65 Antisipasi Kerusakan Pantai dengan Laboratorium Teknik

advertisement
Antisipasi Kerusakan Pantai dengan Laboratorium Teknik
Pada kesempatan tersebut, Kepala Pusat Litbang
Sumber Daya Air (Pusair), Bambang Hargono
menjelaskan bahwa seiring dengan semakin kompleknya
permasalahan pantai dan untuk meningkatkan kapasitas
Balai Pantai dalam menghadapi tantangan permasalahan
pengamanan pantai, kebutuhan akan laboratorium yang
mampu mensimulasikan gelombang semirip mungkin
dengan kondisi lapangan menjadi semakin mendesak.
Puslitbang Kementerian PU juga akan menjalin kerja
sama dengan negara lain dalam hal penelitian teknik
pantai.
Komplek perkantoran Balai Pantai terletak pada atas
lahan seluas 2,9 ha di Desa Musi, Kec. Gerokgak, Kab.
Buleleng, Provinsi Bali. Laboratorium sekaligus kantor ini
dilengkapi dengan berbagai fasilitas uji model fisik, seperti
saluran kaca, kolam gelombang, kolam model Tsunami.
Saluran kaca yang telah terpasang akan digunakan untuk
menguji stabilitas struktur pantai sebelum dibangun di
lapangan.
Keberadaan kolam gelombang dengan mesin
pembangkit gelombang irregular yang dilengkapi
dengan fasilitas pemodelan pasang surut dan arus,
diharapkan mampu memodelkan kondisi pantai,
muara dan pelabuhan semirip mungkin dengan kondisi
lapangan. Sedangkan kolam Tsunami diperuntukkan
untuk pemodelan Tsunami, dan pengujian stabilitas
struktur dalam skala yang lebih besar. Semua uji model
fisik dilengkapi dengan intrumentasi yang lengkap
dan canggih, yang memungkinkan pengambilan data
dilakukan secara akurat dengan ketelitian yang sangat
tinggi.
Di samping fasilitas uji model fisik, Laboratorium
Teknik Pantai ke depannya juga akan dilengkapi dengan
lab material, lab sedimen dan lab kimia dan fasilitas
ruang workshop. Dengan berbagai fasilitas
yang dimiliki tersebut, nantinya diharapkan
balai pantai akan menjadi centre of excellent for
coastal engineering di Indonesia. Laboratorium
yang dimulai dari tahun 2011 ini dibangun
dengan konsep green building technology
sekaligus akan menjadi kantor Balai Pantai yang
baru.
tegas Bambang Hargono di sela-sela peresmian
Laboratorium Teknik Pantai.
Di sisi lain, energi gelombang di belakang PEGAR
banyak berkurang sehingga perairan di area sekitar
relatif aman untuk masyarakat yang gemar berenang di
pantai. Selain itu, dampak yang ditimbulkan PEGAR lebih
kecil dibanding dengan teknologi pemecah gelombang
konvensional. Adapun bangunan pelindung pantai
(revetment) yang telah diterapkan sebelumnya antara lain
blok beton I, blok beton 3B dan modifikasi blok beton 3B
yang diciptakan 2011.
Laboratorium teknik pantai terbukti telah mendukung
konservasi Pulau Nipah di perbatasan Singapura yang
terancam hilang. Proyek pengaman Pantai Rembang,
skenario sea wall pada penelitian dam lepas Pantai
Semarang merupakan beberapa contoh yang juga
didukung laboratorium ini.
“Skenario pulau buatan dan rencana tol Tanjung Benoa
juga tak luput dari dukungan laboratorium kita,” tutur
Bambang. Pada kesempatan itu, ia pun menjelaskan
bahwa seiring dengan meningkatnya kerusakan pantai
di Tanah Air, maka Kementerian PU terus berupaya
mengantisipasinya agar kerusakan dapat diminimalisasi.
Data Puslitbang Air mencatat saat ini sepanjang
97 km pantai mengalami erosi. Sedangkan yang baru
ditangani baru sekitar 35 km. Berbagai penelitian dan
pengembangan pantai telah dilakukan oleh Balai Pantai.
Bambang juga menuturkan, melalui pelaksanaan uji
model fisik dua dan tiga dimensi dengan pembangkit
gelombang regular telah dilakukan untuk memodelkan
struktur pelindung pantai sebelum dipasang di lapangan.
Teknologi pemecah gelombang ambang rendah juga
tengah dikembangkan Pusair. n
PEGAR
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air (Pusair), Kementerian PU saat ini
tengah mengembangkan teknologi Pemecah
Gelombang Ambang Rendah (PEGAR).
Keunggulan teknologi ini dinilai lebih
ramah lingkungan karena tidak mengganggu
pemandangan ke arah laut.
“Kesan alami karena gelombang laut tidak
dimatikan melainkan diatur, sehingga respons
pantai relatif seragam pada arah memanjang,”
n PENGAMAN PANTAI DI BENGKULU
KIPRAH Volume 52 th XII | September-Oktober 2012
65
Download