Artikel Pgaruh DPS, Struktur Modal, dan ROI terhadap

advertisement
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN DILIHAT DARI
DIMENSI KUALITAS PELAYANAN SERTA IMPLIKASINYA
PADA KEPERCAYAAN
(Studi Pada Pasien BPJS Di Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung)
Oleh :
ANDI KURNIAWAN
NPM : 148 020 013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
“Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Dilihat Dari Dimensi Kualitas Pelayanan
Serta Implikasinya Pada Kepercayaan (Studi Pada Pasien BPJS Di Pelayanan
Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung)”. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak Rumah Sakit Al Islam Bandung dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya Instalasi Rawat Jalan.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif.
Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan
kuesioner disertai dengan teknik observasi dan kepustakaan, teknik pengambilan
sampel menggunakan consecutive sampling. Pengumpulan data di lapangan
dilaksanakan pada tahun 2016. Teknik analisis data menggunakan Analisis Jalur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum tanggapan pasien BPJS
pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung mengenai kualitas
pelayanan, kepuasan pasien dan kepercayaan pasien relatif sudah baik, puas, dan
percaya terhadap pelayanan di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Kualitas
pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien baik secara parsial maupun
simultan, dimana sub variabel daya tanggap memberikan kontribusi terbesar dan
sub variabel jaminan (assurance) memberikan kontribusi terkecil terhadap
kepuasan pasien, dan kepuasan berpengaruh terhadap kepercayaan pasien.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan, Kepercayaan
1
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara
Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum
dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat kedua dimana tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Berpijak pada hal di atas, maka semua warga negara tanpa kecuali
mempunyai hak yang sama dalam penghidupan, kesehatan dan pekerjaan.
Penghidupan ini mengandung arti hak untuk memperoleh kebutuhan materiil,
seperti : pangan, sandang dan papan yang layak dan juga kebutuhan lainnya,
seperti : kesehatan, kerohanian, dan lain-lain.
Kesehatan merupakam investasi bagi masyarakat, sebab kesehatan
merupakan modal dasar yang sangat diperlukan oleh segenap masyarakat untuk
dapat beraktifitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing,
sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
keluarga. Namun bila kondisi kesehatan bermasalah bukan tidak mungkin seluruh
harta dan kekayaan akan habis digunakan untuk memperoleh kesehatan tersebut.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah
satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indoensia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indoensia Tahun 1945 sehingga pemerintah harus
mengusahakan bidang kesehatan dengan sebaik-baiknya, yaitu : menyediakan
pelayanan kesehatan yang memadai dan dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat umum.
Pemeliharaan dan perlindungan kesehatan sangatlah penting untuk
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang tinggi. Namun kenyataan
rendahnya derajat kesehatan masyarakat disebabkan oleh ketidak mampuan
mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, karena mahalnya biaya
kesehatan yang harus dibayar oleh masyarakat.
Tingginya tingkat kemiskinan pada kebanyakan masyarakat Indonesia,
menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan
kesehatan yang tergolong masih mahal. Banyak penelitian yang menyatakan
bahwa kesehatan berbanding terbalik dengan kemiskinan, dimana makin tinggi
tingkat kemiskinan masyarakat, maka masalah kesehatan masyarakat akan
semakin rendah.
Biaya kesehatan yang mahal menjadi kendala bagi masyarakat miskin
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Meningkatnya biaya
kesehatan bagi masyarakat yang tinggi walau saat ini ada alaternatif berupa
kebijakan pemerintah tentang pembiayaan yang terjangkau melalui BPJS.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan biaya kesehatan yang
harus ditanggung oleh masyarakat, seperti yang di kemukakan oleh Sulastomo
(2004 : 42), seperti berikut :
1. Sifat layanan itu sendiri, sifat dari pada suatu layanan kesehatan adalah padat
modal, padat teknologi dan padat karya sehingga modal yang harus ditanam
semakin besar dan dibebankan pada biaya perawatan.
3
2.
Bagaimana negara memandang masalah pelayanan kesehatan sebagai
kebutuhan warga negaranya dan bagaimana negara menyelenggarakan dan
memenuhi pelayanan kesehatan yang diperlukan.
Berdasarkan pendapat di atas usaha industri jasa kesehatan mempunyai
prospek yang bagus, karena pelayanan kesehatan tidak terpaku hanya pada
pengobatan penyakit tetapi juga memberikan pelayanan untuk usaha pencegahan
dan meningkatkan kesehatan. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh pemberi jasa
pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan
masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.
Semakin banyak rumah sakit saat ini yang menawarkan pelayanan
kesehatan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan), seperti :
pemeriksaan untuk check up, papsmear, dan fithnes center. Dengan demikian,
pelayanan kesehatan pada sebuah rumah sakit saat ini ke depan bukan hanya
menerima orang sakit akan tetapi targetnya adalah masyarakaat yang dengan
secara sadar melakukan pencegahan, dengan melakukan pemeriksaan secara rutin.
Hal ini sejalan dengan pedapat Trisnantoro (2005:346), bahwa filosofi rumah sakit
adalah bukan mengharapkan orang sakit, tetapi meningkatkan persiapan terhadap
kemungkinan sakit dan meningkatkan kesehatan mayarakat.
Perkembangan sektor industri jasa, termasuk di dalamnya jasa kesehatan,
tidak terlepas dari tuntutan masyarakat untuk tetap mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Berbagai upaya telah dilakukan guna meningkatkan
pembangunan kesehatan yang lebih baik dan berdaya guna serta efisien, sehingga
dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya-upaya
meningkatkan kualitas sumber daya, membenahi peralatan dan obat-obatan serta
memperbaiki penampilan Rumah Sakit.
Rumah sakit umum sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan,
memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan. Rumah
sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan misi khusus adalah aspirasi yang ditetapkan dan ingin dicapai
oleh pemilik rumah sakit umum.
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai spesifik. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983 Tahun 1992, tugas pokok rumah sakit
umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif)
dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. Dalam rangka
menyusun tatanan pelayanan rumah sakit umum, peningkatan serta
pengembangan pelayanan kesehatan dan fungsi rumah sakit umum. Departemen
Kesehatan RI menentukan standar pelayanan rumah sakit yang berisi kriteriakriteria penting mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan terutama dengan
struktur dan proses pelayanan. Selain itu, peningkatan pelayanan kesehatan
bukanlah semata-mata ditentukan oleh tersedianya fasilitas fisik yang baik saja.
Namun yang lebih penting adalah sikap mental dan kualitas profesionalisme para
personel yang melayaninya.
4
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna, pasal 5 untuk menjalankan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi (a)
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit; (b) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis; (c) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; (d) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan
bahwa pelayanan yang dilaksanakan dirumah sakit salah satunya adalah pelayanan
rawat inap. Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan
menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan pemerintah dan swasta serta
puskesmas dengan perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya
pasien harus menginap.
Kondisi pelayanan rumah sakit di Indonesia sesuai temuan Hardiman
(2003), bahwa sistem pelayanan kesehatan di Indonesia belum baik. Rumah sakit
belum mampu menjamin mutu pelayanan kesehatan, hal tersebut seperti : dokter
sering terlambat datang, sehingga pasien harus menunggu lama untuk mendapat
pelayanan, belum menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum ada
kontinuitas pelayanan, belum bisa menjamin waktu penyerahan obat serta belum
mampu membuat sistem peresepan on line lewat komputer. Rumah sakit di
Indonesia belum banyak yang berorienasi pada konsumen/pasien (consumer
oriented), belum memberikan kemudahan akses pelayanan bagi pasien untuk
berobat ke rumah sakit.
Temuan tersebut di atas, sejalan dengan hasil penelitian Sulastomo
(2006:145) yang menyatakan lorong-lorong rumah sakit, ruang tunggu dan
kebersihan rumah sakit cukup memprihatinkan disamping itu dalam ketertiban
pasien masih terkesan “berjubel” dan “serawut”, serta masih ditemukan sulitnya
layanan untuk tempat parkir kendaraan pasien. Kenyataan ini membuat citra
rumah sakit di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan di luar negeri, seperti
Singapura. Kondisi seperti itu terekam dalam kajian mengenai kesiapan rumah
sakit Indonesia menghadapi era globalisasi yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian
Pembangunan Kesehatan (Puskabangkes) Depkes (2013).
Rumah Sakit Al Islam Bandung merupakan rumah sakit swasta tipe B
yang telah berdiri sejak tahun 1990 di wilayah Bandung timur yang
menyelenggarakan pelayanan menyediakan pelayanan rawat inap, pelayanan
rawat jalan dan pelayanan rawat darurat, yang dilengkapi dengan unit-unit
pelayanan penunjang medis lainya dan ditunjang pula dengan sarana penunjang
non medis lainnya untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para
pelanggannya.
5
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Al Islam Bandung dikarenakan sejak
tanggal 1 Januari 2014, berlaku Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola
oleh BPJS. Dengan berlakunya BPJS bahwa peraturan tentang pelayanan
kesehatan menjadi berubah demikain pula dengan alur pelayanan dan administrasi
yang harus ditempuh. Tak dapat dipungkiri hal ini memerlukan berbagai
perubahan dan proses adaptasi dalam pelayanan kesehatan dan pelayanan
administrasi. Dengan berlakunya BPJS, yang mana Rumah Sakit Al Islam
Bandung merupakan salah satu dari sedikit rumah sakit swasta yang
melaksanakan program JKN ini sejak pertama kali digulirkan merupakan fasilitas
kesehatan tingkat II yang memberikan pelayanan rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat I yaitu Puskesmas ataupun Klinik yang bekerja sama dengan BPJS. Pada
pelaksanaannya pasien yang mengikuti program tersebut selanjutnya dikenal
dengan istilah pasien BPJS/pasien JKN
Pelaksanaan program JKN di RS Al Islam Bandung menimbulkan
beberapa masalah antara lain tingginya lonjakan kunjungan pasien yang tidak
diimbangi dengan peningkatan jumlah tenaga medis, peningkatan jumlah alat
medis, maupun penambahan luas ruang perawatan. Hal ini menimbulkan daftar
tunggu (waiting list)pasien yang akan masuk ruang perawatan semakin
meningkat. Pasien yang masuk daftar tunggu karena tidak mendapatkan ruang
perawatan berkisar antara 20- 40 orang /hari, sedangkan pasien yang masuk
daftar tunggu untuk operasi elektif sejak Januari- Juni 2015 sebanyak 120 orang.
Kunjungan pasien Rumah Sakit Al Islam Bandung dalam 5 tahun ke
belakang sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat dari efisiensi Rumah Sakit Al
Islam Bandung berdasarkan beberapa indikator pada tabel berikut :
Tabel 1
Indikator Rumah Sakit Al Islam Bandung
No.
1
2
3
4
5
Keterangan
BOR
TOI
ALOS
BTO
Rata-rata
Rawat Inap
setahun
Thn
2011
70,16
2 hari
3 hari
77
Thn
2012
60,75
2 hari
4 hari
69
Thn
2013
53,63
3 hari
3 hari
59
Thn
2014
59,8
2 hari
3 hari
50
Thn
2015
57,42
2 hari
3 hari
65
11.780
10.634
8.912
7.510
6.980
Nilai Ideal
Depkes RI
70 - 85%
1 – 3 hari
7 – 10 hari
32 kali
Sumber: Bagian rekam medik Rumah Sakit Al Islam Bandung, 2016
Keterangan :
BOR (Bed Accupancy Rate) = Angka penggunaan tempat tidur
ALOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya dirawat
TOI (Turn Over Interval) = Interval penggunaan tempat tidur
BTO (Bed Turn Over) = Frekuensi penggunaan tempat tidur
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa indikator mutu pelayanan Rumah
Sakit Al Islam Bandung dibanding dengan indikator standar nilai ideal, nampak
bahwa mutu pelayanan belum memenuhi indikator ideal yang ditetapkan oleh
Depkes RI.
Rumah sakit perlu membangun kepercayaan yang tinggi bagi pasien
setelah berobat, kepercayaan dibangun melalui kemampuan dalam memberikan
6
pelayanan kepada pasien, memiliki komitmen untuk menjalankan bisnis dengan
benar sesuai dengan yang dijanjikan dan komitmen untuk memberikan kepuasan
secara terus menerus. Garbarino dan Johnson (2012:105) menyatakan
kepercayaan dalam pemasaran jasa lebih menekankan pada sikap individu yang
mengacu kepada keyakinan konsumen atas kualitas dan keterandalan jasa yang
diterimanya sejalan dengan pendapat Gurviez and Korchia (2003,362) dalam
penelitiannya menyebutkan terdapat tiga elemen yang membentuk kepercayaan,
yaitu : (1) kemampuan (ability), kemampuan berkaitan dengan kompetensi dan
karakteristik dari para pelaku (penjual, karyawan, dll) dalam memberikan layanan
kepada konsumennya; (2) integritas (integrity), merupakan komitmen perilaku
dari para penyedia jasa untuk menjalankan aktivitas bisnis yang benar-benar
sesuai dengan janji yang telah disampaikannya kepada konsumen; (3)
kebajikan (benevolence), merupakan komitmen penyedia jasa untuk mampu
memberikan kepuasan kepada konsumen.
Kepercayaan pasien terhadap rumah sakit adalah sangat penting sekali,
kepercayaan merupakan modal utama dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan
rumah sakit. Pasien yang percaya dan yakin kepada sebah rumah sakit dia akan
mempercayakan seluruh keperluan pengobatan ataupun pencegahan untuk
penyakit yang dia derita. Bila terjadi demikian, maka menjadi sebuah keuntungan
untuk rumah sakit baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Pasien yang sudah percaya terhadap secara tidak langsung pada kesempatan
tertentu akan merekomendasikan kepada pihak lain tentang pelayanan yang baik
yang dia terima dari rumah sakit, dengan demikian sudah ikut mempromosikan
kepada calon-calon pasien lainnya dan ini adalah salah satu bentuk loyalitas dari
pasien. Tetapi jika sebaliknya, sebuah rumah sakit yang kurang memiliki
kepercayaan dari masyarakat, maka dalam jangka pajang akan ditinggalkan, yang
pada akhirnya rumah sakit itu akan kehilangan pasien dan akhirnya bangkrut
karena tidak ada pasien.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis
terhadap 30 orang pasien di Rumah Sakit Al Islam Bandung yang dilakukan
secara acak diperoleh data seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Hasil Survey Pendahuluan Mengenai Kepercayaan Pasien
No
Materi Pertanyaan
1
Percaya bahwa pelayanan
dari semua tenaga non medis
ini bermanfaat
Percaya terhadap
kemampuan dokter dalam
memberikan pengobatan
Pelayanan kesehatan di
rumah sakit ini sangat
didukung dengan kualitas
fasilitas fisik rumah sakit
yang baik
2
3
Sangat
tidak
setuju
Tidak
setuju
Raguragu
Setuju
Sangat
setuju
15%
20%
45%
16%
4%
10%
10%
40%
35%
5%
10%
20%
50%
10%
10%
7
4
Percaya terhadap kualitas
pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien
10%
15%
40%
25%
10%
Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan terhadap pasien Rumah Sakit Al Islam
Bandung, 2016
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan mengenai kepercayaan pasien
terhadap Rumah Sakit Al Islam Bandung dapat diketahui bahwa rata-rata pasien
menyatakan ragu-ragu terhadap setiap item pernyataan yang diajukan. Hal ini
mengindikasikan bahwa kepercayaan pasien terhadap Rumah Sakit Al Islam
Bandung belum sepenuhnya percaya, seperti terlihat pada kurang percayanya
pasien terhadap pelayanan dari semua tenaga non medis di Rumah Sakit Al Islam
Bandung, kurang percaya terhadap kemampuan dokter dalam memanfaatkan alatalat kedokteran yang canggih, kurang percaya terhadap kejujuran dokter dalam
menyampaikan informasi ke pasien dan masih kurang percaya terhadap kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan.
Seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
publik yang lebih baik, maka puskemas sebagai unit pelayanan publik dihadapkan
kepada tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya. Dalam
pendahuluan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, dinyatakan bahwa pelayanan publik oleh
aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga
belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) mengembangkan
metode penilaian kinerja Rumah Sakit atas 3 aspek, yaitu aspek manajemen,
cakupan kegiatan dan mutu pelayanan puskesmas. Pada aspek mutu pelayanan,
salah satu instrumen yang penting adalah survey kepuasan pasien. Nilai 10 bila
angka kepuasan pasien mencapai 100%, nilai 8 : 81-99%, nilai 6 : 71-80%, nilai 4
: 61-70%, nilai 2 : 51-60% , nilai 0 < 50%. Kategori nilai mutu pelayanan
dikatakan baik jika nilai rata-rata >8,5 ; sedang 5,5-8,4 ; dan kurang < 5,5.
Hasil observasi pendahuluan mengenai kepuasan pasien di Rumah Sakit
Al Islam Bandung terhadap 30 orang responden dapat digambarkan sebagai
berikut :
Tabel 3
Hasil Survey Pendahuluan Mengenai Kepuasan Pasien Pasien
No
Materi Pertanyaan
1
Waktu tunggu untuk
pendaftaran di Rumah Sakit
Al Islam Bandung Ihsan
cepat
Dokter di Rumah Sakit Al
Islam Bandung cepat tanggap
dalam melayani pasien
2
Sangat
tidak
puas
Tidak
puas
Cukup
puas
Puas
Sangat
puas
10%
10%
20%
50%
10%
5%
5%
25%
55%
10%
8
3
4
5
Pelayanan di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung sudah tepat waktu
Pelayanan di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung sudah sesuai jadwal
Sikap staff di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung dalam
memberikan pelayanan sudah
ramah
10%
25%
15%
40%
10%
5%
20%
20%
40%
15%
10%
20%
10%
50%
10%
Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan terhadap pasien Rumah Sakit Al Islam
Bandung, 2016
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kepuasan pasien di
Rumah Sakit Al Islam Bandung terhadap kualitas pelayanan pelayanan belum
sepenuhnya merasakan kepuasan, yang terlihat dari pelayanan kurang tepat waktu,
pelayanan di kadang tidak sesuai dengan jadwal, waktu tunggu untuk pendaftaran
kurang cepat dan sikap staff di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung dalam memberikan pelayanan kadang terlihat kurang ramah.
Tjiptono (2012:71) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah inti
dari pencapaian profitabilitas jangka panjang. Kepuasan adalah merupakan
perbedaan antara harapan dan unjuk kerja (yang senyatanya diterima). Apabila
harapan tinggi, sementara unjuk kerja rendah, kepuasan tidak akan tercapai. Teori
kepuasan pelanggan selalu didasarkan pada upaya peniadaan atau paling kurang
menyempitkan gab antar harapan dan kinerja. Harapan dibentuk komunikasi getok
tular, kebutuhan personal dan pengalaman masa lalu.
Hasil tersebut di atas didukung dengan hasil survei pendahuluan mengenai
kualitas pelayanan dapat diungkapkan fakta bahwa 30% responden menyatakan
ragu-ragu dan 20% menyatakan tidak setuju terhadap rumah sakit didukung oleh
sumber daya manusia dokter terampil dalam bekerja. Selanjutnya mengenai
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit ini belum sepenuhnya baik seperti
fasilitas pendukung dan prosedur penerimaan pasien.
Tabel 4
Hasil Survey Pendahuluan Mengenai Kualitas Pelayanan
No
Materi Pertanyaan
1
2
Fasilitas pendukung memadai
Prosedur penerimaan pasien
rawat jalan Rumah Sakit Al
Islam Bandung sederhana
(tidak berbelit – belit)
Petugas layanan pendaftaran
memberi pelayanan
dengan cepat
Dokter terampil dalam
bekerja
3
4
Sangat
tidak
setuju
10%
Tidak
setuju
Raguragu
Setuju
Sangat
setuju
20%
25%
35%
10%
15%
10%
20%
40%
15%
10%
15%
20%
45%
10%
10%
20%
30%
30%
10%
9
5
Pelayanan yang diberikan
dilakukan secara adil tanpa
memandang status sosial
ekonomi
15%
15%
20%
35%
15%
Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan terhadap pasien Rumah Sakit Al Islam
Bandung, 2016
Jasa atau pelayanan yang diberikan kepada konsumen oleh perusahaan
tentunya harus berkualitas, Wyckof dalam Tjiptono (2011:59) menyatakan
kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Pada perusahaan jasa, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan
kepercayaan dari suatu perusahaan sangatlah penting, yang mana harapan
konsumen akan dibentuk oleh pelayanan yang diberikan sebelumnya dan
kualitas pelayanan tersebut akan sangat berdampak terhadap kepuasan dan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Apabila pasien merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit, maka mereka akan
melakukan pemanfaatan jasa pelayanan rumah sakit yang berulang-ulang.
Disamping itu mereka cenderung untuk melakukan word of mouth comunication
( dorongan / saran dari teman ) kepada relasi-relasi terdekatnya agar mereka
melakukan hal yang sama seperti dirinya, yakni memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang berorientasi kepada kualitas pelayanan yang sesuai dengan
harapan pasien.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang beorientasi kepada konsumen,
pola pemikiran yang mengarah kepada kepuasan pasien adalah salah satu unsur
penting dalam pengelolaan manajemen rumah sakit. Banyak faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien seperti fasilitas fisik, program hubungan
masyarakat, jaminan mutu klinis melalui cara pengobatan, bauran pemasaran dan
kualitas pelayanan jasa kesehatan.
Dilihat dari segi karakternya, pasien yang datang berobat ke Rawat Jalan
memiliki karateristik yang berbeda-beda satu sama lain, baik dalam umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status kelompok pasien dan penghasilannya. Masingmasing mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga dari karakternya tersebut, dapat
muncul banyak harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Untuk itulah perlu
dilakukan eksplorasi lebih jauh dari karakteristik tersebut sehingga dapat
diketahui korelasi antara karakteristik pasien terhadap pelayanan ingin
diterimanya.
Peningkatan kualitas pelayanan, akan berpengaruh positif terhadap
produktivitas rumah sakit, sehingga dengan usaha seperti ini rumah sakit
eksistensinya akan semakin dirasakan masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut
diatas, maka manajemen RS Al Islam Bandung mengambil langkah-langkah yang
berpedoman pada Visi Rumah Sakit yaitu menjadi Rumah Sakit yang Unggul
Terpercaya dan Islami.
Usaha Rumah Sakit untuk mewujudkan visi tersebut Rumah Sakit Al
Islam Bandung harus senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, melengkapi sarana
10
dan prasarana serta melakukan pemeliharaan dan perbaikan untuk menunjang
kelancaran pelayanan kepada pasien.
Suprihanto (2011:51) menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan
dapat memberikan kepuasan kepada pasien serta akan memberi dampak positif
terhadap rumah sakit, karena pasien yang puas akan bersikap :
1. Memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian atau kunjungan
berulang;
2. Lebih loyal kepada produk yang ditawarkan perusahaan (rumah sakit);
3. Memberi informasi positif kepada pihak lain, tentang keunggulan rumah sakit;
4. Sedikit perhatian kepada promosi dari perusahaan pesaing;
5. Kurang sensitif terhadap harga;
6. Secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terhadap biaya yang
dikeluarkan perusahaan terutama biaya pemasaran dan penjualan.
Peningkatan kualitas pelayanan yang baik tidak hanya berasal dan sudut
RS Al Islam Bandung saja, tetapi harus pula dan sudut pandang pasien. RS Al
Islam Bandung harus pula mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien, oleh
karena itu kualitas pelayanan yang diberikan harus benar-benar diperhatikan.
Dengan meningkatnya kualitas pelayanan maka diharapkan kepercayaan akan
meningkatkan kepuasan konsumen akan dapat tercipta. kepecayaan yang
menimbulkan kepuasan yang tinggi akan mengakibatkan perubahan pangsa
pasar dan profit bagi penyedia jasa. Oleh karena itu RS Al Islam Bandung
harus mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien pada saat ini, karena pasien
yang tidak puas terhadap jasa yang diberikan rumah sakit akan cenderung
mencari penyedia jasa lain yang dapat memberikan fasilitas dan pelayanan yang
lebih baik.
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan penyedia jasa. Dalam jangka panjang
ikatan seperti ini memungkinkan penyedia jasa dapat memahami harapan
pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian penyedia jasa dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan melalui usaha memaksimumkan pengalaman
pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan
pengalaman pasien yang kurang menyenangkan.
Berdasarkan uraian diatas tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi
kepercayaan dan kepuasaan pasien aka peneliti tertarik untuk menelitinya lebih
lanjut apa penyebab dari ketidakpuasan tersebut. Judul penelitian yang diajukan
adalah : “Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Dilihat Dari Dimensi Kualitas
Pelayanan Serta Implikasinya Pada Kepercayaan (Studi Pada Pasien BPJS
Di Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada di Instalasi Rawat Jalan RS Al Islam Bandung sebagai berikut :
1.
Staff yang tidak ramah
2.
Sistem informasi yang lambat
3.
Perawat yang kurang cekatan
11
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Dokter yang datang tidak tepat waktu
Ruang tunggu yang tidak nyaman
Proses administarasi yang lambat
Tidak akuratnya pencatatan data pasien
Pasien harus menunggu lama untuk mendapat pelayanan, belum
menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum ada kontinuitas pelayanan,
belum bisa menjamin waktu penyerahan obat serta belum mampu membuat
sistem peresepan on line lewat komputer.
Menungggulama untuk dilayanai, dokter telat datang dalam melakukan
perawatan.
Peningkatan jumlah pasien karena program JKN meningkatkan beban kerja
dokter.
Kebijakan dan prosedur pelaksanaan JKN di RS AlIslam belum stabil dan
sering berubah-ubah, sehingga sering menimbulkan persepsi yang bebeda di
kalangan dokter.
Indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Al Islam Bandung belum
memenuhi indikator ideal yang ditetapkan oleh Depkes RI.
Rumusan Masalah
Penelitian dilakukan untuk melihat dan mempelajari pengaruh kualitas
pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien serta implikasinya terhadap
kepercayaan pasien, maka penelitian diarahkan untuk menjawab pertanyaan
berikut :
1.
Bagaimana persepsi pasien tentang kualitas pelayanan pada Instalasi
Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung.
2.
Bagaimana kepuasan pasien pada instalasi rawat jalan di Rumah Sakit
Al Islam Bandung.
3.
Bagaimana kepercayaan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Al Islam Bandung.
4.
Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien
pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung baik secara
parsial dan simultan.
5.
Seberapa besar pengaruh kepuasan pasien terhadap kepercayaan pasien
pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung.
6.
Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pasien
melalui kepuasan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menganalisis
dan mengetahui :
1. Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan pada Instalasi Rawat Jalan di
Rumah Sakit Al Islam Bandung.
12
2.
3.
4.
5.
6.
Kepuasan pasien pada instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Al Islam
Bandung.
Kepercayaan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung.
Besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pada
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung baik secara parsial dan
simultan.
Besarnya pengaruh
kepuasan pasien terhadap kepercayaan pasien pada
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung.
Besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pasien melalui
kepuasan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
1. Diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu manajemen utamanya
manajemen rumah sakit tentang kualitas pelayanan kesehatan, kepuasan
pasien dan kepercayaan pasien.
2. Diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu manajemen khususnya
manajemen rumah sakit serta lebih memahami masalah secara objektif,
ilmiah dan rasional tentang pelayanan kesehatan.
Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Rumah
Sakit Al Islam Bandung dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
khususnya Instalasi Rawat Jalan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan,
kepuasan dan kepercayaan pasien khususnya Instalasi Rawat Jalan dan
Rumah Sakit Al Islam Bandung pada umumnya.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Kualitas Pelayanan
Dalam bisnis jasa, kualitas merupakan kunci keberhasilan usaha. Kualitas
harus mulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.
Hal ini bahwa kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau
persepsi pihak perusahaan atau penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut
pandang atau persepsi pelanggan.
Menurut Kotler dan Keller (2012:57), “Quality is the totally of features
and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated
or implied need”.
Jasa atau pelayanan yang diberikan kepada konsumen oleh perusahaan
tentunya harus berkualitas, Gronroos (2010:507) mendefinisikan kualitas
13
pelayanan sebagai berikut : “The total service quality is perceived by the
customer as a comparison between the expected service, which he or she
expected to get, and perceived service, which the customer feels he in fact has
received”. Adapun pengertian kualitas jasa menurut Wyckof dalam Tjiptono
(2011:59) adalah: “Tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”.
Dari pengertian di atas kualitas jasa merupakan keseluruhan ciri serta
sifat dari setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak
lain pada dasarnya tidak dapat dilihat yang berpengaruh pada kemampuanya
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat.
Parasuraman, Zeithaml, Berry dalam Tjiptono (2011:60) mengatakan ada dua
faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan
perceived service Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service)
sesuai dengan jasa yang diharapkan (expected service), maka kualitas jasa
dipersepsikan baik. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka
kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika yang
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung
pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara
konsisten.
Jasa yang ditawarkan tidak selalu dapat memenuhi harapan pelanggan
karena dalam proses jasa sering timbul berbagai kesenjangan (gap). Parasuraman,
Zeithaml, Berry yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2012:92) membuat model
kesenjangan (gap model) dari kualitas jasa yang menyoroti syarat-syarat utama
untuk memberikan kualitas jasa yang tinggi. Model kesenjangaan (gap model)
dari kualitas jasa sebagaimana dikemukakan oleh Kotler dan Keller dalam
Benyamin Molan (2012:92) mengidentifikasi lima kesenjangan yang
mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu :
1. Gap between consumer expectation and management perception, artinya
kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen.
Manajemen tidak selalu memahami scara tepat apa yang diinginkan
pelanggan.
2. Gap between management perception and service quality specification, adalah
Kesenjangaan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak
menetapkan suatu set standar kinerja spesifik.
3. Gap between service quality specifications and service delivery, artinya
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Para
personil mungkin kurang terlatih atau tidak mampu atau tidak mau memenuhi
standar. Atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan, seperti
menyediakan waktu untuk mendengarkan para pelanggan dan melayani
mereka dengan cepat.
4. Gap between service delivery and external communications, artinya
Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal harapan
14
konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat wakil perusahaan dan
iklan perusahaan.
5. Gap between percieved service and expected service, adalah Kesenjangan
antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi
bila persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut.
Pada umumnya pelanggan akan menilai kualitas pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan dalam banyak sekali dimensi penialaian yaitu tangibles,
reliability, responsiveness, competence, courtesy, credibillity, security, access,
communication, dan understanding the customer. Dari kesepuluh dimensi
tersebut dapat dikelompokan menjadi lima dimensi utama, yaitu dimensi
reliability,tangibles, responsiveness, assurance, dan empathy.
Parasuraman dan kawan-kawan dalam Fitzsimmons, Zeitham, dan Bitner
dalam Tjiptono (2011:70) mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat lima
dimensi yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu:
1. Bukti langsung (Tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komunikasi.
2. Kehandalan (Reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (Assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff; bebas dari bahaya, risiko atau
keragu-raguan.
5. Empati (Empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para
pelanggan.
Hermawan (2006:264), mengatakan reliability merupakan dimensi yang paling
penting dalam pelayanan, karena dimensi ini merupakan arti service yang
sebenarnya. Karena kita harus selalu menghindari kesalahan terhadap konsumen
karena service sebenarnya adalah preventif.
Kepuasan Pasien
Menurut Tjiptono (2012:71) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
adalah inti dari pencapaian profitabilitas jangka panjang. Kepuasan adalah
merupakan perbedaan antara harapan dan unjuk kerja (yang senyatanya diterima).
Apabila harapan tinggi, sementara unjuk kerja rendah, kepuasan tidak akan
tercapai. Teori kepuasan pelanggan selalu didasarkan pada upaya peniadaan atau
paling kurang menyempitkan gab antar harapan dan kinerja. Harapan dibentuk
komunikasi getok tular, kebutuhan personal dan pengalaman masa lalu.
Kepuasan pelanggan menurut Kotler dan Keller (2012:36) “Satisfaction is
a person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from company a
product’s perceived performance (or Outcame) in relation to his or her
expectations.”
Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa, hasil dari
membendingkan antara apa yang di harapkan dengan apa yang dirasakan dari
suatu produk akan menghasilkan rasa puas atau kecewa pelanggan.
15
Pendapat bahwa kepuasan pelanggan merupakan perbandingan antara apa
yang diharapkan dan apa yang diperoleh juga dikemukakan oleh Soderlund (2010:
137) juga “A mental state which results from the customer's comparison of
(expectation prior to a purchase performance perceptions after a purchase).”
Definsi tersebut menjelaskan juga bahwa kepuasan pelanggan merupakan
perbandingan antara apa yang diharapkan dari sebuah produk setelah di membeli
atau mengkonsumsinya.
Kepuasan sebagai suatu perbandingan antara harapan dan apa yang
dirasakan juga dikemukakan oleh Fecikova (2010:57) yang menjelakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah “a feeling which results from a process of evaluating
what was received agains that expected, the purchase decision itself and/or the
fulfillment of need/want.” Pendapat tersebut menerangkan bahwa kepuasan
merupakan perasaan yang dihasilkan dari dari mengevaluasi apa yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya, yang berkaitan dengan keinginan dan
kebutuha dari pelanggan tersebut pada sebuah produk atau layanan.
Lebih lanjut Shankar et.al (2011:154) menjelaskan bahwa kepuasan
pelanggan merupakan “The perception of pleasurable fulfillment of a service,
and loyalty as deep commitment to the service provider.” Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan lebih mengarah pada sikap dan
perilaku loyal, atau ditunjukkan oleh komitmen yang tinggi terhadap
perusahaan.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang dimiliki seseorang
berdasarkan perbandingan antara kenyataan yang diperoleh dengan harapan yang
diinginkan oleh pelanggan. Jika barang dan jasa yang dibeli cocok dengan apa
yang diharapkan oleh pelanggan, maka akan terdapat kepuasan atau sebaliknya.
Bila kenikmatan yang diperoleh pelanggan melebihi harapannya, maka pelanggan
akan betul-betul merasa puas dan sudah pasti mereka akan terus mengadakan
pembelian ulang serta mengajak teman-teman sehingga itu dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Lebih lanjut Lovelock (2012:92) menyatakan bahwa “customer
satisfaction is a short term emotional reaction to a specific service performance”.
“Kepuasan konsumen merupakan luapan emosi jangka pendek dari konsumen
dalam merespon kinerja jasa yang diberikan oleh penyedia jasa secara spesifik.
Secara spesifik di sini dapat digarisbawahi yaitu kinerja bauran pemasaran non
konvensional (personal, bukti fisik dan proses) dengan harapan konsumen, maka
konsumen akan merasakan kepuasan atas jasa yang diberikan”.
Zeithaml et al (2010:104) menyatakan : “Satisfaction is the customer’s
fulfillment response. It is a judgment that a product or service feature or the
product or service itself, provides a pleasurable level of consumption related
fulfillment. Jadi kepuasan adalah respons konsumen yang sudah terpenuhi
keinginannya. Ada perkiraan terhadap features barang dan jasa yang telah
memberikan tingkat kesenangan tertentu dan konsumen betul-betul puas.
Definisi di atas sangat berperan riel benefit yang diterima oleh konsumen
dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Jadi satisfaction adalah fungsi
dari perceived performance dan expectation
16
S = f (E,P)
Dimana :
S = Kepuasan (satisfaction)
E = harapan (expectation)
P = kualitas produk (product perceived performance).
Tingkat kepuasan pelanggan adalah fungsi dari perbedaan antara
kinerja yang dirasakan pelanggan (konsumen) dengan harapan pelanggan yang
memakai salah satu dari tingkat kinerja perusahaan. Pelanggan akan merasa
kurang puas bila kinerja perusahaan berada dibawah harapan pelanggan. Dan
pelanggan merasa puas bila tingkat kinerja sama atau melebihi harapan
pelanggan.
Harapan pelanggan ( expectation ) diperoleh dari pengalaman
pelanggan dalam pembelian terdahulu, yaitu : komentar dari pelanggan lainnya,
janji pemasar, dan saingan yang sejenis. Bila perusahaan menaikkan tingkat
harapan pelanggan terlalu tinggi dan dalam pembeliannya tidak sesuai maka
pelanggan akan merasa tidak puas terhadap kinerja perusahaan.
Tujuan
dari
perusahaan adalah mencapai kepuasan pelanggan
sepenuhnya (total customer satisfaction) dengan meningkatkan kinerja perusahaan
yang sesuai dengan harapan pelanggan agar mempunyai daya saing yang tinggi di
pasar. Hal ini dapat dapat diperoleh dengan membangun suatu budaya perusahaan
dimana seluruh bagian yang terkait di dalam perusahaan bekerjasama dalam
melayani pelanggan.
Apabila penilaian pelanggan merasa puas terhadap nilai jasa
perusahaan, maka mereka (para konsumen) akan melakukan pemakaian jasa
ulang, bahkan lebih jauh lagi, mereka akan melakukan promosi dari mulut ke
mulut kepada rekan, saudara atau kenalan terdekatnya agar sama-sama
menggunakan pelayanan jasa perusahaan tersebut untuk berbagai keperluan di
perusahaan yang sama.
Kepercayaan Pasien
Konsep kepercayaan (trust) menjadi suatu isu yang populer dalam bidang
pemasaran dengan munculnya orientasi relasional dalam aktivitas pemasaran
(Gede Riana, 2008; 188). Pemasaran relasional merupakan konsep penting dalam
pemasaran strategik, seperti yang dikatakan Steinman, Desphande and Farley
(2000) bahwa:
“Relational marketing is one of the streams of conceptual and empirical
work in strategic marketing. Relational marketing is defined as the
identification, establishment, maintenance, enhancement, modification and
termination of relationship with customers/ consumers to create value for
the customer and profit for organization by a series of orgoing exchanges
that have both a history an a future”.
Pelanggan perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu
menjalin relationship jangka panjang dengan pelanggannya. Relationship jangka
panjang berarti pelanggan yang loyal dan mempunyai tingkat retensi tinggi untuk
tetap berhubungan dengan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginannya secara terpuaskan. Fokus dari relationship marketing adalah untuk
17
mendapatkan dan mempertahankan konsumen. Itu berarti memperlakukan mereka
dengan baik, meningkatkan layanan inti (core service) perusahaan melalui
penambahan nilai, dan yang paling penting adalah memberikan layanan yang
sangat dibutuhkan oleh setiap individu (McIlroy and Barnett, 2000). Pada
dasarnya pelanggan menjadi inti dari relationship marketing.
Para pemasar perlu mengenal lebih banyak informasi mengenai pelanggan,
siapa mereka? Apa yang mereka lakukan? Dan apa yang mereka inginkan?
Database pelanggan dan segmentasi pelanggan diperlukan dalam menerapkan
strategi relationship marketing untuk mendapatkan informasi yang lebih
mengenai pelanggannya (Chan, 2003;121). Dengan demikian kepercayaan
pelanggan merupakan konsep yang sangat penting dalam relationship marketing.
Saat ini, menurut Ratnasingam and Phan (2003) kepercayaan dianggap
sebagai batu kunci dari kemitraan strategis, dan tampaknya menjadi elemen
mediasi atau perantara dalam hubungan penjual pembeli menemukan kepercayaan
menjadi inti dari pendekatan relasional dan menganggapnya kunci untuk
pengembangan pengertian komitmen dalam hubungan penjual pembeli.
Kepercayaan juga dipandang sebagai elemen kunci dalam membangun hubungan
yang langgeng dengan pelanggan dan dalam mempertahankan pangsa pasar
perusahaan.
Kepercayaan (trust) merupakan pondasi dari bisnis (Yousafzai, et. Al,
2003, dalam Ignatius Heruwasto dan Ratna Nur Fatimah, 2011; 31). Kepercayaan
memiliki peran yang penting dalam pemasaran industri. Dinamika lingkungan
bisnis yang cepat memaksa pemasaran perusahaan untuk mencari cara yang lebih
kreatif dan fleksibel untuk beradaptasi. Untuk tetap bertahan dalam situasi
tersebut, perusahaan akan mencari cara yang kreatif melalui pembentukan
hubungan yang kolaboratif dengan pelanggan (Lau and Lee, 2009). Kepercayaan
dianggap sebagai cara yang paling penting dalam membangun dan memelihara
hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang. Trust is essential for building
and maintaining long-term relationships (Rousseau, Sitkin, Burt, and Camcrer,
2008; Singh and Sirdeshmukh, 2000).
Kepercayaan secara umum dipandang sebagai unsur mendasar bagi
Keberhasilan suatu hubungan. Kanuk and Schiffman (2010;30) menegaskan
bahwa :
“According to Nielsen's Customized Research Services, consumers' trust
of a range of different consumer information sources reveals that word-ofmouth communications or recommendations from other consumers is in a
league by itself in terms of being the most trusted source of consumer
information (with 78 percent trusting such sources)”.
Tanpa kepercayaan suatu hubungan tidak akan bertahan dalam jangka
waktu panjang. Kepercayaan didefinisikan sebagai kesediaan untuk bersandar
pada mitra bisnis yang dipercayai. Menurut Garbarino dan Johnson (2012),
pengertian kepercayaan dalam pemasaran jasa lebih Menekankan pada sikap
individu yang mengacu kepada keyakinan konsumen atas kualitas dan
keterandalan jasa yang diterimanya.
Sedangkan kepercayaan dalam pemasaran industri, dikonseptuali-sasikan
sebagai feature of relationship quality (Dwyer, Schurr, and Oh, 2005), dan
18
sebagai determinant of relationship quality (Anderson and Weitz, 2004).
Kepercayaan cukup penting dalam relational exchange. Menurut Speakman
dalam Morgan and Hunt (2004), kepercayaan merupakan cornerstone of the
strategic partnership karena karakteristik hubungan melalui kepercayaan sangat
bernilai yang mana suatu kelompok berkeinginan untuk menjalankan komitmen
terhadap dirinya atas hubungan tersebut. Kepercayaan merupakan harapan dari
pihak-pihak dalam sebuah transaksi, dan risiko yang terkait dengan perkiraan dan
perilaku terhadap harapan tersebut (Deutch dalam Lau and Lee, 2009). Secara
umum, baik bagi industri jasa maupun manufaktur mendasarkan hubungan jangka
panjang dengan konsumennya atas dasar kepercayaan pihak konsumen terhadap
perusahaan yang bersangkutan (Bitner, 2010).
Definisi kepercayaan sedikit berbeda sesuai dengan daerah penelitian.
Dalam pemasaran, meskipun kesulitan tertentu mengukur kepercayaan dan suatu
perbedaan pendapat, consensus telah muncul dalam literature mendefinisikan
kepercayaan sebagai harapan pada bagian dari individu bahwa tertulis atau lisan
kata-kata, janji, atau pernyataan dari individu lain yang dapat diandalkan (Chow
and Holden, 2007), atau harapan konsumen bahwa penyedia layanan mereka akan
menepati janji (Sirdeshmukh et al.,2002). Kepercayaan dianggap sebagai suatu
aksi, perilaku atau orientasi, suatu hubungan (Alpern, 2007). Sementara yang lain
tetap menganggap bahwa kepercayaan adalah perasaan alami atau keyakinan,
suatu kepercayaan dimana seseorang bersedia bertindak (Dasgupta, 2004), atau
suatu pilihan (Alpern, 2007).
Beberapa definisi kepercayaan pelanggan (customer trust) menurut
beberapa ahli, sebagai berikut:
“Trust as confidence that one will find what is desired from another,
rather than what is feared Such trust may be seen as the confidence that
weaknesses of exchange partners will not be exploited. Brand trust thus,
means that there is an expectation that dealings /experiences with the
brand will result in a positive outcome for the consumer” (DelgadoBallester and Munuera-Alemân, 2005).
Sementara itu, menurut Rofiq (2007:32) menyatakan bahwa
“Kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pihak tertentu terhadap yang Lain dalam
melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang
dipercayainya tersebut memiliki segala kewajibannya secara baik sesuai yang
diharapkan”. Crosby et al., dalam Gatot Yulianto dan Purwanto Waluyo,
(2004:349), menyatakan “Kepercayaan adalah suatu kemauan atau keyakinan
mitra pertukaran untuk menjalin hubungan jangka panjang untuk menghasilkan
kerja yang positif”. Farida Jasfar, (2005) mengemukakan kepercayaan adalah
perekat yang memungkinkan perusahaan untuk mempercayai orang lain dalam
mengorganisir dan menggunakan sumber daya secara efektif dalam menciptakan
nilai tambah.
Pendapat senada dikemukakan oleh Parasuraman dalam NorAsiah,
(2009:302): Kepercayaan adalah suatu prasyarat dalam suatu jabatan pemasaran
untuk memelihara hubungan antara pelanggan dan penyedia jasa layanan sebab
pelanggan harus membuat suatu keputusan pembelian sebelum mereka benar
benar mengalami layanan tersebut”.
19
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, peneliti sampai pada satu
pemahaman bahwa trust (kepercayaan) adalah kepercayaan pihak tertentu
terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu
keyakinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala
kewajibannya secarabaik sesuai yang diharapkan. Kepercayaan konsumen
didefinisikan sebagai sebuah jaringan asosiatif dari arti yang saling dihubungkan
dan tersimpan dalam ingatan (Peter J Paul and Jerry Olson, (2006:137). Kapasitas
kognitif seseorang terbatas, maka hanya sebagian kecil dari kepercayaan
konsumen itu yang dapat diaktifkan dan dikendalikan dengan baik pada suatu
saat. Kepercayaan yang diaktifkan ini disebut dengan kepercayaan utama (Peter J
Paul and Jerry Olson; 2006:137).
Sementara Grunet Klaus G, et. al (2005) menyatakan bahwa hanya sailent
belief terhadap suatu produk atau merek tertentu yang akan menyebabkan atau
menciptakan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Oleh karena itu salah satu
kunci untuk memahami sikap konsumen adalah dengan mengidentifikasi dan
memahami apa yang mendasari timbulnya kepercayaan utama dalam diri
konsumen terhadap suatu produk atau merek. Pada prinsipnya konsumen dapat
memiliki kepercayaan utama tentang berbagai jenis dan tingkat arti yang dikaitkan
dengan suatu produk atau merek.
Pengaruh tingkat kepercayaan terhadap sikap dan perilaku konsumen
dalam melakukan pembelian secara umum bergantung pada keterlibatan
konsumen dalam melakukan pembeliannya. Keterlibatan yang tinggi dari
konsumen dalam pembelian produk berakibat pada akan lebih tingginya hubungan
antara tingkat kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen atas produk yang
bersangkutan. Faktor-faktor berikut memberikan kontribusi bagi terbentuknya
kepercayaan (Peppers and Rogers, 2004), yaitu nilai-nilai, ketergantungan pada
pihak lain, komunikasi yang terbuka dan teratur, dan berperilaku secara
opportunis. Komitmen dan kepercayaan merupakan dua komponen yang paling
penting dari hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan partner
pertukaran mereka.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan konsumen
adalah kerelaan konsumen untuk bergantung kepada perusahaan atau pihak
penyedia jasa. Kepercayaan terbentuk ketika konsumen mengetahui apa yang
mereka harapkan dan produk dan jasa yang di berikan penyedia jasa dan
bagaimana kinerja mereka dalam berinteraksi dengan konsumen. Kepercayaan
terdiri dari interaksi antara serangkaian emosi dan penilaian dan konsumen yang
berkembang dan berubah dan waktu ke waktu.
B. Kerangka Pemikiran
Menurut Lewis & Booms dalam Tjiptono (2012 : 180) kualitas pelayanan
sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai
dengan ekspektasi pelanggan. Jadi kualitas jasa dapat diwujudkan melalui
pemenuhan keinginan dan kebutuhan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dari definisi tadi bahwa ada dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang
20
dirasakan. Bila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan jasa yang
diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik. Sebaliknya bila jasa yang
diharapkan tidak sesuai dengan jasa yang diterima maka persepsi kualitas jasa
dipersepsikan buruk. Oleh karena itu baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara
konsisten.
Sebagai institusi pelayanan kesehatan salah satunya rumah sakit, kualitas
pelayanan menjadi sorotan masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan menjadi sebuah tuntutan yang harus dilaksanakan.
Peningkatan kualitas pelayanan ini baik dari sisi fasilitas fisik, alat yang tersedia
dan sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas, hal ini akan
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Dengan demikian rumah sakit harus
mengutamakan kepuasan pasiennya sebagai pengguna jasa.
Kepercayaan adalah masalah penting dalam hubungan manusia. Morgan
dan Hunt (2004) menunjukkan bahwa kepercayaan berarti seseorang menganggap
mitra transaksionalnya yang handal dan jujur dan memiliki keyakinan di
dalamnya. Smith dan Barclay (2007) menyarankan bahwa kepercayaan adalah
harapan kognitif atau sudut pandang emosional. Ini juga merupakan perilaku
menanggung risiko atau keinginan untuk terlibat dalam perilaku yang dikatakan di
atas. Jika obyek yang dipercaya adalah sebuah organisasi, kepercayaan
didefinisikan sebagai ketergantungan pelanggan pada kualitas pelayanan dan
keandalan yang ditawarkan oleh organisasi (Garbarino dan Johnson, 2012).
Kepercayaan adalah faktor yang sangat penting dalam lingkungan bisnis yang
kompetitif saat ini. Percaya dalam hubungan bisnis membantu mengurangi risiko
bisnis (Anderson dan Narus, 2010). Smeltzer (2011) menunjukkan bahwa saling
percaya dipengaruhi oleh identifikasi psikologis, citra, dan reputasi yang
dirasakan antara pemasok dan pembeli. Singh dan Sirdeshmukh (2000)
menganggap definisi kepercayaan datang sebelum dan sesudah transaksi.
Kepercayaan yang diperkenalkan sebelum transaksi mempengaruhi secara
langsung kepuasan setelah transaksi, sedangkan kepercayaan ditampilkan setelah
transaksi dipengaruhi langsung kepercayaan sesudahnya.
Menurut para akademisi, kepercayaan pelanggan merupakan konstruk
yang berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh kualitas layanan (Oliver, 2004). Kualitas
layanan juga dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan secara langsung
(Zeithaml dkk., 2006) dan mempengaruhi loyalitas pelanggan secara tidak
langsung melalui kepuasan (Caruana, 2002). Kualitas layanan mendorong
pelanggan untuk komitmen kepada produk dan layanan suatu perusahaan sehingga
berdampak kepada peningkatan market share suatu produk. Kualitas layanan
sangat krusial dalam mempertahankan kepercayaan pelanggan dalam waktu yang
lama. Perusahaan yang memiliki layanan yang superior akan dapat
memaksimalkan performa keuangan perusahaan. Semakin tingginya tingkat
persaingan, akan menyebabkan pelanggan menghadapi lebih banyak alternatif
produk, harga dan kualitas yang bervariasi, sehingga pelanggan akan selalu
mencari nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk (Kotler dan
Keller, 2012). Kualitas yang rendah akan menimbulkan ketidakpuasan pada
pelanggan, tidak hanya pelanggan yang makan di restoran tersebut tapi juga
21
berdampak pada orang lain. Karena pelanggan yang kecewa akan bercerita paling
sedikit kepada 15 orang lainnya. Dampaknya, calon pelanggan akan menjatuhkan
pilihannya kepada pesaing (Lupiyoadi dan Hamdani,2006).
Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pasien
Menurut Wyckof (dalam Wisnalmawati, 2005:155) kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan,
maka kualitas jasa dianggap buruk (Tjiptono, 2005:121).
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan
pasien juga diteliti sebelumnya oleh Susanto (2009). Disertasi ini meneliti tentang
lima variabel yang dapat digunakan manajemen rumah sakit untuk mencapai
kualitas pelayanan dan meningkatkan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit
dengan jumlah sampel sebanyak 200 pasien di empat RSUD tingkat kabupaten
dan satu RSUD tingkat kota. Lima Variabel tersebut adalah kualitas layanan, citra,
kepuasan pasien, kepercayaan, dan loyalitas pasien. Kualitas pelayanan tersebut
dibentuk dengan beberapa indikator seperti pemahaman perawat terhadap pasien,
kepercayaan pasien dalam pengobatan, staf administrasi dan penanganan cepat
oleh staf administrasi. Terkait dengan citra, disertasi ini diukur dengan indicator
kesediaan rumah sakit dalam memberikan informasi dan karyawan yang terlatih,
sehingga citra RSUD ini juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Jadi,
semakin baik citra yang dibangun RSUD maka kepuasan pasien akan semakin
meningkat pula.
Kualitas layanan dan kepuasan pelanggan akan terbangun bila terjadi
keunggulan kompetitif perusahaan dengan pesaing, disamping adanya argument
bahwa keunggulan dalam layanan atau produk yang ditawarkan akan terjalin
hubungan yang sukses.
Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepercayaan Pasien
Kualitas layanan jasa yang baik dan konsisten akan mengakibatkan
kepercayaan pelanggan dan akan dapat memberikan manfaat yang banyak.
Kepercayaan pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas layanan jasa,
kualitas produk, nilai kepercayaan dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta
bersifat situasi sesaat. Suatu produk/jasa dapat memuaskan pelanggan apabila
dapat memenuhi ataupun dapat melebihi keinginan dan harapan pelanggan
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan merupakan bagian dari
pengalaman pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan. Berdasarkan
pengalaman yang diperolehnya pelanggan memiliki kecenderungan untuk
membangun nilai-nilai ekspektasi tertentu. Nilai ekspektasi tersebut akan
memberikan dampak bagi pelanggan untuk melakukan perbandingan terhadap
kompetitor dari produk yang pernah dirasakannya. Secara langsung penilaian
tersebut akan mempengaruhi pandangan dan penilaian pelanggan terhadap
perusahaan kompetitor.
22
(Ramadania, 2009) menambahkan pula, bahwa tingginya kepercayaan akan
dapat berpengaruh terhadap menurunnya kemungkinan untuk melakukan
perpindahan terhadap penyedia jasa lain.
Pelanggan mengambil pilihan cenderung memaksimalkan nilai, didalam
batasan biaya pencarian serta pengetahuan, mobilitas dan pendapatan. Pelanggan
memperkirakan tawaran mana yang akan menghantarkan nilai anggapan tertinggi
dan bertindak atas dasar perkiraan tersebut. Sesuai atau tidaknya suatu penawaran
dengan harapan akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan besarnya
probabilitas bahwa pelanggan akan membeli produk itu lagi.
Berdasarkan penelitian Aryani (2008) ditemukan bahwa kualitas layanan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan dan kepercayaan serta minat beli ulang,
kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan dan niat beli ulang dan
kepercayaan berpengaruh signifkan terhadap minat beli ulang.
Pengaruh Kepuasan terhadap Kepercayaan Pasien
Tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
karakteristik yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas suatu jasa dalam
Tjiptono (2011:95)
yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance,
empathy, yang disesuaikan dengan harapan maupun pengalaman pelanggan.
Kepuasan berkaitan erat dengan kualitas layanan, kualitas layanan
adalah salah satu komponen untuk dapat menghasilkan suatu kepuasan
pelanggan disamping kualitas produk dan harga. Kualitas layanan adalah
refleksi dari suatu layanan yaitu interaction quality, physical environment
quality, and outcome quality. Kualitas layanan sebagai salah satu komponen yang
diberikan oleh penyedia jasa yang mempengaruhi kepuasan pelanggan seperti
halnya pengaruh dari situasional factors dan personal factors.
Kepercayaan merupakan keyakinan satu pihak mengenai maksud dan
perilaku pihak yang lainnya. Dengan demikian kepercayaan konsumen
didefinisikan sebagai harapan konsumen bahwa penyedia jasa dapat dipercaya
atau diandalkan dalam memenuhi janjinya (Sirdesmukh dkk, 2002).
Kepercayaan dianggap sebagai suatu aksi, perilaku atau orientasi, suatu
hubungan (Alpern, 2010). Sementara yang lain tetap menganggap bahwa
kepercayaan adalah perasaan alami atau keyakinan, suatu kepercayaan dimana
seseorang bersedia bertindak (Dasgupta, 2008), atau suatu pilihan (Alpern,
2010).
Kepercayaan telah digambarkan sebagai suatu tindakan kognitif
(misalnya, bentuk pendapat atau prediksi bahwa sesuatu akan terjadi atau
orang akan berperilaku dalam cara tertentu), afektif (misalnya masalah
perasaan) atau konatif (misalnya masalah pilihan atau keinginan). Terdapat
beberapa 4 bentuk kepercayaan, yaitu kepercayaan berbasis tujuan,
kepercayaan berbasis perhitungan, kepercayaan berbasis pengetahuan, dan
penghargaan berbasis kepercayaan. Kepercayaan jelas sangat bermanfaat dan
penting untuk membangun hubungan, walaupun menjadi pihak yang dipercaya
tidaklah mudah dan memerlukan usaha bersama. Faktor-faktor berikut
memberikan kontribusi bagi terbentuknya kepercayaan (Peppers and Rogers,
2010), yaitu nilai-nilai, ketergantungan pada pihak lain, komunikasi yang
terbuka dan teratur, dan berperilaku secara opportunis. Komitmen dan
23
kepercayaan merupakan dua komponen yang paling penting dari hubungan
jangka panjang antara perusahaan dengan partner pertukaran mereka.
Kau and Loh (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan. serta kepuasan pelanggan dan
kepercayaan. Penelitian ini memberikan dasar pemikiran analisis masalah dan
penentuan konsep penelitian serta variabel-variabel dalam penelitian, yaitu
kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, dan kepercayaan pelanggan terhadap
layanan.
KUALITAS PELAYANAN
Bukti Langsung
Sirdesmukh dkk (2002)
Kau and Loh (2006)
Kehandalan
KEPUASAN
PASIEN
Daya Tanggap
Jaminan
Empati




Kecepatan
Ketepatan
Keramahan
Kenyamanan
Tjiptono
(2012:58)
KEPERCAYAAN
PASIEN
 Kemampuan
 Integritas
 Kebajikan
Gurviez and
Korchia
(2011:362)
Lupiyoadi (2006:)
Tjiptono (2012)
Susanto (2009)
Tjiptono (2012:198)
Kotler dan Keller (2012:305)
Ramadania ( 2009)
Aryani (2008)
Gambar 1
Paradigma Penelitian
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut diatas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien baik secara
parsial maupun simultan.
2. Kepuasan pasien berpengaruh terhadap kepercayaan pasien.
3. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepercayaan pasien melalui
kepuasan pasien.
24
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif, karena penelitian ini adalah penelitian survei dimana penelitian
dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi,
2005:3). Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan dan menggali fenomena atau hubungan antar fenomena
yang diteliti untuk menghasilkan hal yang sistematis, faktual, dan akurat.
Sedangkan metode verifikatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menguji kebenaran hipotesis melalui pengumpulan, pengolahan, dan
penganalisisan data yang di dapat dari kuesioner yang disebarkan dan data
sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini. Mengingat sifat penelitian ini
deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di
lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode descriptive
survey dan metode explanatori survey, yaitu suatu metode yang tidak hanya
melihat gambaran umum dari variabel atau hubungan antar variabel saja, tetapi
juga untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel dan sejauhmana
pengaruh tersebut ada (Irawan, 2006:61). Analisis dalam penelitian ini adalah
individu, karena hanya nasabah yang dijadikan responden. Menurut Sekaran
(2003:161) dan (Malhotra, 2002:81) menyatakan apabila penelitian ini dilakukan
pada kurun waktu tertentu yaitu pada tahun 2016, maka penelitian ini termasuk
kategori Cross-Sectional, yaitu informasi dari sebagian populasi (sampel
responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan
tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang
sedang diteliti.
B. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini ada tiga pokok variabel yang akan diteliti, yaitu
variabel X, variabel Y dan variabel Z. Adapun penjelasan dari variabel-variabel
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Pelayanan Kesehatan sebagai variabel bebas (independent) (X).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat.
Dimensi kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :
a. Daya tanggap (responsivness)
b. Kehandalan (reliability)
c. Jaminan (assurance)
d. Empati (emphaty)
e. Bukti fisik (tangibles)
2. Kepuasan merupakan variabel antara (Y)
25
3.
Variabel antara adalah variabel yang dapat mempengaruhi (memperlemah
atau memperkuat) hubungan variabel independen dan dependen.
Dimensi kepuasan adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan
b. Ketepatan
c. Keramahan
d. Kenyamanan
Kepercayaan merupakan variabel terikat (dependen) (Z)
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat dari
adanya variabel bebas.
Dimensi kepercayaan adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan (ability)
b. Integritas (integrity)
c. Kebajikan (benevolence)
C. Populasi dan Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2012;115) populasi adalah “Wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Penentuan populasi juga mempertimbangkan kejelasan dari populasi
tersebut, seperti kejelasan mengenai informasi personal dari anggota populasi,
sehingga mudah dilakukan komunikasi dan survey. Atas dasar inilah terdapat
kemungkinan pengurangan populasi yang disebabkan kurang jelasnya anggota
populasi. Informasi populasi diperoleh dari laporan Tahunan 2015 yang
melaporkan bahwa sepanjang tahun 2015 pasien yang datang langsung ke
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung sebanyak 149.636 pasien.
Berdasarkan Jumlah populasi yang telah diketahui, selanjutnya dapat dilakukan
penentuan jumlah sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sample itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang harus benar-benar diambil representatif (mewakili).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Al Islam Bandung.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang
diperlukan terpenuhi. Consecutive sampling ini merupakan jenis nonprobability
sampling yang paling baik, dan sering merupakan cara termudah.. Dengan
menggunakan teknik tersebut, maka populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai
sampel penelitian Sugiyono (2012:314).
26
Adapun yang menjadi sample yang digunakan untuk pengukuran
kuesioner adalah sebagian dari populasi pasien yang datang ke Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung. Sedangkan untuk menentukan jumlah
sample (n) diambil dari jumlah data kunjungan pasien instalasi rawat jalan tahun
2015 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam Band, adapun kriteria dari sampel, sesuai dengan
kriteria inklusi dari sampel yang digunakan. Definisi kriteria inklusi dari sampel
adalah kritria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan
dilakukan. Kriterian inklusi ditentukan untuk mengetahui apakah seseorang dapat
berpatisipasi atau tidak dalam penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang diperoleh oleh penulis menggunakan teknik sebagai
berikut :
1. Kuesioner atau angket yang diberikan kepada responden, yaitu teknik
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas
daftar pertanyaan tersebut. Kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner
tertutup yang diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara
statistik kuesioner.
Pengambilan data dilakukan dengan membuat dan menyebarkan questioner
kepada pasien yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al
Islam Bandung.
2. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab secara lisan dengan bagian-bagian tertentu yang dianggap berkaitan
dengan materi yang dibahas dalam penelitian ini.
Mengadakan wawancara dengan kepada pasien yang berkunjung ke Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung untuk mendapatkan informasi
yang lebih luas dan dalam.
3. Observasi yaitu mengamati kegiatan di Instalai Rawat Jalan Rumah Sakit Al
Islam Bandung yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
E. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
Pengolahan data yang terkumpul dari hasil wawancara dan kuesioner dapat
dikelompokan ke dalam tiga langkah, yaitu : persiapan, tabulasi, dan penerapan
data pada pendekatan penelitian. Persiapan adalah mengumpulkan dan memeriksa
kelengkapan lembar kuesioner serta memeriksa kebenaran cara pengisian.
Melakukan tabulasi hasil kuesioner dan memberikan nilai (scorring) sesuai
dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Kuesioner tertutup dengan
menggunakan skala ordinal 1-5 pada setiap butir kuesioner, nilai yang diperoleh
merupakan indikator untuk pasangan variabel independent X, Y dan variabel
dependent Z yaitu sebagai berikut (X,Y), (Z,Y). Data hasil tabulasi diterapkan
pada pendekatan penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien dan
kepercayaan pasien, maka data diolah dengan menganalisa sikap responden
27
terhadap setiap butir kuesioner untuk melihat hasil penilaian responden
(positif/negatif), pelaksanaan variabel yang diteliti dengan menggunakan analisis
likert’s summated rating.
Analisis Deskriptif
Analisis data deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana
persepsi pasien Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung terhadap
kualitas pelayanan, kepuasan pasien dan kepercayaan pasien. Tahapan analisis
dilakukan sampai pada scoring dan indeks, dimana skor merupakan jumlah dari
hasil perkalian setiap bobot nilai (1 sampai 5) dengan frekuensi
(Sugiono, 2012: 135). Pada tahap selanjutnya indeks dihitung dengan metode
mean, yaitu membagi total skor dengan jumlah responden. Angka indeks tersebut
yang menunjukkan kesatuan tanggapan seluruh responden terhadap setiap variabel
penelitian.
Analisis Verifikatif
Analisis selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah no 4 (empat)
sampai dengan 6 (enam) menggunakan alat analisis dengan analisis jalur (path
analysis). Dimana untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap
variabel lainnya baik itu pengaruh yang sifatnya langsung atau yang tidak
langsung.
Pengujian Hipotesis secara Simultan
Pengujian secara simultan dengan menggunakan distribusi F-snedecor
dengan derajat bebas V1 = k dan V2 = n-k-1, dengan rumus sebagai berikut :
(n  k  1)R2YX1X2 ...Xk
F=
k(1  R2YX1X2 ...Xk )
Bandingkan Fhitung dengan Ftabel, maka akan diperoleh distribusi F dengan
dk pembilang k dan dk penyebut (n-k-1) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. tolak H0 jika Fhitung ≥ Ftabel
untuk H1 diterima (signifikan)
b. terima H0 jika Fhitung < Ftabel
untuk H1 ditolak (tidak signifikan)
Pengujian Hipotesis Parsial :
Pengujian secara parsial atau individual dengan statistik uji yang akan
dipergunakan adalah uji t dengan derajat bebas n-k-1 :
p YXi
ti 
2
(1  R YX1X 2 ...X5 )CR ii
n  k 1
Statistik uji tersebut mengikuti t dengan db = (n-k-1)
a. apabila t ≤ tα/2, n-k-l atau ≥ n-k-l, maka terima H0
b. apabila t > tα/2, n-k-l atau < n-k-l, maka tolak
Pada penelitian ini tingkat kesalahan yang ditolerir atau tingkat
signifikansi (α) ditetapkan 0.5. Pada penelitian ini seluruh pengolahan data dan
analisisnya menggunakan peranti lunak Software SPSS (statistical Product and
Service Solution.)
28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung Baik Secara Parsial Maupun
Simultan
X1
0,671
0,587
X2
0,260
0,407
0,558
0,179
0,630
0,543
X3
0,680
0,773
0,249
Y
0,148
0,593
X4
0,672
0,247
0,712
X5
Gambar 2
Struktur Hubungan X1, X2, X3, X4, X5 dengan Y
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien BPJS Pada
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung
Kontribusi pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari sub variabel bukti
langsung (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), dan empati (emphaty) terhadap kepuasan pasien BPJS pada
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung, maka dapat dilihat
melalui tabel hasil perhitungan di bawah ini :
29
Tabel 5
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien BPJS pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung
Pengaruh tidak langsung
Sub total
Pengaruh
Sub. Pengaruh
pengaruh
Total
Var Langsung X1
tidak
X2
X3
X4
X5
(%)
langsung
X1
6,76
3,12 3,80 2,15 3,49
12,56
19,32
X2
3,20
3,12
2,81 1,80 2,62
10,35
13,55
X3
6,20
3,80 2,81
2,85 4,13
13,59
19,79
X4
2,19
2,15 1,80 2,85
2,60
9,40
11,59
X5
6,10
3,49 2,62 4,13 2,60
12,84
18,94
Pengaruh X1, X2 X3, X4 ,X5 ke Y
83,30
Pengaruh diluar X1, X2 X3, X4 ,X5
16,70
Sumber : Hasil Pengolahan Statistik SPSS. 20
Berdasarkan hasil analisis diatas mengenai pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pasien BPJS pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al
Islam Bandung menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan yaitu
sebesar 83,30%. sedangkan sisanya merupakan error (ε) sebesar 0,409 atau
16,70%. Error adalah pengaruh variabel lain diluar kualitas pelayanan dan
variabel ini tidak termasuk ke dalam variabel penelitian seperti nilai pelayanan.
Kelima sub variabel di atas secara keseluruhan menunjukan pengaruh yang
nyata terhadap kepuasan pasien. Sub variabel daya tanggap (responsiveness)
memberikan kontribusi terbesar terhadap kepuasan pasien di BPJS pada Instalasi
Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung sebesar 19,79% diikuti dengan
sub variabel bukti langsung (tangible) memberi kontribusi sebesar 19,32%, sub
variabel empati (emphaty) memberi kontribusi sebesar 18,94%, sub variabel
kehandalan (reliability) memberi kontribusi sebesar 13,55%, dan terakhir adalah
sub variabel jaminan (assurance) memberikan kontribusi sebesar 11,59%.
Pengaruh Kepuasan Pasien Terhadap Kepercayaan Pasien BPJS Pada
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung
Sub Struktur 2 : Z = zyY + ε2
Jika digambarkan, sub struktur 2 tampak sebagai berikut:
ρZY
2
30
Gambar 3
Sub Struktur 2
Dengan menggunakan SPSS 20.0 diperoleh output sebagai berikut:
Model Summaryb
Model
R
R Square
.920a
1
Adjusted R
Square
.846
Std. Error of the
Estimate
.839
11.87966
a. Predictors: (Constant), Y
b. Dependent Variable: Z
Berdasarkan output di atas diperoleh nilai koefisien jalur ρZY sebesar 0,920
dan nilai R2YX sebesar 0,846 atau 84,60%. Dengan nilai R2YX tersebut dapat
diperoleh pengaruh dari faktor lain (error) sebesar 100% – 84,60% = 15,40%
diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan
koefisien jalur variabel lainnya diluar variabel Y ditentukan melalui :
ZY ε2 = 1  RYX
= 0,392
Dengan demikian diperoleh persamaan sub struktur 2 sebagai berikut:
Z = 0,920 Y + 0,392
Jika digambarkan akan tampak sebagai berikut:
0,392
Y
Z
0,920
Gambar 6
Pengaruh Kepuasan Pasien Terhadap Kepercayaan Pasien
Menguji signifikansi pengaruh dari variabel kepuasan pasien (Y)
terhadap kepercayaan pasien (Z) yang direpresentasikan oleh persamaan pada sub
struktur 2 di atas, akan digunakan pengujian dengan uji t.
H0 : ZY = 0
; kepuasan pasien (Y) tidak berpengaruh terhadap
kepercayaan pasien (Z)
H1 : ZY ≠ 0
; kepuasan pasien (Y) berpengaruh terhadap kepercayaan
pasien (Z)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
31
1
(Constant)
Y
27.129
7.063
2.762
.300
.920
3.841
.000
9.216
.000
a. Dependent Variable: Z
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel
kepuasan pasien sebesar 0,000. Nilai ini < 0,05 sehingga kesimpulannya adalah
tolak H0 dan terima H1, artinya kepuasan pasien (Y) berpengaruh terhadap
kepercayaan pasien (Z) dengan pengaruh sebesar 84,60%.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepercayaan Pasien Melalui
Kepuasan Pasien
Kontribusi pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pasien
melalui kepuasan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung, maka dapat dilihat melalui hasil perhitungan di bawah ini :
Pengaruh langsung :
(PZX)2
= 0,214 x 0,214 = 4,58%
Pengaruh tak langsung
(PYX x PZY)
= 0,913 x 0,920 = 83,99%
+
88,57%
Hasil perhitungan menunjukan bahwa pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepercayaan pasien melalui kepuasan pasien adalah sebesar 88,57%.
Hal ini menunjukan bahwa pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan terhadap
kepercayaan pasien melalui kepuasan pasien lebih besar dibandingkan dengan
pengaruh langsungnya.
Tabel 7
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepercayaan Pasien Melalui Kepuasan Pasien
Interpretasi Analisis Jalur
Ket
Pengaruh
%
X4 Pengaruh langsung ke Z
0,0458
4,58
Pengaruh tidak langsung melalui Y ke Z
0,8399
13,67
Jumlah
0,8857
88,57
Sumber : Hasil Pengolahan Statistik Program SPSS
4.1.5.4
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Serta
Implikasinya Pada Kepercayaan Pasien Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Al Islam Bandung
Berdasarkan perhitungan analisis jalur, maka hasil keseluruhan dari
analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
32
X1
0,671
0,587
X2
0,260
0,409
0,392
0,558
0,179
0,630
0,543
X3
0,680
0,773
0,249
Y
0,920
Z
0,148
0,593
X4
0,672
0,247
0,712
X5
Gambar 4
Model Analisis jalur Secara Keseluruhan
Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa masingmasing variabel yaitu kualitas pelayanan yang terdiri dari sub variabel bukti
langsung (tangible) (X1), kehandalan (reliability) (X2), daya tanggap
(responsiveness) (X3), jaminan (assurance) (X4), dan empati (emphaty) (X5)
berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Y) baik secara parsial maupun simultan
dan kepuasan pasien (Y) berpengaruh terhadap kepercayaan pasien (Z).
4.2
Pembahasan
Berdasarkan data sekunder dan data primer serta memperhatikan hasil
análisis deskriptif dan verifikatif dari “Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Dilihat
Dari Dimensi Kualitas Pelayanan Serta Implikasinya Pada Kepercayaan (Studi
Pada Pasien BPJS Di Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung)”
untuk selanjutnya peneliti membahas lebih jauh makna dan pemahaman terhadap
masing-masing hubungan dan pengaruh dari variabel sebagai berikut :
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum tanggapan
pasien BPJS pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung
mengenai kualitas pelayanan yang terdiri dari sub variabel bukti langsung
(tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan empati (emphaty) terhadap kepuasan pasien dan kepercayaan
33
pasien relatif sudah baik, puas, dan percaya terhadap pelayanan di Rumah Sakit
Al Islam Bandung.
Pada dasarnya jawaban respoden terhadap seluruh item pertanyaan yang
ada sebagian besar menjawab dengan skor diantara 3 sampai dengan 4. Hal ini
menandakan bahwa responden menjawab dengan kriteria cukup dan baik, dengan
demikian respon dari responden cukup positif atau responsif. Dengan demikian
bahwa rata-rata penilaian dari seluruh responden terhadap seluruh item pernyataan
memberikan penilaian yang baik. Namun demikian respon ini masih di bawah
skor 4 dan skor 5. Hal ini menandakan respon terhadap berbagai item pernyataan
belum optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan jawaban kuesioner dari
responden dan penganalisisan yang dilakukan, serta kaitannya dengan teori-teori
yang ada dan fenomena-fenomena yang berkembang maka perlu ada pembahasan
lebih lanjut, sebagai berikut :
1. Sub variabel bukti langsung (tangible) memperlihatkan indeks rata-rata
sebesar 3,57 yang berarti sub variabel bukti langsung (tangible) dapat
diinterpretasikan memiliki nilai rata-rata yang baik, sehingga dapat diartikan
bahwa kualitas pelayanan sub variabel bukti langsung (tangible) pada
Instalasi Rawat Jalan RS Al Islam Bandung dinilai oleh sebagian besar
pasien BPJS relatif sudah baik. Namun demikian dari enam (6) item
pernyataan yang disampaikan hal yang harus mendapat perhatian untuk
diperbaiki menyangkut kualitas pelayanan yang bersifat bukti langsung
(tangible) yaitu fasilitas pendukung, kelengkapan peralatan medis, dan
persediaan obat-obatan.
2. Sub variabel kehandalan (reliability) memperlihatkan indeks rata-rata sebesar
3,37 yang berarti sub variabel kehandalan (reliability) dapat diinterpretasikan
memiliki nilai rata-rata yang cukup. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas
pelayanan yang bersifat keandalan (reliability) pada Instalasi Rawat Jalan di
RS Al Islam Bandung dinilai oleh sebagian besar pasien relatif sudah cukup
baik. Namun demikian dari empat (4) item pernyataan yang disampaikan hal
yang harus mendapat perhatian untuk diperbaiki menyangkut kualitas
pelayanan yang bersifat kehandalan (reliability) yaitu prosedur pelayanan,
dan informasi yang disampaikan kepada pasien.
3. Sub variabel daya tanggap (responsiveness) memperlihatkan indeks rata-rata
sebesar 3,22 yang berarti sub variabel daya tanggap (responsiveness) dapat
diinterpretasikan memiliki nilai rata-rata yang cukup. Sehingga dapat
diartikan bahwa kualitas pelayanan yang bersifat daya tanggap
(responsiveness) pada Instalasi Rawat Jalan di RS Al Islam Bandung dinilai
oleh sebagian besar pasien relatif sudah cukup baik. Namun demikian dari
empat (4) item pernyataan yang disampaikan hal yang harus mendapat
perhatian untuk diperbaiki menyangkut kualitas pelayanan yang bersifat daya
tanggap (responsiveness) yaitu kecepatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, dan cepat tanggap dalam proses pembayaran.
4. Sub variabel jaminan (assurance) memperlihatkan indeks rata-rata sebesar
3,64 yang berarti sub variabel jaminan (assurance) dapat diinterpretasikan
memiliki nilai rata-rata yang kuat. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas
34
pelayanan yang bersifat jaminan (assurance) pada Instalasi Rawat Jalan di
RS Al Islam Bandung dinilai oleh sebagian besar pasien relatif sudah baik.
Namun demikian dari lima (5) item pernyataan yang disampaikan hal yang
harus mendapat perhatian untuk diperbaiki menyangkut kualitas pelayanan
yang bersifat jaminan (assurance) yaitu ketepatan diagnosis, dan
keterampilan perawat dalam melayani pasien.
5. Sub variabel empati (emphaty) memperlihatkan indeks rata-rata sebesar 3,68
yang berarti sub variabel empati (emphaty) dapat diinterpretasikan memiliki
nilai rata-rata yang kuat. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan
yang bersifat empati (emphaty) pada Instalasi Rawat Jalan di RS Al Islam
Bandung dinilai oleh sebagian besar pasien relatif sudah baik. Namun
demikian dari tiga (3) item pernyataan yang disampaikan hal yang harus
mendapat perhatian untuk diperbaiki menyangkut kualitas pelayanan yang
bersifat empati (emphaty) yaitu sistem pelayanan yang berbelit-belit.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka pihak manajemen Rumah
Sakit Al Islam Bandung untuk dapat menjalankan strategi maka tentu saja pihak
manajemen harus memerbaiki keadaan manajemen yang merupakan kelemahan di
masa sekarang. Adapun implikasi manajerial Rumah Sakit Al Islam Bandung
untuk dapat mengembangkan kualitas pelayanan di masa mendatang adalah
sebagai berikut.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Bidang SDM yang mejadi kelemahan adalah indikator kuantitas, kualitas dan
kualifikasi tenaga kerja di bidang non medis seperti pegawai administrasi.
Saat ini pegawai administrasi yang berperan dalam operasional administrasi
sangat terbatas baik dari segi kualitas dan kuantitas. Kualifikasi terhadap
pegawai administrasi pun belum direncanakan dengan baik sehingga pegawai
belum mempunyai kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya
sehingga dapat menggangu efektifitas pelayanan Rumah Sakit Al Islam
Bandung secara keseluruhan. Tentu saja untuk dapat menjalankan rencana
strategi maka hal ini harus diperhatikan. Untuk mengatasi hal ini di masa
mendatang maka pihak manajemen puskesmas harus merekrut tenaga kerja
non medis sesuai dengan kualifikasi yang telah direncanakan sehingga tenaga
kerja yang terekrut mempunyai kemampuan sesuai kebutuhan. Tenaga kerja
akan mempunyai kualitas yang baik dalam menjalankan tugasnya.
2. Operasional
Sisi operasional secara keseluruhan indikator yang terdiri dari infrastruktur
yang memadai, peralatan medis yang memadai, Peralatan operasional
pelayanan administrasi yang memadai, dan SOP pada rumah sakit
mempunyai kekuatan di masa sekarang. Kekuatan ini harus terus
dipertahankan dengan meningkatkan kualitasnya seperti peningkatan
pengadaan peralatan administrasi (computer dan data base), peningkatan
infrastruktur seperti peningkatan kebersihan gedung, ruang periksa serta
memberikan sosialisai yang baik mengenai standar operasional kepada
seluruh staf rumah sakit.
Pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari sub variabel bukti langsung
(tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
35
(assurance), dan empati (emphaty) terhadap kepuasan pasien pada instalasi
rawat jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara positif dan signifikan sebesar 83,30% sedangkan sisanya
sebesar 16,70% dipengarui variabel lain yaitu nilai pelayanan. Kelima sub
variabel di atas secara keseluruhan menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
kepuasan pasien BPJS pada instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Al Islam
Bandung, dimana sub variabel daya tanggap (responsiveness) memberikan
kontribusi terbesar terhadap kepuasan pasien pada instalasi rawat jalan di
Rumah Sakit Al Islam Bandung yaitu sebesar 19,79% diikuti dengan sub variabel
bukti langsung (tangible) memberi kontribusi sebesar 19,32%, sub variabel
empati (emphaty) memberi kontribusi sebesar 18,94%, sub variabel keandalan
(reliability) memberi kontribusi sebesar 13,55%, dan terakhir adalah sub variabel
jaminan (assurance) memberikan kontribusi sebesar 11,59%.
Temuan di atas sejalan dengan hasil penelitian Edgett (2011:13) bahwa
sukses atau gagalnya suatu binis akan sangat ditentukan oleh tiga determinan
utama, yaitu : kepuasaan pelangga, kualitas produk/jasa dan kinerja
produk/pelayanan. Sedangkan Muffato (2010:155) mendasarkan pada penelitian
yang dilakukan berpendapat, bahwa kepuasan pelanggan merupakan titik
kulminasi dari upaya melakukan perbaikan dari suatu entitas bisnis, salah satu
faktor penting yang dapat menjadi ukuran keberhasilan dari suatu entitas bisnis
dalam upayanya untuk tetap berada di dalam industri adalah kemampuan dari
entitas bisnis tersebut dalam memberikan kepuasan kepada pelanggannya (Best,
2001:11).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan pada Instalasi Rawat Jalan di
Rumah Sakit Al Islam Bandung yang diukur dengan bukti langsung
(tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan empati (emphaty) berada pada kriteria baik. Apabila
dibandingkan antara dimensi, maka dimensi empati (emphaty) memberikan
gambaran yang paling baik sedangkan dimensi daya tanggap (responsiveness)
memberikan gambaran yang paling rendah. Terdapat beberapa indikator
disarankan menjadi fokus perbaikan walaupun secara umum kualitas
pelayaan cenderung sudah baik, yaitu mengenai cepat tanggap dalam proses
pembayaran, dan ketepatan diagnosis oleh Dokter.
2. Kepuasan pasien pada instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Al Islam
Bandung yang diukur dimensi kecepatan, ketepatan, keramahan, dan
kenyamanan berada pada kriteria cenderung puas. Apabila dibandingkan
antara dimensi, maka dimensi keramahan memberikan gambaran yang paling
baik sedangkan dimensi kecepatan memberikan gambaran yang paling
rendah. Terdapat beberapa indikator disarankan menjadi fokus perbaikan
walaupun secara umum kepuasan pasien cenderung sudah cukup puas, yaitu
mengenai petugas obat yang kurang cepat tanggap dalam melayani pasien,
dan pelayanan di Instalasi Rawat Jalan RS Al Islam Bandung dirasakan
masih lambat, dan berbelit-belit.
36
3.
4.
5.
6.
Kepercayaan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung yang diukur dengan dimensi kemampuan (ability), integritas
(integrity) dan kebajikan (benevolence) berada pada kriteria cukup percaya.
Apabila dibandingkan antara dimensi, maka dimensi kemampuan (ability)
memberikan gambaran yang paling baik sedangkan dimensi kebajikan
(benevolence) memberikan gambaran yang paling rendah. Terdapat beberapa
indikator disarankan menjadi fokus perbaikan walaupun secara umum
kepercayaan pasien terhadap Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung cenderung sudah cukup percaya, yaitu mengenai kurang percaya
dokter bersedia meluangkan waktu untuk pasien dan kurang percaya terhadap
kejujuran petugas (dokter, perawat dan petugas lainnya) dalam
menyampaikan informasi.
Besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pada
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung sebesar 83,30%
sedangkan sisanya sebesar 16,70%. pengaruh variabel lain diluar kualitas
pelayanan dan variabel ini tidak termasuk ke dalam variabel penelitian seperti
nilai pelayanan.
Kelima sub variabel di atas secara keseluruhan menunjukan pengaruh yang
nyata terhadap kepuasan pasien. Sub variabel daya tanggap (responsiveness)
memberikan kontribusi terbesar terhadap kepuasan pasien di BPJS pada
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Al Islam Bandung sebesar 19,79%
diikuti dengan sub variabel bukti langsung (tangible) memberi kontribusi
sebesar 19,32%, sub variabel empati (emphaty) memberi kontribusi sebesar
18,94%, sub variabel kehandalan (reliability) memberi kontribusi sebesar
13,55%, dan terakhir adalah sub variabel jaminan (assurance) memberikan
kontribusi sebesar 11,59%.
Besarnya pengaruh kepuasan pasien terhadap kepercayaan pasien pada
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung sebesar 84,60%.
Besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pasien melalui
kepuasan pasien pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung
sebesar 88,57%.
B. Rekomendasi
1. Kualitas pelayanan menurut pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al
Islam Bandung berada pada kriteria baik, namun masih perlu perbaikan dalam
hal cepat tanggap dalam proses pembayaran, dan ketepatan diagnosis oleh
Dokter. Untuk itu pihak Rumah Sakit Al Islam Bandung harus lebih
meningkatkan kemudahan dalam melakukan transaksi dengan pasien, salah
satunya dengan menyempurnakan sistem dan prosedur pelayanan yang
didukung oleh sistem komputerisasi yang telah menjadi on-line system serta
diperbanyak Dokter spesialis tetap, melalui pendaftaran Dokter baru.
2. Kepuasan pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung
berada pada kriteria cukup puas, namun masih perlu perbaikan dalam hal
petugas obat yang kurang cepat tanggap dalam melayani pasien, dan
pelayanan dirasakan masih lambat, dan berbelit-belit.
37
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pihak Rumah Sakit Al Islam Bandung dapat memperbanyak pelatihan kepada
perawat tentang tata cara menangani keluhan yang disampaikan oleh
pelanggan secara sopan dan bertanggung jawab, seperti pelatihan
kepribadian, pelatihan interpersonal dan pelatihan komunikasi dengan
menitikberatkan pada point pemberian pelayanan keperawatan yakni perilaku
caring.
Kepercayaan pasien terhadap Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam
Bandung berada pada cukup percaya, namun masih perlu perbaikan dalam hal
kurang percaya dokter bersedia meluangkan waktu untuk pasien. Pihak
Rumah Sakit Al Islam Bandung harus melakukan service recovery terhadap
keluhan atau komplain pasien dengan cepat, sehingga tidak menimbulkan
kemarahan dari pasien, untuk menangani keluhan pasien dengan cepat
perusahaan bisa membentuk program customer care.
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung baik secara parsial dan
simultan, dengan demikian Rumah Sakit Al Islam Bandung harus bisa
meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperhatikan lebih seksama
faktor bukti langsung (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty).
Kualitas pelayanan berpengaruh besar yang signifikan terhadap kepercayaan
pasien melalui kepuasan, dengan demikian Rumah Sakit Al Islam Bandung
harus bisa meningkatkan kepuasan pasien dengan memperhatikan lebih
seksama faktor kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan.
Rumah Sakit Al Islam Bandung perlu menekankan perhatiannya terhadap
dimensi daya tanggap (responsiveness) dikarenakan dimensi ini merupakan
salah satu dari kelima dimensi yang pengaruhnya paling kuat terhadap
kepuasan pasien, sehingga Rumah Sakit perlu lebih memperhatikan
kemampuannya dalam bidang penyediaan layanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat dan memuaskan demi meningkatkan pasien dengan tanpa
mengabaikan perhatian terhadap dimensi lainnya.
Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan responden seluruh pasien
Rumah Sakit Al Islam Bandung tidak hanya rawat jalannya saja. Agar hasil
penelitian menjadi lebih luas.
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengukur pengaruh kualitas
pelayanan dan kepuasan terhadap loyalitas dan harga sebagai bahan
pembanding tambahan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.C. and Narus, J.A. 1990: “A model of distributor firm and
manufacturer firm working partnerships”, Journal of Marketing
Research, Vol. 54, No. 1, pp. 42-58
Barnes, James G. 2001. Secrets of Customer Relationship Management: it’s All
About How You Make Them Feel. McGraw-Hill: New York.
Bennet, R.,& Helen, Gabriel. 2001. Reputation, Trust and Supplier Commitement
; the Case of Shoping Company/seaport Relations, The Journal of
Bussines & Industrial Marketing, Vol.16,pp.424-439.
Blackwell, Roger D., Miniard, Paul W., & Engel, James F. 2002. Consumer
behavior, 9th Eds. Orlando-Florida: Harcourt Inc
Brady, Michael K, 2009.An Exploratory Study of Service Value in The USA and
Ecuador, International Journal of Service Industry Management, Vol.
10 No.5, pp 354-367.
Buchari, Alma 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Keenam.
Alfabeta : Bandung.
Cooper,P.D. 2004. Health Care Marketing : a Foundation for Managed Quality.
Gaithersburg, Maryland : Aspen Publisher. Inc : 1-331.
Cravens, David W., 2008, Strategic Marketing, Sixth Edition, Irwin McGrawHill, Boston.
Donelly, Jr, James & Peter, Paul. J, 2004, Marketing Management;Knowledge
and Skill. Mac. Graw-Hill Higher Education.
Donney, P.M and Joseph, P.C. 1997. An Examination of the Nature of Trust in
Buyer Seller Relationship. Journal of Marketing, 61:35-51.
Doyle, P., & Wong, V., 2001., “Marketing and Competitive Performance”: An
empirical study. European Journal of Marketing, 32(5/6), 514-535.
Egan, John. 2001. Relationship Marketing: Exploring Relational Strategies in
Marketing. Prentice Hall: Malaysia.
Garbarino, Ellen, Mrk S Johnson, 2009. The Different Roles of Satisfaction,
Trust, and Commitment in Customer Relationship, Journal of
Marketing, vol. 63 (April), pp 70 – 87.
Goncalves, Karen P., 2008, Service Marketing A. Strategy Approach. Prentice
Hall, Upper Sadle River;New Jersey.
Gould and Williams. 2009, “The Impact of Employee Performance Cues on Guest
Loyalty, Perceived Value and Service Quality”, The Service Industries
jurnal, 19,3:ABI/INFORM Global P.97
Griffin, Jill, 2007. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Terjemahan Dwi Kartini Yahya. Penerbit
Erlangga.
________, 2002. Customer Loyalty, How to Earn It, How to Keep It, Loxington
Books, An Imprint of The Free Press.
39
Gronroos C. 2006. Service Management and Marketing. Lexington, MA:
Maquarie Books.
Gronroos, Christian, 2001, The Perceived Service Quality Concept a Mistake ?
Journal of Managing Service Quality, Vol. 11. No. 3, pp 150-152,
MCB University Press, London.
Gurviez, P., & Korcia, M. 2003. Proposal for a Multidimendional Barand Trust
Scale, 32nd Emac-Conference-Glasgow, Marketing Responsible and
Relevant.
Hariadi, R. 2004. Pembahasan Pengertian Malpratik. Diskusi Panel dan Forum
Malpraktik Medis RSPAD Gatot Subroto.
Hardiman, A. 2003. Rumah Sakit Indonesia Belum Siap Bersaing. Melalui
http://www.kompas.com/kompascetakr/0412/22/humaniora1455383html-4k.4/21/04.
Hawkins, Del I., Mothersbaugh, David L., & Best, Roger J. 2005. Consumer
Behavior: Building Marketing Strategy. 10th Edition. New York:
McGraw-Hill/Irwin
Halbrook, Svend, 2009, Marketing Management: A Relationship Approach,
Prentice Hall, Harlow
Hesket, James L, Earl Sasser, Jr, Leonard A. 1997. The Service Profit Chain :
How Leading Companies Link Profit and Growth to Loyalty,
Satisfation, and Value. The Free Press, Simon & Schuster. New York.
Hoffman, & Betteson, 2007, Internal Service Quality-An Empirical Assessment,
International Journal of Quality & Reliablity Management, Vol. 16
No.8, pp. 783-791, London.
Hollensen, Svend. 2003. Marketing Management: A Relationship Approach.
Prentice Hall: England.
Hurriyati, Ratih, 2004, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen (Fokus Pada
Konsumen Kartu Kredit Perbankan), Bandung : Alfabeta.
Kertajaya, Hermawan, 2002. MarkPlus on Strategy, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, 2012, Marketing Management, 14th
Edition, Pearson Education Limited, England.
______________________________, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga
belas, Jilid I dan II, Alih Bahasa Bob Sabran, Indeks, Jakarta
Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong., 2010, Principles Of Marketing, 14th Edition,
PrenticeHall Pearson, USA.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983 Tahun 1992, tugas pokok rumah sakit
umum adalah melaksanakan upaya kesehatan
Lamb, Charles W, Hair, Joseph F, Mc. Daniel, Carl, 2001, Pemasaran, Buku Satu,
Edisi Pertama, Jakarta, Salemba Empat.
Lovelock, H Cristopher and Wright K Lauren, 2002. Manajemen Pemasaran Jasa.
Alih Bahasa Agus Widyantoro. PT. Indeks.
Luarn, P.,& Hsin-Hiu Lin. 2003. A Customer Loyalty Model for E-Service
Context, Journal of electronic Comerce, Vol. 4,pp.156-168.
40
Mehdi, F. asgar Hashemi, Mohammad Safari Kahreh. 2011. Designing a New
Model for Determining Customer Value Satisfaction and Loyalty
Towards Banking Sector of Iran, European Journal of Economics.
Finance and Administrative Scienes-Issue 28.
McDougall, and Levesque. 2000, “Costumer Satisfaction with service : putting
perceived value into the equation “,Journal of Services Marketing, Vol.
14, N0.5. p.392 -410
Morgan, RM and Hunt, S.D, 1994. The Commitment-Trust Theory of
Relationship Marketing”, Journal of Marketing, vol 58, 20-38.
Mowen, John C., & Minor, Michael. 1995. Consumer Behavior, 6th Edition, New
Jersey : Prentice Hall.
Nguyen, Nha and Gaston Leblanc,. 2002. Contact Personel, Physical Enviromet
and the Perceived Corporate Image of Intangible Service by New
Client. International Journal of Service Industry Management. Volume
13. No 13. pp 242-262
Peter dan Olson, 2001. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D. Sihombing
(penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
NOMOR
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Schiffman, Leon G. Kanuk, Leslie Lazar. 2008. Consumer Behavior. Pearson
Prentice Hall. America.
Schoefer, Klaus. 2008. Word-of-Mouth: Influences on the choice of
Recommendation Sources. Newcastle : NUBS Press.
Simamora, Bilson, 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Singh, J. & Sirdeshmukh, D. 2000, 'Agency and trust mechanisms in consumer
satisfaction and loyalty judgements', Journal of the Academy of
Marketing Science, vol. 28, no. 1: pp. 150-167.
Slonim, Murray, Pollack. 2005. Integrating the Institute of Medicine’s Six Quality
Aims Into Pediatric Critical Care : Relevance and Applications. Pediatr
Crit Care Med 2005 Vol. 6 No. 3.
Solomon, Michael R, Bamossy dan Elnora W, Askrgaard, 2009, Merketing Real
People Real Choice, 2 Edition, Prentice HallInc, Upper Saddle River,
New Jersey.
Storbacka, Kaj. Lehtinen. Jarmo R. 2001. Customer Relationship Management:
Creating Competitive Advantage Through Win – win Relationship
Strategies. Mc Graw Hill. New Jersey.
Stanton, William J, 2002. Prinsip Pemasaran, Edisi 7, Alih Bahasa : Y. Lamarto
dan Sadu Sundaya, Erlangga, Jakarta.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Pusat Penelitian Universitas Mercu Buana : Jakarta.
41
Tjiptono Fandy. 2007. Pemasaran Jasa. Bayumedia Publishing. Anggota IKAPI
Jatim.
Tjiptono Fandy & Gregorius, Dadi. 2006. Pemasaran Strategis. Yogyakarta : Andi
Offset.
Trisnantoro, L. 2005. Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit, Antara Misi
Sosial dan Tekanan Pasar, Yogyakarta : Andi Offset.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Winer, Russell S., 2004, Marketing Magement, Second Edition, Perason Prentice
Hall, New Jersey.
Woodruff, R.B. 2007. The Next Source For Competitive Advantage. Journal of
The Academy of Marketing Science, Vol. 25. No. 2, pp. 135-158
Zeithaml, Bitner and Gremler. 2009. Services Marketing: Integrating Customer
Focus Across the firm. Fifth edition. New York. Mc. Graw Hill
international Edition.
Zeithaml, Valerie A., and Marie Jo Bitner. 2006. Service Marketing.
McGrawhill:New York.
Download