STRATEGI KOMUNIKASI INTERNAL DALAM - Library

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI INTERNAL DALAM
MENSOSIALISASIKAN MERGER KEPADA KARYAWAN
(Studi Kasus PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Ferdyana Lie
11140110123
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya
sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh pihak atau lembaga lain,
dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam skripsi
ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka.
Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan baik dalam
pelaksanaan skripsi maupun dalam penulisan laporan skripsi, saya bersedia
menerima konsekuensi dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi
yang telah saya tempuh.
Tangerang, 26 Februari 2015
Ferdyana Lie
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
STRATEGI KOMUNIKASI INTERNAL DALAM MENSOSIALISASIKAN
MERGER KEPADA KARYAWAN
(Studi Kasus PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom Indonesia)
Oleh
Ferdyana Lie – 11140110123
telah diujikan pada hari Senin, 9 Februari 2014,
pukul 12.00-13.00 dan dinyatakan lulus
dengan susunan penguji sebagai berikut.
Ketua Sidang
Penguji Ahli
Kartika Aryani Harijono, M. I.Kom
A. Yudhie Setiawan, M.Si
Dosen Pembimbing
Dr. Novita Damayanti, M.Si
Disahkan Oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi – UMN
Dr. Bertha Sri Eko M., M.Si.
Judul: Strategi Komunikasi Internal dalam Mensosialisasikan Merger
kepada Karyawan (Studi Kasus PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom
Indonesia)
Nama: Ferdyana Lie
NIM: 11140110123
ABSTRAK
Proses merger yang dilakukan antara PT XL Axiata dan PT Axis Telecom
Indonesia menimbulkan implikasi terhadap internal, salah satunya adalah
perbedaan budaya yang menyebabkan kurang kondusifnya suasana tempat kerja.
Hal ini terjadi karena proses penggabungan organisasi bukanlah hal yang mudah.
Masing-masing organisasi telah membentuk budaya dan iklim komunikasinya
sendiri yang telah melekat pada anggota organisasi mereka.
Dengan adanya perubahan bentuk perusahaan, maka harus dilakukan
komunikasi internal untuk menyelaraskan visi dan misi perusahaan secara
internal. Penelitian ini berfokus pada strategi komunikasi internal dalam
mensosialisasikan merger kepada karyawan. Konsep utama yang digunakan
adalah Planning and Managing Public Relations Campaigns milik Anne Gregory.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
dengan pengertian bahwa penelitian ini ingin menggambarkan strategi komunikasi
internal yang dilakukan selama proses merger.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa XL telah
melakukan keseluruhan langkah-langkah yang disebutkan dalam konsep Anne
Gregory. Namun, strategi yang dilakukan ini dirasakan kurang innovatif dan
kurang agresif. Agar divisi HCD mendapatkan hasil yang lebih optimal, XL dapat
menggunakan media-media baru untuk berkomunikasi dengan karyawan, seperti
email interaktif, intranet, atau helpdesk. Selain itu, perlu koordinasi yang lebih
maksimal dengan divisi-divisi yang lainnya.
Kata kunci: corporate communication, employee relations, merger, xl axiata
iv
Judul: Strategi Komunikasi Internal dalam Mensosialisasikan Merger
kepada Karyawan (Studi Kasus PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom
Indonesia)
Nama: Ferdyana Lie
NIM: 11140110123
ABSTRACT
Merger process happened between PT XL Axiata, Tbk and PT Axis
Telecom Indonesia implicates to internal situation. One of the impact is the
cultural difference that can affect work atmosphere. Merger between
organizations is not an easy work to do. Each organizations has develop their
particular culture that adhered to the member of organizations.
With the change within organization, therefore an internal communication
needs to be done to harmonize organization’s vision and mission internally. This
study/thesis is focused on internal communication strategy used in socializing
merger to employees. The main concept used is Anne Gregory’s Planning and
Managing Public Relations Campaigns.
This study uses a qualitative and descriptive approach, with the main
purpose is to describe the employee relations strategy that was done within the
merger process.
Results of this study shows that XL has done Anne Gregory’s steps of
strategy planning. However, the strategy is lack of innovation and less aggressive
than it should be done. For HCD division to gain maximum result, XL may use
new media to communicate with employee, such as interactive email, intranet, or
helpdesk. In addition to that, XL needs more coordination and communication
between division in strategy planning process.
Key words: corporate communication, employee relations, merger, xl axiata
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan YME, karena atas berkat-Nya, skipsi ini dapat
selesai tepat waktu sesuai yang diharapkan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang membantu proses penyusunan skripsi ini, yaitu:
1. Dr. Novita Damayanti, M,Si., selaku Pembimbing skripsi yang selalu
memberikan motivasi sehingga laporan ini dapat selesai tepat waktu
2. A. Yudhie Setiawan, M, Si., selaku Penguji skripsi, dan Kartika Aryani
Harijono, M, I. Kom., selaku Ketua Sidang, yang masukan-masukannya
sangat berarti dalam finalisasi skripsi ini
3. Dr. Bherta Sri Eko M., M.Si., selaku Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi
UMN
4. Tendy Rozali dan Meliana, orang tua tercinta yang tak henti-hentinya
memberikan semangat dan juga perhatian agar skripsi ini selesai tepat waktu.
Juga adik tersayang, Fransiska Lie yang selalu menyemangati di kala jenuh
mengerjakan skripsi
5. Pihak dari XL, Mba Amel dan Mba Dessie yang berkenan diwawancarai
sebagai narasumber skripsi ini
6. Mas Adwi Yudiansyah yang berkenan menjadi informan ahli bagi skripsi ini
ii
7. Teman-teman program studi Public Relations angkatan 2011 yang selalu
menginspirasi dan mendukung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi
ini. Khususnya Vebrin, Sarita Sandi, Evelyn Kristanti, Jesica Tifany, Joceline
Mardella Wardana, dan Wenny Lovenza Anastacia yang menemani selama
perjalanan 3,5 tahun di bangku perkuliahan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Kritik dan
saran dari seluruh pihak diterima untuk penyempunaan skripsi ini.
Tangerang, 26 Februari 2015
Ferdyana Lie
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................... 6
Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7
KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 8
2.2. Kerangka Konsep ........................................................................... 11
2.2.1. Corporate Communication ...................................................... 11
2.2.2. Komunikasi Organisasi ........................................................... 13
2.2.3. Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi ............... 14
2.2.4. Pengertian Komunikasi Internal .............................................. 20
2.2.5. Mengkomunikasikan Secara Internal Perubahan
vii
dalam Perusahaan ....................................................................... 22
2.2.6. Jenis Strategi Komunikasi Internal ......................................... 30
2.2.7. Merjer ...................................................................................... 33
2.3. Alur Pikir .......................................................................................... 34
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 36
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
Jenis dan Sifat Penelitian .............................................................. 36
Metode Penelitian ......................................................................... 40
Key Informan/Informan ................................................................ 41
Teknik Pengumpulan Data............................................................ 43
Teknik Analisis Data .................................................................... 44
Keabsahan Data ............................................................................ 46
Fokus Penelitian ............................................................................ 47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 48
4.1. Objek Penelitian............................................................................... 48
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................ 56
4.2.1. Merjer antara XL dan Axis ..................................................... 56
4.2.2. Strategi Employee Relations dalam Mengkomunikasikan
merjer pada PT XL Axiata Tbk ................................................ 57
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 83
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 101
5.1. Simpulan ..................................................................................... 101
5.2. Saran............................................................................................ 102
5.2.1. Saran Akademis .................................................................. 102
5.2.2. Saran Praktis........................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 104
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Penelitian Terdahulu .................................................................. 9
Gambar 2.2 Corporate Communication Framework Joep Cornelissen ...... 12
Gambar 2.3 Proses Perencanaan Anne Gregory dalam Langkah Logis ..... 29
Gambar 3.1 Key Informan dan Informan ................................................... 42
Gambar 4.1 Logo XL .................................................................................. 50
Gambar 4.2 Struktur Organisasi XL ........................................................... 54
Gambar 4.3 Model Evaluasi Macnamara ................................................... 96
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Berbagai kemajuan teknologi dan globalisasi membawa banyak perubahan
bagi
organisasi.
Selain
berkembangnya
berbagai
bentuk
usaha,
bertambahnya jumlah kompetitor menekan organisasi untuk terus
menciptakan inovasi-inovasi terbaru dan menyesuaikan diri dengan
perubahan di lingkungan eksternal mereka. Salah satu cara yang dilakukan
adalalah penggabungan (merger).
Penggabungan organisasi merupakan salah satu bentuk perubahan
eksternal yang dilakukan manajemen dan memberikan dampak terjadinya
perubahan internal dalam sebuah organisasi. Merger atau penggabungan
dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari dua korporasi atau lebih, di
mana hanya satu korporasi yang berhasil dan korporasi lain yang
mengalami peleburan dianggap hilang (Gaughan, 2007:12)
Proses merger ini membawa dampak intenal bagi organisasi, antara
lain membawa perubahan signifikan dalam sebuah organisasi atau
perusahaan. Hal ini terjadi karena proses penggabungan organisasi
bukanlah hal yang mudah. Masing-masing organisasi telah membentuk
budaya dan iklim komunikasinya sendiri yang telah melekat pada anggota
1 organisasi mereka, sehingga penggabungan dua budaya yang berbeda
dapat menimbulkan perubahan di dalam organisasi.
Sebuah perusahaan selalu berusaha untuk mengembangkan sumber
daya manusianya, agar kinerja perusahaan dapat dimaksimalisasi dan
mencapai tujuan perusahaan. Bagi sebuah perusahaan, karyawan adalah
aset yang harus diperhatikan.
Karyawan merupakan publik internal yang penting keberadaannya
dalam mempengaruhi eksistensi perusahaan sekaligus sebagai aset
berharga bagi perusahaan. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para
karyawan maka organisasi akan sulit mencapai tujuannya (Kasali,
2005:66). Karena itu pengelolaan hubungan yang baik antara perusahaan
dan karyawan menjadi sebuah isu penting yang telah banyak disadari oleh
berbagai perusahaan dalam lingkup global.
Dengan adanya komunikasi internal dapat membantu perusahaan
menjalin hubungan dengan karyawannya, agar karyawan tersebut merasa
terikat dengan perusahaan dan berusaha semaksimal mungkin untuk
berkontribusi, karena baginya perusahaan bukanlah di luar dirinya, namun
bagian dari dirinya.
Karena itulah, perusahaan selalu berusaha untuk mempertahankan
pegawai-pegawai
terbaik
yang
senantiasa
memberikan
kontribusi
maksimal dalam perusahaan. Dengan penerapan kegiatan komunikasi
internal, salah satu output terbaik yang diharapkan adalah terbentuknya
2
iklim komunikasi yang kondusif dan melibatkan setiap individu dalam
perusahaan.
Kasus serupa juga pernah terjadi di Indosat yang pada tahun 2003
melakukan merger vertikal dengan Satelindo dan IM3. Merger vertikal
antara IM3 dan Satelindo ke Indosat diperkirakan bernilai di atas US$1,5
miliar dengan jumlah pelanggan selular 3,3 juta orang per akhir 2002.
Salah satu misi dari manajemen baru Indosat adalah menjadikan Indosat
sebagai penyelenggara jaringan dan jasa terpadu yang berfokus pada
selular. Disebut sebagai merger vertikal karena merger ini bukan hanya
melibatkan Satelindo dan IM3, juga Indosat sebagai induk perusahaan
yang mana di dalamnya terdapat bisnis Indosat yang lainnya yaitu
penyewaan transimis televisi, satelit, sambungan langsung internasional
dan komunikasi tetap.
Serupa dengan XL, IM3 dan Satelindo akan menerapkan satu
manajemen dan keputusan financial terpadu (one management and
financial decision), serta satu jaringan terpadu dan manajemen brand
terpusat (centralized brand management). Indosat akan memusatkan
pengambilan kebijakan mengenai Satelindo dan IM3 melalui komite
manajemen yang akan dibentuk. Menyatukan tiga perusahaan yang sudah
memiliki waktu yang cukup lama untuk berkembang menjadi satu
perusahaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal
yang harus disinergikan, mulai dari masalah bisnis, infrastruktur, hingga
3
masalah ke-SDM-an dan komunikasi baik eksternal maupun internal,
termasuk di dalamnya sinergi budaya organisasi atau perusahaan.
Di Indosat sendiri, bergabungnya tiga perusahaan menjadi satu
dengan induknya yaitu Indosat, berarti ada tiga budaya kerja. Tiap
perusahaan memiliki ciri khas masing-masing. Satelindo misalnya,
perusahaan yang terbiasa dengan gaya kerja manajemen asing, memiliki
atmosfer kerja yang cenderung dinamis dibandingkan dengan Indosat yang
relatif lebih konservatif. Dengan demikian, mensinergikan budaya
perusahaan pun tidak dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
menyeragamkan pola kerja. Keragaman jenis bisnis dan fungsi kerja
idealnya menjadi suatu aturan ke-SDM-an. (Sumber: Thesis Astranivari)
Apabila pimpinan tidak dapat mengakomodasi proses perubahan
yang terjadi di perusahaan, maka akan menimbulkan tekanan-tekanan
kepada anggota perusahaan. Oleh karena itu, proses komunikasi, terutama
proses komunikasi secara jujur yang dilakukan secara terus-menerus di
dalam organisasi yang mengalami penggabungan, mampu meminimalisir
stres dan kecemasan yang dirasakan anggota organisasi.
XL Axiata adalah salah satu perusahaan penyedia layanan selular
terbesar di Indonesia. XL sendiri adalah satu-satunya provider yang
memiliki serat optik yang luas. XL telah meluncurkan teknologi XL 3G
pada 21 September 2006, layanan telekomunikasi selular berbasis 3G
pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. XL mendapat beberapa
penghargaan selama 2013, yaitu sebagai Best Leader, Best Operation
4
Manager, Best Recruitment Campaign, Best IT Support oleh The Contact
Center World Asia Pacific, Most Admired Company 2013 oleh Fortune
Indonesia, Digital Business Leader oleh Bubu Awards v.08, The Most
Youthful Brand 2013 oleh Ikatan Budaya dan Pariwisata Indonesia, dan
lain sebagainya.
Pada tanggal 8 April 2014 PT XL AXIATA mengumumkan secara
resmi bahwa proses merger dengan PT Axis Telekom Indonesia (AXIS)
telah selesai yang ditandai dengan penandatanganan akta merger oleh
kedua belah pihak. Dengan demikian saat ini XL dan AXIS telah menjadi
satu entitas bisnis yang akan melayani lebih dari 65 juta pelanggan seluler
di Indonesia.
Resminya merger XL dengan AXIS berarti kedua perusahaan
secara hukum telah bersatu menjadi satu badan usaha. Hal ini akan
berdampak positif dan memberikan lebih banyak manfaat kepada
pelanggan, diantaranya meningkatkan kualitas layanan dan jaringan yang
lebih baik (better), mendorong peningkatan jumlah pelanggan XL dan
memperbesar komunitas sesama pengguna (bigger), serta meningkatkan
ketersediaan produk dan layanan customer service yang semakin luas di
pasar (wider).
Namun,
dampaknya
pada
karyawan
adalah
ketidakpastian
informasi, perasaan tidak aman (insecure), bentrok budaya komunikasi,
sulit menyesuaikan dengan iklim komunikasi yang baru dan sebagainya.
5
Hal ini dapat menyebabkan kurang idealnya hubungan karyawan dengan
perusahaannya.
Faktor yang dapat terjadi sebagai akibat dari tidak idealnya
hubungan antara karyawan dengan perusahaan adalah turn over yang
tinggi dan seringkali melibatkan bibit-bibit terbaik perusahaan. Hal ini
dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Ketika terjadi perubahan dalam organisasi, para anggota organisasi
membuat kesimpulan sendiri atas setiap informasi yang mereka dengar
dan mereka peroleh. Karena itu, keterbukaan informasi yang jelas, lengkap,
dan cepat sangat dibutuhkan oleh anggota organisasi, sebelum
menimbulkan persepsi bias dari anggota organisasi.
Terkadang kegagalan penggabungan organisasi terletak pada
kesalahan pihak manajemen yang hanya memfokuskan diri pada faktor
finansial, namun mengabaikan faktor membentuk iklim komunikasi yang
kondusif bagi para anggota organisasi, sehingga hasil intergrasi
perusahaan tidak dapat menghasilkan hasil kerja yang produktif.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang penelitian di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh PT XL Axiata Tbk dalam
sosialisasi merger kepada karyawan sebagai salah satu bentuk
komunikasi internal PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom
Indonesia?
6
1.3
Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui strategi yang dilakukan PT XL Axiata Tbk dalam
sosialisasi merger kepada karyawan sebagai salah satu bentuk
komunikasi internal pada PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telecom
Indonesia.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Akademis
Penelitian ini bertujuan meneliti lebih lanjut tentang strategi komunikasi
yang digunakan oleh XL sebagai bentuk komunikasi internal, sehingga
hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperkaya studi yang terkait
dengan penggabungan organisasi dengan orientasi yang berbeda serta
berbagai hambatan komunikasi yang timbul di dalamnya.
1.4.2
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak PT XL
Axiata Tbk serta lembaga atau organisasi lain yang telah atau akan
melakukan proses penggabungan organisasi dalam melakukan komunikasi
kepada karyawan.
7
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Pada sub bab ini akan dipaparkan dua penelitian terdahulu yang terkait
dengan komunikasi internal dan kaitannya terhadap iklim komunikasi perusahaan,
dengan penerapan kegiatan komunikasi internal dalam mendukung komunikasi
internal, yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Yeni Indah Lestari,
mahasiswi Universitas Indonesia, yang berjudul “Penerapan Kegiatan Employee
Relations dalam Mendukung Iklim Komunikasi Internal (Studi pada Perusahaan
Konsultan Public Relations X)”. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Tujuan penelitiannya adalah ingin mengetahui penerapan
kegiatan employee relations dalam mendukung iklim komunikasi internal pada
perusahaan X. Persamaan dengan penelitian ini yaitu Yeni Indah Lestari
menggunakan konsep-konsep Employee Relations, sama dengan penelitian
peneliti. Perbedaannya adalah variabel lainnya merupakan iklim komunikasi,
sedangkan pada penelitian peneliti menggunakan variabel sosialisasi tentang
merger kepada karyawan.
Penelitian ke dua adalah milik Astranivari, mahasiswi Universitas
Indonesia yang berjudul “Komunikasi Internal dalam Penyelarasan Budaya
Perusahaan Paska Merger Vertikal (Kasus PT Indosat Tbk-Satelindo-IM3)”.
8
Tujuannya adalah ingin mengetahui perubahan budaya untuk menunjang
perubahan bentuk organisasi, visi dan misi perusahaan paska merger dalam
rangka mengukuhkan diri sebagai penyedia layanan kelas dunia untuk
telekomunikasi selular-nirkabel terpadu. Kesamaannya adalah konsep perubahan
budaya pada perusahaan paska merger dan juga memakai penelitian deskriptif dan
pendekatan kualitatif.
Perbedaan penelitian yang berbeda adalah perbedaan konsep yang
digunakan. Pada penelitian I dan penelitian II tidak ada kerangka konsep yang
memiliki step-step atau langkah-langkah, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan konsep Anne Gregory yang di dalamnya ada langkah-langkah
penyusunan strategi. Diharapkan perbedaan ini dapat membuat penelitian lebih
terarah.
Keterangan
Penelitian I
Penelitian II
Penelitian Penulis
Judul
Penerapan
Kegiatan
Employee
Relations dalam
Mendukung Iklim
Komunikasi
Internal (Studi
pada Perusahaan
Konsultan Public
Relations X)
Komunikasi
Internal dalam
Penyelarasan
Budaya
Perusahaan Paska
Merger Vertikal
(Kasus PT Indosat
Tbk-SatelindoIM3)
Strategi Komunikasi
Internal dalam
Mensosialisasikan
Merger kepada
Karyawan (Studi
Kasus PT XL Axiata
dan PT Axis Telecom
Indonesia)
Nama peneliti
Yeni Indah
Lestari
Astranivari
Ferdyana Lie
Jenis penelitian Skripsi
Tesis
Skripsi
Tahun
penelitian
2005
2015
2012
9 Permasalahan
Bagaimana
penerapan
kegiatan
employee
relations dalam
mendukung iklim
komunikasi
internal yang
kondusif pada
perusahaan X?
Bagaimana
perubahan budaya
untuk menunjang
perubahan bentuk
organisasi, visi
dan misi
perusahaan paska
merger dalam
rangka
mengukuhkan diri
sebagai penyedia
layanan kelas
dunia untuk
telekomunikasi
selular-nirkabel
terpadu?
Strategi
apa
yang
dilakukan oleh XL
Axiata dan Axis dalam
sosialisasi
merger
kepada
karyawan
sebagai salah satu
bentuk
komunikasi
internal pada PT XL
Axiata dan PT Axis
Telecom Indonesia?
Tujuan
Ingin mengetahui
penerapan
kegiatan
employee
relations dalam
mendukung iklim
komunikasi
internal pada
perusahaan X.
Mengetahui
perubahan budaya
untuk menunjang
perubahan bentuk
organisasi, visi
dan misi
perusahaan paska
merger dalam
rangka
mengukuhkan diri
sebagai penyedia
layanan kelas
dunia untuk
telekomunikasi
selular-nirkabel
terpadu
Ingin mengetahui
strategi Komunikasi
internal dalam
mensosialisasikan
Merger PT XL Axiata
dengan PT Axis
Telecom Indonesia
kepada karyawannya.
Metodologi
Metode kualitatif
dengan jenis
penelitian
deskriptif.
Metode kualitatif
dengan jenis
penelitian
deskriptif
Metode kualitatif
dengan jenis penelitian
deskriptif
Hasil
penelitian
Kegiatan
employee
relations dalam
perusahaan X
adalah program
penghargaan,
program
pelatihan, acara
Komunikasi
internal yang
dilakukan dalam
penyelarasan
budaya
perusahaan paska
merger dirasakan
kurang dapat
Strategi komunikasi
internal yan g
dilakukan sudah
mengikuti 10 langkah
perencanaan kampanye
PR menurut Anne
Gregory, yaitu Analisa,
Objektif, Publik,
10 khusus,
rangsangan
berbicara,
konferensi
karyawan, dan
obrolan langsung.
dicerna, tidak
menarik, dan
perlu lebih agresif
dan interaktif bagi
karyawan.
Strategi, Taktik,
Timescales, Sumber
Daya, Evaluasi, dan
Review. Hanya saja
aktivitas yang
dilakukan masih
dirasakan kurang
strategis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
2.2. Kerangka Konsep
2.2.1. Corporate Communication
Corporate communication adalah bagian dari seluruh organisasi.
Tanggung jawab untuk komunikasi semakin dilihat sebagai bagian dari
peran setiap karyawan. Komunikasi dengan internal sangat penting untuk
menjalin hubungan antara atasan dengan bawahan. Sehingga tidak merasa
canggung ketika berkomunikasi dengan pimpinan atau karyawan.
Cornelissen (2008: 5) mendefinisikan corporate communication is
the set of activities involved in managing and orchestatring all internal
and external communications aimed at creating favotable starting points
with stakeholders on which the company depends.
Maksudnya adalah Corporate Communication adalah himpunan
kegiatan yang terlibat dalam mengelola dan mendalangi semua
komunikasi internal dan eksternal yang bertujuan untuk menciptakan titik
awal menguntungkan dengan para pemangku kepentingan perusahaan
tersebut.
11 Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate
Communication merupakan aspek penting dari disiplin komunikasi.
Corporate Communication mengacu pada komunikasi dalam organisasi
perusahaan (komunikasi internal) serta komunikasi antara badan usaha
yang berbeda (komunikasi eksternal). Komunikasi sangat penting dalam
keberhasilan perusahaan dan semakin banyak perusahaan-perusahaan
menilai kembali komunikasi mereka, bergerak menjauh dari tradisional,
pendekatan fungsional untuk hubungan masyarakat dan urusan publik, dan
mengejar strategi komunikasi internal dan eksternal perusahaan.
Cornelissen (2008: 31) juga menggambarkan kerangka Corporate
Communication sebagai berikut:
Gambar 2.2 Corporate Communication Framework oleh Joep
Cornelissen
Sumber: Cornelissen (2008: 31)
12 Kerangka konsep tersebut memberikan gambaran tentang fungsi
corporate communication dalam sebuah perusahaan. Masing-masing
memiliki publik yang berbeda, dengan kebutuhan yang berbeda, serta
membutuhkan strategi yang berbeda pula. Dari penjabaran konsep di atas,
dapat dilihat bahwa salah satu fungsi corporate communication adalah
komunikasi interal. Komunikasi internal penting karena karyawan turut
mengambil andil dalam membangun citra dan reputasi perusahaan yang
positif.
2.2.2. Komunikasi Organisasi
Menurut Goldhaber (1986) dalam Arni Muhammad (2007:45)
menyatakan bahwa “organizational communications is the process of
creating and exchanging messages within a network of interdependent
relationship to cope with environmental uncertainty.” Hal ini dapat
diartikan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan
saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah-ubah.
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, komunikasi
ini dapat bersifat formal dan dapat juga bersifat informal. Komunikasi
organisasi ini seringkali melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi
antarpribadi dan juga komunikasi publik. Komunikasi yang formal dalam
sebuah organisasi adalah komunikasi yang berlangsung menurut struktur
13 organisasi tersebut, yaitu adanya komunikasi ke bawah, komunikasi ke
atas, dan komunikasi horizontal. Selanjutnya komunikasi yang tidak
bergantung pada stuktur organisasi disebut komunikasi informal.
Komunikasi ini seperti komunikasi antarsejawat, dimana biasanya
termasuk selentingan dan gosip. Selentingan dan gosip terjadi diantara
rekan sekerja yang biasanya bersifat pribadi, hal ini muncul dan kemudian
menjadi topik pembicaraan dalam sebuah organisasi namun tidak
berhubungan atau tidak menyangkut pekerjaan sama sekali. (Mulyana,
2007)
2.2.3. Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
2.2.3.1.
Komunikasi Internal
Komunikasi internal didefinisikan oleh Joep Cornelissen
(2008:195) sebagai komunikasi dengan karyawan internal yang ada
di dalam organisasi. Komunikasi internal berbeda dengan
komunikasi eksternal berdasarkan stakeholdernya. Namun, karena
kemajuan teknologi (internet blogs, e-mails, dll), pesan kepada
karyawan tidak hanya di ‘dalam’ organisasi. Teknologi baru ini
mengaburkan batas antara komunikasi ‘internal’ dan ‘eksternal’.
Inti dari komunikasi internal adalah membuat atmosfir
hormat
dari
karyawan
kepada
organisasinya.
Komunikasi
seharusnya terjadi langsung dari satu manajer ke yang lainnya, dari
supervisor ke karyawan, namun karena pertumbuhan perusahaan
14 yang lebih kompleks, proses komunikasi ini menjadi lebih
kompleks—karena itulah dibutuhkan fungsi komunikasi internal
(Argenti, 2009:128).
Troy (1989) dalam Argenti (2009:129) mengungkap tujuan
dari komunikasi internal yang efektif, yang diurutkan dari skala
prioritas, yakni:
1. Meningkatkan moral dan membangun niat baik (goodwill)
di antara karyawan dan manajemen
2. Untuk
menginformasikan
perubahan
internal
seperti
reorganisasi atau promosi staf
3. Untuk menjelaskan kompensasi seperti asuransi kesehatan
atau EAP (Employee Assistance Program)
4. Untuk meningkatkan pemahaman karyawan terhadap
organisasi dan produk, etika, budaya, dan lingkungan
eksternal perusahaan.
5. Untuk merubah sikap karyawan menjadi lebih produktif,
berorientasi pada kualitas, dan memiliki jiwa wirausahawan.
6. Untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kesehatan dan
sosial atau tren yang berdampak pada mereka, seperti
penitipian anak atau AIDS.
7. Untuk mendorong partisipasi karyawan dalam aktivitas
komunitas.
15 Tubbs dan Moss (2008:475) menguraikan empat dimensi
komunikasi
dalam
komunikasi
internal
perusahaan,
yaitu
supervisory communication, downward communication, upward
communication, dan horizontal communication.
a. Supervisory Communication
Teori yang mendasari supervisory communication
adalah teori LMX (Leader-Member Exchange) yang
menyatakan bahwa hubungan antara karyawan dan
atasannya dipengaruhi oleh kedua belah pihak dan pihak
atasan memiliki hubungan yang berbeda dengan setiap
bawahannya. LMX, dalam praktik kerja karyawan,
diasosiasikan kepada karyawan yang menolong pekerjaan
orang lain tanpa diharuskan demikian.
b. Downward Communication
Setelah supervisory communication, hal kedua yang
terpenting dalam menentukan iklim komunikasi perusahaan
adalah downward communication. Komunikasi ini adalah
komunikasi yang diprakarsai oleh manajemen yang lebih
tinggi dan difiltrasi ke manajemen yang di bawa melalui
“chain of command”.
c. Upward Communication
Upward communication adalah proses dimana ide,
perasaan, dan persepsi dari karyawan yang jabatannya lebih
16 rendah
dikomunikasikan
kepada
manajemen
yang
jabatannya lebih tinggi.
Para karyawan harus didorong untuk berkomunikasi
dari bawah ke atas. Apabila karyawan tidak diberi tahu
alasan untuk melakukan sesuatu dan hasil kerjanya tidak
ditunjukkan, mereka cenderung merasa frustrasi dan dilusi
tentang pekerjaan mereka.
d. Horizontal Communication
Horizontal
communication
adalah
pertukaran
komunikasi antara orang-orang yang berada di jabatan atau
tingkat yang sama dalam organisasi. Biasanya horizontal
communication tidak berjalan baik karena loyalitas
karyawan terhadap departemennya. Kelompok-kelompok
dalam organisasi berkompetisi untuk kekuasaan dan sumber
daya, sedangkan karyawan-karyawan baru diajarkan untuk
loyal kepada departemennya dan tidak membantu orang
lain di luar itu.
Sesuai dengan tujuan internal Public Relations yakni
membina hubungan yang harmonis antara publik yang ada di
dalam
organisasi/perusahaan,
yaitu
dengan
cara
membina
komunikasi dua arah (antara pimpinan dan karyawan atau antara
sesama karyawan) yang bersifat persuasif dan informatif, yang
dapat dilaksanakan dengan cara tertulis, yaikni mengadakan
17 briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah; dan dengan cara konseling,
yakni dengan menyediakan beberapa anggota staf yang telah
medapat latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehatnasehat kepada para karyawan, turut memecahkan masalahmasalah pribadi mereka, atau mendiskusikannya bersama-sama.
2.2.3.2.
Arus Komunikasi Internal Organisasi
Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi
vertikal
dan
komunikasi
horizontal.
Masing-masing
arus
komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat
tegas.
Ronald
Adler
dan
George
Rodman
dalam
buku
Understanding Human Communication (2008: 140), mencoba
menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi
dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang
berlangsung ketika orang-orang yang berada pada
tataran
manajemen
mengirimkan
pesan
kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke
bawah ini adalah:
a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja
(job instruction)
b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu
tugas perlu untuk dilaksanakan (job relationnale)
18 c. Penyampaian informasi mengenai peraturanperaturan
yang
berlaku
(procedures
and
practices)
d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk
bekerja lebih baik
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi
ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a. Penyampaian
informasi
tentang
pekerjaan
ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b. Penyampaian
informasi
tentang
persoalan-
persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak
dapat diselesaikan oleh bawahan
c. Penyampaian
saran-saran
perbaikan
oleh
bawahan
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang
dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi
yang berlangsung di antara para karyawan ataupun
bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi
arus komunikasi horizontal ini adalah:
a. Memperbaiki koordinasi tugas
b. Upaya pemecahan masalah
19 c. Saling berbagi informasi
d. Upaya pemecahan konflik
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
Komunikasi organisasi yang sukses adalah ketika arus
komunikasi yang terjadi dalam perusahaan berjalan dari tingkatan
pimpinan kepada bawahan serta sebaliknya. Begitu pula dengan
sesama karyawan. Namun, masalah arus komunikasi ini seringkali
menjadi permasalahan besar dalam sebuah perusahaan, yang tidak
memungkinkan penyampaian komunikasi secara langsung secara
tatap muka. Hal ini juga terjadi di PT XL Axiata, dengan jumlah
karyawan mencapai -/+ 3000 orang, kesalahpahaman komunikasi
karena tidak tersampaikannya tujuan komunikan sering terjadi.
Tentunya menjadi sebuah masalah khusus jika komunikasi yang
menjadi dasar dalam hubungan organisasi, tidak tersalurkan hingga
menyebabkan krisis dalam suatu perusahaan.
2.2.4. Pengertian Komunikasi Internal
Pada dasarnya, perantara hubungan antara manajemen dan
karyawan ini merupakan salah satu bagian dari kinerja hubungan
masyarakat. Namun, pada pelaksanaannya, di beberapa perusahaan,
komunikasi internal ditempatkan di bawah divisi yang mengatur hubungan
terhadap karyawan seperti human relations department dan divisi lainnya.
20 Mengingat cukup signifikannya komunikasi internal dalam sebuah
organisasi, maka diperlukan pengertian mendalam mengenai komunikasi
internal.
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (2004: 80),
bahwa publik internal sama pentingnya dengan hubungan masyarakat
eksternal,
karena
kedua
bentuk
hubungan
masyarakat
tersebut
diumpamakan sebagai dua sisi mata uang yang mempunyai arti yang sama
dan saling terkait satu sama lain.
Dalam pekerjaannya, komunikasi internal bekerja sama dengan
bidang periklanan korporasi, media relations, employee relations, investor
relations, government relations, community development, dan crisis
management yang merupakan bagian dari komunikasi korporat.
Dalam kacamata makro, komunikasi korporat dapat menjadi cara
utama menghadapi perhatian ataupun berita tidak menyenangkan bagi
perusahaan ataupun berita tidak menyenangkan bagi perusahaan dengan
strateginya sendiri. Namun di tingkat mikro, komunikasi korporat
memiliki dampak langsung terhadap pekerjaan karyawan yang berada
dalam susunan organisasi. Karena komunikasi internal berhubungan
langsung dengan setiap pekerjaan masing-masing di mana dalam hal ini
apabila reputasi yang disiapkan atau dijaga oleh komunikasi korporat
mengalami krisis ataupun peningkatan maka akan memiliki efek juga
21 terhadap bagaimana orang-orang memandang perusahaan tersebut dan
pemikiran apa yang terlintas untuk image perusahaan (Argenti, 2009: 5).
2.2.5. Mengkomunikasikan
Secara
Internal
Perubahan
dalam
Perusahaan
Komunikasi dan perubahan berhubungan dalam sejumlah cara
yang berbeda. Komunikasi sangat penting dalam bagaimana perubahan
tersebut diformulasikan, diumumkan, dan dijelaskan kepada karyawan dan
juga berkontribusi terhadap kesuksesan implementasi dan institusionalisasi
dari perubahan tersebut. (Cornelissen, 2008:101).
One purpose of communication during organisational change can
be to prevent resistance to change, or at least try to reduce this.
When resistance to change levels are low within an organisation,
one could argue that the effectiveness of the change-effort will be
higher. Since an organisation’s functioning depends on the actions
of its members, the organisation can change only when members’
behavior changes (Elving,2005:3; Tannenbaum, 1971).
Oliver (2007: 63) menyatakan bahwa dalam perubahan berskala
besar dari program komunikasi internal harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1. Perubahan tersebut harus dimulai dari isu-isu penting jangka
pendek yang dihadapi dan dipahami oleh para manajer serta tidak
dimulai dengan program komunikasi bisnis global dan jangka
22 panjang yang dipublikasikan sebagai dokumen yang tidak sensitive
terhadap kebutuhan individu.
2. Perubahan tersebut harus menciptakan pandangan yang relaistis
mengenai apa yang dapat dicapai dan tidak terlalu mengandalkan
pada harapan yang selalu meningkat
3. Perubahan
tersebut
harus
menawarkan
kesempatan
bagi
pembelajaran perilaku dan bukan pembelajaran representasional,
yaitu perubahan apa yang dapat dilakukan oleh orang dan bukan
mendorong pembelajaran melalui penggunaan kata-kata dan
bahasa baru untuk meredakan ketegangan antara apa yang
dikatakan dan yang dilakukan orang.
4. Harus ada keterlibatan penuh dari para manajer di garis depan
bukan menciptakan tim proyek yang tidak stabil dan eksklusif yang
mengendalikan program tanpa konsultansi dan tanpa penelitian
yang memadai.
5. Perubahan harus terbuka terhadap perubahan tekanan lingkungan
dan prioritas.
6. Perubahan bahkan harus memasukkan orang-orang pragmatis yang
berpikir jangka pendek dan hangka panjangk yaitu pelaku bisnis
yang menolak terlibat secara emosional
Gregory (2008:43) menyatakan ada 10 tahap yang dilakukan dalam
perencanaan strategi komunikasi yang efektif, yakni:
23 1. Analisis
Analisis adalah bagian yang pertama dilakukan dalam proses
perencanaan strategi komunikasi. Proses ini memerlukan riset
untuk mengidentifikasi isu-isu yang akan menjadi dasar dari
program Public Relations yang dilakukan. Tanpa mengidentifikasi
isu, program komunikasi yang dilakukan akan kehilangan
kredibilitas dan efektifitas. Beberapa analisa yang dapat dilakukan
meliputi analisa
PEST
(Political,
Economic,
Social,
and
Technological), analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat), dan analisa pemangku kepentingan.
2. Objektif
Membuat objektif atau tujuan yang realistis sangat penting bagi
sebuah program atau kampanye yang direncanakan agar memiliki
arah dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu hal yang sering
terjadi dalam industri Public Relations adalah janji yang
berlebihan. Hal ini terjadi baik di dalam perusahaan ataupun bagi
perusahaan konsultan. Objektif yang berlebihan ini sebagian
datang dari keinginan untuk membuat klien puas, namun juga
karena minimnya pengetahuan tentang apa yang bisa dicapai.
Tujuan kampanye dan program Public Relations yang utama
adalah mempengaruhi sikap dan perilaku. Bagaimanapun, dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku publik, ada langkah-langkah
yang harus ditempuh terlebih dahulu.
24 Biasanya, objektif atau tujuan memiliki tiga level, yakni:
awareness, attitudes and opinions, behavior.
3. Publik (Audiens)
Setelah dapat menjawab ‘Kemana tujuan saya?’ dengan membuat
objektif yang dapat dicapai dan terukur, saatnya bertanya ‘Kepada
siapa saya akan berbicara?’. Dengan melakukan riset dari program
yang akan direncanakan, akan ada analisis tentang sikap dari
setiap pemangku kepentingan yang terhubung dengan perusahaan.
Kemudian, setiap dari pemangku kepentingan yang ada diberikan
skala kepentingan. Grunig (1984) dalam Gregory (2008:104-105)
menyatakan ada empat kelompok publik, yaitu:
a) Non-publik, yaitu kelompok yang tidak terpengaruh atau
tidak mempengaruhi perusahaan
b) Latent publics, yaitu kelompok yang terpengaruh oleh
aktivitas perusahaan, namun tidak menyadarinya
c) Aware publics, yaitu kelompok yang menyadari adanya
masalah yang ditimbulkan dari perusahaan
d) Active publics, yaitu kelompok yang melakukan aksi
karena masalah yang ditimbulkan dari perusahaan.
4. Pesan
Setiap perencanaan Public Relations memerlukan serangkaian
pesan yang menjadi inti dari komunikasi yang dilakukan. Pesan ini
harus jelas, tepat, dan mudah dimengerti. Ada dua alasan mengapa
25 pesan sangat penting. Pertama, karena pesan menjadi bagian
penting dalam proses pembentukan sikap. Kedua, karena pesan
dapat mendemonstrasikan tingkat efektivitas komunikasi.
5. Strategi
Membuat strategi bagian yang paling sulit dalam proses
perencanaan komunikasi. Apabila strategi sudah benar, maka halhal selanjutnya akan mengikuti. Kebanyakan praktisi Public
Relations langsung menentukan taktik yang akan dilakukan
daripada menentukan bagaimana keseluruhan program ingin
dilakukan. Hal ini dapat menyebabkan usaha yang tidak terfokus
dan tidak memiliki arah.
Strategi adalah pendekatan yang ingin dilakukan dalam sebuah
program atau kampanye. Strategi menentukan tema, prinsipprinsip, ide utama, dan rasionalisasi dibalik taktik sebuah program.
6. Taktik
Menentukan ide-ide cerdas dan membuat mereka menjadi program
adalah hal yang sangat mudah. Namun sering terjadi taktik yang
dilakukan hanya berfokus pada perhatian, bukan dari objektif yang
ingin dicapai. Karena itu, setelah melakukan brainstorm tentang
ide-ide yang ingin dilakukan, ada dua cara menentukan apakah
taktik tersebut, yakni:
a) Appropriateness, yakni apakah taktik yang ingin dilakukan
sesuai dengan target publik? Apakah akan memberikan
26 dampak yang diinginkan? Apakah taktik ini kredibel dan
memiliki pengaruh untuk membawa pesan yang ingin
disampaikan? Apakah pesan (konten, tone) dapat sesuai
dengan taktik ini? Apakah taktik ini sesuai dengan alat-alat
komunikasi perusahaan yang lain?
b) Deliverability,
yakni
apakah
taktik
ini
dapat
diimplementasi? Apakah bisa dilakukan dengan budget dan
jangka waktu yang telah ditetapkan? Apakah ada orangorang yang dapat mengimplementasikan taktik ini?
7. Timescales
Ada dua hal yang pasti terjadi dalam keseharian pelaksana Public
Relations. Pertama, tidak pernah ada cukup waktu untuk
melakukan segalanya. Kedua, kegiatan Public Relations biasanya
melibatkan orang lain dan koordinasi dari beberapa elemen,
menyebabkan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Ada
dua faktor yang harus diamati dalam membuat timescales. Yang
pertama, adalah tenggat waktu harus diidentifikasi sehingga
pekerjaan-pekerjaan yang terhubung dengan proyek yang sedang
dikerjakan dapat selesai tepat waktu. Yang kedua, sumber daya
harus dialokasikan secara tepat agar pekerjaan dapat diselesaikan.
8. Sumber Daya
27 Dalam program Public Relations ada tiga macam sumber daya,
yaitu sumber daya manusia, biaya operasional, dan peralatan yang
dibutuhkan.
9. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang sedang berlangsung dalam program
jangka panjang. Evaluasi yang dilakukan dengan benar dapat
membantu kita berada di dalam kendali. Dengan evaluasi, praktisi
Public Relations dapat melihat tanda-tanda bahaya sebelum
masalah tersebut muncul. Ada beberapa cara melakukan evaluasi,
yakni:
1. Perubahan perilaku
2. Respons
3. Perubahan sikap
4. Pencapaian
5. Media coverage, konten, distribusi, readership, share of
voice
6. Budget dan value of money
10. Review
Apabila evaluasi dilakukan dalam setiap proses yang dilakukan,
review secara mendalam dilakukan lebih jarang. Review secara
garis besar termasuk riset biasanya dilakukan sebelum program
atau kampanye dilakukan. Dengan proses evaluasi dan review
yang dilakukan secara regular, maka akan ada penyesuaian-
28 penyesuaian yang dapat dilakukan terhadap program atau
kampanye Public Relations yang sedang dilakukan.
Analysis
Objectives
Publics
Messages
Strategy
Tactics
Timescales Resources
Evaluation
Review
Gambar 2.3 Proses Perencanaan Anne Gregory dalam Langkah-langkah Logis
29 Sumber: Ruslan Rosady (2013: 108)
2.2.6. Jenis Strategi Komunikasi Internal
Clampitt (2000) dalam Cornelissen (2008:202-203) mengamati ada
lima strategi komunikasi yang digunakan untuk mengkomunikasikan
perubahan kepada karyawan, yakni:
1. ‘Spray and pray’
Strategi pertama, yang dinamakan ‘Spray and pray’, adalah
ketika para manajer menghujani (spray) karyawannya dengan
berbagai informasi tentang perubahan di dalam perusahaan.
Strategi ini dilakukan dengan memberikan informasi kepada
karyawan, yang diharapkan (pray) akan dengan sendirinya
menyortir informasi yang penting dan tidak penting kemudian
mengaplikasikannya ke pekerjaan sehari-hari. Walau strategi ini
terlihat baik, namun sangat jarang efektif. Banyaknya informasi
tidak dapat secara langsung disamakan dengan komunikasi ketika
informasi tersebut tidak terfokus dan disesuaikan dengan
kebutuhan karyawan.
2. ‘Tell and sell’
Strategi kedua, yaitu dimana manajer mengkomunikasikan
rangkaian pesan yang lebih terbatas yang dipercaya menyasar isu
utama tentang perubahan yang sedang dialami. Dalam strategi ini,
manajer lebih dulu memberi tahu karyawan tentang isu inti yang
30 dihadapi dan kemudian mencoba ‘menjual’ informasi tersebut
dengan pendekatan khusus. Strategi ini adalah strategi dari atas ke
bawah; para karyawan tidak dilibatkan dalam dialog, namun hanya
diinformasikan bahwa ada perubahan. Kelemahan strategi ini
adalah para karyawan dapat merasa tidak didengarkan dan menjadi
skeptis terhadap perubahan yang sedang dihadapi.
3. ‘Underscore and explore’
Pada strategi ketiga, para manajer berfokus pada beberapa
isu mendasar yang paling berhubungan dengan perubahan dalam
organisasi,
memberikan
karyawan
keleluasaan
untuk
mengeksplorasi impilikasi dari perubahan dalam cara yang disiplin.
Dalam penggunaan strategi ini, sering diasumsikan bahwa proses
komunikasi belum selesai dan efektif sampai dapat diketahui
bagaimana karyawan bereaksi terhadap gagasan inti dari perubahan
tersebut. Dengan kata lain, para manajer bukan hanya membuat
pesan inti, namun juga mendengarkan masukan dari karyawan
untuk mengidentifikasi potensi kesalahpahaman dan hambatan
tidak terlihat dari perubahan tersebut.
4. ‘Identify and reply’
Strategi keempat berbeda dengan tiga strategi sebelumnya
karena dimulai dengan kepedulian karyawan. Dalam strategi ini,
karyawan yang menetapkan agenda yang akan ditanggapi oleh
manajer. Strategi ini mengasumsikan bahwa karyawan adalah
31 pihak terbaik yang lebih dahulu menyadari isu kritis dan
kemungkinan dari perubahan. Bagaimanapun, kelemahannya
adalah karyawan mungkin tidak memiliki gambaran yang cukup
luas tentang organisasi secara keseluruhan dan strategi ini
digunakan
dengan
cara
defensif,
dimana
mereka
terlihat
memperhatikan namun tidak benar-benar menanggapi umpan balik
dari karyawan.
5. ‘Withhold and uphold’
Pada strategi kelima, para manajer menahan informasi
sampai informasi tersebut dianggap tidak dapat ditahan lagi karena
rumor yang berkembang. Ketika dihadapkan pada rumor, manajer
segera menegaskan posisinya sebagai atasan. Strategi ini berasumsi
bahwa informasi adalah kekuatan, dan para karyawan yang tidak
mampu
memahami
gambaran
besarnya
dianggap
tidak
membutuhkan alasan dari perubahan ini.
Perusahaan dapat menggunakan strategi lain atau kombinasi dari 5
strategi ini. Perbedaan dari strategi-strategi ini adalah tingkat informasi
yang diberikan kepada karyawan, pemberian pedoman dalam perubahan
tersebut, dan seberapa karyawan merasa diikutsertakan dalam proses
perubahan ini.
32 2.2.7. Merger
Merger
merupakan
salah
satu
strategi
perusahaan
dalam
mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” yang berarti (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi
dan (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan
sesuatu. Merger didefinisikan penggabungan dua atau lebih perusahaan
yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah
ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan
yang melakukan merger. Dengan kata lain, merger adalah penggabungan
dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang
tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan
aktivitas atau bubar (Moin, 2010).
Menurut peneliti, komunikasi internal harus dilaksanakan baik
sebelum,
sesudah,
ataupun
saat
merger
terjadi
karena
terjadi
ketidakpastian informasi bagi para karyawan, yang dapat berdampak
buruk bagi iklim perusahaan. Yang perlu ditekankan adalah bahwa pada
saat terjadi perubahan dalam perusahaan (merger) karyawan membutuhkan
gambaran atau panduan yang jelas keseluruhan tujuan dan ambisi
perusahaan melakukan merger. Sehingga dalam pengkomunikasiannya
tidak menimbulkan keresahan, menimbulkan kepercayaan, dan membantu
karyawan memahami apa yang terjadi dalam internal perusahaan.
33 Suatu penyatuan atau penyelarasan budaya sangat jarang terjadi
secara sempurna. Idealnya, penyatuan budaya ini akan menghasilkan
budaya baru yang mengandung elemen-elemen terbaik dari budaya
sebelumnya. Namun pada kenyataannya seringkali berbeda.
Dalam merger, permasalahan yang kerap dikunjungi adalah
banyaknya orang dari perusahaan yang memiliki budaya yang berbeda
namun berharap untuk bekerja sama, berdiskusi, dan menyelesaikan
pekerjaan operasional dan strategi kompleks. Biasanya, sebuah budaya
baru sulit diterima dan sulit membuat orang tertarik untuk menerimanya
2.3. Alur Pikir
Dari beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
berusaha memperlihatkan kaitan antara konsepnya melalui bagan di
bawah ini. Di mulai dengan konsep corporate communication framework
yang di dalamnya juga tercakup fungsi komunikasi internal, yang
memiliki dampak langsung terhadap pekerjaan karyawan yang berada
dalam susunan organisasi, terutama saat terjadinya perubahan bentuk
perusahaan, yaitu saat terjadinya merger.
Untuk
menggambarkan
strategi
komunikasi
internal
yang
digunakan oleh XL, peneliti menggunakan konsep Perencanaan
Kampanye Public Relations milik Anne Gregory (2008) yang di
dalamnya mencakup proses dari analisa, penentuan objektif, publik, pesan,
strategi, taktik, sumber daya, skala waktu, evaluasi, dan review.
34 PT XL AXIATA
Corporate
Communication
Komunikasi
internal
Strategi
Perencanaan
Kampanye Public
Relations Anne
Gregory
Merger PT XL
Axiata dan PT Axis
Telecom Indonesia
Gambar 2.3 Alur Pikir
35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya
memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji
hipotesis ataupun membuat prediksi. Data kualitatif diperoleh dari pengolahan
informasi yang diperoleh dari sumber data primer melalui wawancara dan data
sekunder melalui dokumen resmi yang terkait.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, di mana bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Periset sudah mempunyai konsep (biasanya
satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan
teori), periset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan
variabel beserta indikatornya. Riset ini untuk menggambarkan realitas yang
sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel (Kriyantono, 2012: 69).
Melalui penelitian ini, peneliti mendeskripsikan secara mendalam
mengenai realita yang muncul dari sudut pandang informan terkait strategi
komunikasi internal dalam mensosialisasikan merger pada karyawan di PT XL
Axiata.
36
Karena penelitian ini mengggunakan penelitian deskriptif, maka ketika
proses pengambilan data di lapangan, peneliti menggali realitas sosial informan
secara mendetail dan menyeluruh terkait setiap interaksi yang terjadi di antara
informan. Setelah itu berdasarkan keseluruhan data yang berhasil dikumpulkan
salah satunya melalui wawancara mendalam, maka peneliti menuangkan
temuannya dan mendeskripsikan program-program komunikasi internal yang
dilaksanakan selama dilakukannya proses merger antara PT XL Axiata dan PT
Axis Telecom Indonesia.
Peneliti menjelaskan realitas yang terjadi pada PT XL Axiata yang
melakukan merger dengan PT Axis Telecom Indonesia dengan menggunakan
strategi komunikasi tertentu dalam mensosialisasikan kepada karyawannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini
berusaha untuk mencari tahu dan menggambarkan kondisi dan situasi lingkungan
yang terjadi dari realitas yang diteliti. Dengan demikian dibutuhkan pendekatan
penelitian yang dapat mengeksplorasi hal-hal tersebut dan berada dekat dengan
kasus yang diteliti. Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif
mempunyai ciri-ciri (Kriyantono, 2012: 57-58):
1.
Intensif,
partisipasi periset dalam waktu lama pada setting
lapangan, periset adalah instrument pokok riset.
2.
Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan
catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter.
3.
Analisis data lapangan.
37
4.
Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-
kutipan) dan komentar-komentar.
5.
Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas
sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan
produk konstruksi sosial.
6.
Subjektif dan berada hanya dalam referensi periset.
7.
Periset sebagai sarana penggalian interpretasi data.
8.
Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah.
9.
Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi
dan individu-individunya.
10.
Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth).
11.
Prosedur riset: empiris-rasional dan tidak berstruktur.
12.
Hubungan antara teori, konsep, dan data: data memunculkan atau
membentuk teori baru.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang
terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka
tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data
(Kriyantono, 2012:56-57).
Yang sangat diutamakan dalam penelitian kualitatif adalah pengungkapan
dari suatu makna, hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009:15) yang
38
mengungkapkan bahwa metode penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat
post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di
mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menggali Informasi dan pandangan
informan secara mendalam terkait strategi program-program komunikasi internal
di PT XL Axiata dalam mensosialisasikan merger kepada karyawan. Hal ini
dilakukan demi mendapatkan realitas sosial yang terbentuk dari sudut pandang
pimpinan dan karyawan yang menjabarkan pengalaman mereka masing-masing
selama mengikuti kegiatan komunikasi internal selama kurun waktu sebelum
sampai sesudah terjadinya merger. Karena itu pengambilan data akan dilakukan
melalui wawancara mendalam, sehingga jenis penelitian kualitatif sangat sesuai
diterapkan dalam penelitian ini.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigm postpositivistik. Cresswell (2009:7) menjelaskan paradigma ini dilandasi pemahaman
determinan bahwa sebuah masalah mungkin dapat menghasilkan sebuah efek atau
hasil (outcomes). Masalah yang diteliti dalam paradigma ini merefleksikan
kebutuhan untuk men gidentifikasi penyebab-penyebab yang mempengaruhi suatu
hasil, seperti halnya dalam eksperimen. Penelitian dengan paradigma ini juga
bersifat reduksionistik atau mengecilkan ide-ide sehingga dapat diperiksa.
39
Pengetahuan yang dikembangkan dalam paradigma ini didasarkan pada observasi
dan pengukuran suatu realitas/objek.
3.2.
Metode Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study
(studi kasus). Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai
sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara kompherensif berbagai aspek individu,
kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. (Kriyantono,
2012:65)
Poin kunci dari studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan
berbagai sumber bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif, atau kedua-duanya),
terhadap satu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada umumnya,
studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi. “Kasusnya” dapat berupa sebuah
organisasi, sekumpulan orang seperti sekelompok kerja atau kelompok sosial,
komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye. (Daymond dan Holloway,
2008: 252).
Dalam penelitian ini, studi kasus yang digunakan merupakan studi kasus
tunggal (single case). Desain studi kasus tunggal memberi peneliti kemungkinan
untuk melakukan eksplorasi mendalam (tapi spesifik) tentang kejadian tertentu
(atau beberapa peristiwa) dari sebuah fenomena. Minat peneliti, oleh karena itu,
berfokus pada sejumlah kecil kejadian yang diselidiki secara mendalam dalam
40
satu rentang waktu, atau dalam jangka waktu yang lebih panjang. (Daymon dan
Holloway, 2008: 258)
Dalam penelitian ini, kasus yang dimaksud adalah mengenai strategi
komunikasi internal dalam sosialisasi merger kepada karyawan yang dilaksanakan
dan diikuti oleh informan. Kasus tersebut merupakan batasan dalam penelitian ini.
Hal-hal yang terjadi setelah diluar batasan kasus peneliti tidak dijadikan sebagai
perhatian pada penelitian ini. Begitupun hal-hal yang terjadi setelah penelitian ini
dilakukan tidak menjadi perhatian dan bahasan dalam penelitian ini.
3.3.
Key Informan/Informan
Obyek dalam penelitian ini yaitu PT XL Axiata. Subjek dari penelitian ini,
penulis meneliti PT XL Axiata, lebih tepatnya Corporate Communication dan
HCD (Human Capital Development) atau setara dengan HRD PT XL Axiata Tbk
karena
dianggap
pihak
tersebutlah
yang
mengetahui
strategi
dan
mensosialisasikan merger tersebut kepada karyawannya.
Peneliti melakukan wawancara terhadap satu orang key informan dan dua
orang informan. Informan adalah individu yang dianggap mengetahui sepenuhnya
tentang suatu masalah ataupun fenomena, yang dapat memberikan informasi yang
akurat, jelas, dan terpercaya. Sedangkan key informan adalah pihak yang tidak
hanya bisa memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti, tapi juga bisa
memberikan saran mengenai sumber bukti yang mendukung, dan menciptakan
sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan (Moleong, 2009: 97).
41
Proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berbagai informasi mengenai strategi komunikasi yang dilakukan XL dalam
mensosialisasikan merger kepada karyawannya, oleh karena itu peneliti memilih
informan berdasarkan kriteria berikut.
Tabel 3.1 Key Informan dan Informan
Nama dan Jabatan
Alasan Pemilihan
Key Informan
Lutfi Amaliah
Ismi, Internal
Communications
& Event, Human
Capital
Development
Merupakan pihak internal perusahaan
yang paling mengerti tentang
karyawan secara mendalam serta
mengikuti proses perencanaan
strategi komunikasi komunikasi
internal dalam mensosialisasikan
merger kepada karyawan dari awal
hingga selesai. Merupakan pihak
yang dianggap berwenang
memberikan data-data yang terkait
dengan proses perencanaan strategi
komunikasi internal dalam
mensosialisasikan merger kepada
karyawan.
Informan
Dessie Natasha,
Supervisor
Corporate
Communications
Merupakan pihak internal yang ikut
berandil dalam komunikasi internal
selama merger, memiliki kapasitas
dalam menjawab pertanyaan, serta
juga ikut mengikuti program
komunikasi internal yang dijalankan.
Adwi Yudiansyah,
Director of Praxis
PR
Ahli di bidang PR, diharapkan dapat
memberikan sudut pandang yang
objektif dan netral, serta kredibel
tentang strategi komunikasi internal
yang dilakukan PT XL Axiata dalam
mensosialisasikan merger kepada
karyawannya.
42
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan studi dokumen. Wawancara adalah percakapan dan
tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Bingham dan Moore
(1959) dalam Daymon & Holloway (2008:394) menggunakan istilah “percakapan
dengan suatu tujuan (conversation with a purpose)”, yakni ketika peneliti dan
informan menjadi “mitra percakapan (conversational partner). Banister, dalam
Poerwandari (2007:146), mengatakan wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti
bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang
dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud
melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan
melalui pendekatan lain.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
semistruktur. Pada wawancara semistruktur, pewawancara biasanya mempunyai
daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaanpertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini
dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin.
Artinya, wawancara dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada
jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih
dahulu. Di sini, pedoman permasalahan yang akan ditanyakan merupakan
landasan atau pijakan dalam melakukan wawancara. Kemudian periset
dimungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan
43
kondisi sehingga dimungkinkan mendapatkan data yang lebih lengkap.
(Kriyantono, 2012: 101-102)
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi dokumen. Kelebihan
menggunakan studi dokumentasi antara lain memungkinkan peneliti memperoleh
bahasa dan kata-kata tekstual dari informan, dapat diakses kapan saja, menyajikan
data yang berbobot, dan sebagai bukti tertulis, data ini benar-benar dapat
menghemat waktu peneliti dalam mentranskrip. (Creswell, 2010: 269). Datadata
sekunder dalam penelitian ini menyangkut data dari media internal perusahaan
seperti company profile, lampiran formulir kotak saran, kesimpulan hasil
employee survey, dan lain-lain.
3.5.
Setelah
Teknik Analisis Data
melakukan
wawancara
dengan
para
informan,
peneliti
menggunakan teknik analisis data Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman
(2007: 15-20), yakni:
1. Pengumpulan Data
Data collecting atau pengumpulan data yaitu pengumpulan data pertama
atau data mentah yang dikumpulkan dalam suatu penelitian.
2. Reduksi Data
Data reduction atau penyederhanaan data adalah proses memilih,
memfokuskan, meyederhanakan, dengan membuat abstraksi, mengubah data
mentah menjadi yang dikumpulkan dari penelitian kedalam catatan yang telah
44
diperiksa. Tahap ini merupakan Tahap analisis data yang mempertajam atau
memusatkan, membuat sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian Data
Penyajian data (Data Display) adalah menyusun informasi dengan cara
tertentu sehingga diperlukan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
Pengambilan data ini membantu untuk memahami peristiwa yang terjadi dan
mengarah pada analisa atau tindakan lebih lanjut berdasarkan pemahaman.
4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan (conclutions drawing) adalah merupakan langkah
ketiga meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data
dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan
metodelogis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat
melalui hukum-hukum empiris.
Ide-ide kunci yang dihasilkan dari hasil wawancara selanjutnya dibagi
dalam berbagai kategori dan diklasifikasikan. Kategori satu dan lainnya akan
dihubungkan untuk menemukan suatu hubungan yang lebih umum. Keterkaitan
yang muncul akan menjadi suatu gambaran umum yang dapat ditemukan oleh
peneliti daripada penelitian. Dengan analisis tematik ini, peneliti mengharapkan
dapat menginterpretasikan dan mengelaborasikan data lebih jauh untuk
menghasilkan suatu konstruksi realita di lapangan.
Analisis data secara tematik dipilih karena memungkinkan peneliti
menemukan “pola” yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Hasil atau data
yang berhasil di kumpulkan di lapangan yaitu dari pimpinan, karyawan, maupun
45
pihak ahli sebagai triangulasi, akan diolahdan diklasifikasikan sesuai polanya
masingmasing lalu dilihat hubungan satu sama lain.
Hubungan tersebut pada akhirnya diinterpretasi dan dielaborasi lebih jauh
untuk menghasilkan konstruksi realita terkait bagaimana kegiatan komunikasi
internal di dalam perusahaan dalam mensosialisasikan mejer kepada karyawannya
Sehingga teknik analisis tematik sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat
digunakan untuk proses menjawab pertanyaan penelitian ini. Sedangkan data
sekunder dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis konten kualitatif.
Analisis
konten
kualitatif
dilakukan
dengan
teknik
deskripsi,
yaitu
mendeskripsikan informasi yang ditemukan dalam dokumen. Hasil analisis konten
kualitatif terhadap dokumen dihubungkan dengan hasil analisis wawancara untuk
mengetahui strategi komunikasi internal dalam mensosialisasikan merger kepada
karyawan pada PT XL Axiata.
3.6.
Keabsahan Data
Uji keabsahan data bertujuan untuk menguji apakah data yang telah
dikumpulkan valid atau tidak, dapat digunakan atau tidak. Dalam penelitian
kualitatif , pemeriksaan keabsahan data sangat dibutuhkan demi kesahihan dan
keandalan, serta tingkat kepercayaan data yang telah terkumpul (validity,
reliability, credibility). Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik triangulasi.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
yaitu dengan cara membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan
46
suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya,
membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara; membandingkan apa yang
dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi (Kriyantono, 2012: 72).
3.7.
Fokus Penelitian
Merujuk kepada latar belakang, kerangka konsep, dan metodologi
penelitian, penelitian ini berfokus untuk mencari tahu strategi komunikasi internal
yang digunakan oleh XL dalam mensosialisasikan merger kepada karyawannya.
Dalam menggambarkan strategi yang digunakan, peneliti menggunakan
rujukan konsep corporate communication milik Joep Cornelissen (2008) dan
posisi komunikasi internal dalam corporate communication. Dalam melihat
tahapan strategi komunikasi internal yang digunakan oleh XL dalam
mensosialisasikan merger kepada karyawannya, peneliti menggunakan model
perencanaan kampanye Public Relations milik Anne Gregory (2008), serta jenisjenis strategi milik Clampitt (2000).
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai strategi komunikasi internal yang digunakan dalam mensosialisasikan
merger kepada karyawannya.
3.8 Waktu dan Lokasi Penelitian
Wawancara dan pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti selama
November 2014 hingga Januari 2015 yang dilakukan baik secara langsung di
Grha XL, Jl Mega Kuningan Lot E4-7 No. 1 ataupun melalui email.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Objek Penelitian
4.1.1. PT XL Axiata, Tbk
Dengan pengalaman lebih dari 17 tahun beroperasi di pasar
Indonesia, PT XL Axiata Tbk. (selanjutnya disebut XL) merupakan salah
satu penyedia layanan seluler terkemuka di Indonesia. Saat ini XL
dipandang sebagai salah satu penyedia layanan seluler untuk Data dan
Teleponi terkemuka di Indonesia.
Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi seluler terkemuka di
Indonesia, melalui jangkauan jaringan dan layanan yang luas di seluruh
Indonesia, XL menyediakan layanan bagi pelanggan ritel dan menawarkan
solusi bisnis untuk pelanggan korporat. Layanan-layanan ini meliputi
Data, Voice, SMS, dan layanan bernilai tambah telekomunikasi seluler
lainnya.
Memulai usaha sebagai perusahaan dagang dan jasa umum pada
tangga 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. Pada
Tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah mendapatkan
izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM.
Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia
yang menyediakan layanan telepon seluler.
48 Di kemudian hari, melalui perjanjian kerja sama dengan Grup
Rajawali dan tiga investor asing (NYNEX, AIF dan Mitsui), nama XL
diubah menjadi PT Excelcomindo Pratama.
Pada September 2005, XL melakukan Penawaran Saham Perdana
(IPO) dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang
sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat itu, XL
merupakan anak perusahaan Indocel Holding Sdn. Bhd., yang sekarang
dikenal sebagai Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., yang seluruh
sahamnya dimiliki oleh TM International Sdn. Bhd. melalui TM
International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI berganti nama menjadi
Axiata Group Berhad dan di tahun yang sama PT Excelcomindo Pratama
Tbk. Berganti nama menjadi PT XL Axiata Tbk. untuk kepentingan
sinergi.
Saat ini, mayoritas saham XL dimiliki oleh Axiata melalui Axiata
Investments (Indonesia) Sdn. Bhd (65,5 persen) dan sisanya dipegang oleh
publik (33,5 persen). (Sumber Laporan Tahunan XL Tahun 2013, diakses
20 November 2014)
49
Gambar 4.1 Logo XL
Visi XL yang baru setelah merger adalah “Kami ingin menjadi
yang
terdepan dalam
memberikan pengalaman
menggunakan Mobile
Internet yang mudah dengan harga yang lebih murah untuk masyarakat
Indonesia dimana brand XL memiliki daya tarik yang kuat untuk anak
muda”. Visi ini ingin diwujudkan XL lewat tiga nilai utama XL yang
disingkat sebagai “ITS XL” terdiri dari:
1. Integrity (Integritas)
Dapat dipercaya dan selalu mematuhi etika profesi dan
bisnis. Segenap jajaran Pimpinan dan Karyawan XL harus jujur
dalam berbicara dan bertindak, konsisten antara pikiran, perkataan,
dan perbuatan, adil dalam memperlakukan pihak lain, berdedikasi
terhadap perubahan, dan dapat dipercaya dalam mengemban
amanat maupun menjalankan tugas
2. Teamwork (Kerja Sama)
Saling mendukung dan secara aktif terlibat dalam mencapai
tujuan bersama. Tidak semua pekerjaan dapat dilakukan secara
individual. Kerja sama memungkinkan kita untuk mencapai tujuan
50
yang lebih tinggi. Agar kerja sama dapat berlangsung efektif,
karyawan XL harus berpikiran positif dan terbuka terhadap
masukan orang lain, menghargai perbedaan, peduli terhadap pihak
lain, komunikatif dalam membangun pengertian yang sama,
berbagi pengetahuan dan keterampilan, dan berfokus kepada tujuan
bersama
3. Service Excellence (Pelayanan Prima)
Sepenuh hati memberikan solusi terbaik untuk memenuhi
harapan pelanggan. Istilah “Pelanggan” dalam hal ini tidak hanya
pelanggan eksternal yang berada di luar perusahan, namun
termasuk juga pelanggan internal yang mencakup rekan kerja,
atasan atau bawahan, dan unit kerja lain di dalam perusahaan.
Dalam usaha memberikan layanan unggul, perilaku karyawan XL
harus mencerminkan perilaku inti, yaitu fokus pada pelanggan
dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan, berorientasi
pada solusi terbai, efisien dan efektif dalam menghasilkan solusi,
sepenuh hati dalam menjalankan tugas, berorientasi pada kualitas
atas produk dan layanan yang diberikan, proaktif dalam bertindak,
dan inovatif dan kreatif dalam memberikan solusi.
Pada tanggal 28 Oktober 2014, XL meluncurkan teknologi 4G LTE untuk
menjawab kebutuhan masyarakat terhadap layanan internet berkecepatan tinggi di
Indonesia. Untuk tahap awal, layanan real mobile 4G-LTE ini bisa dinikmati di 5
(lima) lokasi di Jakarta, diantaranya 1 lokasi secara full building-seluruh area di
51
gedung pusat perbelanjaan Kota Kasablanca, serta 4 lokasi lainnya yaitu Euphoria
Lounge Menara Prima, XL Xplor Senayan City, XL Xplor Central Park, serta
Grha XL. Acara peluncuran berlangsung hari ini di Jakarta (28/10), disaksikan
oleh Menteri Komunikasi & Informatika, Rudiantara, Direktur Jendral Sumber
Daya Perangkat Pos & Informatika (SDPPI) Kemenkominfo, Muhammad Budi
Setiawan, dan Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi. Peluncuran layanan mobile
4G-LTE pertama di Indonesia ini sejalan dengan spirit XL untuk selalu menjadi
operator yang terdepan dalam berinovasi menyediakan layanan bagi masyarakat.
Ini juga menjadi kado yang istimewa di ulang tahun XL yang ke-18, sekaligus
sebagai wujud nyata komitmen XL untuk terus berupaya memberikan layanan dan
pengalaman yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dalam merasakan dan
menikmati kemajuan teknologi mobile 4G-LTE dengan kecepatan hingga 100
Mbps. XL berharap layanan 4G-LTE yang disediakan ini dapat memberikan
manfaat yang positf bagi masyarakat. (http://www.xl.co.id/corporate/id/ruangmedia/nasional/xl-luncurkan-layanan-real-mobile-4g-lte,
diakses
pada
20
November 2014).
Sebagai salah satu penyelia layanan seluler terbesar di Indonesia, XL telah
menorehkan sejumlah penghargaan-penghargaan yang pantas didapatkannya.
Berikut penghargaan-penghargaan yang diterima XL sepanjang tahun 2013, antara
lain (http://www.xl.co.id/corporate/id/perusahaan/profil/penghargaan, diakses 20
November 2014):
1. Best Leader, Best Operation Manager, Best Recruitment
Campaign, Best IT Support
52
(The Contact Center World Asia Pacific)
2. Contact Center Service Excellence Award 2013 Grade : Excellent
(Carre CCSL)
3. Telecom Asia Awards – Best Operator in Emerging Market
Kategori The Best Emerging Market Carrier
(Telecom Asia)
4. Most Admired Companies 2013 – The Third Winner in
Infrastructure, Utilities, and Transportation Industry
(Fortune Indonesia)
5. Service Quality Awards 2013, Peringkat Emas – Kategori: Industri
Telco Selular – GSm
(Carre-Center for Customer Satisfaction & Loyalty (Carre-CCSL)
dan Service Excellence Magazine)
6. Best Social Media Program of The Year, Best Use of Knowledge
Management, Customer Relationship Excellence Awards
(APCSC)
7. Digital Business Leader – Hasnul Suhaimi (XL Chief Executive
Officer)
(Bubu Awards v.08)
8. Lifetime Achievement Awards – Dian Siswarini (XL Chief Digital
Service Officer)
(Bubu Awards v.08)
53
9. Indonesia Service to Care Champion 2013 – Kategori: Operator
Selular
(MarkPlus Insight)
10. The Most Youthful Brand 2013
(Ikatan Duta Budaya dan Pariwisata Indonesia)
11. Indonesia Most Admired Companies 2013 (WIMACO 2013)
(Warta Ekonomi)
12. The Best Public Companies Based on WAI – Kategori: Layanan
Telekomunikai
(Majalah SWA dan Stern & Co.)
4.1.2. Struktur Organisasi PT XL Axiata Tbk
Berikut adalah struktur organisasi PT XL Axiata Tbk secara garis
besar(http://www.xl.co.id/corporate/id/perusahaan/kepemimpinan/struktur,
diakses pada 20 November 2014):
Gambar 4.2 Struktur Organisasi XL
54
Dalam laporan tahunan tahun 2013 XL, terdapat struktur organisasi
PT XL Axiata Tbk yang lebih lengkap (diakses pada 20 November
2014),yakni:
-
Chief Executive Officer: Hasnul Suhaimi
-
Chief Operating Officer: Williem Lucas Timmermans
-
Chief Digital Services: Dian Siswarini
-
Chief Financial Officer: Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin
-
Chief Commercial Officer: Joy Wahjudi
-
Chief Marketing Officer: P. Nicanor V. Santiago III
-
Chief Service Management Officer: Ongki Kurniawan
-
Corporate Secretary: Murni Nurdini
-
VP Corporate Communication: Turina Farouk
-
Senior GM Audit dan Manajemen Resiko: Azmarin Johari
-
Kepala divisi Investor Relations, Business Control & Corporate
Finance: Feiruz Ikhwan Abdul Malek
Dari struktur organisasi di atas, komunikasi internal berada dalam
ruang lingkup Internal Communication, yaitu berada dalam divisi
Corporate
Communication
yang
dipimpin
oleh
VP
Corporate
Communication, Turina Farouk.
55
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Merger Antara XL dan Axis
PT XL Axiata Tbk (XL) pada tanggal 8 April 2014 mengumumkan
secara resmi bahwa proses merger dengan PT Axis Telecom Indonesia
telah selesai yang ditandai dengan penandatanganan akta merger oleh
kedua belah pihak. Dengan demikian, XL dan Axis telah menjadi satu
entitas bisnis yang akan melayani lebih dari 65 juta pelanggan seluler di
Indonesia.
Sebelumnya, XL mengakuisisi Axis pada tanggal 20 Maret 2014
dengan nilai transaksi USD 865 juta. Kesepakatan ini ditandai denga
penandatangan dokumen penyelesaian transaksi pada tanggal 19 Maret
2014 antara XL dan STC. Dengan selesainya transaksi ini, maka XL telah
secara resmi menyelesaikan proses akuisisi dan menjadi pemegang saham
mayoritas di Axis.
Konsolidasi industri telekomunikasi saat ini sudah menjadi sebuah
kebutuhan untuk memastikan industri telekomunikasi yang sehat dan
berkesinambungan. Melalui merger dengan Axis, XL berharap akan
mampu memberikan kualitas layanan yang lebih baik dan menjangkau
lebih banyak pelanggan di seluruh Indonesia.
Resminya merger XL dan Axis berarti kedua perusahaan secara
hukum telah bersatu menjadi satu badan usaha. Hal ini akan berdampak
positif dan memberikan lebih banyak manfaat kepada pelanggan, di
antaranya meningkatkan kualitas layanan dan jaringan yang lebih baik
56
(better), mendorong peningkatan jumlah pelanggan XL dan memperbesar
komunitas sesama pengguna (bigger), serta meningkatkan ketersediaan
produk dan layanan customer service yang semakin luas di pasar (wider).
(Siaran pers merger XL dan Axis http://www.xl.co.id/corporate/id/ruangmedia/nasional/xl-resmi-merger-dengan-axis-menjadi-satu-badan-usaha,
diakses 1 Desember 2014)
4.2.2. Strategi Komunikasi internal dalam Mengkomunikasikan
Merger pada PT XL Axiata, Tbk.
Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih tiga bulan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara
dengan beberapa informan yang secara langsung terkait dengan kegiatan
Komunikasi internal di PT XL Axiata selama melakukan merger dan
melakukan studi pustaka dari beberapa literatur yang berhubungan dengan
Komunikasi internal, peneliti berhasil memperoleh data yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
Berdasarkan data yang diperoleh langsung, pada bab ini peneliti
akan memaparkan sejumlah hasil penelitian tentang “Strategi Komunikasi
internal dalam Mengkomunikasikan Merger kepada Karyawan (Studi
Kasus PT XL Axiata dan PT Axis Telecom Indonesia).
Karyawan merupakan salah satu entitas paling penting dalam
sebuah perusahaan, mereka merupakan bagian utama dari unit perusahaan
57
itu sendiri. Karena itu, komunikasi internal sangat penting dilakukan,
terutama ketika perusahaan sedang mengalami merger, di mana adanya
penyatuan dua budaya yang berbeda di dalam perusahaan. Adapun strategi
komunikasi internal yang digunakan oleh PT XL Axiata, Tbk dalam
mensosialisasikan merger kepada karyawannya:
1) Analisa
Menurut Gregory (2008: 48), analisa adalah proses yang
paling awal dan sangat penting dalam membentuk sebuah
perencanaan komunikasi. Dalam analisa akan dilakukan proses
identifikasi isu, yang menjadi dasar bagi program Public Relations
yang dilakukan. Tanpa mengidentifikasi isu, program komunikasi
yang dilakukan akan kehilangan kredibilitas dan efektifitas.
Dalam analisa perencanaan strategi komunikasi internal
yang dilakukan, XL berupaya melihat budaya karyawan XL dan
budaya karyawan Axis yang pindah ke XL, agar strategi yang
dilakukan cocok untuk keduanya, sebagaimana dikemukakan oleh
Lutfi.
“Kita ada corporate culture itu ada departemennya
itu namanya transformasi. Transformasi melihat hal-hal
yang seperti itu, bagaimana keseharian budayanya Axis
kemudian bagaimana budayanya XL, apakah bisa Axis
menerima budayanya XL.”
Selain menganalisa perbedaan budaya yang ada antara XL
dan Axis, XL juga melakukan analisa dengan cara belajar dari yang
58
sudah pernah melakukan employee relations dalam merger
sebelumnya, misalnya Satelindo dan Indosat-IM3, yang kebetulan
juga merupakan perusahaan telekomunikasi, sama seperti XL,
sebagaimana dikemukakan oleh Lutfi.
“Awalnya sih kita ambil benchmark merger antara
Indosat sama Satelindo itu.”
“Nah dari situ kita melihat skema yang dilakukan
oleh Satelindo kemarin seperti apa, kemudian kita come up
dengan ide yang baru, kemudian kita combine lagi dengan
merge nya beberapa bank karena beberapa bank yang
entitas kecil itu merge dengan entitas lainnya itu lumayan
berhasil. Jadi dari situ kita ambil step-stepnya, kita ajukan
untuk diimplementasikan.”
Lutfi mengemukakan bahwa XL banyak melihat proses
komunikasi internal dari kasus serupa yaitu Satelindo dan IndosatIM3, serta beberapa bank berskala kecil yang merger dengan bank
berskala besar. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Dessie.
“Beberapa program sudah pernah dilakukan. XL
belajar dari beberapa perusahaan yang telah melakukan
sebelumnya untuk menjadi perbandingan dan acuan tingkat
keberhasilan”
XL tidak secara langsung menerapkan komunikasi internal
yang dilakukan oleh perusahaan lain, namun mengambil ide-ide
yang ada dan mengembangkannya agar sesuai dengan karyawan
XL. Lutfi melanjutkan ketika ditanyakan tentang analisa yang
dilakukan.
“Makanya kita kemarin proses benchmark datang
ke sana, kemudian kita ke beberapa perusahaan bank untuk
59
melihat sebenernya persiapan dulu seperti apa, saat
implementasi seperti apa, masalah yang paling muncul
apa. Kita belajar dari masalah dulu untuk meminimalisasi
masalah kita berangkat dari situ mengeluarkan ide.”
Setelah ide-ide baru sudah dikembangkan, maka ide-ide
tersebut akan di-review oleh tim Axis dan manajemen XL, seperti
yang dikemukakan oleh Lutfi.
“…kita review lagi, reviewnya means ada beberapa
tim dari Axis yang kita ambil jadi bagian inti dari proses
merger ini. Nah dari situ kita juga diskusikan lagi, kita
FGD-kan lagi, kita coba lanjutkan dengan plan yang awal
ditambah dengan perbaikan setelah yang step pertama dan
kedua. Jadi setiap bulan itu di akhir periode kita adakan
meeting.”
Lutfi menuturkan bahwa dalam proses merger yang terjadi,
banyak dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk
memperbaiki ide-ide yang sudah dikembangkan. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Dessie.
“Secara
berkala
dilakukan update informasi,
sharing session di level manajeria, forum komunikasi mulai
terbuka…”
Dessie mengemukakan bahwa dalam proses analisa, banyak
dilakukan sharing di level manajerial, forum komunikasi juga
mulai terbuka agar lebih mengerti situasi karyawan sekarang.
2) Tujuan
Membuat objektif atau tujuan yang realistis sangat penting
bagi sebuah program atau kampanye yang direncanakan agar
60
memiliki arah dan tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Gregory (2008: 78), objektif harus realistis dan
tidak berlebihan.
Cornelissen (2008: 109-110) menyatakan bahwa seorang
profesional di bidang komunikasi harus dapat menetapkan tujuan
dari program komunikasi yang disusun. Setidaknya, dalam
penetapan objektif ini, para praktisi mampu membuat program
komunikasi yang mampu mengubah atau mengkonsolidasi
kesadaran, sikap, reputasi secara umum, dan kebiasaan pemangku
kepentingan tertentu.
Bagi XL, tujuan yang ingin dicapai dalam strategi
komunikasi internal yang dilakukan selama proses merger adalah
kesepahaman di setiap level karyawan, seperti yang dituturkan oleh
Lutfi.
“…tujuannya yaitu menyamakan misi ya, bahwa
memang kita bukannya nambah target atau apa, cuma
memperkuat jaringan kan, makanya kita membeli
bandwithnya mereka, setidaknya itu yang di in line kan
dulu selama beberapa bulan. Target-target seperti itu.”
“…Nah target dari perusahaan adalah bagaimana
membuka lingkungan yang dapat diterima oleh semuanya.”
Dalam
proses merger ini,
XL
takut
karyawan
memberikan tanggapan-tanggapan negatif seputar merger yang
dilakukan. Informasi yang simpang siur menyebabkan rumorrumor yang biasanya negatif dan dengan hubungan atasan-bawahan
61
yang baik dapat mengendalikan selentingan tersebut (Wijaya,
2004: 23 dalam Ruslan, 2013: 57).
Jadi, dapat dikatakan bahwa objektif dari dibuatnya
program komunikasi internal yang dilakukan sangat sederhana,
yaitu agar para karyawan mengerti bahwa perusahaan hanya ingin
meningkatkan kualitas jaringan dengan membeli bandwith dari
Axis. Penuturan dari Dessie juga menegaskan penuturan Lutfi.
“Untuk menyamakan persepsi dan informasi
tentang aksi korporasi yang dilakukan, serta manfaat yang
akan diperoleh, yaitu antara lain meningkatkan kualitas
layanan dan jaringan yang lebih baik (better), mendorong
peningkatan jumlah pelanggan XL dan memperbesar
komunitas sesama pengguna (bigger), serta meningkatkan
ketersediaan produk dan layanan customer service yang
semakin luas di pasar (wider).”
Objektif yang dibuat oleh XL adalah objektif di level
attitude atau acceptance objectives yang berfokus pada bagaimana
publik merespon secara emosional terhadap informasi yang
diterima. Berisi harapan organisasi berkenaan dengan level
ketertarikan publik terhadap organisasi. (Smith: 2002, 75).
Menurut
peneliti,
fokus
dari
perencaan
program
komunikasi internal ini bukan hanya berada pada level awareness
saja, karena karyawan sudah sepenuhnya sadar rencana merger
yang akan dilakukan. Namun, yang ingin diubah adalah derajat
acceptance, atau penerimaan yang berarti program komunikasi
62
dibuat untuk merubah aspek afektif yaitu keyakinan karyawan
untuk setuju dengan perubahan yang dilakukan.
Setelah objektif dari komunikasi ini telah ditetapkan, maka
praktisi
dapat
melanjutkan
ke
tahap
berikutnya,
yaitu
mengidentifikasi dan menentukan target audiens.
3) Publik (Audiens)
Langkah selanjutnya adalah menentukan publik atau
audiens yang ingin menjadi target dari strategi komunikasi yang
dibentuk. Nantinya, strategi komunikasi yang disusun harus sesuai
dengan sikap atau attitude dari setiap pemangku kepentingan.
XL memiliki banyak pemangku kepentingan yang dapat
dijadikan publik atau target audiens. Namun, dalam sebuah
perencanaan program komunikasi, harus ada publik yang menjadi
prioritas seperti yang disebutkan oleh Cornelissen (2008: 111)
bahwa perusahaan memiliki keterbatasan dalam menyampaikan
pesan, karena itu daripada mengirimkan pesan kepada seluruh
stakeholder, lebih baik memilih salah satu yang paling penting dan
menjadi prioritas.
Perusahaan membutuhkan para karyawannya untuk dapat
mengerti visi dan misi di balik dilakukannya merger. Hal ini
dilakukan agar tidak ada pertentangan dari karyawan terkait
63
perubahan yang terjadi di dalam perusahaan. Karena itu, dalam
sebuah komunikasi internal,
para praktisi komunikasi dapat
menentukan sasaran komunikasi yang utama, yaitu para karyawan,
sebagaimana yang dituturkan oleh Informan2.
“Manajemen, Karyawan
Karyawan secara umum”
di
level
manajerial,
Jadi, strategi komunikasi yang dilakukan menargetkan
kepada seluruh karyawan, baik itu dari level manajemen sampai ke
karyawan secara umum. Karyawan di sini bukan saja karyawan
XL, juga karyawan Axis. Hal ini sejalan dengan penuturan dari
Lutfi.
“Karena Axis pun akan menjadi karyawan kita, jadi
karyawan XL. Jadi semua karyawan XL yang didalamnya
juga ada karyawan Axis. Jadi tidak ada lagi kita
membicarakan karyawan Axis karena semuanya adalah
karyawan XL.”
XL tidak lagi membedakan karyawan XL atau karyawan
Axis, sehingga target dari strategi ini adalah seluruh karyawan XL
yang berjumlah kurang lebih 3000 dan eks karyawan Axis yang
berjumlah kurang lebih berjumlah 1200.
Hal ini
sejalan dengan pengertian Komunikasi internal
yang artinya menjaga hubungan dengan semua publik di dalam
perusahaan, termasuk alur kerja, manager, supervisors, staf
administrasi, dan pendukung lainnya di mana semua itu harus
64
memiliki fungsi yang efektif agar dapat mencapai tujuan dan terus
bertahan hidup (Cutlip, 2006: 223).
Yang menjadi kekurangan adalah, pada praktiknya XL
tidak membedakan target audiens, jadi sasaran dari komunikasi ini
adalah seluruh karyawan, tanpa dibedakan menurut umur, jenjang
pendidikan, atau kepangkatan.
Berlandaskan situasi ini, peneliti berpendapat bahwa XL
mengeneralisasi para karyawannya atas dasar efisiensi, karena
dalam sebuah program komunikasi membutuhkan sumber daya
yang tidak sedikit.
4) Pesan
Setiap
perencanaan
Public
Relations
memerlukan
serangkaian pesan yang menjadi inti dari komunikasi yang
dilakukan. Pesan ini harus jelas, tepat, dan mudah dimengerti.
(Gregory, 2008: 112)
Cornelissen (2008: 111) juga menyatakan bahwa praktisi
komunikasi harus dapat memutuskan pesan inti yang ingin
disampaikan. Pesan inti ini harus dapat menjawab pertanyaan
bagaimana perusahaan ingin dilihat oleh para stakeholdersnya.
Dalam strategi komunikasi internal yang dilakukan kepada
para karyawannya, ada pesan kunci yang ingin disampaikan agar
65
sesuai dengan tujuan dan visi-misi dari perusahaan, selain itu pesan
kunci juga harus relevan dengan target sasaran, seperti yang
dituturkan oleh Lutfi.
“Sebenernya kalo dari HCD sendiri itu yang paling
penting adalah dari sisi bisnis. Walaupun karyawan happy
namun bisnis tidak berjalan smooth itu juga percuma. Jadi
semua-semuanya itu difokuskan terhadap merger sistem
yang berlangsung dan mengurangi komplain dan
komunikasi negatif terhadap kita ataupun terhadap
manajemen.”
Dari HCD, Lutfi menjelaskan bahwa tujuan mereka diukur
dari segi bisnis, sehingga pesan yang disampaikan adalah merger
yang sedang berlangsung dan sisi-sisi positif dari merger yang
dapat dirasakan oleh karyawan. HCD berupaya membuat satu suara
di mana karyawan setuju bahwa merger adalah hal yang positif
baik bagi perusahaan atau bagi karyawan.
Dessie dari Corporate Communication juga berpendapat
demikian ketika peneliti bertanya tentang pesan kunci yang ingin
disampaikan.
“Proses memang harus dijalankan sesuai dengan
kebutuhan bisnis dan target perusahaan yang lebih besar
dan untuk pencapaian yang lebih baik.”
Departemen Corporate Communication juga berusaha
memberikan pesan kepada karyawan bahwa perubahan adalah
sebuah proses mencapai target perusahaan yang lebih besar dan
pencapaian yang lebih baik.
66
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa penentuan pesan
inti telah sesuai dengan target audiens, yaitu para karyawan. Selain
itu, pesan juga telah dikembangkan secara spesifik dan dianggap
tepat karena mampu menjelaskan visi dan misi perusahaan
melakukan merger, yaitu membawa perusahaan menjadi lebih baik.
Hal ini sejalan dengan keinginan perusahan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dan jaringan yang lebih baik
(better), mendorong peningkatan jumlah pelanggan XL dan
memperbesar
komunitas
sesama
pengguna
(bigger),
serta
meningkatkan ketersediaan produk dan layanan customer service
yang semakin luas di pasar (wider).
5) Strategi
Setelah melakukan analisa, menentukan objektif, target
audiens, dan pesan yang ingin disampaikan dalam perencanaan
komunikasi internal yang dilakukan XL untuk mensosialisasikan
merger kepada karyawannya, maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menentukan strategi yang tepat dalam mencapai
tujuan komunikasi perusahaan.
Strategi
komunikasi
yang
dilakukan
XL
dalam
mensosialisasikan merger kepada karyawannya adalah dengan
berbagai program yang diharapkan dapat merubah tingkat
penerimaan karyawan.
67
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
strategi komunikasi yang dibuat oleh XL dalam mensosialisasikan
merger kepada karyawannya merupakan hasil kolaborasi antara
departemen Human Resource dan Corporate Communication yang
berada dalam divisi khusus Internal Communication. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Oliver (2007: 62), yakni bahwa teori,
model, perencanaan, dan kebijakan dari Human Resources (HR)
dapat menjadi komplementer bagi praktisi Public Relations.
Terkadang para praktisi PR senior harus dapat bekerja sama
dengan praktisi HR senior, khususnya dalam komunikasi internal,
perundingan bersama, serta kebijakan hukum lainnya. Argenti
(2009:60) juga menjabarkan bahwa pada implementasinya,
departemen Corporate Communication dapat berkolaborasi dengan
departemen
Human
Resources
dalam
merancang
serta
mengimplementasikan strategi komunikasi internal perusahaan.
Peneliti
berpendapat bahwa kolaborasi antara Human
Resources adalah hal yang baik karena di satu sisi Human
Resources lebih mengerti persoalan-persoalan karyawan, dan di
sisi lain Corporate Communication mengerti cara berkomunikasi
dengan karyawan. Karena itu, strategi yang dibentuk seharusnya
sesuai dengan kebutuhan karyawan.
6) Taktik
68
Menurut Cornelissen (2008: 98) taktik adalah serangkaian
atau seperangkat maneuver spesifik yang menjadi jabaran atau
turunan dari strategi yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan objektif dari perusahaan, yaitu
merubah sikap karyawan terhadap perubahan, yaitu merger yang
dilakukan, maka beberapa hal yang dilakukan XL dalam proses
mensosialisasikan merger kepada para karyawannya meliputi:
1. FGD
FGD dianggap sebagai cara yang tepat untuk
mendapatkan ide-ide baru, atau untuk mencegah masalahmasalah yang lebih besar terjadi, seperti yang dikemukakan
oleh Lutfi.
“Beberapa step itu dulu dari manager level
kita ambil beberapa perwakilan, kita adakan FGD.
Kemudian dari FGD, kita share lagi hasilnya
seperti apa, kita combine dengan corcomm hasil
FGD itu menghasilkan strategi..”
“Biasanya beberapa karyawan yang sudah
berkomunikasi negatif, biasanya kita gabung
dengan karyawan yang mau melihat hal itu sebagai
hal yang positif. Jadi di forum itu kita buka
pendapatnya seperti apa, kemudian kenapa
dilakukan hal seperti itu, nanti dari situ ditampung
setelah itu kalau ada perubahan, kita berubah. Tapi
kalau tidak, tetap.”
Menurut Lutfi, FGD dilakukan baik apabila sedang
ingin mendiskusikan ide-ide yang muncul, ataupun ketika
69
mendapatkan keluhan-keluhan negatif dari karyawan.
Proses FGD sendiri akan menentukan tindakan yang akan
dilakukan setelahnya. Apabila dianggap sudah diterima
dengan baik, maka akan dilanjutkan hal yang sudah
berjalan. Namun, apabila masih ada respons negatif, maka
akan disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dari karyawan.
Maksud
dari
dilakukannya
FGD
ini
adalah
menetralkan respons dari para karyawan. Apabila ada
karyawan yang merespon negatif, akan dipertemukan
dengan karyawan yang merespon positif terhadap proses
merger ataupun implementasi komunikasi internal yang
dilakukan.
Biasanya masalah yang muncul adalah penolakan
dari karyawan untuk mengikuti aturan-aturan baru dan
perbedaan budaya, contohnya seperti pergantian struktur
ruangan yang awalnya memiliki kubikel, kemudian dirubah
menjadi tidak memiliki kubikel.
“Sebenernya pasti ada protes ya. Tetap ada
protes. Ada request dari kita bahwa dari sisi
keamanannya juga tidak ada karna semua bisa
melihat meja karyawan yang lain, kemudian apa
yang dibuka. Tapi tetap dari sisi kita melihat
bagaimana karyawan mensupport target dari
perusahaan. Nah target dari perusahaan adalah
bagaimana
membuka lingkungan yang dapat
diterima oleh semuanya. Jadi tetap kita
implementasikan itu. Salah satu langkah yang kita
70
gunakan untuk meminimalisasi masalah seperti itu
biasanya adalah FGD.”
Dalam FGD sendiri, poin-poin yang disampaikan
sangat beragam, namun tetap sesuai dengan kebutuhan,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Lutfi.
“Tergantung kebutuhannya ya Mba.
Katakanlah kita lagi di sosialisasi peraturan
perusahaan yang baru, kita informasikan item-item
yang berubah apa saja, item yang ditambahkan
apa, yang dikurangi apa, seperti itu. Terus dari
mereka setuju atau tidak setuju.”
Setelah
menyampaikan
poin-poin
yang
ingin
disampaikan oleh perusahaan, barulah XL menanggapi
respons yang diberikan oleh para karyawan, baik itu
respons positif atau negatif. Namun, apabila ada karyawan
yang menanggapi negatif, tetap tidak ada perubahan
peraturan dari perusahaan. FGD hanya dilakukan sebagai
media komunikasi satu arah, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Lutfi.
“Untuk hal peraturan perusahaan itu tidak ada
perubahan. Cuma one-way notification bahwa kita
akan melakukan perubahan, gitu aja.”
Hal ini sangat disayangkan sekali, karena FGD
merupakan salah satu cara yang baik agar perusahaan dapat
berkomunikasi dua arah dengan karyawan, namun FGD
yang dilakukan XL hanya bersifat satu arah.
71
2. Bulletin
XL
menggunakan
media
bulletin
untuk
menginformasikan proses merger kepada karyawannya.
Bulletin ada setiap satu bulan sekali. Dalam proses merger
ini tidak ada perbedaan waktu terbitnya bulletin, namun
hanya kontennya saja yang lebih berisi informasi-informasi
seputar merger, seperti yang dikemukakan oleh Lutfi.
“Kalau bulletin tidak ada penambahan.
Buletin satu bulan satu kali. Cuma kontennya lebih
diisi dengan konten-konten ini…”
Media
bulletin
dianggap
efektif
sebab
daya
jangkaunya yang luas dan kemampuan pengiriman pesan
yang cepat.
3. Email
Email menawarkan peningkatan akses kepada para
karyawan lain dengan cepat, biaya murah, portable, dan alat
yang menyenangkan (tidak hanya mengatasi problem zona
waktu, tetapi juga menjangkau banyak penerima pesan
sekaligus. Email paling baik untuk informasi singkat, tidak
kompleks dan sensitif terhadap waktu. Dengan waktu kirim
dan waktu jawab yang singkat, email cenderung lebih
bersifat percakapan daripada media tradisional. (Bovee dan
Thill, 2007: 140)
72
XL, dalam proses sosialisasi juga menggunakan
media email untuk berhubungan dengan karyawannya,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lutfi.
“Biasanya di email kita jelaskan secara
gamblang tujuannya seperti apa, saat ini
progressnya sampai mana.
4. SMS dan MMS
SMS dan MMS adalah salah satu taktik yang sering
digunakan dalam sosialisasi proses merger, seperti yang
dikemukakan oleh Lutfi.
“Cuman
yang
lebih
banyak
kita
komunikasikan itu kemarin via MMS dan SMS, itu
penambahan karena sebelumnya kita belum pernah
menggunakan media itu. Karena kan akan lebih
mudah untuk karyawan Axis dimanapun informasi
itu. Jadi, untuk proses merger kita ada penambahan
media MMS dan SMS.”
Penggunaan SMS dan MMS dianggap cocok untuk
semua karyawan XL dan Axis karena informasinya dapat
diterima oleh semua orang di mana saja. Penggunaan SMS
dan MMS ini juga mempertimbangkan budaya XL yang
masih tradisional, yaitu masih banyak menggunakan SMS
daripada layanan data, ungkap Lutfi.
“…nggak mungkin kita combine dengan
budaya kita yang tradisional. Karena kalau di XL
itu masih banyak pengguna SMS dan telepon.”
73
Konten dari SMS dan MMS adalah konten yang
lebih sederhana, karena keterbatasan dari media SMS dan
MMS sehingga jumlah karakternya juga terbatas. Lutfi
menyatakan bahwa kontennya adalah bentuk sederhana dari
konten di email.
“Kontennya sih simplify dari email…”
“…Nah, untuk yang SMS dan MMS lebih ke
dukungan. Misalnya kita distep mana, kita
mengajak employee untuk melakukan langkah
A,B,C, seperti itu.”
Peneliti berpendapat bahwa penggunaan SMS dan
MMS termasuk efektif, karena karyawan dapat menerima
informasi dari perusahaan, di mana pun dan kapan pun,
tanpa harus memikirkan sinyal internet yang terkadang
lemah atau tidak ada. Selain itu, SMS dan MMS juga lebih
sederhana, sehingga penerima pesan tidak bingung pada
saat menerim pesan, terlepas dari usia, jenjang pendidikan
ataupun pangkatnya di perusahaan.
5. Gathering
Gathering merupakan salah satu aktivitas yang
dapat membantu karyawan lebih dekat dengan para
atasannya. Pertemuan yang sifatnya rileks ini perlu
diselenggarakan untuk memupuk rasa setia kawan, serta
74
relasi kekeluargaan di antara para pegawai. Dalam kondisi
perusahaan yang berubah, sangat penting bagi perusahaan
agar tetap menjaga para karyawannya dekat.
“Kemarin ada ide dari manajemen untuk
melakukan itu dari setidaknya dalam proses merger
harus ada activity yang diadakan satu unit at least
di bawah VP.”
Lutfi menyatakan bahwa ada kegiatan yang bersifat
wajib yang diberikan oleh manajemen agar melakukan
gathering atau aktivitas bersama di level Vice President dan
di bawahnya.
“Jadi setidaknya di bawah satu VP melibati
beberapa GM dan manajer itu harus ada aktivitas
bersama. Makanya kemarin kita kasih activity
mandatory, yaitu division gathering itupun idenya
juga setelah dari manajemen turun, kita combine
dengan corcomm, submit ide ke HCD.”
Peneliti berpendapat bahwa gathering perusahaan
adalah salah satu cara efektif agar manajemen dapat
bertemu face-to-face dengan karyawan dalam suasana yang
lebih santai dan tidak formal seperti di dalam kantor. Selain
itu, penyampaian pesan yang dilakukan dalam sebuah
gathering juga lebih cepat sampai kepada karyawan karena
dilakukan secar lisan dan langsung kepada para karyawan.
6. Buddy dan Coach
75
Melihat banyaknya jumlah karyawan Axis yang
direkrut menjadi karyawan XL, perusahaan melihat
pentingnya para karyawan Axis untuk beradaptasi pada
lingkungan serta kolega yang baru. Salah satu program
jangka panjang yang dilakukan XL untuk para karyawan
Axis yang direkrut oleh XL adalah program Buddy dan
Coach, yang dipaparkan oleh Lutfi.
“Ada, karena di awal mereka kita
welcoming, itu kita berikan selama satu tahun
buddy dan coach.”
Program Buddy dan Coach ini dilaksanakan selama
satu tahun untuk membantu karyawan-karyawan Axis
membiasakan diri dengan lingkungan yang baru.
“Let’s say mereka terbagi dalam beberapa
direktorat, beberapa divisi, beberapa departemen.
Nah, yang memegang sistem itu siapa aja, dan yang
tim supporting siapa aja. Nah dari masing-masing
ini kita ambil dua orang untuk tandem satu orang.
Jadi dua orang karyawan XL untuk tandem satu
orang karyawan Axis.”
Lutfi menyatakan bahwa program Buddy dan Coach
adalah program yang melibatkan dua orang karyawan XL
untuk menemain dua orang karyawan Axis. Dua orang
karyawan yang menjadi Buddy dan Coach dipilih
berdasarkan departemen yang sama, namun dipilih lagi
tingkatannya.
76
“…nyebutnya coach yang levelnya satu
layer di atas dia, dan buddy yang levelnya sama.
Jadi kita ambil dua orang yang menemani satu
orang ini selama satu tahun. Jadi satu tahun itu
bener-bener gimana biar mereka merasa diterima,
merasa punya temen ngobrol, temen nanya-nanya
tentang corporate, kemudian nanya-nanya tentang
profesional seperti apa.”
Seperti yang dipaparkan oleh Lutfi, tujuan dari
program Buddy dan Coach ini adalah agar karyawan Axis
yang pindah ke XL tidak merasa asing ataupun berbeda.
Dengan program Buddy dan Coach diharapkan para
karyawan baru dapat cepat beradaptasi dengan cara
bersosialisasi dengan para teman sejawatnya. Selain untuk
bersosialisasi, dengan program ini para Buddy dan Coach
juga dapat mensosialisasikan soal visi dan misi perusahaan,
juga dapat ditanya-tanyai hal-hal seputar pekerjaan.
7) Skala Waktu
Skala waktu adalah waktu yang dialokasikan dalam sebuah
perencanaan Public Relations. Salah satu fungsinya adalah agar
pekerjaan-pekerjaan yang terhubung dengan proyek yang sedang
dikerjakan dapat selesai tepat waktu.
Dalam menentukan skala waktu melakukan komunikasi
internal, XL mengambil tenggat waktu 3 bulan, seperti yang
dikemukakan oleh Lutfi.
77
“Sesuai dengan target prosesnya, targetnya kan
hingga April 2014. Mulainya dari Januari 2014.”
Saat ditanyai tentang program yang dilakukan setelah
selesai merger (April 2014), Lutfi menyatakan bahwa hanya ada
kegiatan FGD saja.
“FGD saja, karena kan sudah jadi satu entity”
Namun, Dessie mengutarakan hal yang berbeda.
“6 bulan sejak aksi korporasi ditentukan,
pergerakan dan keberhasilan integrasi baik sistem maupun
jaringan.”
Dari sisi HCD, hanya mengambil waktu tiga bulan saja,
yaitu mulai dari Januari 2014 hingga April 2014, selanjutnya yang
dilakukan
XL
menyampaikan
berjalan.
hanya
FGD
saja,
informasi-informasi
Sedangkan,
yang
digunakan
untuk
proses
merger
seputar
program-program
lain
sudah
tidak
dilaksanakan lagi, proses bisnis berjalan seperti biasa.
8) Sumber Daya
Dalam melakukan komunikasi internal, tentu membutuhkan
sumber daya manusia yang kompeten dan mengerti tentang strategi
dan taktik yang akan di jalankan. Tidak hanya dari HCD dan
Corporate Communication, namun divisi lain juga ikut ambil
bagian
dalam
komunikasi
internal
yang
dilakukan
ini.
Sebagaimana yang diutarkan oleh Lutfi.
78
“Dari ide pertama kali bahwa proses ini akan
berlangsung, HCD, Corpcomm, network kemudian finance
itu semua gabung.”
Namun dalam pelaksanaan atau implementasi langsung,
HCD dan Corporate Communication-lah yang memiliki posisi
sebagai
penghubung
antara
perusahaan
dan
karyawan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lutfi.
“Komunikasi dilakukan dan dicetuskan itu oleh
Corcomm dan HCD. Jadi corcomm memutuskan untuk
komunikasi dari XL ke eksternal, kemudian HCD itu
komunikasi dari XL ke internal. Jadi antara XL dan Axis itu
di tengah-tengahnya ada Corcomm dan HCD.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang
menjadi pelaksana kegiatan komunikasi internal adalah divisi HCD
dan Corcomm. Dessie juga memberikan pernyataan yang serupa
saat ditanyai soal peranan divisi Komunikasi Internal.
“Sebagai satu-satunya pihak yang berhak
mengelola, mengirim informasi, menjawab pertanyaan
yang ada”.
Lutfi menambahkan, bahwa dalam proses pelaksanaan
komunikasi internal di divisi HCD tidak menggunakan jasa
konsultan, namun murni sumber daya manusia dari divisi HCD.
“Sejauh yang saya tahu dari HCD ngga ada (jasa
konsultan), ya.”
Namun, ketika ditanyai hal yang serupa, divisi Corporate
Communication menyatakan ada bantuan dari jasa konsultan,
namun hanya sejauh pemberi masukan atau advisor.
79
“Ya, untuk fungsi advisor.”
Di sini, peneliti melihat bahwa ada perbedaan sumber daya
manusia
yang
digunakan
di
divisi
HCD
dan
Corporate
Communication, di mana di satu sisi HCD tidak menggunakan jasa
konsultan, namun Corporate Communication menggunakan jasa
konsultan. Hal ini dapat dimengerti karena scope atau ruang
lingkup
pekerjaan
yang
berbeda,
di
mana
Corporate
Communication lebih banyak berkomunikasi ke publik eksternal,
dan HCD lebih banyak berkomunikasi ke publik internal, seperti
yang diungkapkan oleh Lutfi.
“Jadi corcomm memutuskan untuk komunikasi dari
XL ke eksternal, kemudian HCD itu komunikasi dari XL ke
internal.”
“Untuk yang terhadap media itu adalah corcomm,
untuk terhadap employee apabila corcomm ingin
mengkomunikasikan sesuatu, itu semuanya dilakukan
melalui HCD.
9) Evaluasi
Evaluasi
adalah
tahap
terakhir
dalam
perencaan
komunikasi, biasanya dilakukan setelah program telah selesai
dilakukan.
Ada beberapa tolak ukur yang digunakan oleh XL dalam
mengukur keberhasilan program komunikasi internal yang
dilakukan, seperti yang dituturkan oleh Dessie.
80
“Melakukan komparasi dengan rencana target
awal, waktu implementasi, dan keberhasilan penyatuan
pelanggan”
Evaluasi dilakukan dengan cara merujuk kepada objektif
awal, yaitu menyamakan persepsi dan informasi tentang aksi
korporasi yang dilakukan, serta manfaat yang akan diperoleh.
Selain itu, apakah program yang dilakukan serta tercapainya tujuan
sudah sesuai dengan target waktu implementasi, yaitu enam bulan.
Yang terakhir, adalah bagaimana para pelanggan dari dua penyelia
layanan seluler ini menanggapi merger. Dari sudut pandang XL,
keberhasilan penyatuan pelanggan adalah salah satu bentuk
komunikasi internal yang berhasil, begitu pula dengan penyatuan
sistem dan penyatuan jaringan, seperti yang diungkapkan oleh
Lutfi.
“Kalau dari kita targetnya adalah terhadap
network, kalau dari sisi network kita bagus, maka proses
mergernya berjalan lancar. Network ini maksudnya telepon
jaringan begitu. Jadi kalau ini berjalan lancar itu artinya
IT kita dengan IT mereka dan tim network kita dengan tim
network mereka itu berarti komunikasinya udah lancar”
Selain itu, keberhasilan dari program sosialisasi ini juga
dilihat dari tingkat penerimaan karyawan, salah satunya adalah
jumlah pengunduran diri yang dilakukan paska program sosialisasi
ini dilakukan.
“…kita melihat dari jumlah karyawan yang
mengajukan keluar dari Axis setelah gabung dengan kita,
kita lihat dalam enam bulan dari proses kita start oke untuk
81
merger kita liat jumlah yang resign berapa banyak. Itu sih
cara kita melihat sukses atau tidaknya.”
Dari hasil evaluasi ini, XL merasa sudah berhasil dalam
melakukan sosialisasi merger kepada karyawannya, dilihat dari
tidak adanya komplain negatif dari karyawan dan tingkat
penerimaan karyawan terhadap merger serta tingkat penerimaan
karyawan baru terhadap karyawan lama dan sebaliknya.
Namun,
peneliti
beranggapan
bahwa
pengukuran
keberhasilan suatu program komunikasi harus sesuai dengan fakta
dan data yang ada di lapangan, bukan hanya berdasarkan asumsi
semata, sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu,
dalam menilai tingkat penerimaan karyawan bukanlah hal yang
mudah. Karena seringkali karyawan hanya menjawab apa yang
ingin didengar oleh perusahaan. Karena itu, proses evaluasi yang
dilakukan harus sangat teliti dan menyeluruh.
10) Review
Review dan evaluasi adalah hal yang berbeda. Menurut
Gregory (2008: 162-163), evaluasi adalah proses berjalan dalam
sebuah
program
jangka
panjang.
Contohnya,
kita
akan
mengevaluasi elemen media relations dengan cara membuat
analisa tentang media coverage. Di akhir sebuah kampanye PR
yang spesifik, kita juga akan mengevaluasi hasil dari kampanye
tersebu. Sedangkan review berlaku untuk program jangka panjang.
82
Biasanya dilakukan setahun sekali, melihat evaluasi-evaluasi yang
dilakukan, ‘mengunjungi’ kembali program-program yang sudah
dibuat dan menajamkan strateginya. Biasanya, review dilakukan
satu tahun sekali atau dilakukan di setiap akhir periode sebuah
kampanye PR.
Dalam prosesnya, XL belum melakukan review. Adapun
review yang dilakukan hanyalah dari performance karyawan yang
ada, apakah mengundurkan diri atau tetap setia bekerja di XL. XL
sendiri melihat ke belakang dan melalui standar pengukuran yang
dilakukan, strategi employe relations yang dilakukan ini berhasil,
sebagaimana yang dikemukakan oleh sLutfi.
“Emm.. at the end kita menganggap proses ini
berhasil, karena dari sisi karyawan Xl nya sendiri hanya
merasa protes di awal saja, kemudian mereka mendukung
terhadap proses dan proses berhasil mereka juga tidak ada
komplain seperti itu. Kemudian dari Axis nya memang kita
tidak menutup kemungkinan mereka ada yang tidak puas
dan mengajukan pengunduran diri. Banyak dari mereka
juga yang melakukan hal itu. Namun banyak juga yang
masih stay di kita dan selama satu tahun ini kita aka nada
proses review untuk performance nya.”
4.3 Pembahasan
Majunya teknologi dan globalisasi telah mendesak PT XL Axiata Tbk
(XL) untuk terus meningkatkan kualitasnya sebagai salah satu penyelia
telekomunikasi terbesar di Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini, XL
memutuskan untuk merger dengan Axis pada tanggal 8 April 2014. Tentunya, ada
83
perubahan-perubahan yang perlu di sesuaikan selama proses merger, mulai dari
jaringan telekomunikasi hingga bertambahnya jumlah karyawan.
Dalam proses merger yang berlangsung, akan sangat krusial bagi
perusahaan untuk mengkomunikasikan hal-hal seputar merger, baik kepada publik
eksternal dan publik internal.
Adwi Yudiansyah, Director dari sebuah konsultan Public Relations di
Jakarta, menyatakan bahwa komunikasi internal sama pentingnya dengan
komunikasi eksternal. Bilamana seorang karyawan memahami sebuah pesan,
maka ia bisa menjadi 'spokesperson' yang baik dalam meneruskan pesan tersebut
kepada publik. Sebaliknya, bila komunikasi internal tidak dibangun dengan baik,
maka bisa saja karyawan menyampaikan pesan yang salah kepada publik. Karena
itu, merger harus disosialisasikan dengan baik kepada publik internal perusahaan,
yaitu karyawan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, karyawan merupakan aset
penting perusahaan. Suasana kondusif di dalam perusahaan sangatlah penting
dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Apabila karyawan sudah
memiliki visi yang berbeda dengan perusahaan, maka perusahaan akan sulit untuk
berkembang. Apalagi dengan kondisi tengah melakukan merger dengan
perusahaan lain, tentunya akan membawa dampak yang signifikan terhadap
budaya komunikasi dalam perusahaan. Untuk mengantisipasi respons-respons
negatif dari karyawan, perusahaan menggunakan inisiatif Public Relations, yaitu
84
lebih spesifiknya lagi, komunikasi internal untuk menyamakan visi karyawan
dengan visi perusahaan.
Dari hasil penelitian tentang komunikasi internal yang dilakukan untuk
mensosialisasikan merger kepada karyawan, peneliti berpendapat bahwa XL telah
merencanakan dan melakukan strategi komunikasi internal sesuai dengan
langkah-langkah yang ada pada konsep Planning and Managing Public Relations
Campaigns milik Anne Gregory selama proses merger berlangsung.
Peneliti menggunakan konsep Planning and Managing Public Relations
Campaigns milik Anne Gregory dalam melakukan penelitian ini, yang
didalamnya disebutkan langkah-langkah apa yang dilakukan dalam menyusun
strategi Public Relations, yakni:
1) Analisis
Langkah analisa yang digunakan XL adalah melihat budaya
kedua perusahaan yang melakukan merger, yaitu XL dan Axis.
Dari analisa ini, maka strategi yang dilakukan akan disesuaikan
dengan budaya dari kedua belah pihak. Selain itu, XL juga
membandingkan
dengan
perusahaan
sejenis
yang
pernah
melakukan merger untuk melihat proses strategi yang dilakukan
dan melihat permasalahan-permasalahan apa yang akan muncul.
Peneliti melihat bahwa proses analisa yang dilakukan XL
kurang mendalam dan hanya sekedar ada di permukaan. Gregory
(1996: 52-53) dalam Ruslan (2013: 99) menyatakan bahwa
85
biasanya program kampanye dimulai dengan SWOT Analysis,
yaitu
menganalisis
unsur
kekuatan
(strength),
kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) sebagai
upaya memerhatikan faktor-faktor masalah internal dan eksternal
perusahaan. Di samping itu, posisi opini publik yang ada, termasuk
isu-isu yang tengah berkembang yang menjadi acuan proses
tahapan awal perencanaan program kampanye PR berdasarkan
hasil riset atau penelitian kondisi masa lalu, kini, dan masa yang
mendatang.
2) Tujuan
Ruslan (2013: 99) menyatakan bahwa menetapkan tujuan
yang realistik sebagai arah tujuan program kampanye yang hendak
dicapai, apakah untuk tujuan jangka panjang (strategi) dan pendek
(taktik pelaksanaannya) atau demi pencapaian tujuan eksternal dan
internal. XL sendiri menetapkan tujuan dari kampanye komunikasi
internal yang dilakukan adalah untuk menyamakan persepsi dan
informasi tentang aksi korporasi yang dilakukan, serta manfaat
yang akan diperoleh, yaitu antara lain meningkatkan kualitas
layanan dan jaringan yang lebih baik (better), mendorong
peningkatan jumlah pelanggan XL dan memperbesar komunitas
sesama pengguna (bigger), serta meningkatkan ketersediaan
produk dan layanan customer service yang semakin luas di pasar
(wider).
86
Peneliti menilai, bahwa objektif yang disusun oleh XL
sudah sesuai dengan Eight Golden Rule of Objective Setting milik
Anne Gregory (2008: 95), yaitu dimulai dengan tujuan perusahaan,
tujuan public relations, harus presisi dan spesifik, dapat dicapai,
kuantitas (banyaknya), alokasi budget (anggaran), alokasi waktu,
dan memiliki skala prioritas.
3) Publik atau Audiens,
Dalam tahapan ini, XL menentukan siapa yang akan
menjadi publik sasaran dalam perencanaan program kampanye PR.
Setelah melakukan analisis dan menentukan objektif, XL
menentukan
bahwa
publik
sasarannya
adalah
manajemen,
karyawan di level manajerial, dan karyawan secara umum.
Menurut James Grunig (1984) dalam Gregory (2008: 104105), ada empat kategori publik yang dapat menjadi publik sasaran
dalam program kampanye PR, yakni:
a) Non-publics, yaitu publik yang tidak terpengaruh
dan tidak mempengaruhi perusahaan,
b) Latent publics, yaitu publik tersembunyi yang sulit
untuk dikenal keberadaannya,
c) Aware publics, publik yang peduli dan bentuk
publik
ini
mudah
dikenali
kegiatan
dan
keberadaannya,
87
d) Active publics, yaitu publik yang aktif dan selalu
berkaitan
dengan
sesuatu
permasalahan
yang
dihadapi oleh pihak perusahaan.
Peneliti menilai bahwa dalam penentuan publik, XL
mengeneralisasi keseluruhan publiknya yaitu karyawan, namun
nantinya dalam proses implementasi, yang menjadi target-target
dalam setiap program berbeda-beda. Misalnya, gathering diadakan
untuk seluruh karyawan secara umum, namun FGD dilakukan
untuk active publics yaitu karyawan-karyawan yang mulai
merespons negatif dan resisten terhadap perubahan yang ada di
dalam perusahaan.
4) Pesan
Menurut Gregory (2008: 113), ada empat cara menentukan
pesan-pesan dalam kampanye PR, adapun empat langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
7. Langkah pertama, menetapkan keberadaan persepsi
pubik
berdasarkan
hasil
penelitian,
untuk
menentukan apakah produk dari organisasi, dalam
hal ini perubahan dalam bentuk merger, diterima
atau ditolak.
8. Langkah kedua, menetapkan apakah terdapat upaya
perubahan dari persepsi publik. Apabila perubahan
88
tersebut baik untuk karyawan, maka pesan ini harus
disampaikan secara ‘lantang’ dan jelas.
9. Langkah ketiga, melakukan tahapan identifikasi dari
unsur-unsur persuasif dan edukatif yang merupakan
cara terbaik untuk mengenal keinginan berdasarkan
faktual dan aktual informasi yang ada pada
khalayak sasarannya.
10. Langkah keeimpat, yakinkan bahwa pesan yang
ingin disampaikan kredibel dan dapat disalurkan
melalui Public Relations.
Pesan yang ingin disampaikan oleh XL kepada karyawan
adalah bahwa perubahan yang dilakukan (merger) adalah hal yang
baik. Proses memang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
bisnis dan target perusahaan yang lebih besar dan untuk pencapaian
yang lebih baik.
Pesan-pesan
ini disampaikan melalui berbagai aktivitas
yang berbentuk FGD, gathering, SMS dan MMS, email, dan lain
sebagainya. Program Buddy dan Coach juga membantu dalam
menyalurkan pesan kunci ini.
Menurut peneliti, pesan yang disampaikan baik dan sesuai
dengan kebutuhan karyawan. Sayangnya, pesan kunci yang
89
disampaikan hanya berupa konsep, tidak ada sebuah kalimat yang
menjadi tagline dari strategi kampanye ini.
5) Strategi
Smith (2009: 82) menyebutkan ada dua pendekatan dalam
strategi, yaitu pendekatan proaktif dan pendekatan reaktif.
Pendekatan proaktif adalah strategi yang dilakukan dalam jangka
waktu
tertentu
dan
sesuai
dengan
keinginan
perusahaan.
Sedangkan, pendekatan reaktif adalah strategi yang dilakukan
sebagai respons dengan tujuan untuk mempengaruhi isu-isu yang
terkait dengan perusahaan.
Jika melihat dari strategi yang digunakan oleh XL, dapat
disimpulkan bahwa XL menggunakan pendekatan proaktif dalam
membuat program-programnya, dilihat dari inisiatif perusahaan
untuk melakukan komunikasi internal yang dianggap perlu
dilakukan sebelum adanya komentar-komentar dan respons negatif
dari karyawan, baik karyawan XL maupun karyawan Axis.
6) Taktik,
Berbicara tentang taktik pelaksanaan suatu program
kampanye, harus berkaitan erat dengan program dari strategi utama
(grand
strategy)
dan
tujuan
kampanye,
ketika
akan
mengembangkan taktik pelaksanaan progra kampanye tersebut
90
tidak terlepas dari faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau
kemampuan tim pelaksana, pengembangan program, hingga
pencapaian tujuan yang terukur. (Ruslan: 2012: 102).
Gregory (2008: 122) menyatakan bahwa dalam penyusunan
taktik, ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yakni:
a) Appropriatness, yaitu kecocokan teknik yang digunakan
dengan publik yang ingin dicapai, akankah memberikan
dampak yang diinginkan, apakah teknik yang digunakan
dapat kredibel dan berpengaruh, kecocokan dengan pesan,
kecocokan dengan media komunikasi lain yang digunakan
oleh perusahaan
b) Deliverability, yaitu kemampuan melaksanakan teknikteknik berkampanye yang sesuai dengan target, kemampuan
melaksanakan kampanye yang sesuai dengan budget dan
alokasi waktu, serta sumber daya yang memadai yang dapat
melaksanakan teknik-teknik kampanye ini.
Adapun
taktik-taktik
yang
digunakan
XL
dalam
implementasi strategi komunikasi internal dalam mensosialisasikan
merger kepada karyawannya adalah sebagai berikut:
•
FGD, atau Focus Group Discussion yang dianggap
sebagai cara yang tepat untuk mendapatkan ide-ide baru
91
atau mencegah masalah-masalah yang lebih besar
terjadi.
•
Bulletin, yang terbit setiap satu bulan satu kali, namun
dalam
mensosialisasikan
merger
ini
terdapat
penyesuaian-penyesuaian konten, sehingga konten lebih
condong
memberikan
informasi-informasi
seputar
merger yang sedang dilakukan perusahaan.
•
Email, digunakan untuk berhubungan langsung dengan
karyawan secara cepat, murah, dan sederhana. Konten
email ini isinya gamblang, seperti yang dikemukakan
XL, langsung memberikan informasi seputar tujuan
perusahaan melakukan merger, sampai dimana progress
merger berlangsung.
•
SMS dan MMS, yang dianggap dapat diterima oleh
seluruh karyawan di mana pun dan kapan pun, karena
cocok dengan semua karyawan XL maupun Axis.
Kontennya sendiri merupakan bentuk sederhana dari
Email dan lebih ke arah dukungan karyawan, sehingga
dalam SMS dan MMS kontennya lebih persuasif.
•
Gathering, merupakan aktivitas yang memungkinkan
karyawan bertemu dengan manajemen secara langsung
dan dalam suasana santai atau non-formal. Kegiatan
gathering ini dilaksanakan minimal satu kali di bawah
92
kepemimpinan satu Vice President dan sifatnya
mandatory atau diwajibkan oleh manajemen.
•
Buddy dan Coach, adalah program yang dilakukan XL
agar karyawan dari Axis tidak merasa asing dengan
suasana dan cara kerja perusahaan yang baru. Dalam
program ini, ada 2 orang karyawan XL yang akan
menemani 1 orang karyawan Axis dalam kegiatan
sehari-hari. Dengan program Buddy dan Coach ini
diharapkan para karyawan XL dapat mensosialisasikan
visi dan misi dari perusahaan dan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dari karyawan
Axis, baik itu berupa pertanyaan tentang perusahaan
ataupun pertanyaan seputar pekerjaan. Program ini
dilakukan selama satu tahun menurut informasi yang
diberikan oleh HCD dan 3 bulan menurut Corporate
Communication.
7) Timescales atau Skala Waktu
Dalam sebuah perencanaan kampanye program PR, harus
menentukan skala waktu yang dialokasikan agar pekerjaanpekerjaan yang dilakukan dapat selesai sesuai dengan tepat waktu.
Dalam komunikasi internal yang dilakukan XL ini, XL mengambil
tenggat waktu 6 bulan.
93
Tidak dijelaskan secara rinci oleh XL alasan dibalik tenggat
waktu 6 bulan, namun program komunikasi internal ini dihitung
selesai pada Agustus 2014. Sedangkan program Buddy dan Coach
tetap berlangsung sampai Maret 2015 sesuai dengan target program
yaitu selama satu tahun. Namun, tidak ada yang sama dalam
sebuah perencanaan kampanye PR yang berbeda, karena itu tidak
ada standar yang tetap dalam menentukan skala waktu sebuah
kampanye PR.
8) Sumber daya,
Dalam perencanaan program komunikasi internal yang
dilakukan XL, tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten dan mengerti tentang strategi dan taktik yang akan
dijalankan.
Dalam
Communication
pelaksanaannya,
adalah
pihak-pihak
HCD
yang
dan
Corporate
secara
langsung
berhubungan dengan karyawan dan menjadi penghubung antara
perubahan. Sesuai dengan pernyataan dari Oliver (2007: 62), yakni
bahwa teori, model, perencanaan, dan kebijakan dari Human
Resources (HR) dapat menjadi komplementer bagi praktisi Public
Relations. Terkadang para praktisi PR senior harus dapat bekerja
sama dengan praktisi HR senior, khususnya dalam komunikasi
internal, perundingan bersama, serta kebijakan hukum lainnya.
Argenti (2009:60) juga menjabarkan bahwa pada implementasinya,
94
departemen Corporate Communication dapat berkolaborasi dengan
departemen
Human
Resources
dalam
merancang
serta
mengimplementasikan strategi komunikasi internal perusahaan.
Namun dalam implementasinya, dapat terlihat kurangnya
koordinasi antara HCD dan Corporate Communication. Di satu sisi
Corporate Communication memberikan informasi soal pelaksanaan
suatu program dalam 3 bulan, namun HCD memberikan informasi
yang berbeda. Begitu pula dengan arus komunikasi yang
berjalanan antara Corporate Communication kepada karyawan.
Setiap pesan yang ingin disampaikan kepada karyawan harus
melewati HCD terlebih dahulu, sehingga pesan-pesan komunikasi
dari Corporate Communication sudah tersaring oleh HCD.
9) Evaluasi,
Penilaian terhadap kegiatan program kampanye PR tidak
jauh berbeda dengan kegiatan bidang lainnya, khususnya dalam hal
penggunaan dana operasional dan penilaian perencanaan program
kerja serta hasil-hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh praktisi
PR.
Biasanya
penilaian
(evaluasi)
terhadap
suatu
proses
pelaksanaan dapat berupa tolak ukur suatu pencapaian keberhasilan
atau juga kegagalan selama berlangsungnya kegiatan kampanye
baik dalam jangka pendek atau jangka panjang, termasuk
mengevaluasi pemanfaatan, dan hingga sejauh mana kegiatan
95
kamapanye telah menjadi liputan berbagai media massa, serta
hasil-hasil apa saja yang telah dicapai (Ruslan, 2013: 104-105)
Macnamara’s Macro Model of Evaluation (1992) dalam
Ruslan (2013: 107) mengungkapkan ada 3 model evaluasi, yakni:
KETERANGAN
AKTIVITAS
1. Tujuan kampanye dan pemecahan
PENCAPAIAN
HASIL
(RESULT)
masalah dapat diselesaikan
2. Perubahan sikap dan perilaku khalayakl
3. Isi pesan-pesan terhadap proses
peningkatan pengetahuan, kesadaran dan
pemahaman publik sasaran
1. Pihak yang menerima pesan kampanye
2. Pihak yang mempertimbangkan pesan
3. Beberapa pesan mendukung tujuan dari
program kerja kampanye
KELUARAN
4. Pesan-pesan yang telah disiarkan ke
(OUTPUTS)
media komunikasi massa
5. Pesan-pesan yang telah dikirim ke publik
6. Kualitas presentasi pesan-pesan melalui
news letter, brochure, artikel, dan hingga
nilai pemberitaan media massa
96
1. Kelayakan latar belakang suatu
PEMASUKAN
informasi, data, dan hasil-hasil suatu
(INPUTS)
penelitian secara formatif yang telah
dilakukan
Gambar 4.3 Model Evaluasi Macnamara
Evaluasi yang dilakukan XL terhadap program komunikasi
internal yang dilakukan dengan cara merujuk pada objektif awal,
yaitu menyamakan persepsi dan informasi tentang aksi korporasi
yang dilakukan, serta manfaat yang akan diperoleh. Selain itu,
apakah program yang dilakukan serta tercapainya tujuan sudah
sesuai dengan target waktu implementasi, yaitu enam bulan.
Terakhir, adalah bagaimana para pelanggan dari dua penyelia
layanan seluler ini menganggapi merger. Dari sudut pandang XL,
keberhasilan penyatuan pelanggan adalah salah satu bentuk
komunikasi internal yang berhasil, begitu pula dengan penyatuan
sistem dan jaringan.
Melihat model evaluasi Macnamara, dapat disimpulkan
bahwa tingkat evaluasi yang dilakukan oleh XL hanya sampai
tahap Pencapaian Hasil (Results), di mana di dalamnya mengukur
tercapainya tujuan kampanye dan pemecahan masalah, perubahan
sikap dan perilaku karyawan, serta pesan yang disampaikan
97
mampu meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman
publik sasarannya.
10) Review.
Review atau peninjauan kembali terhadap penilaian
perencanaan, pelaksanaan selama program dan pencapaian tujuan
tertentu suatu kampanye berlangsung secara periodic setiap tahun
yang kemudian dianalisis efektivitasnya dalam pencapaian tujuan
program kampanye PR melalui proses input (perolehan riset data,
fakta, dan informasi di lapangan), output (kecocokan dengan isi
pesan, tujuan, dan media yang dipergunakan) dan result (hasil-hasil
dari tujuan dan efektivitas program kampanye yang telah dicapai,
apakah adanya perubahan sikap atau perilaku khalayak sasaran)
(Gregory, 1996 dalam Ruslan, 2013: 105)
Karena waktu pelaksanaan komunikasi internal yang belum
sampai satu tahun, maka XL belum mencapai proses review, atau
peninjauan ulang akan program yang sudah dijalankan. Namun,
dalam penilaiannya, XL menilai bahwa program yang dijalankan
sudah berhasil, karena sudah berkurangnya komplain-komplain
dari karyawan. Dan di akhir periode, review ini juga akan
dilakukan dengan cara melihat jumlah karyawan yang tetap bekerja
di XL dan juga yang resign atau mengundurkan diri.
98
Terlihat dalam penelitian ini bahwa XL telah melakukan praktik
komunikasi internal sesuai dengan langkah-langkah yang disebutkan oleh Anne
Gregory. Namun, dari hasil wawancara yang dilakukan, terlihat bahwa dalam
perencanaan
strategi
komunikasi
internal
ini
bukan
divisi
Corporate
Communication yang banyak turun tangan, melainkan divisi HCD yang dianggap
berwenang untuk berkomunikasi langsung dengan karyawan. Selain itu pula,
terlihat bahwa strategi perencanaan yang dilakukan sangat taktis dan hanya
berfokus pada taktik-taktik yang dilakukan tanpa melihat situasi secara strategis.
Komunikasi internal yang baik sangat penting bagi setiap organisasi,
namun komunikasi internal yang baik juga menentukan kesuksesan komunikasi
perusahaan secara keseluruhan. Para karyawan juga berhubungan dengan
komunikasi eksternal karena mereka mungkin bersinggungan dengan komunitas
lokal, investor dari perusahaan, konsumen dari produk yang dikeluarkan
perusahaan, dan lain-lain. Karena itu, komunikasi yang bersifat dua arah sangat
penting agar para karyawan merasa menjadi bagian dari perusahaan, juga
memabantu untuk memotivsi karyawan untuk meningkatkan performa dalam
bekerja. Para karyawan juga bisa memberikan saran dan masukan kepada para
manajemen (Harrison, 2007: 192). Program-program komunikasi yang disusun
XL sudah sesuai dengan pendapat dari Harrison. Inisiatif untuk melaksanakan
komunikasi internal sebagai bagian dari komunikasi internal adalah bentuk
kepedulian perusahaan akan apa yang dibutuhkan karyawan, terutama dalam
situasi sedang ada perubahan besar dalam perusahaan (merger).
99
Hanya saja, dalam praktiknya, strategi yang digunakan oleh XL masih
condong ke arah komunikasi satu arah , di mana karyawan hanya diberi pesan,
namun jalur komunikasinya tidak dapat berbalik dari karyawan ke manajemen
(downward communication). Misalnya, banyak media yang digunakan berupa
media satu arah seperti bulletin, SMS, MMS, dan email.
Di sini peneliti mengelompokkan strategi komunikasi internal yang
dilakukan XL adalah bentuk strategi kedua menurut Clampitt, yaitu ‘Tell and Sell’
(Cornelissen,
2008:
104-105)
yang
berbunyi,
yaitu
dimana
manajer
mengkomunikasikan rangkaian pesan yang lebih terbatas yang dipercaya
menyasar isu utama tentang perubahan yang sedang dialami. Dalam strategi ini,
manajer lebih dulu memberi tahu karyawan tentang isu inti yang dihadapi dan
kemudian mencoba ‘menjual’ informasi tersebut dengan pendekatan khusus.
Strategi ini adalah strategi dari atas ke bawah; para karyawan tidak dilibatkan
dalam dialog, namun hanya diinformasikan bahwa ada perubahan. Kelemahan
strategi ini adalah para karyawan dapat merasa tidak didengarkan dan menjadi
skeptis terhadap perubahan yang sedang dihadapi.
Strategi komunikasi internal yang dijalankan ini diharapkan dapat
menjalin hubungan yang positif antara para karyawan dan juga antara atasan dan
bawahan yang berasal dari perusahaan yang berbeda. Strategi ini juga diharapkan
dapat meminimalisir komentar-komentar negatif karyawan seputar merger yang
dilakukan perusahaan.
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi komunikasi
internal dalam mensosialisasikan merger kepada karyawannya, studi kasus PT XL
Axiata Tbk, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis strategi yang digunakan adalah model ‘Tell and Sell’ milik Clampitt
di mana terlihat bahwa XL sudah menyasar isu yang tepat, yaitu agar
karyawan melihat merger sebagai hal yang positif, namun perusahaan
strategi yang digunakan hanyalah informasi dari atas ke bawah, bukan
komunikasi dua arah.
2. Dalam perencanaan strategi komunikasi internal yang dilakukan oleh XL,
ada kolaborasi antara Corporate Communication dengan Human
Resources atau yang di dalam XL disebut HCD. Hal ini dilakukan karena
pihak HCD lebih mengerti tentang karyawan yang ada dan apa yang
mereka butuhkan, sedangkan Corporate Communication mengerti
bagaimana cara mengkomunikasikannya kepada karyawan.
3. Di PT XL Axiata Tbk, komunikasi internal yang dilakukan sudah sesuai
dengan langkah-langkah perencanaan kampanye Public Relations milik
101
Anne Gregory yang di dalamnya mencakup analisis, yaitu dengan
melakukan analisis perbandingan dengan perusahaan lain yang melakukan
merger sebelumnya; objektif, yaitu menyamakan visi dan misi perusahaan
dengan visi dan misi karyawan; audiens, yaitu karyawan secara
keseluruhan; strategi, dengan menggunakan program yang dapat merubah
tingkat penerimaan karyawan; taktik, yang meliputi FGD, bulletin, email,
SMS dan MMS, program Buddy dan Coach; skala waktu, yaitu enam
bulan sejak proses merger; sumber daya, yang lebih berfokus pada sumber
daya manusia; evaluasi, dengan melihat respons dan jumlah karyawan
yang resign; dan review.
Kesemua langkah yang disebutkan ini sudah dijalankan oleh XL,
namun dalam perencanaan dinilai kurang strategis dan hanya fokus pada
langkah-langkah taktis, dapat dilihat dari proses analisa sampai ke review
yang hanya dilakukan di permukaan saja dan tidak mendalam.
Bagaimanapun, strategi yang dilakukan sudah dianggap berhasil bagi
karyawan XL karena sudah tidak ada komentar negatif dari karyawan
yang resisten terhadap merger.
5.2. Saran
5.2.1. Saran Akademis
Untuk peneliti yang ingin meneliti permasalahan yang sama dapat
melanjutkan penelitian ini karena saat ini XL belum mencapai tahap review
102 sehingga dapat dilakukan penelitian berkaitan dengan evaluasi strategi dan
program
komunikasi
internal
yang
dilakukan.
Peneliti
juga
merekomendasikan penelitian kuantitatif tentang topik ini untuk melihat
sejauh mana pengaruh strategi komunikasi internal yang dilakukan terhadap
perubahan sikap atau perilaku karyawan dalam merger.
5.2.2. Saran Praktis
Saran peneliti terhadap XL adalah untuk meningkatkan koordinasi
antar departemen Corporate Communication dan HCD agar strategi yang
disusun dapat memancarkan visi dan misi perusahaan yang diinginkan.
Langkah-langkah yang diambil harus strategis, karena itu mulai dari tahap
analisa hingga ke review harus dilakukan secara mendalam dan dilakukan
oleh SDM yang memang kompeten di bidangnya.
Peneliti juga menyarankan bagi XL untuk membuat strategi yang
segmented dalam artian strategi ini harus sesuai dengan profil karyawan XL
yang berbeda-beda baik dari usia, jabatan, dan tingkat pendidikan. Dalam
taktik juga dapat ditambahkan aktivitas-aktivitas yang sifatnya dua arah,
seperti pengadaan hot-lines, intranet, dan team briefings.
103 DAFTAR PUSTAKA
Adler, Ronald B. dan George Rodman. 2008. Understanding Human
Communication 10th Edition. Oxford University Press.
Argenti, Paul A. 2009. Corporate Communication 5th Edition. New York:
McGraw Hill.
Bovee, Courtland L. dan John V. Thill. 2007. Excellence in Business
Communication. US: Prentice Hall
Cornelissen, Joep. 2008. Corporate Communication: A Guide to Theory and
Practice. California: Sage Publications.
Creswell, John W. 2009. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cutlip, Scott M. 2006. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana
Daymond, Christine, dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif.
2nd ed. Yogyakarta: Press Media.
Gaughan, P. A. 2007. Edisi ke-4. Mergers, acquisitions, and corporate
restructurings. United States Of America: John Wiley and Sons.
Gregory, Anne. 2008. Planning and Managing Public Relations Campaigns.
Philadelphia: Kogan Page US
Harrison, Shirley. 2007. Public Relations: An Introduction. UK: Thomson
Jefkins, Frank. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kasali, Rhenald. 2005. Membidik Pasar Indonesia (Segmentasi, Targeting,
Positioning). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kriyantono, Rahmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia
Moin, Abdul. 2010. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Moleong, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
104
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Oliver, Sandra. 2007. Public Relations Strategy. Philadephia: Kogan Page US
Poerwandari, Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Depok: LPS3P
Ruslan, Rosady. 2013. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta:
Rajawali Pers
Smith, Ronald D. 2002. Strategic Planning for Public Relations 3rd Edition. US:
Lawrence Erlbaum Associates
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. 2008. Human Communications. USA:
McGraw Hill
Jurnal:
Elving, Wim J. L. 2005. “The Role of Communication in Organisational Change”.
Corporate Communications: An International Journal. No. 2, 2005, 129-138.
Website:
http://www.xl.co.id/corporate/id/ruang-media/nasional/xl-resmi-merger-denganaxis-menjadi-satu-badan-usaha
http://www.xl.co.id/corporate/id/ruang-media/nasional/xl-luncurkan-layanan-realmobile-4g-lte
http://www.xl.co.id/corporate/id/perusahaan/profil/penghargaan
http://www.xl.co.id/corporate/id/perusahaan/kepemimpinan/struktur
Lainnya:
Laporan Tahunan XL Tahun 2013
105
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber:
Adwi Yudiansyah
Jabatan:
Director Praxis PR
Wawancara melalui: Email
Dalam sebuah organisasi pasti ada aktivitas komunikasi
Q
eksternal dan internal. Menurut Bapak, seberapa
pentingkah komunikasi internal dalam sebuah organisasi
atau perusahaan?
Komunikasi internal sama pentingnya dengan
komunikasi eksternal. Bahkan, komunikasi internal yang
baik dapat membantu pencapaian komunikasi ekternal.
Bilamana seorang karyawan memahami sebuah pesan,
A
maka ia bisa menjadi 'spokesperson' yang baik dalam
meneruskan pesan tersebut kepada publik. Sebaliknya,
bila komunikasi internal tidak dibangun dengan baik,
maka bisa saja karyawan menyampaikan pesan yang
salah kepada publik.
Berbicara tentang merjer, menurut Bapak seberapa
Q
penting bagi XL melakukan komunikasi internal pada
saat merjer dengan Axis?
Sangat penting. Komunikasi internal dalam konteks
merjer dapat menumbuhkan pesan terkait pengembangan
A
dan perluasan bisnis, penyatuan untuk memperkuat
kinerja, dll sehingga karyawan menjadi lebih secure saat
menghadapi merger.
Q
Menurut Bapak, bagaimana idealnya sebuah komunikasi
internal dilakukan?
Biasanya ada komunikasi internal 3 bentuk komunikasi
internal sesuai struktur organisasi: (1) komunikasi ke
bawah (dari pimpinan kepada karyawan), (2) komunikasi
A
ke atas (karyawan kepada pimpinan), dan (3) komunikasi
sejajar (sesama pegawai). Pemanfaatan bentuk
komunikasi ini disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
pesan serta konteks perusahaan atau organisasi.
Berbicara mengenai strategi employee relations yang
dilakukan oleh PT XL Axiata dalam mensosialisasikan
merjer kepada karyawan, XL memulai perencanaan
mulai dari analisa, objektif, penentuan publik, pesan,
strategi, taktik, sumber daya, evaluasi, dan review. Pada
Q
dasarnya mereka ingin menanamkan pesan bahwa proses
merjer ini dilakukan untuk kepentingan bisnis, yaitu XL
menjadi penyelia telekomunikasi yang better, bigger, dan
wider melalui FGD, gathering, komunikasi melalui SMS,
MMS, dan bulletin, serta program Buddy dan Coach.
Bagaimana menurut Bapak?
A
Hebat sekali! :) Langkah-langkah yang diambil oleh XL
sudah sangat komprehensif.
*ket: Q = Pertanyaan, A = Jawaban
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber:
Lutfi Amaliah Ismi (Wawancara ke-2)
Jabatan:
Internal Communication & Event, Human Capital
Development PT XL Axiata, Tbk
Wawancara melalui: Wawancara Langsung
Q
A
Q
A
Halo selamat pagi, Mba Amel. Ini saya Ferdyana.
Mba lagi sibuk nggak?
Emm.. Lagi ngerjain data, sih.
Oh gitu ya.. Ada waktu sebentar ngga Mba saya
mau menanyakan dua pertanyaan aja.
Boleh-boleh.
Nah iya kemarin kan pada saat employee relations
Q
itu kan FGD ya Mba. Poin-poin apa aja ya yang
disampaikan dalam FGD tersebut ya Mba?
Tergantung kebutuhannya ya Mba. Katakanlah kita
lagi di sosialisasi peraturan perusahaan yang baru,
A
kita informasikan item-item yang berubah apa saja,
item yang ditambahkan apa, yang dikurangi apa,
seperti itu. Terus dari mereka setuju atau tidak
setuju.
Q
Terus kalo mereka tidak setuju Mba, apa yang
dilakukan lagi setelah itu?
Untuk hal peraturan perusahaan itu tidak ada
A
perubahan. Cuma one-way notification bahwa kita
akan melakukan perubahan, gitu aja.
Q
Oh begitu ya Mba.. Timeline dalam proses
sosialisasi ini ada nggak ya, Mba?
A
Q
A
Q
A
Sesuai dengan target prosesnya, targetnya kan
hingga April 2014. Mulainya dari Januari 2014.
Oh jadi setelah merger April 2014 sudah tidak ada
program lagi ya, Mba?
FGD saja, karena kan sudah jadi satu entity.
Oke Mba, segitu aja sih. Maaf ya mengganggu
waktunya. Terima kasih ya Mba Amel.
Ya, sama-sama Mba.
*ket: Q = Pertanyaan, A = Jawaban
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber:
Lutfi Amaliah Ismi
Jabatan:
Internal Communication & Event, Human Capital
Development PT XL Axiata, Tbk
Lama Bekerja:
2 tahun
Wawancara melalui: Wawancara Langsung
Q Selamat siang Mba Amel. Terima kasih banyak waktunya udah ngasih buat
wawancara. Pertama-tama saya mau nanya, pada employee relations ini, lebih
banyak peran Corcomm atau HCD ya Mba?
A Sebenernya sih, di HCD..
Q Yang bikin strategi juga di HCD?
A Betul, khusus untuk proses yang kemarin yaa..
Q Baik Mba, kalo begitu aku bakal lebih tanya ke Mba lebih ke strateginya, ya..
Nah menurut Mba tujuan strategi komunikasi yang dibuat ini apa Mba?
A Jadi gini, sebenernya kita kan perusahaan yang baru.. Yang gini, sebenernya
akan bergabung dengan kompetitor. Jadi XL akan bergabung dengan Axis
yang kemarin itu adalah kompetitor dan diminta sebagai entitas baru di XL.
Berdasarkan itu, dari sisi jaringan pasti lebih banyak. Dari sisi penambahan
customer juga ada, dari sisi people sendiri kita nggak penambahan kalo di
internal.
Q Nggak ada yang dari Axis berarti?
A Ada. Cuman dari sisi kitanya. Kan kita yang punya sistem, kita yang handle,
dapet tambahan baru otomatis kan load nya bertambah, tapi tidak ada
penambahan orang. Kita memang mengambil beberapa employee dari Axis,
tapi yang menjalankan sistem integrasi tetap yang utama kan di internal kita.
Karena itu pasti banyak pengaruh terhadap si karyawannya sendiri, terhadap
load di tim, kemudian dari komunikasinya. Karena kan, namanya integrasi
saling keterkaitan.Once itu ternyata itu satu tim tidak ngobrol dengan tim yang
lain, itu integrasinya akan gagal. Makanya jauh-jauh sebelum proses ini kita
persiapan di internal dulu. Di internal itu means em seperti apa targetnya,
kemudian plannya yang harus dijalankan seperti apa, eksekusinya kayak apa,
tim nya juga disiapkan.
Q Kalau boleh tau Mba, kalau dari Axis itu ada berapa orang yang ditarik ke XL
gitu Mba. Dan itu maksudnya direksikah atau gimana kah? Atau karyawan
Mba?
A Oh kalau direksi nggak ada. Direksi memang tidak ada. Kita sih kemarin
memberikan beberapa pilihan untuk join cuman beliaunya berkeberatan, jadi
khusus direksi nggak, tapi level senior manager itu sampai ke staf kita ada.
Q Kira-kira presentase orang XL dan orang Axis berapa banding berapa gitu
Mba?
A Apanya?
Q Misalnya Axisnya satu, XL nya seratus gitu. Ada nggak gitu perbandingannya
Mba?
A Dari sisi employment-nya?
Q Iya dari jumlah karyawannya Mba.
A Jumlah orang jadi entitas tersendiri aja kalau di XL itu sekitar 2500. Di axis
baru 1200-an. Itu dari sisi employement-nya.
Q Kalau yang dari Axis yang masuk ke XL?
A Yang masuk ke XL mungkin ada sekitar 40 persen dari karyawan XL. Karena
sebagian dari mereka outsource kan. Gitu..
Q Terus Mba, dari perencanaan strategi komunikasi ini, tujuannya apa sih Mba?
A Hmm.. Tadi yang saya bilang, jadi menyiapkan tim internal dulu. Karena kan
nggak mungkin kita langsung menjalankan sistem, menjalankan aturan tanpa
mengetahui apa sih tujuannya yaitu menyamakan misi ya, bahwa memang kita
bukannya nambah target atau apa, cuma memperkuat jaringan kan, makanya
kita membeli bandwithnya mereka, setidaknya itu yang di in line kan dulu
selama beberapa bulan. Target-target seperti itu.
Q Nah ini kan tujuannya mengintegrasikan, supaya karyawan juga mengerti.
Nah, komunikasinya itu sendiri dilakukannya dengan cara gimana, Mba?
A Beberapa step itu dulu dari manager level kita ambil beberapa perwakilan, kita
adakan FGD. Kemudian dari FGD, kita share lagi hasilnya seperti apa, kita
combine dengan corcomm hasil FGD itu menghasilkan strategi emm..
langkah, istilahnya perubahan seperti apa, persiapan seperti apa itu
komunikasikan dengan corcomm, kemudian dari kita itu menginformasikan ke
employee. Jadi dari employeenya sendiri ada yang langsung dari kita dan ada
yang dari leader. Sedangkan leader itu langsung dari manajemen.
Q Nah, terus, kan dari pertama dilakukan tujuan komunikasi ini, sampai menurut
Mba berhasil itu, berapa lama yang dibutuhkan Mba?
A Emm.. Kemarin yang dibutuhkan sebenernya implementasinya itu targetnya
enam bulan dari awal plan merjer. Jadi kita confirm selesai itu di bulan
Agustus 2014.
Q Oh berarti Agustus kemarin udah selesai, ya. Nah itu tolak ukur keberhasilan
komunikasinya itu gimana Mba?
A Kalau dari HCD ya, kita melihatnya tidak adanya karyawan yang melakukan
komunikasi negative terhadap kita maupun manajemen. Ataupun mereka
tidak, em.. mereka berhenti menjalankan tugasnya karena kan dalam part ini
ada pekerjaan tambahan di luar pekerjaan harian mereka. Seperti itu, jadi
pekerjaan tambahan ini harus bener-bener terdeliver sesuai target dan mereka
mau untuk join terhadap pekerjaan itu.
Q Ada nggak sih Mba kendala dalam menerapkan strategi komunikasi yang
sudah dibuat ini? Ada ngga pertentangan dari karyawan?
A Ada, karena kan memang dari sisi karyawan sendiri kalau memang kita secara
perhitungan mereka ketambahan pekerjaan, waktu freenya berkurang, tapi
secara income mereka tidak ada perubahan. Secara benefit mereka tidak ada
perubahan. Mungkin ada perubahan yang benar-benar mandatory dalam
project, seperti itu.
Q Waktu membuat strategi komunikasi ini, pasti melakukan analisa dong Mba.
Analisa seperti apa yang Mba lakukan ketika dalam membentuk strategi
komunikasi ini?
A Awalnya sih kita ambil benchmark merjer antara Indosat sama Satelindo itu.
Nah cuman kan kita melihat Indosat dan Satelindo itu istilahnya merjer yang
kita nilai kurang berhasil.
Q Oh gitu. Kenapa nih Mba?
A Karena entitasnya sendiri itu masih kuat satu dengan yang lainnya. Jadi
Satelindonya kuat, Indosat-IM3 nya juga kuat. Nah itu kita melihatnya mereka
itu powernya masih sama. Kita pengennya itu bener-bener Axis ini sebagai
part-nya dari kita. Jadi bener-bener Axis melebur jadi XL, tidak ada lagi Axis.
Q Jadi pas analisanya itu gimana Mba?
A Nah dari situ kita melihat skema yang dilakukan oleh Satelindo kemarin
seperti apa, kemudian kita come up dengan ide yang baru ,kemudian kita
combine lagi dengan merge nya beberapa bank karena beberapa bank yang
entitas kecil itu merge dengan entitas lainnya itu lumayan berhasil. Jadi dari
situ kita ambil step-stepnya, kita ajukan untuk diimplementasikan. Once step
kesatu dan kedua terimplemtasi, kita review lagi, reviewnya means ada
beberapa tim dari Axis yang kita ambil jadi bagian inti dari proses merjer ini.
Nah dari situ kita juga diskusikan lagi, kita FGD-kan lagi, kita coba lanjutkan
dengan plan yang awal ditambah dengan perbaikan setelah yang step pertama
dan kedua. Jadi setiap bulan itu di akhir periode kita adakan meeting.
Q Nah terus dalam analisa ini, ada ngga sih Mba analisa seperti sekarang ini
karyawan XL budayanya kayak gini, makanya kita harus bikin strategi yang
kayak gini. Ada yang seperti itu ngga Mba?
A Ada, ada. Itu dari tim transformasi corporate. Kita ada corporate culture itu
ada departemennya itu namanya transformasi. Transformasi melihat hal-hal
yang seperti itu, bagaimana keseharian budayanya Axis kemudian bagaimana
budayanya XL, apakah bisa Axis menerima budayanya XL. Kemudian target
kita kan melihat banyak pelanggan Axis itu usia muda dan middle class itu
nggak mungkin kita combine dengan budaya kita yang tradisional. Karena
kalau di XL itu masih banyak pengguna SMS dan telepon. Sedangkan di Axis
itu lebih banyak yang data. Jadi dari kita pun di sisi employee sendiri
disiapkan untuk ke komunikasi data.
Q Nah ini aku cuma mau memastikan aja Mba, targetnya ini bener nggak sih
adalah karyawan XL dan Axis. Atau hanya XL aja?
A Karena Axis pun akan menjadi karyawan kita, jadi karyawan XL. Jadi semua
karyawan XL yang didalamnya juga ada karyawan Axis. Jadi tidak ada lagi
kita membicarakan karyawan Axis karena semuanya adalah karyawan XL
Q Nah Mba, terus pesan kunci, key message yang ingin disampaikan pada saat
strategi komunikasi ini apa ya Mba?
A Sebenernya kalo dari HCD sendiri itu yang paling penting adalah dari sisi
bisnis. Walaupun karyawan happy namun bisnis tidak berjalan smooth itu juga
percuma. Jadi semua-semuanya itu difokuskan terhadap merjer sistem yang
berlangsung dan mengurangi komplain dan komunikasi negative terhadap kita
ataupun terhadap manajemen.
Q Terus, sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam strategi ini Mba?
A Kalau dari sisi kita yang pertama adalah mempersiapkan SDM tim, kemudian
resource dan kita ngomongin ada peoplenya ada sistemnya. Jadi sistemnya itu
kayak network kita, kemudian BTS kita, Base Transceiver kita. Jadi tower kita
itu biasanya berkaki empat, sedangkan tower Axis berkaki tiga, jadi otomatis
sistemnya itu juga berubah. Yang software-software yang dipakai juga
berbeda. Kemarin kita disisi sampai merubah ruangan yang ada. Ruangan kita
yang dulu bersekat-sekat melihat dengan budayanya Axis yang satu unit itu
terbuka, kita ambil itu. Untuk mempersiapkan bagaimana komunikasinya yang
smooth. Jadi orang-orang Axis tidak merasa kok saya gabung dengan
organisasi yang terkotak-kotak. Tujuannya adalah supaya komunikasinya
menjadi lebih lancar. Makanya dari sisi cubicle kita ganti kemudian beberapa
departemen itu kita gabungkan menjadi satu lantai. Seperti HCD dari menara
prima lantai 20 menjadi menara prima lantai 32 karena proyek yang handle
BTS itu di 32.
Q Terus gimana Mba ketika jadi tidak ada cubicle, bagaimana karyawan XL
menerimanya?
A Sebenernya pasti ada protes ya. Tetap ada protes. Ada request dari kita bahwa
dari sisi keamanannya juga tidak ada karna semua bisa melihat meja karyawan
yang lain, kemudian apa yang dibuka. Tapi tetap dari sisi kita melihat
bagaimana karyawan mensupport target dari perusahaan. Nah target dari
perusahaan adalah bagaimana membuka lingkungan yang dapat diterima oleh
semuanya. Jadi tetap kita implementasikan itu. Salah satu langkah yang kita
gunakan untuk meminimalisasi masalah seperti itu biasanya adalah FGD.
Biasanya beberapa karyawan yang sudah berkomunikasi negative, biasanya
kita gabung dengan karyawan yang mau melihat hal itu sebagai hal yang
positif. Jadi di forum itu kita buka pendapatnya seperti apa, kemudian kenapa
dilakukan hal seperti itu, nanti dari situ ditampung setelah itu kalau ada
perubahan, kita berubah. Tapi kalau tidak tetap.
Q Nah, media apa saja Mba yang digunakan dalam strategi komunikasi ini?
Apakah ada bulletin, atau email dan sebagainya?
A Kalau bulletin tidak ada penambahan. Buletin satu bulan satu kali. Cuma
kontennya lebih diisi dengan konten-konten ini. Cuman yang lebih banyak
kita komunikasikan itu kemarin via MMS dan SMS, itu penambahan karena
sebelumnya kita belum pernah menggunakan media itu. Karena kan akan
lebih mudah untuk karyawan Axis dimanapun informasi itu. Jadi, untuk proses
merjer kita ada penambahan media MMS dan SMS.
Q Kira-kira kontennya isinya seperti apa Mba?
A Kontennya sih simplify dari email. Biasanya di email kita jelaskan secara
gamblang tujuannya seperti apa, saat ini progressnya sampai mana. Nah,
untuk yang SMS dan MMS lebih ke dukungan. Misalnya kita distep mana,
kita mengajak employee untuk melakukan langkah A,B,C, seperti itu.
Q Dari jawaban sebelumnya yang dijawab oleh bagian corcomm, kalau tidak
salah ada dilakukan semacam outbound begitu Mba. Apakah itu salah satu
bentuk dari strategi ini juga Mba?
A Betul. Kemarin ada ide dari manajemen untuk melakukan itu dari setidaknya
dalam proses merjer harus ada activity yang diadakan satu unit at least di
bawah VP. Jadi kalau di structure kita ada direktur, kemudian VP, kemudian
GM. Jadi setidaknya di bawah satu VP melibati beberapa GM dan manajer itu
harus ada aktivitas bersama. Makanya kemarin kita kasih activity mandatory,
yaitu division gathering itupun idenya juga setelah dari manajemen turun, kita
combine dengan corcomm, submit ide ke HCD. Karena kan people, jadi tetap
pelaksanaanyan dari HCD.
Q Yang menjadi acuan program komunikasi ini yang Satelindo dan Indosat ya.
Apakah itu yang menjadi acuan utamanya, atau ada yang lainnya Mba?
A Sebenernya belajar dari.. Karena kan ini merger pertama kali di XL, jadi kita
nggak mungkin keluar dengan ide yang kita tidak ada dasarnya. Makanya kita
kemarin proses benchmark datang ke sana, kemudian kita ke beberapa
perusahaan bank untuk melihat sebenernya persiapan dulu seperti apa, saat
implementasi seperti apa, masalah yang paling muncul apa. Kita belajar dari
masalah dulu untuk meminimalisasi masalah kita berangkat dari situ
mengeluarkan ide.
Q Apakah XL menggunakan jasa konsultan? Dan sebesar apa perannya
konsultan Mba?
A Sejauh yang saya tahu dari HCD ngga ada, ya.
Q Jadi hanya benar-benar merujuk pada yang sudah melakukan ya Mba?
A Betul, betul.
Q Dan gimana sih Mba cara mengevaluasi satu rangkaian strategi komunikasi
ini? Mengevaluasi ini berhasil atau tidak?
A Kalau dari kita targetnya adalah terhadap network, kalau dari sisi network kita
bagus, maka proses merjernya berjalan lancar. Network ini maksudnya telepon
jaringan begitu. Jadi kalau ini berjalan lancar itu artinya IT kita dengan IT
mereka dan tim network kita dengan tim network mereka itu berarti
komunikasinya udah lancar. Kemudian kita melihat dari jumlah karyawan
yang mengajukan keluar dari Axis setelah gabung dengan kita, kita lihat
dalam enam bulan dari proses kita start oke untuk merjer kita liat jumlah yang
resign berapa banyak. Itu sih cara kita melihat sukses atau tidaknya.
Q Ada ngga sih Mba, kalau misalnya memang ada keluhan dari karyawan XL,
ada ngga sarana untuk mreka buat menampung keluhannya mereka?
A Ada, karena di awal mereka kita welcoming, itu kita berikan selama satu tahun
buddy dan coach. Buddy itu kita gini.. jadi sebelum proses merjer berlangsung
kita ambil data employment dari mereka. Let’s say mereka terbagi dalam
beberapa direktorat, beberapa divisi, beberapa departemen. Nah, yang
memegang sistem itu siapa aja, dan yang tim supporting siapa aja. Nah dari
masing-masing ini kita ambil dua orang untuk tandem satu orang. Jadi dua
orang karyawan XL untuk tandem satu orang karyawan Axis. Itu kita
nyebutnya coach yang levelnya satu layer di atas dia, dan buddy yang levelnya
sama. Jadi kita ambil dua orang yang menemani satu orang ini selama satu
tahun. Jadi satu tahun itu bener-bener gimana biar mereka merasa diterima,
merasa punya temen ngobrol, temen nanya-nanya tentang corporate, kemudian
nanya-nanya tentang profesional seperti apa.
Q Jadi apakah ada karyawan XL yang tidak mau, biarin aja gitu Mba?
A Oh ini mandatory dari kita.
Q Jadi walaupun itu keharusan tapi kan bisa ada karyawan yang melakukan
namun berat hati, misalnya. Ada ngga sih Mba?
A Kalau seperti itu kita ngga bisa menilai. Yang seperti itu kita kemarin
menilainya dari FGD. Jadi FGD nya dilakukan terhadap karyawan Axis.
Selama tiga bulan pertama kita undang untuk tahu apa yang mereka rasakan,
kemudian berhasilkan kemarin yang Buddy dan Coach itu, kemudian
tanggapan dari buddy dan coach seperti apa. Nah itu kita ambil dari FGD nya
Axis. Pasti ada yang negatifnya ya namanya grup yang pindah ke grup yang
lebih besar, otomatis kan merasa seperti yang lebih muda, apalagi kalau di
tempat sebelumnya dia menguasai beberapa bidang yang primer. Ada, tetap
ada beberapa yang belum puas lah ya.
Q Nah terus gimana tanggapan Mba terhadap kinerja komunikasi yang sudah
berjalan selama ini? Apakah ada kritik atau saran atau masukan?
A Emm.. at the end kita menganggap proses ini berhasil, karena dari sisi
karyawan Xl nya sendiri hanya merasa protes di awal saja, kemudian mereka
mendukung terhadap proses dan proses berhasil mereka juga tidak ada
komplain seperti itu. Kemudian dari Axis nya memang kita tidak menutup
kemungkinan mereka ada yang tidak puas dan mengajukan pengunduran diri.
Banyak dari mereka juga yang melakukan hal itu. Namun banyak juga yang
masih stay di kita dan selama satu tahun ini kita akan ada proses review untuk
performance nya.
Q Nah kalau menurut Mba apakah membawa dampak komunikasi yang
signifikan? Apakah bener-bener budaya perusahaan jadi berubah, atau
menurut Mba biasa aja gitu?
A Cukup signifikan karena mulai dari April itu kita tidak mengeluarkan
informasi apapun yang tidak mendapat approval dari manajemen. Kalau dulu
kita mengeluarkan komunikasi dari level HCD, approval hanya dari VP HCD.
Namun untuk proses ini semua approval jadi satu pintu. Tidak ada komunikasi
apapun yang keluar. Dari sisi konten seperti itu, dari sisi jumlah juga kalau
dulu berapa banyak informasi yang ingin kita submit hari itu, kita submit aja
ke employee. Tapi dalam proses ini maksimal hanya dua. Yaitu maksimal satu
dari HCD dan satu dari Corcomm, seperti itu.
Q Hubungan karyawan sendiri bagaimana Mba? Hubungan interpersonalnya
mereka gimana?
A So far sih kita menilai bagus, mereka ngeblend. Hanya saja ada beberapa
budaya yang menurut mereka beda. Jadi mereka masih, kalau kita menilainya,
masih di level profesional. Mereka hanya bekerja berkolaborasi hanya untuk
pekerjaan aja. Kalau di XL kan kita lebih ke arah bebas ya. Bebas means kalau
memang ada informasi yang harus disampaikan ke superior tidak harus
structural. Jadi kapan aja kita bisa ngomong, kita bisa terbuka. Nah, kalau
mereka belum. Dari situ aja beda budaya, biasa sih dengan superior sih yang
lebih ini..
Q Nah balik lagi nih Mba ke strategi komunikasi itu. Siapa yang menjadi
pencetus melakukan komunikasi internal ini?
A Dari ide pertama kali bahwa proses ini akan berlangsung, HCD, Corpcomm,
network kemudian finance itu semua gabung. Komunikasi dilakukan dan
dicetuskan itu oleh Corcomm dan HCD. Jadi corcomm memutuskan untuk
komunikasi dari XL ke eksternal, kemudian HCD itu komunikasi dari XL ke
internal. Jadi antara XL dan Axis itu di tengah-tengahnya ada Corcomm dan
HCD. Untuk yang terhadap media itu adalah corcomm, untuk terhadap
employee apabila corcomm ingin mengkomunikasikan sesuatu, itu semuanya
dilakukan melalui HCD.
Q Tim yang dalam komunikasi ini, terdiri dari siapa aja Mba?
A Ada HCD, Corcomm, kemudian Corcomm dari pihak Axis, dan juga
industrial relations.
Q Industrial relations itu dia perannya gimana Mba?
A Dia menjembatani hal-hal apa saja yang ngga sesuai. Means, ada yang tidak
enak dari sisi XL bisa disampaikan ke industrial relations. Kemudian tidak
enak dari sisi Axis bisa disampaikan ke industrial relations. Jadi di industrial
relations itu itu ada tim integration. Di tim integration ini part yang mengerti
masalah finance, masalah legal seperti itu.
*ket: Q = Pertanyaan, A = Jawaban
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber:
Dessie Natasha
Jabatan:
Supervisor Corporate Communication PT XL Axiata, Tbk
Lama Bekerja:
5 tahun
Wawancara melalui: Email
Q
Apakah visi dan misi perusahaan yang baru paska
merjer?
Visi dan misi menjadi TUJUAN XL (Kami ingin
menjadi yang terdepan dalam memberikan pengalaman
A
menggunakan Mobile Internet yang
MUDAHdengan harga yang lebih MURAH untuk
masyarakat Indonesia dimana brand XL memiliki daya
tarik yang kuat untuk anak MUDA)
Q
Seberapa jauh Anda mengerti visi dan misi perusahaan
yang baru?
Mengerti dan memahami sekali, Sejak September 2014
A
diadakan agenda leadership lounge, Di internal
diadakan event Dan dilakukan cascade terhadap
seluruh tim oleh masing-masing leader
Q
A
Q
A
Menurut Anda, pemikiran apa yang mendasari
perubahan visi dan misi perusahaan yang baru?
Berubahnya minat pelanggan dan kebutuhan
perkembangan bisnis
Apa harapan XL setelah dilakukannya merjer ini?
Menjadi terdepan dalam menyediakan layanan mobile
internet dan memperkuat jaringan layanan telephone
dan sms
Q
A
Q
A
Menurut Anda, apakah merger mengakibatkan
perubahan terhadap budaya organisasi?
Ya, terdapat beberapa penyesuaian dilakukan
Menurut Anda, apakah perubahan dalam perusahaan
(merjer) penting untuk dikomunikasikan?
Ya, sangat penting bagi manajemen, karyawan dan
pemegang saham
Apakah merger akan menghasilkan budaya perusahaan
Q
yang baru atau mengikuti budaya perusahaan sebelum
terjadi merger?
A
Q
Akan dilakukan penyesuaian yang terbaik untuk
dijalankan
Apakah Anda tahu siapa saja yang berperan dalam
perubahan visi dan misi perusahaan paska merger?
Manajemen, karyawan di level managerial, karyawan
A
secara keseluruhan, partner dan setiap pihak yang
mendukung jalannya operasional perusahaan
Q
A
Adakah program komunikasi yang dilakukan oleh XL
kepada karyawannya paska merger?
ada
Siapa yang menjadi pencetus melakukan program
Q
mengkomunikasi perubahan kepada karyawan paska
merger?
A
Q
Departemen Corporate Communication
Apa ada tim yang dibentuk untuk melakukan
komunikasi ini? Terdiri dari siapa saja?
A
Q
Corporate Communication, Marketing
Communication, HCD, departemen terkait dari Axis
Apa yang menjadi kriteria terpilih dalam tim ini?
Corporate Communication merepresentasikan pesan
manajemen dan perusahaan, Marketing
Communication merepresentasikan agenda produk dan
A
program internal dan external, HCD merepresentasikan
pesan manajemen dan perusahaan dalam bentuk
aktifitas internal, Departemen terkait dari Axis
merepresentasikan pesan manajemen dan perusahaan
sebelumnya
Q
Apa tujuan dari strategi komunikasi ini?
Untuk menyamakan persepsi dan informasi tentang
aksi korporasi yang dilakukan, serta manfaat yang
akan diperoleh, yaitu antara lain meningkatkan kualitas
A
layanan dan jaringan yang lebih baik (better),
mendorong peningkatan jumlah pelanggan XL dan
memperbesar komunitas sesama pengguna (bigger),
serta meningkatkan ketersediaan produk dan layanan
customer service yang semakin luas di pasar (wider)
Q
Bagaimana komunikasi tersebut dilakukan?
Dilakukan melalui berbagai media internal dan
A
external melalui narasumber yang bertanggung jawab
terhadap proses yang dilakukan
Q
Berapa lama waktu yang diprediksi untuk mencapai
tujuan dari komunikasi internal tersebut?
6 bulan sejak aksi korporasi ditentukan, pergerakan
A
dan keberhasilan integrasi baik sistem maupun
jaringan
Q
Apa yang menjadi tolak ukur keberhasilannya?
Tersampainya informasi yang sama di setiap level,
Karyawan mampu menjadi brandambasador bagi
A
media external yang mengajukan beberapa pertanyaan
secara langsung, Tidak terjadinya gejolak penolakan di
internal
Q
Apa yang menjadi kendala dalam penerapan strategi
tersebut?
Terdapat beberapa seleksi informasi yang harus
A
dilakukan, Perbedaan pemahaman dari informasi yang
diterima, Terbatasnya forum tanya jawab untuk banyak
pertanyaan yang disampaikan
Q
Bagaimana analisa yang dilakukan?
Secara berkala dilakukan update informasi, sharing
A
session di level manajeria, forum komunikasi mulai
terbuka seiring proses merger yang sudah stabil
Q
A
Q
Siapakah target dari strategi ini?
Manajemen, Karyawan di level manajerial, Karyawan
secara umum
Apakah pesan kunci yang disampaikan dalam strategi
ini?
Proses memang harus dijalankan sesuai dengan
A
kebutuhan bisnis dan target perusahaan yang lebih
besar dan untuk pencapaian yang lebih baik
Q
Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
A
Kurang lebih dalam periode 6 bulan
Q
Sumber daya apa saja yang dibutuhkan strategi ini?
A
Sistem, server, media komunikasi, SDM dll
Q
Bagaimana mengevaluasinya?
Melakukan komparasi dengan rencana target awal,
A
waktu implementasi, dan keberhasilan penyatuan
pelanggan
Media apa saja yang digunakan oleh divisi
Q
Komunikasi Internal dalam mengkomunikasikan
perubahan?
A
Q
A
SMS, MMS, Email, TVC, Majalah
Langkah apa yang pertama kali dilakukan dalam
mengkomunikasikan perubahan di organisasi saat ini
Penentuan target informasi, penerima dan tingkat
kerahasiaan informasi untuk umum
Apakah yang menjadi acuan program Komunikasi
Q
Internal ini? Apakah sudah pernah dilakukan
sebelumnya? Atau ada perusahaan lain yang menjadi
contoh?
Rencana dan target yang sudah dibuat secara matang,
Beberapa program sudah pernah dilakukan, XL belajar
A
dari beberapa perusahaan yang telah melakukan
sebelumnya untuk menjadi perbandingan dan acuan
tingkat keberhasilan
Apakah pihak XL memakai jasa konsultan dalam
Q
mengkomunikasi perubahan? Seberapa besar peran
mereka?
A
Q
A
Q
A
Ya, Untuk fungsi advisor
Apa peranan divisi Komunikasi Internal dalam
mengkomunikasikan perubahan ini?
Sebagai satu-satunya pihak yang berhak mengelola,
mengirim informasi, menjawab pertanyaan yang ada
Apakah ada forum atau sarana yang dapat menampung
saran atau keluhan dari karyawan?
Ya ada media email yang disediakan
Menurut Anda, bagaimana tanggapan karyawan
Q
terhadap perubahan dalam perusahaan yang telah
terjadi?
A
Terdapat berbagai pendapat baik menyukai atau
mendukung perubahan
Bagaimana penilaian Anda terhadap kinerja divisi
Q
komunikasi dalam mengkomunikasikan perubahan
dalam perusahaan? Adakan kritik atau saran?
A
Q
A
Q
Cukup baik, Sesuai dengan target dan kebutuhan
perusahaan
Bagaimana sikap Anda menjalani perubahan paska
merger?
Mendukung penuh setiap proses yang dijalankan
Menurut Anda, apakah merjer membawa dampak yang
signifikan komunikasi dalam perusahaan?
Ya, Pada awal proses, terdapat penyesuaian beberapa
A
informasi yang boleh dan tidak boleh disampaikan.
Dan terjadi lonjakan jumlah komunikasi dan media
yang ada
Q
Bagaimana hubungan interpersonal antar karyawan di
XL, terutama paska merger?
Terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan, salah
satunya menentukan buddy selama 3 bulan bagi setiap
A
karyawan Axis yang bergabung dengan XL untuk
memperkenalkan budaya kerja, lingkungan dan nilainilai yang ada
*ket: Q = Pertanyaan, A = Jawaban
Ferdyana Lie
Address: Newton Timur 1/12
Tangerang15311
Phone: +628 21-111 888 94
Email: [email protected]
Personal Information
Place & Date of Birth
Gender
: Ujung Pandang, 26 February 1994
: Female
Educations
2011-Present : Universitas Multimedia Nusantara - Tangerang, Bachelor’s Degree,
Majoring Public Relations. GPA: 3.73/4.00
2008-2011
: SMA Maitreyawira – Batam
Organization Experience
2014-Present : Andrie Wongso’s Agent of Wisdom, as Member
2010-Present : Purna Paskibraka Indonesia, as Member
2009-2010
: OSIS SMA Maitreyawira, as President
Additional Skills
PR Skills:

Public Speaking, Marketing
Strategy, Event Management,
News Release, Social Media,
Media Relations
Computer Skills:


Advanced: Word, Excel, Power
Point
Basic: Photoshop, InDesign,
Illustrator, Paint
Language:


Advanced: English (Both oral
and written)
Basic: Chinese (Both oral and
written)
(Other):


Communication: confidently
speaks in public, speaks
effectively, listen attentively
Interpersonal: works well with
group, accepts responsibility,
self confident
Certificates (For the last 3 years)




Take Part in Conmedia (Conference on New Media Studies) 2012
Take Part in Public Speaking “Being Comfortable in Every Situations” by Becky
Tumewu, held by Communication Festival 2013
Participate in “Dell XPS Creative Workshop” April 2012
Participate in “Marketing PR Strategic Blast” by Communication Festival 2013
Personal Knowledge




Strength:
o Working well with groups, new ideas, highly committed, willing to learn,
always proactive
Weakness:
o Sometimes let the task undone until the last minute but still making sure
the project is completed
Hobby:
o Meeting new people, listening to music, swimming
Motto:
o “Passion for Knowledge, Never Stop Learning”
Best Regards,
Ferdyana Lie
Download