Strategi Komunikasi Pemasaran Berkaitan dengan Kebertahanan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan Negara yang memiliki kekayaan warisan
budaya yang beragam. Kebudayaan memiliki tiga wujud antara lain; (1) wujud
ideal yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan yang
disebut sistem budaya; (2) wujud kegiatan manusia yang berpola dalam
masyarakat yang disebut sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul dari waktu ke waktu.
Sebagai rangkaian aktivitas, sistem sosial bersifat konkret, bisa diobservasi,
difoto dan didokumentasikan; (3) wujud material yang disebut unsur-unsur
kebudayaan fisik sebagai benda-benda hasil karya manusia, berupa hasil fisik
dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia maka sifatnya paling konkret,
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto
(Koentjaraningrat, 2002).
Salah satu bentuk dari wujud material sebagai unsur kebudayaan
tradisional adalah kain tradisional. Kain tenun merupakan salah satu contoh
kain tradisional Indonesia. Namun kain tenun ini belum terlalu dikenal oleh
masyarakat.Kain tenun diproduksi diberbagai wilayah di seluruh nusantara
(Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, Sumbawa, dan Jawa
Tengah).Tenun memiliki makna, nilai, sejarah, dan teknik yang tinggi dari
segi warna, motif, jenis bahan, serta benang yang digunakan dan tiap daerah
memiliki ciri khas masing-masing.Tidak hanya dilihat dari ragam motifnya
namun juga dapat dilihat dari jenis benang yang dipakai, proses pembuatannya
yang tradisional tetapi dapat juga mengenal berbagai fungsi kegunaan dan arti
kain tenun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang dimana semua itu
mencerminkan adat istiadat dan kebudayaan masing-masing daerah.
Hampir di seluruh daerah di Indonesia memiliki kain tenun dengan motif
dan corak tenun yang penuh kandungan makna budaya. Di Indonesia masih
1
terdapat beberapa daerah penghasil tenun seperti Sumatera Barat yang
menghasilkan tenun Pandai Sikek dan tenun Pandai Silungkang, Jambi yang
menghasilkan kain tenun dengan motif angso duo, Riau yang menghasilkan
tenun Melayu, Lampung yang menghasilkan kain tapis, Palembang yang
menghasilkan songket limar dan lepus, Medan yang menghasilkan kain Ulos,
Kalimantan yang menghasilkan tenun Sambas dan tenun Pagetan, Sulawesi
menghasilkan tenun Buton dan tenun Donggala, Bali yang menghasilkan
tenun Gringsing dan tenun Endek, Lombok yang menghasilkan tenun sasak
dan tenun Bayan, dan Jawa menghasilkan tenun Troso dan tenun Baduy.
Apalagi dengan munculnya Citra Tenun Indonesia (CTI) pada tahun
2008 yang mewadahi dan mebina para pengrajin tenun di seluruh
Indonesia.CTI yang diketuai oleh Ibu Oktinawati Hatta Rajasa merupakan
suatu organisasi yang dalam program kegiatannya selain melestarikan
kerajinan kekayaan tenun untuk berbagai keperluan yang disesuaikan dengan
kebutuhan masa kini(Marianti, Maria Merry dan Istiharini, 2013).
Dengan adanya keberagaman kain tenun tradisional di Indonesia,
sebagai warga Negara Indonesia kita harus bangga akan warisan budaya masa
lampau karena sangat banyak nila-nilai tinggi yang terkandung di dalamnya.
Namun sangat disayangkan antuisme pasar domestik sendiri terhadap tenun
tradisional masih rendah (Marianti, Maria Merry dan Istiharini, 2013). Yang
dimaksud pasar domestik adalah pasar pengguna tenun secara keseluruhan di
Indonesia baik kalangan bawah, menengah juga atas. Seiring dengan
masuknya budaya asing, budaya Indonesia secara perlahan mulai tersisihkan
dan tidak lagi diperhatikan kelestariannya.
Kerajinan kain tenun juga dapat kita jumpai di pulau Jawa khususnya
daerah Jawa Tengah. Salah satu kota penghasil kain tenun ATBM (Alat Tenun
Bukan Mesin) adalah Kota Pekalongan. Kota Pekalongan terkenal memiliki
produk unggulan yaitu batik dan menjadi kebanggaan tersendiri yang pada
dasarnya adalah salah satu warisan budaya dunia, ini terbukti dengan sebutan
Kota Pekalongan sebagai Kota Batik serta dengan adanya sebutan baru saatsaat ini yaitu The World City Of Batik (Fahmatin, 2014).
2
Predikat “Kota Batik” telah sejak lama melekat pada Kota Pekalongan
dan dikenal hingga ke mancanegara.Menurut Disperidag Kota Pekalongan,
Batik Pekalongan telah menembus pasar diberbagai Negara seperti Australia,
Amerika, Eropa, Timur Tengah, Jepang, Korea dan Singapura. Melalui ekspor
batik tersebut, Kota Pekalongan sebagai sentral produksi batik telah mampu
menyumbang devisa bagi Negara (Khafidhoh, 2014). Namun ternyata, Kota
Pekalongan juga mempunyai produk unggulan lain yaitu berupa kain tenun
yang dibuat secara tradisional menggunakan ATBM.
Tenun tradisional ATBM adalah kerajinan yang berupa kain yang dibuat
dari benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang
pada benang lungsi yang dikerjakan dengan alat tenun bukan mesin. Tenun
ATBM dijalankan secara manual, semua proses dilakukan dengan tenaga
manusia, mulai pemintalan benang hingga menjadi produk siap pakai.
Sentra industri tenun ATBM di Kota Pekalongan ada di dua tempat
antara lain Desa Pakumbulan, Kecamatan Bauran dan Kelurahan Medono
Kecamatan Pekalongan Barat. Kedua daerah ini memiliki spesifikasi
tersendiri.Warga Pakumbulan cenderung berkreasi dengan berbagai macam
bahan seperti enceng gondok, akar wangi, hingga lidi. Sedangkan di Medono
banyak memproduksi kain tenun berbahan dasar benang. Industri sentra tenun
ATBM Medono ini termasuk kategori usaha kecil menengah. Kelurahan
medono ini berada tidak jauh dari pusat kota sehingga relatif mudah
dijangkau.
Produk yang dihasilkan dari usaha kain tenun Medono berupa interior
rumah tangga seperti gorden, taplak meja, sarung bantal kursi, keset, dan lainlain.
3
Gambar 1. Gorden Sebagai Salah Satu Produk
Kain Tenun ATBM Medono Kota Pekalongan
Motif khas yang dimiliki kain tenun ATBM medono adalah motif kotakkotak dan motif polos.
Gambar 2.Motif Kotak-Kotak
Gambar 3. Motif Polos
Dalam kurun waktu 1997-2001, produk tenun ATBM Medono mencapai
masa keemasan.Saat itu, hampir seluruh warga di Medono menjadi pengrajin
tenun. Namun, saat ini, tenun ATBM Medono mengalami kemerosotan.
Akibat dari kemerosotan tersebut, pemasaran produk merosot, sebagian besar
pengrajin tenun yang sebelumnya mempunyai puluhan ATBM, kini telah
menjual peralatan-peralatan tersebut (Suara Merdeka, 2012). Sayangnya, kain
kain tenun pekalongan ini belum banyak diketahui masyarakat dan kurangnya
apresiasi dari masyarakat. Kurangnya minat masyarakat lokal dalam
4
menggunakan produk kain tenun ATBM Medono menjadi kesulitan utama
dalam pemasaran kain tenun ATBM ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ferry selaku Kabid
Perindustrian Disperindagkop dan UMKM Pekalongan mengatakan bahwa
pada tahun 2001-2007 ada 152 pengusaha tenun ATBM Medono. Sekarang
hanya ada sekitar 16 - 20 pengusaha tenun ATBM Medono yang
bertahan.Semakin merosotnya kain tenun ATBM Medono ini disebabkan
karena permintaan pasar yang kecil. Promosi yang sudah dilakukan oleh
pemerintah melalui event-event dan oleh pemerintah dibuatkan tulisan “Sentra
Tenun ATBM Medono”, namun dari upaya promosi yang dilakukan
pemerintah tidak membuahkan hasil dan tidak mengalami peningkatan. Dalam
program pemerintah di tahun 2015 ini pemerintah berupaya meningkatkan
kualitas produk dan tengah mengembangkan tenun ke fashion namun tidak
menghilangkan produk utama kain tenun ATBM Medono berupa produk
interior rumah tangga1.
Selain itu, dari hasil wawancara dengan salah satu pelaku usaha kain
tenun ATBM Medono yaitu Ibu Hj. Titik Istiqomah pemilik Liliana
Handicraft didapatkan fakta bahwa minat masyarakat terhadap produk kain
tenun ATBM Medono semakin berkurang, saat ini hanya ada sekitar 25%
masyarakat yang masih berminat dengan produk kain tenun ATBM Medono.
Wilayah pemasarannya mengandalkan pintu pasar beberapa kota seperti
Jakarta, Surabaya, dan Bali. Selama ini promosi yang dilakukan hanya melalui
media internet (online). Adapun harapan beliau terhadap kain tenun ATBM
Medono ini adalah beliau berharap kain tenun ATBM Medono diminati dan
dikenal oleh masyarakat2.
Para pelaku usahakain tenun di sentra tenun ATBM Medono ini
rumahnya berada di jalan utama. Selama ini, rumahnya selain untuk tempat
tinggal, digunakan juga sebagai showroom dan workshop. Sehingga muncul
rumah-rumah produksi yang merupakan gabungan dari rumah tinggal,
1
Wawancara dengan Bapak Ferry selaku Kabid PerindustrianDisperindagkop dan UMKM Kot a
Pekalongan pada 20 Mei 2015.
2
Wawancara dengan Ibu Hj. Titik Istiqomah pemilik Liliana Handicraft, pada 13 Mei 2015.
5
showroom dan workshop (bengkel kerja). Para pemilik ini memanfaatkan
ruang depan rumah mereka sebagai gerai-gerai penjualan aneka barang dan
souvenir hasil tenun, bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian belakang
untuk workshop.
Sentra ini juga belum memiliki sarana dan fasilitas bersama. Selain itu
belum ada pengembangan kawasan sehingga belum terbentuk kawasan
industri terpadu yang memfasilitasi berbagai macam kegiatan. Belum adanya
show room bersama, serta parkir kawasan yang belum memadai. Masingmasing pengusaha dan pengrajin bergerak sendiri-sendiri, belum ada sebuah
wadah komunikasi bersama berupa koperasi, paguyuban atau kelompok
bersama. Sehingga diperlukan juga wadah berupa ruang yang menjadi sarana
komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin dan pengusaha tenun
ATBM di Medono untuk menarik minat dan dikenal masyarakat terhadap
produk kain tenun ATBM Medono.
Di tengah kemerosotan usaha kain tenun ATBM Medono, meskipun
banyak pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yang gulung tikar
menghentikan usahanya bahkan menjual peralatan tenunnya dan beralih
profesi, namun ada beberapa pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yang
masih bertahan dan melanjutkan usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono.
Pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono yang masih bertahan
memiliki strategi supaya bisa survival (bertahan) agar dapat mendorong
kemampuan daya saing dan tetap hidup ditengah persaingan.
Seiring dengan perkembangan zaman, kunci keberhasilan usaha kecil
agar dapat bertahan ditengah persaingan adalah dengan strategi komunikasi
pemasaran. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang penting bagi
pemasar.
Tanpa
komunikasi,
konsumen
maupun
masyarakat
secara
keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi
pemasaran ini merupakan sarana yang digunakan perusahaan-perusahaan
dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
konsumen langsung dan tidak langsung tentang produk dan merek yang
6
mereka jual serta sarana yang dapat digunakan untuk membangun dialog dan
membangun hubungan dengan konsumen.
Kotler dan Kevin menegaskan bahwa komunikasi pemasaran juga
banyak melaksanakan fungsi bagi konsumen. Komunikasi pemasaran dapat
memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan
mengapa produk itu digunakan, oleh orang macam apa, serta dimana dan
kapan. Konsumen dapat mempelajari tentang produk apa, siapa yang
memproduksi,
mereknya
apa,
cocok
dikonsumsi
oleh
siapa,
apa
keunggulannya, dapat diperoleh dimana, dan bagaimana caranya memperoleh
produk itu. Dengan demikian komunikasi pemasaran memiliki peran yang
sangat penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasika produk yang
dipasarkan kepada pasara sasaran secara lebih luas, bahkan dapat
berkontribusi terhadap ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam
ingatan dan menciptakan citra merek serta mendorong penjualan, dan
memperluas pasar.
Oleh karena itu, agar kain tenun ATBM Medono Kota Pekalongan dapat
survive (bertahan) ditengah persaingan dan dikenal oleh masyarakat luas,
maka perlu adanya strategi komunikasi pemasaran yang dikaitkan dengan
strategi bertahan yang tepat.
Dari uraian diatas, diperlukan kejelian untuk melakukan strategi-strategi,
khususnya
strategi
komunikasi
pemasaran
yang
dikaitkan
dengan
strategisurvive (bertahan) yang tepat untuk mempertahankan usaha kain tenun
ATBM yang diharapkan dapat berimbas pada peningkatan penghasilan pada
sektor usaha kecil menengah dan pelestarian kain tenun ATMB sebagai kain
tenun tradisional Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Pemasaran Berkaitan
Dengan Kebertahanan Usaha Kerajinan Kain Tenun ATBM Medono
Kota Pekalongan”.
7
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana strategi komunikasi pemasaran pelaku usaha Kain Tenun ATBM
Medono Kota Pekalongan agar mampu survive (bertahan) di tengah
persaingan?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan strategi komunikasi pemasaran pelaku usaha Kain
Tenun ATBM Medono Kota Pekalongan agar mampu survive (bertahan) di
tengah persaingan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
Penulis
berharap
penelitian
ini
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan aplikasi teori-teori yang didapat selama di bangku
perkuliahan, terutama tentang strategi komunikasi pemasaran dalam
pemenuhan harapan dan kebutuhan.
1.4.2
Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan
pertimbangan bagi Pemerintah Kota Pekalongan dan Pelaku usaha
kerajinan kain tenun ATBM di Kelurahan Medono Kecamatan Pekalongan
Barat.
1.5 Batasan Penelitian
1. Kain Tenun ATBM
Kain tenun ATBM merupakan hasil karya manusia yang dibuat
dengan kegiatan menenun kain dari sehelai benang pakan dan benang lusi
yang sebelumnya diikat dan dicelupkan kedalam zat pewarna alami yang
diproses menggunakan alat tenun bukan mesin atau bertenaga manusia.
2. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi menurut paradigm Laswell yang dikutip oleh Onong
Uchjana Efendi dalam bukunya Ilmu Komunikasi menyebutkan bahwa
8
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang bisa menimbulkan efek tertentu. Jadi
komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh komunikator kepada komunikan.
Pemasaran adalah proses yang membentuk hubungan antara
produsen dengan individu atau group dalam menyampaikan jenis-jenis
produk, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan guna
mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk
yang berkualitas.
Komunikasi pemasaran adalah salah satu kegiatan pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan maupun produk agar bersedia menerima,
membeli, dan setia kepada produk yang ditawarkan (Wahyudi, 2009).
3. Strategi Komunikasi Pemasaran
Strategi komunikasi merupakan bentuk dari bauran promosi
(Promotion Mix). Menurut Kotler (2001) ada 5 (lima) strategi komunikasi
pemasaran antara lain: periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), hubungan masyarakat atau publisitas, penjualan personal
(personal selling), dan pemasaran langsung.
4. Strategi Bertahan(Survival Strategy)
Suharto (2009: 29) mendefinisikan strategi bertahan hidup
sebagaikemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk
mengatasiberbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi
penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap
anggota keluarga dalam mengelola asset yang dimilikinya.
5. Medono Kota Pekalongan
Medono merupakan sebuah kelurahan di kecamatan Pekalongan
Barat di wilayah Kota Pekalongan provinsi Jawa Tengah.Kelurahan
medono ini tidak jauh dari pusat kota sehingga relatif mudah dijangkau.
9
Daerah ini merupakan salah satu sentra tenun ATBM yang termasuk usaha
kecil menengah.Para pelaku usaha di Medono banyak memproduksi kain
tenun berbahan dasar benang dan menjual produk interior rumah tangga.
10
Download