PERTUMBUHAN GENERATIF

advertisement
Kuliah ke-5
FISIOLOGI POHON
PERTUMBUHAN
GENERATIF
Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada
Siklus hidup pohon dari semai (dari biji) dapat dibagi menjadi
dua fase besar yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif
Semai
(dari biji)
Fase vegetatif
(juvenil)
Fase reproduktif
(seksual)
Pembiakan
Seksual
Vegetatif
A. Fase vegetatif (juvenil)
 Semua pohon yang dibiakkan dari biji akan melalui
periode juvenilitas, yaitu interval waktu selama tanaman
tersebut belum mampu bereproduksi (membentuk biji).
 Karakteristik fase juvenil :
 Diawali dengan pembukaan tunas dan perluasan sel
meristem apikal
 Semua proses yang berlangsung dalam tubuh tanaman
ditujukan untuk pertambahan jumlah dan volume sel
meristem pada titik-titik tumbuh tanaman
 Pertumbuhan meninggi dan pembentukan tunas-tunas
pucuk mendominasi proses pertumbuhan
B. Fase reproduktif
 Adalah suatu masa ketika tanaman telah mampu membentuk
organ-organ reproduksi dan melangsungkan proses
reproduksi tersebut untuk membentuk biji.
 Karakteristik fase reproduktif :
 Terjadi setelah pertambahan jumlah dan volume sel memadai
(tanaman mencapai jumlah primordia tertentu yang memungkinkan
tanaman untuk mulai berbunga)
 Tercapainya size effect: ukuran tertentu yang berhubungan
dengan kemampuan tanaman untuk mengatur penyerapan, suplai
dan alokasi makanan
 Ditandai dengan stabilnya pembelahan sel: pola pembelahan
berubah untuk mulai membentuk meristem lateral
 Tercapainya endogenous timing: umur tertentu yang secara
genetis berhubungan dengan kesiapannya untuk berbunga
 Tercapainya keseimbangan hara dalam tanaman
C. Transisi juvenil menuju dewasa



Ujung reproduktif identik dengan vegetatif namun struktur
meristem berbeda
Pembungaan  ujung vegetatif terminal/lateral
mengalami perubahan fisiologi, histologi dan morfologi
secara langsung menjadi ujung reproduktif.
Tanda fisik dan fisiologis
Tanda fisik transisi dari fase juvenil menuju dewasa:
 Pertumbuhan meninggi makin lambat
 Ruas-ruas yang tersusun (internodia) menjadi makin pendek
 Titik tumbuh mulai melebar
 Ujung batang membentuk kerucut tumpul

Tanda fisiologis: transisi terjadi secara bertahap.
 Tahap awal  aktivitas mitosis tinggi pada batas antara sel
induk sentral dan zona meristem pucuk  meluas ke sel
induk sentral  sel lebih kaya akan sitoplasma
 Menjelang induksi bunga  penambahan konsentrasi
protein dasar sitoplasma, RNA dan protein total pada semua
ujung
 Selama induksi bunga  pada meristem apikal terjadi
peningkatan indeks mitosis, stimulasi sintesis DNA,
penambahan diameter nukleolus, penambahan volume sel
dan peningkatan indeks mitosis
 Perubahan sitohistologi pada meristem ujung selama induksi
pembungaan didahului dan disertai perubahan fisikobiokimia
 dominasi apikal menjadi hilang dengan terbentuknya
bunga
B. Pertumbuhan generatif / reproduktif
1. Pembungaan
2. Pembuahan
3. Pertumbuhan & Perkembangan Buah
4. Pembentukan Biji
1. Pembungaan (flowering)
Proses pembungaan t.d. sejumlah tahapan penting, yang semuanya harus
berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji.
Setiap tahap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang
berbeda.


1. Induksi bunga (evokasi)
•

Meristem vegetatif diprogram untuk berubah menjadi meristem reproduktif.
Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein untuk
pembelahan dan diferensiasi sel.
2. Inisiasi bunga


Morfologi/bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk
pertama kalinya.
Dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses
selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (mekar)

Terjadi diferensiasi bagian-bagian bunga.

Terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan dan
pematangan organreproduksi jantan dan betina
4. Anthesis

Pemekaran bunga.

Biasanya terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina,

Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif jantan dan
betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.
5. Penyerbukan dan pembuahan
 Memberikan hasil terbentuknya buah muda.
6. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji
 Diawali dengan pembesaran bakal buah (ovarium), diikuti perkembangan
cadangan makanan (endosperm), selanjutnya terjadi perkembangan
embryo.
 Pembesaran buah merupakan efek dari pembelahan dan pembesaran sel,
yang meliputi tiga tahap:
Tahap pertama :
Terjadi peningkatan penebalan pada pericarp oleh adanya pembelahan sel.
Tahap kedua :
Terjadi pembentukan dan pembesaran vesikel berair (juice vesicle); biasanya
terjadi pada buah-buah fleshy
Tahap ketiga :
Tahap pematangan, biasanya terjadi pengkerutan jaringan dan pengerasan
endocarp pada buah-buah dry
 Selama tahap-tahap ini terjadi pula akumulasi air dan gula, hingga pada
tahap ketiga buah telah mengandung 80-90% air dan 2-10-20% gula.
Proses yang terjadi selama pembungaan

Perubahan tunas vegetatif ke generatif  perubahan besar
 Aktivitas struktur jaringan berbeda akibat pemacuan kelompok
gen tertentu yang berperan dalam pembentukan bunga
 penghambatan kelompok gen yang berperan dalam
pertumbuhan vegetatif



 Pada waktu anthesis air bertambah, dan sebaliknya pada
waktu menutup banyak air keluar dari sel bagian dalam
sehingga turgor menurun
Bunga mekar karena sel pada bagian dalam helaian
mahkota tumbuh lebih cepat dari pada dari bagian luar
Setelah anthesis dan polinasi mahkota layu dan gugur.
Selama proses ini, penguraian protein dan RNA cepat.
Aktifitas enzim hidariolitik seperti protease dan RNA-ase
terpacu oleh perubahan hormonal
Senyawa yang mengandung nitrogen seperti asam amino
dan amida diangkut ke benih dan atau jaringan yang sedang
tumbuh
2. Pembuahan
Bagian-bagian organ reproduksi betina
Pis = pistilum (putik);
sti = stigma (kepala putik);
Sty = stylus (tangkai putik);
ova = ovary (bakal buah);
se = saccus embryonalis (kandung embrio);
nu = nucellus (inti bakal biji);
ii = integumentum interius (selaput dalam bakal biji;
ie = integumentum exterius (selaput luar bakal biji);
mi = microphyle;
ch = chalaza (3 inti antipoda);
a = antipodal nuclei (2 inti polar);
p = polar nuclei (3inti sinergida);
s = synergidae (1 inti sel telur);
o = ovum; h = hilum; f = funiculus (tali pusat)
Bagian-bagian
organ reproduksi
jantan
2 inti :
-1 inti generatif : mereduksi lagi menjadi 2
inti sperma (sperm nuclei)
-1 inti vegetatif
♀
Bunga induk betina
Diploid (2n)
♂
Bunga induk jantan
Diploid (2n)
Putik
Diploid (2n)
Benang sari
Diploid (2n)
Bakal biji
Diploid (2n)
Kepala sari
Diploid (2n)
Nucellus dari bakal biji
Diploid (2n)
Kandung serbuk sari
Diploid (2n)
Meiosis
Pembelahan reduksi
Meiosis
Pembelahan reduksi
Terbentuk 4 inti sel (tetrade)
- 3 inti mati
- 1 inti hidup (haploid)
Kandung embrio dengan
1 inti sel haploid
Terbentuk 4 inti sel (tetrade),
Semuanya hidup (haploid)
Sebutir serbuk sari dengan
1 inti sel haploid
Pembelahan membujur (mitosis
3 x)
- 1x = 2 inti
- 2x = 4 inti
- 3x = 8 inti
masing-masing inti haploid
Pembelahan membujur
(mitosis 2 x)
- 1x = 1 inti veg. + 1 inti generatif
- 2x = 1 inti veg. + 2 inti sperma
masing-masing inti haploid
Di dalam kandung embrio
terdapat 8 inti (haploid) :
- 3 inti antipodal (mati)
- 2 inti sinergida (mati)
- 1 inti sel telur (hidup)
- 2 inti polar (hidup)
Di dalam tabung serbuk sari
terdapat 3 inti (haploid) :
- 1 inti vegetatif (mati)
- 2 inti sperma (hidup)
Bakal buah (ovarium) dapat menjadi buah (fructus) setelah terjadinya
proses pembuahan.
Pembuahan (fertilization) adalah peristiwa peleburan antara inti
sperma dengan inti sel telur.
Proses pembuahan (dari bagian-bagian bakal buah menjadi bagianbagian buah) :
Bagian bakal buah
menjadi
1 O (ovum) + 1 inti sperm nuclei
1 O (sel telur) + 1 inti sperma
2 P (polar nuclei) + 1 sperm nuclei
2 P (inti polar) + 1 inti sperma
Nu (nucellus)
Inti bakal biji
Ii (integumentum interius)
Selaput dalam bakal biji
Ie (integumentum exterius)
Selaput luar bakal biji
Ovulum
Bakal biji
Carpellum
Daun buah
Ova (ovary)
Bakal buah
Bagian buah
Zygote
Embrio
Endosperm
Cadangan makanan
Perisperm
Tegmen
Kulit biji bag. dalam
Testa
Kulit biji bag. luar
Semen
Biji
Pericarpium
Kulit buah
Fructus
Buah
Anomali dalam Proses Pembuahan
Partenogenesis
Sel telur (ovum) dalam bakal biji (ovulum) dalam kondisi tertentu kadang-kadang
dapat tumbuh menjadi embrio tanpa mengalami pembuahan sama sekali.
Apogami
Beberapa sel yang terdapat di dalam bakal biji (ovulum), namun di luar kandung
embrio (saccus embryonalis), bisa tumbuh menjadi embrio. Sel-sel tsb tidak
pernah mengalami reduksi, sehingga inti selnya adalah diploid (2n).
Jika sel-sel tsb masuk ke dalam kandung embrio dan ikut tumbuh menjadi embrio
yang diploid, maka proses ini disebut apogami. Apogami dapat mengakibatkan
terjadinya poli-embrioni, yaitu terbentuknya banyak embrio dalam satu biji.
Partenokarpi
Bakal buah kadang-kadang dapat tumbuh menjadi buah tanpa didahului dengan
penyerbukan dan pembuahan. Buah yang terbentuk tidak berisi biji sama sekali.
Pertenokarpi dapat terjadi karena:
-ovary tumbuh besar tanpa penyerbukan
-pertumbuhan buah yang dirangsang oleh polinasi tanpa diikuti fertilisasi
-aborsi embrio walau telah terjadi vernalisasi
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Buah hingga
Kemasakan
 Buah dapat didefinisikan sebagai ovarium yang masak
 Penyerbukan (polinasi, jatuhnya serbuk sari pada kepala putik)
memacu pertumbuhan bakal biji dan pembentukan biji dengan
dibantu aktivitas hormon
 Setelah pembuahan (fertilisasi, serbuk sari sampai di ovule), maka
pertumbuhan buah dan biji lebih terpacu
 Pertumbuhan biji (zigot kantung embrio & ovule) dan buah (ovary)
terjadi bersamaan tetapi umumnya ovary berhenti lebih dulu
 Hormon utama untuk pembuahan adalah auksin dan GAs
 Pertumbuhan buah menuntut banyak nutrisi dan mineral  terjadi
mobilisasi dan transport dari bagian vegetatif
 Pematangan buah ditandai dengan berkurangnya klorofil, munculnya
pigmen-pigmen lain, daging buah jadi empuk, meningkatkan baubauan, dan pengurangan berat
 Perubahan di atas karena perubahan kimia: produksi etilen, hidrolisis
pektin, konversi starch menjadi gula, serta berkurangnya tannin.
4. Produksi Biji










Pemupukan nitrat pada waktu diferensiasi kuncup mengurangi kuncup laten dan
pengguguran kuncup menambah proporsi kuncup yang berkembang lengkap dan
menghasilkan biji masak
Pada fase akhir menjelang penuaan biji terjadi translokasi bahan dari bagian kulit
polong ke biji, terbukti dengan penurunan berat kering kulit polong dan
penambahan berat kering biji.
Laju fotosintesis pada kulit polong pada fase akhir perkembangan buah jadi lebih
rendah dibandingkan dengan laju respirasi
Ukuran dan laju pembesaran ovary tergantung posisi dan bentuk. Sehingga
ukuran buah dan biji setelah matang ukuran berbeda
Ukuran biji beberapa spesies tidak dipengaruhi lingkungan tetapi jumlah biji per
tanaman dipengaruhi lingkungan. Kekeringan dapat mempengaruhi ukuran biji.
Ukuran biji lebih dikendalikan faktor genetik
Ukuran buah lebih dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangannya
terutama buah yang banyak biji dan buah berdaging
Sukrosa, glukosa, fruktosa terakumulasi pada ovule sampai inti endosperma
terbalut dinding sel. Gula tersebut dari organ lain. Kandungan gula makin kurang
karena untuk sintesis senyawa penyusun dinding sel, sintesis pati dan lemak
Buah dan biji mengandung nitrogen dalam bentuk protein, asam amino atau
amida (glutamin dan asparagin)
Konsentrasi bahan tersebut berkurang untuk sintesis protein pada proses
pematangan buah dan biji
Penurunan kadar air selama penuaan biji mempengaruhi sifat fisikobiokimia
sitoplasma sehingga respirasi biji turun dan tahan hidup lebih lama
Pembungaan, Pembuahan dan Perkembangan Biji
pada Angiospermae dan Gymnospermae
a. Struktur Bunga
ANGIOSPERMAE

Tersusun atas kelopak (sepal), mahkota (petal), putik (♀),
benang sari (♂)

Bisa berupa bunga sempurna (strukturnya lengkap) atau tak
sempurna (salah satu/beberapa struktur penyusun tidak ada)

Bisa berumah satu/monoecious (♀dan ♂dalam bunga/pohon
yang sama) atau berumah dua/dioecious (♀dan ♂dalam
pohon yang berbeda)

Bisa bersifat hermafrodit (♀dan ♂lengkap dalam 1 bunga),
masculus (hanya ♂), atau femineus (hanya ♀)
GYMNOSPERMAE

Tipe strobili (cones) : tersusun atas sumbu sentral (central
axis) yang mendukung kelopak (bracts) dan sisik (scales)

Organ jantan dan betina terpisah, tapi bisa berumah
satu/monoecious (dalam pohon yang sama) atau berumah
dua/dioecious

Pada bunga jantan (male/staminate cone), tiap scales
(microsporophyll) berisi dua kantung tepung sari (pollen
sac/microsporangia)

Pada bunga betina (female/ovulate cone), tiap scales
(macrosporophyll) memiliki dua ovule (megasporangia) pada
b. Masa Reseptif dan
Kematangan Tepung Sari
ANGIOSPERMAE
Tepung sari pada Angiosperm
Butiran tepung sari tersusun atas empat komponen :
 exine , lapisan dinding terluar: mengandung protein
 Intine, lapisan dinding dalam: mengandung protein
 pollenkit /mantel: memberi warna pollen
 colpi /lubang germinasi: mengandung lemak
•
•
•
•
•
Secara visual, kematangan pollen dideteksi dari perubahan warna dan kelekatan (stickiness)
Perubahan warna dari kuning pucat menjadi kuning terang mengindikasikan adanya
peningkatan sporopollenin – bagian dari exine; dan pollenkit yang basah, lengket dan
berwarna; mengandung lemak, protein, karbohidrat, pigmen, senyawa fenolik dan ensim.
Peningkatan kelekatan pollen : kesiapan untuk berkecambah dengan melakukan proses
hidrasi dan melepaskan protein.
Ketika pollen matang, secara otomatis kepala sari (anthera) akan pecah dan menghamburkan
butiran-butiran tepung sari yang matang.
Kematangan tepung sari berhubungan dengan penurunan kadar air dan penyusutan jaringan
pada kepala sari, yang merupakan fungsi higroskopis untuk membuka kantung tepung sari.
Putik pada Angiosperm
Masa reseptif putik ditandai dengan :

perubahan warna putik menjadi lebih terang : sel-sel
epidermis terluar sedang berkembang untuk meningkatkan
produksi sekresi, dan pori-pori membesar untuk
meningkatkan kemampuan sekresi.

permukaan putik memproduksi sekresi: peningkatan
sekresi ekstraseluler yang mengandung lemak dan protein.
Sekresi ini berperan sebagai medium yang berfungsi untuk
menangkap butiran tepung sari, serta merupakan penentu
keberhasilan pembentukan buluh tepung sari (pollen tube)
yang akan membawa sel kelamin jantan menuju ke ovary

Pembengkakan kepala putik: jaringan transmisi yang ada
pada bagian tersebut mulai memperbesar rongga-rongganya,
untuk mempersiapkan diri dalam membentuk buluh tepung
sari (pollen tube). Pembengkakan kepala putik juga
merupakan mekanisme alami untuk meningkatkan luas
bidang penempelan tepung sari ketika proses penyerbukan.

tangkai putik berangsur menjadi lurus : mekanisme alami
untuk mempersiapkan diri dalam membentuk buluh tepung
sari (pollen tube).
GYMNOSPERMAE
Masa reseptif biasanya ditandai dengan :
 perubahan warna female cone menjadi
lebih terang
 scales terbuka perlahan-lahan dan akan
tertutup kembali dalam waktu yang singkat
c. Perkembangan
Organ Reproduktif
ANGIOSPERMAE
GYMNOSPERMAE
d. Penyerbukan &
Pembuahan
ANGIOSPERMAE
Tahapan pada proses penyerbukan & pembuahan:
1. Interaksi jantan betina (male-female interaction)
2. Hidrasi dan perkecambahan pollen (Pollen
hydration and germination)
3. Pembentukan pollen tube
Proses interaksi :
1. Putik reseptif memproduksi sekresi ekstraseluler yang berfungsi :
- Medium : menangkap butiran tepung sari
- Pendeteksi kesesuaian antara putik - tepung sari
2. Butiran tepung sari yang masak jatuh pada kepala putik
3. Proses hidrasi : butiran tepung sari menyerap sekresi putik
melalui lubang germinasi
4. Hidrasi menyebabkan pollen membengkak; lubang germinasi
pecah dan membebaskan lemak
5. Exine dan intine membebaskan protein
6. Proses perkecambahan pollen : lubang germinasi mendorong
protein dari exine masuk ke dalam pori jaringan transmisi yang
ada pada putik
7. Pembentukan pollen tube : formasi dinding pollen tube dimulai,
selanjutnya protein dari intine ikut membentuk dinding pollen
tube
8. Selama terjadinya interaksi ini, jaringan transmisi yang ada pada
putik menebal dan memperbesar pori-porinya, untuk membuka
jalan bagi pollen tube yang akan membentang dari kepala putik
hingga mikrofil.
GYMNOSPERMAE

Bunga betina memiliki dua ovule terbuka (telanjang)
dalam tiap scales (macrosporophyll): yang berfungsi
menangkap butiran tepung sari adalah permukaan
jaringan integument.

Ketika bunga betina mencapai reseptif, permukaan
jaringan integument memproduksi sekresi ekstraseluler
dan membentuk mikrofil terbuka.

Ketika jaringan integument membentuk mikrofil terbuka,
terjadi penebalan dan penyusutan pada jaringan scale
yang menyebabkan scale membuka sesaat. Pada saat
itulah butiran tepung sari menempel pada ujung
nucellus.

Proses hidrasi : pollen menyerap air dari jaringan
integument, dan perkecambahan pollen terjadi pada
ujung nucellus

Pollen tube terbentuk dari intine
e. Perkembangan Buah dan Biji
ANGIOSPERMAE



Cadangan makanan berasal dari 2 polar nuclei (2n) + 1 inti generatif (n) = endosperm (3n)
Endosperm (3n) dan embrio (2n) sama-sama berkembang, biasanya endosperm
berkembang terlebih dahulu untuk menjamin ketersediaan suplai makanan
Endosperm berangsur mengecil karena diserap oleh embrio dan ditransfer ke cotyledon
- Monocotyl : biji memiliki 1 cotyledon
- Dicotyl
: biji memiliki 2 cotyledon
GYMNOSPERMAE
•
•
Cadangan makanan berasal dari endosperm yang merupakan perkembangan
dari tapetum (female gametophyte) = n
Karena endosperm (n) sudah terbentuk sebelum pembuahan, maka energi
difokuskan untuk perkembangan embrio (2n)
f. Fase Kematangan Buah Dan Biji
Tiga tipe buah pada Angiospermae:
 Dry dehiscent fruit: buah bertipe kering, terbuka dengan sendirinya untuk
menghamburkan biji pada saat biji tersebut masak
 Dry indehiscent fruit : buah bertipe kering, tertutup (biasanya berbiji tunggal), dan
pada saat masak biji tetap berada di dalam buah
 Fleshy fruit : buah berdaging
POLA PEMBUNGAAN TANAMAN TROPIS
1. Everflowering Species
Tanaman berbunga sepanjang tahun  Hibiscus, Carica papaya, Ficus spp.
2. Nonseasonal Flowering Species
Ada varasi periode pembungaan antar pohon atau antar cabang 
Spathodeacampanulata, Cassia fistula, Michelia champaca
3. Gregarious Flowering Species
Tanaman berbunga pada waktu yang tidak tentu, biasanya kuncup terbentuk
namun dorman, dan baru berbunga setelah ada stres lingkungan  Coffea,
Pterocarpus indicus; Bambusa, Hopea : periode dorman yg lama,
4. Seasonal Flowering Species
Pembungaan dipengaruhi oleh musim, ada periode pembungaan yang jelas
 Mangga, durian, rambutan
Faktor yang berpengaruh pada fase reproduktif
 Pembungaan pada tanaman berkayu adalah proses sangat kompleks yang meliputi
banyak tahapan perkembangan.
 Dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan internal.
Suhu
Cahaya
Faktor eksternal
(lingkungan)
Kelembaban
Unsur hara
Faktor yang
berpengaruh
pada fase
reproduktif
INTERAKSI
Fitohormon
Faktor internal
Genetik
PEMBUNGAAN,
PEMBUAHAN
DAN PRODUKSI
BIJI
1. Faktor eksternal
Suhu
 Pada spesies temperate dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim
panas dan awal musim gugur merangsang inisiasi bunga. Fungsi suhu
: mematahkan dormansi kuncup.
 Pada spesies temperate hangat, subtropis dan tropis, pengurangan
relatif pada suhu justru lebih bermanfaat.
Suhu rendah : menstimulir perubahan pola pembelahan meristem,
dari apikal menjadi lateral. Penempatan tanaman pada suhu rendah
adalah penting untuk induksi dan inisiasi bunga.
 Suhu tinggi hingga batas ambang tertentu : dibutuhkan oleh meristem
lateral (primordia bunga) untuk mulai membentuk kuncup-kuncup
bunga dan melangsungkan proses pembungaan.
 Selisih antara suhu max di siang hari dengan suhu min di malam hari
mempengaruhi proses terbentuknya bunga
 Suhu tinggi meningkatkan aktivitas metabolik dalam tubuh tanaman:
fotosintesis, asimilasi, dan akumulasi makanan untuk mensuplai
energi pembungaan.
Suhu rendah
Suhu tinggi
Curah hujan/kelembaban
 Stres air memacu inisiasi bunga, terutama pada tanaman tropis dan
subtropis. Pembungaan melimpah pada tanaman kayu tropis juga
dipengaruhi oleh kekeringan pada periode sebelumnya.
 Kebanyakan pembungaan di daerah tropis terjadi saat transisi dari
musim hujan menuju kemarau
 Pada musim hujan tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk
menyerap hara dan air, untuk mengakumulasikan cadangan makanan
dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya → pertumbuhan vegetatif
lebih dominan
Cahaya
Intensitas cahaya
 Pada spesies monoesi dan dioesi (hanya mempunyai bunga-bunga
berkelamin-satu/single-sex), intensitas cahaya berpengaruh pada inisiasi
bunga betina dan jantan.
 Intensitas cahaya yang tinggi merangsang inisiasi bunga betina pada
walnut dan pinus, sedangkan intensitas cahaya yang rendah lebih
merangsang terbentuknya bunga jantan.
 Intensitas cahaya yang tinggi dapat memacu pembungaan pada pinus
dengan cara meningkatkan suhu dalam primordia.
Fotoperiodisitas (panjang hari)
 Merupakan perbandingan antara lamanya waktu siang dan malam hari
 Di daerah tropis panjang siang dan malam hampir sama. Makin jauh dari
equator (garis lintang besar), perbedaan antara panjang siang dan malam
hari juga makin besar
 Misalnya pada garis 60o LU:
Musim panas: siang hari hampir 19 jam, malam hari 5 jam
Musim dingin: siang hari hanya 6 jam, malam hari 18 jam
 Sehubungan dengan fotoperiodisitas tersebut, pada daerah 4 musim,
tanaman dibedakan menjadi:
- tanaman berhari pendek
- tanaman berhari panjang
- tanaman yang butuh hari pendek untuk mengawali pembungaannya,
namun selanjutnya butuh hari panjang untuk melanjutkan proses
pembungaan itu
- tanaman yang dapat berbunga setiap waktu
 Pengaruh hari-pendek direncanakan untuk diaplikasikan pada spesies
pohon temperate, mengingat bahwa inisiasi bunga secara normal terjadi
pada musim gugur seiring dengan berkurangnya panjang hari.
Unsur hara

Keberadaan unsur hara dalam tanah berhubungan dengan ketersediaan suplai energi dan bahan
pembangun bagi proses pembentukan dan perkembangan bunga.
a. Carbon/protein ratio

Kuncup bunga terbentuk setelah tanaman mencapai keseimbangan carbon/protein

Hal ini berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk melakukan asimilasi, akumulasi makanan,
dan alokasi/distribusi hasil asimilasi

Panjang tunas merupakan faktor penting pada inisiasi bunga pecan. Efek ini mungkin berhubungan
dengan peningkatan cadangan makanan pada tunas yang lebih panjang
b. Carbon/Nirogen ratio
Status karbohidrat
Jika karbohidrat sedikit pertumbuhan vegetatif meningkat namun produksi buah sedikit
Produksi biji lebih awal, berlimpah dan konsisten pada tempat yang mengalami fotosintesis dan
akumulasi karbohidrat lebih baik
Produksi biji mengurangi produksi daun dan lingkaran tahun
Konsumsi persediaan makanan yang meningkat mengakibatkan:
- daun berkurang
- tempat kedudukan kuncup kecil
- banyak kuncup gugur
- panen kuncup berikut sedikit sampai karbohidrat terbangun kembali untuk
menyokong perkembangan tajuk yang besar
Status Nitrogen
Pemupukan nitrogen menambah pembungaan pada konifer karena pemupukan menimbulkan
kondisi fisikobiokimia yang berhubungan dengan asam amino terutama arginin
2. Faktor Internal
a. Fitohormon
 Auxin
Merupakan respon terhadap cahaya, disintesis di jaringan meristematik apikal (ujung)
Menstimulir terjadinya pembelahan pada meristem apikal

Ethylene
Disintesis oleh daun
Diransfer ke tunas lateral → memulai proses induksi bunga

Cytokinin
Disintesis pada jaringan endosperm, ujung akar, dan xylem
Ditransfer ke daun melalui jaringan xylem
Berfungsi untuk meningkatkan energi metabolisme → ditransfer untuk membentuk kuncupkuncup bunga
Mengendalikan proses translokasi → menjamin ketersediaan energi untuk pembungaan
Mematahkan dominansi apikal.
Berperan dalam memacu inisiasi bunga
Dijumpai pada level lebih tinggi pada akar Douglas-fir yang sedang berbunga, dibanding
pohon yang tidak berbunga
•
Florigen
Bertanggungjawab terhadap permulaan pembentukan bunga pada tanaman
Dibentuk dalam daun dan kemudian dipindahkan ke daerah pertumbuhan dimana hormon
ini mengawali pembentukan kuncup
Pembentukan florigen tergantung pada lamanya pencahayaan dan spesifik umur tanaman
Gibberellin

Disintesis pada primordia akar dan batang
Ditranslokasikan pada xylem dan floem

Menstimulir proses perpanjangan internodia dan buku-buku pada batang

Asam giberelik mempunyai efek penghambatan yang sangat kuat terhadap pembungaan
berbagai pohon angisperma termasuk tanaman-tanaman buah temperate, rhododendron,
jeruk dan mangga. Giberelin yang dihasilkan oleh biji-biji yang sedang berkembang dalam buah
muda diduga telah menghambat pembentukan bunga, dan dengan demikian mengurangi
pembungaan pada musim semi berikutnya.

Pada umumnya, zat penghambat-tumbuh, seperti Chlormequat Cycocel; (2-cloroethyl)
trimethylammonium chloride, Alar dan TIBA (tri-iodobenzoic acid), mengurangi pertumbuhan
vegetatif dan memacu pembungaan pada spesies pohon angiosperma.

Paclobutrazol adalah salah satu penghambat biosistesis giberelin, yang digunakan pada
pengurangan ukuran pohon, peningkatan produksi kuncup bunga, dan peningkatan buah.

Gimnosperma tampaknya memberikan reaksi yang berbeda. Penghambat pertumbuhan telah
meningkatkan pembungaan pada spruce Norwegia, namun hal ini tidak berlaku pada spesies
konifer. Sebaliknya, Giberelin akan memacu pembungaan pada banyak gimnosperma
termasuk Cryptomeria panenan, Cupressus, Thuja, Thujopsis, Juniperus, Metasequoia,
Taxodium, Chamaecyparis, Sequoia, Larix, Picea, Pinus, Pseudotsuga dan Tsuga

Tipe giberelin mungkin merupakan faktor penting dalam respon fisiologis pada tanaman.
b. Genetik

Fase besar dalam siklus hidup tanaman, yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif, banyak
dipengaruhi oleh berbagai mekanisme yang merupakan kontrol genetik.
Transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif (phase change), lebih dikendalikan
oleh faktor genetik dibanding faktor lingkungan.
Faktor lingkungan:





photoperiod (panjang
hari/daylength)
kualitas cahaya (spectral
composition/light quality)
kuantitas cahaya (photon flux
density/light quantity)
vernalisasi (pemberian suhu
dingin pada periode waktu
tertentu)
berbagai bentuk stress:
defisiensi nutrisi, kekeringan,
gangguan mekanis
(girdling/overcrowding)
Tanaman merespon :
mrpk represor/stimulator yang
memberikan sejumlah sinyal
•membuat kode-kode
genetik tertentu
•merubah atau
mengalami transisi
pola pembelahannya,
dari apikal menjadi
lateral
Pembiakan Vegetatif
Alasan:
- Genetik yg sama
- Mengkombinasikan sifat yang berbeda (akar & pucuk)
- Produksi bunga, buah dan biji yg tidak tentu
Macam:
Spruting (trubusan)
Stek batang, daun, akar
Layering (cangkok)
Grafting (scion and stock)
Cell dan Tissue culture
Dormant buds
Adventitious roots
Inkompatibilitas pada grafting
- Karena tunas gagal tumbuh
- infeksi virus
- penyatuan yg lemah,
menyebabkan patahnya
sambungan distribusi starch yg
tidak merata
Download