada
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan
yang terletak di jalur gunung api (ring of fire)
dunia. Dengan kondisi yang demikian,
Indonesia merupakan negara dengan kawasan
vulkanik teraktif di dunia yang memungkinkan
adanya potensi energy panas bumi yang cukup
besar. Potensi energi panas bumi di Indonesia
terdapat di sepanjang pulau Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
Potensi energi panas bumi yang
dimiliki Indonesia tidak kurang dari 40% total
energi panas bumi di dunia atau sebesar 25.875
77
78
JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 77-83
wilayah-wilayah kerja panas bumi yang
baru[2].
Sumber panas bumi yang tersimpan
dalam perut bumi Indonesia terbagi dalam dua
kelompok. Pertama adalah sumber panas bumi
yang berada dalam jalur vulkanik. Sumber
panas bumi ini tersebar sejak dari pulau
Sumatera, Jawa, Bali,NTB, NTT, Sulawesi
Utara hingga Maluku Utara. Sedang yang
kedua adalah sumber panas bumi non vulkanik
yang tersebar di pulau Bangka-Belitung,
Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku dan
Papua[2].
Sulawesi
Tenggara
merupakan
kawasan yang berada tidak jauh dari jalur Ring
of Fire di Pulau Sulawesi. Sulawesi Tenggara
juga terletak pada kelanjutan jalur patahan
(sesar) Palu-Koro yang membentang dari
Sulawesi Tengah-Sulawesi Tenggara-Laut
Banda. Dengan kondisi yang demikian
strategis, maka kemungkinan terdapatnya
sumberdaya mineral dan energi di kawasan
Sulawesi Tenggara menjadi sangat besar.
Potensi sumberdaya mineral telah terbukti
dengan adanya sebaran mineral nikel dan emas
yang telah dieksploitasi secara masiv. Potensi
lainnya yang perlu diselidiki adalah potensi
energi panas bumi yang menyertai setiap
patahan tektonik sebagaimana halnya di Pulau
Jawa.
Energi panas bumi merupakan energi
yang ramah lingkungan karena fluida panas
bumi setelah energi panas diubah menjadi
energi listrik, fluida dikembalikan ke bawah
permukaan (reservoir) melalui sumur injeksi.
Penginjeksian
air
kedalam
reservoir
merupakan suatu keharusan untuk menjaga
keseimbangan masa sehingga memperlambat
penurunan tekanan reservoir dan mencegah
terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali
fluida panas bumi setelah fluida tersebut
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta
adanya recharge (rembesan) air permukaan,
menjadikan energi panas bumi sebagai energi
yang berkelanjutan (sustainable energy).
Dari 252 lokasi panas bumi yang ada,
hanya 31% yang telah disurvei secara rinci dan
didapatkan potensi cadangan. Di sebagian
besar lokasi terutama yang berada di daerah
terpencil masih dalam status survey
pendahuluan sehingga belum didapatkan
potensi sumber dayanya secara tepat[3].
Pengembangan sumber daya panas bumi yang
ada, selain sebagian besar masih bertumpu di
wilayah barat Indonesia, semuanya masih
terjadi di daerah-daerah berlingkungan
vulkanik[4].
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
melakukan studi terhadap karakteristik
kawasan potensial energi panas bumi di
Konawe Utara melalui analisis spasial dan
spektral berdasarkan data Citra Landsat dan
SPOT XS.
2. METODOLOGI
Secara geografis lokasi studi berada
pada koordinat 3⁰41’51” LS dan 122⁰18’08”
BT. Secara administratif berada di Desa
Wawolesea Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara
Penelitian ini memanfaatkan data hasil
penginderaan jauh yakni satelit Landsat TM
(Thematic Mapper), hasil perekaman tahun
2003 dan SPOT XS, hasil perekaman tahun
2009. Untuk interpretasi geologi digunakan
data SRTM (Shuttle Radar Topography
Mission) dan peta geologi yang dikeluarkan
oleh Direktorat Geologi Kementerian ESDM.
Adapun peralatan survey yang digunakan
adalah GPS navigasi untuk melakukan
delineasi batas kawasan geothermal sehingga
dapat diperoleh gambaran karaktersitik
kawasan potensial geothermal tersebut.
Berikut ini adalah diagram alir
penelitian. Secara ringkas, penelitian ini akan
dimulai dengan ektraksi data citra satelit
Landsat, SPOT XS dan data SRTM. Sebagai
referensi akan digunakan data geologi yang
bersumber dari peta geologi. Survey GPS
dilakukan untuk delineasi kawasan dan ground
truth (pengecekan ketepatan analisis).
Citra satelit akan dikoreksi terlebih
dahulu baik secara geometrik maupun
radiometrik untuk memperbaiki kesalahan citra
satelit. Data SRTM digunakan untuk
menurunkan
informasi
topografi
dan
geomorfologi yang ada di lokasi penelitian.
Analisis akhir dari penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan karakteristik
spasial dan spektral kawasan potensial
geothermal. Secara lengkap, metodologi
penelitian diuraikan dalam bentuk diagram alir
sebagai berikut :
Pemetaan Karakteristik Kawasan Potensial Geothermal ....................(La Ode M. Golok Jaya)
Landsat
ETM
SPOT XS
SRTM
Peta
Geologi
Survey
GPS
Koreksi
Geometrik dan
Radiometrik
Koreksi
Geometrik dan
Radiometrik
Analisis
Topografi
Analisis
geomorfologi,
Kelurusan dan
Patahan (sesar)
Delineasi
kawasan dan
ground truth
Analisis
Spektral dan
tekstural
Analisis
Spektral dan
tekstural
Analisis
Eksisting
Kawasan
Karakteristik
Spasial dan
Spektral Kawasan
Potensial
Geothermal
Gambar 1. Diagram alir penelitian
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Lokasi
Terdapat beberapa lokasi potensial
geothermal di Konawe Utara, namun dalam
penelitian ini difokuskan pada kawasan
geothermal di Desa Wawolesea Kecamatan
Lasolo. Di kawasan ini terdapat beberapa
sumber air panas (hot spring). Gambar 2
menunjukkan kondisi sumber air panas di
lokasi penelitian
Berdasarkan interpretasi citra satelit
Landsat dan SPOT XS, luas kawasan ini
diperkirakan mencapai 285 hektar dan terletak
di wilayah pesisir Desa Wawolesea. Desa
Wawolesea sendiri berjarak sekitar 85
kilometer dari Kota Kendari, ibukota Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Gambar 2. Potensi geothermal Desa
Wawolesea Kecamatan Lasolo
Gambar 3. Potongan melintang kawasan
geothermal Wawolesea
Gambar 4 Karakteristik topografi kawasan
geothermal berdasarkan data SRTM
79
80
JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 77-83
Secara
topografis,
kawasan
Wawolesea ini berada pada ketinggian 1-400
meter di atas permukaan laut. Sedangkan
lokasi sumber air panas berada pada ketinggian
1-20 meter di atas permukaan laut dengan
kelerengan mencapai 10-20%. Profil melintang
(cross section) wilayah tersebut dapat dilihat
pada gambar 3.
3.2 Karakteristik Geologi
Karakteristik geologi kawasan geothermal
Wawolesea dapat dianalisis melalui peta
geologi sebagaimana diperlihatkan pada
gambar 5
Gambar 5. Peta Geologi wilayah penelitian
Kawasan Wawolesea terletak di
wilayah
pesisir
Kecamatan
Lasolo.
Berdasarkan peta geologi terlihat bahwa
kawasan pesisir terdiri dari terumbu karang.
Hal ini terlihat pada citra satelit adanya
pantulan spectral berwarna terang pada
wilayah perairan. Fakta ini didukung oleh hasil
penelitian Rusmana, dkk, 1993 bahwa lokasi
geothermal berada pada endapan permukaan
aluvium (Qa) dan Terumbu Koral Kuarter
(Ql). Endapan aluvium terdiri dari kerikil,
kerakal, pasir, lempung dan lumpur. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa dan pantai
yang sebarannya terdapat di daerah dataran
sekitar muara sungai besar dan pantai.
Sedangkan lapisan Terumbu Koral Kuarter
biasa disebut juga batu gamping terumbu,
berwarna putih, kelabu muda hingga
kecoklatan, kompak; bersifat sarang; berongga,
setempat kapuran (chalky); tersusun oleh
koral; ganggang; cangkang moluska; setempat
pasiran dan napalan[5].
Fosil yang dijumpai dalam satuan ini
adalah koral, ganggang dan cangkang
moluska; yang kesemuanya sulit ditentukan
umurnya. Diperkirakan formasi ini berumur
Plitosen
hingga
Holosen.
Lingkungan
pengendapannya adalah laut dangkal; tebalnya
diperkirakan dari beberapa meter sampai
puluhan meter[5].
Berdasarkan analisis data SRTM,
terlihat adanya komposisi geomorfologi
kawasan berupa punggung bukit yang
memiliki sesar dan lipatan sebagaimana
diperlihatkan pada gambar 6. Hal ini didukung
oleh adanya struktur geologi yang dapat
dijumpai pada lokasi di sekitar kawasan
geothermal Wawolesea adalah sesar, lipatan
dan kekar5. Sesar dan kelurusan umumnya
berarah barat laut – tenggara searah dengan
Sesar Lasolo. Sesar Lasolo berupa sesar geser
jurus mengiri yang diduga masih giat hingga
kini, yang dibuktikan dengan masih adanya
mata air panas di batu gamping terumbu yang
berumur Holosen pada jalur sesar tersebut di
Tenggara Tinobu (Wawolesea dan sekitarnya).
3.3 Karakteristik Spektral
Pemanfaatan citra satelit penginderaan
jauh untuk pemetaan kawasan geothermal
telah banyak membantu dalam menganalisis
karakteristik kawasan. Metode penginderaan
jauh dan pengolahan citra satelit merupakan
metode yang cukup reliable, cepat dan efektif
digunakan dalam berbagai aplikasi.
Gambar 6. Kondisi geomorfologi kawasan
berdasarkan data citra SPOT XS dan SRTM
Pemetaan Karakteristik Kawasan Potensial Geothermal ....................(La Ode M. Golok Jaya)
Penelitian Lashin dan Al-Arifi, 2012
mengungkapkan kecepatan pemrosesan data
untuk memperoleh karaktersitik kawasan
potensi geothermal menggunakan data citra
satelit penginderaan jauh[6].
Penelitian dengan memanfaatkan data
penginderaan
jauh
untuk
menyelidiki
karakteristik potensi dan monitoring kawasan
geothermal telah dilakukan oleh banyak
peneliti di seluruh dunia, misalnya oleh Savage
(2009) menggunakan citra satelit Landsat
untuk memetakan aliran panas pada kawasan
geothermal[7]. Juga penggunaan citra satelit
SPOT oleh Kervyn dkk. (2007) yang memiliki
resolusi spasial lebih baik dari Landsat untuk
pemetaan karakteristik geologi yang khas[8].
Demikian pula Calvin dkk. (2002), Eneva et al.
(2006) dan Kratt dkk. (2009) menggunakan
citra satelit hiperspektral ASTER dengan
memanfaatkan gelombang thermal infrared
(infra
merah
panas)
pada
satelit
tersebut[9][10][11].
Penelitian-penelitian
menggunakan citra penginderaan jauh tersebut
dapat mengungkap karakteristik kawasan
geothermal baik untuk pemantauan maupun
untuk pengembangan sumberdaya panas bumi
di kemudian hari
Citra yang digunakan untuk analisis
spectral adalah citra SPOT XS pankromatik,
resolusi spasial 10 meter dan komposit
RGB123, resolusi spasial 20 meter. Citra
berikutnya adalah Landsat TM pankromatik
resolusi spasial 15 meter dan citra natural
colour composit RGB543. Pada citra
pankromatik Landsat TM maupun SPOT XS,
kawasan Wawolesea nampak terang pada citra
disebabkan
oleh
pantulan
gelombang
elektromagnetik batuan kapur (kalsium
karbonat) yang mendominasi kawasan
tersebut. Pada citra Landsat natural colour
composit, kawasan terbuka akan tampak
berwarna merah cerah, sementara sumber air
panas akan tampak berwarna biru
Rona berwarna biru pada citra satelit
(gambar 7D) mengindikasikan sumber air
panas. Hasil survey lapangan menunjukkan
bahwa suhu sumber air panas berkisar antara
35-46 derajat Celcius dan air yang berasa asin.
Rona agak gelap antara dua sumber air panas
mengindikasikan vegetasi yang tumbuh di atas
lahan bersulfur (belerang).
81
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik topografi kawasan panas
bumi Wawolesea dicirikan pada lokasinya
yang berada pada ketinggian antara 0-40
meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan mencapai 10-20%. Luas
wilayah kawasan panas bumi mencapai
285 hektar.
2. Karakteristik geomorfologi kawasan
geothermal
Wawolesea
bercirikan
punggung bukit dengan struktur geologi
berada pada lapisan Aluvium (Qa) dan
Terumbu Koral Kuarter (Ql). Berdasarkan
peta geologi, lokasi panas bumi berada
pada sesar yang memanjang hingga ke
arah Molawe.
3. Secara spectral, lokasi panas bumi
ditunjukkan oleh kawasannya yang
terbuka dan nampak terang pada citra,
menunjukkan
batuan
kapur
yang
mendominasi
kawasan
geothermal
Wawolesea tersebut. Di lokasi tersebut
terdapat beberapa sumber air panas yang
terlihat dari pantulan spectral berwarna
biru pada citra natural colour composit
Landsat TM
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini merupakan bagian dari
Penelitian Hibah Pemula yang dibiayai oleh
Dana BOPTN Universitas Haluoleo Tahun
2012. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Rektor Unhalu dan Ketua
Lembaga Penelitian atas kesempatan yang
diberikan kepada Penulis untuk melaksanakan
penelitian ini.
Daftar Pustaka
[1]
Nugraha, S.I., Harmoko, U., Indriana, R.D,
(2008), Penelitian Temperatur Permukaan dan
Emisi Gas Karbondioksida (CO2) untuk
Mengkaji Kebolehjadian adanya Panas Bumi
di Sisi Lereng Utara Gunung Merbabu Jawa
Tengah, Universitas Diponegoro, Semarang.
[2] Kasbani, 2010, Badan Geologi, Kementerian
Energi
dan
Sumberdaya
Mineral,
http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56artikel/4002-penataan-kebijakan-pengelolaandan-pengembangan-potensi-panas-bumi.html
[3]
Wahyuningsih, Rini, 2005, Potensi dan
Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di
82
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
JAF, Vol. 8 No. 2 (2012), 77-83
Indonesia, Kolokium Hasil Lapangan, Subdit
Panas Bumi, Kementerian ESDM
Suhanto, Edi dan Bakrun, 2003, Studi Kasus
Lapangan Panas Bumi Non Vulkanik di
Sulawesi: Pulu, Mamasa, Parara dan
Mangolo,
Kolokium
Hasil
Kegiatan
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Subdit
panas Bumi, Kementerian ESDM
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono,
E., Simandjuntak, T.O., 1993, Peta Geologi
Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Lashin, A., Al-Arifi, N., 2012, The geothermal
potential of Jizan area, Southwestern parts of
Saudi Arabia, International Journal of the
Physical Sciences Vol. 7(4), pp. 664 - 675,
http://www.academicjournals.org/IJPS, ISSN
1992 – 1950
Savage, Shannon, 2009, Evaluating the Use of
LANDSAT
Imagery
for
Monitoring
Geothermal Heat Flow in Yellowstone
National Park, Final Report, Land Resources
and Environmental Sciences, Montana State
University, USA
Kervyn, M., Kervyn, F., Goossens, R.,
Rowland, S.K., Ernst, G.G.J., 2007, Mapping
Volcanic Terrain using High-Resolution and
3D Satellite Remote Sensing, Geological
Society, London, Special Publications 2007;
v. 283; p. 5-30
[9]
Calvin, W., Coolbaugh, M., Vaughan, R.G.,
2002, Geothermal Site Characterization using
Multi and Hyperspectral Imagery, Great Basin
Center for Geothermal Energy, University of
Nevada, GRC Transactions, USA
[10] Eneva, M., Coolbaugh, M., Combs, J., 2006,
Application of Satellite Thermal Infrared
Imagery to Geothermal Exploration in East
Central California, GRC Transactions, Vol.
30.
[11] Kratt, C., Coolbaugh, M., Peppin, B., Slade,
C., 2009, Identification of New Blind
Geothermal System With Hyperspectral
Remote Sensing and shallow Temperature
Measurements at Columbus Salt Marsh,
Esmeralda
County,
Nevada,
GRC
Transactions Vol. 33.
[12] Direktorat Geologi Departemen ESDM, Peta
Sumber-Sumber Gempa Bumi, Museum
Geologi Bandung, 2009
Pemetaan Karakteristik Kawasan Potensial Geothermal ....................(La Ode M. Golok Jaya)
A
C
83
B
D
Gambar 7. Citra satelit kawasan geothermal. (A) Pankromatik Landsat TM resolusi spasial 15 meter. (B)
Citra pankromatik SPOT XS resolusi spasial 10 meter. (C) citra komposit RGB123 SPOT XS resolusi spasial
20 meter. (D) citra komposit RGB543 Landsat TM resolusi spasial 30 meter.
Download