Silabus Riset Media - UIGM | Login Student

advertisement
Silabus Riset Media
Jenjang Pendidikan
Mata Kuliah
Kode
Bobot
Program Studi
Konsentrasi
Semester
Mata Kuliah Prasyarat
Dosen Pengampu
Asisten Dosen
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
1.:
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Indikator
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
S1
Riset Media
3 sks
Ilmu Pemerintahan
Ilmu Pemerintahan
Isabella
Memahami bagaimana melakukan penelitian media dan memilih teknik
analisis dalam melakukan penelitian media
Mendeskripsikan tentang teori media
Mendeskripsikan tentang paradigma dan jenis penelitian media
Menjelaskan bagaimana melakukan penelitian terhadap organisasi media
Menjelaskan bagaimana memilih teknik analisis dalam melakukan
penelitian terhadap organisasi media
Menjelaskan bagaimana melakukan penelitian terhadap teks media
Menjelaskan bagaimana memilih teknik analisis dalam melakukan
penelitian terhadap teks media
Menjelaskan bagaimana melakukan penelitian terhadap khalayak media
Menjelaskan bagaimana memilih teknik analisis dalam melakukan
penelitian terhadap khalayak media
Menjelaskan bagaimana melakukan penelitian terhadap media baru
Menjelaskan bagaimana memilih teknik analisis dalam melakukan
penelitian terhadap media baru
Menjelaskan bagaimana melakukan penelitian terhadap konteks media
Menjelaskan bagaimana memilih teknik analisis dalam melakukan
penelitian terhadap konteks media
Setelah menyelesaikan seluruh materi perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat :
Menjelaskan tentang teori media
Menjelaskan paradigma dan jenis penelitian media
Melakukan penelitian terhadap organisasi media
Memilih teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap organisasi
media
Melakukan penelitian terhadap teks media
Memilih teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap teks media
Melakukan penelitian terhadap khalayak media
Memilih teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap khalayak
media
Melakukan penelitian terhadap media baru
Memilih teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap media baru
Melakukan penelitian terhadap konteks media
Memilih teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap konteks
media
Deskripsi Mata Kuliah
Materi Pokok Perkuliahan
Metode Pembelajaran
Penilaian
: Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai
1.:
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
teori tentang media, paradigma dan jenis-jenis penelitian media,
bagaimana melakukan penelitian media, apa saja yang bisa diteliti oleh
media, dan teknik analisis apa saja yang bisa digunakan dalam melakukan
penelitian media.
Teori Media
Paradigma dan Jenis Penelitian Media
Penelitian terhadap organisasi media
Teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap organisasi media
Penelitian terhadap teks media
Teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap teks media
Penelitian terhadap khalayak media
Teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap khalayak media
Penelitian terhadap media baru
Teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap media baru
Penelitian terhadap konteks media
Teknik analisis dalam melakukan penelitian terhadap konteks media
: Ceramah, Tanya-Jawab, Diskusi Kelompok, Praktik Penelitian
: Penilaian diperoleh dari aspek-aspek:
1. Kehadiran di kelas
2. Tugas mandiri
3. Ujian Tengah Semester
4. Ujian Akhir Semester
Buku Sumber
1.:
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
: 10 %
: 20 %
: 30 %
: 40 %
100%
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana. Jogjakarta: LKiS
Eriyanto. (2002). Analisis Framing. Jogjakarta: LKiS
Eriyanto. (2011). Analisis Isi. Jakarta: Penerbit Kencana.
Eriyanto. (2013). Analisis Naratif. Jakarta: Penerbit Kencana
Gunter, Barrie. (2000). Media Research Methods. Thousand Oaks, CA:
SAGE Publications.
Iorio, Sharon Hartin. (2004). Qualitative Research in Journalism.
Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Jensen, Klaus Bruhn. (2002). Handbook of Media and Communication
Research. London and New York: Routledge.
Jensen, Klaus Bruhn and Jankowski, Nicholas W (Eds.). (1991). A
Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication
Research. London and New York: Routledge.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana.
Perry, David K. (2002). Theory and Research in Mass Communication.
Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Rayner, Philip, Wall, Peter and Kruger, Stephen. (2004). Media Studies:
The Essential Resaoursce. London and New York.
Sevilla, Consuelo G. (2006). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI
Press
William, Kevin. (2003). Understanding Media Theory. London: Arnold.
Wimmer, Roger D. dan Dominick, Joseph R. (2011). Mass Media
Research. Boston, MA: Wadsworth.
Teori media klasik: Mcluhan & inis
Media merupakan perpanjangan pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan
membiaskan massa historis apapun. Seperti media yang mengikat waktu (dibiaskan terhadap
tradisi) dan media yang mengikat ruang (memudahkan komunikasi dari satu tempat ke tempat
lain, mendorong perkembangan kerajaan, birokrasi yang besar dan militer). Maksudnya, media
sebagai sebuah pikiran manusia yang diciptakan untuk memaksakan manusia dikuasai oleh
manusia media.
Contoh :
Pangeran William dari UK yang begitu di puja oleh orang Inggris akibat campur tangan media
yang selalu memperlihatkan dan menyorot kehidupan dan keagungan keluarga kerajaan memalui
media televise sehingga khalayak mengetahui sejarah dan perkembangan kerajaan itu.
3.
Teori Media Baru
Dalam teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama dan kedua. Pertama,
pandangan interaksi social : membedakan media menurut seberapa dekat media dengan model
interaksi tatap muka. Kedua, pandangan integritas social : pendekatan ini menggambarkan media
bukan dalam bentukinformasi, interaksi, atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau
bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan
menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.
Contoh :
Media televise menayangkan berita tentang Malaysia yang akan meminta hak paten batik sebagai
Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering diikuti banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam
saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what
that effect) (Littlejhon, 1996).warisan kebudayaannya, dengan adanua berita tersebut menyulut
kemarahan rakyat Indonesia sehingga masyarakat memutuskan untuk mendaftarkan batik
sebagai kebudayaan masyarakat ke UNESCO dengan menggunakan batik secara bersama-sama
pada hari Jumat sehingga masyrakat merasa saling memiliki bahwa batik adalah milik bangsa
Indonesia.
4.
Teori Model Lasswell
Penemu teori ini adalah
Contoh :
Seorang calon presiden (siapa), berbicara mengenai perubahan yang harus dilakukan pemimpin
negara untuk kemajuan bangsa (apa), melalui kampanye yang disiarkan di televise (saluran),
kepada khalayak atau masyarakat (kepada siapa) dengan pengaruh yang terjadi khalayak
mendapat kesan terhadap calon presiden itu untuk memilih atau tidak memilihnya (effect).
Kisah nyata, Jhon F kennedy yang menggunakan media massa televisi sebagai alat untuk
kampanye agar mendapat kesan yang baik oleh rakyat Amerika, dan terbukti dia mendapat
dukungan mayoritas dan terpilih sebagai presiden Amerika.
5.
Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap
Anda terhadap media, kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada
Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
Contoh :
jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan
dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda
dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan
suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan
menghindari untuk melihatnya.
6.
Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah
bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi
khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting
juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat,
terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan
pendapat.
Contoh:
Hampir semua Media akhir-akhir ini selalu menayangkan berita mengenai sepak bola nasional
di ajang piala AFF asia tenggara dan pemainnya, sehingga masyarakat pun merasa hal ini
penting untuk saat ini, sementara kasus gayus yang belum jelas duduk permasalahnnya dilupakan
begitu saja, apa yang menurut media penting untuk diberitakan maka penting juga oleh khalayak,
karena berita/ informasi yangdi dapat oleh masyarakat secara meluas adalah melalui media.
7.
Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan
Melvin Defleur. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang
berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta
mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa
khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media
dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan
minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media,
sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi
sosial.
Contoh :
Masyarakat menegah kebawah/tingkat pendidikan rendah lebih cenderung mencari informasi
melalaui berita televise dan lebih percaya terhadap berita apapun yang ditampilkan di televisi,
sementara masyarakat menengah keatas/tingkat pendidikan tinggi lebih suka meluangkan waktu
untuk membaca koran agar informasi berita yang di dapatkan lebih akurat dan banyak.
8.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang
memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan
terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, dimana
media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses
memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam
aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:



Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agendasetting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan
dukungan moral.
Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu
tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu
aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.]
Contoh :
Media menayangkan gempa yang telah terjadi beserta jumlah korban yang tertimpa kepada
khalayak dengan memasukkan gambar dan langsung terjun ke lapangan sehingga meningkatkan
dukungan moral masyarakat untuk membantu dengan adanya pengumpulan dana secara kolektif
oleh masyarakat bagi korban bencana, relawan-relawan berdatangan ke lokasi kejadian.
9.
Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan
media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses
komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha
memenuhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk
memuaskan kebutuhannya.
Contoh :
Seorang pelajar yang mendapat tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai
kasus korupsi yang terjadi di Indonesia akan memilih media yng mungkin cocok dan
memeberikan kepuasan dalam mendapatkan informasi yang di inginkan seperti memilih internet
atau koran di bandingkan televise/radio.
10. Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman
(1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini
menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu
tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
Bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti kesendirian
mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu.
Contoh :
Dalam kasus bank century, kebanyakan media menayangkan pemberitaan atau opini yang
menyalahkan srimulyani dan boediono dalam dana talangan 1,7 triliun, apabila salah satu media
tidak ikut serta dalam penyangan tersebut maka media akan mendapat isolasi dari masyarakat
dengan tidak menonton/membaca dari stasiun tv/koran tersebut. Otomatis media bungkam dan
ikut menerima kemudian menayangkan berita yang ada terlepas dari benar atau tidaknya berita
tersebut.
11. Teori persamaan media
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (professor jurusan
komunikasi Universitas Stanford Amerika). Teori ini relatif sangat baru dalam dunia komunikasi
massa. Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan
mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis merespon apa yang
dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia? Dengan demikian, menurut asumsi
teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak
berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal
yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.
Contoh :
Masyarakat berdemo karena isu yang ditampilkan oleh media atau orang-orang bisa memberikan
kritik dan saran ketika acara itu tayang melalui jejaring social atau telfon interaktif langsung ke
studio.
12. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang
dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality.
A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang
sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun
secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses
simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas
yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau
intersubjektif.
Maksudnya, media menambil informasi apa yang sedang hangat atau dianggap penting oleh
masyarakat, dan isu/informasi apa yang dianggap penting oleh media, kemudian diolah dan
dikombine semenarik mungkin dan di tayangkan kembali kepada masyarakat.
Contoh :
Wanita Indonesia cenderung menginginkan kulit putih dan rambut hitam lurus, sehingga media
sebagai tempat untuk menayangkan iklan produk pemutih dan shampoo rambut hitam berkilau.
13. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya.
Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses
perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensikonsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau
secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin
terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen
luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.Dalam
difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar.
Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk
menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi
akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung
atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
Contoh :
Wacana penggunaan nuklir sebagai pengganti minyak dan batubara, mungkin wacana itu ada
sudah lama tapi pemberitaannya baru menarik sekarang dengan adanya isu-isu dan opini para
ahli dan pendapat masyarakat awam, melalui media yang tersebar di dunia. Sehingga negara lain
juga berusaha meneliti dan mencoba penggunaan tenaga nuklir apakah berdampak fatal atau
tidak.
14. Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa
dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi
adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan
bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan
sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif
koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal
kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya.
Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan
keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi
sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola
berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama
dari lingkungan simbolis umum. Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi),
karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori
kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi
Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang
sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan
simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi
dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
Contoh :
Televise memudahkan khalayak dalam mendapatkan berita, tidak perlu membaca koran karena
sedang menyetir atau ada yang dilakukan, kita bisa melihat dan mendengar informasi sekaligus
melalui televise.
15. Normative Theory
Bagaimana seharusnya media (das sollen) agar sesuai dengan nilai sosial yang ada dalm
masyarakat, tujuannya adalah membentuk institusi media agar sesuai dengan keinginan
masyarakat.
16. Operational Theory
Dikembangkan oleh praktisi media, agar cara kerja media seirama dengan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan sosial. Teori ini ingin Menjawab:
“Apa yang dapat menyenangkan publik?”, “Apakah yang dapat membuahkan hasil?”
“Berita apakah yang berharga?”
“Bagaimana tanggung jawab wartawan dan media tertentu dalam situasi tertentu pula?”
17. Commonsense Theory
Teori akal sehat, maksudnya setiap orang punya teori lewat pengalaman sehari-harinya.
18. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam
kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses
stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup
menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan
menentukan pendapat umum.
19. Teori Informasi atau Matematis
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif:
komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media
komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat
kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan
decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud
adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of
mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap
dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab
proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan
cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
20. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism Theory)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertama
Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah Communication and Cultural
Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi media di
seluruh dunia ini. Ini berarti pula, media massa negara Barat juga mendominasi media massa di
dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media
dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka
ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi
proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran
budaya asli di negara ketiga. Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua mayoritas media
massa di dunia ini, seperti film, berita, komik, foto dan lain-lain. Mengapa mereka bisa
mendominasi seperti itu? Pertama, mereka mempunyai uang. Dengan uang mereka akan bisa
berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media massa.
Bahkan media Barat sudah dikembangkan secara kapitalis. Dengan kata lain, media massa Barat
sudah dikembangkan menjadi industri yang juga mementingkan laba.
Contoh :
Media barat amerika seenaknya memojokkan negara afganistan dengan membuat isu adanya
bom nuklir di negara tersebut agar bisa mengintervensi afganistan, supaya tidak mendapat
kecaman dari negara lain, terlepas dari tujuan utama menjajah negara itu, media sebagai
pencitraan/ peredam isu.
21. Teori Determinisme Teknologi (Technological Determinism Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya
The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah bahwa
perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula
keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir,
berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk
bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku
yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke
masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik. McLuhan berpikir bahwa budaya
kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang
layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan
budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan
manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan
untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu
akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”.
22. Teori Kritis Media (Media Critical Theory)
Teori media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial
Marxis. Beberapa tokoh yang mempeloporinya antara lain Karl Mark, Engels (pemikiran klasik),
George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse,
Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin, Hamza
Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science (cabang ilmu
sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo dan membebaskan manusia, khususnya rakyat
miskin dan kecil dari status quo dan struktur sistem yang menindas).Beberapa teori studi budaya
(cultural studies) dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan dengan teori kritis. Sebab, teori-teori
itu secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik terhadap status quo. Teori kritis
membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum
sosial media massa.
23. Teori Inokulasi/jarum suntik (Mc. Gure)
Teori ini mengasumsikan individu/kelompok yang lemah terhadap pemahaman informasi berupa
persepsi akan semakin mudah dipengaruhi. Teori Inokulasi memberi “vaksin” berupa informasi
atau persepsi untuk menghindarkan individu terpengaruhi/menangkal pengaruh.
Contoh :
Masayarakat yang tidak tahu tentang informasi atau fakta di lapangan akan mudah dipengaruhi
untuk menyalahkan keluarga presiden dengan penayangan seputar wacana ibu negara dalam
pencalonan presiden 2015.
24. Individual Defferences Theory (Melvin DeFleur)
Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan kebutuhan
personal individu dan latar belakang perbedaan tingkat pendidikan, agama, budaya, ekonomi
sesuai dengan karakteristik. Efek pesan pada individu akan beragam walaupun individu
menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang
disampaikan media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan
yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut
sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.
Contoh :
Seorang yang berpendidikan lebih suka melihat berita-berita baik di tv ataupun koran, sementara
para ibu rumah tangga lebih suka menonton gossip atau sinetron.
25. Teori Social Category (DeFleur)
Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku atau
sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang
disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam
kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan, ekonomi, agama dsb.
Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau
khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar
tertentu.
Contoh:
Majalah Bobo misalnya diperuntukan untuk anak-anak, majalah Bola, Soccer, diperuntukan bagi
mereka yang senang olahraga. Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu
yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan
waktu dan segmen khalayaknya.
26. Social Relationship Theory (DeFleur)
Pesan media disampaikan melalui perantara/tidak langsung (opinion leader). Pada dasarnya
pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu melalui hubungan personal
dibanding langsung dari media massa.
Informasi melalui media massa tersebar melalui hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat.
Teori ini berhubungan dengan teori Two Step Flow Communication.
27. Cultural Norms Theory (Norma Budaya) – (DeFleur)
Media massa menyampaikan informasi dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang
oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai budayanya.
Pesan media mampu mengubah norma-norma budaya yang telah ada/berlaku dalam masyarakat.
Dalam hal ini ada tiga indicator peran media terhadap budaya, yakni: memperkuat norma,
mengubah norma, menciptakan norma baru.
Penjelasan:
Media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara :Pesan-pesan yang
disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada.Ketika suatu budaya telah kehilangan
tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada
awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali.
Contoh :
Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan Televisi terbukti telah
memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa telah
menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
28. Social Learning Theory (Teori pembelajaran social)
Pembelajaran sosial dilakukan/didapat melalui pengamatan media. Respon/tindakan individu
muncul setelah melakukan pengamatan terhadap pesan yang disampaikan media baik secara
langsung maupun tidak langsung. Teori ini mengalahkan teori sebelumnya, yakni teori
tradisional yang menyatakan respon individu/masyarakat akan terjadi bila dilakukan secara
berulang pada aktivitas tertentu hingga mengakibatkan respon tertentu.
Teori ini dapat digambarkan sbb:
– Mencoba → berhasil → diulangi
– Mencoba → gagal → tidak akan mengulangi
Tahapan-tahapan Teori Sosial Learning
1. Attention Procces : Pembelajaran sosial dilakukan melaui perhatian individu
2. Retentional Procces: Pembelajaran sosial dilakukan melaui ingatan/merekam objek
3. Motor Retroduction : Pembelajaran sosial dilakukan melaui tindakan/aktivitas
4. Motivational Procces : Timbulnya motivasi atas adanya ganjaran terhadap proses yang
dilakukan.
1. Marxisme klasik
Media dipandang sebagai alat bantu dari kelas yang dominan dan sebuah cara bagi kapitalis
menunjukkan ketertarikan mereka dalam menghasilkan keuntungan.
Contoh :
Pemilik media menjual berita yang baik untuk mendapatkan uang dari orang-orang yang ingin
diberitakan baik/pencitraan terhadap perusahaan, pribadi dan iklan produk.
30. Teori media ekonomi politik
isi media merupakan komoditas untuk dijual di pasaran dan informasi yang disebarkan, diatur
oleh apa yang akan diambil oleh pasar.
31. Frankfurt school
media sebagai cara untuk membangun budaya menempatkan lebih banyak penekanan pada
pemikiran ketimbang materi.
32. Teori hegemonis
Hegemoni merupakan dominasi ideologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya.
33. Penellitian budaya
Sangat bergantung pada semiotik, para peneliti tertarik pada pemaknaan budaya tentang hasilhasil media. Mereka melihat pada cara-cara isi media diitafsirkan, termasuk penafsiran yang
dominan oposisional.
34. Teori Pengembangan
George berner menyatakan bahwa televise menghadirkan cara untuk memandang dunia. Televise
adalah sebuah sistem pencitraan yang tersentralisasi. Melebihi penghalang historis buku dan
mobilitas, televise telah menjadi sumber umum dari sosialisasi dan informasi sehari-hari dari
populasi yang heterogen
35. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication)
Teori peluru ini diperkenalkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleideskop
stasiun radio CBS di Amerika yang berjudul “The Invasion From Mars”. Isi teori ini mengatakan
bahwa rakyat benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan pula
bahwa apabila pesan ”tepat sasaran”, ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.
Download