Ecodemica, Vol. No. April 2016 - E

advertisement
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
MAKNA HUBUNGAN ANTARPRIBADI
MELALUI MEDIA ONLINE TINDER
1
Karlina Nadya1, Dasrun Hidayat2
Universitas BSI, [email protected]
2
Universitas BSI, [email protected]
ABSTRACT
The focus of this research is based on the meaning of the Inter-personal relationships
Tinder users in Bandung. Establishing a relationship via technology should be based on
the preparation of appropriate communication messages. Open attitude and the attitude
of trust becomes an important thing that Inter-personal communication is still running
despite using Tinder media. This study used a qualitative approach on the grounds that
this approach is the approach that interprets the phenomena that occur naturally. The
method used is phenomenological method as a key concept in this research is to examine
the meaning of a user Tinder. Results from this study that the communication can run
well with good management communication messages such as the preparation of topics
and use of emoticons. Openness and trust in Tinder users can also support
communication even if only by using the media.
Keywords: Tinder, Inter-personal communication, social media
ABSTRAK
Fokus penelitian ini didasarkan pada makna hubungan Antar pribadi pengguna Tinder di
Bandung. Menjalin sebuah hubungan via teknologi harus didasari dengan penyusunan
pesan komunikasi yang tepat. Sikap terbuka dan sikap percaya menjadi suatu hal yang
penting agar komunikasi Antar pribadi tetap berjalan walaupun dengan menggunakan
media Tinder. Penelitian ini menggunakan pendekeatan kualitatif dengan alasan bahwa
pendekatan ini adalah pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi secara
alamiah. Metode yang digunakan adalah metode fenomenologi karena konsep utama
dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang makna seorang pengguna Tinder. Hasil dari
penelitian ini bahwa komunikasi dapat berjalan dengan baik dengan pengelolaan pesan
komunikasi yang baik seperti penyusunan Tema dan penggunaan emoji. Sikap terbuka
dan percaya pada pengguna Tinder juga dapat menunjang komunikasi walaupun hanya
dengan menggunakan media.
Kata kunci : Tinder, Komunikasi Antar pribadi, media sosial
PENDAHULUAN
Dewasa ini, menjalin hubungan melalui
teknologi sudah dianggap sebagai
sebuah budaya di tengah masyarakat.
Hal ini dipicu dengan pertumbuhan
media sosial yang semakin menjamur,
seperti halnya media sosial Tinder.
Dengan berkembangnya media sosial
sejenis ini, komunikasi antar pribadi
sudah mengalami pergerseran, yang
sebelumnya tanpa media saat ini
mengalami evolusi menjadi bermedia
atau menggunakan media. Komunikasi
dengan tatap muka memang diakui lebih
baik dengan komunikasi apapun, namun
hadirnya media seperti ini juga telah
mengubah cara orang berkomunikasi
dan sudah memberikan konstribusi yang
besar terhadap hubungan antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi yang berlangsung secara
tatap muka yang dilakukan oleh dua
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
1
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
orang dengan efek dan feedback bisa
diketahui secara langsung. Namun pada
kenyataanya menjalin hubugan via
teknologi tidak bisa mendapatkan respon
yang langsung. Berkomunikasi dengan
menggunakan
saluran
komunikasi
seperti media sosial memang memiliki
banyak kendala , seperti satu sama
lainnya tidak dapat melihat ekspresi,
emosi, atau gerakan tubuh dari lawan di
Tinder dan lain-lain. Dari hasil pra
penelitian terhadap pengguna Tinder,
peneliti
bisa
membuat
sebuah
kesimpulan awal tentang beragam motif
atas pengalaman pengguna Tinder,
seperti beberapa pengguna Tinder
menyatakan
bahwa
menggunakan
Tinder bisa membuka jendela pada
hubungan yang lebih jauh di dunia
nyata. Beberapa juga menyatakan
Tinder bisa membuat mereka memiliki
teman dalam jumlah besar. Beberapa hal
inilah yang wajib ditelaah lebih lanjut.
Peneliti
memiliki
tujuan
untuk
mengetahui bagaimana pengalaman
sadar pengguna Tinder ketika memaknai
media sosial ini sebagai media untuk
menjalin hubungan.
Inti dari menjalin hubungan
harus
dengan rasa kepercayaan, sebab kita
tidak dapat menjalin hubungan dengan
orang yang tidak kita percaya, begitupun
dalam penggunaan media sosial sebagai
alat menjalin hubungan. Tetapi pada
realitasnya secara online, orang memang
dapat memalsukan identitas dan
penampilan tanpa terdeteksi. Contohnya
orang dewasa bisa berperilaku seperti
anak remaja atau bahkan sebaliknya.
Sehingga bisa peneliti simpulkan
menjalin hubungan via teknologi tidak
semudah berkomunikasi secara face to
face, begitupun pada aplikasi Tinder
yang peneliti teliti. Keberadaan media
sosial Tinder ini memang mendukung
pertumbuhan hubungan yang terjalin
secara online. Sejak munculnya aplikasi
ini pada tahun 2012, berhasil
memunculkan
minat
masyarakat
khususnya kaum dewasa muda di
Bandung untuk menggunakan media
sosial tersebut sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan orang orang
baru. Media sosial ini hampir sama
dengan media sosial facebook, twitter ,
skype, badoo yang memungkinkan
berhubungan dengan orang-orang di
dunia maya, namun yang membuat
media sosial Tinder berbeda dengan
media sosial sebelumnya adalah caranya
yang lebih mudah dan praktis sehingga
tidak meyulitkan pengunanya. Kita
hanya perlu menghubungkan dengan
media sosial ini dengan facebook dan
selanjutnya bisa memilih komunikan
sesuai dengan kriteria kita. Hal itulah
yang membuat media sosial ini juga bisa
menjadi salah satu contoh yang bagus
untuk di kaji lebih lanjut sebagai saksi
bisu pergeseran yang terjadi akibat
perkembangan teknologi. Bagaimana
sebuah hubungan antar pribadi via
teknologi bisa terjalin menjadi daya
tarik dalam penelitian ini. Pengalaman
individu dalam memaknai penggunaan
media sosial Tinder khususunya di
Bandung menjadi fokus pada penelitian
ini. Adanya media sosial seperti ini bisa
menghubungkan dua orang tidak saling
mengenal sehingga bisa betukar
informasi tanpa terbatas. Media sosial
dapat memudahkan penggunanya untuk
bisa berkomunikasi dengan siapapun
dan kapanpun dimanapun walaupun
tidak saling mengenal.
KAJIAN LITERATUR
Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi yang berlangsung secara
tatap muka yang dilakukan oleh dua
orang dengan efek dan feedback bisa
diketahui secara langsung. Hanya saja
seiring perkembangan teknologi, saat ini
komunikasi antarpribadi bisa dilakukan
tanpa harus bertatap muka, yaitu
menggunakan saluran media. Media
sosial Tinder yang peneliti teliti
memungkinkan
penggunanya
bisa
berkomunikasi dengan orang asing tanpa
harus bertatap muka yaitu dengan
menggunakan media.
Kajian komunikasi Antar pribadi yang
peneliti
gunakan
adalah
kajian
komunikasi yang dikemukakan Rakhmat
(Hidayat,
2012:56).
Rakhmat
memberikan catatan bahwa terdapat tiga
faktor dalam komunikasi Antar pribadi,
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
2
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap
terbuka.
1. Percaya (trust) adalah upaya
mengandalkan perilaku seseorang
untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Adapun faktor utama
yang menumbuhkan sikap percaya
yaitu menerima, empati dan
kejujuran.
Menerima
adalah
kemampuan berhubungan dengan
oranglain tanpa menilai dan tanpa
berusaha mengendalikan. Menerima
adalah sikap yang melihat orang lain
sebagai manusia, sebagai individu
yang dihargai. Faktor kedua adalah
empati, upaya untuk menumbuhkan
sikap percaya pada diri orang lain.
Empati juga diartikan sebagai usaha
untuk memahami orang lain. Faktor
ketiga yaitu kejujuran, sikap seperti
ini bisa menumbuhkan rasa saling
percaya.
2. Suportif
adalah
sikap
yang
mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi.
Orang
bersikap
defensif bila ia tidak menerima,
tidak jujut dan tidak empati. Dengan
sikap
defensif,
komunikasi
antarpribadi akan gagal karena
orang yang defensif akan lebih
banyak melindungi diri dari
ancaman yang ditanggapinya dalam
situasi
komunikasi
ketimbang
memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi
karena
faktor-faktor
personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri
yang rendah, dan pengalaman
defensif).
3. Sikap terbuka, yaitu kemauan
menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima didalam
menghadapi hubungan antarpribadi.
Sikap terbuka sangat berpengaruh
dalam menumbuhkan komunikasi
antarpribadi
yang
efektif.
Keterbukaan adalah pengungkapan
reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang dihadapi serta
memberikan informasi tentang masa
lalu yang relevan untuk memberikan
tanggapan kita dimasa kini tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji
dua faktor diatas, yaitu Percaya dan
sikap terbuka. Inti dari menjalankan
suatu hubungan menggunakan teknologi
tentu harus adanya rasa percaya dan
sikap terbuka sebab hal itulah yang bisa
membuat komunikasi bisa terjalin secara
efektif. Bagaimana pengguna Tinder
mempercayai lawan bicaranya di Tinder
sementara mereka tidak pernah saling
bertemu dan bagaimana pengguna
Tinder bisa saling terbuka sementara
mereka hanya berkomunikasi melalui
media sosial Tinder.
Pesan Komunikasi
Hakikat komunikasi adalah proses
pernyataan
antar
manusia
yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai
alat penyalurnya. Jika dianalisis, pesan
komunikasi terdiri dari isi pesan (The
content of the message) dan lambang
(symbol). Isi pesan adaalah pikiran atau
perasaan atau gagasan, ide, sedangakan
lambang adalah bahasa. Walter lippman
dalam
(Hidayat,
2012
:
21)
menyebutkan isi pesan itu “picture in
our Head” . Proses “mengemas” atau
membungkus pikiran dengan bahasa
yang dilakukan komunikator dalam
bahasa
komunikasi
dinamakan
encoding. Hasil encoding berupa pesan
yang kemudian ditransmisikan atau
dioperkan atau dikirimkan kepada
komunikan.
Proses
dalam
diri
komunikan disebut decoding yang
seolah-olah
membuka
kemasan/
bungkus pesan yang diterima dari
komunikator. Isi bungkusan tadi adalah
pikiran
komunikator.
Apabila
komunikan mengerti isi pesan atau
pikiran komunikator maka terjadilah
komunikasi. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengetahui bagaimana
para pengguna Tinder membungkus
sebuah pesan agar komunikasi yang
terjalin dalam aplikasi tersebut dapat
efektif.
Media sosial
Media sosial adalah media dimana
penggunanya
dengan
mudah
berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan
menciptakan pesan. Media sosial yang
peneliti maksud disini adalah media
sosial Tinder. Media sosial ini tidak
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
3
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
berbeda jauh dengan media sosial
lainnya seperti Facebook, Twitter dan
Skype, dimana penggunanya bisa
berkomunikasi dengan orang dunia
maya.
Tentunya setiap bentuk situs media
sosial memiliki karakteristik dan
kelebihan masing-masing, misalnya
Twitter
menonjolkan
percakapan
interaktif dalam pesan text yang disebut
tweet, Facebook menonjolkan jaringan
relasi pertemanan, youtube menonjolkan
database dan sharing video serta Second
Life menonjolkan dunia virtual 3D
dimana setiap orang dapat melakukan
aktivitas harian layaknya di kehidupan
nyata. Sementara Tinder sendiri
menonjolkan caranya yang mudah untuk
mencari pasangan atau teman baru.
Tinder
Media sosial yang peneliti maksud
adalah aplikasi Tinder. Alasan peneliti
meneliti aplikasi ini adalah karena
aplikasi ini sedang hits ditengah
masyarakat dewasa muda. Yang
membuat aplikasi ini berbeda dengan
aplikasi
sejenis
adalah
dimana
penggunanya
hanya
dapat
berkomunikasi jika satu sama lain
memiliki “matches” atau menekan
tombol “love” bersamaan.. Aplikasi ini
yang pertama kali diluncurkan pada
Agustus 2012 oleh Sean Rad, Justen
Mateen, dan Jonathan Badeen. Saat
diluncurkan ketiga pendiri Tinder ini
menyebutkan bahwa media Sosial
Tinder merupakan inovasi terbaru dalam
mencari relasi terutama teman kencan.
Itulah yang membuat Tinder berbeda
dibandingkan dengan media sosial
online
dating
lainnya.
Tinder
menawarkan sebuah aplikasi yang bisa
mempertemukan seseorang dengan
teman yang memiliki hobi yang sama
atau bahkan dapat menemukan pasangan
idaman. Tidak hanya itu, Tinder juga
memberikan
suatu
ruang
untuk
mengabadikan momen kemudian di
simpan di album yang tersedia dalam
Tinder.
Media Sosial Tinder dapat diunduh
gratis. Aplikasi ini bekerja dengan
mengandalkan system satelit navigasi
yang dapat mengatur jarak dan lokasi
tertentu. Tinder termasuk aplikasi yang
cukup populer di Apple Store dan
Google Store. Di kedua platform
diastribusi aplikasi, Tinder termasuk
dalam 10 besar daftar aplikasi favorit
untuk kategori gaya hidup. Sean Rad
mengungkapkan aplikasi ini dibuat
berdasarkan pengamatannya terhadap
gaya hidup masyarakat modern yang
super sibuk sehingga tidak sempat untuk
bertemu dengan teman kencan. Maka
dari itu Sean Rad memutuskan untuk
membuat
aplikasi
Tinder
untuk
memudahkan seseorang yang super
sibuk dalam mencari jodoh. Dalam
konferensi pers nya Sean Rad juga
mengatakan bahwa dalam dunia nyata
biasanya seseorang mengirimkan sinyal
secara tidak sadar kepada orang-orang
apakah menunjukan ketertarikan atau
tidak, dan dirinya menginginkan hal
tersebut menjadi suatu norma.
Teori Penetrasi Sosial
Salah satu proses yang paling luas dikaji
atas perkembangan hubungan adalah
penetrasi sosial. Secara garis besar, ini
merupakan ide bahwa hubungan
manjadi akrab seiring waktu ketika
patner meberitahukan semakin banyak
informasi mengenai mereka sendiri.
Gerald Miller dan rekannya secara
literal
mengartikan
komunikasi
interpersonal dalam term penetrasi.
Semakin bertambah yang saling
diketahui
oleh
masing-masing
komunikator,
semakin
bertambah
karakter interpersonal yang berperan
dalam komunikasi mereka. Semakin
sedikit yang mereka ketahui tiap
personalnya,
semakin
inpersonal
komunikasi
itu.
Komunikasi
interpersonal
merupakan
beragam
proses penetrasi sosial.
Teori penetrasi sosial (social penetration
theory)
berupaya
mengidentifikasi
proses peningkatan keterbukaan dan
keintiman seseorang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Teori yang
disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas
Taylor ini, merupakan salah satu karya
penting dalam perjalanan panjang
penelitian di bidang perkembangan
hubungan (relationship development).
Pada tahap awal penelitian penetrasi
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
4
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
sosial perhatian para peneliti sebagian
besar dicurahkan pada perilaku dan
motivasi individu bedasarkan tradisi
sosiopsikologi yang sangat kental.
METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif
karena objek penelitian merupakan
realitas sosial yang dipandang sebagai
suatu peristiwa yang bersifat dinamis,
holistic dan penuh makna. Seperti
halnya realitas pada perkembangan
teknologi komunikasi saat ini. Penelitian
ini menekankan pada bagaimana
pengguna Tinder memaknai hubungan
antar pribadi pada media sosial Tinder.
Pendekatan kualitatif menekankan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu (dalam konteks tertentu), lebih
banyak
meneliti
hal-hal
yang
berhubungan dengan kehidupan seharihari. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu secara utuh. Peneliti
melakukan penelitian ini dengan kondisi
yang alamiah dan peneliti berperan
sebagai instrumen kunci dengan bantuan
orang lain dalam mengumpulkan data.
Peneliti
menggunakan
pendekatan
kualitatif untuk menggali informasi
sedalam mungkin pada pengguna Tinder
dewasa muda di Bandung yang
diperoleh benar-benar murni tanpa
rekayasa.
Penelitian ini juga melakukan sebuah
pendekatan
fenomenologi.
Fenomenologi sebagai sebuah disiplin
ilmu, yang mempelajari struktur
pengalaman sadar (dari sudut pandang
orang petama) bersama dengan kondisikondisi yang relevan. Feneomenologi
akan memimpin kita pada latar belakang
dan kondisi kondisi di balik sebuah
pengalaman. Pusat dari struktur
kesadaran adalah kesengajaan, yakni
bagaimana makna dan isi pengalaman
terhubung langsung dengan objek. Pada
penelitian ini peneliti mencoba untuk
membangun makna dengan melihta
lebih dalam atas pengalaman pengguna
Tinder dalam menjalin hubungan
melalui media sosial. Fenomenologi
adalah sebuah studi dalam bidang
filsafat yang mempelajari manusia
sebagai
sebuah
fenomena.
Ilmu
fenomenologi dalam filsafat biasa
dihubungkan dengan ilmu hermeneutik,
yaitu ilmu yang mempelajari arti
daripada fenomena ini. Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Johann
Heinrich Lambert, seorang filsuf
Jerman, ditulis tentang ilmu yang tak
nyata.
Tradisi
fenomenologi
berkonsentrasi pada pengalaman pribadi
termasuk bagian dari individu-individu
yang
ada
saling
memberikan
pengalaman
satu
sama
lainnya.
Komunikasi di pandang sebagai proses
berbagi pengalaman atau informasi antar
individu melalui dialog. Hubungan baik
anta individu mendapat kedudukan yang
tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini
mengatakan bahwa bahasa adalah
mewakili suatu pemaknaan terhadap
benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat
memberikan pemaknaan pada suatu hal
yang ingin dimaknai.
Paradigma yang di gunakan di dalam
penelitian
ini
adalah
paradigma
konstruktivis. Paradigma ini adalah
paradigma yang hampir merupakan
anitesis dari paham yang meletakan
pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu
pengetahuan. Peneliti menggunakan
paradigma (pandangan) konstruktivis ini
untuk
mengetahui
pengalamanpengalaman dari pengguna Tinder di
bandung. Peneliti mencoba untuk
mengungkap
bagaimana
makna
hubunngan antarpribadi yang dibangun
dalam aplikasi Tinder. Paradigma ini
memandang ilmu sosial sebagai analisis
sistematis terhadap socially meaningful
action melalui pengamatan langsung dan
terperinci terhadap pelaku sosial yang
bersangkutan
menciptakan
dan
memelihara atau mengelola dunia sosial
mereka.
Dalam penelitian ini, subjek penelitian
meliputi empat informan pengguna
Tinder dewasa muda yang terdiri dari
dua perempuan dan dua laki-laki.
Sedangkan objek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah mkna hubungan
antar pribadi dari penggunaan media
Tinder
yang
meliputi
proses
berkomunikasi
melalui
media.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
5
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
Pemilihan informan berdasarkan kriteria
individu yang dekat dengan subjek dan
paham akan permasalahan yang diteliti.
PEMBAHASAN
Analisis pengguna Tinder memaknai
pesan komunikasi dalam Tinder.
Melakukan komunikasi secara efektif itu
memang tidaklah mudah. Bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan
bahwa tidak mungkin seseorang
melalukan komunikasi yang sebenarbenarnya efektif. Seperti halnya yang
terjadi dalam fenomena ini bahwa isi
pesan dalam sebuah komunikasi
sangatlah penting dalam membentuk
suatu hubungan yang baik melalui
media Tinder.
Menurut hanafi, ada tiga faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pesan,
yaitu kode pesan, isi pesan, dan wujud
pesan. Peneliti kaji pertama adalah
wujud
pesan,
dimana
dalam
berkomunikasi , seorang pengguna
Tinder harus bisa membuat membuat
pesan yang jelas dan bisa membuat
hubungan berkepanjangan dengan cara
menyusun tema agar lawan terus tertarik
untuk berhubungan. Seperti yang
diungkapkan Rima Noviyanti (A2)
dalam wawancara, ia mengaku bahwa
terkadang ia harus menyusun tema
untuk dibahas agar komunikasi dengan
lawannya terus berkelanjutan. Hal ini ia
lakukan agar lawannya di Tinder
tertarikpadanya.
Berdasarkan hasil wawancara di atas,
peneliti dapat mengkaji bahwa walaupun
belum saling mengenal isi pesan tetap
harus menarik perhatian pengguna lain
agar bisa tercipta suatu komunikasi yang
berkelanjutan. Seperti memikirkan atau
merencanakan tema juga bisa membuat
percakapan menjadi lebih berkembang
dan mengasyikan untuk keduanya.
Menurut peneliti sendiri merencakan
suatu tema pembahasan pada media
komunikasi Tinder seperti bisa menjadi
suatu hal yang patut dipikirkan.
Bagaimana seseorang ingin mengenal
lebih jauh lawannya jika komunikasi
yang terjalin atau tema pembahasan
membuat salah satunya merasa bosan.
Merencakan tema akan membuat
komunikasi yang terjalin semakin intim.
Dengan menyusun tema sendiri pun kita
menjadi tahu apa yang disukai dan tidak
disukai lawan chat kita.
Yang kedua adalah isi pesan, dimana isi
pesan adalah bahan untuk atau materi
yang dipilih yang ditentukan oleh
komunikator untuk mengkomunikasikan
maksudnya.
A1 merasa bawha
pembahasan mengenai pekerjaan dan
kegiatan
sehar-hari
adalah awal
perkenalan melalui media Tinder. Tema
mengenai pekerjaan atau kegiatan
sehari-hari memang suatu pembahasan
awal dalam chat di media Tinder. Tentu
kita juga tidak akan langsung
menanyakan suatu informasi yang lebih
sebab hal itu akan membuat lawan chat
menjadi tidak nyaman. Selain mengenai
pekerjaan dan kehidupan sehari-hari,
tema pembahasan tentang hobi juga
menjadi hal yang sering dibahas di
media Tinder. Hobi akan membuat suatu
pembahasan menjadi lebih menarik
apalagi jika keduanya mempunyai hobi
yang sama. Pada hal ini, A5 lebih
memilih membahas hobi dan A5 sendiri
sering mendapatkan lawan chat yang
memiliki ketertarikan yang sama. Media
Tinder memang membuat penggunanya
bisa memilih dengan siapa akan berbagi
informasi, info pada profil di media
Tinder akan memudahkan penggunanya
menemukan apa yang dicarinya.
Yang ketiga dari pengguna Tinder
memaknai pesan komunikasi adalah
kode pesan, atau sederetan simbol
seperti kata atau huruf yang mempunyai
arti. Kode pesan yang peneliti maskud
disini adalah penggunaan emoticon
dalam pesan di media Tinder juga cukup
diperhitungkan. Dengan menggunakan
emoticon, lawan chat kita di Tinder
tidak akan menganggap kita terlalu
formal dan susah didekati. Bisa kita lihat
sendiri bahwa penggunaan emoticon
menjadi
suatu
keharusan
dalam
melakukan chat dalam media Tinder.
Emoticon
membuat
penggunanya
terlihat ramah dan mudah didekati, hal
ini tentu saja berdampak pada hubungan
yang akan terjalin, terutama karena kita
tidak bisa melihat lawan chat di Tinder,
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
6
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
emoticon bisa membuat kalimat menjadi
lebih bernada, menjadi lebih seru.
Tahap Perkenalan, dimana pada tahap
perkenalan, hubungan antarpribadi
dikategorikan sebagai kenalan karena
jenis hubungan antarpribadi seperti itu
sangat
terbatas
pada
pertukaran
informasi. Dua pribadi tidak terlibat
dalam cerita-ceritayang bersifat pribadi
apalagi menukar informasi pribadi.
Tahap pengiriman pesan pengguna
Tinder pada lawannya adalah salah satu
tahap perkenalan, dimana komunikator
merencanakan suatu tema untuk dibahas
dengan komunikan yang dimaksud.
Memberikan suatu informasi yang
bukan sifatnya pribadi seperti pekerjaan,
hobi dan kegiatan sehari-hari ini bisa
dikatakan sebuah tahap perkenalan.
Selain itu penggunaan emoticon juga
menjadi tahap perkenalan dimana
membuat sebuah komunikasi menjadi
lebih dirasa santai dan tidak formal.
Tentu kita tidak mau membuat lawan
kita berpikir kita tidak ramah, dan
penggunaan emoticon bisa membuat
tahap perkenalan ini menjadi lebih baik.
Hal ini pun dipertegas pada tahap teori
penetrasi sosial (Morrisan), yaitu Tahap
orientasi, dimana komunikasi yang
terjadi bersifat tidak pribadi. Para
individu
yang
terlibat
hanya
menyanpaikan informasi yang bersifat
sangat umum saja.
Analisis pengguna Tinder memaknai
keterbukaan melalui media Tinder.
Pada tahap ini peneliti akan mengkaji
tentang keterbukaan memalui media
Tinder. Disini peneliti akan lebih
menguraikan bagaimana pengguna
Tinder menjalin keterbukaan dengan
lawannya
di
aplikasi
Tinder.
Keterbukaan yaitu kemauan untuk
menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dialam suatu
hubungan yang terjalin. Keterbukaan
sangat
berpengaruh
dalam
menumbuhkan
komunikasi
Antar
pribadi yang efektif. Dengan saling
keterbukaan, upaya-upaya menjalin
hubungan akan menjadi semakin erat
dan proses komunkasi pun akan berjalan
lancar. Menjalani hubungan via
teknologi seperti Tinder, pengguna
tentunya diharapkan memiliki sikap
terbuka. Keterbukaan sendor. diawali
dengan memulai komunikasi, sebab jika
tidak ada yang memulai maka
komunikasi tetntunya tidak akan
berjalan.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
pengguna laki-laki lebih memiliki
keterbukaan daripada pengguna wanita.
Dimana mereka selalu mengawali
percakapan
pada
media
Tinder.
Pengguna Laki-laki memang selalu
mengawali percakapan. Hal ini bisa
ditandai dengan sikap keterbukaan
pengguna Laki-laki, sementara para
pengguna perempuan lebih cenderung
menunggu pengguna laki-laki untuk
memulai lebih dulu. Walaupun begitu
belum tentu pengguna Laki-laki lebih
terbuka mengenai informasi pribadi.
Pada tahap keterbukaan ini peneliti akan
mengaitkan dengan teori penetrasi
sosial, dimana teori ini merupakan ide
bahwa hubungan menjadi lebih akrab
seiring
waktu
ketika
partner
memberitahukan
semakin
banyak
informasi mengenai mereka sendiri.
Selanjutnya,
social
penetration
merupakan
proses
peningkatan
disclosure dam keakraban dalam
hubungan. Pada tahap ini pengguna
Tinder
laki-laki
memulai
keterbukaannya untuk memulai sebuah
percakapan, kemudian pengguna Lakilaki menempatkan diri mereka untuk
menjadi seorang pendengar yang baik
dimana dalam tahap ini hal itu penting
agar membuat hubungan yang terjalin
semakin
lebih akrab,
sementara
pengguna perempuan sendiri mulai
bercerita dan memberikan informasi
yang mulai dianggap sebagai informasi
pribadi.
Dalam proses komunikasi tidak terlepas
dari hambatan-hambatan komunikasi
yang sering mengakibatkan komunikasi
tidak berhasil, walaupun melalui media.
Hambatan yang melibatkan sinyal pada
media adalah suatu hal yang wajar,
namun dalam hal ini peneliti lebih
menemukan hambatan pada lawan
chatnya sendiri. Ada empat hal yang
menjadi
hambatan
pada
saat
berkomunikasi melalui media Tinder.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
7
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
Yang pertama adalah hambatan waktu.
Waktu menjadi faltor penting dalam
komunikasi melalui media Tinder.
Hambatan waktu akan menghambat
komunikasi yang terjalin, tentunya ini
akan membuat komunikasi tidak efektif.
Selain itu A4 mengungkapkan bahwa
faktor penting pada percakapan itu
adalah wawasan komunikator dan
komunikannya haruslah luas. Memang
benar komunikasi dapat berjalan dengan
baik jika komunikan dapat menerima
pesan yang jelas sehingga menimbulkan
feedback yang langsung, dalam hal ini
jika komunikan atau komunikator
memiliki
keterbatasan
wawasan,
komunikasi akan tidak bisa berjalan
lama. Tentu ini bisa berdampak pada
lawan chatting yang jadi tidak berniat
untuk berkomunikasi lagi. Sementara
A5 mengungkapkan bahwa lawan chat
yang terlalu jaim juga menyebabkan
komunikasi akan menjadi tidak efektif.
Dalam media Tinder, kita memang bisa
memilih dengan siapa akan terbuka, tapi
tentunya hal ini bisa menjadi
penghambat pengguna lain untuk
mengenal lawan chattingnya. Tetapi
kembali lagi media sosial Tinder pun
tidak melarang dengan siapa kita akan
terbuka.
Analisis pengguna Tinder memaknai
Kepercayaan melalui media Tinder
Tinder adalah aplikasi media sosial
dimana kita bisa berhubungan dengan
orang-orang yang berada di dunia maya.
Itu artinya ketika kita berhubungan
dengan orang baru kita harus memiliki
sikap percaya kalau tidak komunikasi
tidak akan berjalan dengan efektif.
Dalam hal ini peneliti akan lebih
mengkaji tentang bagaimana pengguna
Tinder memaknai kepercayaan yang
terjadi di media Tinder.
Kepercayaan adalah sebuah proses
dalam menjalani hubungan yang baik.
Kepercayaan ditandai dengan sikap
jujur, empati dan menerima. Yang
pertama adalah sikap jujur. Sikap jujur
adalah
mengakui,
berkata
atau
memberikan sebuah informasi yang
sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam
hal ini media sosial adalah aplikasi yang
bisa digunakan semua orang, artinya
identitas bisa saja dirahasiakan. Jika
dalam tahap keterbukaan seorang
pengguna menceritakan informasi pada
pengguna lain, dalam tahap kepercayaan
akan dipertanyaan apakah informasi
yang di ceritakan adalah benar atau
bohong. Teori penetrasi sosial tidak lagi
sekedar menggambarkan perkembangan
linera, dari informasi umum kepada
informasi pribadi. Sikap seseorang
untuk terbuka dan tertutup merupakan
suatu siklus dan siklus keterbukaan dan
ketertutupan suatu pasangan memiliki
pola perubahan reguler, atau perubahan
yang dapat diperkirakan.
Yang kedua adalah rasa empati. Empati
adalah
kemampuan
kita
untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau
kondiri yang dihadapi. Dalam hal ini,
dengan mengerti suasana lawan
chatting, maka komunikasi bisa berjalan
dengan efektif. Seorang pengguna
Tinder yang memiliki sikap ini tentu
saja akan membuat lawannya merasa
nyaman saat berkomunikasi meskipun
hanya melalui media chatting.
Meskipun hanya menggunakan media
Tinder, pengguna akan memiliki rasa
empati pada pengguna lainnya seperti
memberikan saran. Rasa empati akan
memampukan kita untuk menyampaikan
pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan
penerima
pesan
menerimanya. Tentunya ini bisa
membuat komunikasi semakin baik.
Poin terakhir pada bagaimana pengguna
Tinder memaknai kepercayaan adalah
sikap menerima. Sikap menerima adalah
kemampuan berhubungan dengan orang
lain tanpa menilai dan tanpa berusaha
mengendalikan. Dalam sikap menerima
pengguna Tinder disini adalah mereka
tidak bisa mengendalikan pengguna lain,
sebab mereka hanya berkomunikasi
melalui media.
Bisa kita lihat A2 tidak bisa
mengendalikan lawannya dengan cara
langsung membalas pesan yang dikirim
oleh A2. Media sosial adalah jaringan
internet yang artinya akan ada selalu
jarak disana. A2 menerima kenyataan
bahwa ia tidak bisa mengendalikan
sehingga ia hanya akan bersikap
menerima jika pesannya lama dibalas.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
8
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
Respon yang lama bisa menyebabkan
komunikasi menjadi terhenti, sebab
dalam suatu hubungan, kita biasanya
menginginkan respon yang langsung dan
jelas.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat
pengguna Tinder mulai pada tahap yang
ketiga, yaitu tahap keakraban dan
keintiman. Tahap ini dimana pengguna
bisa merasakan bahwa hubuungan
semakin dalam, hal ini ditandai dengan
rasa empati yang terjadi pada kedua
penggunanya.
Seperti
bertanya
mengenai suasana hati dan memberikan
saran pada komunikan. Hal seperti ini
tentu membuat salah satunya merasa
diperhatikan dan tentu menimbulkan
suatu tahap yang mulai intim.
Suatu keterlambatan respon akan
membuat komunikasi berjalan tidak baik
dalam tahap ini, sebab dalam tahap ini,
keintiman sudah dimulai. Tidak
mungkin seseorang akan merasakan
sebuah keintiman dengan orang lain jika
intensitas interaksinya tidak sering.
Seperti pada data wawancara, para
pengguna Tinder yang sudah berada
pada tahap ini akan merasakan sebuah
perasaan yang tidak menentu pada
lawan chatnya jika ada keterlambatan
respon pada chat. Hal ini menimbulkan
suatu pikiran bahwa lawan mereka tidak
tertarik lagi pada mereka padahal bisa
saja keterlambatan respon terjadi karena
faktor lain, seperti tidak ada signal atau
lain-lain yang bukan merupakan faktor
kesengajaan.
Analisis pengguna Tinder memaknai
perbedaan hubungan antara dunia maya
dan dunia nyata dapat dianalisa
menggunakan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi
antarpribadi
adalah
komunikasi yang terjadi di antara dua
orang yang mempunyai hubungan yang
jelas di antara mereka. Devito (1976).
Komunikasi antarpribadi merupakan
pengiriman pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain dengan efek dan
feedback yang langsung. Namun dalam
perkembangan teknologi, komunikasi
bisa lakukan dengan media. Tinder
adalah salah satu media yang dimaksud
oleh peneliti. Komunikasi yang baik
seharusnya memang dilakukan secara
face to face, tetapi media membuat
komunikasi bisa dilakukan dengan
media.
Pada tahap terakhir makna hubungan
antar pribadi melalui media Tinder
adalah
mengetahui
bagaimana
perbedaan hubungan antara dunia maya
dan dunia nyata. Disini peneliti akan
mengkaji
lebih lanjut mengenai
perbedaan komunikasi antara dunia
maya dan dunia nyata. Pengguna Tinder
yang menggunakan Tinder sebagai alat
menjalin hubungan tentunya akan
berada dalam tahap ingin mengenal
lebih jauh mengenai lawan Tindernya,
dan hal ini di lakukan dengan cara
bertemu secara langsung pada waktu
yang ditentukan oleh keduanya sehingga
mereka bisa melanjutkan hubungan
ketahap selanjutnya.
Dari hasil data lapangan para pengguna
Tinder yang bertemu secara langsung
tidak akan langsung akrab, ada proses
dimana keduanya saling terdiam
sebelum akhirnya dapat menjalin
komunikasi yang baik. A1 mengakui
rasa nyaman saat bertemu dengan
langsung akan terjalin jika keduanya
bisa saling berkomunikasi dengan baik,
jika keduanya tidak bisa saling
menyesuaikan diri, ini akan berdampak
pada
tingkat
kenyamanan
yang
menyebabkan komunikasi akan terjalin
dengan buruk. Selain itu suasana
komunikasi di media dan ketika bertemu
langsung juga akan terasa berbeda.
Komunikasi via teknologi tidak akan
seefektif dengan komunikasi secara
langsung atau face to face. Dalam media
tinder, walaupun kita sudah merasa
sangat mengenal lawan kita, hasilnya
akan berbeda jika kita bertemu secara
langsung. Ketika bertemu secara
langsung informasi akan bertambah
banyak sebab kita bisa memperhatikan
hal-hal yang tidak bisa diperhatikan saat
komunikasi dengan media, seperti
ekspresi, emosi dan lain-lain. Dengan
bertemu secara langsung kita juga bisa
saling mengenal lawan kita.
Komunikasi
menggunakan
media
memang sudah menjadi suatu budaya
saat ini, namun tetap saja komunikasi
secara langsung bisa membuat hubungan
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
9
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
menjadi lebih erat. Dalam komunikasi
langsung pun kita tidak akan tertipu oleh
rupa dari lawan, sebab kita berhadapan
langsung dengan lawan. Sementara
dalam hubungan melalui media seperti
Tinder, kita hanya dapat melihat foto
tanpa tahu kebenarannya.
Informasi yang ditaruh di media seperti
Tinder keakuratannya tidak akan sebaik
informasi secara langsung dengan tatap
muka. Pada media Tinder kita bisa
menaruh
informasi
apapun
dan
menggunakan foto siapapun atau
menggunakan foto yang diedit dengan
sedemikian rupa agar lawan di Tinder
tertarik, tapi hal ini bisa menyebabkan
komunikasi yang semula baik menjadi
buruh. Seperti yang dijelaskan pada
tahap kejujuran dan keterbukaan,
dimana untuk menjalin hubungan yang
baik dengan menggunakan media adalah
informasi harus asli agar komunikasi
bisa terjalin secara berkelanjutan.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian kualitatif yang
dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan
pembahasan-pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa;
1. Pengguna Tinder memaknai pesan
komunikasi pada media Tinder
dengan cara memikirkan tema agar
lawan tertarik untuk berkomunikasi.
Selain itu wawasan yang kurang
terhadap akan membuat komunikasi
tidak lancar , sebab jika wawasan
mengenai pembahasan yang terbatas
membuat salah satunya merasa tidak
nyaman
yang
mengakibatkan
membuat terhentinya suatu proses
komunikasi. Dalam komunikasi
melalui media Tinder, penggunaan
emoticon akan membuat percakapan
terlihat lebih santai dan ramah
karena emoticon dianggap sebuah
nada dalam percakapan melalui
chatting.
2. Pengguna
Tinder
memaknai
keterbukaan pada media Tinder
dengan cara yang selalu diawali oleh
para pengguna Laki-laki. Laki-laki
selalu
mengawali
percakapan,
sementara
para
pengguna
perempuan lebih gengsi untuk
mengawalinya. Namun pengguna
perempuan akan lebih terbuka
setelah pengguna laki-laki memulai.
Walaupun begitu, tetap saja
pengguna bisa memilih untuk dapat
lebih terbuka dengan siapa.
3. Pengguna
Tinder
memaknai
Kepercayaan dpada media Tinder
dengan berbagai hal, mempunyai
rasa empati pada lawannya dengan
cara bertanya pada apa yang
dirasakan saat itu. Selain itu respon
yang terlambat pada media chat
akan membuat lawan merasa kesal,
sebab komunikasi dinilai tidak akan
lancar.
4. Pengguna
Tinder
memaknai
perbedaan komunikasi dunia maya
dan dunia nyata yaitu pengguna
Tinder merasa bahwa pembahasan
lebih banyak ketika bertemu secara
langsung, sementara dalam dunia
maya pembahasan lebih sedikit
sebab identitas yang masih belum
lengkap. Penggunaan foto pada
Tinder juga bisa sangat menipu
itulah mengapa hal itu bisa membuat
komunikasi langsung berantakan.
Namun
komunikasi
akan
berkelanjutan setelah keduanya
saling bertemu dan tergantung pada
sikapnya masing-masing.
REFERENSI
Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi
Antarpribadi dan Medianya.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Moleong, LJ. (2004). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Morrisan, (2013). Teori Komunikasi.
Kencana : Jakarta.
Mulyana,
Deddy.
(2007).
Ilmu
Komunikasi : Suatu Pengantar.
PT Remaja Rosdakarya :
Bandung
Mulyana, Deddy. Solatun. (2007).
Metode Penelitian Komunikasi.
PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
10
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016
BIODATA PENULIS
Karlina Nadya, S.I.Kom. Bercita-cita
menjadi seorang sutradara sekaligus
penulis terkenal. Kini masih bergelut
dengan
kesehariannya
menjadi
mahasiswi Jurusan Televisi dan Film
sejak tahun 2012 di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas BSI Bandung.
Perempuan yang lebih akrab dipanggil
Iin ini lahir di Bandung, 28 April
1994. Di usianya yang masih muda, Iin
bermimpi suatu hari nanti bisa tinggal di
kota New York Amerika. Jurnal ini
merupakan tulisan ilmiah pertama yang
di tulis oleh Karlina dibantu oleh Dasrun
Hidayat dan Maya Retnasari.
Dasrun Hidayat, S.Sos., M.I.Kom.
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas BSI Bandung sejak tahun
2013. Sedang dalam proses disertasi S3
di Universitas Padjajaran. Serius di
bidang Ilmu Komunikasi Dasrun
Hidayat juga telah menyelesaikan
Magister Ilmu Komunikasi di kampus
yang sama pada tahun 2010. Lahir di
Sukabanjar, 16 November 1978. Hidayat
telah menulis 3 buku ilmiah dengan
judul Komunikasi Antar Pribadi dan
Medianya, Be A Good Communicator
dan Media Public Relations. Pernah
berkesempatan mengikuti beberapa
seminar seperti; Simposium Nasional
Komunikasi Kesehatan 2015 Seminar
Nasional Public Relations 2015 dan
Seminar Nasional Inovasi dan Tren
(SNIT) Tahun 2014.
Maya Retnasari, M.I.Kom Alumi
Magister Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran
tahun
2012.
Lahir
Purwakarta,
7
Maret
1986.
Menyelesaikan pendidikan Strata 1
Jurusan Jurnalistik di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran
tahun 2009. Pernah berkesempatan
mengikuti Peran Civitas Akademica
Dalam Mendukung Pertahanan Negara
di Laut di tahun 2010 juga Ruang Film
Bandung (Konfrensi Film Bandung
2013). Saat ini aktif mengajar di
Universitas BSI Bandung.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
11
Download