1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Pemerintah daerah dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. Dengan adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah
berhak untuk melaksanakan pembangunan daerah guna memperlancar kehidupan
dan perekonomian daerah.
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang
berasal dari pendapatan asli daerah, khususnya yang bersumber dari retribusi
daerah perlu ditingkatkan. Daerah diberikan keleluasaan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, dan menggali
sumber-sumber penerimaan khususnya dari
sektor retribusi daerah sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jika daerah
sudah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya, maka kemandirian daerah
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat terwujud.
2
Menurut Kuncoro (dalam Wisnu, 2011:2), dalam proses pembangunan, selain
memperhitungkan dampak aktifitas
ekonomi
terhadap kehidupan
sosial
masyarakat, lebih dari itu juga dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah
struktur perekonomian ke arah yang lebih baik. Indonesia merupakan negara yang
luas yang terdiri dari banyak provinsi dengan budaya, sosial dan perekonomian
yang berbeda-beda sehingga membutuhkan suatu sistem pembangunan daerah
yang lebih efektif. Dengan begitu, pemerintah memberikan otonomi kepada
pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Tujuan dari pemberian otonomi kepada pemerintah daerah tersebut adalah untuk
dapat membantu pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintahan agar dapat
membiayai pembangunan di daerah. Suatu daerah dibentuk berdasarkan
pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat 5, yaitu
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi kepada daerah itu tersebut memungkinkan kepada daerah
yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan untuk penyelenggaraan pemerintah dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat. Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi
daerah, maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peran
3
pendapatan asli daerah (PAD). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat
mengupayakan pengelolaan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah
secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan pembangunan.
Pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Marihot 2005:15). Sumber pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh daerah
tersebut menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 157, yaitu :
1. Pajak Daerah, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada
orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
2. Retribusi Daerah, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3. Hasil pengelolaan kekayaan pisahkan, yaitu bagian laba dari BUMD, hasil
kerja sama dengan pihak ketiga, dan
4. Lain-lain PAD yang sah, yaitu hasil penjualan aset daerah dan jasa giro.
Upaya dalam peningkatan pendapatan asli daerah oleh setiap pemerintah daerah
baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota haruslah didukung dengan
berbagai kebijaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing.
Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan penyediaan pembiayaan dari
sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai, antara lain
dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan
penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk
menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dalam menggali dan mengelola
4
seluruh potensi pajak dan retribusi. Pemerintah daerah memberikan insentif
sebagai tambahan penghasilan bagi instansi pelaksana pemungut pajak dan
retribusi yang mencapai kinerja tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Pada Tabel 1.1 terlihat Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar
Lampung dari tahun 2008-2012, sebagai berikut :
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 (000 Rupiah)
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
Realisasi
(%)
Realisasi
(%)
Realisasi
(%)
Realisasi
(%)
Realisasi
(%)
Pendapatan Asli
Daerah
65.125.848
(107,78%)
85.626.773
(118,91%)
87.711.803 162.772.590 298.696.062
(104,21%) (103,81%)
(102,20%)
Pajak Daerah
39.265.916
(107,90%)
47.035.295
(103,37%)
56.627.114 112.602.140 183.436.575
(107,63%) (108,03%)
(100,07%)
Hasil Retribusi
Daerah
14.414.767
(92,01%)
15.849.094
(94,03%)
21.911.821
(91,93%)
38.431.095
(104,08%)
2.136.797
(48,56%)
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah Yang
Dipisahkan
2.509.144
(106,61%)
3.087.055
(99,47%)
3.449.399
(99,39%)
5.631.089
(99,82%)
6.862.738
(103,97%)
Lain-Lain PAD
Yang Sah
8.936.020
(148,61%)
19.655.328
(300,06%)
5.723.467
(134,79%)
6.108.264
(61,11%)
40.144.717
(183,94%)
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, Tahun 2013
5
Berdasarkan Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandar Lampung Tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Bandar Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mendukung
peningkatan pendapatan asli daerah pada tahun 2013 dan di tahun-tahun
mendatang, Pemerintah Kota Bandar Lampung melakukan berbagai upaya untuk
meningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Bandar Lampung dari berbagai
sektor,salah satunya yaitu dari penerimaan retribusi daerah (Lampung Post,17 Juni
2013).
Berdasarkan tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa retribusi memberikan sumbangan
yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah, maka Pemerintah lebih
mengembangkan dan mengusahakan sektor ini secara maksimal, sehingga sektor
tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keuntungan daerah dan
pendapatan asli daerah (Lampung Post, 17 Juni 2013). Retribusi daerah sebagai
salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) sekarang ini lebih
memungkinkan dan berpeluang besar untuk ditingkatkan, sehingga diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada pendapatan asli daerah
(PAD). Terutama di daerah kabupaten/kota yang mempunyai otonomi yang luas,
maka retribusi daerah dikembangkan dengan optimal sehingga berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan juga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan daerah.
Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 yaitu, daerah kabupaten/kota
diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan
6
menetapkan jenis pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1
juga mengatur dengan jelas bahwa untuk dapat dipungut pada suatu daerah, setiap
jenis retribusi daerah harus ditetapkan dengan peraturan daerah. Hal ini berarti
untuk dapat diterapkan dan dipungut pada suatu daerah provinsi, kabupaten/kota
harus terlebih dahulu ditetapkan peraturan daerah tentang retribusi daerah
tersebut.
Terdapat bermacam-macam retribusi daerah yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa
Umum, salah satunya yaitu retribusi pasar, dimana retribusi pasar juga berperan
dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini dikarenakan
keberadaan pasar yang pasti ada di setiap daerah dan jumlahnya cukup banyak.
Masing-masing pasar tersebut pasti terjadi transaksi setiap hari atau pada hari-hari
tertentu dan bagi para pihak yang melakukan transaksi tersebut dipungut biaya
karena menggunakan pasar sebagai tempat transaksi.
Namun, pendapatan retribusi daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung
tidak mencapai 100% pada tahun 2012 lalu. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2012, dimana pendapatan retribusi daerah yang ditargetkan Rp 4,4
Miliar, hanya terealisasi Rp 2,13 Miliar lebih atau hanya 48,56 %. Menurut Wakil
Walikota Bandar Lampung (Lampung Post, 21 Juni 2013) bahwa tidak
tercapainya target pada pendapatan retribusi daerah salah satunya disebabkan
7
karena pada pendapatan retribusi pelayanan pasar hanya mencapai 58,73 %. Hal
itu disebabkan karena penerapan Perda Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi
jasa Umum yang menggantikan Perda Nomor 12 Tahun 1995 tentang Retribusi
Pasar belum dapat diterapkan secara optimal.
Pada Tabel 1.2 terlihat Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar Kota
Bandar Lampung dari tahun 2008-2012, sebagai berikut :
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar
Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 (000 Rupiah)
Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar
Tahun
Target
Realisasi
(%)
2008
1.040.089
2009
863.938
2010
1.036.725
2011
1.631.867
2012
2.181.867
821.208
(78,96%)
769.906
(89,12%)
737.285
(71,12%)
532.119
(32,61%)
1.281.458
(58,73%)
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi
Pelayanan Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara target dengan realisasi penerimaan pendapatan
retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung. Menurut M. Kohar, Kasi
Penagih Retribusi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung bidang
pengelolaan dan pendapatan mengatakan bahwa tidak tercapainya target pada
8
pendapatan retribusi daerah yaitu salah satunya pada pendapatan retribusi
pelayanan pasar adalah kurangnya kesadaran dari pedagang untuk membayar
retribusi dan juga adanya renovasi pembangunan dan penataan kota yang
dilakukan oleh pemerintah kota terhadap beberapa pasar di Kota Bandar Lampung
(Wawancara, 30 Januari 2014). Jika pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk
setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara itu,
retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa
pemerintah yang dapat ditunjuk (Marihot, 2005:11).
Menurut R. Soedargo (dalam Wisnu, 2011:9) menyebutkan faktor yang
menentukan keberhasilan penerimaan retribusi termasuk retribusi pasar adalah
subyek (jumlah pedagang), obyek (luas kios, los, dan dasaran terbuka), tarif serta
kinerja pemungutan (efisiensi dan efektivitas pemungutan) retribusi pasar.
Pemerintah Kota Bandar Lampung bekerja sama dengan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Bandar Lampung selalu membuat target penerimaan setiap tahunnya,
dimana target tersebut merupakan suatu penerapan sasaran untuk mencapai
tujuan, yaitu untuk mengukur sejauh mana realisasi penerimaan dapat tercapai.
Pada proses peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi dan yang
lebih khusus tentang retribusi pasar, maka dipandang perlu untuk mengoptimalkan
kinerja Dinas Pengelolaan Pasar baik melalui upaya intensifikasi maupun melalui
upaya ekstensifikasi.
Menurut M. Kohar, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung selalu
berupaya serta bertanggung jawab atas pembebanan target yang ditetapkan
pemerintah Kota Bandar Lampung. Melalui cara intensifikasi yaitu dengan
9
melakukan program kegiatan yaitu dengan berupaya meningkatkan pungutan
retribusi melalui perbaikan atau peningkatan sistem pungutan, menghimbau
kepada pedagang dan penggunaan sanksi bagi pedagang yang tidak mau
membayar retribusi, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan sumberdaya
aparat baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, melalui upaya
ekstensifikasi yaitu dapat ditempuh dengan jalan pencarian atau perluasan obyek
retribusi (Wawancara, 30 Januari 2014).
Menurut Mardiasmo (dalam Wisnu, 2011:11), di dalam pengelolaan anggaran
daerah kabupaten/kota haruslah berorientasi pada pencapaian hasil atau sering
disebut dengan nama kinerja. Melalui kinerja tersebutlah mencerminkan adanya
tingkat efisiensi dan efektifitas. Adanya perbedaan target dengan realisasi
penerimaan retribusi pada tahun 2012 lalu, dimana pendapatan retribusi daerah
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung tidak mencapai 100 %, yaitu dimana
pendapatan retribusi daerah yang ditargetkan Rp 4,4 Miliar, hanya terealisasi Rp
2,13 Miliar lebih atau hanya 48,56 %, yang disebabkan karena pendapatan
retribusi pelayanan pasar hanya mencapai 58,73 % dan cenderung menurun.
Hal ini mengindikasikan terdapat permasalahan didalam kinerja pemungutan
retribusi pasar di Kota Bandar Lampung, oleh karena itu berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengambil judul “Kinerja
Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Pemungutan Retribusi Pasar di Kota
Bandar Lampung”
10
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam pemungutan retribusi pasar di
Kota Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar
dalam pemungutan retribusi pasar di Kota Bandar Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkuat teori kinerja
yang digunakan dalam penelitian ini dan diharapkan dapat menambah
khasanah keilmuan serta referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi
mahasiswa.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam pemungutan
retribusi pasar di kota Bandar Lampung. Serta diharapkan dapat menjadi
sumber bacaan bagi mahasiwa maupun umum untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Download