Abstrak

advertisement
Abstrak
LIS AISYAH MUNADI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2013
Teknik Mengangkat Beban Berat dengan Keluhan Nyeri Otot Leher pada
Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Penerapan prinsip
ergonomi pada sistem kerja angkat dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga kesehatan tenaga kerja dapat
terwujud. Beban maksimal yang diperkenankan oleh International Labour
Organization (ILO) dalam mengangkat beban yaitu 50 kg. Bulog bertanggung
jawab atas pemenuhan bahan pokok beras, pendistribusian bahan pokok
dilakukan oleh pekerja kuli angkut secara manual dengan mengangkat beras dari
gudang ke dalam truk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik
mengangkat beban berat dengan keluhan nyeri otot leher pada pekerja kuli
angkut di gudang bulog mangkubumi dan pamalayan. Jenis penelitian ini adalah
studi deskriptif. Sampel sebanyak 42 orang. Hasil menunjukkan 33,9% termasuk
kategori umur muda, 66,7% termasuk kategori umur tua, 38,1% termasuk
kategori masa kerja baru, 61,9% termasuk kategori masa kerja lama, 92,9 %
paling banyak mengangkat beban secara ergonomis, 7,2% termasuk tidak
ergonomis, 54,8% memiliki kebiasaan merokok sedang, 45,2% memiliki
kebiasaan merokok berat, dan 50% mengalami keluhan nyeri otot leher.
Sebaiknya pekerja melakukan teknik pengangkatan secara ergonomis untuk
meminimalisir risiko yang ditimbulkan dengan tidak mengangkat beban melebihi
batasan angkat yang sudah ditetapkan, untuk mencegah penyakit akibat kerja
sehingga tercapai kondisi kerja yang sehat dan aman.
Kata Kunci
: mengangkat beban, nyeri otot leher
Kepustakaan : 1993-2011
Abstract
The Technical of Lifting Heavy Burden by Complaining of Neck Muscular
Pain of Porter at Mangkubumi and Pamalayan Bulog Store
Health and safety work purpose for worker to get the highest degree of health
phisicially, mentally more over socially. Ergonomy principle aplicaton of lifting
system in meant at effort for keeping health and safety work, so that the health of
worker could come true. The maximum burden that is allowed by International
Labour Organization (ILO) in burden lifting is 50 kg. Bulog responsible of main
commodities fullness, main commodities distribution manually by porter by lifting
the rice from store into trunk. Purpose ot the research in knowing the technical of
lifting heavy burden by neck mucular pain complaining of porter at Mangkubumi
and Pamalayan Bulog Store. The research type is by descriptif study to 42
people sample. The score pointed 33,9% of young age category, 66,7% of old
age category, 38,1% of new work period category, 61,9% of long work period,
92,9% of the most of ergonomical lifting burden, 7,2% were unergonomical,
54,8% have smoke middle habit, 45,2% have heavy smoke habit, 50% suffered
neck muscular pain. The worker should lift by ergonomical lifting technic to
minimize the risk that’s caused by not to lift the burden more than lifting line
decision, to avoid illness of work cause so that reaching the health and safety
work condition.
Word key
: lifting burden, neck muscular pain
Library
: 1993-2011
PENDAHULUAN
Sistem kerja yang baik tidak terlepas dari work place (tempat kerja)
maupun langkah-langkah operasional tugas yang harus dilakukan dalam
suatu pekerjaan. Penataan tempat kerja beserta perlengkapan atau
peralatan yang digunakan maupun posisi tubuh pada saat bekerja akan
sangat berpengaruh dalam menciptakan suatu sistem kerja yang terintegrasi
dengan baik. Melalui perbaikan yang dilakukan, akan menjadikan suatu
industri bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Meskipun perkembangan
industri di Dunia sudah maju dan segala sesuatunya serba otomatis, tetapi
penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari
secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia juga masih banyak yang
menggunakan
tenaga
manusia
dalam
hal
penanganan
material
(http://pulsit2.petra.ac.id/17602-19297-1-PB.pdf.2009).
Pekerjaan bongkar muat yang dilakukan secara manual merupakan
pekerjaan fisik berat yang melibatkan pengerahan otot baik statis maupun
dinamis. Sedangkan pada aktifitas pengangkatan, memindahkan, dan
mendorong merupakan kerja otot statis dan diklasifikasikan sebagai kerja
berat. Namun demikian problem utama dari bentuk kerja tersebut bukan
masalah kerja berat pada otot, melainkan lebih banyak pada pemakaian dan
kerusakan pada cakram diantara ruas (intervertebral dics) dengan
peningkatan resiko cedera bagian belakang (back troubles) kondisi tersebut
menyebabkan penurunan tingkat mobilitas dan vitalitas kerja
(Tarwaka,
2004 : 289).
Bulog bertanggung jawab atas pemenuhan serta pendistribusian
bahan pokok (beras). Pendistribusian beras dilakukan dengan cara bongkar
muat barang dari truk ke gudang penyimpanan menggunakan tenaga kerja
manusia dengan cara mengangkat dan mengangkut beras tersebut secara
manual.
Berdasarkan hasil survey awal di Gudang Bulog Mangkubumi dan
Pamalayan, para pekerja kuli angkut mengangkat dan mengangkut beban
secara terus menerus setiap orang rata-rata 60 kg beras setiap kali angkat.
Berdasarkan hasil wawancara secara acak terhadap para pekerja yakni dari
10 orang diperoleh keluhan berupa rasa nyeri dan pegal pada bagian leher
sebanyak 7 orang atau sekitar 70 %.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif
survei, yaitu suatu penelitian untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
suatu fenomena yang terjadi dalam bidang kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, 2010 : 35-36).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabel Distribusi Frekuensi Umur pada Pekerja Kuli Angkut di
Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Umur
Muda ( 25-34 )
Tua ( 35-65 )
Total
Jumlah
14
28
42
Persentase (%)
33.3
66.7
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
berumur muda sebanyak 14 orang atau sekitar 33,3% dengan umur
termuda yaitu 28 tahun, dan responden yang berumur tua sebanyak 28
orang atau sekitar 66,7% dengan umur tertua yaitu 61 tahun. Umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun.
Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal
ini terjadi karena pada umur setengah baya kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat
(Tarwaka, 2004 : 120).
Hasil penelitian yang dilakukan Winda Agustin Rahayu pada
tahun 2012, menunjukkan ada hubungan antara usia dengan keluhan
otot musculoskeletal dengan nilai p=0,001. Pekerja dengan usia ≥ 30
memiliki risiko 4,4 kali mengalami keluhan otot musculoskeletal tingkat
tinggi dibanding pekerja dengan usia < 30 tahun. Pertambahan umur
menyebabkan penurunan kemampuan kerja jaringan tubuh (otot,
tendon,
sendi,
dan
ligamen)
(http://WindaAgustinRahayu/ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm).
2. Tabel Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pekerja Kuli Angkut di
Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Masa kerja
Baru ( ≤ 5 tahun )
Lama ( ≥ 6 tahun )
Total
Jumlah
16
26
42
Persentase (%)
38.1
61.9
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
masa kerja baru sebanyak 16 orang atau sekitar 38,1% dengan masa
kerja terbaru yaitu 1 tahun, dan responden yang masa kerja lama
sebanyak 26 orang atau sekitar 61,9% dengan masa kerja terlama 32
tahun. Masa kerja adalah panjangnya waktu yang terhitung mulai
pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung
(Aryani,2008).
Sebuah penelitian yang dilakuan Noviyanti pada tahun 2011,
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara masa kerja
dengan keluhan otot pada bagian bahu, pinggang dan kaki, dimana nilai
p >0,05 pada semua bagian. Responden dibagi menjadi 2 kelompok
masa kerja yaitu dibawah 5 tahun dan ≥ 5 tahun 86,7% dari responden
yang telah bekerja lebih dari 5 tahun mengalami keluhan otot pada
segmen tersebut responden telah beradaptasi dengan pekerjaannya
(http://AnnisaMutiah/ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm).
3. Tabel Distribusi Frekuensi Rokok yang Dihisap pada Pekerja Kuli
Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Rokok yang dihisap
Sedang ( 11-20 batang/hari)
Berat ( ≥ 21 batang/hari )
Total
Jumlah
23
19
42
Persentase (%)
54.8
45.2
100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa semua responden
melakukan kebiasaan merokok dan semua responden merokok lebih dari
10 batang perhari, sehingga tidak didapatkan responden yang merokok
kurang dari 10 batang perhari. Responden yang paling banyak melakukan
kebiasaan merokok dari kategori sedang sebanyak 23 orang atau sekitar
54,8%, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan merokok dari
kategori berat sebanyak 19 orang atau sekitar 45,2%. Penelitian tersebut
membedakan kebiasaan merokok responden menjadi kelompok berat,
sedang, berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap perhari.
Penelitian yang dilakukan Agustin (2012), menunjukan hasil uji
statistik antara variabel kebiasaan merokok dengan keluhan otot
musculoskeletal diperoleh nilai p=0,001 dimana nilai p <0,05, sehingga
ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot
musculoskeletal. Asap rokok yang dihisap akan dapat menurunkan
kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi
oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga
menurun. Apabila melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga,
maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah,
pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan
akhirnya
timbul
rasa
nyeri
otot
(http://AnnisaMutiah/ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm).
4. Tabel Distribusi Frekuensi Teknik Mengangkat Beban Berat pada
Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
No
1
2
3
4
5
6
7
Teknik Mengangkat (di Observasi)
Ketika berdiri posisi tulang belakang
lurus atau tegap
Ketika mengangkat posisi kepala
tegak
Mengangkat beban dengan posisi
lengan yang lurus dan berada dekat
dengan badan
Posisi kaki merenggang ketika dalam
posisi mengangkat
Beban yang diangkat dipegang tepat
dengan semua jari-jari
Otot lengan lebih banyak digunakan
ketika mengangkat
Dalam membawa beban posisi
mengangkat tidak terlalu tinggi
Ergonomis
(%)
Tidak Ergonomis
32
76,2
10
23,9
39
92,9
3
7,2
27
64,3
15
35,8
39
92,9
3
7,2
33
78,6
9
21,5
36
85,8
6
14,3
26
61,9
16
38,1
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari kategori teknik
mengangkat beban yang paling banyak dilakukan responden secara
ergonomis yaitu pada indikator ke 2 (ketika mengangkat posisi kepala
tegak) dan 4 (posisi kaki merenggang ketika dalam posisi mengangkat)
sebanyak 39 orang (92,9%) dan tidak ergonomis sebanyak 3 orang
(%)
(7,2%), sedangkan dari kategori teknik mengangkat beban yang paling
sedikit dilakukan responden secara ergonomis yaitu pada indikator ke 7
(dalam membawa beban posisi mengangkat tidak terlalu tinggi)
sebanyak 7 orang (61,9%), dan tidak ergonomis sebanyak 16 orang
38,1%.
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkatangkut dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita
Wijayanti (2009), menunjukkan ada hubungan antara cara mengangkat
dengan nyeri otot leher dengan p=0,007 maupun dengan nyeri pada
bahu dengan p=0,012. Keluhan otot terjadi karena otot menerima
tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh
kesempatan untuk relaksasi (Tarwaka, 2004).
5. Tabel Distribusi Frekuensi Keluhan Nyeri Otot pada Pekerja Kuli
Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Keluhan Nyeri Otot
Otot leher
Otot pundak
Otot bahu kiri
Otot bahu kanan
Otot lengan atas kiri
Otot punggung
Otot lengan atas kanan
Otot punggung bawah
Otot pinggang
Otot lengan bawah kiri
Otot lengan bawah kanan
Otot paha kiri
Otot paha kanan
Otot lutut kiri
Otot lutut kanan
Otot betis atas kiri
Otot betis atas kanan
Ya
21
13
12
13
10
2
11
2
7
14
14
7
7
10
8
12
12
(%)
50
30,9
28,6
30,9
23,8
4,8
26,2
4,8
16,7
33,3
33,3
16,7
16,7
23,8
19,1
28,6
28,6
Tidak
21
29
30
29
32
40
31
40
35
28
28
35
35
32
34
30
30
(%)
50
69,1
71,5
69,1
76,2
95,3
73,9
95,3
83,3
66,7
66,7
83,3
83,3
76,2
80,9
71,5
71,5
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari hasil Nordic Body
Map memperlihatkan semua responden mengalami keluhan nyeri otot
dan ada 17 kategori keluhan nyeri otot yang dialami responden.
Responden yang paling banyak mengalami keluhan nyeri otot yaitu
sebanyak 21 orang (50%) yaitu pada kategori otot leher, dan responden
yang paling sedikit mengalami keluhan nyeri otot sebanyak 2 orang
(4,8%) yaitu pada kategori otot punggung dan otot punggung bawah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang Bukhori tahun 2010
pada tukang angkut beban penambang emas terhadap keluhan otot
musculoskeletal menunjukkan bahwa, pvalue 0,029 dimana ada
hubungan teknik angkat dengan keluhan otot musculoskeletal. Keluhan
otot pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang
panjang (Suma’mur, 1987 dalam Tarwaka, 2004 : 117).
6. Tabel Distribusi Frekuensi Keluhan Nyeri Otot Leher pada Pekerja
Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan
Keluhan nyeri otot leher
Ya
Tidak
Total
Jumlah
21
21
42
Persentase (%)
50.0
50.0
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 42 responden
yang diteliti, terdapat responden yang mengalami keluhan nyeri otot
leher sebanyak 21 orang atau sekitar 50%, dan responden yang tidak
mengalami keluhan nyeri otot leher sebanyak 21 orang atau sekitar 50%.
Penelitian yang dilakukan Dina (2004), pada 251 responden
pekerja didapatkan keluhan nyeri otot leher 73.8%, bahu kanan 37.5%,
bahu kiri 47,4%. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada leher, umumnya
terjadi pada waktu kerja, antara lain terjadi pada pekerjaan dengan
beban yang berat, pekerjaan manual. Dalam suatu sikap yang statis, otot
bekerja
statis
dimana
pembuluh-pembuluh
darah
dapat
tertekan,sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang
mengakibatkan berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah, dan harus
menggunakan cadangan yang ada. Selain itu, sisa metabolisme tidak
diangkut keluar dan menumpuk didalam otot yang berakibat otot menjadi
lelah dan timbul rasa nyeri (madian1.blogspot.com/2011/05/nyeritengkuk-leher.html).
KETERBATASAN PENELITIAN
1. Penulis hanya menanyakan keluhan nyeri otot leher yang dirasakan
kepada responden secara langsung, tanpa dilakukan pemeriksaan oleh
tenaga medis dari kesehatan.
2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hasil dari penelitian
pada teknik mengangkat beban berat tidak sesuai dengan waktu survei
awal, sehingga penulis hanya bisa menggambarkan dan mengamati
kejadian selama di lapangan dan tidak menghubungkan suatu variabel
dengan variabel lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN
a.
Simpulan
1. Sebanyak 14 pekerja (33,3%) yang termasuk kategori umur muda,
dan sebanyak 28 pekerja (66,7%) yang termasuk kategori umur tua.
2. Sebanyak 16 pekerja (38,1%) yang termasuk kategori masa kerja
baru, dan sebanyak 26 pekerja (61,9%) yang termasuk masa kerja
lama.
3. Dilihat dari 7 kategori teknik mengangkat beban, sebanyak 39
pekerja (92,9%) yang paling banyak dilakukan secara ergonomis
dan sebanyak 3 pekerja (7,2%) tidak ergonomis terdapat pada
indikator ke 2 (ketika mengangkat posisi kepala tegak) dan 4 (posisi
kaki merenggang ketika dalam posisi mengangkat). Sebanyak 26
pekerja (61,9%) yang paling sedikit dilakukan pekerja secara
ergonomis, dan sebanyak 16 pekerja (38,1%) tidak ergonomis
terdapat pada indikator ke 7 (dalam membawa beban posisi
mengangkat tidak terlalu tinggi).
4. Dilihat dari hasil Nordic Body Map, sebanyak 21 pekerja (50%)
pekerja yang mengalami keluhan nyeri otot leher, dan sebanyak 21
pekerja (50%) yang tidak mengalami keluhan nyeri otot leher.
Pekerja yang paling sedikit mengalami keluhan nyeri otot yaitu
sebanyak 2 pekerja (4,8%) pada kategori otot punggung dan otot
punggung bawah.
b.
Saran
1. Agar pekerja mengangkat beban secara ergonomis sebaiknya
diberikan pemaparan terlebih dahulu dengan memberi materi-materi
atau pelatihan kepada Perum Bulog mengenai teknik mengangkat
beban secara ergonomis, sehingga dari pihak Perum Bulog bisa
memberitahukan kembali mengenai teknik mengangkat beban
secara ergonomis kepada pekerja. Hal ini diupayakan untuk
pencegahan paparan yang berlebihan dari kegiatan pengangkatan
beras guna mengurangi keluhan nyeri otot leher.
2. Batasan angkat yang sudah ditetapkan ILO yaitu tidak lebih dari 50
kg juga harus diberitahukan kepada Perum Bulog, sehingga bisa
diadakan toleransi dari Perum Bulog kepada pekerja agar
mengangkat beban tidak lebih dari 50 kg. Hal ini diperlukan untuk
meminimalisir risiko yang harus dihadapi pekerja khususnya yang
sudah berumur di atas 36 tahun, dimana kekuatan ototnya akan
terus menurun
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,
Soekidjo.,
Metodologi
Penenlitian
Kesehatan,
Rineka
Cipta,Jakarta, 2010.
Pearce, C, Evelyn., Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia,
Jakarta, 1993.
Suma’mur, Dr, P.K.M.Sc., Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT.
Toko Gunung Agung, Jakarta, 1996.
Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S., Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan
Produktivitas, Penerbit Uniba Press , Surakarta, 2004.
Download