pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil

advertisement
POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL
BERDASARKAN SOSIAL DAN BUDAYA DI WILAYAH PESISIR
KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Oleh :
WANDES ARJUN PERDANA
F1D3 10 108
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi
POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL
BERDASARKAN SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH
PESISIR KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA
TAHUN 2015
Diajukan Oleh:
WANDES ARJUN PERDANA
F1 D3 10 108
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I,
Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes
NIP.19541231 198501 1 001
Pembimbing II,
Putu Eka Meiyana E, SKM., M.PH
NIP.-
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
La Ode Ali Imran Ahmad, SKM., M.Kes
NIP. 19830308 200812 1 002
HALAMAN PENGAJUAN
Proposal Penelitian
POLA PENCARIAN PELAYAAN KESEHATAN IBU HAMIL
BERDASARKAN SOSIAL BUDAYA DAN ETNIS MASYARAKAT DI
WILAYAH PESISIR KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE
UTARA TANUN 2015
Diajukan Oleh:
WANDE ARJUN PERDANA
F1 D3 10 108
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Hariati Lestari, SKM., M.Kes
NIP. 19820616 200812 2 002
Andi Faisal Fachlevy.,M.Kes
NIP.-
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
La Ode Ali Imran Ahmad, SKM., M.Kes
NIP. 19830308 200812 1 002
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan senantiasa mengharap Rahmat dan Ridha Tuhan Yang Maha Esa, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Wandes Arjun Perdana
Stambuk
: F1D3 10 108
Peminatan
: Administrasi Kebijakan Kesehatan
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli karya saya sendiri dan bila di kemudian hari
ternyata ditemukan skripsi ini plagiat dan bukan hasil karya saya, maka skripsi ini
akan dibatalkan.
Kendari,
November 2015
Wandes Arjun Perdana
iv
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian dalam menjalankan aktifitas
keseharian. Serta shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada Rasulullah
SAW atas segala pencerahannya, sehingga penulis dapat merampungkan
penyusunan skripsi dengan judul “Pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil
berdasarkan sosial dan budaya di wilayah pesisir kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015”. Alasan penulis mengangkat judul penelitinan ini,
karena dengan tujuan untuk melihat fenomena pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas Lasolo Kabupaten Konawe utara dalam melakukan pencarian
pelayanan kesesehatan ibu hamil di tempat fasilitas kesehatan berdasarkan sosial
dan budaya masyarakat setempat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak terlepas karena adanya bantuan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu
Dr. Nani Yuniar, S.Sos.,M.Kes selaku Pembimbing I yang dengan tulus serta
penuh kesabaran, dan kesungguhan hati memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis dan Bapak Putu Eka Meiyana Erawan, S.KM.,M.PH selaku
Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian
penyusunan skripsi penulis Serta Bapak dan Ibu penguji atas kesabarannya
membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan-masukan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis persembahkan pula kepada Kedua orang tua,
Ayahanda Junaiddin, S.Pd.,M.Pd dan Ibunda Irma Riana, S.Sos yang telah
melahirkan, mengasuh, membesarkan, membina, mendidik, dengan penuh
penggorbanan serta tulus ikhlas yang tak terbalaskan kepada penulis. Tak lupa
pula ucapan terima kasih banyak kepada kekasih saya Nurainun Basira yang
v
telah memberikan doa dan motivasi serta dorongan selama menempuh pandidikan
sampai menyelesaikan studi di Universitas Halu Oleo Kendari.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan motivasi dari
berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.
Rektor dan Pembantu Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
2.
Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3.
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, beserta seluruh staf Program
Studi Kesmas yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan.
4.
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat, Dosen Pengajar, dan Staf Jurusan
Kesmas, yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan.
5.
Bapak La ode Ali Imran Ahmad, SKM., M.Kes, Ibu Lisnawaty, SKM.,
M.Kes., dan Ibu Rasma, S.KM.,M.Kes selaku tim penguji yang telah banyak
memberikan masukan / saran pada penulis.
6.
Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi
tenggara yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
7.
Asmul Amrul, SKM selaku kepala Puskesmas Lasolo Kabupaten Konawe
Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di wilayah
kerjanya.
8.
Seluruh Responden yang berada diwilayah kerja Puskesmas Lasolo
Kabupaten Konawe Utara yang telah bersedia menerima dan membantu
peneliti dalam menyelesaikan proses penelitian.
9.
Buat seluruh keluarga saya yang selalu memberikan masukan, motivasi dan
dukungan yang besar kepada penulis dalam menyelasaikan penelitian ini
10. Buat Kak Niki dan Kak Ikal yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan proses penelitian.
11. Buat sahabat-sahabatku Jurusan Kesehatan Masyarakat khususnya La Ode
Muhammad Haris, SKM yang telah membantu dalam proses penyusunan
skripsi ini.
vi
12. Seluruh teman-teman seangkatan 2010, serta adik angkatan 2011, 2012, 2013
dan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima
kasih atas kenangannya.
Akhirnya penulis berdoa semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’aala selalu
melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Bangsa, Negara dan Agama, Amin.
Kendari, November 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
viii
x
xii
xiii
xiv
xv
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTRA LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
3. Manfaat Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup / Batasan Penelitian
F. Glosarium
G. Organisasi / Sistematika
1
1
4
5
5
5
5
5
6
6
6
6
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pelayan KesehatanIbu Hamil
B. Tinjauan Tentang sosial
C. Tinjauan Tentang Budaya
D. Tinjauan Tentang Ibu Hamil
E. Tinjauan Tentang Angka Kematian Ibu
F. Tinjauan tentan Puskesmas
G. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya
H. Kerangka Teori
I. Kerangka Konsep
9
9
19
23
42
45
48
51
53
54
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
C. Populasi Dan Sampel
D. Sumber data/Informasi
55
55
55
55
56
viii
E. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif
F. Instrumen Penelitian
57
67
G. Tehnik Pengumpulan Data
H. Tehnik Pengolahan Dan Penyajian Data
68
69
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran lokasi penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
70
73
122
V. Penutup
A. Kesimpulan
B. saran
170
170
171
DAFTAR PUSTAKA
173
ix
DAFTAR TABEL
No
Teks
Halaman
1.
Tinjauan Penelitian Sebelumnya
51
2.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Hamil
74
Di Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Ibu
75
Hamil Di Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun
2015
4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil Di
75
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
5.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu Hamil
76
Di Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
6
Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Ibu Hamil Di
77
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
7
Distribusi Responden Berdasarkan Agama Ibu Hamil Di
77
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
8
Distribusi Responden Berdasarkan Suku Ibu Hamil Di
78
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
9
Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
79
Hamil Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
10
Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil
Berdasarkan
Pendapatan
Di
Kecamatan
81
Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
11
Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
83
Hamil Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil Di Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
12
Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
x
85
Hamil Berdasarkan Sikap Ibu Hamil Di Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1.
Kerangka Teori Penelitian
53
2.
Kerangka Konsep Penelitian
54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
1.
Dokumentasi Penelitian
2.
Surat Izin Penelitian
3.
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Hal
175
xiii
POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL
BERDASARKAN SOSIAL DAN BUDAYA DI WILAYAH PESISIR
KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA TAHUN 2015
OLEH
WANDES ARJUN PERDANA
F1 D3 10 108
ABSTRAK
World HealthOrganisation (WHO) menyebutkan bahwa kematian ibu dikawasan
Asia Tenggara menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian ibu yang terjadi secara
global. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilanya di Puskesmas Lasolo Kabupaten Konawe Utara sebanyak
235 ibu hamil. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampel
acak sederhana (simpel random sampling) dengan rumus Slovin sehingga besar
sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 sampel. Untuk mengetahui pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial dan budaya di wilayah pesisir
kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yaitu dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara
mendalam. Kuantitatif dengan pendekatan observasional. Hasil penelitian
menunjukan bahwa aspek social yaitu keluarga terutama suami mendukung penuh
dari pemeriksaan kehamilan sampai persalinan, pengambilan keputusan dilakukan
diri sendiri dan bersama suami, pendapatan keluarga cukup untuk membiayai
kebutuhan pemeriksaan sampai persalinan, pengetahuan dan sikap baik terkait tandatanda kehamilan, sedangkan aspek Budaya yaitu pemeriksaan kehamilan dan
pengobatan pada petugas kesehatan dan dukun. Persalinan dilaksanakan di rumah dan
dibantu oleh petugas kesehatan dan dukun .Kesimpulan penelitian aspek sosial yaitu
pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan pengambilan keputusan
sedangkan aspek budaya pemeriksaan, perawatan, pengobatan pada saat hamil,
pemenuhan gizi dan persalinan.
Kata Kunci : Pencarian pelayanan Kesehatan, Ibu Hamil, Aspek Sosial, Aspek
Budaya
xiv
SEARCHING PATTERN OF PREGNANT WOMEN HEALTH SERVICES
BASED ON SOCIAL AND CULTURAL IN COASTAL AREA OF LASOLO
NORTH KONAWE REGENCY IN 2015
BY
WANDES ARJUN PERDANA
F1 D3 10 108
ABSTRACT
World Health Organization (WHO) states that maternal mortality in Southeast Asia
region accounts for nearly 1/3 of the number of mother deaths occur globally. The
populations in this study were all pregnant women who attending prenatal check at
Lasolo Public health centre of North Konawe regency with the total numbers are 235
of pregnant women. The sampling technique in this study used simple random
sampling with Slovin formula so that the numbers of samples in this study are 70
samples. To know the searching pattern of pregnant women health services based on
social and cultural in coastal area of Lasolo North Konawe regency. The design of the
study used was qualitative and quantitative. Qualitative was taken by using a
phenomenological approach which aims to obtain deep information. Quantitative was
taken by using observational approach. The results of the study showed that the social
aspect, like the family, especially a husband in giving fully supports from prenatal
check up of pregnancy until the baby is born, decision-making is done themselves
and with her husband, family income is sufficient to finance during the check-up until
the baby is born, knowledge and good habit signs of pregnancy, while the cultural
aspect such as prenatal care and health care treatment of health employees and
shaman. Childbirth was conducted at home and assisted by health employees and a
shaman. The conclusion of social aspects research are income, knowledge, habits,
family supports and decision making, while the cultural aspects are the prenatal check
up, health care, treatment during pregnancy, nutrition fulfillment and childbirth.
Keywords: Searching of health service, pregnant women, social aspects, cultural
aspects
xv
1
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
kehamilan
dapat
menimbulkan
risiko
kematian
ibu.
Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan
sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya.
Dalam upaya mempercepat penurunan kematian Ibu, Kementerian kesehatan
menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan Ibu di masyarakat
(Riskesdas, 2013).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia mengalami
proses kehamilan. Sebagian besar kehamilan berlangsung dengan aman.
Namun, sekitar 15 % ibu hamil dapat menderita komplikasi yang mengancam
jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta
ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90 % terjadi di Asia dan Afrika
subsahara, 10 % di negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1 % di
negara-negara maju (Winkjosastro 2012).
World Health Organisation (WHO) menyebutkan bahwa kematian ibu
dikawasan Asia Tenggara menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian ibu
yang terjadi secara global. Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu di
kawasan ini adalah terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan
Myanmar. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2013 AKI Indonesia
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup merupakan angka tertinggi di Asia.
Dari hasil analisis kematian Ibu di Indonesia Tahun 2013 berdasarkan
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Hasil Riset Kesehatan
1
2
Dasar (Riskesdas) dan laporan rutin Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), angka
kematian Ibu di Indonesia menunjukan angka yang tidak sedikit, yaitu 11.534
dari total kematian Ibu (Depkes RI, 2013).
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam 4 Millenium Development Goals (MDGs) yang ke-5 yaitu
meningkatkan kesehatan Ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai tiga perempat risiko jumlah kematian Ibu.
Untuk mencapai target MDGs tersebut, pemerintah Indonesia harus mampu
menekan angka kematian Ibu pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 KH
(Depkes RI 2013).
Menurut Kementrian Kesehatan RI, untuk mencapai terget MDGs
pemerintah Indonesia harus mampu menekan angka kematian Ibu sebanyak
7.187 dari seluruh kematian yang terjadi. Kematian Ibu di Indonesia 50%
terjadi di 5 Provinsi yaitu
Provinsi Jawa Barat (19,8%), Jawa Tengah
(15,3%), NTT (5,6%), Banten (4,7%) dan Jawa Timur (4,3%). Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus lebih serius dalam menanggapi dan
menangani AKI yang masih tinggi dan mengalami peningkatan, yaitu sebesar
114,42/100.000 pada tahun 2011, menjadi 117,02/100.000 pada tahun 2012
(Depkes RI, 2013).
Penyebab kematian Ibu dibedakan menjadi penyebab langsung dan
tidak tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
(42%), keracunan kehamilan/eklamsi (13%),
keguguran/abortus (11%),
infeksi (10%), partus lama/partus macet (9%), penyebab lain (15%).
3
Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah (1) Masih rendahnya tingkat
pendidikan. (2) Sosial ekonomi rendah dan faktor kebudayaan yang
mengakibatkan anemia pada Ibu hamil cukup tinggi mencapai 40%. (3)
Kondisi Ibu yang mengalami “4 terlalu” dalam melahirkan, yaitu tua saat
melahirkan (> 35 tahun), terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun), terlalu
banyak anak (> 4 anak), terlalu rapat jarak anak/ paritas (< 2 tahun). (4) “3
terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk dan
terlambat mendapat pelayanan kesehatan (Ambarwati dan Rismintari, 2012 ).
Angka kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas
(49,12%), disusul kemudian pada waktu bersalin sebesar (26,99%) dan pada
waktu hamil sebesar (23,89%) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2010). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal, dan
menghasilkan bayi yang cukup bulan dan sehat. Akan tetapi, kadang-kadang
perkembangan tersebut tidak sesuai yang diharapkan. Sulit diketahui
sebelumnya bahwa kehamilan akan mengalami masalah atau tidak.
Permasalahan tersebut dapat diketahui dengan menilai adanya faktor risiko.
Faktor risiko pada seorang ibu hamil merupakan suatu keadaan atau ciri
tertentu pada seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat
menyebabkan risiko/ bahaya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan,
serta merupakan suatu mata rantai dalam proses yang merugikan dan
mengakibatkan kematian/ kesakitan/ kecacatan/ ketidaknyamanan tahunan/
ketidakpuasan pada ibu beserta bayinya (Saifuddin 2012).
4
Jumlah angka kematian Ibu tahun 2013 di Sulawesi Tenggara dengan
seluruh Kabupaten /Kota dijumlahkan menjadi 11 kematian ibu pada saat
hamil, 45 kematian ibu saat bersalin dan kematian Ibu nifas 23 orang .
Dengan jumlah keseluruhan pada tahun 2013 sebanyak 79 kematian ibu
hamil ( Dinkes Prov.Sultra 2013 ).
Di Kabupaten Konawe Utara, kematian ibu akibat melahirkan pada
tahun 2013 sebanyak 4 kasus kematian. Pada tahun 2014 AKI menggalami
peningkatan yaitu 7 kasus (Dinkes Kabupaten Konawe Utara 2014).
Berdasarkan data wilayah kerja Puskesmas Lasolo pada tahun 2013 jumlah
ibu hamil sebanyak 179 orang dengan angka kesakitan sebanyak 124 orang
dan pada 2014 terdapat 235 ibu hamil dengan jumlah kesakitan 117. Angka
kesakitan ini di sebabkan oleh tidak adanya motivasi dan kemauan ibu hamil
untuk mencari dan memeriksakan kehamilanya di Puskesmas atau di tempat
pelayanan kesehatan diawal kehamilan. (Data Puskesmas Lasolo 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada Ibu
Hamil Berdasarkan Sosial Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pencarian pelayanan kesehatan ibu
5
hamil berdasarkan sosial budaya masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil
berdasarkan sosial budaya masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara tahun 2015.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil
berdasarkan sosial masyarakat masyarakat di wilayah pesisir
Kecamatan Lasolo Kabuaten Konawe Utara tahun 2015 .
2. Untuk mengetahui pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil
berdasarkan budaya masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Lasolo
Kabuaten Konawe Utara tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Lasolo Kabupaten
Konawe Utara dalam menganalisa dan menciptakan strategi untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu hamil. Bagi masyarakat penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial budaya dan etnis
6
masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai khasanah pengetahuan
serta menjadi pembanding untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengalaman, wawasan, serta pengetahuan
penulis dalam melakukan penelitian tentang pola penncarin pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial budaya masyarakat di wilayah
pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mefokuskan untuk mengetahui pola
penncarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial budaya
masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
F. Glosarium
Sosial
Segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka
memperhatikan kepentingan umum (kata sifat).
Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan terhadap
individu yang bersifat preventif care untuk
mencegah terjadinya masalah yang kurang baik
7
bagi ibu maupun janin agar dapat melalui
persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan
kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam
keadaan status kesehatan yang optimal, karena
dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal
sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya (Departemen Kesehatan RI, 2010).
Kasus resiko
Keadaan penyimpangan dari normal yang secara
tinggi/komplikasi
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi meliputi Hb<8 g%, tekanan
darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90
mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah
dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada
usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada
primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan
prematur.
Masa nifas
Masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan
untuk kembali normal, walau pada umumnya
organ reproduksi akan kembali normal dalam
waktu 3 bulan pasca persalinan.
KN -1
Cakupan kunjungan neonatus 1
KN lengkap
Cakupan kunjungan neonatus 3 kali
8
Antenatal Care (ANC)
Perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu
hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu
hamil maupun bayinya dengan cara menegakkan
hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasi
yang
mempersiapkan
dapat
kelahiran
mengancam
dan
jiwa,
memberikan
pendidikan kesehatan.
Budaya
Segala hal yang dicipta oleh manusia dengan
pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan
bermasyarakat
G. Organisasi / Sistematika
Penelitian ini dibimbing oleh 2 orang pembimbing yakni pembimbing
1. Oleh Ibu Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes, dan pembimbing 2. Oleh Bapak
Putu Eka Meiyana E. SKM., M.PH.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Seorang ibu mempunyai peran besar dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang
sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga
kelahiran dan masa pertumbuhan bayinya.
Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil antara lain pelayanan antenatal,
persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan disarana
kesehatan mulai Posyandu, Poskesdes, Puskesmas sampai ke Rumah Sakit.
1. Pelayanan Antenatalcare
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang
bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang
baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat
dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam
keadaan status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan kesehatan
ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya (Departemen Kesehatan RI, 2010).
Tujuan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu hamil
9
10
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit / komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu
agar dapat memberikan ASI secara eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
janin agar dapat tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dalam
pengertian keseluruhan adalah apa yang disebut dengan K4. Kunjungan
antenatal empat kali (K4) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
professional yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat minimal satu kali
kontak pada trisemester pertama (K1), minimal satu kali kontak pada
trisemester kedua (K2), minimal dua kali kontak pada trisemester ketiga
(K3 dan K4 (Waryana ,2010).
Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu
hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar. Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil
yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau diposyandu
11
(Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWSKIA) Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, (Daniel ,2012)
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dalam
pengertian keseluruhan adalah apa yang disebut dengan K4. Kunjungan
antenatal empat kali (K4) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
professional yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat minimal satu kali
kontak pada trisemester pertama (K1), minimal satu kali kontak pada
trisemester kedua (K2), minimal dua kali kontak pada trisemester ketiga
(K3 dan K4). Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan
kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar. Istilah kunjungan, tidak mengandungarti bahwa selalu ibu
hamil
yang
dikunjungi
petugas
kesehatan
dirumahnya
atau
diposyandu(Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan
Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Depkes RI, 2011).
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang
pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan dengan standar 7T. Hubungan kunjungan baru ibu hamil (K1)
sampai dengan kunjungan empat kali pemerksaan kehamilan(K4)secara
langsung adalah jika ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama kali
dan kontak ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan
pemeriksaan
kehamilan
hubungannya
adalah
dapa
12
tmemantau kemajuan kehamilan, mengenali sejak dini adanya ketidak
normalan atau komplikasi pada ibu dan janin
Tujuan K1 Adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu maupun
bayinya dengan jalan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-kompliksi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran danmemberikan pendidikan.
Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran
berjalan normal dan tetap demikian seterusnya (JHPIEGO,2010).
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal :
1. Timbang badan dan ukur badan. Tujuannya untuk mengetahui sesuai
tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan akan dilakukan
setiap ibu berkunjung nantinya. Idealnya, selama triwulan I berat
badan ibu harus naik 0,5 sampai 0,75 kg setiap bulan. Pada triwulan
II, berat badan ibu harus naik 0,25 kg setiap minggu. Dan pada
triwulan III, berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg setiap
2. Mengukur tekanan darah. Tujuannya, untuk mendeteksi apakah
tekanan darah normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada
setiap kunjungan. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu
mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan
sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah meining
status imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Tujuannya, untuk melindungi
ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari Tetanus Neonatorum.
13
Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali -TT1 diberikan pada
kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan empat minggu setelah
TT1, TT3 diberikan enam bulan setelah TT2, TT4 diberikan satu tahun
setelah TT3, dan TT5 diberikan satu tahun setelah TT4.
3. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Tujuannya, untuk
melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari Tetanus
Neonatorum. Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali -TT1
diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan empat
minggunya. Atau secara umum berat badan ibu bertambah minimal 8
kg.
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya, untuk melihat pembesaran rahim.
Dilakukan dengan cara meraba perut dari luar. Termasuk juga untuk
mengetahui presentasi bayi, serta bagian janin yang berada di puncak
(fundus) dan letak punggung bayi (untuk selanjutnya menentukan
denyut jantung janin). Dalam pemeriksaan fisik ini juga dilakukan
pengukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan
umur kehamilan. Jika didapatkan besar rahim tidak sesuai dengan
perkiraan umur kehamilan, pemeriksaan penunjang berikutnya dapat
direncanakan
5. Pemberian tablet besi (90 tablet) selamakehamilan. Pemberian tablet
besi. Kebijakan nasional yang diterapkan pada seluruh Pusat
Kesehatan Masyarakat di Indonesia adalah pemberian satu tablet besi
sehari sesegera mungkin setelah rasa mualhilang
pada awal
14
kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg)
dan asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan
mengganggu
penyerapannya.Temuwicarapemberian
komunikasi
interpersonal dan konseling. Mengingat tidak dapat diramalkannya
kondisi ibu dan janin saat proses persalinan berlangsung, khusus untuk
daerah Pusat Kesehatan Masyarakat yang jauh dari Rumah Sakit
Kabupaten Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
Di
Kabupaten/Kota,Biro
Hukum
Dan
Organisasi
SetJenDepKesRI, 2008 Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga, (Depkes RI, 2011)
6. Temu wicara / pemberian komunikasi interpersonal dan konseling.
Mengingat tidak dapat diramalkannya kondisi ibu dan janin saat proses
persalinan berlangsung, khusus untuk daerah Pusat Kesehatan
Masyarakat yang jauh dari Rumah Sakit Kabupaten
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota, Biro Hukum Dan Organisasi SetJenDepKes RI, 2008
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak
(PWS-KIA) Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga, Depkes RI,
1993atau Propinsi serta ketiadaan fasilitas mobil ambulans, perlu
dipikirkan persiapan- persiapan berkenaan dengan rujukan. Terlebih
untuk daerah-daerah yang terisolasi oleh hutan, sungai, maupun
15
laut.Oleh karenanya diperlukan komunikasi dengan suami atau
keluarga guna mempersiapkan rujukan jika nantinya diperlukan.
Dengan manajemen rujukan yang benar, cepat dan tepat, ibu dan
janin/bayi yang dilahirkan akan memperoleh penanganan yang benar.
Sehingga
daenganseiramaakan
membantu
menurunkan
Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
7. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan berdasarkan
indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria,TBC, PMS). Wanita, termasuk
yang sedang hamil, merupakan kelompok risiko tinggi terhadap
Penyakit Menular Seksual (PMS). Penyakit Menular Seksual (PMS)ini
dapat menimbulkan kesakitan dan kematian, baik pada ibu maupun
janin yang dikandungnya. Jika dalam kunjungan pertama wanita hamil
itu memiliki risiko terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), maka
perlu dilakukan penapisan. Penapisan ini dapat berupa pemeriksaan
cairan
(sekret)
vagina
maupun
pemeriksaan
darah.
Dengan
terdeteksinya Penyakit Menular Seksial (PMS)secara lebih dini, akan
dapat diobati.
2. Pengobatan persalinan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain
disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang
punya kompetensi kebidanan.
16
Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(linakes). Cakupan linakes Pada tahun 2013 sebesar 83,8%, sedikit
meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 82,53%.akan tetapi
pencapaian tersebut belum memenuhi target SPM sebesar 90%.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2013
tertinggi berada di wilayah Puskesmas Tebas yaitu sebesar 99,7%,
sedangkan cakupan terendah berada di wilayah Puskesmas Pimpinan yaitu
sebesar 64,1%.
3. Ibu Hamil Resiko Tinggi/Komplikasi Yang Ditangani
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan
Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa
tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan
rujukan.
Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari
normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi meliputi Hb<8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140
mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah
dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32
minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan
persalinan prematur.
Berdasarkan laporan Bidang Kesga dan Promkes, jumlah perkiraan
ibu hamil resiko tinggi di Kabupaten Sambas tahun 2011 sebanyak 1.640
17
orang (20% dari sasaran ibu hamil) dan semua kasus telah memperoleh
penanganan sesuai prosedur.
4. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana
organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali
normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal
dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan
kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding
perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan
perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan
kematian ibu nifas.
5. Kunjungan Neonatal (KN2)
Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak
dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal
tiga kali yaitu dua kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28
hari (KN2).
Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian
vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk
18
ibunya tentang perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku
KIA.
Cakupan kunjungan neonatus 1 ( KN -1) pada tahun 2011 sebesar
88,7%, sedikit meningkat dari tahun 2010 sebesar 87,49%. namun angka
ini belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai
beberapa puskesmas sedangkan terendah berada dipuskesmas Selakau
Timur 56,2%.
Cakupan kunjungan neonatus 3 kali ( KN lengkap) pada tahun
2011 sebesar 76,23% , mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu
sebesar 83,14%. Angka cakupan ini belum mencapai target standar
pelayanan minimal sebesar 85%.cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN
lengkap) tahun 2011 tertinggi berada diwilayah puskesmas segarau yaitu
sebesar 127,7 % sedangkan cakupan terendah berada di wilayah
puskesmas sekura yaitu sebesar 52,3%.
Cakupan KN2 selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan yang
signifikan. Hal ini bermakna terjadi penurunan kualitas pelayanan pada
bayi baru lahir melalui peran aktif tenaga kesehatan yang melakukan
kunjungan neonatus ke rumah ibu nifas.
6. Neonatal Resiko Tinggi/Komplikasi
Pada saat memberi pelayanan kesehatan pada neonatus, sekitar 15%
diantara neonatus yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus
resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan.
19
Neonatal risti/ komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit
dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti
asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan
kurang dari 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan
neonatal.
B. Tinjaum tentang Sosial
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan
umum (kata sifat). sosial atau kehidupan sosial adalah suatu hubungan antara
individu satu dengan individu lainnya. Individusatu dapat mempengaruhi yang
lain dan begitu juga sebaliknya “definisi secara psikologisosial“. Pada
kenyataannya soaial atau kehidupan sosiali yang terjadi sesungguhnya tidak
sesederhana kelihatannya melainkan merupakan suatu proses yang sangat
kompleks.
Ada beberapa pengertian kehidupan sosial menurut para ahli.
Menurut H. Booner (1953) dalam bukunya Social Psychology memberikan
rumusan sosial bahwa sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih,
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Menurut Gillin dan
Gillin (1954) yang menyatakan bahwa kehidupan sosial adalah hubunganhubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan
orang perorangan dengan kelompok. Maryati dan Suryawati (2003)
menyatakan bahwa kehidupan sosial Isosial adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok
20
atau antar individu dan kelompok. Murdiyatmoko dan Handayani (2004),
“kehidupan sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada
akhirnya.
a. Proses Sosial Dalam Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan
sosial dengan individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan
sosial yang terjadi antar individu maupun antar kelompok tersebut juga
dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi
kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan
membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga
akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah
yang dinamakan proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam
masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar, karena
masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik.
Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang
merupakan wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman
hubungan sosial itu tampak nyata dalam struktur sosial masyarakat yang
majemuk, contohnya seperti Indonesia.
Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi
karena masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbedabeda, bahkan dalam satu suku bangsa pun memiliki perbedaan. Namun,
perbedaan-perbedaan yang ada itu adalah suatu gejala sosial yang wajar
21
dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah maka didapatkan suatu
pengertian tentang keragaman hubungan sosial, yang merupakan suatu
pergaulan hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang terbentuk
melalui interaksi sosial yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.
Keragaman
hubungan
sosial
dapat
menimbulkan
ketidakharmonisan, pertentangan, pertikaian antarsuku bangsa maupun
intern suku bangsa. Jika keselarasan tidak ditanamkan sejak dini, terutama
dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman
hubungan sosial, maka dampak negatif tersebut akan menjadi kenyataan.
Sebaliknya jika keselarasan dipupuk terutama dalam masyarakat majemuk,
maka dampak negatif tersebut tidak akan terjadi, bahkan keragaman
kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan menjadi suatu aset budaya
yang tak ternilai harganya.
Sebagai seorang individu yang hidup dalam bangsa yang terdiri
dari beragam suku bangsa dan memiliki keaneragaman budaya, pasti akan
mengalami keragaman hubungan sosial. Dalam kehidupan masyarakat
yang memiliki keragaman hubungan sosial tersebut, ada beberapa hal yang
perlu kita sikapi dan terapkan agar keselarasan dalam keragaman
hubungan sosial dapat terwujud, antara lain:
1. Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dimana kita hidup.
22
2. Beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam perkataan dan tindakan kita
dengan nilai dan norma yang berlaku .
3. Mengikuti aturan yang berlaku agar terjadi keselarasan sosial di dalam
keluarga, masyarakat, bangsa, dan megara .
4. Saling menghargai antara sesama teman merupakan tindakan yang
dapat mencegah kita dari pertentangan, terutama di tengah keragaman
hubungan sosial dalam masyarakat kita yang majemuk.
5. Berusaha untuk mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan yang
ada dalam masyarakat untuk menghindari terjadinya pertentangan
yang tidak mendatangkan manfaat apapun juga
b. Interaksi sebagai Proses Sosial
Kimball Young dan Raymond W. Mack mengemukakan bahwa
interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena
tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Lebih
lanjut John J. Macionis menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan
suatu proses dimana individu bertingkah laku dan bereaksi dalam
hubungan dengan individu lain. Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal-balik
antara dua atau lebih individu manusia, di mana ide, pandangan dan
tingkah laku individu yang satu saling mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan
tepat menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial
antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat
23
berlangsung antara individu dengan individu, antara individu dengan
kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu
tujuan.
C. Tinjauan umum tentang Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya ialah
segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya
yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, moral,
pengetahuan, hukum, kepercayaan, adat istiadat, & ilmu (Koentjaraningrat,
2002).
Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata latinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia Budaya adalah segala hal yang
dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan
bermasyarakat (Koentjaraningrat, 2002).
Budayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah CulturalDeterminism(Koentjaraningrat, 2002).
24
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat
seseorang
sebagai
anggota
masyarakat.
Secara
sederhanakebuadayaandapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan (Prasetyawati, 2012).
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh kelakuan
dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar
maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya (Koentjaraningrat, 2002).
25
Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi
kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaankebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Herskovits, budaya sebagai hasil karya manusia sebagai
bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part of the
environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan
manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk
terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa
disebut budaya.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak
(Koentjaraningrat, 2002).
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat (Prasetyawati, 2012).
26
1. Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia
a. Kebudayaan Modern
Kebudayaan modern biasanya berasal dari manca negara datang
di Indonesia merupakan budaya/ kesenian import. Budaya modern
akting, penampilan, dan kemampuan meragakan diri
didasari sifat
komersial. Budaya modern lebih mengesampingkan norma , gaya
menjadi idola masyarakat dan merupakan target sasaran Contoh : film,
musik jazz.
b. Kebudayaan Tradisional
Bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan
mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat
bimbingan.Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan
tradisional kurang mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat
kekeluargaan. Contoh : Ketoprak, wayang orang, keroncong, ludruk.
c. Budaya Campuran
Budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran
budaya modern dengan budaya tradisional yang berkembang dengan
cara
asimilasi
ataupun
defusi.
Kebudayaan
campuran
sudah
memperhitungkan komersiel tapi masih mengindahkan norma dan adat
setempat.
Contoh
:
Musik
sari(Koentjaraningrat, 2002).
dangdut,
orkes
gambus,
campur
27
2. Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni
sistem
religi
dan
upacara
keagamaan,
sistem
dan
organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur
itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.
3. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan
Koentjaraningrat, (2002)mengemukakan bahwaada beberapa aspek sosial
yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola
penyakit berdasarkan golongan umur misalnya balita lebiha banyak
menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak
menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang
berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita
kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit
misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing
28
akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang
banyak cacing.Sebaliknya buruh yang bekerja di industry, missal
dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan
karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.
Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan
masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknyamalnutrisi
lebih
banyak
ditemukan
dikalangan
masyarakat
yang
status
ekonominya rendah.
Menurut H.RayElling (1970) ada 2 faktor sosial yang
berpengaruh pada perilaku kesehatan :
1.
Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama
bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain.
Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita
lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image
kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh
organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,
sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan
29
medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk
menjadi dokter.
Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi
kesehatan adalah:
a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea,
pernah terjadi wabah penyakit kuru,Penyakit ini menyerang susunan
saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderitahamya terbatas pada
anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit
ini menyebar karena adanya tadisikanibalisme
b. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi
perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan
kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit pengobatan bagi anaknya yang
sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa
kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan
kebudayaan pihak lain misalnya orang-orang barat merasa bangga
30
terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa
superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.
tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap
bahwa yang dilakukan secaralamiah adalah yang terbaik. Oleh karena
itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas
lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu
mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan
masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang
masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebigh
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatudaerah pedesaan
tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu
kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
bernaggapandaun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan
dengan kambing.
e. Pengaruh norma
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya , norma di
masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota
31
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. Sebagaicontoh,untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter
sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna
layanan.Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang
hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil
sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan.Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi
beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa
vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
Meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak
mengandung
vitamin
B1
jika
dibandingkan
dengan
beras
putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak
dan lebih bersih.Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan
yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana
bahaya
merokok terhadap kesehatan
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh
terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja,
32
manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan
makannya setelah dewasa (Notoatmodjo, 2007).
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain
bagaimana cara makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang
air kecil dan besar,dan lain-lain. kebiasaan tersebut terus dilakukan
sampai anakersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut
sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah
(Koentjaraningrat, 2002).
Pengaruh
konsekuensi
dari
inovasi
terhadap
perilaku
kesehatan.Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan
perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi
apa
yang
akan terjadi
jika
melakukan perubahan,
menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut (Koentjaraningrat, 2002).
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan
perkataan lain,suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua
dan perubahan yang ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin
melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan
33
apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat
mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari
perubahan yang telah direncanakan (Notoatmodjo, 2007).
4. Perubahan Sosial Budaya
Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan
tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
1) Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,socialbudaya,ekonomi,
prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan.
2) Belum juga menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak
saja mempengaruhi status kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku
kesehatan
3) Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka
ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku
manusia
yang
memiliki
budaya
tersebut,sehingga
dengan
beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia
dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan (Notoatmodjo,
2007).
Dengan
masalah
tersebut,
maka
petugas
kesehatan
yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya
yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat
yang
dilayaninya,agarpelayanan
kesehatan
yang
diberikan
kepada
34
masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat (Prasetyawati, 2012).
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa
hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan
masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih
dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada
beberapa unsur masyarakat
5. Kebudayaan bagi wanita hamil di Indonesia dapat di kelompokan
berdasarkan etnis
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus
dijalani didunia.Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang
berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak
kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan
serangkaian upacara baggi wanita hamil dengan tujuan mencari
keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam
kandungan hingga saat lahir (Prasetyawati, 2012).
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai
upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi. Biasanya
upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat
35
kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang
telah melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga
bulan.upacara –upacara adat
jawa yang bertujuan mengupayakan
keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya
itu
adalah
upacara
mitoni,procotan
dan
brokohan
(Prasetyawati, 2012)
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada
usia tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat
daripada bayi yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan,walupun
kelahiran itu masih prematur.Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada
sejumlah suku bangsa di indonesia dan malaysia(Koentjaraningrat, 2002).
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot
yakni bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan
khusus bertujuan agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya
(Notoatmodjo, 2007).
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat
dengan membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada
sanak kluarga untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian
orang jawa mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan
kelahiran terletak pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas
keyakinan mengenai krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan harus
ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka upacara
36
kelahiran seringkali
tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar
dengan mengundang banyak handai-taulani (Koentjaraningrat, 2002).
Selain di Jawa di Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut
budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1) Jawa Tengah: Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkanperdarahan yang banyak.
2) Jawa Barat :Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.
3) Masyarakat Betawi :Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,
udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
Daerah Subang Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring
yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang
dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan
dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan
seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih
dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah
pedesaan (Wibowo,1993).
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
37
kebudayaan ibu bersalinyang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin:
a) Minum
rendaman
air
rumput
Fatimah
akan
merangsang
mulas.Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,
tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah
atau biasa disebut Labisiapumila ini, berdasarkan kajian atas obatobatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan
mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan
kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti
secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum
meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila
pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk
panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun
kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang,
tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika
pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai
rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak
nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi
(Prasetyawati, 2012).
b) Meluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang
persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi
lebih mudah keluar. Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada
usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan
38
berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan
keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan
radang selaput mata pada bayi. (Koentjaraningrat, 2002).
c) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.Minyak kelapa,
memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan
persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan
minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka diperbolehkan, karena
minyak kelapa bukan racun.
d) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya
cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan
overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi
kalorinya? Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang.
Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang
maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena
telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
e) Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran.
Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta
39
aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah
nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.
f) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan.Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi,
melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya
banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal
karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret
sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi
sesuatu dapat ditangani segera (Prasetyawati, 2012).
g) Tak boleh keramas
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin.
Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar
disiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar
darah putih bisa turun dan tak menempel di mata.Namun agar tak bau
apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi.Tentu
saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa
memberatkan.Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di
luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5
atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam.
Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat
karena bisa melancarkan produksi ASI (Notoatmodjo, 2007).
Hindari makan jemekGolongan makanan yang harus dijauhi adalah
pepaya, durian, pisang, dan terung.Karenakonon ragam makanan tadi
40
bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital kaum Hawa.Termasuk
makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu
yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin
serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa
menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat
disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan
lebih lambat (Koentjaraningrat, 2002).
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang
pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong
sumber makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan
BAB.Ikan dan telur juga merupakan salah satu sumber protein hewani
yang baik dan amat dibutuhkan tubuh.Sedangkan durian memang tak
dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu
pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.
h) Tidak boleh berpergian
Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si
kecil.Karena biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu.Belum
lagi kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama.Sementara
kalau diajak pun masih kelewatkecil.Malah takut ada apa-apa di jalan,
terutama kalau menggunakan angkutan umum.Bepergian pun membuat
si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk menyantap segala
jenis makanan yang dipantang
41
6. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit.Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,
kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan
kuman penyebab penyakit.Pada masyarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.Kadangkala mereka
menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau
iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit (Prasetiawati,
2010).
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul
akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun
untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki
dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna
tersebut.Cara
yang
digunakan
juga
berbeda-beda
masing-masing
suku.Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan
tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang
sakit (Notoatmodjo, 2007).
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika
anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui
jalan biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap
terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan tukang
42
sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti
(Prasetyawati, 2012).
D. Tinjauan Umum Tentang Ibu Hamil
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovumdan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saatfertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalamwaktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatuberlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13hingga ke-27), dan
trimester
ketiga
13
minggu
(minggu
ke-28
hingga
ke-
40)(Prawirohardjo,2010).
Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnyajanin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,2011). Seorang ibu dapat
didiagnosa hamil adalah apabila didapatkan tanda –tanda pastikehamilan yaitu
Denyut Jantung Janin (DJJ) dapatdidengar dengan stetoskoplaenecpada
minggu 17-18, dapat dipalpasi (yangharus ditemukan adalah bagian-bagian
janin jelas pada minggu ke-22 dangerakan janin dapat dirasakan dengan jelas
setelah minggu 24) dan juga dapat di Ultrasonografi (USG) pada minggu ke-6
(Kusmiyati 2010).
Dengan disimpulkan bahwa Ibu hamil adalah seorang ibu dimulaimasa
kehamilan atau mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanyakehamilan
43
normal adalah 280 hari atau 40 minggu, di hitung dari haripertama haid
terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu ada gerakanjanin dalam
rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagianbagianjanin),
terdengar denyut jantung janin (Kusmiyati2010).
Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester 1 sampai
dengan trimester 3 (Depkes RI, 2011). Tanda dan gejala kehamilan meliputi :
a. Payudara mulai membesar pada usia kehamilan 4-8 minggu
b. Mulai terasa mual pada usia kehamilan 4-6 minggu
c. Merasakan gerakan janin pertama kali primi para pada usia kehamilan
18-20 minggu
d. Mulai terdengar denyut jantung janin pada usia kehamilan 20 minggu
e. Amonorea atau tidak haid
f. Mungkin terjadi pada bulan pertama dan menghilang makin tuanya
kehamilan
g. Pusing terjadi pada bulan pertama kehamilan dan sesudah kehamilan
16 minggu sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai
h. Sering kencing terjadi pada bulan pertama kehamilan karna tertekan
oleh kandung uterus yang membesar dan hilang pada triwulan kedua
karena uterus keluar dari rongga panggul
i.
Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun pengaruh hormon steroid.
j.
Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas, seperti pipi,
leher dan garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea gravida).
k. Varises dijumpai pada triwulan terakhir (Depkes RI, 2011).
44
Tanda-tanda hamil pasti terdiri dari :
a. Dapat diraba dan dikenal bagian-bagian janin
b. Dapat dihitung dan didengar bunyi jantung janin
c. Dapat dirasakan gerakan janin ada dan balotemen oleh pemeriksa
d. Tampak kerangka janin pada pemeriksaan rontgen
e. Dapat dilihat kantong kehamilan/janin dengan ultrasonografi
Tanda pasti hamil
a. Amonorea (tidak haid)
b. Nausea (enek, mual) dan emesis (muntah)
c. Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu)
d. Pigmentasi kulit
e. Hegar’s sign adalah melunaknya isthimus uteri pada usia kehamilan 68 minggu
f. Chadwiks sign adanya bendungan vaskuler sehingga adanya perubahan
pada warna pada vagina dan cervix
g. Piscaseck sign
h. Kontraksi Braxton hiks
Tanda-tanda ibu hamil sehat :
a. Cukup tenaga dan bersemangat
b. Nafsu makan baik
c. Tidak pusing-pusing dan tidak mengalami perubahan penglihatan
d. Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
e. Tidak merasa panas disaluran kemih ketika BAK
45
f. Tidak ada gatal-gatal di vagina
g. Tidak ada bengkak pada tangan dan wajah
Keluhan normal pada kehamilan :
a. Mual-mual ringan pada 3-4 bulan pertama kehamilan
b. Sering mengantuk pada 3-4 bulan pertama kehamilan dan minggu
terakhir kehamilan
c. Rasa nyeri anggota tubuh yang hilang bila istirahat dan dipijiat
d. Nafas sedikit sesak pada kehamilan 8-9 bulan karena desakan janin.
Penyakit-penyakit yang diderita pada kehamilan :
a. Paru, batuk darah (TBC), sesak nafas (asma, sakit jantung) dsb.
b. Malaria perlu diperiksa pada darah tepi
c. Penyakit ginjal, batu saluran kemih, sistitis, pielonefritis
d. Diabetes
e. Psikokis, gangguan jiwa
f. Epilepsi
g. Riwayat kesehatan keluarga, penyakit
yang diderita keluarga
kemungkinan pula muncul pada kehamilan seperti DM, hipertensi dan
lain-lain.
h. Kebiasan-kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan, merokok, minumminuman keras, obat penenang, analgetik, ganja dan morfin.
E. Tinjauan umum tentang Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
46
memandang lama dan Stempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI 2010).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan
salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium
(MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang
akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi ¾ resiko jumlah kematian
ibu dengan presentase102 per 100.000 kelahiran hidup. Ingin dicapai pada
tahun 2011 salah satunya yaitu AKI sebesar 226 per1000 kelahiran Hidup
(Hardiansyah 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan karena kematian ibu mengakibatkan
Negara kehilangan sejumlah tenaga produktif, meningkatnya tingkat
morbilitas dan mortalitas anak. WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
meninggal karena anemia dan proses persalinan. (Depkes RI 2011).
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 persen
sampai dengan 89 persen, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya.
Sehingga angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggiMuhilaiDjumadias A. N, (1979), juga mengemukakan bahwa
sekitar 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi
(WHO, 2012).
47
Pada pengamatannya lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan
anemia yang diderita masyarakat Indonesia adalah karena kekurangan zat besi
yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan
gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak di jumpai ibu hamil yang malnutrisi
atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan,
dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah,
serta banyaknya kehamilan dibawah usia 18 tahun atau kehamilan diatas usia
35 tahun.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam
penelitiannya Iskandar (1998), mengemukakan, bahwa persentase ibu hamil
yang menderita anemia sudah mengalami penurunan, yaitu dari 73,7 persen
pada tahun 1986 menjadi 51,3 persen pada tahun 1995. namun dengan adanya
krisis, diramalkan tingkat anemia ibu hamil akan meningkat pada tahun 1999
sampai dengan tahun-tahun berikutnya apabila tidak dilakukan adanya
peningkatan gizi. Disamping itu, dalam penelitiannya yang lain yang
dilakukan di jawa barat menunjukkan bahwa persentase tersebut akan terus
meningkat karena banyaknya sistem penanganan kegawatdaruratan di rumah
sakit
malah
sering
memeperburuk
situasi.
Sistem
penanganan
kegawatdaruratan yang dimaksud adalah dalam persediaan tablet zat besi serta
kurang lancarnya komunikasi antara petugas dengan pasien.(WHO, 2012).
WHO menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab penting dari
kematian ibu saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70% dan
48
sekitar 19,7% akibat hal lain. Anemia pada kehamilan juga berhubungan
dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan (Nova Fridalni,
2010 ).
Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan
penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum
kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa
cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26%.(Anisma 2011).
Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di
Indonesia mengalami anemia akibat kekurangan gizi dan pada pengamatan
lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan karena kekurangan zat besi yang
dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi
(Manuaba, 2010).
F. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dapat diterima danterjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
dan
masyarakat.
Upaya
kesehatan
tersebut
diselenggarakan
dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Kota
49
Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah :
a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif
denganpendekatan individu dan keluarga melalui upaya
perawatanyangtujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi
tertentuPuskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatansecarabermutu.ProgramPuskesmas merupakan program
kesehatan dasar, meliputi :
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menularyangterdiri dari rawat jalan, rawatinap,
penunjang medik (laboratorium dan farmasi)
Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat
jalan danpuskesmas rawat inap.
a. Pelayanan rawat jalan. Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di
puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari
24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik.
50
Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar
dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b. Puskesmasrawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan
dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan
operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan
kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi
sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke
institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke
rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan tindaklanjut oleh petugas
perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di
rumah pasien.Pendirianpuskesmas harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1) puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,
2) puskesmas mudah dicapai dengankendaraan bermotor dari
puskesmas sekitarnya, puskesmas dipimpin oleh seorangdokter dan
telah mempunyai tenaga yang memadai
3) jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari
4) pendudukwilayahkerjapuskesmasdanpendudukwilayahpuskesmasdis
ekelilingnya minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas.
5) pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang
memadai (Depkes RI, 2011).
51
G. Tinjaun Tentang Penelitian Sebelumnya
No
Nama
Tahun
Sartika
Dewi
2013
1
Sulastri
Putri
2012
2
3
Susianti 2013
Dengko
Judul
Penelitian
faktorfaktor
yang
berhubung
an dengan
pola
pencarian
pelayan
kesehatan
ibu hamil
diwilayah
kerja
puskesmas
Kawanggu
Kabupaten
Sumbar
Timur
Hasil Penelitian
Sumber
terdapat hubungan
Jurnal
yang signifikan antara
pengetahuan dengan
pola pencarian
pelayan kesehatan ibu
hamil p value
(0,000<0,05), terdapat
hubungan yang
signifikan antara
sosial dengan pola
pencarian pelayan
kesehatan ibu hamil p
value (0,000<0,05)
dan terdapat hubungan
yang signifikan antara
budaya dengan pola
pencarian pelayan
kesehatan ibu hamil p
value 0,000<0,05).
Hubungan Hasil tidak ada
Jurnal
Dukungan hubungan antara
suami
dukungan suami
Dengan
dengan pola pencarian
pola
pelayan kesehatan ibu
pencarian hamil dengan
pelayan
vefalue=0,393,05=1,6
kesehatan 15 dan 1C 95%.
ibu hamil (0,674-3,871).
di
puskesmas
Jetis Desa
Krajan
Kecamata
n
Weru
Kabupaten
Sukoharjo.
Hubungan Hasil Penelitian
Jurnal
motivasi
menunjukan bahwa
dan
ada hubungan yang
dukungan signifikan antara
suami
motivasi terhadap pola
Terhadap
pencarian pelayan
52
pola
pencarian
pelayan
kesehatan
ibu hamil
di
puskesmas
Mojoagun
g
Kabupaten
Jombang
kesehatan ibu hamil,
di dapatkan hasil uji
Fisher Exact dengan
Significancy= 0,000
pada a =0,05. ada
hubungan yang
signifikan antara
dukungan Suami
terhadap pola
pencarian pelayan
kesehatan ibu hamil,
di dapatkan hasil uji
Fisher Exact dengan
Significancy= 0,003
pada a =0,05.
53
H. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis hubungan Sosial
Budaya Dengan Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Di
Puskesmas Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Brunner & Suddarth (2002)
sehingga dapat digambarkan secara sistematis pada gambar berikut:
Pola Pencarian
Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil
Gambar 1 .Kerangka Teori (Brunner & Suddarth ,2002 dan Lawrence Green
alam Notoatmodjo, 2007 dan Proverawati, 2009
54
I. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil Di Puskesmas Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
55
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix
methode yaitu gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yaitu
dengan menggunakan pendekatan fenomenologis yang bertujuan untuk
memperoleh informasi secara mendalam. Kuantitatif dengan pendekatan
observasional, untuk memperoleh gambaran Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial dan Budaya Masyarakat di Wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2015, dan
bertempat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilanya di Puskesmas Lasolo
Kabupaten Konawe Utara sebanyak 235 ibu hamil.
b. Sampel
Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang
diteliti
dan
dianggap
mewakili
seluruhan
populasi
(Notoatmodjo,2005). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
55
56
menggunakan sampel acak sederhana (simpel random sampling) dengan
rumus Slovin sehingga besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 70
sampel. Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan berdasarkan rumus Slovin yaitu sebagai berikut:
N
1  N 2
235
n
1  235(0,1) 2
235
n
1  235(0,01)
235
n
1  2.35
235
n
3,35
n  70,1
n  70
n
Keterangan :
n
= Ukuran Sampel
N
= Ukuran Populasi

= Tingkat kesalahan pengambilan sampel (   0,05 )
Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 orang.
D. Sumber Data/Informasi
Sumber data Kualitatif penelitian ini adalah dari informan kunci dan
informan biasa, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria untuk informan kunci yaitu mereka yang memliki pemahaman
luas tentang kebiasaan masyarakat setempat. Adapun informan kunci
dalam penelitian ini berjumlah 2 orang yaitu Bidan desa dan dukun.
57
2. Kriteria untuk informan biasa dalam penelitian ini sebanyak 2 orang yaitu
dari masing-masing perwakilan suku Bugis, , dan, suku Tolaki.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Sosial
Sosial pada penelitian ini adalah ruang lingkup atau kehidupan
sosial masyarakat seperti (Dukungan keluarga, Pendapatan pengetahuan
dan Sikap) yang terkesan tertutup untuk menerima hal-hal baru yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, sehingga mempengaruhi perilaku
masyarakat (keluarga) mengambil keputusan yang tepat untuk mencari
pelayanan kesehatan guna untuk memeriksakan kehamilannya.
a. Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga adalah keikutsertaan keluarga memberikan
nasehat atau informasi untuk pelayanan kesehatanbagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya.
Jumlah soal Dukungan Keluarga sebanyak 10 soal
Kriteria objektif
1) Skoring pertanyaan Dukungan Keluarga yaitu :
a. Jumlah pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
c. Skor tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%)
d. Skor terendah = 10 x 0 = 0 (0%)
58
2) Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu cukup dan kurang).
Kriteria objektif :
Mendukung
: Bila jawaban responden
> 50% dari seluruh
jumlah pertanyaan yang diberikan.
Kurang Mendukung : Bila jawaban responden ≤ 50 % dari seluruh
jumlah pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
b. Pendapatan
Pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur kemiskinan
relatif. Dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu menerima dan
menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan seseorang
yang kondisi pendapatannya buruk.
Kriteria objektif :
59
Cukup
:Bila
responden
memiliki
pendapatan
Rp≥2.000.000
Tidak Cukup
: Bila responden memiliki pendapatan Rp500.000Rp1.000.000 (Riduwan, 2007).
c. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
tentang pentingnya mencari pelayanan kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan dan persalinan yang sehat.
Jumlah soal Pengetahuan sebanyak 10 soal
Kriteria objektif
1) Skoring pertanyaan Pengetahuan yaitu :
a. Jumlah pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
c. Skor tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%)
d. Skor terendah = 10 x 0 = 0 (0%)
2) Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
60
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu baik dan kurang).
Kriteria objektif :
Baik
: Bila jawaban responden memiliki skor > 50%
dari jumlah pertanyaan yang diberikan.
Kurang Baik
: Bila jawaban responden ≤ 50 % dari jumlah
pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
d. Sikap
Sikap adalah pandangan atau respon ibu terhadap upaya
melakukan pencarian pelayanan kesehatan bagi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan yang sehat
dan normal.
Jumlah soal Sikap sebanyak 10 soal
Kriteria objektif
1) Skoring pertanyaan Sikap yaitu :
a. Jumlah pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan
b. Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
c. Skor tertinggi = 10 x 1 = 10 (100%)
d. Skor terendah = 10 x 0 = 0 (0%)
61
Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu cukup dan kurang).
Kriteria objektif :
Baik
: Bila jawaban responden
> 50% dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan.
Kurang Baik : Bila jawaban responden ≤ 50 % dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
e. Pemeriksaan kehamilan
Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Pemeriksaan kehamilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Budaya Pencarian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
dalam
mencari
kehamilannya.
pelayanan
kesehatan
untuk
memeriksakan
62
Jumlah soal pengetahuan sebanyak 6 soal
Kriteria objektif
Skoring pertanyaan Sikap yaitu :
Jumlah pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan
Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
Skor tertinggi
= 6 x 1 = 6 (100%)
Skor terendah
= 6 x 0 = 0 (0%)
Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu cukup dan kurang).
Kriteria objektif :
Baik
: Bila jawaban responden
> 50% dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan.
Kurang Baik : Bila jawaban responden ≤ 50 % dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
63
f. Pencarian Pemeriksaan Kehamilan
Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah budaya dalam memilih melakukan pemeriksaan
kesehatan kehamilan yang dilakukan dalam tradisi sesuai dengan standart
pelayanan antenatal yang ditetapkan, dalam standart
pelayanan
kebidanan.
Kriteria objektif
Baik
:
: Bila responden memeriksakan kandungan ke dukun dan ke
bidan.
Kurang Baik : Bila responden tidak memeriksakan kandungan ke
dukun dan ke bidan (Riduwan, 2007).
g. Pengobatan
Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Pengobatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budaya
pengobatan kehamilan yang dilakukan sesuai dengan standart pelayanan
kesehatan yang ditetapkan, dalam standart pelayanan kebidanan.
Jumlah soal pengetahuan sebanyak 6 soal
Kriteria objektif
Skoring pertanyaan Sikap yaitu :
Jumlah pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan
Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
Skor tertinggi
= 6 x 1 = 6 (100%)
Skor terendah
= 6 x 0 = 0 (0%)
64
Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu cukup dan kurang).
Kriteria objektif :
Baik
: Bila jawaban responden
> 50% dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan.
Kurang Baik : Bila jawaban responden ≤ 50 % dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
h. Budaya makan
Pola Pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Makanan pada saat hamil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
budaya dalam memperoleh informasi terhadap Makanan yang dianjurkan
pada saat hamil yang sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan
Jumlah soal pengetahuan sebanyak 4 soal
Kriteria objektif
65
Skoring pertanyaan Sikap yaitu :
Jumlah pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan
Pertanyaan yang diskoring mempunyai 2 pilihan jawaban
Skor tertinggi
= 4 x 1 = 4 (100%)
Skor terendah
= 4 x 0 = 0 (0%)
Penentuan kriteria objektif
R
I=
K
100
I=
= 50 %
2
Keterangan :
I = Interval
R = Range/ kisaran (100 % - 0 % = 100%)
K = Jumlah kategori (dibagi atas 2 kategori yaitu cukup dan kurang).
Kriteria objektif :
Baik
: Bila jawaban responden
> 50% dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan.
Kurang Baik : Bila jawaban responden ≤ 50 % dari seluruh jumlah
pertanyaan yang diberikan (Riduwan, 2007).
66
i. Persalinan
Pola Pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pada
saat persiapan Persalinan adalah budaya dalam melakukan persiapan ibu
yang pada saat melahirkan.
Kriteria objektif
Baik
:
: Bila responden pada saat melahirkan di tolong oleh dukun dan
bidan
Kurang Baik : Bila responden tidak di tolong oleh bidan dan dukun
pada waktu melahirkan (Riduwan, 2007).
2. Budaya
Budaya pada penelitian ini adalah rasa kepercayaan masyarakat
terhadap adat istiadat atau ritual yang berkembang di masyarakat seperti
ritual tujuh bulanan, totabik, dan larangan-larangan selama masa
kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan dan pemilihan
untuk perawatan
kehamilan. Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu
Hamil yang dimaksud dalam penelitian ini ialah Berdasarkan Budaya
Pemeriksaan, Budaya Perawatan, Budaya Pengobatan, Budaya Makanan
pada saat hamil dan budaya pada saat persiapan Persalinan.
a. Pemeriksaan 1. Kemana Melakukan Pemeriksaan
kemamilan
Kehamilan
2. Pemeriksaan Apa saja yang
dilakukan
b. Pencarian
3. Kemana mencari pelayanan
pelayanan
kesehatan untuk Melakukan
kesehatan
Pemeriksaan Kehamilan
4. Pemeriksaan Apa saja yang
dilakukan
Untuk mengetahui
kemana dan
pemeriksaan apa yang
dilakukan
Untuk mengetahui
kemana dan
pemeriksaan apa yang
dilakukan
67
c. Pengobatan
d. Makanan
e. Persalinan
5. Kemana Melakukan Pengobatan
Kehamilan
6. Pengobatann Apa saja yang berikan
7. Kemana memperoleh imformasi
makanan yang di anjurkan pada saat
hamil.
8. Makanan Apa saja yang di anjurkan
pada saat hamil ?
Untuk mengetahui
kemana dan pengobatan
apa yang diberikan
Untuk mengetahui
darimana informasi dan
makanan apa yang
diberikan
9. Kemana persiapan persalinan
direncanakan
10. Apa saja persiapan persalinan yang
dilakukan
Untuk mengetahui
Kemana persiapan
persalinan direncanakan
Dan persiapan persalinan
yang dilakukan
F. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner dan Pedoman wawancara yang berisi semua item pertanyaan.
2. Alat tulis, terdiri dari buku tulis dan pulpen,. perangkat ini digunakan untuk
menghimpun informasi yang didapat di lapangan, berupa catatan yang
dianggap penting untuk keperluan penelitian.
3. Komputer, yaitu alat yang digunakan untuk menyusun laporan hasil
penelitian dengan memakai perangkat lunak untuk analisa data
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diambil dan diperoleh
melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuisioner
(daftar pertanyaan) dan observasi secara langsung. Data primer yang akan
ditanyakan kepada responden adalah data tentang variabel penelitian yang
meliputi Sosial dan Budaya.
68
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan dan pelaporan di
Kecamatan Lasolo di wilayah kerja Puskesmas Lasolo mengenai daftar
hadir dan jumlah kunjungan ibu hamil dari Profil Puskesmas Lasolo.
H. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah melalui prosedur sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa data yang diperoleh, apakah terjadi kesalahan
atau kurang lengkap.
b. Coding, yaitu memberi nomor kode pada jawaban yang telah diisi oleh
responden yang ada dalam daftar kuisioner. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan tabulasi data.
c. Pemindahan hasil coding kuesioner ke Master Tabel dan Matriks
Wawancara
2. Analisis Data
a. Kuantitatif yaitu Data pada master tabel diolah dengan menggunakan
komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis
secara deskriptif. Penyajian data dilakukan secara deskriptif dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi yang disertai dengan
penjelasan-penjelasan tabel.
b. Kualitatif yaitu Data Matriks Wawancara diolah dan Analisis dengan
melakukan
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
69
muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Kemudian
mengumpulkan dan mengembangkan uraian secara keseluruhan dari
data yang diperoleh. Kemudian peneliti melakukan penyajian
informasi
untuk
memberikan
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan serta menyajikannya dalam
bentuk teks naratif.
70
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis
Keadaan wilayah kerja dan letak geografis serta luas wilayah
puskemas Lasolo yaitu :
1. Letak Geografis wilayah kerja Puskesmas lasolo, secara administrasi
berbatasan dengan :
 Sebelah selatan : Puskesmas Wawolesea
 Sebelah Utara : Puskesmas Molawe
 Sebelah Timur : Puskesmas Tapunggaya
 Sebelah Barat : Kecematan meluhu Kab. Konawe
2. Wilayah Kerja : meliputi 1 kelurahan dan 13 Desa
 Kelurahan Tinobu
 Desa Watukila
 Desa Otole
 Desa Larodangge
 Desa Waworaha
 Desa Andumowu
 Desa Basule
 Desa Lametono
 Desa belalo
 Desa Andeo
 Desa Matapila
70
71
 Desa Lalowaru
 Desa Muara Tinobu
 Desa Tetelupai
3. Luas wilayah Kerja : 400.000.000 km
2. Visi Misi Pembangunan Kesehatan
VISI :
Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Merata dan Berkualitas
Untuk Mewujudkan Kecamatan Lasolo sehat.
MISI :
 Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
berkeadilan serta terjangkau oleh masyarakat
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
 Meningkatkan serta mengembangkan upaya kesehatan berbasis
masyarakat dengan kerja sama lintas sektor dan kesadaran dari
masyarakat sendiri
 Mengembangkan inovasi pelayanan kesehatan secara profesional
untuk mendukung terwujudnya kecamatan Lasolo Sehat
 Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelaynan kesehatan yang diselenggarakan.
 Memelihara dan meningkatan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
72
3. Sosial Ekonomi
Pada umumnya penduduk yang berdomisili diwilayah kerja
puskesmas Lasolo bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri, nelayan,
Petani, TNI / Polri, Swasta, Wiraswasta, Tukang dan Pedagang.
4. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lasolo adalah
sebagai berikut :
No
1
2
Jenis sarana kesehatan
Sarana kesehatan pemerintah
 Puskesmas Induk
 Puskesmas Pembantu
 Polindes
Sarana kesehatan
bersumberdaya masyarakat
 Posyandu Bayi dan Balita
serta Ibu hamil
 Dokter Praktek
Jumlah
Keterangan
1
2
2
Aktif
Aktif
Tidak Aktif
14
Aktif
1
Aktif
5. Tenaga Kesehatan
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
S1 Kesehatan
masyarakat
S1 Keperawatan
S1 Kebidanan
D III Keperawatan
D III Gizi
D III Farmasi
PNS
0
1
12
3
1
3
1
1
Status Ketenagaan
PTT Honorer
Sukarela
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
2
0
5
2
1
Jmlh
1
2
12
5
1
16
3
2
73
9 D III Kesling
0
0
0
0
10 D III Kebidanan
0
9
0
2
11 D III Analis
1
0
0
0
Kesehatan
12 SMA
0
0
0
3
JUMLAH
22
11
8
15
Sumber: Data Primer Puskesms Lasolo Kec. Lasolo Tahun 2014
0
11
1
3
56
6. Sarana Prasarana
No
Jenis sarana
1
Mobil
Operasional
Mobil
Ambulance
Motor
2
3
4
Motor
5
Motor
6
7
Motor
Motor
Spesifika
i
Avansa
APP
Arema
Suzuki
Sogun
Yamaha
Jupiter Z
Yamaha
Mio Soul
Mio J
Honda
Revo
Jml
1
Pjo.
Penggunaan
Ka.
Puskesmas
1
1
2
2
15
1
Petugas
kesling
Petugas
promkes
Dokter
Umum
Bikor
Bidan Desa
Petugas
Surveilans
Tahun
Ket.
2009
Baik
2014
Baik
2009
Rusak
2014
Baik
2012
Baik
2014
Baik
2014
2013
2010
Baik
Baik
Rusak
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Utara, tepatnya
pada wilayah kerja Puskesmas Lasolo di Kecamatan Lasolo pada tanggal 25
Agustus 2015. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka
disajikan hasil penelitian sebagai berikut :
1.
Karakteristik Responden
74
Karakteristik Responden adalah jawaban yang diberikan langsung
oleh responden yang mencakup : Umur, Pendidikan Terakhir, dan
Pekerjaan. Karakteristik tersebut disajikan pada tabel-tabel dibawah ini :
a)
Umur
Umur adalah lama waktu hidup seseorang dihitung sejak
tahun lahir sampai ulang tahun terakhir (Rush, 2002). Distribusi
responden menurut kelompok Umur disajikan pada tabel 1.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ibu
hamil di Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2015
No
Umur
Jumlah (n)
%
1
<20 Tahun
2
2.9
2
20-35 Tahun
52
74.3
3
>35 Tahun
16
22.9
Total
70
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 52 orang (74.3%), sedangkan yang terendah berada
pada kelompok umur <20 tahun yaitu sebanyak 2 orang (2.9%).
b) Pendidikan Terakhir
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Rush, 2002).
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan
terakhir yang diraih oleh responden. Distribusi responden menurut
Pendidikan Terakhir disajikan pada tabel 3.
75
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu
hamil Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun
2015
No
Pendidikan Terakhir
1
2
3
4
SMP
SMA
D3
S1
Total
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Jumlah (n)
%
8
37
8
17
70
11.4
52.9
11.4
24.3
100.0
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%),
tingkat pendidikan responden bervariasi. Sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan tamat SMA yaitu berjumlah 37 orang
(52.9%), dan sebagian kecil responden memiliki tingkat pendidikan
D3 dan SMP yaitu berjumlah 8 orang (11.4%).
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan responden
yang menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya. Distribusi
responden menurut tingkat Pekerjaan disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ibu Hamil
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
No
Pekerjaan
Jumlah (n)
%
1
PNS
17
24,3
2
IRT
49
70
3
Petani
2
2,9
4
Nelayan
2
2,9
Total
70
100
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden
bervariasi. Sebagian besar pekerjaan responden sebagai ibu rumah
76
tangga (IRT) berjumlah 49 orang (70%), PNS 17 orang (24.3%) dan
sebagian kecil adalah petani dan nelayan 2 orang (2,9%).
d) Usia Kehamilan
Distribusi
responden
menurut
Usia
Kehamilan
dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut usia kehamilan ibu hamil
di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Tahun 2015
No
Usia Kehamilan
Jumlah (n)
%
1
1-3 Bulan
6
8.6
2
4-6 Bulan
30
42.9
3
7-9 Bulan
31
44.3
4
Sudah Melahirkan
3
4.3
Total
70
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
sebagian besar responden memiliki usia kehamilan yaitu sebanyak 79 bulan (44.3%), sedangkan yang terendah berada pada usia
kehamilan 1-3 bulan yaitu sebanyak 6 orang (28.6%) serta yang
sudah melahirkan sebanyak 3 responden (4.3%).
e)
Alamat
Distribusi responden menurut alamat dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
77
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Alamat ibuhamil di
Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Tahun 2015
No
Alamat
Jumlah (n)
%
1
Desa Wawolesea
6
8.6
2
Desa Waworaha
16
22.9
3
Desa Watukila
16
22.9
4
Desa Otole
7
10.0
5
Desa Larodangge
9
12.9
6
Desa Basule
13
18.6
7
Desa Andumowu
3
4.3
Total
70
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%),
jumlah responden atau ibu hamil terbanyak terdapat pada Desa
Waworaha dan Desa Watukila yaitu berjumlah 16 orang (22,9%),
dan jumlah ibu hamil atau responden paling sedikit terdapat pada
Desa wawolesea yaitu berjumlah 6 orang (8,6%).
f)
Agama
Agama
adalah
ajaran,
sistem
yang
mengatur
tata
keimanan/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tata
peribadatan dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaannya
itu (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005). Distribusi responden menurut
agama dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel 7:
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Agama di Wilayah Pesisir
Kecamatan Lasolo Tahun 2015
No
Agama
Jumlah (n)
%
1
Islam
70
100
Total
70
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
78
Tabel 7 menunjukkan bahwa semua responden yakni 70
orang (100%) menganut agama Islam.
g) Suku
Distribusi responden menurut suku dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Suku ibu Hamil di Wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Tahun 2015
No
Suku
Jumlah (n)
%
1
2
3
4
Suku Tolaki
Suku Bugis
Suku Bajo
Suku Muna
Total
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
37
23
5
5
70
52,9
32,9
7,1
7,1
100
Tabel 8 menunjukkan suku responden bervariasi. Sebagian
besar responden memiliki suku Tolaki yang berjumlah 37 orang
(52,9%), dan sebagian kecil responden memiliki suku Muna dan
Bajo yang berjumlah masing-masing 5 orang (7.1%).
2.
Analisis Variabel Penelitian
a) Variable Sosial
Sosial pada penelitian ini adalah ruang lingkup atau
kehidupan
sosial
masyarakat
seperti
(Dukungan
keluarga,
Pendapatan,Pengetahuan dan Sikap) yang terkesan tertutup untuk
menerima hal-hal baru yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan,
sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat (keluarga) mengambil
79
keputusan yang tepat untuk mencari pelayaanan kesehatan guna
untuk memeriksakan kehamilannya.
1. Dukungan Keluarga
Dukungan
Keluarga
adalah
keikutsertaan
keluarga
memberikan nasehat atau informasi untuk memilihkan tempat
perawatan kehamilannya.
Tabel 9. Distribusi Responden Pola Pencrian Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lasolo Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015
No
Dukungan Keluarga
Jumlah (n)
%
1
Baik
62
88,6
2
Kurang Baik
8
11,4
Total
70
100
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
yang memiliki dukungan keluarga pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori baik sebanyak 62 responden (88,6%), sedangkan
yang memiliki dukungan keluarga pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang baik sebanyak sebanyak 8 responden
(11,4%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan Keluarga
pada Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil
80
Berdasarkan Sosial Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat
sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang baik
dengan jumlah sebanyak 62 responden (88,6%).
Dukungan keluarga sangatlah penting dalam pengambilan
keputusan pada penentu pada ibu hamil untuk mencari
pelayanan kesehatan meskipun keluarga tidak ikut langsung
untuk
mengantarkan
kepelayanan
kesehatan
karena
ada
kesibukan tertentu, namun keluarga sangat memdukung untuk
memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu hamil untuk
mencari pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan
kehamilanya serta dapat memberikan dorongan moril serta
semangat serta kepercayaan tehadap si ibu hamil.
2. Pendapatan
Pendapatan
adalah
pengukuran
untuk
mengukur
kemiskinan relatif. Dengan pendapatan yang relatif baik akan
mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di
bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya
buruk.
81
Tabel 10. Distribusi Responden Poila Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu hamil Berdasarkan Pendapatan Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun
2015
No
Pendapatan
Jumlah (n)
%
1
Kurang
14
20
2
Cukup
56
80
Total
70
100
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
yang memiliki Pendapatan pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori cukup sebanyak 56 responden (80%), sedangkan
yang memiliki pendapatan pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang sebanyak sebanyak 14 responden (20%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
Perawatan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada
pada kategori cukup yaibu dengan jumlah responden sebanyak
56 responden (80%) .
Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa terdapat
keluarga yang masih rendahnya tinkat pendapatan keluarga di
karenakan pekerjaan mereka yang masih belum menjanjikan,
82
namun ada juga yang sudah cukup. Jika dirata-ratakan
pendapatan perbulannya itu kurang lebih dari Rp 500.000
perbulan, dimana pendapatan ini tergantung dari pekerjaan yang
dilakukan oleh suami atau istri. Sedangkan sebagian responden
memiliki pendapatan keluarga yang cukup tinggi dikarenakan
banyaknya ibu hamil yang memiliki pekerjaan tetap yaitu sebagai
PNS serta sebagian responden di tunjang dengan pendapatan
suami yang pekerjaanya sebagai PNS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diaptkan
bahwa kurangnya pendapatan responden dikarenakan pekerjaan
keluarga responden atau pekerjaan responden belum menjanjikan
dalam hal ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kelurga
setiap hari, misalnya bagi seorang nelayan akan menurun drastis
pedapatannya ketiga terang bulan dilangit
dimana hasil
pendapatan ikan yang didapat ketiga terang bulan sangat sedikit
sehingga hasil penjualan ikan juga sangat sedikit.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
ibu tentang pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan yang sehat.
83
Tabel 11. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun
2015
No
Pengetahuan
Jumlah (n)
%
1
Baik
59
84,3
2
Kurang Baik
11
15,7
Total
70
100
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
yang memiliki pengetahuan pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori baik sebanyak 59 responden (84.3%), sedangkan
yang memiliki pengetahuan pada pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang baik sebanyak sebanyak 11 responden
(15.7%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada
pada kategori baik yaitu dengan jumlah responden sebanyak 59
responden (84.3%).
Sebagaian besar ibu hamil telah mengetahui pentingnya
pencarian pelayanan kesehatan yang baik untuk ibu hamil dalam
84
rangka
menja
kesehatan
kehamilanya.
Mereka
pergi
memeriksakan kehamilannya pada bidan dan dukun pada saat
umur kehamilan yang berbeda-beda, namun masih adanya
kepercayaan terhadap dukun, sehingga perawatan tidak hanya
mereka melakukan perawatan pada bidan namun terhdap dukun
juga. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap dukun masih melekat sampai sekarang ini walaupun
bidan sudah ada di desa masing-masing. Hal ini juga menunjukan
bahwa masyarakat di wilayah pesisir kecamatan lasolo kabupaten
konawe utara selalu memeriksakan kehamilan di puskesmas atau
pada petugas kesehatan yang sudah terlatih, namun dikarenakan
kebiasaan dari masyarakat setempat yang masih menjunjung
tinggi budaya sehingga mereka juga memeriksakan kehamilan
pada dukun yang dipercayakan di kampung mereka. Sehingga
dapat dikatakan masyarakat di wilayah pesisir kecamatan lasolo
kabupaten konawe utara selain memeriksakan kehamilan petugas
kesehatan yang terlati ataupun di puskesmas juga memeriksakan
kehamilan kedukun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan setempat
didapatkan bahwa ketika seorang bidan menagani ibu yang
melahirkan selalu kerja sama dengan dukun yang di percayakan
di tempat tinggal mereka hal ini dikarenakan budaya pada
masyarakat setempat masih percaya kepada dukun.
85
4. Sikap
Sikap adalah pandangan atau respon ibu terhadap upaya
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan yang sehat dan
normal.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pola
pencarian pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
No
Sikap
Jumlah (n)
%
1
Baik
53
75,7
2
Kurang Baik
17
24,3
Total
70
100
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
yang memiliki sikap pada pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat di wilayah Pesisir
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 dengan
kategori baik sebanyak 53 responden (75.7%), sedangkan yang
memiliki sikap pada pola pencarian pelayanan kesehatan ibu
hamil berdasarkan sosial masyarakat
di wilayah Pesisir
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 dengan
kategori kurang baik sebanyak sebanyak 17 responden (24.3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada
86
pada kategori baik yaitu dengan jumlah responden sebanyak 53
responden (75.7%).
Sikap ibu hamil untuk mencari pelayanan kesehatan baik
di tempat pelayanan kesehatan (puskesmas) yakni bidan dan
dukun juga tergantung dari prilaku ibu hamil terhadap pasien
apakah ramah, sopan, mengerti apa keinginan pasien, sehingga
pasien merasa senang dengan perilaku petugas kesehatan yakni
bidan dan dukun terhadap mereka. Sedangkan Pelayanan yang
diberikan oleh bidan dan dukun kepada pasien apakah
menimbulkan rasa kepuasan terhadap diri individu pasien.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam hal ini
bidan sangat mereka puas karena pelayanan oleh bidan atau
petugas kesehatan ada selalu memberikan informasi mengenai
perkembangan kesehatan kehamilanya serta selalu memberikan
motivasi dan dorongan kepada ibu hamil agar selalu menja
kesehatan kendunganya. Selain itu bidan juga selalu berkunjung
kerumah mereka tanpa diminta oleh ibu hamil, selain itu juga
adanya faktor kekeluargaan didalamnya antara bidan setempat
dengan ibu hamil. Kebiasaan tersebut terjalin peda wilayah
tempat tinggal mereka karena adanya rasa kekelurgaan yang
sangat tinggi dilingkungan tempat tinggal mereka. Bigitu juga
dengan pelayanan oleh dukun mereka merasa cukup puas karena
dalam pelayanan dukun adanya faktor kekeluargaan dimana
87
adanya rasa kekelurgaan yang sangat tinggi dilingkungan tempat
tinggal mereka.
Sosial pada penelitian ini adalah ruang lingkup atau
kehidupan
sosial
masyarakat
seperti
(Dukungan
keluarga,
Pendapatan,Pengetahuan dan Sikap) yang terkesan tertutup untuk
menerima hal-hal baru yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan,
sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat (keluarga) mengambil
keputusan yang tepat untuk mencari pelayaanan kesehatan guna
untuk memeriksakan kehamilannya.
1. Pengetahuan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan sosial pengetahuan ibu hamil dalam melakukan
Pencarian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya. Untuk itu pengetahuan
ibuhamil mengenai pencarian pelayanan kesehatan pemeriksaan
Kehamilan dapat dilihat pada ungkapkan oleh beberapa informan
berikut ini :
Hasil wawancara informan Suku Tolaki bahwa :
“iyaaaa kalau menurut saya pencarian pelayanan kesehatan itu
yaaa usaha seorang ibu hamil mencari pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kehamilanya. Kalau saya pribadi saya
mencari pelayanan kehatan untuk memeriksakan kehamilan
saya, saya prg kebidan dan juga kedukun karna sudah kebiasaan
keluarga kami begitu.disini itu kalau ibu hamilmemeriksakan
kesehatanya selalu kebidan dan dukun. Pada saat melahirkan
begitu juga.pokoknya minta bantuan pada bidan dan dukun
untuk periksa kita punya kandungan.”(SU, Agustus 2015)
88
Hasil wawancara informan Suku Bugis bahwa :
“menurut saya pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil itu
yaaaaa pergi berobat seperi periksa kandungan kebidan. Kalau
saya pergi peiksa kandungan saya kedukun dan kebidan. Sudah
biasa ji kasian kita disini pergi periksa kandungan kedukun dan
bidan ”(TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“menurut saya yaaa.? Kalau saya ditanya apa itu pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berari seorang ibu hamil mencari
pelayanan kesehatan unuk memeriksakan kehamilanya. Misalnya
saya itu kebidan tapi saya juga kedukun soalnya sudah biasa mi
kita disini selalu bidan dan dukun yang yang periksa
kandunganya kita. Kakak ipar saya waktu melahirkan baru-baru
dibantu dukun dan bidan”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada Bidan bahwa :
“Sebenarnya masyarakat di disi itu suda mengerti dan tau
bagaimana pentingnya memeriksakan kesehatan kendungannya
di puskesmas ata kepada saya sebagai bidan disini.mereka juga
kedukun. Mungkin sudah kebiasaan masyarakat disini yang
secara turun-temurun selalu membutuhkan jasa dukun.”(AN,
Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“rata-rata masyarakat didini itu sudah berpendidikan jadi
mereka sudah mengerti semuanya. mereka itu tetap datang
kesaya dan juag kebidan””(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa sosial pengetahuan pencarian pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan sudah memiliki
pengetahuan yang baik dan pemeriksaan kehamilan dilakukan
pada Bidan, dan juga dukun. Hal yang melibatkan dukun dalam
89
pemeriksaan karena sebagimana tradisi yang dilakukan turuntemurun oleh warga setempat.
2. Pendapatan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan sosial pengetahuan ibu hamil dalam melakukan
Pencarian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya. Untuk itu pengetahuan
ibuhamil mengenai pencarian pelayanan kesehatan pemeriksaan
Kehamilan dapat dilihat pada ungkapkan oleh beberapa informan
berikut ini :
Hasil wawancara informan Suku Tolaki bahwa :
“saya kan PNS di kantor kecamatan jadi penghaslan saya
perbulan itu ≥Rp2.000.000 di tambah lagi suami saya guru jadi
cukup untuk memenuhi kebutuhan saya untuk keluarga dan untuk
memeriksakan kandungan saya”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan Suku Bugis bahwa :
“pendapatan saya kalau perbulan itu tidak menetap karna saya
cumin jualan di warung saya tapi dengan rejeki dari suami
Alhamdulillah terpenuhi semua kebutuhan keluaga saya
terutama kebutuhan saya pada saat hamil begini. Suami saya
guru di SD jadi dengan gajinya kebuhan saya terpenuhi”(TR,
Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“penghasilan saya perbulan alhamdulillah cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saya. Saya kan guru dan suami
saya juga guru”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada Bidan bahwa :
90
“kebanyakan kan masyarakat disini itu PNS jadi penghasilan
mereka itu sudah tetap. Ada juga ibu hamil yang bukan PNS atau
dia cumin sebagai rumah tangga tapi suaminya PNS jadi kalu
saya bilan masyarakat disini itu rata-rata ekonomi mampu.”(AN,
Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“banyak disini PNS. Kalau bukan istrinya suaminya bahkan duaduanya PNS””(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa pola pencarian pelayanan kesehatan ibu
hamil berdasarkan sosial pendapatan ibuhamil rata-rata sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang ibu hamil dalam
melakukan
pemeriksaan
kehamilan
baik
kebidan
atau
kepuskesmas dan juga dukun, dimana sebagian besar pendapatan
ibu hamil ≥Rp2.000.000 per bulan.
3. Dukungan Keluarga
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan sosial sikap ibu hamil dalam melakukan Pencarian
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya. Untuk itu sikap ibu hamil
mengenai
pencarian
pelayanan
kesehatan
pemeriksaan
Kehamilan dapat dilihat pada ungkapkan oleh beberapa informan
berikut ini :
Hasil wawancara informan Suku Tolaki bahwa :
“pertama kali saya perg mencari playanan kesehatan di
puskesmas. Pertama kali saya diperiksa oleh ibu bidan di
puskesmas. Setalah itu saya pergi juga di posiandu, saya juga
91
kedukun karena kebiasaan keluarga kami setip hamil pergi
kedukun hal ini juga berdasarkan anjuran anggota keluarga
saya. kalau saya pergi sama bidan untuk periksa kandungan, di
bidan dia cek tensiku dia periksa kondisiku, dan bidan menyuruh
saya untuk menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup dan
kalau dukun biasa dia pegang-pegang perutta dan dia tiup-tiup
peritta baru dia kasi air baca –bacanya. Jadi kalua kita pergi
kedukun biasanya bawa air dibotol akua untuk bikin air bacabaca..” ”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan Suku Bugis bahwa :
“kalau saya selalunya kepuskesmas dulu memeriksakan
kesehatan. Kemudian saya juga kedukun karena kebiasaan
keluarga saya itu pasti kedukun juga untuk periksa kandungan
misalnya saya diurut dan ditiup-tiup. Bagusnya kedukun itu biar
malam bisa tpi kalau di puskesmas harus siang hari tidak bisa
malam. Tapi biasanya juga saya pergi kerumah bidan karena
bidanya baik dan mw mwlayani saya kalau saya pergi
dirumahnya. kalau saya pergi sama bidan untuk periksa
kandungan, di bidan dia cek tensiku dia periksa kondisiku, dan
bidan menyuruh saya untuk menjaga kesehatan dan istirahat
yang cukup dan kalau dukun biasa dia pegang-pegang perutta
dan dia tiup-tiup peritta baru dia kasi air baca –bacanya. Jadi
kalua kita pergi kedukun biasanya bawa air dibotol akua untuk
bikin air baca-baca..”(TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“kalau tradisi keluaraga saya sama dukun pergi periksa, sama
bidan atau di puskesmas juga pergi.sekarang itu kami percaya
pergi kepuskesmas atau bidan dan dukun. kalau saya pergi sama
bidan ituuuuu untuk periksa kandungan, di bidan dia cek tensiku
dia periksa kondisiku, dan bidan menyuruh saya untuk menjaga
kesehatan dan istirahat yang cukup dan kalau dukun biasa dia
pegang-pegang perutta dan dia tiup-tiup peritta baru dia kasi air
baca –bacanya. Jadi kalua kita pergi kedukun biasanya bawa air
dibotol akua untuk bikin air baca-baca.”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada Bidan bahwa :
“Sebenarnya masyarakat di disi itu suda mengerti bagaimana
pentingnya memeriksakan kesehatan kendungannya di
puskesmas ata kepada saya sebagai bidan disini. banyak yang
92
datang yang datang untuk memeriksakan kesehatanya baik itu
ibu hamil atau tidak. Biasanya juga mereka datang berobat
kalau sakit dan setelah saya tau rumah ibi hamil yang datang
periksakan kesehatanya biasannya saya pergi berkunjung
dirumah-rumahnya kalau mereka tidak datang karena saya
berpikir ini tugas saya sebagai bidan disini dan ini amah yang
diembankan kepada saya. Saya harus layani mereka dengan
baik”(AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“banyak yang datang dirumah sini untuk periksa kemahilanya
bahkan saya dipangil datang kerumah mereka. Saya biasanya
sama bidan disini. Orang-orang dini itu kalu hamil pasti pangil
saya juga. Biasanya kalu ada ibu yang melahirkan kita Samasama ji dengan bidan disini tolong””(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa sosial sikap pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan sudah memiliki sikap
yang baik dan pemeriksaan kehamilan dilakukan pada Bidan, dan
juga dukun. Hal yang melibatkan dukun dalam pemeriksaan
karena sebagimana tradisi yang dilakukan turun-temurun oleh
warga setempat. Hal yanh mendukung sikap seorang ibu hamil
untuk mencari pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kesehatanya adalah pengetahuan seoranh ibu sserta dorongan
yang cukup tinggi yang muncul dari diri seorang ibu hamil un tuk
memeriksakan kehamilanya.
4. Sikap
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan sosial sikap ibu hamil dalam melakukan Pencarian
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil dalam
93
memeriksakan kehamilannya. Untuk itu sikap ibu hamil
mengenai
pencarian
pelayanan
kesehatan
pemeriksaan
Kehamilan dapat dilihat pada ungkapkan oleh beberapa informan
berikut ini :
Hasil wawancara informan Suku Tolaki bahwa :
“semua keluarga saya mendukung saya ji untuk memeriksakan
kandungan saya, terutama suami saya selalu mengantar saya
setiap saya pergi periksa.pokonya keluarga saya semuanya itu
dukung saya.kalau saya minta antar prg kebidan selalu diantar,
kalau saya mw periksa kedukun selalu suami saya pergi jemput
dukun dia bawah dirmah sini.suami saya dan keluarga saya itu
selalu perhatian sekali sama saya”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan Suku Bugis bahwa :
“mereka selalu dukung saya. terutama suami saya karna baru
kehamilan pertama ini jadi dia jagai saya terus.saya minta
diantar kebidan dia antar. Keluarga saya itu mendukung
semua”(TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“iya tooooo.mereka selalu mendukung apa lagi mertua sayaaaa.
Oooohhh dia jagai saya terus. Pokonya kalau saya sakit kepala
saja dia suruh saya kebidan.kalau bukan bidan dia pergi jempu
dukun baru dia bawa dirumah. Semua keluarga saya itu selalu
mendukung”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada Bidan bahwa :
“pada dasarnya kan semua suami atau keluarga pasti
memperhatikan istri yang sedang hamil.baru saya liat
kebanyakan kalau mereka datang memeriksakan kandunganya
disini itu selalunya sama-sama suaminya. Bahkan suami yang
paling banyak pertanyaan tentang kondisi kesehatan kandungan
istrinya”(AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
94
“biasanya kan saya di pangil pergi kerumah mereka, biasa juga
ibu hamil disini itu mereka datang dirumah sini. Kalau saya di
pangil pergi kerumahnya pasti saya dijemput, tapi kalau mereka
datang drumah sini itu pasti diantara sama suami kalau bukan
datang sama mertua perempuanya dan ibunya””(IW, Agustus
2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa sosial dukungan keluarga pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan
memiliki dukungan keluarga yang cukup baik dan pemeriksaan
kehamilan selalu dilakukan pada Bidan, dan juga dukun. Hal
yang melibatkan dukun dalam pemeriksaan karena sebagimana
tradisi yang dilakukan turun-temurun oleh warga setempat.
b) Variabel Budaya
Budaya pada penelitian ini adalah rasa kepercayaan
masyarakat terhadap adat istiadat atau ritual yang berkembang di
masyarakat seperti ritual tujuh bulanan, totabik, dan laranganlarangan selama masa kehamilan yang dapat mempengaruhi proses
persalinan dan pemilihan untuk perawatan
kehamilan. Pola
Pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil yang dimaksud dalam
penelitian ini ialah Berdasarkan Budaya Pemeriksaan, Budaya
Perawatan, Budaya Pengobatan, Budaya Makanan pada saat hamil
dan budaya pada saat persiapan Persalinan.
1. Pemeriksaan kehamilan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Pemeriksaan kehamilan adalah Budaya
95
Pencarian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya sesuai dengan standart
pelayanan antenatal yang ditetapkan, dalam standart pelayanan
kebidanan.
Tabel 13. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pemeriksaan
Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2015
No
Pemeriksaan Kehamilan
Jumlah (n)
%
1
Baik
70
100
2
Kurang
0
0
Total
71
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
seluruh responden memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya pemeriksaan kehamilan ibu hamil
di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2015 dengan kategori baik yakni sebanyak 70 responden
(100%), sedangkan yang memiliki pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pemeriksaan kehamilan
ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 dengan kategori kurang tidak ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pemeriksaan
kehamilan ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
yang didapat seluruh
96
respnden atau ibu hamil pada kategori baik yaitu dengan jumlah
responden 70 responden (100%).
Hasil
penelitian
ini
menunjukan
bahwa
Budaya
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan di lakukan pada bidan
dan dukun. Pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan yaitu
mengecek kondisi dengan melihat kondisi pasien, mengukur
tekanan darah, mengukur lengan atas dan menganjurkan kepada
setiap ibu hamil untuk menjaga kesehatan kandungan dan
istirahat yang cukup. Adapun pemeriksaan yang dilakukan oleh
dukun yaitu dengan menyentuh perut ibu hamil dan meniup perut
ibu hamil kemudian dukun mmberiakan air do’a-do’a. Tujuan
diraba-raba oerut ibu hamil untuk mengetahui letak dan kondisi
bayi.
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa Budaya
pencarian pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan
dilakukan pada Bidan, dan juga dukun. Hal yang melibatkan
dukun dalam pemeriksaan karena sebagimana tradisi yang
dilakukan
turun-temurun
oleh
warga
setempat.
Adapun
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan bidan yaitu mengecek
kondisi dengan melihat kondisi pasien, mengukur tekanan darah
serta mengukur lengan atas. Adapun pemeriksaan yang dilakukan
oleh dukun yaitu dengan menyentuh perut ibu hamil untuk
97
mengetahui letak dan kondisi bayi, serta memberikan air yang di
do’a kan oleh dukun.
2. Pencarian pelayanan Kesehatan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya pencarian pelayanan kesehatan kehamilan
adalah budaya dalam memilih melakukan perawatan yang
dilakukan dalam tradisi sesuai dengan standart pelayanan
antenatal yang ditetapkan, dalam standart pelayanan kebidanan.
Tabel 14. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pencarian
Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lasolo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara Tahun 2015
No
1
2
Pencarian Pelayanan Kes.
Baik
Kurang
Total
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Jumlah (n)
70
0
71
%
100
0
100.0
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
seluruh responden memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya pencarian pemeriksaan kesehatan
ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 dengan kategori baik yakni sebanyak
70 responden (100%), sedangkan yang memiliki pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pencarian
pelayanan kehamilan ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan
98
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 dengan kategori
kurang tidak ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pencarian
pelayanan kehamilan ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
yang didapat
seluruh respnden atau ibu hamil pada kategori baik yaitu dengan
jumlah responden 70 responden (100%).
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa
Budaya pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan
kepada bidan di masa awal-awal kehamilan, dan pada masa akhir
kehamilan tetap menggunakan jasa dukun sebagai pembantu
bidan, salain karena tradisi, menggunakan jasa dukun juga dapat
menghemat biaya perawatan ibu hamil.
Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa pemeriksaan
yang dilakukan bidan yaitu mengukur tensi darah, memberikan
vitamin, tablet Fe, suntikan tetanus toksis, serta anjurkan untuk
rutin keposyandu. Perawatan yang dilakukan oleh dukun yaitu
memperbaiki letak janin, pemberian air do’a, seerta memberikan
wejangan kepada keluarga mengenai pantangan sesuai tradisi
yang tidak boleh ibu hamil lakukan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden
Budaya pencarian pelayanankesehatan dilakukan kepada bidan di
99
masa awal-awal kehamilan, dan pada masa akhir kehamilan tetap
menggunakan jasa dukun yang di utamakan, salain karena tradisi,
menggunakan jasa dukun juga dapat menghemat biaya perawatan
ibu hamil. Adapun perawatan yang dilakukan bidan yaitu
mengukur tensi darah, memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan
tetanus toksis, serta anjurkan untuk rutin keposyandu. Perawatan
yang dilakukan oleh dukun yaitu memperbaiki letak janin,
pemberian air do’a, seerta memberikan wejangan kepada
keluarga mengenai pantangan sesuai tradisi yang tidak boleh ibu
hamil lakukan.
3. Pengobatan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Pengobatan adalah budaya pengobatan
dilakukan yang sesuai dengan standart pelayanan kesehatan yang
ditetapkan, dalam standart pelayanan kebidanan.
Tabel 15. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pengobatan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
No
Pengobatan
Jumlah (n)
%
1
Baik
70
100
2
Kurang
0
0
Total
71
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
seluruh responden memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya pengobatan ibu hamil di wilayah
100
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori baik yakni sebanyak 70 responden (100%),
sedangkan yang memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya pengobatan ibu hamil di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang tidak ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pengobatan
ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat seluruh respnden atau
ibu hamil pada kategori baik yaitu dengan jumlah responden 70
responden (100%).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Budaya pencarian
pengobatan ibu hamil dilakukan tetap menggabungkan antara
bidan dan dukun atau menggabungkan pengobatan tradisional
dan moderen. Karena adanya anggapan oleh masyarkat bahwa
ada beberapa penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan
petugas kesehatan dan ada juga penyakit yang hanya bisa
disembuhkan oleh dukun.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan juga
bahwa Budaya pencarian pelayanan kesehatan untuk pengobatan
yang diberikan oleh bidan yaitu pemberian vitamin, suntikan dan
obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu hamil,
101
serta
dianjurkan untuk
lebih banyak beristirahat, makan
makanan bergizi, dan taklupa minum susu ibu hamil. Adapun
pengobatan yang diberikan oleh dukun yaitu memberikan jamu,
ramuan-ramuan tradisional dari daun-daunan yang telah di do’a
kan serta air yang sudah di baca-bacakan pake doa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya pencarian
pengobatan ibu hamil dilakukan tetap menggabungkan antara
bidan dan dukun atau menggabungkan pengobatan tradisional
dan moderen. Karena adanya anggapan oleh masyarkat bahwa
ada beberapa penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan
petugas kesehatan dan ada juga penyakit yang hanya bisa
disembuhkan oleh dukun. Adapun Pengobatan yang diberikan
oleh bidan yaitu pemberian vitamin, suntikan dan obat-obatan
yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu hamil, serta
dianjurkan untuk
lebih banyak beristirahat, makan makanan
bergizi, dan taklupa minum susu ibu hamil. Adapun pengobatan
yang diberikan oleh dukun yaitu memberikan jamu, ramuanramuan tradisional dari daun-daunan yang telah di do’a kan serta
air yang sudah di baca-bacakan pake doa.
4. Budaya Makanan
Pola
Pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Makanan pada saat hamil adalah budaya
dalam memperoleh informasi terhadap Makanan yang dianjurkan
102
pada saat hamil yang sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan.
Tabel 16. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya Makan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
No
Budaya Makan
Jumlah (n)
%
1
Baik
70
100
2
Kurang
0
0
Total
71
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
seluruh responden memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya makan ibu hamil di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori baik yakni sebanyak 70 responden (100%),
sedangkan yang memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya makan ibu hamil di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang tidak ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya makan ibu
hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara Tahun 2015 yang didapat seluruh respnden atau ibu hamil
pada kategori baik yaitu dengan jumlah responden 70 responden
(100%).
103
Hasil penelitian ini didapatka bahwa Budaya makanan
kehamilan lebih banyak mendengar dari posiandu yaitu oleh ibu
bidan. Tapi masih ada juga informasi yang di peroleh keluarga
secara turun temurun mengenai pantangan makanan ibu hamil.
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya Makanan yang dianjurkan oleh bidan
yaitu makan sehat dan bergizi yang lengkap seperti ikan dan
sayuran segar dan buah. Adapun makan yang dianjurkan secara
turun temurun yaitu memperbanyak makanan yang berserat dan
berlendir.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya makanan
kehamilan lebih banyak mendengar dari posiandu yaitu oleh ibu
bidan dan tenaga kesehatan lainya. Tapi masih ada juga
informasi yang di peroleh keluarga secara turun temurun
mengenai pantangan makanan ibu hamil. Adapun Makanan yang
dianjurkan oleh bidan yaitu makan sehat dan bergizi yang
lengkap seperti ikan dan sayuran segar dan buah. Adapun makan
yang dianjurkan secara turun temurun yaitu memperbanyak
makanan yang berserat dan berlendir.
5. Persalinan
Pola
Pencarian
pelayanan
kesehatan
ibu
hamil
berdasarkan budaya pada saat persiapan Persalinan adalah budaya
104
dalam melakukan persiapan persalian ibu hamil yang merupakan
satu bagian dari pelayanan antenatal care.
Tabel 17. Distribusi Responden Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasolo
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2015
No
Persalinan
Jumlah (n)
%
1
Baik
70
100
2
Kurang
0
0
Total
71
100.0
Sumber : Data Primer, Agustus 2015
Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 70 responden (100%)
seluruh responden memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya persalinan ibu hamil di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori baik yakni sebanyak 70 responden (100%),
sedangkan yang memiliki pola pencarian pelayanan kesehatan
ibu hamil berdasarkan budaya persalian ibu hamil di wilayah
Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dengan kategori kurang tidak ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya persalinan
ibu hamil di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat seluruh respnden atau
ibu hamil pada kategori baik yaitu dengan jumlah responden 70
responden (100%).
105
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Budaya pencarian
pelayanan kesehatan untuk ibuhamil pada persiapan persalinan
dialakukan kepada bidan dan dukun terlatih yang bekerja sama.
Hasil penelitian ini didapatkan juga bahwa Persiapan dalam
pelaksanan persalianan tidak terlalu bayak yang dilakukan karena
kebanyakan dari pasien melaksanakan persalinan dirumah sendiri
hanya di anjurkan untuk
banyak-banyak beristirahat dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya persiapan
persalinan dialakukan kepada bidan dan dukun terlatih yang
bekerja sama. Persiapan dalam pelaksanan persalianan tidak
terlalu bayak yang dilakukan karena kebanyakan dari pasien
melaksanakan persalinan dirumah sendiri hanya di anjurkan
untuk
banyak-banyak beristirahat
serta selalu menjaga
kesehatanya.
1. Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan
Budaya Pemeriksaan Kehamilan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Pemeriksaan kehamilan adalah Budaya
Pencarian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan, dalam standar pelayanan
kebidanan. Untuk itu Kemana pencarian pelayanan kesehatan
106
pemeriksaan Kehamilan. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa
informan berikut ini :
Hasil wawancara informan Suku Tolaki bahwa :
“pertama kali saya perg mencari playanan kesehatan di
puskesmas. Pertama kali saya diperiksa oleh ibu bidan di
puskesmas. Setalah itu saya pergi juga di posiandu, saya juga
kedukun karena kebiasaan keluarga kami setip hamil pergi
kedukun hal ini juga berdasarkan anjuran anggota keluarga
saya ”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan Suku Bugis bahwa :
“kalau saya selalunya kepuskesmas dulu memeriksakan
kesehatan. Kemudian saya juga kedukun karena kebiasaan
keluarga saya itu pasti kedukun juga untuk periksa kandungan
misalnya saya diurut dan ditiup-tiup. Bagusnya kedukun itu biar
malam bisa tpi kalau di puskesmas harus sianghari tidak bisa
malam. Tapi biasanya juga saya pergi kerumah bidan karena
bidanya baik dan mw mwlayani saya kalau saya pergi
dirumahnya.”(TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku Muna
berikut :
“kalau tradisi keluaraga saya sama dukun pergi periksa, sama
bidan atau di puskesmas juga pergi.sekarang itu kami percaya
pergi kepuskesmas atau bidan dan dukun”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada Bidan bahwa :
“Sebenarnya masyarakat di disi itu suda mengerti bagaimana
pentingnya memeriksakan kesehatan kendungannya di
puskesmas ata kepada saya sebagai bidan disini. banyak yang
datang yang datang untuk memeriksakan kesehatanya baik itu
ibu hamil atau tidak. Biasanya juga mereka datang berobat
kalau sakit dan setelah saya tau rumah ibi hamil yang datang
periksakan kesehatanya biasannya saya pergi berkunjung
dirumah-rumahnya kalau mereka tidak datang karena saya
berpikir ini tugas saya sebagai bidan disini dan ini amah yang
diembankan kepada saya. Saya harus layani mereka dengan
baik”(AN, Agustus 2015)
107
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“banyak yang datang dirumah sini untuk periksa kemahilanya
bahkan saya dipangil datang kerumah mereka. Saya biasanya
sama bidan disini. Orang-orang dini itu kalu hamil pasti pangil
saya juga. Biasanya kalu ada ibu yang melahirkan kita Samasama ji dengan bidan disini tolong””(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya pencarian untuk pemeriksaan
kehamilan dilakukan pada Bidan, dan juga dukun. Hal yang
melibatkan dukun dalam pemeriksaan karena sebagimana tradisi
yang dilakukan turun-temurun oleh warga setempat.
Adapun Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan masingmasing informan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut:
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“kalau saya pergi sama bidan untuk periksa kandungan, di bidan
dia cek tensiku dia periksa kondisiku, dan bidan menyuruh saya
untuk menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup. (SU,
Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku bugis bahwa :
“kalau dukun biasa dia pegang-pegang perutta dan dia tiup-tiup
peritta baru dia kasi air baca –bacanya. Jadi kalua kita pergi
kedukun biasanya bawa air dibotol akua untuk bikin air bacabaca..” (TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku Muna
berikut :
“biasanya dukun, dia raba-raba perut saya kemudian dia tekantekan, kalau letaknya bayi katanya dukun salah dia perbaiki
108
dengan cara mengurut, kalau sama bidan dia periksa tensiku
kemudian ” (AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci Pada bidan bahwa :
”Kalau saya biasa periksa itu bisanya cek-cek kondisinya
mereka, bagaimana tekanan daranya apakah sehat-sehat atau
tidak, dan biasanya kalau ada juga yang saya sarankan untuk
menjaga kesehatan mereka, pokoknya saya selalu anjurkan
mereka untuk menja kesehatan kandungn mereka n saya tidak
lupa menyurh mereka untuk istirahat cukup karena ada yang
kandunganya lemah......” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
““”biasanya saya periksa kandunganya itu dengan tanganku ji.
Saya urut-urut perutnya, hhhhhmmm saya tiup-tiup juga.
Biasanya itu saya periksa letak bainya, kalau letaknya salah z
urut-urut pelan-pelan supaya letaknya bagus jadi pada saat
melahirkan dengan baik dan lancar....”(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan
bahwa
Budaya
pemeriksaan
kehamilan
yang
dilakukan bidan yaitu mengecek kondisi dengan melihat kondisi
pasien, mengukur tekanan darah, mengukur lengan atas dan
menganjurkan kepada setiap ibu hamil untuk menjaga kesehatan
kandungan dan istirahat yang cukup. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan oleh dukun yaitu dengan menyentuh perut ibu hamil dan
meniup perut ibu hamil kemudian dukun mmberiakan air do’ado’a. Tujuan diraba-raba oerut ibu hamil untuk mengetahui letak
dan kondisi bayi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya pencarian
pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan dilakukan pada
Bidan, dan juga dukun. Hal yang melibatkan dukun dalam
109
pemeriksaan karena sebagimana tradisi yang dilakukan turuntemurun oleh warga setempat. Adapun pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan bidan yaitu mengecek kondisi dengan melihat
kondisi pasien, mengukur tekanan darah serta mengukur lengan
atas. Adapun pemeriksaan yang dilakukan oleh dukun yaitu dengan
menyentuh perut ibu hamil untuk mengetahui letak dan kondisi
bayi, serta memberikan air yang di do’a kan oleh dukun.
2. Pola pencaria Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan
Budaya Perawatan kehamilan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya pencarian pelayanan kesehatan kehamilan
adalah budaya dalam memilih melakukan perawatan yang
dilakukan dalam tradisi sesuai dengan standart pelayanan
antenatal yang ditetapkan, dalam standart pelayanan kebidanan.
Untuk itu Kemana Dilakukan Perawatan Kehamilan. Hal ini di
ungkapkan oleh beberapa informan berikut ini.
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“saya pergi ke puskesmas banyak kalinya karena kandungan
saya lemah. Saya juga pergi sama bidan yang ada disini, kalau
sama dukun hanya 2 kali saya pernah juga pergi periksa …waktu
sama bidan saya pergi itu pada umur kehamilan pertama karena
saya muntah-muntah terus, kemudian setiap saya meresa tidak
sehat atu perasaanq saya rasa tidak enak saya pergi
kepuskesmas atau kebidan untuk periksa, kalo sama dukun nanti
umur kehamilan saya 3 dan 5 bulan sampai mau melahirkan dan
biasanya juga pada saat melahirkan juga. Biasanya ji begitu..”
(SU, Agustus 2015)
110
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“saya pergi periksa kandunganq kalau saya tidak salah
umuuuuurrrr 3 bulan setelah itu pada saat posyiandu saya juga
pergi dan biasanya juga saya pergi kerumah bidan disini karena
dekat dengan rumahq. Kalauuuuu Sama dukun saya pergi umur
kandunganku itu 4 bulan kayanya. Saya agak lupa-lupa
mi,sebenarnya mauku saya kebidan saja tpi karna kebiasan kita
disini pergi kedukun makanya saya jiga pergi periksa
kandunganq.” (TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku Muna
berikut :
“bisanya to kalau salah satu diantara keluarga kami sakit di
kasi biardulu kalau uda dilihat agak parah kita kepuskesmas mi
atau kebidan tapi lw saya langsung kepuskesmas atau kebidan
untuk pertma saya periksakan kandunganq…..setelah itu
kedukun juga soalnya tradisinya dalam keluarga soalnya disuruh
juga sama orng tuaq, tradisi kami disini tidak terlepas dengan
dukun....” (AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
“saya perhatikan ibu-ibu hamil disini itu mereka jalani duaduanya yaitu bidan dan dukun juga tempat perawatan
kehamilannya, dukun disini juga sudah terlatih mi jadi saya tidak
khawatirkan juga kalau da tangani pasien dan saya juga
biasanya kerja sama sama dukun disini” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“ibu hamil disini itu sering periksa sama saya tapi mereka juga
ke puskesmas dan juga kebidan karena disini ada bidan dan
dekat juga dengan puskesmas.”(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya pencarian pelayanan kesehatan untuk
Perawatan kehamilan dilakukan kepada bidan di masa awal-awal
kehamilan, dan pada masa akhir kehamilan tetap menggunakan
jasa dukun sebagai pembantu bidan, salain karena tradisi,
111
menggunakan jasa dukun juga dapat menghemat biaya perawatan
ibu hamil.
Adapun Perawatan seperti apa yang dilakukan masingmasing informan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut:
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“Perawatanya dia itu kita di suntik vitamin dan dikasi tablet Fe
waktu di bidan dan kalau dukun dia urut perutnya kita dan dia
tiup-tiup dengan doa”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“biasanya saya kalau dukun dia perutta dan memperbaiki letak
janin dan baca-bacakan air untuk diminum ji….”…(TR, Agustus
2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku Muna
berikut :
“Biasanya dukun dia mengingatkan utuk suami saya tidak
membunuh hewan karena katanya kalau membunuh hewan pada
saat istri hamil maka bayinya akan cacat, terus kita dilarang
keluar malam apa lagi keluar pada saat magrib” (AK, Agustus
2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
”Kalau saya perawatan yang saya berikan itu dari tensi darah,
memberikan vitamin, suntikan tetanus toksis dan anjurkan untuk
rutin keposyandu” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“saya urut-urut perutnya mereka kemudian saya tiup-tiup dan
saya bikinkan air untuk diminum”(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan yang dilakukan bidan yaitu
112
mengukur tensi darah, memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan
tetanus toksis, serta anjurkan untuk rutin keposyandu. Perawatan
yang dilakukan oleh dukun yaitu memperbaiki letak janin,
pemberian air do’a, seerta memberikan wejangan kepada
keluarga mengenai pantangan sesuai tradisi yang tidak boleh ibu
hamil lakukan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya Perawatan
kehamilan dilakukan kepada bidan di masa awal-awal kehamilan,
dan pada masa akhir kehamilan tetap menggunakan jasa dukun
yang di utamakan, salain karena tradisi, menggunakan jasa dukun
juga dapat menghemat biaya perawatan ibu hamil. Adapun
perawatan yang dilakukan bidan yaitu mengukur tensi darah,
memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan tetanus toksis, serta
anjurkan untuk rutin keposyandu. Perawatan yang dilakukan oleh
dukun yaitu memperbaiki letak janin, pemberian air do’a, seerta
memberikan wejangan kepada keluarga mengenai pantangan
sesuai tradisi yang tidak boleh ibu hamil lakukan.
3. Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan
Budaya Pengobatan
Pola
pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Pengobatan adalah budaya pengobatan
dilakukan yang
sesuai dengan standart pelayanan kesehatan
yang ditetapkan, dalam standart pelayanan kebidanan. Untuk itu
113
Kemana Dilakukan Pengobatan Kehamilan. Hal ini di ungkapkan
oleh beberapa informan berikut ini,
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“Waktu merasa sakit dan saya merasa tidak enak badan saya
langsung pergi sama bidan kemudian kedukun untuk tiup-tiup
soalnya suda biasa mi juga kedukun,,,” (SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“pertama saya merasa tidak sehat apalagi waktu itu saya
muntah-munrah saya langsung kepuskesmas, kandeat puskesmas
disini terus kalau saya merasa tidak enak badan saya pergi
kebidan. Kan disini kita ada dukun yang sudah biasa periksa
kandungan jadi saya juga kedukun dan biasa dukun sendri yang
datang drumah tinggal kita pergi kasi tau atau panggil” (TR,
Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“bidan cocok juga saya dengan obatnya kalau saya pergi
berobat sama bidan, begitu pula juga dengan dukun saya cocok
juga sama dia pergi berobat, yang jelasnya saya berobat keduaduanya.” (AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
“Biasanya warga disini itu memadukan memilih bidan dan dukun
karena mereka padukan antara pengobatan tradisional dan
pengobatan kesehatan sekarang apalagikan orang-orang disini
suda mengerti dan tau pentingnya fasilitas kesehatan untuk
pengobatan mereka. Masyarakat disini itu memadukan dukun
dengan bidan karena mereka menganggap bahwa ada beberapa
penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan pihak
kesehatanatau bidan disini dan ada juga penyakit yang tidak
disembuhkan oleh dukun”(AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“kan biasanya ada penyakit yang biasa terjadi dari setan jadi
biasanya itu datang kesaya untuk berobat.karena kita harus tiup-
114
tiup dia baru sembuh. Kalau di puskesmas kan tidak bisa
sembuhkan sakit kaya begitu..”(IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya pencarian pengobatan ibu hamil
dilakukan tetap menggabungkan antara bidan dan dukun atau
menggabungkan pengobatan tradisional dan moderen. Karena
adanya anggapan oleh masyarkat bahwa ada beberapa penyakit
yang hanya bisa disembuhkan dengan petugas kesehatan dan ada
juga penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh dukun.
Adapun Pengobatan seperti apa yang dilakukan masingmasing informan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut:
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“biasanya ji obat-obat yang diberikan oleh bidan seperti obat
vitamin, tablet Fe sedangkan dukun diberikan air yang sudah
ditiup, ramu-ramuan yang dari rumput-rumputan dan Jamu.”
(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“Dukun disini itu dia kasih air yang sudah dibaca-bacai kadang
dia tiup kita punya perut, ramuan-ramuan seperti jamu,” (TR,
Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“sama bidan kita berobat dia kasih obat vitamin, obat tablet Fe,
kalau dukun hanya air yang sudah ditiup-tiup dan ramuanramuan dari rumput-rumputan” (AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
115
”Kalau ibu hamil sakit biasanya saya kasi pengobatan konsumsi
Vitamin A, tablet FE, suntik TFT dan dianjurkan lebih banyak
beristirahat serta makan makanan bergizi, susu ibu hamil, sayursayuran,..” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“biasanya saya tiup-tiup dengan doa dan saya kasih air untukdia
minum yang sudah saya kasi doa-doa” (IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya pencarian pelayanan kesehatan untuk
Pengobatan yang diberikan oleh bidan yaitu pemberian vitamin,
suntikan dan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang
diderita ibu hamil, serta
dianjurkan untuk
lebih banyak
beristirahat, makan makanan bergizi, dan taklupa minum susu
ibu hamil. Adapun pengobatan yang diberikan oleh dukun yaitu
memberikan jamu, ramuan-ramuan tradisional dari daun-daunan
yang telah di do’a kan serta air yang sudah di baca-bacakan pake
doa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya pencarian
pengobatan ibu hamil dilakukan tetap menggabungkan antara
bidan dan dukun atau menggabungkan pengobatan tradisional
dan moderen. Karena adanya anggapan oleh masyarkat bahwa
ada beberapa penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan
petugas kesehatan dan ada juga penyakit yang hanya bisa
disembuhkan oleh dukun. Adapun Pengobatan yang diberikan
oleh bidan yaitu pemberian vitamin, suntikan dan obat-obatan
116
yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu hamil, serta
dianjurkan untuk
lebih banyak beristirahat, makan makanan
bergizi, dan taklupa minum susu ibu hamil. Adapun pengobatan
yang diberikan oleh dukun yaitu memberikan jamu, ramuanramuan tradisional dari daun-daunan yang telah di do’a kan serta
air yang sudah di baca-bacakan pake doa.
4. Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan
budaya Makanan pada saat hamil.
Pola
Pencarian
Pelayanan
kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Budaya Makanan pada saat hamil adalah budaya
dalam memperoleh informasi terhadap Makanan yang dianjurkan
pada saat hamil yang sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan. Untuk itu Kemana diperoleh informasi makanan
Kehamilan. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa informan berikut
ini,
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
”kalau makan dikasi tau sama orangtuaq dan saya mencari
informasi makan yang di anjurkan saat hamil sama bidan yang
sering saya pergi berobat”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“Biasa dari tradisi turun temurun keluarga ku kalau mengenai
pantangan pantangan begitu”(TR Agustus 2015)
117
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“Kalau makanan yang di anjurkan saat hamil ada biasanya
sudah tradisi keluagami baru dukun juga kasitau begitu, tapi
kalau saya pergi posiandu atau kebidan saya biasa dengarji juga
apa yang dia bilang bidan tapi sama ji menurut saya”(AK,
Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
”Ada bisa makan-makanan sehat yang saya sarankan untuk
mereka tapi kelihatnya ada memangmi juga yang mereka ikuti
dari tradisinya mereka. Kayanya mereka sudah tau makanan
pantangan bagi mereka yang sdang mengandung”(AN, Agustus
2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“saya selalu kasi tau mereka yang datanag berobat kesayaa
karena pengalan saya yang dari dulu dari pengalaman –
pengalaman orang tua dulu, jadi saya kasitau diorang yang
datang atau pangil saya...” (IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya makanan kehamilan lebih banyak
mendengar dari posiandu yaitu oleh ibu bidan. Tapi masih ada
juga informasi yang di peroleh keluarga secara turun temurun
mengenai pantangan makanan ibu hamil.
Adapun makanan apa saja yang dianjurkan seperti yang
diungkapkan oleh informan berikut:
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“makanan yang dianjurkan,seperti makan yang bergizi nasi, ikan
dan sayur-mayur, iayhh…ada juga makanan yg dipantang pada
saat hamil seperti dilarang makan ikan gurita, udang dan yang
118
lainnya, dilarang minum minuman yang bersoda” (SU, Agustus
2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“Kalau dukun dia sarankan makan makanan yang berserat dan
berlendir supaya persalinan itu lancar dan dukun dia larang kita
untuk makan dikamar, katanya nanti melahirkan baku cmpur
dngan kotoranya kita. Tapi itu betul ji kasian soalnya sudah ad
buktunya katanya dukun disini.” (TR, Agustus 2015)
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“makanan yang dianjurkan itu seperti perbanyak makan nasi,
sayur dan ikan, namun ikan tidak segala jenis ikan, sedangkan
makanan yang dipantang seperti pepaya, durian, pisang, dan
terung. ” (AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada bidan bahwa :
”biasa saya anjurkan minum susu ibu hamil, makan sehat
hindari dulu makanan tidak sehat kalau bisa makan berprotein
dan gizi baik supaya janinnya sehat dan ibunya juga sehat. Saya
selalu anjurkan seperti itu sama mereka” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“ya….paling banyak itu yang berlendir-lendir.” (IW, Agustus
2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya Makanan yang dianjurkan oleh bidan
yaitu makan sehat dan bergizi yang lengkap seperti ikan dan
sayuran segar dan buah. Adapun makan yang dianjurkan secara
turun temurun yaitu memperbanyak makanan yang berserat dan
berlendir.
119
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya makanan
kehamilan lebih banyak mendengar dari posiandu yaitu oleh ibu
bidan dan tenaga kesehatan lainya. Tapi masih ada juga
informasi yang di peroleh keluarga secara turun temurun
mengenai pantangan makanan ibu hamil. Adapun Makanan yang
dianjurkan oleh bidan yaitu makan sehat dan bergizi yang
lengkap seperti ikan dan sayuran segar dan buah. Adapun makan
yang dianjurkan secara turun temurun yaitu memperbanyak
makanan yang berserat dan berlendir.
5. Pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan
Budaya pada saat Persiapan Persalinan
Pola
Pencarian
pelayanan
kesehatan
ibu
hamil
berdasarkan budaya pada saat persiapan Persalinan adalah
budaya dalam melakukan persiapan ibu yang merupakan satu
bagian dari pelayanan antenatal care. Untuk itu Kemana
persiapan persalinan direncanakan. Hal ini di ungkapkan oleh
beberapa informan berikut ini,
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“Biasa dirumah dan di tangani bidan karena bidan sudah
berpengalaman, dan dukun juga dukun terlatih, lagian mereka
kerja sama jadi saya tidak ragukan mi antara bidan dan dukun
ketika menangani pasien”(SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
“kalau saya ditangani oleh bidan dengan dukun. Mereka kerja
sama, pokonya bidan dengan dukun…”(TR, Juli 2015)
120
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“saya pilih bidan karena bidan sudah berpengalaman juga, dan
saya pilih dukun sudah dukun terlatih baru senior mhe banyak
pengalamannya. Pokonya dua-duanya”(AK, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci Pada bidan bahwa :
”Biasaya warga sini mereka padukan bidan dan di bantu dukun
berpengalaman karna mau bagaimana juga tradisinya mereka
slalu ada dukun.. Kebanyakan
pasien-pasien disini itu
dirumahnya sendiri melakukan persalinan, jarang dipuskesmas
jadi mereka itu pangil saya dengan dukun juga”(AN, Agustus
2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
“kebanyakan mereka disini diruma kalau melahirkan. Saya
datang dijemput lau sudah mau melahirkan” (IW, Agustus 2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Budaya pencarian pelayanan kesehatan
untuk ibuhamil pada persiapan persalinan dialakukan kepada
bidan dan dukun terlatih yang bekerja sama..
Adapun apa saja persiapan persalinan yang dilakukan
seperti apa yang dilakukan masing-masing informan bahwa
seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:
Hasil wawancara informan suku Tolaki bahwa :
“biasanya kalau bidan dia suruh banyak- banyak beristirahat
supaya pas mau belahirkan juga kita kuat dan selalu makan
makanan yang bergizi” (SU, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan suku Bugis bahwa :
”Tidak terlu banyak bagaimana karena dirumaji ji kita
melahirkan”.” (TR, Agustus 2015)
121
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan informan Suku
Muna berikut :
“selalu dirumah ji karena disini itu rata-rata dirumah” (AK,
Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci Pada bidan bahwa :
”Biasanya saya menganjurkan untuk banyak ber istirahat dan
makan makanan yang bergizi supaya ibu hamil sehat terus dan
ketika melahirkan ibu hamil sangat kuat.” (AN, Agustus 2015)
Hasil wawancara informan kunci pada dukun bahwa :
”biasanya kita kerjasama mi sama bidan dIsini karena suda
biasa mi dini begitu kalu ada yang melahirkan..” (IW, Agustus
2015)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat
disimpulkan bahwa Persiapan dalam pelaksanan persalianan
tidak terlalu bayak yang dilakukan karena kebanyakan dari
pasien melaksanakan persalinan dirumah sendiri hanya di
anjurkan untuk banyak-banyak beristirahat dan mengkonsumsi
makanan yang bergizi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Budaya persiapan
persalinan dialakukan kepada bidan dan dukun terlatih yang
bekerja sama. Persiapan dalam pelaksanan persalianan tidak
terlalu bayak yang dilakukan karena kebanyakan dari pasien
melaksanakan persalinan dirumah sendiri hanya di anjurkan
untuk
banyak-banyak beristirahat
kesehatanya.
serta selalu menjaga
122
C. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian mengenai Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial, Dan Budaya Masyarakat Di
Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
dinilai dari aspek Sosial dan Budaya adalah sebagai berikut :
1.
Sosial
Sosial pada penelitian ini adalah ruang lingkup atau kehidupan
sosial masyarakat seperti (Dukungan keluarga, Pendapatan,Pengetahuan
dan Sikap) yang terkesan tertutup untuk menerima hal-hal baru yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, sehingga mempengaruhi perilaku
masyarakat (keluarga) mengambil keputusan yang tepat untuk mencari
pelayaanan kesehatan guna untuk memeriksakan kehamilannya.
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan
Keluarga pada Pola pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil variabel
Sosial, Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang diperoleh sebagian besar berada pada
kategori baik (88.6%). Hasil penelitian Pendapatan pada Pola pencarian
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial Masyarakat di
Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
diperoleh sebagian besar berada pada kategori cukup (80%). Hasil
penelitian Pengetahuan pada Pola pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil Berdasarkan Sosial Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang diperoleh sebagian
123
besar berada pada kategori baik (84.3%). Hasil penelitian Sikap pada Pola
Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial, dan
Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 diperoleh sebagian besar berada pada kategori
Baik (54,3%).
Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Burhaeni (2013),
mendapatkan 67,4% responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal
mendapat dukungan dari keluarga dan 32,9 % tidak memanfaatkan
pelayanan antenatal karena tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.
Penelitian lain oleh (Nilasari, 2013), menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan
antenatal.
Banyak
faktor
yang
dapat
menyebabkan
ibu
hamil
memanfaatkan pelayanan, salah satunya faktor psikologis, dimana
dukungan moral dari suami/keluarga memiliki andil yang besar.
Mengenai pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil
berdasarkan sosial masyarakat di wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 dianalisis dari dukungan keluarga,
pendapatan, dan sikap adalah sebagai berikut:
a. Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga adalah keikutsertaan keluarga memberikan
nasehat
atau
kehamilannya.
informasi
untuk
memilihkan
tempat
perawatan
124
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan Keluarga pada
Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil Berdasarkan
Sosial Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar responden
memiliki dukungan keluarga yang baik dengan jumlah sebanyak 62
responden (88,6%).
Dukungan keluarga sangatlah penting dalam pengambilan
keputusan pada penentu pada ibu hamil untuk mencari pelayanan
kesehatan meskipun keluarga tidak ikut langsung untuk mengantarkan
kepelayanan kesehatan karena ada kesibukan tertentu, namun keluarga
sangat memdukung untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada
ibu hamil untuk mencari pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kesehatan kehamilanya serta dapat memberikan dorongan moril serta
semangat serta kepercayaan tehadap si ibu hamil.
Hal ini senada dengan Hasil penelitian Sutrisno (1997) dalam
penelitiannya di Kabupaten Purworejo menyebutkan bahwa suami,
orang tua dan mertua adalah anggota kelompok referensi yang paling
seringmemberikan anjuran memilih tenaga penolong persalinan. Selain
suami, orang tua dan mertua, kader kesehatan dan dukun merupakan
kelompok yang sering memberikan anjuran dalam pemilihan tenaga
penolong persalinan.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa
mertua
sangat
berperan
dalam
menentukan,
para orang tua/
menasehati
dan
125
menyarankan anaknya/menantunya untuk periksa hamil pada bidan
atau memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan (Muis, 1996).
Sedangkan penelitian Sutrisno (1997) dalam penelitiannya di
Kabupaten Purworejo juga mengungkapkan bahwa suami, orang tua
dan mertua adalah anggota kelompok referensi yang paling sering
memberikan anjuran memilih tenaga penolong persalinan. Susilowati
(2001) dalam penelitiannya di Kabupaten Semarang juga menemukan
bahwa suami sangat dominan dalam pengambilan keputusan rumah
tangga sehari-hari, tetapi dalam menentukan penolong persalinan dan
tempat bersalin yang dominan adalah orang tua dan mertua. Pada saat
menghadapi masalah medis persalinan masih diperlukan musyawarah
keluarga untuk merujuk ibu bersalin ke rumah sakit.
Walaupun pengetahuan ibu baik, sikap yang positif, akses
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh ibu bersalin dan
masyarakat lainnya serta informasi yang didapatkan cukup tetapi jika
tidak ada dukungan dari keluarga, maka pemanfaatan fasilitas
persalinan yang memadai tidak terwujud sesuai harapan. Sehingga
semua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Keluarga dan suami dapat berperan aktif dalam memberikan
dukungan kepada ibu hamil dalam memilih pelayanan. Peran dan
tanggung jawab laki-laki dalam kesehatan reproduksi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan perempuan. Keputusan penting seperti
siapa yang akan menolong persalinan, kebanyakan masih ditentukkan
126
secara sepihak oleh suami. Dukungan suami sewaktu istri melahirkan
yaitu memastikan persalinan yang aman oleh tengaa kesehatan, antara
lain menjamin bahwa penolong persalinan adalah oleh bidan atau
dokter, menyediakan dana, perlengkapan dan transportasi yang
dibutuhkan, serta mendampingi selaa proses persalinan berlangsung
dan mendukung upaya rujukkan bila diperlukan.
Budaya dalam keluarga (tradisi turun temurun) berpengaruh
langsung terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan, karena
kondisi-kondisi umum dari peristiwa kehamilan dan persalinan
tersebut diintreprestasikan
berbeda menurut kebudayaan yang
berbeda. Pencarian pelayanan kesehatan untuk melakukanpemeriksaan
kehamilan sejak awal kehamilan terjadi hingga pasca persalinan biasa
dilakukan di rumah dengan dibantu seorang dukun. Pada kesempatan
itu anggota keluarga seperti ibu, suami, serta saudara dan kerabat
memainkan peranan tertentu sebagai penyembuh. Pengambilan
keputusan yang optimal menurut Robbins (2000) adalah rasional.
Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten
dalam batas-batas tertentu.
Dalam keluarga, suami mempunyai peranan yang penting yakni
sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga, suami mempunyai
hak untuk mendukung ataupun tidak mendukung apa yang dilakukan
oleh istri, kecuali istri memberikan penjelasan atau alasan yang tepat
127
mengenai apa yang dilakukan sehingga suami mengerti (Wahyuni,
2010).
Dukungan suami dan istri dalam pengambilan keputusan dalam
keluarga khususnya dalam membawa balitanya di posyandu guna
untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap. Para suami diharapkan
dapat berpikir logis untuk mengizinkan istrinya membawa bayinya
diposyandu guna untuk melindungi kekebalan tubuh si anak terhadap
segala penyakit. Kelengkapan immunisasi berkaitan dengan angka
kejadian penyakit infeksi. Imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah penyakit dan
kematian bayi atau anak. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
kelengkapan imunisasi tidak terbukti meningkatkan risiko terhadap
kematian bayi, tetapi dalam analisis bivariat menunjukkan imunisasi
yang tidak lengkap meningkatkan risiko 4,7 kali kematian bayi
dibandingkan dengan imunisasi yang lengkap.
Selain dukungan keluarga, hal yang sangat berpengaruh juga
adalah dukungan dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat baik
tokoh formal maupun tokoh informal, seperti yang didukung oleh
Sopacua (2005), penurunan AKI dengan memakai metode pendekatan
rembug (musyawarah) melalui strategi segitiga pengaman, yaitu
dengan melibatkan tiga komponen penting bidan desa, pamong, dan
ibu hamil dan keluarga. Dimana ketiga komponen ini saling
bekerjasama dalam menangani semua ibu hamil yang ada dalam
128
wilayah kerjanya, bidan melakukan pendataan pada semua ibu hamil
yang ada, Pamong melakukan pengkajian apakah ibu hamil tersebut
sudah masuk dalam anggota Tabulin atau belum dan memastikan
semua persiapan untuk merujuk jika diperlukan dalam keadaan siap
siaga, dari ibu hamil dan keluarga harus aktif untuk melaporkan
keadaan ibu hamil tersebut setiap waktu.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam merawat balitanya.
Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu
diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu pergi keposyandu secara rutian setiap bulannya.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap pengambilan keputusan adalah suami. Masih banyak suami
yang berpendapat salah, yang menganggap urusan anak adalah urusan
ibu. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran ibu dalam
urusan anak yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau
perasaan ibu.
b. Pendapatan
Pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur kemiskinan
relatif. Dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu menerima
dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan
seseorang yang kondisi pendapatannya buruk.
129
Distribusi pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur
kemiskinan relatif. Distribusi pendapatan biasanya diperoleh dengan
menggabungkan
seluruh
individu
dengan
menggunakan
skala
pendapatan seorang kemudian dibagi dengan jumlah penduduk
kedalam kelompok kelompok berbeda yang berdasarkan pengukuran
atau jumlah pendapatan yang mereka terima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
Perawatan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada pada kategori
cukup yaibu dengan jumlah responden sebanyak 56 responden (80%) .
Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa terdapat keluarga
yang masih rendahnya tinkat pendapatan keluarga di karenakan
pekerjaan mereka yang masih belum menjanjikan, namun ada juga
yang sudah cukup. Jika dirata-ratakan pendapatan perbulannya itu
kurang lebih dari Rp 500.000 perbulan, dimana pendapatan ini
tergantung dari pekerjaan yang dilakukan oleh suami atau istri.
Sedangkan sebagian responden memiliki pendapatan keluarga yang
cukup tinggi dikarenakan banyaknya ibu hamil yang memiliki
pekerjaan tetap yaitu sebagai PNS serta sebagian responden di tunjang
dengan pendapatan suami yang pekerjaanya sebagai PNS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diapatkan
bahwa kurangnya pendapatan responden dikarenakan pekerjaan
130
keluarga responden atau pekerjaan responden belum menjanjikan
dalam hal ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kelurga setiap
hari,
misalnya
bagi
seorang
nelayan
akan
menurun drastis
pedapatannya ketiga terang bulan dilangit dimana hasil pendapatan
ikan yang didapat ketiga terang bulan sangat sedikit sehingga hasil
penjualan ikan juga sangat sedikit.
Sejalan dengan penelitian Amiruddin (2006), bahwa 75
responden yang masuk dalam kategori gakin, 52% memilih tenaga
kesehatan sebagai tengaa penolong persalinan dan 48% memilih
tenaga non kesehatan sebagai penolong persalina, demikian juga
dengan penelitian Bungsu (2001), bahwa 96,67% ibu yang memilih
dukun bayi mempunyai pendapatan keluarga kategori rendah
dibandingakn ibu yang memilih bidan atau tenaga medis (3,33%), dan
hasil uji chi square juga menunjukkan ada hubungan signifikan anatar
pendapatan keluarag dengan pemilihan penolong persalinan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Juliwanto, (2008) yang menyatakan bahwa gambaran
pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di
Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara kategori rendah
sebanyak 52 orang (59,8%).
Hal ini mengindikasikan bahwa keluarga dengan pendapatan
yang rendah akan beralih untuk memanfaatkan dukun bayi dalam hal
pencarian pelayanan kesehatan kehamilan dan pertolongan persalinan,
131
hal ini dikarenakan biaya atau tarif yang dikenakan oleh dukun bayi
cenderung jauh lebih murah dibandingkan dengan tarif oleh bidan
ataua tenaga medis lain. Pendapatan keluarga mempengaruhi dalam
pemilihan pelayanan kesehatan. Keluarga kurang mampu lebih
cenderung memilih rumah sebagai tempat persalinannya. Khususnya
pedesaan keluarga kurang mampu yang memanfaatkan rumah sebagai
tempat persalinan semakin besar. Hal ini disebabkan keluarga merasa
lebih nyaman jika persalinannya dilakukan dirumah karena lebih
banyak yang bisa menunggu ibu bersalin.
Apabila seseorang dengan kondisi pendapatan yang semakin
baik maka ia akan cenderung membutuhkan pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang relatif baik akan
mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di
bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya buruk.
Demikian juga dengan, wanita yang mempunyai penghasilan sendiri
biasanya mempunyai kedudukan atau posisi yang lebih baik dalam
kehidupan keluarga yaitu mereka tidak terlalu tergantung pada orang
lain dan lebih cenderung cepat mengambil kesimpulan termasuk dalam
hal pemilihan persalinan.
Keadaan ini mencerminkan bahwa ibu dari keluaraga
pendapatan yang tinggi cenderung lebih dominan memilih bidan
dibandingkan dukun bayi, hal ini sejalan dengan penelitian Kristiani
dan Abbas (2006), bahwa pemanfaatan bidan cenderung pada ibu
132
dengan pendapatan yang tinggi, sedangkan mesyarakat dengan
pendapatan rendah justru lebih memilih dukun bayi, karena mereka
mempunyai perseps bahwa pertolongan persalinan pada bidan mahal
dan beberapa masyarakat yang menyatakan kurang percaya terhadap
pelayanan kesehatan bidan desa, karena bidan masih terlalu mudah dan
belum menikah sehingga belum mempunyai pengalaman terutama
persalinan ibu melahirkan dan pereawatan kehamilan.
Muzaham (2007),
juga mengatakan bahwa pendapatan
merupakan salah satu karakteristik yang medukung ibu alam
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkan seperti pertolongan persalinan. Besarnya pendapatan
secara garis besar sangat mempengaruhi ibu dan keluarga dalam
mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
memmelihara dan mengobati si sakit, menentukan yang menolong ibu
pada proses persalinan. Semakin besar pendapatan dalam keluarga,
maka semakin besar peluang ibu dan keluarga untuk memilih fasilitas
kesehatan sebagai tempat persalinan.
Pengaruh ekonomi terhadap keluarga dalam mengambil
keputusan untuk memilih penolong persalinan berbeda pada masingmasing individu. Pendapan sangat memberikan pengaruh yang berarti
pada masyarakat miskin meskipun yang berasal dari kalangan berada.
Namun tidak mempunyai keinginan untuk menentukan jumlah anak
yang dimilikinya. Pendapatan keluarga memberikan pengaruh berarti
133
pada masyarakat di Desa atau Perkotaan. Pengaruh yang diberikan
tidak terbatas pada harga dari pelayanan kesehatan itu sendiri, akan
tetapi meliputi uang yang harus dikeluarkan ketempat pelayanan
kesehatan dalam mendapatkan pelayanannya (Barnet,2003).
Pada dasarnya salah satu hal yang mempengaruhi masyarakat
dalam memilih tempat pelayanan kesehatan adalah masalah biaya.
Responden sebagian besar berasumsi bahwa jika bersalin di fasilitas
kesehatan akan membutuhkan lebih banyak biaya sehingga inilah salah
satu alasan mengapa responden hanya sebagian kecil yang melakukan
perubahan tempat persalinan dari rumah ke fasilitas kesehatan.
Sebagian besar lebih memilih bersalin dirumah selain nyaman juga
karena tidak ingin direpotkan oleh masalah pembiayaan. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Arda (2009) yang mengatakan bahwa
pendapatan keluarga yang tinggi akan cenderung mengarahkan
seorang ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan dan di fasilitas
kesehatan. Selain itu hal ini juga dilaporkan sama oleh Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Abdi (2009) mengemukakan bahwa
pendapatan mempunyai kontribusi yang besar dalam pemanfaatan
pelayanan persalinan karena akan berhubungan dengan kemampuan
membayar seseorang dalam pembiayaan kesehatannya. Sehingga hal
yang dapat meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas kesehtan
dengan meningkatkan pendapata rumah tangga.
134
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dalam kunjungan ibu
hamil ke tenaga kesehatan mampu menjadi wadah bagi seorang tenaga
kesehatan dalam hal ini bidan untuk memberikan anjuran atau
sosialisasi kepada bumil akan penting dan amannya bersalin di tenaga
kesehatan yang professional. Disisi lain, dari jenis pekerjaan suami
yang juga ada hubungan dengan perubahan pemilihan penolong
persalinan terlihat bahwa 50% suami yang memiliki pekerjaan sebagai
PNS/pegawai cenderung melakukan perubahan penolong persalinan
dari dukun ke tenaga kesehatan pada istrinya.
Asumsi peneliti, apabila seseorang dengan kondisi pendapatan
yang semakin baik maka ia akan cenderung mencari pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang
relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih
baik, di bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya
buruk. Demikian juga dengan wanita yang mempunyai penghasilan
sendiri biasanya mempunyai kedudukan atau posisi yang lebih baik
dalam kehidupan keluarga yaitu mereka tidak terlalu tergantung pada
orang lain dan lebih cenderung cepat mengambil kesimpulan termasuk
dalam hal pemilihan persalinan. Sedangkan yang berpendapatan
rendah maka akan lebih sulit untuk ibu dalam pemilihan penolong
persalinan, hal ini juga mempengaruhi bagi ibu dalam menjaring
informasi guna membantu ibu dalam memilih siapa penolong
135
persalinan yang baik bagi ibu, jika dengan ibu yang berpendapatan
rendah maka ibu akan memilih persalinan oleh tenaga dukun.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuktindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuanakan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan merupakan suatu hal yang
sangat
dibutuhkan
dalam
perubahanpola
pikir
dan
perilaku
sekelompok masyarakat. Pengetahuan tentang persalinan dengan
segala aspeknya dapat membantu ibu hamil dalam menentukan tempat
persalinan.
Ketidaktahuan
mereka
tentang
beberapa
informasi
pengertian persalinan dan tenaga kesehatan, karena jarangya
melakukan
konseling
dengan
tenaga
kesehatan
atau
Bidan
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu tentang pencarian pelayanan kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan
yang sehat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada pada kategori
baik yaitu dengan jumlah responden sebanyak 59 responden (84.3%).
136
Sebagaian besar ibu hamil telah mengetahui pentingnya
pencarian pelayanan kesehatan yang baik untuk ibu hamil dalam
rangka
menjaga
kesehatan
kehamilanya.
Mereka
pergi
memeriksakan kehamilannya pada bidan dan dukun pada saat
umur kehamilan yang berbeda-beda, namun masih adanya
kepercayaan terhadap dukun, sehingga perawatan tidak hanya
mereka melakukan perawatan pada bidan namun terhdap dukun
juga. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap dukun masih melekat sampai sekarang ini walaupun
bidan sudah ada di desa masing-masing. Hal ini juga menunjukan
bahwa masyarakat di wilayah pesisir kecamatan lasolo kabupaten
konawe utara selalu memeriksakan kehamilan di puskesmas atau
pada petugas kesehatan yang sudah terlatih, namun dikarenakan
kebiasaan dari masyarakat setempat yang masih menjunjung
tinggi budaya sehingga mereka juga memeriksakan kehamilan
pada dukun yang dipercayakan di kampung mereka. Sehingga
dapat dikatakan masyarakat di wilayah pesisir kecamatan lasolo
kabupaten konawe utara selain memeriksakan kehamilan petugas
kesehatan yang terlati ataupun di puskesmas juga memeriksakan
kehamilan kedukun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan setempat
didapatkan bahwa ketika seorang bidan menagani ibu yang
melahirkan selalu kerja sama dengan dukun yang di percayakan
137
di tempat tinggal mereka hal ini dikarenakan budaya pada
masyarakat setempat masih percaya kepada dukun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Bungsu (2001),
bahwa ibu dengan pengetahuan kurang 94,81% akan memilih
dukun bayi untuk menolong persalinannya dibandingkan ibu
dengan pengetahuan tinggi (5,19%). Menurut Kamil (2006),
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil masih sangat
rendah dalam
memanfaatkan tenaga profesional (bidan),
dibandingakn dengan indicator yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap
keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pelayanan
kesehatan serta jangkauan kepelayanan kesehatan.
Pengetahuan
mereka
tentang
pencarian
pelayanan
kesehatan telah mereka ketahui melalui media masa, Keluarga
dan teman atau kerabat. Responden melakukan perawatan
kehamilan ada yang pergi kepada bidan ada juga yang pergi
hanya kedukun, hal ini disebabkan faktor ekonomi yang masih
minim, dimana pekerjaan suami dan pendapatan dalam keluarga
sangat menentukan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Pengetahuan
tentang
sesuatu
menyebabkan
seseorang
mempunyai sifat positif yang akan mempengaruhi niat untuk
melakukan suatu kegiatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dibanding dengan perilaku tanpa didasari
138
pengetahuan yang baik. Keterkaitan anatara pengetahuan dan sikap
atau perbuatan seseorang sangat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan untuk memilih alternatif pemilihan penolong persalinan
mana yang akan dipilih oleh ibu yang akan bersalin. Pengetahuan
merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena jika seseorang tidak mengetahui sebuah obyek,
obyek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Begitu juga dengan
alternatif pemilihan penolong persalinan oleh ibu (Notoatmodjo,
2003).
Keadaan
lingkungan
sekitar
sedikit
banyaknya
akan
mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai
kehamilan dan persalinan, disamping itu keterpaparan dengan media
komunikasi akan mempengaruhi kadar pengetahuan seorang ibu. Ibu
dengan pengetahuan yang kurang, lebih memilih persalinannya
dirumah. Hal ini disebabkan oleh karena ibu kurang mengetahui jika
terjadi bahaya dan komplikasi pada saat persalinan tidak dapat segera
dapat tertangani dengan baik. Semakin baik pengetahuan ibu terhadap
kehamilan dan persalinan maka semakin besar kemungkinan ibu
memanfaatkan fasilitas kesehatan ketika terjadi masalah dan
komplikasi. Keadaan ini mencerminkan pengetahuan mempunyai
keeratan hubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang
memadai,
artinya
semakin
tinggi
pengetahuan
ibu
maka
kecenderungan ibu memilih memanfaatkan fasilitas persalinan yang
139
memadai semakin tinggi, namun jika dihadapkan pada permasalahan
lain seperti faktor ekonomi dan akses ke tempat pelayanan yang sulit
dijangkau, maka ibu memilih untuk tidak memanfaatkan fasilitas
persalinan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan
dalam rangka perubahan pola piker dan perilaku dalam masyarakat.
Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana responden menetap.
Selain
itu,
keterpaparan
dengan
media
komunikasi
akan
mempengaruhi kadar pengetahuannya. Tidak mungkin mereka dapat
terpapar dengan kondisi yang up to date sementara daerah tempat
tinggalnya jauh dari keramaian dan keterjangkauan, di dukung lagi
dengan tingkat pendidikan yang relative masih kurang (Notoatmodjo,
2003).
Asumsi peneliti, kematian ibu saat melahirkan lebih banyak
terjadi karena pendarahan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan
pengetahuan dengan pengadaan pelatihan kepada para bidan dan ibuibu yang akan melahirkan, dengan demikian ibu yang akan melakukan
persalinan bisa terhidar dari kematian, hal ini penting dalam aspek
pengetahuan dalam pemilihan penolong persalinan.
d. Sikap
Sikap adalah pandangan atau respon ibu terhadap upaya
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan yang sehat dan
normal. Sikap dalam penelitian ini adalah pandangan atau respon ibu
140
terhadap upaya pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan yang
sehat dan normal. Pada prinsipnya sikap merupakan menifestasi dari
pengetahuan, artinya jika pengetahuan ibu baik maka cenderung
mempunyai sikap yang lebih baik, meskipun dipengaruhi oleh faktor –
faktor lain (Notoatmodjo, 2007).
Sikap merupakan kecenderungan penilaian diri seseorang
terhadap kelompok, benda atau keadaan tertentu dalam bentuk positif
atau negative. Penilaian atau pendapat ibu terhadap kondisi kehamilan,
petugas kesehatan atau dukun paraji akan mempengaruhi keputusan
ibu dalam pencarian pertolongan persalinan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan pada Pola
pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe
Utara Tahun 2015 yang didapat sebagian besar berada pada kategori
baik yaitu dengan jumlah responden sebanyak 53 responden (75.7%).
Sikap ibu hamil untuk mencari pelayanan kesehatan baik di
tempat pelayanan kesehatan (puskesmas) yakni bidan dan dukun juga
tergantung dari prilaku ibu hamil terhadap pasien apakah ramah,
sopan, mengerti apa keinginan pasien, sehingga pasien merasa senang
dengan perilaku petugas kesehatan yakni bidan dan dukun terhadap
mereka. Sedangkan Pelayanan yang diberikan oleh bidan dan dukun
kepada pasien apakah menimbulkan rasa kepuasan terhadap diri
individu pasien. Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan
141
dalam hal ini bidan sangat mereka puas karena pelayanan oleh bidan
atau petugas kesehatan ada selalu memberikan informasi mengenai
perkembangan kesehatan kehamilanya serta selalu memberikan
motivasi dan dorongan kepada ibu hamil agar selalu menja kesehatan
kendunganya.
Selain itu bidan juga selalu berkunjung kerumah mereka tanpa
diminta oleh ibu hamil, selain itu juga adanya faktor kekeluargaan
didalamnya antara bidan setempat dengan ibu hamil. Kebiasaan
tersebut terjalin peda wilayah tempat tinggal mereka karena adanya
rasa kekelurgaan yang sangat tinggi dilingkungan tempat tinggal
mereka. Bigitu juga dengan pelayanan oleh dukun mereka merasa
cukup puas karena dalam pelayanan dukun adanya faktor kekeluargaan
dimana adanya rasa kekelurgaan yang sangat tinggi dilingkungan
tempat tinggal mereka.
Peneliti menemukan responden berlatar belakang pendidikan
dan pengetahuan yang tinggi mempunyai sikap yang baik dalam
menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin serta bersikap baik
dalam upaya perawatan kehamilan, namun tetap mengandalakan jasa
dukun bayi dalam proses kelahiran anakanya.
Sebagaimana pendapat Azwar (2007) yang menyatakan bahwa
pembentukan sikap seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor baik
yang bersifat intrisik maupun ekstrinsik orang tersebut. Faktor tersebut
bisa berupa pengalamana pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan,
142
media informasi dan faktor emosional orang itu sendiri. Berdasarkan
pernyataan ibu yang menjelaskan bahwa pemanfaatan dukun bayi
dalam proses persalinan karena adanya kebiasaan/tradisi yang turun
temurun baik dari garis keturunan orang tua (85,7%) maupun mertua
(100%) dapat diperkuat adanya pengaruh suami unutk menuruti saran
yang diberikan orang yang disegani (berlaku faktor kesenioran).
Perubahan sikap ibu bersalin kearah yang positif sangat
tergantung dari faktor dalam dan luar diri individu tersebut. Untuk
menghasilkan sikap yang positif dari ibu bersalin perlu memberikan
pengetahuan dan informasi yang jelas baik kepada ibu hamil, bersalin,
keluarga dan masyarakat, sehingga ibu dapat mengambil keputusan
yang tepat dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai
dengan didukung oleh semua pihak yang terkait. Keadaan ini
menunjukkan bahwa ibu dengan sikap yang setuju belum tentu akan
memilih fasilitas persalinan yang memadai untuk melakukan
persalinannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain misalnya
akses ke fasilitas persalinan yang memadai tersebut sulit terjangkau,
serta persepsi lainnya (Notoatmodjo, 2007).
2. Budaya
Budaya pada penelitian ini adalah rasa kepercayaan masyarakat
terhadap adat istiadat atau ritual yang berkembang di masyarakat seperti
ritual tujuh bulanan, totabik, dan larangan-larangan selama masa
kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan dan pemilihan
143
untuk mencari pelayanan kesehatan untuk pemeriksan kehamilan. Pola
Pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil yang dimaksud dalam penelitian
ini ialah Berdasarkan Budaya Pemeriksaan, Budaya Perawatan, Budaya
Pengobatan, Budaya Makanan pada saat hamil dan budaya pada saat
persiapan Persalinan.
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Budaya
pemeriksaan kehamilan dilakukan pada Bidan, dan juga dukun. Hal yang
melibatkan dukun dalam pemeriksaan karena sebagimana tradisi yang
dilakukan turun-temurun oleh warga setempat. Adapun pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan bidan yaitu mengecek kondisi dengan melihat
kondisi pasien, mengukur tekanan darah serta di USG. Adapun
pemeriksaan yang dilakukan oleh dukun yaitu dengan menyentuh perut
ibu hamil untuk mengetahui letak dan kondisi bayi, serta memberikan air
yang di do’a kan serta menium dengan doa pada bagian berut ibu hamil.
Budaya pencarian pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dilakukan
kepada bidan di masa awal-awal kehamilan, dan pada masa akhir
kehamilan tetap menggunakan jasa bidan yang di utamakan dan di bantu
dengan dukun, salain karena tradisi, menggunakan jasa dukun juga dapat
menghemat biaya perawatan ibu hamil. Adapun pemeriksaan dan
pengobatan
yang dilakukan bidan yaitu
mengukur
tensi darah,
memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan tetanus toksis, serta anjurkan
untuk rutin keposyandu. Pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh
dukun yaitu memperbaiki letak janin, pemberian air do’a, seerta
144
memberikan wejangan kepada keluarga mengenai pantangan sesuai tradisi
yang tidak boleh ibu hamil lakukan.
Budaya pengobatan ibu hamil dilakukan tetap menggabungkan
antara bidan dan dukun atau menggabungkan pengobatan tradisional dan
moderen. Karena adanya anggapan oleh masyarkat bahwa ada beberapa
penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan petugas kesehatan dan ada
juga penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh dukun. Adapun
Pengobatan yang diberikan oleh bidan yaitu pemberian vitamin, suntikan
dan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu hamil,
serta dianjurkan untuk lebih banyak beristirahat, makan makanan bergizi,
dan taklupa minum susu ibu hamil. Adapun pengobatan yang diberikan
oleh dukun yaitu memberikan sjamu, ramuan-ramuan tradisional dari
daun-daunan yang telah di do’a kan.
Budaya makanan kehamilan lebih banyak mendengar dari
posiandu yaitu oleh ibu bidan. Tapi masih ada juga informasi yang di
peroleh keluarga secara turun temurun mengenai pantangan makanan ibu
hamil. Adapun Makanan yang dianjurkan oleh bidan yaitu makan sehat
dan bergizi yang lengkap seperti
Adapun
makan
yang
ikan dan sayuran segar dan buah.
dianjurkan
secara
turun
temurun
yaitu
memperbanyak makanan yang berserat dan berlendir. Budaya persiapan
persalinan dialakukan kepada bidan dan dukun terlatih yang bekerja sama.
Persiapan dalam pelaksanan persalianan tidak terlalu bayak yang
145
dilakukan karena kebanyakan dari pasien melaksanakan persalinan
dirumah sendiri hanya di anjurkan untuk banyak-banyak beristirahat.
Pemilihan ibu hamil yang ingin berobat pada bidan umumnya
merupakan masyarakat yang mudah memperoleh akses kepelayanan
kesehatan (praktek bidan), sehingga mudah mendapatkan pertolongan
persalinan, sedangkan ibu yang memperoleh pertolongan persalinan oleh
dukun bayi umum jauh yaitu membutuhkan waktu lebih dari 2 jam dengan
perkiraan jarak 70 km untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan, serta
tinggal didaerah yang masih tinggi ada istiadatnya dan umumnya di
pedesaan yang sangat terpencil dari akses ibu kota.
Manusia mempunyai dua sumber dasar informasi tentang “dunia”,
yaitu pengalaman kita sendiri dan apa yang dikatakan orang lain. Penelitian
menunjukkan bahwa pengalaman memang mempengaruhi sikap, namun
kadang-kadang tidak begitu jelas pengaruhnya. Misalnya, budaya
melakukan sesuatu karena sikap positif terhadap hal itu. Karena sikap
positif, maka hal itu kemudian lebih sering dilakukan sehingga stimulus
yang didapatkan menjadi lebih sering juga. Laludikatakan bahwa hal itu
lebih disenangi dibandingkan hal lain.
Karena budaya kita mengenai banyak aspek lingkungan tidak
berdasarkan pada pengalaman langsung, maka banyak “informasi” yang
diberikan oleh orang lain mengenai hal itu mungkin merupakan penentu
paling penting dalam budaya kita. Budaya kita terhadap hal-hal yang belum
pernah kita temui atau alami dipengaruhi oleh informasi dari orang
146
lain,mungkin orang-orang yang dekat dengan kita, orang tua, saudara, atau
mungkin sumber berita yang lebih jauh, seperti surat kabar, majalah
maupun internet (Maramis, 2006). Budaya menentukan jenis atau tabiat
tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orangorang atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa budaya merupakan
faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah budaya.
Mengenai pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan
Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
a. Pola Perawatan Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan/Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standart pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
standart pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standart pelayanan
kebidanan (Ambarwati, 2009). Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu
Hamil Berdasarkan Budaya Pemeriksaan Kehamilan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah apakah pernah melakukan pemeriksaan
kehamilan, kemana pemeriksaan dilakukan oleh ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya dan pemerikasaan sepertiapa yang
dilakukan.
Berdasarkan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Budaya
pemeriksaan kehamilan dilakukan pada Bidan, dan juga dukun. Hal
147
yang melibatkan dukun dalam pemeriksaan karena sebagimana tradisi
yang
dilakukan
turun-temurun oleh warga
setempat.
Adapun
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan bidan yaitu mengecek kondisi
dengan melihat kondisi pasien, mengukur tekanan darah serta di USG.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan oleh dukun yaitu dengan
menyentuh perut si ibu hamil untuk mengetahui letak dan kondisi bayi,
serta memberikan air yang di do’a kan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakaukan oleh
Helinda (2010), bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya (< 4 kali)
memiliki kemungkinan 2,6 kali untuk memilih persalinan bukan pada
fasilitas kesehatan dibandingkan dengan pemeriksaan kehamilan (> 4
kali). Senada dengan hasil penelitian yang dilakuakn oleh Bersal (2002)
dengan hasil penelitiannya bahwa Pemeriksaan kehamilan dapat
dijadikan sarana motivasi bagi ibu hamil agar mau memilih tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan. Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan paling sedikit 4 kali mempunyai peluang 2 kali
lebih besar untuk melahirkan pada tenaga kesehatan, jika dibandingkan
yang pemeriksaan kehamilannya kurang dari 4 kali, semakin baik
kuantitas dan kualitas ANC yang diperoleh ibu, semakin besar pelung
ibu melahirkan pada tenaga kesehatan.
Budaya Pemeriksaan pada Pola pencarian Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil Berdasarkan Budaya Masyarakat di Wilayah pesisir
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang
148
diperoleh sebagian besar berada pada kategori Kurang (51,4%).
Budaya Pemeriksaan Kehamilan yaitu dalam mencari pelayanan
kesehatan mereka lebih mendahulukan seorang bidan dari pada dukun,
terbukti pada saat merasa sakit ibu hamil pertama kali mencari
pelayanan kesehatan pada bidan atau pergi di puskesmas untuk
memeriksakan kesehatanya. Mereka juga percaya terhadap dukun yang
dipercaya secara turun-temurun dalam tradisi yang berbeda-beda. Pada
suku muna bentuk pengobatan kehamilan yang dipercaya seperti
dilarang keluar pada saat magrip, keluar harus bawah dengan bawang
merah konon katanya untuk mengusir mahluk halus yang mengikuti ibu
hamil, sedangkan suku Buton bentuk perawatan kehamilan yang telah
dipercaya secara turun temurun seperti dilarang tidur siang, keluar
malam harus bawah dengan peniti yang dikaitkan dikepala, serta bentuk
perawatan yang dipercaya oleh orang bajo seperti dilarang makan
dipiring besar, dan keluar dimana saja diharuskan untuk membawa
bawang merah supaya ibu hamil tidak di ikuti dengan mahluk halus.
Pemeriksaan kehamilan dalam bidang kesehatan dikenal dengan
antenatal care (ANC) atau asuhan antenatal adalah pemeriksaan,
pengawasan, pemeliharaan dan perawatan yang diberikan pada ibu
selama masa kehamilan. Pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yang
teratur akan sangat menentukkan kelancaran dari proses persalinan
kelak. Banyak sekali penyakit penyulit dan komplikasiyang ditemukan
149
pada waktu pemeriksaan kehamilan dapat diatas dan diobati (Bidancare,
2011).
Pelayanan antanetal disebut lengkap apabila dilakuan oleh tenga
kesehatan serta memenuhi standar kesehatan tersebut. Ditetapkan pula
bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan kesehatan
yang dianjurkan sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan pertama
(kehamilan < 14 minggu), minimal 2 kali pada triwulan kedua
(kehamilan 14-28 minggu), minimal 2 kali pada triwulan ketiga (28-36
dan sesuadah minggu ke-36 minggu). Standar waktu pelayanan
antanetal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu
hamil, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi (Depkes, 2009).
Menurut Saifuddun (2012), setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu satu
kali kunjungan selama trisemester pertama, satu kali kunjungan selama
trisemester kedua dan dua kali kunjungan selama trisemester ketiga.
Interaksi selama masa antenatal care dapat membangun rasa percaya
kepada petugas kesehatan, hal ini merupakan dasar yang baik dalam
mengambil keputusan saat persalinan. Ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilannya pada tenaga kesehatan mempnyai presentase lebih tinggi
cenderung akan memilih fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan.
Jika dibandingkan dengan ibu yang periksa kehamilannya pada
150
dukun/paraji
atau
bahkan
melakukan
pemeriksaan
kehamilan
(Wiryawan, 2003).
b. Pola pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Perawatan kehamilan
Pencarian pelayanan kesehatan kehamilan merupakan salah satu
faktor penting untuk diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga
pertumbuhan dan kesehatan janin dengantujuan untuk perawatan
kehamilan selama hamil. Memahami perilaku perawatan kehamilan
(antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan
bayi dan si ibu sendiri. Kenyataannya berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Pencarian
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil kehamilan untuk Perawatan
kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya Perawatan kehamilan yang
diamksud dalam penelitian ini adalah kemana memilih melakukan
perawatan dan apa yang diberikan dalam perawatan kehamilan yang
dilakukan dalam tradisi mereka.
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Budaya
Perawatan kehamilan dilakukan kepada bidan di masa awal-awal
kehamilan, dan pada masa akhir kehamilan tetap menggunakan jasa
dukun yang di utamakan, salain karena tradisi, menggunakan jasa
151
dukun juga dapat menghemat biaya perawatan ibu hamil. Adapun
perawatan yang dilakukan bidan yaitu mengukur tensi darah,
memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan tetanus toksis, serta anjurkan
untuk rutin keposyandu. Perawatan yang dilakukan oleh dukun yaitu
memperbaiki letak janin, pemberian air do’a, seerta memberikan
wejangan kepada keluarga mengenai pantangan sesuai tradisi yang
tidak boleh ibu hamil lakukan.
Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan
persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh
Bronislaw Malinowski menjadi fokus perhatian yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin
dilindungi secara adat, religi, dan moral dengan tujuan untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayi. Mereka menganggap masa tersebut adalah masa
kritis karena bisa membahayakan janin dan/atau ibunya. Masa tersebut
direspons oleh masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam
berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional
(Malinowski, Bronislaw, 1927).
Dalam mencari pelayanan kesehatan untuk kehamilan kepada
yaitu perawatan kepada bidan dan dukun namun memilih bidan lebih
diutamakan karena bidan mereka berangapan bahwa bidan merupakan
tenaga yang terlatih dan berpengalaman. Bentuk perawatan yang
diberikan oleh bidan terhadapa ibu hamil, mmeberikan tablet Fe, suntik
TFT dan menyarankan untuk banyak istrahat. Melakukan perawatan
152
kepada dukun sudah menjadi tradisi yang turun temurun di dalam suku
mereka msing-masing. bahwa bentuk perawatan kehamilan yang
diberikan oleh dukun mengurut memperbaiki letak janin dan mmbrikan
air yang sudah ditiup-tiup.
Perilaku ibu hamil di daerah ini termasuk dalam perawatan
kehamilan bergantung kepada keberadaannya di dalam masyarakatnya,
saat digali lebih mendalam alasan mengapa perilaku ini dipatuhi mereka
mengemukakan bahwa hal ini sudah turun temurun dilakukan, percaya
karena tidak ingin menyesal dikemudian hari, percaya akan akibat yang
akan ditimbulkan jika kepercayaan tersebut dilanggar, percaya karena
mengikuti anjuran orang tua dan dukun dan percaya agar ibu dan
bayinya selamat hingga melahirkan. Hal inilah yang menyebabkan ibu
hamil harus mematuhi larangan-larangan tersebut agar bayi dan ibunya
terhindar dari bahaya.
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang
harus dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa
krisis yang berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya
karna itu sejak kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handaitolan mengadakan serangkaian upacara bagi wanita hamil dengan
tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya, saat
berada di dalam kandungan hingga saat lahir.
153
Perilaku
perawatan
kehamilan
ditandai
dengan
berbagai
pantangan makan dan perbuatan yang langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kondisi kesehatan dan perawatan bayi setelah
persalinan. Bagian ini memperlihatkan masih pentingnya peranan
penyembuh tradisional, khususnya dukun beranak (paraji di Subang,
tuang kuni di kalangan orang Bajo, dan mai biang di Bandaneira) dalam
perawatan kehamilan dan sebagai penolong persalinan. Sekalipun sudah
diperkenalkan bidan di desa, namun masyarakat umumnya masih
mempercayai dukun beranak. Penggunaan ramuan-ramuan tradisional
yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan karakteristik
dari dukun beranak, karena pengetahuan mereka yang terbatas akan dan
kurangnya akses kepada obat-obatan biomedis moderen.
Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan
responden masih ada seperti adanya mitos seputar kehamilan dan
persalinan. Ini dikarenakan kebiasaan masyarakat setempat dan budaya
generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang tua. Selain
itu, ibu hamil juga melakukan pantangan yang lain seperti duduk di
tengah pintu dan duduk di lantai tanpa alas/ tikar/bangku kecil dan
larangan bagi suami memotong atau menyembeli hewan serta mereka
masih percaya pada adanya gangguan jin atau mahluk halus yang dapat
mengancam keselamatan bayi dalam kandungan atau bayi yang baru
saja dilahirkan. Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar kehamilan
154
yang cukup kuat mengakibatkan sebagian besar responden lebih
mempercayai budaya yang yang turun temurun diwariskan.
Mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun karena
menganggap bahwa dukun menbantu seoerti mengerti posisi bayi dalam
kandungan dan dapat melakukan pemijatan perut yang mempermudah
saat persalinan. Ketika periksa kehamilan ke pelayanan kesehatan,
mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa kondisinya sehat
dan diberi obat. Oleh karena itu, ketika akan bersalin responden selalu
memadukan antara bidan dan dukun atau selalu memanggil dukun dan
bidan pada saat bersalin.
Penerapan pantangan dan keharusan, sangat berfariasi, ada yang
menerapkannya sejak ada hasil pemeriksaan dukun beranak atau juga
dokter, adapula nanti menjalaninya pada saat kehamilan memasuki
bulan kelima, keharusan-keharusan dan pantangan-pantangan tidak
hanya dilakukan dan ditaati oleh calon ibu melainkan juga oleh
suaminya pun harus menjalaninya. Pantangan dan keharusan ini dapat
dikategorikan atas dua hal seperti pantanagn dan keharusan atas jenis
makanan dan pantanagn dan keharusan dalam berprilaku, berpikir dan
bertindak (Dewi, 2014).
Ibu hamil menerapkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan
selama hamil, diantaranya adalah tidur dan makan pada saat tiba waktu
magrib, makan di piring besar, duduk di tangga, potong rambut, makan
sembunyi-sembunyi, dan duduk di depan pintu. Dalam penelitian
155
Mayawati (2013), selama kehamilan biasanya si ibu akan melakukan
berbagai upaya agar bayi dan ibunya sehat dan dapat bersalin dengan
selamat, normal dan tidak cacat. Selama kehamilan juga ada pantangan
yang harus diperhatikan ibu dan bapak misal, tidak boleh menyiksa atau
membunuh binatang dan tidak boleh mengejek orang yang cacat supaya
si bayi dapat lahir dengan selamat dan tidak cacat.
Pada masa kehamilan, banyak hal-hal yang menjadi pantangan
yang tidak boleh dilakukan, baik itu dari makanan maupun beberapa hal
yang tidak boleh dilakukan. Setiap orang percaya bahwa semua
pantangan mempunyai makna dan manfaat agar tidak dilakukan.
Kepercayaan terhadap pantangan tersebut berakibat pada risiko yang
buruk bagi kehamilan (Devy, 2011).
Dukun merupakan aktor lokal yang dipercaya warga sebagai
tokoh kunci di masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan dan keselamatan. Pada kasus persalinan, dukun tidak hanya
berperan saat proses tersebut berlangsung, namun juga pada saat
upacara-upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu
dan anaknya seperti upacara tujuh-bulanan kehamilan, tatobik (mandi
dengan air panas) dan hatukahai (pendiangan di atas bara api). Upacara
adat ini tentunya tidak sejalan dengan aktivitas medis dan tidak dapat
dilakukan oleh seorang bidan. Hal inilah yang menyebabkan dukun
memiliki tempat yang terhormat dan memperoleh kepercayaan lokal
yang jauh lebih tinggi dari pada bidan. Dukun dipercayai memiliki
156
kemampuan
yang
diwariskan
turun-temurun
untuk
memediasi
pertolongan medis dalam masyarakat. Sebagian dari mereka juga
memperoleh citra sebagai “orang tua” yang telah “berpengalaman”.
Profil sosial inilah yang berperan dalam pembentukan status sosial
dukun yang karismatik dalam pelayanan medis tradisional.
c. Pola Perawatan Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya
Pengobatan
Dalam perkembangan teknologi yang ada, dimana masyarakat
pedesaan mulai tersentuh dengan modernisasi, rupanya keberadaan
pengobatan tradisional masih hidup bahkan bertambah subur. Menurut
penelitian Faudzi M (1978) menemukan bahwa kenyataan kemajuan
ilmu teknologi kedokteran belum sepenuhnya mampu mengatasi semua
masalah kesehatan dan jangkauan masih terbatas. Pola Pencarian
Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Budaya Pengobatan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemana pengobatan dilakukan dan
pengobatan apa yang diberikan oleh ibu-ibu hamil pada saat sakit.
Berdasarkan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Budaya
pengobatan ibu hamil dilakukan tetap menggabungkan antara bidan dan
dukun atau menggabungkan pengobatan tradisional dan moderen.
Karena adanya anggapan oleh masyarkat bahwa ada beberapa penyakit
yang hanya bisa disembuhkan dengan petugas kesehatan dan ada juga
penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh dukun. Adapun Pengobatan
yang diberikan oleh bidan yaitu pemberian vitamin, suntikan dan obat-
157
obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu hamil, serta
dianjurkan untuk lebih banyak beristirahat, makan makanan bergizi, dan
taklupa minum susu ibu hamil. Adapun pengobatan yang diberikan oleh
dukun yaitu memberikan sjamu, ramuan-ramuan tradisional dari daundaunan yang telah di do’a kan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulianti
Saeoso (1974) mengingkapkan bahwa 2,5% penduduk perkotaan dan 1016% penduduk pedesaan di Jawa memnita pertolongan dukun bila sakit,
dan diluar jawa sekitar 37%.
Budaya Pengobatan pada Pola pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil Berdasarkan Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan
Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang diperoleh sebagian
besar selalu kebidan atau ke tempat pelayanan kesehatan kemudian ke
dukun. Budaya Pengobatan menunjukan bahwa mereka memlih bidan
dan dukun karena mereka padukan antara pengobatan tradisional dan
pengobatan kesehatan, dimana mereka menganggap bahwa ada beberapa
penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan pihak kesehatan dan
adajuga penyakit yang tidak disembuhkan oleh dukun. obat-obat yang
diberikan oleh bidan seperti obat vitamin, tablet Fe sedangkan dukun
diberikan air yang sudah ditiup, ramu-ramuan yang dari rumpt-rumputan
dan Jamu.
Pengobatan tradisonal ini didapatkan secara turun temurun dan
hanya dapat dipertanggungjawabkan. Pengobatan tradisonal ini telah
158
menjadi bagian hidup dari masyarakat pedesaan, mengakar dalam
kehidupan sehari-hari dan dipercaya masyarakat sebagai alternative
penyembuhan suatu penyakit. Bahkan pengobatan tradisonal ini juga
telah merambah ke kota besar karena masyrakat sering mencari
alternative pemecahan masalahnya dengan coba-coba. Misalnya untuk
menghindari prosedur operasi yang menakutkan atau merasa telah
cukup lama memakai pengobatan medic tapi tidak mendapatkan hasil
yang memuaskan. Dukun beranak adalah salah satu dari sekian banyak
pengobatan teradsisonal di Indonesia.
Mayoritas pengguna pengobatan tradisonal ini adalah oleh lapisan
masyarakat dengan taraf sosial ekonomi yang rendah atau menengah
dengan rata-rata pendidikan sekolah dasar atau kurang. Ini mungkin
berkaitan dengan maslah keterjangkauan baik harga maupun dalam hal
jarak tempuh dan mitos serta fasilitas kesehatan yang ada. Alasan yang
sering didapat adalah murah, dekat, menghindari/takut terhadap
tindakan medic oleh dokter atau bidan.
Dalam pengibatan tradisonal para pelaku pengobatan trasional
akan melengkapi tindakan pengobatannya dengan menggunakan
ramuan/obat tradisonal, tidak jarang juga memakai obat produk dari
farmasi. Untuk obat modern (farmasi) biasanya penderita akan
dianjurkan untuk membeli di apotok atau berobat kefasilitas kesehatan
terdekat.
159
Dukun beranak juga dianggap sebagai orang yang terampil dan
dipercaya masyarakat untuk menlong persalinan dan perawatan ibu
hamil dan bayi sesuai kebutuhan masyarakat. Anggapan dan
kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak terkait
dengan kebudayaan masyarakat disekitarnya. Sehingga dukun beranak
diperlakukan sebagai tokoh masyarakat yang dipercaya.
Pencarian
pengobatan yang dilakukan responden berbeda –beda ada yang ke
pelayanan kesehatan , ke dukun dan melakukan pengobatan kombinasi
yaitu tradisional dan modern.
Menurut hasil penelitian Notosiswono dan Supardi (2005), dalam
pencarian pengobatan pada masyarakat Ciwalen, Kab. Cianjur adalah
melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya,
dan hemat waktu dan sebagai pertolongan pertama sebelum ke
pelayanan kesehatan. Menurut Adam,dkk ( 2008), bahwa masyarakat
suku Bajo di Kabupaten Kolaka dalam mengambil tindakan pengobatan
ketika sakit pilihan ke dukun dari pada pelayanan kesehatan karena
lebih banyak memberikan kesembuhan pada masyarakat suku Bajo di
Kolaka. Menurut Husaini (2008), akibat adanya perbedaan persepsi
masayarakat tentang sehat sakit, perbedaan antara daerah satu dengan
yang lain menyebapkan tindakan pengobatan oleh masyarakat daerah
yang satu dengan yang lainnya juga berbeda. Berbagai variasi tindakan
pengobatan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kelas sosial,
160
perbedaan suku bangsa dan budaya juga dipegaruhi oleh tingkat
pendidikan, jasmani dan geografi suatu daerah.
Pemilihan ibu hamil yang ingin berobat pada bidan umumnya
merupakan masyarakat yang mudah memperoleh akses kepelayanan
kesehatan (praktek bidan), sehingga mudah mendapatkan pertolongan
persalinan, sedangkan ibu yang memperoleh pertolongan persalinan
oleh dukun bayi umum jauh yaitu membutuhkan waktu lebih dari 2 jam
dengan perkiraan jarak 70 km untuk dapat memperoleh pelayanan
kesehatan, serta tinggal didaerah yang masih tinggi ada istiadatnya dan
umumnya di pedesaan yang sangat terpencil dari akses ibu kota.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kristiani dan Abbas (2006) bahwa
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan tenaga professional
(bidan desa) antara lain faktor lingkungan tempat bidan bertugas,
kesadaran masyarakat, dan bidan yang bertugas ditempatnya.
d. Pola Pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan budaya
Makanan pada saat hamil.
Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang
mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum
kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu
dan janin.
161
Kemiskinan
masyarakat
akan
berdampak
pada
penurunan
pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu
akan mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan
melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia
dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan. Dapat dikatakan bahwa persoalan pantangan atau tabu dalam
mengkonsumsi makanan tertentu terdapat secara universal di seluruh
dunia. Pola Pencarian Pelayanan kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan
budaya Makanan pada saat hamil dimaksud disini adalah kemana
mereka memperoleh informasi dan apa saja Makanan yang dianjurkan
budaya Makanan pada saat hamil.
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Budaya makanan
kehamilan lebih banyak mendengar dari posiandu yaitu oleh ibu bidan.
Tapi masih ada juga informasi yang di peroleh keluarga secara turun
temurun mengenai pantangan makanan ibu hamil. Adapun Makanan
yang dianjurkan oleh bidan yaitu makan sehat dan bergizi yang lengkap
seperti
ikan dan sayuran segar dan buah. Adapun makan yang
dianjurkan secara turun temurun yaitu memperbanyak makanan yang
berserat dan berlendir. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
suku muna bahwa dalam hal makanan seorang ibu hamil tidak ada
pantangan selama ibu hamil ingin mengkonsumsi makanan yang dia
ingin makan.
162
Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan
adalah masalah gizi. Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia
tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan.
Budaya Makanan pada Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil Berdasarkan Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir Desa
Landipo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015
yang diperoleh sebagian besar berada pada kategori Cukup (80%).
budaya Makanan pada saat hamil menunjukan bahwa dalam mencari
informasi Makanan yang dianjur dan makanan dipantang mereka lebih
mendahulukan seorang dukun daripada bidan, dimana kepercayaan
mereka terhadap dukun masih sangat kuat. Sebaliknya Mereka juga
percaya terhadap bidan. Adapun makanan yang dianjurkan bidan yaitu
susu ibu hamil, makan empat sehat lima sempurna dan yang di anjurkan
dukun yaitu makan makanan yang berlendir agar pada saat pasca
persalinan lancer
Makanan yang dipantang dan makanan yang dianjurkan ada
bermacam-macam jenisnya, jenis makanan yang
dipantang seperti
nenas, papaya, ikan gurita, dan lain-lain, sedangkan makanan yang
dianjurkan adalah makanan yang empat sehat lima sempurna seperti
nasi, sayur mayur, dan ikan. Namun tidak semua jenis ikan boleh
dimakan oleh ibu hamil, walaupun secara medernisasi atau secara
163
kesehatan makanan tersubut penuh gizi dan bisa dikonsumsi makanan
tersebut, namun secara tradisi atau kepercayaan makanan tersebut
menjadi tabu/pantangan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil,
sehingga dengan adnya pantangan-pantanagan makanan tersebut maka
ibu hamil banyak yang KEK, anemia dan bayi BBLR, meskipun
kenyataan tersebut ada di depan mata namaun tidak merubah perilaku
masyarakat untuk berpantang makanan.
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi
jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap
barang siapa yang melanggarnya.Dalam ancaman bahaya ini terdapat
kesan magis, yaitu danya kekuatan superpower yang berbau mistik
yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau
tabu tersebut. Tampaknya berbagai pantangan atau tabu pada mulanya
dimaksudkan untuk melindungi kesehatan anak-anak dan ibunya, tetapi
tujuan ini bahkan ada yang berakibat sebaliknya, yaitu merugikan
kondisi gizi dan kesehatan. Secara universal adat atau kepercayaan
tentang makanan yang terkait dengan tabu ada di seluruh negara, baik di
negara yang teknologinya sudah maju maupun di negara berkembang.
Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan
kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil
dilarang makan telur dan daging, padahal telur dan daging justru sangat
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.
Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil
164
kekurangan gizi seperti anemia dan kurang energi kronis (KEK).
Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan dan bayi
yang dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih
diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun
anjuran ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik.
Misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk
memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun
beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu.
Misalnya, mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim
ke posisi semula, memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan
kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena proses persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh. Padahal praktik-praktik tersebut sering merugikan
kesehatan ibu (Iskandar, Meiwita B. 1996).
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap
masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi
165
oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan,
usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang
sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak
mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih
baik daripada anggota keluarga yang lain ; atau anak laki-laki diberi
makan lebih dulu dari pada anak perempuan. Walaupun pola makan ini
sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan
mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada
keluarga adalah ibu dengan kata lain ibumempunyai peran sebagai gatekeeper dari keluarga.
e. Pola Pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pada
saat persiapan Persalinan
Pemilihan ibu hamil yang ingin bersalin pada bidan umumnya
merupakan masyarakat yang mudah memperoleh akses pelayanan
kesehatan
(bidan),
sehingga
mudah
mendapatkan
pertolongan
persalinan, sedangkan ibu yang memeproleh pertolongan persalinan oleh
dukun bayi umunya jauh yaitu membutuhkan waktu lebih dari 2 jam
dengan perkiraan jarak 70 km untuk memperoleh pelayanan kesehtan,
serta tinggal didaerah yang masih tinggi adat istiadatnya dan umumnya
di pedesaan yang sangat terpencil dari akses ibu kota. Pola Pencarian
pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pada saat persiapan
Persalinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemana akan
166
melakukan persiapan dan bagaimana persiapan persalinan si ibu yang
merupakan satu bagian dari pelayanan antenatal care.
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Budaya
persiapan persalinan dialakukan kepada bidan dan dukun terlatih yang
bekerja sama. Persiapan dalam pelaksanan persalianan tidak terlalu
bayak yang dilakukan karena kebanyakan dari pasien melaksanakan
persalinan dirumah sendiri hanya di anjurkan untuk
banyak-banyak
beristirahat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kristiani dan Abbas (2006)
bahwa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan tenaga
professional (bidan desa) antara lain faktor lingkungan tempat bidan
bertugas, kesadaran masyarakat, bidan yang bertugas ditempatnya.
Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga
yang tidak professional dapat meningkatkan resiko komplikasi
kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian bayi.
Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu
tentang metode persalinan sehat dan aman yang seharusnya menjadi
pilihan utama mereka.Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, jelas bahwa derajat kesehatan yang diukur melalui indikator
kesehatan ibu dan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan sosial
budaya, termasuk keberadaan persalinan dukun.
Budaya pada saat persiapan Persalinan menunjukan bahwa
melakukan persiapan persalinan yaitu kepada bidan dan dukun, dimana
167
dukun masih dipercaya oleh masyarakat selain itu ada persaudaraan
mereka antara keluarga dengan dukun, sedangkan bidan mereka masih
kurang percaya dimana bidan masih ada yang belum menikah jadi
mereka belum berpengalaman. persiapan persalinan dilakukan dirumah
masing-masing yang akan ditemani bidan dan dukun
Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang cukup
besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu dan bayi,
karena sekitar 40% kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh dukun
bayi. Keadaan ini semakin diperparah karena umumnya dukun bayi
yang menolong persalinan tersebut bukan dukun terlatih. Dalam
konteks budaya (tradisi) masyarakat kita sering terdapat kebiasaankebiasaan yang kadang-kadang merugikan kesehatan bagi wanita hamil
dan ibu pasca bersalin. Kondisi ini terjadi pada masyarakat Papua Suku
Kamoro dan Amungme. Sebagian besar (67,65%) tidak memiliki
larangan untuk melakukan kegiatan tertentu selama kehamilan. Namun
demikian, terdapat pula budaya local yang menguntungkan, seperti
adanya larangan-larangan selama kehamilan terutama pada Suku
Kamoro. Larangan tersebut berupa; tidak boleh bekerja terlalu berat,
keluar malam, dekat-dekat dengan api, bekerja ringan seperti merapikan
tempat tidur, berlari-lari/melompat, berhubungan intim, membelah kayu
dan sebagainya.
Peran dukun ini cukup besar, sehingga eksistensinya masih
sangat
dibutuhkan
oleh
sebagian
masyarakat
Suku
Mandar.
168
Keberadaannya tidak hanya dilihat dari sisi jumlah yang ada, tetapi dari
sisi budaya Mandar cukup menarik dalam kajian konteks masalah
kesehatan ibu dan anak. Hal ini terkait dengan upaya menjalin
kemitraan pembangunan kesehatan, yang bermuara pada peningkatkan
derajat kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai
dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di
rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan
bahwa masih terdapat praktik-praktik persalinan oleh dukun yang dapat
membahayakan si ibu. Sebuah penelitian menunjukkan beberapa
tindakan/praktik yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi”
(membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), “kodok” (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus
untuk rnengeluarkan plasenta) atau “nyanda” (setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama
berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan)
(Iskandar, Meiwita B. 1996).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden dan
masyarakat sekitar Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas
kesehatan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat selalu
beranggapan bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang terlatih
dan sudah berpengalaman. Mereka juga masih percaya kepada dukun
karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga
169
mereka juga meminta tolong kepada dukun. Kebiasaan bidan dan dukun
beranak untuk menolong persalinan dilingkungan mereka yang
biasanya dilakukan di rumah, sehingga Persalin melalui bidan dan
dukun (sando) dianggap menguntungkan ibu hamil, khususnya mereka
dengan kondisi ekonomi yang rendah.
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan, perawatan ibu dan anak
sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes RI, 2007). Perilaku-perilaku
kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan
kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Pada
dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah
dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai
kebutuhan
kesehatan.
Memang
tidak
semua
praktek/perilaku
masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan
dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis
/kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan,
dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun
karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia
lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun.
170
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pola Pencarian
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial dan Budaya Masyarakat Di
Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 dapat
disimpulkan yang menjadi variabel penelitian sebagai berikut :
1. Variabel Sosial menunjukan bahwa pada Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil Berdasarkan Sosial Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang berdasarkan Dukungan Keluarga
diperoleh sebagian besar berada pada kategori positif (62,9%) dan
Pengetahuan diperoleh sebagian besar berada pada kategori positif (64,3%).
Namun pada Pendapatan diperoleh sebagian besar berada pada kategori
negatif (62,9%), dan Sikap diperoleh sebagian besar berada pada kategori
negatif (54,3%).
2. Variabel Budaya menunjukan bahwa pada Pola Pencarian Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015 yang berdasarkan pemeriksaan,
pencarian pelayanan kesehatan, pengobatan dan budaya makan serta
persiapan persalinan menunjukan bahwa dari 70 responden (100%) semua
respinden berada pada kategori baik. Selain itu Variabel Budaya menunjukan
bahwa pada Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Masyarakat di
170
171
Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015
yang diperoleh Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada Bidan, dan juga
dukun. Bidan mengecek kondisi dengan melihat kondisi pasien, mengukur
tekanan darah serta di USG. Dukun menyentuh perut si ibu hamil untuk
mengetahui letak dan kondisi bayi. Perawatan kehamilan dilakukan kepada
bidan di masa awal-awal kehamilan, dan pada masa akhir kehamilan tetap
menggunakan jasa dukun. Perawatan bidan mengukur tensi darah,
memberikan vitamin, tablet Fe, suntikan tetanus toksis, serta anjurkan untuk
rutin keposyandu. Perawatan dukun yaitu memperbaiki letak janin, dan
pemberian air do’a.
Pengobatan ibu hamil dilakukan menggabungkan antara pengobatan
tradisional dan moderen. Pengobatan Moderan seperti pemberian vitamin,
suntikan dan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita ibu
hamil. Tradisional seperti Memberikan jamu, ramuan-ramuan tradisional dari
daun-daunan. Informasi makanan kehamilan lebih banyak didengarkan dari
posyandu. Adapun Makanan yang dianjurkan oleh bidan yaitu makan sehat
dan bergizi yang lengkap. Persiapan persalinan dialakukan kepada bidan dan
dukun terlatih yang bekerja sama. Persiapan persalianan hanya di anjurkan
untuk banyak-banyak beristirahat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
172
1. Bagi pihak puskesmas perlu meningkatkan penyuluhan tentang mitos-mitos
yang dapat merugikan dan tidak mengutungkan kesehatan serta yang tak kalah
pentingnya pemanfaatan fasilitas kesehatan harus terus disosioalisasikan
kepada masyarakat, diadakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat yang
bermukim di wilayah pesisir dimana mereka ini kurang informasi yang
mereka terima terutama informasi tentang masalah kesehatan.
2. Bagi Ibu Hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesuai dengan ketentuan,
menjaga kesehatan dan bersalin di fasilitas kesehatan dan menyediakan
tabungan ibu bersalin.
3. Bagi dukun agar kerjasama dengan bidan melalui program kemitraan bidan
dan dukun.
4. Diharapkan ada penelitian selanjutnya tentang pola pencarian pelayanan
kesehatan ibu hamil.
173
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Panduan Penulisan Sripsi, Fakultas Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo, Kendari.
Ambarwati dan Rismintari, 2012 . Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kandungan.
Sumber Pelita : Bandung.
Bungin. B. 2003. Analisis Data Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Candra B. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta ; Gramedia
Departemen Kesehatan RI, 2010. Antenatal Care dan kesehatan ibu dan anak.
Tiga Utama : Jakarta.
Data Puskesmas Lasolo tahun 2014
Depkes RI, 2013. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Bina Kesehatan Keluarga.
Depkes RI, 2013.Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI, 2012. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI. Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Tahun 2014.
Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013. Profi Kesehatan Indonesia 2012.
Kemenkes 2012.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT.Rineka Cipta.
Jakarta.
Riskesdas, 2013. Angka Kematian Ibu Hamil, http://www.rikesda.go.id. Diakses
Tanggal 8 Maret 2015.
Sugiyono, 2006. Metode Penenlitian Kualitatif, Kuantitatif. Alfabeta. Bandung.
Saifuddin,
2012. Pokok-pokok Pelayanan Antinatal Care (ANC).
http://www.google.com. Diakses tanggal 8 Maret 2015
173
174
Saifuddin 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan II. EGC. Jakarta
Riduwan, 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta.
Bandung.
175
DOKUMENTASI PENELITIAN
sedang melakukan wawancara dengan informan kunci dukun
Sedang melakukan wawancara dengan informan kunci bidan
175
176
Sedang melakukan wawancara dengan responden
Ketika bertemu dengan camat lasolo pada waktu mengantar surat izin
penelitian di kecamatan lasolo
177
Depan kantor camat kecamatan lasolo pada saat mengantar surat izin
penelitian
Foto Bersama Dengan Pegawai puskesmas Lasolo
Download