State of The Art

advertisement
7
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti
yang pernah melakukan penelitian diantaranya :
Table 2.1 State of The Art
No.
1.
Keterangan
Judul Penelitian
Nama Peneliti I
Nama Peneliti II
Nama Peneliti III
Nama Peneliti IV
Nama Peneliti
V
Nama Peneliti
pada Penelitian
ini
Linda Klebe
Trevin˜o dan
Michael E. Brown
Daniel G. Arce M.
dan L. Beth Gunn
Ike Devi
Sulistyaningtyas
Mario Antonius
Birowo dan Yudi
Perbawaningsih
Gustina
Fira Oktaviani
Putri
Managing to be
Ethical: Debunking
five business ethics
myth (2004)
Working Well with
Others: The
Evolution of
Teamwork
and Ethics (2005)
Riset sebagai Ujung
Tombak
Keberhasilan
Program Public
Relations (2010)
Mengembangkan
Self Regulation
dalam Etika
Komunikasi (2004)
Etika Bisnis
Suatu Kajian
Nilai dan Moral
Dalam Bisnis
(2008)
Peran Public
Relations dalam
Meningkatkan
Etika Kerja
Karyawan di PT
Media Televisi
Indonesia (2014)
8
No.
2.
3.
4.
Keterangan
Metode yang
digunakan
Subjek
Penelitian
Hasil Penelitian
Nama Peneliti I
Nama Peneliti II
Nama Peneliti III
Nama Peneliti IV
Nama Peneliti
V
Nama Peneliti
pada Penelitian
ini
Linda Klebe
Trevin˜o dan
Michael E. Brown
Daniel G. Arce M.
dan L. Beth Gunn
Ike Devi
Sulistyaningtyas
Mario Antonius
Birowo dan Yudi
Perbawaningsih
Gustina
Fira Oktaviani
Putri
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Mempertanyakan
etika manajemen
perusahaan atas
kasus-kasus tidak
beretika dalam
lingkungan kerja
perusahaan
Meneliti cara
bekerjasama antar
karyawan dengan
menggunakan etika
dan norma yang
baik
Meneliti bahwa
Public Relations
mengarahkan
manajemen dan
komunikasi yang
berfungsi diantara
organisasi dan
publik
Meneliti masalah
etika yang muncul
dalam
berkomunikasi di
dunia kerja
Meneliti
pentingnya etika
dan moral
dalam berbisnis
Meneliti peran
public relations
dalam
meningkatkan
etika kerja
karyawan
Etika bertingkah
laku dalam kerja
harus di tegaskan
secara aktif oleh
para pemimpin
perusahaan
Memberikan
hukuman kepada
karyawan yang
bekerja dengan
etika yang buruk
Menerapkan
regulasi dengan
kesadaran diri
sendiri dalam
beretika dan
berkomunikasi
Tanpa adanya
etika bisnis
yang baik, maka
kegiatan bisnis
tersebut tidak
akan bertahan
lama
Public Relations
mempunyai
tanggung jawab
untuk
menciptakan citra
yang baik dari
sebuah
perusahaan, salah
satu cara nya
dengan
meningkatkan
etika kerja
9
karyawannya.
Yang dilakukan
oleh Public
Relations adalah
dengan
memberikan
training kepada
karyawannya.
Nama Peneliti I
No.
5.
6.
Keterangan
Perbedaan
masing-masing
Penelitian
Persamaan
masing-masing
Penelitian
Sumber: Penulis, 2014
Linda Klebe
Trevin˜o dan
Michael E. Brown
Penelitian ini
meneliti etika
secara general
dalam manajemen
suatu perusahaan
Penelitian ini
meneliti etika agar
perusahaan dapat
memiliki citra yang
baik
Nama Peneliti II
Nama Peneliti III
Daniel G. Arce M.
dan L. Beth Gunn
Ike Devi
Sulistyaningtyas
Penelitian ini
meneliti etika dari
segi kerja sama
antara karyawan
Penelitian ini
meneliti etika agar
dapet terciptanya
sinergi kerja yang
baik
Penelitian ini
meneliti apa saja
peran Public
Relations di dalam
perusahaan atau
organisasi
Nama Peneliti IV
Mario Antonius
Birowo dan Yudi
Perbawaningsih
Penelitian ini
meneliti tentang
masalah etika di
dalam komunikasi
penelitian ini
meneliti
permasalahan
komunikasi yang
disebabkan oleh
etika buruk
Nama Peneliti
V
Nama Peneliti
pada Penelitian
ini
Gustina
Fira Oktaviani
Putri
Penelitian ini
hanya
membahas etika
dari segi
berbisnis
Penelitian ini
meneliti betapa
pentingnya etika
kerja yang baik
dalam suatu
perusahaan
Penelitian ini
berfokus pada
bahasan peran
Public Relations
dalam
meningkatkan
etika kerja
karyawan
Penelitian ini
sama-sama
membahas
tentang etika kerja
10
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting di dalam masyarakat,
kegiatan komunikasi dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial tidak
dapat dipisahkan, manusia sejak lahir selalu terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Terutama pada era globalisasi ini, dimana informasi menjadi
salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Pemenuhan akan informasi
tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara yaitu melaui media massa,
media elektronik
dan
menggunakan
teknik
dari
mulut
ke mulut
penyebarannya. Dengan adanya komunikasi, manusia menjadi pribadi yang
bertahan sebagai mahluk sosial. Komunikasi sangat diperlukan sebagai salah
satu saranan untuk mengarahkan mereka menuju pergaulan yang lebih luas.
Komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan pesan atau informasi
kepada orang lain sehingga pesan tersebut dapat tersampaikan.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication yaitu
berasal dari bahasa latin, Communicatio dan bersumber dari kata Communis
yang berarti sama. Sama disini memiliki arti sama makna (Effendy, 2004,
hal.9).
Menurut Karlfred Knap dalam Tommy Suprapto, menyatakan bahwa
komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem
simbol linguistik, seperti verbal dan non verbal. Sistem ini bisa dilakukan
dengan menggunakan cara tatap langsung atau tulisan (Suprapto, 2009,
hal.6).
Maka apabila terdapat dua orang terlibat dalam komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama memiliki kesamaan makna mengenai apa
yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan
tersebut belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, selain
mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari percakapan.
Dengan demikian, secara garis besar komunikasi merupakan suatu sarana
untuk menyampaikan informasi maupun pesan kepada orang lain untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik mereka secara aktif memberi pesan
komunikasi maupun sebagai penerima komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang sangat membutuhkan informasi.
11
2.2.1.1 Prinsip Komunikasi
Deddy Mulyana membuat istilah-istilah baru yaitu prinsipprinsip komunikasi. Terdapat prinsip komunikasi yang dikatakan
sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi
yaitu (Mulyana, 2007, hal.35) :
1. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu yaitu
pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik
secara verbal maupun non verbal disesuaikan dengan tempat,
dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa
pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
2. Komunikasi bersifat sistemik adalah dalam diri setiap orang
mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal
internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan
lingkungan
dimana
dia
bersosialisasi
mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
3. Semakin mirip latar belakang budaya semakin efektiflah
komunikasi jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari
suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang
sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai
makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan komunikasi yang dikutip oleh Rosadi Ruslan
adalah tercapainya saling pengertian antar kedua belah pihak.
Sebelum
pesan-pesan
tersebut
dikirim
kepada
komunikan,
komunikator memberikan makna-makna dalam pesan tersebut yang
kemudian ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai
dengan konsep yang dimilikinya (Ruslan, 2006, hal.81).
12
Menurut (Effendy, 2004, hal.55) terdapat empat tujuan
komunikasi, yaitu:
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
Adalah kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat akan
berubah sikapnya.
2. Mengubah opini atau pendapat (to change the opinion)
Adalah informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya
supaya masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya
terhadap tujuan informasi itu disampaikan.
3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
Adalah kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah
perilakunya.
4. Perubahan sosial (to change the social change)
Adalah perubahan sosial dan partisipasi sosial, memberikan
berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya
masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan
informasi itu di sampaikan.
Dalam praktiknya, tujuan komunikasi lebih ditekankan pada
usaha penyampaian komunikasi, mendidik, mempengaruhi dan
menghibur orang lain.
2.2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Unsur sering juga disebut bagian, komponen, dan elemen. Jadi
yang dimaksud dengan komponen atau unsur adalah bagian dari
keseluruhan dalam suatu hal. Unsur- unsur komunikasi menurut
(Wiryanto, 2006, hal.23) sebagai berikut:
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada
khalayak atau komunikan. Karena itu komunikator bisa
disebut pengirim, sumber, source, encoder. Sebagai pelaku
utama dalam proses komunikasi, komunikator
memegang
13
peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan
jalannya komunikasi. Oleh karena itu, seorang komunikator
harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh
daya kreativitas.
2. Pesan
Dalam buku pengantar ilmu komunikasi, pesan yang
dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan
pengirim
kepada
penerima.
Pesan
dapat
disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi.
Isinyabias berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasihat atau propaganda. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak.
Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima
oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan
sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerakgerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
3. Media
Dalam buku pengantar ilmu komunikasi, media adalah alat
atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi
memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka
media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah
panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan
yang diterima selanjutnya oleh panca indera selanjutnya
diproses oleh pikiran.
4. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah yang menganalisis
dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
14
5. Efek
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan
pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga
tataran pengaruh dalam diri komunikasi, yaitu kognitif
(seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap
seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju
terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat
seseorang bertindak melakukan sesuatu).
2.2.2
Public Relations
Public Relations menurut Rex F. Harlow dalam Cutlip, Center &
Broom, menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen
tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi,
pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi
dan publiknya, Public Relations melibatkan manajemen problem atau
manajemen isu, Public Relations membantu manajemen agar tetap responsif
dan mendapat informasi terkini tentang opini publik, Public Relations
mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani
kepentingan publik, selain itu Public Relations membantu manajemen tetap
mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif dan Public
Relations dalam hal ini adalah sebagai system peringatan dini untuk
mengantisipasi arah perubahan (trends) serta, Public Relations menggunakan
riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya (Cutlip,
Center, & Broom, 2006, hal. 5).
Selain itu Public Relations juga dapat di definisikan menurut
Dominick, op.cit dalam Morissan, Public Relations adalah seni dan ilmu
sosial dalam menganalisis kecenderungan, memperkirakan akibat-akibat,
memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan program
tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan
khalayaknya (Morissan, 2008, hal. 8).
Menurut Frank Jefkins dalam Morissan, memaparkan bahwa Public
Relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
15
berlandaskan pada saling pengertian, menurutnya Public Relations pada
intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui
pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul
suatu dampak yakni perubahan yang positif (Morissan, 2008, hal. 8).
Dari definisi-definisi yang dinyatakan oleh para ahli, Public Relations
dapat disimpulkan bahwa Public Relations merupakan suatu jembatan
komunikasi dari organisasi terhadap karyawannya serta merupakan fungsi
manajemen yang membantu dan membangun komunikasi antar karyawan.
2.2.2.1 Peran Public Relations
Public Relations memiliki banyak peran penting di dalam
perusahaan. Peran-peran tersebut dapat memberikan dampak besar
terhadap status perusahaan. Menurut (Ruslan, 2006, hal.26) peran
Public Relations adalah sebagai berikut:
1. Communicator : Artinya kemampuan sebagai komunikator
baik secara
langsung maupun tidak langsung, bisa melalui
media cetak, elektronik, online, dan lisan. Di samping itu juga
bertindak sebagai persuader.
2. Relationship : Kemampuan peran PR membangun hubungan
yang positif antara lembaga yang diwakilinya. Juga, berupaya
menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja
sama, dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut. PR
dituntut untuk bisa bekerjasama dengan baik dengan pihak
internal dan juga eksternal.
3. Back up Management : Melakukan dukungan manajemen atau
menunjang
kegiatan lain, seperti acara seminar, workshop,
training, promosi, pemasaran, personalia dan sebagainya untuk
mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok
perusahaan atau organisasi.
16
4. Good Image Maker : Menciptakan citra atau publikasi yang
positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi
tujuan
utama
bagi
aktifitas
Public
Relations
dalam
melaksanakan manajemen Public Relations membangun citra
atau nama baik organisasi yang diwakilinya.
2.2.2.2 Fungsi Public Relations
PRSA (Public Relations Society of America) dalam Cutlip,
Center & Broom, memaparkan bahwa salah satu fungsi Public
Relations adalah sebagai fungsi manajemen. Sebagai sebuah fungsi
manajemen, Public Relations mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Memberi saran kepada manajemen di semua level di dalam
organisasi sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya
tindakan, dan komunikasi, dan mempertimbangkan ramifikasi
publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan
organisasi.
2. Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin
program-program aksi dan komunikasi untuk mendapatkan
pemahaman publik yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan
organisasi. Ini mungkin mencakup program marketing,
finansial, pengumpulan dana, karyawan, komunitas atau
hubungan pemerintah, dan program-program lain.
3. Menentukan tujuan, rencana, anggaran, rekrutmen dan training
staf, mengembangkan fasilitas-ringkasnya, mengelola sumber
daya yang dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut
diatas.
Dalam membantu mendefinisikan dan mengimplementasikan
kebijakan, praktisi Public Relations menggunakan beragam keahlian
komunikasi profesional dan memainkan peran integratif baik itu di
dalam organisasi maupun antara organisasi dan lingkungan eksternal
(Cutlip, Center, & Broom, 2006, hal. 7).
17
Selain itu hubungan terpenting dalam organisasi adalah
hubungannya dengan karyawan di semua level. Istilah publik internal
dan publik karyawan mengacu pada baik itu manajer maupun orangorang yang menjadi bawahannya. Menurut Alvie Smith dalam Cutlip,
Center & Broom, ada dua faktor yang mempengaruhi komunikasi
internal dengan karyawan dan menambah rasa hormat manajemen
terhadap salah satu fungsi Public Relations ini, diantaranya :
1. Manfaat dari pemahaman, teamwork, dan komitmen karyawan
dalam mencapai hasil yang diinginkan. Aspek positif dari
perilaku karyawan ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi
interaktif yang efektif di seluruh organisasi.
2. Kebutuhan untuk membangun jaringan komunikasi manajer
yang kuat, yang membuat setiap supervisor di semua level
dapat
melakukan
komunikasi
secara
efektif
dengan
karyawannya. Kebutuhan ini lebih dari sekadar menciptakan
informasi yang berhubungan dengan pekerjaan tetapi juga
harus memuat informasi bisnis dan isu publik yang
mempengaruhi organisasi secara keseluruhan. Organisasi akan
kehilangan sebagian besar potensi sumber daya manusianya
karena tidak memprioritaskan komunikasi dua arah yang
efektif yang merupakan landasan untuk hubungan manajemenkaryawan dan kinerja pekerjaan secara keseluruhan. Smith
menyebut ini sebagai konsekuensi akibat kemalasan dalam
bekerja (Cutlip, Center, & Broom, 2006, hal. 254-255).
2.2.3
Etika
Etika (etimologi) berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari Bahasa Latin, yaitu mos
dan dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk (Ruslan, 2014, hal. 31). Berikut
adalah definisi etika menurut beberapa ahli :
18
1. Menurut Lawrence, Weber, Post, dalam Agoes & Ardana. Etika
adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah. Etika
menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan
berkaitan
dengan
hubungan
kemanusiaan
yang
fundamental,
bagaimana kita berpikir dan bertindak terhadap orang lain dan
bagaimana kita inginkan mereka berpikir dan bertindak terhadap kita.
2. Menurut David P. Baron dalam Agoes & Ardana. Etika adalah suatu
pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas
penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif (Agoes & Ardana, 2011, hal.
27).
Sering kali orang mencampur aduk istilah etika dan etiket. Etika
adalah cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan moral atau kesusilaan. Sedangkan etiket ialah kata karma
atau sopan santun (Suranto, 2011,hal. 126).
2.2.3.1 Jenis-Jenis Etika
Menurut (Suranto, 2011,hal. 126-127). Etika terbagi menjadi
dua kategori, berikut jenis-jenis etika:
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau
perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik atau
buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama, baik dalam
keluarga maupun di dalam masyarakat. Kerangka etika ini
pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di
keluarga atau di masyarakat sebagai acuan etis. Apakah
tindakan seseorang itu etis ataukah tidak, tergantung
kesesuaiannya dengan yang dilakukan oleh kebanyakan
orang. Jadi ukuran etisnya sederhana saja, kalau tidak
bertentangan
dengan
kebiasaan,
maka
tindakan
itu
dikategorikan etis. Namun apabila berbeda dengan yang
dilakukan oleh kebanyakan orang merupakan tindakan yang
tidak etis.
19
2. Etika Normatif
Etika normatif berusaha menelaah dan memberikan penilaian
etis atas tindakan dengan cara yang berbeda, yaitu dengan
menggunakan norma yang dibuat oleh otoritas tertentu.
Dengan demikian apakah tindakan itu etis atau tidak,
tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang
sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat.
2.2.4
Etika Profesi
Menurut Cutlip, Center, dan Broom dalam Ruslan. Arti secara umum
tentang etika profesi adalah perilaku yang dianjurkan secara tepat dalam
bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang pada umumnya dapat diterima
oleh masyarakat atau kebudayaan. Menurut profesional aplikasi nilai-nilai
moral dalam praktiknya mengacu pada etika pelaksanaannya. Membangun
etika perilaku profesi tersebut idealnya sesuai dengan kode etik yang formal
dan diakui secara profesional, yang berdasarkan cara pelaksanaannya (how to
law enforcement) dan penerapan sanksinya (what is sanctions) jika terjadi
pelanggaran dalam praktiknya (Ruslan, 2014, hal.71).
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para
pelaksana sebagai seseorang yang profesional supaya tidak dapat merusak
etika profesi. Menurut (Moore, 2005, hal. 193), ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik profesi, diantaranya adalah :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa
dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
20
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti
tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
Menurut (Ruslan, 2014, hal.54-55), para profesional dapat memiliki
kualifikasi kemampuan tertentu, seperti berikut :
1. Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility)
Kemampuan ini merupakan landasan kesadaran yang utama bagi
seorang profesional untuk lebih sensitif dalam memperhatikan
kepentingan profesi, bukan untuk subjektif, tetapi ditujukan untuk
kepentingan yang lebih luas (objektif).
2. Kemampuan untuk berpikir secara etis (ethical reasoning)
Memiliki kemampuan, berwawasan dan berpikir secara etis, dan
mempertimbangkan tindakan profesi atau mengambil keputusan harus
berdasarkan pertimbangan rasional, objektif, dan penuh integritas
pribadi serta tanggung jawab yang tinggi.
3. Kemampuan untuk berperilaku secara etis (ethical conduct)
Memiliki perilaku, sikap, etika moral, dan tata krama (etiket) yang
baik (good moral good manner) dalam bergaul atau berhubungan
dengan
pihak
lain
(social
contact).
Termasuk
dalamnya
memperhatikan hak-hak pihak lain dan saling menghormati pendapat
atau menghargai martabat orang lain.
4. Kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (ethical leadership)
Kemampuan atau memiliki jiwa untuk memimpin secara etis,
diperlukan untuk mengayomi, membimbing, dan membina pihak lain
yang dipimpinnya. Termasuk menghargai pendapat dan kritikan dari
orang lain demi tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
21
2.2.4.1 Prinsip Etika Profesi
Menurut Keraf dalam (Ruslan, 2014, hal.55-57), adanya
prinsip etika profesi, berikut diantaranya :
1. Prinsip Tanggung jawab
Setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa
tanggung jawab terhadap profesi. Hasil dan dampak yang
ditimbulkan memiliki dua arti sebagai berikut :
-
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau
fungsinya (by function), artinya keputusan yang
diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus baik
serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
standar profesi, efisien, dan efektif.
-
Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari
tindakan dari pelaksanaan profesi (by profession)
tersebut terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi,
organisasi/perusahaan dan masyarakat umum lainnya,
serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi dirinya atau
pihak lainnya. Prinsipnya, seorang profesional harus
berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat sesuatu
kejahatan (non maleficence)
2. Prinsip Kejujuran
Jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang
disandangnya,
mengakui
menyombongkan
diri,
kelemahannya
serta
berupaya
dan
tidak
terus
untuk
mengembangkan diri dalam mencapai kesempurnaan bidang
keahlian dan profesinya melalui pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman. Di samping itu, tidak akan melacurkan
profesinya
untuk
tujuan
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan demi tujuan materi semata atau
kepentingan sepihak.
22
3. Prinsip Keadilan
Yaitu prinsip yang menuntut orang yang profesional agar
dalam melaksanakan profesinya tidak akan merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang
dilayani dalam kaitannya dengan profesi yang dimilikinya.
4. Prinsip Otonomi
Yaitu prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap
dunia luar agar mereka diberikan kebebasan sepenuhnya
dalam menjalankan profesinya. Sebenarnya hal ini merupakan
konsekuensi dari hakekat profesi itu sendiri. Karena hanya
mereka yang profesional ahli dan terampil dalam bidang
profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur
tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut.
5. Prinsip Integritas Moral
Yaitu prinsip yang berdasarkan pada hakekat dan ciri-ciri
profesi di atas terlihat jelas bahwa orang yang profesional
adalah juga orang yang mempunyai integritas pribadi atau
moral yang tinggi. Oleh karena itu mereka mempunyai
komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama
baiknya, dan juga kepentingan orang lain maupun masyarakat
luas.
23
2.3
Kerangka Pemikiran
Komunikasi
Public Relations
Peran Public
Relations
Communicator
Relationship
Back Up
Management
Etika
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Good Image
Maker
24
Download