I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput berumpun.
Sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun sebelum masehi. Bukti lainnya penemuan fosil butir padi dan
gabah ditemukan di Hanstinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 sebelum
masehi (Purwono dan Purnamawati, 2007). Menanam padi sawah sudah
dilakukan turun-temurun sebagian besar petani indonesia, karena padi merupakan
bahan pangan pokok yang vital bagi rakyat indonesia
Produksi padi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk,
walaupun sudah dilakukan berbagai upaya seperti penggunaan varietas unggul,
pemupukan, penggunaan alat mesin pertanian, dan penggunaan pestisida. Air
merupakan salah satu input pertanian yang sangat penting. Sumber air permukaan
sampai saat ini menjadi andalan untuk penyediaan air irigasi, namun tidak semua
daerah yang memiliki lahan pertanian dapat dilayani dengan irigasi teknis yang
bersumber dari air permukaan tersebut. Wilayah Indonesia masih mengandalkan
air hujan untuk usaha pertanian seperti pada sawah tadah hujan. Produktivitas
sektor tersebut bergantung pada keberadaan air hujan sebagai input pertanian.
Sawah tadah hujan mampu memiliki potensi untuk menggantikan sawah beririgasi
teknis yang berubah fungsi tata guna lahannya seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan ekonomi. Potensi tersebut harus dikembangkan dalam mendukung
ketahanan pangan nasional
1
2
Disadari bahwa belakangan ini kondisi sumberdaya air semakin terbatas,
beberapa alasan dikemukakan diantaranya adalah perubahan iklim, terjadinya
anomali iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang lebih kering dari
normalnya (Boer, 2003), serta perubahan kondisi wilayah tangkapan air. Di pihak
lain,
keberlanjutan
program
pembangunan,
menuntut
adanya
dukungan
persediaan sumberdaya air yang semakin meningkat, sehingga semua pihak yaitu
sektor-sektor
pengguna air termasuk masyarakat petani dihadapkan pada
permasalahan ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas. Penggenangan
air yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga
memberikan dampak yang kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman padi. Menurut Barkelaar (2001), air yang menggenang membuat sawah
menjadi haypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar sehingga tidak ideal untuk
pertumbuhan tanaman padi.
Penggunaan pupuk anorganik untuk pertanian saat ini semakin meningkat
dan melebihi batasan pemakaian seiring dengan mahalnya harga jual pupuk
organik. Penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan oleh petani beras di
Indonesia melebihi batas semestinya, yaitu sekitar 5000 juta ton yang seharusnya
hanya 2000 juta ton. Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan ini bukan hanya
menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas beras nasional, tetapi juga
menyebabkan lebih tingginya harga jual beras nasional daripada harga beras
impor, sehingga minat masyarakat terhadap produksi beras nasional berkurang
dan beras nasional tidak dapat bersaing dengan beras impor.
Menurut Sutanto (2006) Pemakaian pupuk kimia yang terus menerus
menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan
3
pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi
genetis tanaman pun tidak dapat dicapai mendekati maksimal. Pemakaian pupuk
anorganik yang relatif tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan dampak
negatif terhadap lingkungan tanah seperti tekstur dan struktur tanah.
Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi.
Pupuk organik hasil dekomposisi jerami jagung secara nyata meningkatkan hasil
panen padi dibandingkan dengan
kontrol atau tanpa pupuk organik. Dapat
dijelaskan bahwa pupuk organik membantu pertumbuhan tanaman padi karena
pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Peran bahan
organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya adalah merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran
bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Sutanto, Rachman. 2002).
Atas dasar permasalahan demikian, maka konsep pengembangan pertanian
ke depan tidak cukup lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil, tetapi juga
sekaligus menyangkut upaya pengaturan dan pemakaian air yang hemat.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini akan menguji studi
pemberian pupuk organik dan sistem pengairan terhadap hasil tanaman padi
varietas cigeulis.
4
1.2
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh pemberian tinggi genangan air dan pupuk organik
terhadap hasil tanaman padi varietas cigeulis?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
untuk mengetahui pengaruh pemberian tinggi genangan air dan pupuk
organik terhadap hasil tanaman padi varietas cigeulis.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dasar untuk
melakukan teknik budidaya padi
2. Memberi pertimbangan untuk melakukan teknik budidaya tanaman padi
yang baru dan efisien
1.5 Hipetesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah tanaman diberi air
macak-macak dan pupuk organik 4 ton/ha mampu memberikan peningkatan hasil
pada tanaman padi.
Download