makalah iv - WordPress.com

advertisement
4
1.
Sinonimi dan Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah
kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik
mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya kata buruk
dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim.
Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah.
Jadi, kalau kata bunga bersinonim dengan kata kembang, maka kata kembang juga
bersinonim dengan kata bunga. Begitu juga kalau kata buruk bersinonim dengan
kata jelek. Maka kata jelek bersinonim dengan kata buruk. Kalau dibagankan
adalah sebagai berikut.4
buruk
jelek
Kesinoniman mutlak atau kesinoniman simetris memang tidak ada dalam
perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata-kata yang dapat
dipertukarkan begitu saja pun jarang ada. Pada suatu tempat kita mungkin dapat
menukar kata mati dengan kata meninggal; tetapi di tempat lain tidak dapat.
Begitu
pula
kata
bunga
dan
kembang;
di
satu
tempat
kita
dapat
mempertukarkannya, tetapi di tempat lain tidak.
Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang
bersinonim adalah banyak sebabnya. Antara lain:
a.
Faktor waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata
komandan. Namun, keduanya tidak mudah dipertukarkan karena kata
hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno, klasik, atau arkais. Sedangkan
kata komandan hanya cocok untuk situasi masa kini (modern).
b.
Faktor tempat atau daerah. Misalnya kata saya dan beta adalah
bersinonim. Tetapi kata beta hanya cocok digunakan dalam konteks
4
Ibid., h. 83-84
5
pemakaian bahasa Indonesia timur (Maluku); sedangkan kata saya dapat
digunakan secara umum di mana saja.
c.
Faktor sosial. Misalnya kata aku dan saya adalah dua buah kata yang
bersinonim; tetapi kata aku hanya dapat digunakan untuk teman sebaya
dan tidak dapat digunakan kepada orang yang lebih tua atau yang status
sosialnya lebih tinggi.
d.
Faktor bidang kegiatan. Misalnya kata tasawuf, kebatinan, dan mistik
adalah tiga buah kata yang bersinonim. Namun, kata tasawuf hanya lazim
dalam agama Islam; kata kebatinan untuk yang bukan Islam: dan kata
mistik untuk semua agama. Contoh lain kata matahari bersinonim dengan
kata surya; tetapi kata surya hanya cocok atau hanya lazim digunakan
dalam sastra, sedangkan kata matahari dapat digunakan secara umum.
e.
Faktor nuansa makna. Misalnya satu kata lebih emotif daripada kata yang
lainnya menganugerahi dan menghadiahi, memohon dan meminta,
menyapa dan menegur. Satu kata lebih berterima secara moral daripada
yang lain, sedekah dan pemberian, abdi dan pembantu, karyawan dan
buruh. Satu kata lebih profesional daripada yang lain, instrumen dan alat,
staf dan tenaga, kontribusi dan bantuan.
Di dalam buku pelajaran bahasa sering dikatakan bahwa sinonim adalah
persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan ini jelas kurang
tepat, sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonim pun bukan
hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan bahasa
lainnya. Perhatikan contoh berikut!
a.
Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat) seperti antara dia
dengan nya, antara saya dengan ku dalam kalimat
(1)
Minta bantuan dia
Minta bantuannya
(2)
Bukan teman saya
Bukan temanku
b.
Sinonim antara kata dengan kata seperti antara mati dengan meninggal;
antara buruk dengan jelek; antara bunga dengan kembang, dan sebagainya.
6
c.
Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara
meninggal dengan tutup usia; antara hamil dengan duduk perut, dan
sebagainya.
d.
Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya antara ayad ibu dengan orang
tua; antara meninggal dunia dengan pulang ke rahmatullah, dan
sebagainya.
e.
Sinonim antara kalimat dengan kalimat, seperti Adik menendang bola
dengan Bola ditendang adik. Kedua kalimnat itu dianggap bersinonim,
meskipun yang pertama kalimat aktif dan yang kedua kalimat pasif.
Dari pembahasan di atas mengenai sinonim, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai
sinonim. Misalnya kata beras, salju, batu, dan kuning tidak memiliki sinonim.
Kedua, ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk
jadian. Misalnya kata benar bersinonim dengan kata betul, tetapi kata kebenaran
tidak bersinonim dengan kata kebetulan. Ketiga, ada kata-kata yang tidak
mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi memiliki sinonim pada bentuk
jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim tetapi kata menjemur ada
sinonimnya yaitu mengeringkan, dan berjemur bersinonim dengan berpanas.
Keempat, ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak mempunyai sinonim,
tetapi dalam arti “kiasan” justru mempunyai sinonim. Misalnya kata hitam dalam
makna “sebenarnya” tidak ada sinonimnya, tapi dalam arti “kiasan” ada
sinonimnya, yaitu gelap, mesum, buruk, jahat, dan tidak menentu.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sinonim adalah
ungkapan (bisa berupa kara, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain.5
2.
Antonim
Kata antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu, onoma yang artinya
‘nama’, dan anti yang artinya ‘melawan’. Maka secara harfiah antonim berarti
‘nama lain untuk benda lain pula’. Secara semantik mendefinisikan ungkapan
(biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang
5
Ibid., h. 86-88.
7
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya kata bagus
berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil, dan
sebagainya6
Istilah antonim kadang-kang dipertentangkan dengan istilah sinonim,
tetapi status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan dapat
diidentifikasi secara cepat. Contoh kata-kata yang antonim.
Besar
x
kecil
bodoh
x
pandai
Lebar
x
sempit
mudah
x
sukar
panjang
x
pendek
rendah
x
tinggi
Antonim adalah pertentangan antara dua hukum. Berdasarkan sistemnya
dapat dibedakan sebagai berikut :
a)
Antonim antar kalimat, misalnya dia sakit dan dia tidak sakit
b)
Antonim Antarfrasa, misalnya secara teratur dan secara tidak teratur
c)
Antonim antarkata, misalnya dalam bahasa Inggris terdapat kata thankful
dan tankless7
Dilihat dari sifat hubungannya, maka antonimi itu dapat dibedakan atas
beberapa jenis, antara lain:
a)
Antonimi yan bersifat mutlak. Umpamanya kata hidup berantonim secara
mutlak dengan kata. mati, contoh lain, kata diam berantonim secara mutlak
dengan kata bergerak
b)
Antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan
kecil berantonimi secara relatif; juga antara kata jauh dan dekat, dan antara
gelap dan terang. Jenis antonim ini disebut bersifat relatif, karena batas
antara satu dengan yang lainnya tidak dapat ditentukan secara jelas;
batasnya itu dapat bergerak menjadi lebih atau menjadi kurang.
c)
Antonimi yang bersifat relasional. Antonimi ini bersifat saling melengkapi.
Umpamanya antara suami dan istri, dan antara guru dan murid. Antonimi
6
7
Ibid., h. 88-89.
Mansoer Pateda,op.Cit., h. 207-208.
8
jenis ini disebut relasional karena munculnya yang satu harus disertai yang
lain.
d)
Antonimi yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara
berantonim secara hierarkial; juga antara kata gram dan kilogram.
Antonimi jenis ini disebut bersifat hierarkial karena kedua satuan ujaran
yang berantonim ini berada dalam satu garis jenjang atau hierarki.
e)
Antonimi majemuk. Antonim jenis ini terdapat satuan ujaran yang
memiliki pasangan antonim lebih dari satu. Umpamanya kata berdiri dapat
berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, jongkok, dan bersila.
Perhatikan bagan berikut.8
duduk
berdiri
X
tidur
tiarap
jongkok
bersila
3.
Polisemi
Polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda,
karena kegandaan makna seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu
menafsirkan makna kata yang didengar atau dibacanya.
Makna ganda atau polisemi terjadi karena kemungkinan-kemungkinan
berikut.
8
Abdul Chaer,op.Cit., h. 299-301.
9
a.
Kecepatan melafalkan kata, misalnya kata ban tuan dan bantuan. Apakah
ban kepunyaan tuan, atau bantuan?
b.
Faktor gramatikal, misalnya kata pemukul dapat bermakna alat yang
digunakan untuk memukul, atau orang yang memukul.
c.
Faktor leksikal yang dapat bersumber dari: (i) sebuah kata yang
mengalami perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan
munculnya makna baru. Misalnya kata makan seperti yang sudah
dijelaskan di atas; (ii) digunakan pada lingkungan yang berbeda, misalnya
kata operasi bagi seorang dokter dihubungkan dengan pekerjaan
membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi militer
dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas
kejahatan.
d.
Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya kata item, kini digunakan kata
butir atau unsur; kata canggih untuk menggantikan kata sophisticated;
kata rencana untuk mengganti kata planning.
e.
Faktor pemakaian bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata.
Maksudnya dengan satu kata, pemakaian bahasa dapat mengungkapkan
berbagai ide atau perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Kadangkadang karena kata baru belum ditemukan, maka kata yang telah ada dapat
digunakan tetapi dengan makna yang lain. Misalnya dalam bahasa
Indonesia ada kata mesin yang biasanya dihubungkan dengan mesin jahit.
f.
Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan,
baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.9
Satu persoalan yang berkenaan dengan polisemi adalah bagaimana
membedakannya dengan bentuk-bentuk yang disebut homonim. Perbedaan yang
jelas bahwa homonim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih
yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena homonim ini bukan sebuah
kata, maka maknanya pun berbeda. Satu lagi perbedaan polisemi dengan
homonim, yaitu makna-makna pada bentuk-bentuk homonim tidak ada kaitan atau
hubungannya sama sekali antara satu dengan yang lain. Sedangkan, makna pada
9
Mansoer Pateda,op. Cit., h. 213-216.
10
kata yang berpolisemi masih ada hubungannya karena memang dikembangkan
dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut. Namun, kadangkala, dalam
beberapa kasus, kita sukar membedakan secara tegas antara polisemi dengan
homonim.10
4.
Homonim
Istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno,
onoma = nama dan homos = sama. Secara harfiah, homonim adalah nama sama
untuk benda yang berlainan. Homonimi adalah ungkapan (kata atau frase atau
kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan
perbedaan makna di antara kedua ungkapan tersebut. Dengan kata lain, bentuknya
sama tetapi maknanya berbeda.11
Homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi
maknanya berlainan. Kata-kata uang berhomonim ini sesungguhnya memang
merupakan kata-kata yang berlainan yang kebetulan saja bentuknya sama. Oleh
karena itu, maknanya juga tidak sama. Misalnya kata bisa yang bermakna ‘racun
ular’ adalah berhomonim dengan kata bisa yang berarti ‘sanggup, dapat’.
Adakalanya kata-kata yang berhomonim ini hanya sama bunyinya saja
(biasa disebut dengan istilah homofon) sedangkan ejaannya tidak sama. Misalnya
kata sangsi yang berarti ‘ragu’ dan kata sanksi yang berarti ‘akibat, konsekuensi’.
Sebaliknya ada juga kata-kata yang berhomonim ini hanya sama ejaannya
saja (biasanya disebut dengan homograf) sedangkan lafalnya tidak sama.
Misalnya kata teras (lafalnya teras) yang berarti ‘serambi di luar rumah’ dan kata
téras (lafalnya teras) yang berarti ‘pati, inti, utama’.12
5.
Hiponim
Istilah hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti
‘nama’ dan hypo berarti ‘di bawah’. Jadi secara harfiah berarti ‘nama yang
termasuk di bawah nama lain’.Secara semantik hiponim adalah ungkapan
(biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang
10
Abdul Chaer,op.Cit., h. 103-104.
Ibid., h. 211.
12
Abdul Chaer,op.Cit., h. 202-203.
11
11
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Istilah
hiponim dalam bahasa Indonesia boleh digunakan sebagai nomina boleh juga
sebagai adjektiva.
Kita mengetahui bahwa aster, bugenfil, ros, tulip, semuanya disebut
bunga. Kata-kata ini dapat diganti dengan kata umum, bunga. Kata bunga yang
berada pada tingkat atas dalam sistem hierarkiny, disebut superordinat, dan
anggota-anggota berupa aster, bugenfil, yang berada pada tingkat bawah, hiponim.
Berbeda dengan antonim, homonim, dan sinonim, maka hiponimi mempunyai
hubungan yang berlaku satu arah. Kata merah merupakan hiponim warna; kata
warna tidak berada di bawah merah, melainkan di atas kata merah.
warna
merah
bukan
merah
warna
Dengan demikian kata warna memiliki hiponim segala macam, warna
yang kita kenal, misalnya merah, jingga, biru, hijau, dan lain sebagainya. Kata
warna merupakan superordinat dari kata merah, jingga, atau kata warna hipernim
(Inggris: hypernymy) kata merah.13
Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan
berhomonim bersifat dua arah, maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim
ini adalah searah. Jadi, kata tongkol berhiponim terhadap kata ikan tidak
berhiponim terhadap kata tongkol, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan.
Dalam hal ini relasi antara ikan dengan tongkol (atau jenis ikan lainnya) disebut
hipernimi. Jadi, jika tongkol berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipernim
terhadap tongkol.
tongkol
hiponi
m
hipern
im
13
Mansoer Pateda, op.Cit., h. 209.
ikan
12
Konsep hiponim dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan
kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata
lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi
terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang
hierarkial berada di atasnya. Konsep hiponimi dan hipernimi mudah diterapkan
pada kata benda tetapi agak sukar pada kata kerja dan kata sifat.14
Hiponimi kemudian menjadi dasar pendekatan yang dikenal dengan
semantic field atau semantic domain. Semantik field adalah suatu pendekatan
semantik yang mencoba melakukan klasifikasi makna berdasarkan kesamaan
komponen makna. Istilah kekerabaan misalnya ibu, ayah, anak, paman, dan
sebagainya, yang memiliki unsur-unsur makna yang sama disatukan dalam satu
rangkaian, yakni : BERNYAWA, MANUSIA, dan hubungan KEKERABATAN.
Kata ayah adalah domain arti hubungan kekeluargaan, sama halnya dengan bibi,
anak, keponakan, dan sebagainya.15
6.
Ambiguitas
Ambiguitas atak ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna
ganda atau mendua arti, konsep ini tidak salah, tetapi kurang tepat sebab tidak
dapat dibedakan dengan polisemi. Polisemi juga bermakna ganda. Polisemi dan
ambiguitas memang sama-sama bermakna ganda. Hanya kalau kegandaan makna
dalam polisemi berasal dari kata, sedangkan kegandaan makna ambiguitas berasal
dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat. Misalnya, frase
buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, atau
(2) buku itu berisi sejarah zaman baru.
Pembicaraan mengenai ambiguitas tampaknya sama dengan pembicaraan
mengenai homonimi. Perbedaannya adalah homonimi dilihat sebagai dua bentuk
yang kebetulan sama dan dengan makna yang berbeda. Sedangkan ambiguitas
adalah sebuah bentuk dengan makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya
penafsiran struktur gramatikal bentuk tersebut.16
7.
Redunansi
14
Abdul Chaer, op.Cit., h. hlm. 99.
Fatimah Djajasudarma, Semantik 1( Bandung:PT Refika Aditama,2009), hlm 72-73.
16
Ibid., h. 104-105.
15
13
Istilah redunansi sering diartikan sebagai ‘berlebih-lebihan pemakaian
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran’. Misalnya kalimat Bola di tendang Si
Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakab Bola ditendang oleh Si Udin.
Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai sesuatu yang
redunansi, yang berlebih-lebihan.
Secara semantik masalah redunansi sebetulnya tidak ada, sebab salah satu
prinsip dasar semantik adalah bila bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda.
Jadi, kalimat Bola ditendang Si Udin berbeda maknanya dengan kalimat Bola
ditendang oleh Si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua akan lebih
menonjolkan makna pelaku (agentif) daripada kalimat pertama yang tanpa kata
oleh.
Contoh lain, bentuk gadis itu mengenakan baju berwarna merah adalah
redunans dari bentuk gadis itu berbaju merah; Inilah obat satu-satunya yang
paling mujarab adalah redunans dari bentuk Inilah obat paling mujarab.17
17
Ibid., h. 105-106.
Download