Buku Bapeda 5.indd - Bappeda Provinsi Jawa Timur

advertisement
KABUPATEN
BONDOWOSO
I. KONDISI UMUM DAERAH
A. Luas dan Batas Wilayah
Pemerintah
Kabupaten
Bondowoso
berkedudukan di jalan Letnan Amir Kusman
Nomor 2 Kelurahan Dabasah Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso. Luas wilayah
Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km²
atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa
Timur, yang terbagi menjadi 23 Kecamatan, 209
Desa, 10 Kelurahan dan 1.133 Dusun.
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Tabel I.1
Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Bondowoso
No.
Kecamatan
Jumlah
Desa
Kelurahan
Dusun
1.
Maesan
12
0
62
2.
Grujugan
11
0
41
3.
Tamanan
9
0
43
4.
Jambesari Darusholah
9
0
39
5.
Pujer
11
0
65
6.
Tlogosari
10
0
53
7.
Sukosari
4
0
17
8.
Sumber Wringin
6
0
56
9.
Tapen
9
0
48
10.
Wonosari
12
0
69
11.
Tenggarang
11
1
48
12.
Bondowoso
11
7
19
13.
Curahdami
11
1
102
14.
Binakal
8
0
33
15.
Pakem
8
0
37
16.
Wringin
13
0
76
17.
Tegalampel
7
1
43
18.
Taman Krocok
7
0
40
19.
Klabang
11
0
47
20.
Botolinggo
8
0
45
21.
Sempol
6
0
32
22.
Prajekan
7
0
37
23.
Cermee
15
0
81
209
10
1.133
Jumlah
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012
Wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten
Bondowoso yaitu :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
o dan Banyuwangi,
• Sebelah selatan dengan Kabupaten Jember
• Sebelah barat dengan K abupaten Situbondo
dan Probolinggo.
Kabupaten Bondowoso tidak berbatasan
langsung dengan laut atau pantai, karena
wilayah Kabupaten Bondowoso tidak memiliki
laut.
B. Letak dan Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Bondowoso
berada di wilayah bagian Timur Provinsi Jawa
Timur dengan jarak kurang lebih 200 km dari
02
Ibu Kota Provinsi (Surabaya). Koordinat wilayah terletak
antara 113°48’10” - 113°48’26” Bujur Timur dan antara
7°50’10” - 7°56’41” Lintang Selatan.
Kabupaten Bondowoso meskipun berada di tengahtengah eks Karesidenan Besuki juga tidak terletak pada
jalur yang menguntungkan karena tidak dilewati jalan
negara yang menghubungkan antar provinsi. Wilayah
Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Provinsi
Jawa Timur bagian Utara (Banyuwangi - Situbondo Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur utama
Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang - Probolinggo - Pasuruan -Surabaya).
Kedua jalur tersebut memiliki daya dukung sumberdaya
potensial bagi pengembangan ekonomi dan perdagangan. Dengan demikian, Kabupaten Bondowoso merupakan daerah tujuan yang hanya dilalui jalur Provinsi
Bondowoso - Situbondo dan Bondowoso - Jember dan
sebaliknya.
Untuk mencapai Bondowoso dapat ditempuh melalui
tiga pintu gerbang utama, yaitu Kecamatan Prajekan (dari
Kabupaten Situbondo sebelah utara/timur), Kecamatan
Maesan (dari Kabupaten Jember sebelah selatan) dan
Kecamatan Wringin (dari Kabupaten Situbondo sebelah
barat). Disamping itu juga dapat ditempuh lewat jalur alternatif Kecamatan Sempol (dari Kabupaten Banyuwangi) dan Kecamatan Tamanan (dari Kabupaten Jember).
C. Topografi
Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bondowoso
merupakan daratan yang bervariasi dengan 44,4%
wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan,
30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten
Bondowoso rata – rata berada pada posisi 253 meter dpl
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur „
(diatas permukaan laut) dengan puncak
tertinggi 3.287 meter dpl (kecamatan
sempol dan Sukosari) dan terendah 73
meter dpl (Kecamatan Cermee dan Prajekan)
lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan
ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). Namun
demikian, kondisi geologi wilayah Bondowoso secara khusus
masih sangat jarang diteliti sehingga informasi yang lebih akurat
perlu dikaji lebih mendalam.
Tabel I.2
Tabel I.4
Jenis Tanah Kabupaten Bondowoso
Keadaan Topografi
Kabupaten Bondowoso
No.
Klasifikasi
Lereng
Luas
Km2
%
No.
Jenis Tanah
Luas
Km2
%
1.
Litosol
49,00
3,14%
1.
Datar (0 – 2%)
190,83
12,23
2.
Regosol
782,87
50,18%
2.
Landai (2 – 15%)
568,17
36,42
3.
Andosol
328,59
21,06%
3.
Agak Curam (15 - 40%)
304,70
19,53
4.
Gromosol
5,10
0,33%
4.
Sangat Curam (>40%)
496,40
31,82
5.
Mediteran
112,30
7,20%
1.560,10
100,00
6.
Latosol
282,24
18,09%
Jumlah
1.560,10
100,00
Jumlah
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam
Angka 2012
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
Tabel I.3
Ketinggian Tempat
Kabupaten Bondowoso
No.
Ketinggian
E. Hidrologi
Luas
Km2
%
1.
0 – 100 meter
50,94
3,27
2.
100 – 500 meter
766,23
49,11
3.
500 – 1.000 meter
308,10
19,75
4.
> 1.000 meter
434,83
27,87
1.560,10
100,00
Jumlah
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam
Angka 2012
D. Geologi
Berdasarkan tinjauan geologis, Kabupaten Bondowoso termasuk dalam
rangkaian zona fisiografis gunung api
kuarter yang dikelompokkan dalam satu
grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen,
1949), dengan dominasi endapan hasil
aktifitas gunung api kwarter muda dan
sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan
vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6%
dan hasil gunung api kwarter muda
62,8%, yang banyak mengandung leusit,
tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen
1,5% dengan komposisi ukuran dominan
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
Air tanah saat ini masih menjadi sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Bondowoso.
Wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan Ijen yang terletak
dibagian timur dan pegunungan Argopuro disebelah barat mengakibatkan kabupaten Bondowoso menjadi daerah cekungan,
resapan dan tangkapan air sehingga ketersediaan sumber mata
air cukup melimpah.
Kondisi topografi, kekerasan batuan, struktur geologi, sejarah geologi dan geomorfologi suatu wilayah merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap pola aliran sungai yang
berkembang pada suatu wilayah. Berdasarkan kondisi topografi
diatas, wilayah Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan yang
relatif besar memungkinkan berkembangnya pola aliran sungai
dendritik stadia muda, trelis dan sebagian kecil sub radial. Terdapat beberapa sungai atau sekitar 35 sungai yang mengaliri
kabupaten Bonowoso. Sungai Sampean merupakan sungai
utama yang melalui wilayah Kabupaten Bondowoso terletak
memanjang hingga ± 61 km ke arah laut pantai utara melewati
kabupaten Situbondo, selain itu juga terdapat sungai Deluang
(30 km), sungai Bedadung (70 km) dan sungai Mrawan (32 km).
Hampir seluruh wilayah perairan berada dalam koordinasi DAS
Sampean. Terdapat 119 mata air biasa dan 3 sumber air panas
yang tersebar di seluruh wilayah, yang sebagian besar sumber
tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti air
bersih, irigasi, perikanan dan pariwisata.
F. Klimatologi
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk
berkisar 20,40C – 25,90C dengan suhu rata-rata 25,70C, karena
berada diantara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya
Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur
03
serta kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung
Biser dan Gunung Bendusa.
Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar
6.475 mm/tahun dengan lama hujan 9 hari per bulan, dimana
curah hujan minimum sebesar 1.622 mm terjadi pada bulan Juni
dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar
13.102 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei. Akan tetapi bulan April, September dan Oktober merupakan bulan peralihan musim, sehingga walaupun terjadi hujan
tetapi relatif kecil.
H. Penggunaan Lahan
Pola penggunaan tanah untuk sawah beririgasi seluas 323,56
km2 atau 20,74% luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77
km2 (27,74%), sehingga luas areal potensial yang sudah digunakan untuk kegiatan produktif dalam pengembangan pertanian
seluas 756,33 km2 atau 48,48% dari luas wilayah Kabupaten
Bondowoso, sementara seluas 558,05 km2 atau 35,77% merupakan kawasan hutan (hutan sejenis, semak belukar dan rimba).
Rincian pola penggunaan lahan di Kabupaten Bondowoso tersaji
dalam Tabel 5.
Tabel I.5
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah (km2) Tahun 2011
No
Jenis Penggunaan
Luas (km2)
%
1
Hutan
558,05
35,77
2
Lahan Kering (Tegal)
432,77
27,74
3
Sawah
323,56
20,74
4
Perkebunan
88,61
5,68
5
Permukiman
73,17
4,69
6
Tanah Tandus
33,23
2,13
7
Padang Rumput
31,83
2,04
8
Lain-Lain (lahan untuk industri, kebun campur,
danau kolam, pertambangan, sungai dan jalan)
18,88
1,21
1,560,10
100,00
Jumlah
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012
Gambar I.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Km2)
II. POTENSI
PENGEMBANGAN
WILAYAH
Pengelolaan kawasan wilayah Kabupaten Bondowoso secara terpadu sangatlah penting sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dan
perkembangan wilayah Kabupaten Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki
beberapa kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan strategis atau
kawasan yang dalam penanganannya
perlu diprioritaskan. Kawasan tersebut
memiliki potensi ekonomi yang besar dan
diharapkan memberikan dukungan bagi
pengembangan wilayah.
Terdapat beberapa sektor yang cukup
potensial untuk dikembangkan sesuai
dengan karakteristik wilayah dan analisis
peluang ekonomi, antara lain :
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor
yang cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik wilayah
Kabupaten Bondowoso dan selaras terhadap arahan RTRW Provinsi Jawa
Timur yaitu memberi perhatian lebih pada
pengembangan sektor pertanian. Bahkan, melalui sektor pertanian ini telah
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Bondowoso. Untuk
itu hubungan antara desa dengan kota
dalam jalinan rural-urban linkage harus
terjaga dalam mendukung pengembangan sektor pertanian.
Dengan demikian, rencana pengembangan lahan pertanian diarahkan dengan
memperhatikan daya dukung lahan yang
sinergi dengan rencana pengembangan
jaringan irigasi di Kabupaten Bondowoso.
Upaya pengembangan lahan sawah untuk ketahanan pangan dan penambahan
luasan kawasan lindung dilakukan dengan mengurangi luasan lahan kering dan
mengalihfungsikan lahan kering menjadi
sawah irigasi teknis serta kawasan perkebunan atau hutan rakyat.
Pengembangan lahan pertanian dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan tingkat konsumsi penduduk ter-
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012)
04
Potensi dan
dan Produk
Produk Unggulan
Unggulan Jawa
Jawa Timur
Timur „
„
Potensi
b. Sektor Perkebunan
Kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan
melibatkan peran masyarakat secara
aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa lebih semakin optimal melalui
penanaman tanaman semusim dan tahunan. Perkebunan tanaman semusim
disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim
dan curah hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan diarahkan untuk tanaman
keras dengan perakaran kuat. Alokasi
perkebunan tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan lindung yang sekaligus
berfungsi sebagai kawasan penyangga.
c. Sektor Perikanan
Kondisi wilayah kabupaten Bondowoso yang tidak memiliki garis pantai
menjadikan pengembangan kawasan
pendukung budidaya perikanan air tawar
sebagai fokus rencana pengembangan
sektor perikanan. Pengembangan sektor perikanan diarahkan pada pengelolaan pembenihan hingga pasca panen
beserta penyediaan fasilitas penunjang.
memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya dan
memberikan jaminan terhadap kelestarian lingkungan hidup,
meliputi hutan produksi dan hutan rakyat di wilayah Kabupaten
Bondowoso. Luasnya lahan kritis serta adanya potensi ancaman
banjir dan longsor pada wilayah perbukitan yang cukup dominan di wilayah Bondowoso, mengharuskan adanya perhatian
lebih terhadap penanganan kawasan hutan. Melalui pengelolaan yang optimal pada sektor kehutanan diharapkan akan berdampak terhadap berkurangnya lahan kritis sehingga hal ini juga
mendukung pengembangan potensi yang besar di sektor pertanian. Peran serta masyarakat, baik melalui hutan rakyat maupun sistem tumpangsari pada pengelolaan hutan negara sangat
mendukung keberhasilan pengembangan sektor kehutanan supaya lebih optimal.
f. Sektor Pariwisata
Kondisi wilayah yang masih alami menjadikan Kabupaten
Bondowoso memiliki banyak potensi alam yang menarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Pengembangan
pariwisata merupakan penunjang bagi pengembangan ekonomi
wilayah di Kabupaten Bondowoso. Dengan melibatkan peran
serta swasta dan masyarakat lokal, pengembangan pariwisata
mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
taraf hidup masyarakat melalui semakin meningkatnya aktifitas
perekonomian secara lokal. Dalam pengelolaan kawasan pariwisata di kawasan lindung dan konservasi dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, mengingat sebagian besar obyek wisata yang ada berlokasi di sekitar
kawasan hutan dan merupakan bagian dari kawasan konservasi.
t
hadap kebutuhan beras, tingkat produksi
padi, serta kecukupan kebutuhan pangan dengan membandingkan tingkat
produksi dan konsumsi.
Air TerjunTancak Kembar
d. Sektor Peternakan
Hampir setiap kecamatan di Kabupaten Bondowoso memiliki komoditi ternak unggulan, sehingga pengembangan
sektor peternakan dijadikan sebagai
salah satu prioritas pembangunan sebagai strategi pendorong perekonomian
wilayah. Peternakan yang dikembangkan masyarakat baik secara perorangan maupun kolektif merupakan embrio
penentuan kawasan peternakan. Peningkatan usaha peternakan dilakukan
dengan mengembangkan teknologi budidaya ternak dan usaha pengolahan
hasil ternak.
e. Sektor Kehutanan
Pengembangan sektor kehutanan
dimaksudkan sebagai upaya untuk
„
„ Potensi
Potensi dan
dan Produk
Produk Unggulan
Unggulan Jawa
Jawa Timur
Timur
05
g. Sektor Perindustrian
Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Bondowoso
dilakukan dengan senantiasa memperhatikan arahan RTRW
Kabupaten Bondowoso, merupakan sebuah kebutuhan dalam
pengembangan wilayah. Sektor industri sangat berperan dalam
meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan penyerapan tenaga kerja. Pengembangan kawasan industri didasarkan pada aspek
ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar, infrastruktur dan perkembangan perekonomian regional.
h. Sektor Pertambangan
Salah satu sektor yang perlu dikembangkan secara optimal
untuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Bondowoso
adalah sektor pertambangan. Sumberdaya alam yang telah dikelola dan perlu lebih dioptimalkan adalah tambang pasir, batu belah,
batu poles, tras dan batu gamping. Potensi sumberdaya alam lainnya yang akan dikembangkan di masa mendatang adalah cadangan panas bumi. Dalam pengelolaan dan pengembangan potensi
pertambangan perlu memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup sehingga keberadaan eksploitasi sumberdaya alam tersebut tidak memberikan dampak negatif yang sangat
merugikan masyarakat.
I. Sektor Perdagangan dan Jasa
Pembangunan sarana pelayanan masyarakat atau fasilitas sosial (perkantoran, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa,
dsb) diarahkan dengan merujuk struktur tata ruang wilayah yang
dituju dalam RTRW Kabupaten Bondowoso melalui rekomendasi
perijinan. Pembangunan fasilitas pelayanan tersebut diprioritaskan
sesuai urutan hirarki pelayanan (ordo kota) dan tingkat kerusakan.
III. WILAYAH RAWAN BENCANA
Kondisi wilayah yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan
pegunungan menjadikan hampir di seluruh wilayah Kabupaten
Bondowoso berpotensi untuk terjadinya ancaman bencana alam
seperti tanah longsor, banjir, angin puting beliung dan letusan
gunung berapi. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana dan memini-
06
malisir besarnya kerugian yang ditimbulkan.
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai
berikut :
a. Kawasan rawan bencana
letusan gunung berapi
Meliputi kawasan di sekitar kawah
gunung berapi Ijen dan Raung serta
sepanjang alur sungai pembuangan air
kawah/lahar. Daerah tersebut terdiri dari
Kecamatan Sempol, Tlogosari, Sukosari
dan Sumberwringin.
b. Kawasan rawan banjir.
Kawasan ini terletak di sepanjang aliran Sungai Sampean yang merupakan
sungai terpanjang dan terbesar di Bondowoso. Daerah rawan banjir mencakup
33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso
sebagian disebabkan dengan masih luasnya lahan kritis sehingga cenderung
meningkatkan terjadinya erosi dan banjir
bandang.
c. Kawasan rawan bencana
longsor dan gerakan tanah
Kondisi topografi Kabupaten Bondowoso dengan kemiringan lereng melebihi 400 (31,82% dari luas wilayah keseluruhan) dengan kondisi jenis tanah atau
struktur tanah relatif labil, merupakan
kawasan berbahaya dan rawan longsor.
Tingkat kemiringan, struktur tanah dan
tingkat vegetasi berperan sebagai salah
satu penyebab terjadinya erosi/longsor
dan rendahnya jumlah cadangan air.
Kondisi ini dapat dijumpai di hampir se-
Potensi
P
Po
ote
tennssi da
ddan
dan
an Pr
P
Produk
rod
oduukk U
Unggulan
nggguula
ng
lan Ja
JJawa
aJawa
wa TTimur
wa
iim
mur
ur „„
Potensi
Produk
Unggulan
Timur
d Angin Puyuh
Puting Beliung)
Puting beliung terjadi akibat perubahan tekanan udara yang menimbulkan
terjadinya gerakan awan Cumulonimbus (Cb), terjadi sangat singkat dan tidak bisa diprediksi secara spesifik serta
dapat berpindah/bergeser seusai dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah
dalam skala luas. Karakteristik wilayah
Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi
perbukitan dan pegunungan (50,76%)
menyebabkan sering terjadinya perbedaan tekanan udara yang menyolok. Hal
ini terbukti dengan terjadinya beberapa
kejadian terjangan angin puting beliung
di beberapa wilayah seperti Kecamatan
Pakem, Wringin, Binakal, Cermee, Sukosari, Sumberwringin dan wilayah lainnya.
Kondisi
Kabupaten
Bondowoso
yang rawan bencana menjadikan sebuah upaya yang komprehensif sebagai
langkah antisipatif meminimalis dampak
bencana. Perlunya infrastruktur khusus
daerah rawan bencana, menciptakan
„
Potensi
P
otteens
nsi dda
dan
an P
Pr
Produk
roodduk
rod
duk
uk U
Unggulan
nggguullaan
ng
an Ja
JJawa
awa
wa TTimur
imuurr
im
„ Po
Potensi
dan
Produk
Unggulan
Jawa
Timur
peraturan bangunan, membatasi keleluasaan membangun, pengendalian pola pemanfaatan lahan pada daerah perbukitan dan
pegunungan, dengan menyediakan ruang untuk evakuasi perlu
dilakukan secara berkesinambungan dengan dukungan penuh
dari masyarakat.
IV. DEMOGRAFI PENDUDUK
Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso dari hasil registrasi
akhir tahun 2011 sebanyak 745.267 jiwa, terdiri dari 364.491
jiwa penduduk laki-laki dan 380.776 jiwa penduduk perempuan,
meningkat sebesar 0,61% dari penduduk tahun 2010 sebanyak 740.737 jiwa. Angka sex ratio (perbandingan jenis kelamin)
sebesar 95,72 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki, dengan angka kepadatan
penduduk mencapai 487 jiwa/km2 mengalami kenaikan bila
dibanding dengan kepadatan tahun 2010 yaitu sebesar 475 jiwa/
km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Bondowoso sebesar 73.987 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.454
jiwa/km2 sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di
kecamatan Sempol sebesar 11.377 jiwa/km2 dengan kepadatan
mencapai 113 jiwa/km2.
t
luruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso.
Kawah Ijen
07
Tabel IV.1
Komposisi Penduduk Kabupaten Bondowoso
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011
No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Jumlah
Maesan
Grujugan
Tamanan
Jambesari DS
Pujer
Tlogosari
Sukosari
Sbr. Wringin
Tapen
Wonosari
Tenggarang
Bondowoso
Curahdami
Binakal
Pakem
Wringin
Tegalampel
Taman Krocok
Klabang
Botolinggo
Sempol
Prajekan
Cermee
21.928
17.958
17.046
17.046
18.540
21.413
7.491
15.862
15.821
18.189
19.592
36.235
15.610
7.904
11.268
19.313
11.934
7.836
9.342
14.710
5.644
12.476
21.333
364.491
22.131
18.102
17.708
17.863
20.985
22.020
7.275
16.346
17.277
19.041
20.205
37.752
15.588
8.364
11.607
20.406
12.841
8.326
10.296
15.242
5.733
13.455
22.213
380.776
44.059
36.060
34.754
34.909
39.525
43.433
14.766
32.208
33.098
37.230
39.797
73.987
31.198
16.268
22.875
39.719
24.775
16.162
19.638
29.952
11.377
25.931
43.546
745.267
Rasio
Sex
99,08
99,20
96,26
95,43
88,35
97,24
102,97
97,04
91,57
95,53
96,97
95,98
100,14
94,50
97,08
94,64
92,94
94,11
90,73
96,51
98,45
92,72
96,04
95,72
Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012
Tabel IV.2
Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011
(dalam jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelompok
Umur
0–4
5–9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
8.
35 – 39
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jumlah
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
No
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
27.024
30.609
30.975
26.274
25.322
28.696
27.991
26.046
29.130
28.916
25.334
26.213
31.020
29.966
53.070
59.739
59.891
51.608
51.535
59.716
57.957
Rasio
Sex
103,75
105,08
107,12
103,71
96,60
92,51
93,41
30.673
28.632
26.376
24.063
18.793
14.490
24.573
30.468
29.624
27.051
23.864
17.840
17.403
37.901
61.141
58.256
53.427
47.927
36.633
31.893
62.474
100,67
96,65
97,50
100,83
105,34
83,26
64,83
364.491
380.776
745.267
95,72
Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012
08
Gambar IV.1. Perkembangan Jumlah
Penduduk Kabupaten Bondowoso
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam
Angka 2012)
Gambar IV.2. Perkembangan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bondowoso
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam
Angka 2012)
Penduduk usia kerja diatas usia 15 tahun
setiap tahun mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 sebanyak 574.079 orang dari
jumlah 564.640 orang pada tahun 2010. Angkatan kerja sebanyak 382.433 orang, dari
angkatan kerja tersebut sebanyak 370.454
orang yang bekerja, sedangkan pengangguran terbuka mencapai 11.979 orang (2,08%),
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel IV.3
Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 – 2011
No
Rincian
1
Tahun
2010
2011
Usia Kerja
564.640
574.079
2
Angkatan Kerja
380.152
382.433
3
Bukan Angkatan Kerja
184.488
191.646
4
Bekerja
367.471
370.454
5
Pengangguran Terbuka
12.681
11.979
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, 2011
Masalah penyediaan lapangan kerja
merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks dan sulit untuk diatasi dalam kurun waktu yang singkat. Banyak faktor yang
mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja,
diantaranya (a) kualitas sumberdaya manusia belum memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan yang tersedia
dan (b) lapangan kerja yang tersedia lebih
kecil daripada jumlah pencari kerja. PenyePotensi dan Produk Unggulan Jawa Timur „
diaan lapangan kerja merupakan tanggungjawab
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Gambar IV.4. Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Lapangan Usaha
Tabel IV.4
Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2007-2011
Kondisi
2007
2008
2009
2010
2011
1.
Pencari Kerja
10,339
2,569
7,683
3,476
2,978
2.
Penempatan Kerja
1,032
433
1,524
1,638
1,835
3.
Penghapusan
Pencari Kerja
5,242
0
0
4.
Belum Ditempatkan
4,065
2,166
6,159
1,838
1,143
5.
Permintaan
Lowongan
1,148
433
674
1,638
4,675
6.
Dipenuhi
1,032
433
674
1,638
1,835
7.
Penghapusan
Lowongan
218
0
0
0
2,295
8.
Sisa Lowongan
0
0
0
0
545
1,732
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa
angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Bondowoso tahun 2007-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Kualifikasi tingkat pendidikan pencari
kerja di Kabupaten Bondowoso secara rerata antara
tahun 2007-2011 masih didominasi oleh tamatan SD
sebesar 67% dan tamatan SMA sebesar 19,12%.
Sementara itu untuk tamatan SLTP hanya sebesar
7,85%, sedangkan tenaga kerja yang menamatkan
pendidikan tinggi (akademi dan sarjana) hanya sebesar 6,05%. Kualifikasi dan jumlah pencari kerja disajikan dalam Gambar IV.3 dan berdasarkan lapangan
usaha disajikan dalam Gambar IV.4.
Gambar IV.3 Kualifikasi Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Tingkat Pendidikan
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 20082012)
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012)
Gambar IV.4 memperlihatkan bahwa sebagian
besar angkatan kerja yang ada di Kabupaten Bondowoso terserap pada sektor angkutan dan pergudangan sebesar 34,78%, sedangkan sektor lain-lain
sebesar 18,72%, jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan sebesar 18,32%, pertanian masih menyerap tenaga kerja sebesar 10,17%, industri pengolahan sebesar 5,92%, konstruksi dan bangunan
sebesar 4,73%, perdagangan dana rumah makan
sebesar 4,06%, pertambangan dan penggalian
sebesar 3,28%; sedangkan sektor asuransi dan listrik, gas dan air minum belum secara signifikan menyerap tenaga kerja.
Pergeseran perekonomian daerah dari sektor
primer ke arah sektor sekunder dan tersier, berdampak pada pola pencaharian masyarakat yang beralih ke sektor sekunder, tetapi sebagian besar masih
bekerja di sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang bekerja di sektor pertanian (60,00%),
perdagangan (14,59%), industri (8,79%), jasa kemasyarakatan (7,71%), angkutan (4,94%), konstruksi
(3,03%), pertambangan dan penggalian (0,51%),
dan lainnya (0,43%). Secara rinci sebagaimana tabel
beikut ini :
t
No.
Tape Bondowoso
09
Tabel IV.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Kabupaten Bondowoso Tahun 2012
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Pertanian
223.385
2
Industri
32.554
3
Perdagangan
53.923
4
Jasa Kemasyarakatan
28.568
5
Angkutan
18.518
6
Konstruksi
11.138
7
Pertambangan, Penggalian
1.265
8
Lain-Lain
1.103
Jumlah
370.454
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, data diolah, 2012
V. PELUANG PENGEMBANGAN
POTENSI KOMODITAS
Dari seluruh luas wilayah yang ada di Kabupaten Bondowoso
90,08 persen digunakan untuk pertanian yaitu persawahan, tanah kering, perkebunan,kehutanan, rawa dan tambak. Sedangkan sisanya sebesar 9,92 persen digunakan untuk pemukiman,
industri, padang rumput, pertambangan, lahan yang sementara
tidak digunakan dan lainnya. Bila dirinci menurut penggunaannya, lahan terluas digunakan untuk kehutanan yaitu sebesar
35,77 persen. Kemudian urutan terluas berikutnya adalah lahan
yang digunakan untuk tegalan/tanah kering 27,66 persen dan
digunakan persawahan sebesar 20,74 persen.
A. Produksi
PERTANIAN TANAMAN PANGAN
Dari luas panen 59.575 ha, rata-rata produksi 53,84 ton/tahun
dan produksi padi yang dihasilkan 320.752 ton, jagung 191.768
ton, kentang 1.221 ton, lombok 23.906 ton. Produksi tanaman
buah-buahan terdiri dari mangga yaitu sebesar 76.875 ton, alpukat 10.820 ton, durian 9.136 ton.
PERKEBUNAN
Luas lahan perkebunan mencapai
5,87 persen atau 9.153,32 hektar yang
terdiri dari perkebunan rakyat seluas
2.676,06 hektar,perkebunan besar seluas 6.181,20 hektar dan kebun campuran seluas 296,06 hektar. Produksi
perkebunan yang dihasilkan meliputi
kelapa 1.872,02 ton, kopi arabika rakyat
20,11 ton, kopi robusta rakyat 305,05
ton, tebu 23.009 ton, tembakau kasturi
1.205 ton, tembakau rajangan 5.329 ton.
KEHUTANAN
Luas seluruh kawasan hutan adalah
59.425,54 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas 25.028,80 hektar,
hutan lindung seluas 30.935,00 hektar dan Hutan Lainnya seluas 3.461,14
hektar. Luas lahan kritis sebesar 13.998
hektar. Produksi hasil hutan yang disajikan dalam publikasi ini meliputi kayu jati
1.160,6 ton, pinus (3.610,60 ton), sonokeling (7,41 ton),mahoni (904,5 ton),
rimba lain (1.653,80 ton),kayu bakar
jati dan kayu bakar rimba. Sedangkan
produksi ikutan terdiri dari getah pinus
(1.355.006 ton) dan kopi glondong basah (337.690 ton).
t
t Tanaman kopi
10
Hasil panen pohon ketela
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur „
Tabel 4.3. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas
PETERNAKAN
Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi potong
(203.794 ekor) dan sapi perah (44 ekor). Populasi ternak kecil yang terdiri dari kambing (31.312 ekor) dan
domba (24.871 ekor). Populasi unggas pada ayam
buras (511.096 ekor), ayam petelor (90.585 ekor),
ayam pedaging (211.924 ekor) dan itik (42.381 ekor).
PERIKANAN
Jumlah produksi perikanan tercatat 1.847.166
kg. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh rumah
tangga terdiri atas budidaya, perairan umum dan
lahan bebas. Produksi hasil ikan budidaya sebesar
996.004 kg, yang terdiri dari keramba, kolam, mina
padi dan air mengalir. Produksi hasil ikan di perairan
umum sebesar 667.410 kg yang terdiri dari waduk,
sungai dan rawa. Untuk penangkapan di lahan bebas
produksi sebesar 183.752 kg.
Kacang hijau dan Kedele
No
Bahan
Baku
1.
Kacang hijau
Industri makanan
Tepung, Sirup,
Makanan Ringan
2.
Kedele
Industri makanan
dan minuman
Kecap, tahu,
tempe, susu
3.
Kacang Tanah
Industri makanan
Kacang tanah olahan
Peluang Industri
Produk
Tabel 4.4. Peluang Pengembangan Potensi
Ko-
moditas Ubikayu
No
1.
Bahan
Baku
Umbi ubikayu
2.
Ampas
kayu
ubi-
3.
Tepung tapioka
4.
Limbah cair
Peluang Industri
Produk
Industri tepung
Tepung tapioka
Industri Makanan
Tape, dodol, suwar-suwir,
dan tiwul instan
Industri pakan ternak
Pakan ternak
Industri hidrolisi
Maltodekstrin, HFS
dan sorbitol
Industri fermentasi
Cuka, asam cuka,
asam sitrat dan MSG
Tabel 4.5. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas
Ubi Jalar
No
Bahan
Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ubi Jalar
Industri Tepung
Tepung ubi jalar
Industri Kripik ubi jalar
Kripik ubi jalar
B. Pengembangan potensi
Untuk meningkatkan potensi ekonomi masingmasing komoditas di wilayah kecamatan dapat
dikembangkan industri berbasis komoditas seperti
yang terlihat pada tabel berikut:
4.1. Tanaman Pangan
Tabel 4.1. Peluang Pengembangan Potensi
Komoditas Padi
No
1.
Bahan Baku
Gabah
Peluang Industri
Industri benih
Benih padi unggul
Industri penggilingan padi
Beras Kepala
Beras
Industri tepung beras
Tepung beras
3.
Dedak padi
Industri pakan ternak
Pakan ternak
Bahan Baku
Peluang Industri
1.
Bahan
Baku
Umbi
b a w a n g
merah
2.
Limbah
Peluang Industri
Produk
Bibit Tanaman
Bibit bawang merah
unggul
Industri penyulingan
Minyak atsiri
Industri pengeringan
Tepung, bubuk
seasoning & bumbu
Industri pupuk organik
Kompos
Produk
1.
Biji Jagung
Industri benih
Benih
jagung unggul
2.
Biji Jagung
Industri tepung
Tepung maizena
Industri
makanan ringan
Makanan ringan
Industri minyak
Minyak jagung
3.
Tongkol Jagung
Industri pakan ternak
Pakan ternak
4.
Dedak Jagung
Industri pakan ternak
Pakan ternak
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
No
Produk
2.
No
4.2.Tanaman Hortikultura
Tabel 4.6. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Bawang Merah
11
Tabel 4.7. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Lombok
No
Bahan
Baku
Peluang
Industri
1.
Lombok
Industri
pengolahan
Cabai kering, saos,
pasta, tepung, cabai
kaleng, dan oleoresin
2.
Limbah
Industri
pupuk organik
Kompos
Produk
Tabel 4.8. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Kentang
No
1.
Bahan
Baku
Peluang
Industri
Ubi
kentang
Industri
Pembibitan
Bibit Unggul Kentang
Industri
Pengolahan
Kentang beku
Tabel 4.11. Peluang Pengembangan P
otensi Komoditas Mangga
Produk
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas
Mangga
Industri
Pembibitan
Bibit Mangga
Unggul
2.
Buah
Mangga
Industri
Makanan
dan Minuman
Mangga beku
Keripik Kentang
Manisan mangga
Sirop mangga
Tepung
Industri ekstraksi
Mangga kalengan
Kosmetik
Dodol
Tabel 4.9. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas
Kubis, Sawi, Labu Siam, Kacang Panjang dan Ketimun
No
Bahan
Baku
1.
2.
Peluang Industri
Produk
Bibit
Penangkaran
Hortikultura
Bibit unggul
Kubis
Industri sayuran sehat
bebas pestisida
Sayuran Beku,
Sayur organik
Industri pupuk organik
Kompos dan pupuk organik
Sawi
Labu Siam
Kacang
panjang
Ketimun
3.
Limbah
tanaman
Tabel 4.12. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Rambutan
Tabel 4.10. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Tomat
No
Bahan
Baku
1.
Peluang Industri
Produk
Bibit tomat
Budidaya tomat
organik
Buah segar tomat organik
2.
Buah Tomat
Industri Pengolahan
Pasta tomat, saos tomat,
manisan tomat, dan sari
buah tomat
3
Limbah
tanaman
Industri pupuk organik
Kompos dan pupuk organk
No
BahanBaku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas
Rambutan
Industri Pembibitan
Bibit Rambutan
Unggul
2.
Buah
Rambutan
Industri Makanan
dan Minuman
Rambutan kalengan
Rambutan beku
Sirop Rambutan
Tabel 4.13. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Durian
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas
Durian
Industri Pembibitan
Bibit Durian Unggul
2.
Buah Durian
Industri Makanan
dan Minuman
Durian beku
Dodol Durian
Sirop Durian
12
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur „
Tabel 4.14. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Nangka
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1
Biji nangka
Budidaya
nangka unggul
Buah segar
3.
Daging buah
Industri makanan
Kripik nangkaa dan
dodol
Tabel 4.15. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Pepaya
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/bibit
Budidaya pepaya
Buah segar
2.
Daging buah
Industri makanan
Dodol, asinann
Tabel 4.16. Peluang Pengembangan
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah Pisang
Industri Pembekuan
Pisang segar
Industri Pengolahan
Tepung pisang
TANAMAN PERKEBUNAN
Tabel 4.18. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Tebu
Makanan ringan
2.
Batang Pisang
Industri Kerjainan
Tali dan Karung
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
Rayon
1.
Molase Tebu
Destilasi
Alkohol
Fermentasi
Cuka
Handy Craft
Asam asetat, sitrat
dan laktat
Tabel 4.17. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Alpukat
No
Bahan Baku
Peluang Industri
1
Biji alpukat
Industri pakaian
2
Kulit batang
3
Daging buah
4
Batang
Pohon
Industri penyamak
kulit hewan
Industri bahan
dasar kecantikan
& kosmetik
Industri mebeler
dan perabot rumah
Keripik Nangka
t
Potensi Komoditas Pisang
Butanol
Produk
asam atonik dan
isotonik
Bahan pewarna pakaian
Pewarna kulit hewan
Dekstrose
Monosodium
Glutamat
Larutan pelembab dan
bahan untuk masker.
Meja, kursi dan kusen,
pintu
2.
Bagase Tebu
Serat
Pulp dan kertas
Papan serat
dan partikel
3.
4.
Blotong Tebu
Daun Tebu
Bahan Bakar
Briket
Industri Pakan
Pakan ternak
Industri pupuk
Pupuk organik
Destilasi
Protein, etanol
dan sakarin
Industri pakan
Pakan ternak
Tabel 4.19. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Kopi
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas Kopi
Industri pembibitan
Bibit kopi Unggul
2.
Biji Kopi
Industri Makanan
dan Minuman
Bubuk Kopi
Bubuk Kopi instan
Minuman Kopi dan
Permen
3
Limbah
kulit kopi
Industri pupuk organik
Kompos dan Pupuk
organik
Pusat pembenihan kopi t
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
13
Hasil budidaya kelapa
t
t
Hasil budidaya jambu merah t
Tabel 4.23. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Jambu Mente
Tabel 4.20. Peluang Pengembangan
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji/Tunas
Jambu mente
Industri pembibitan
Bibit jambu mente
2.
Biji Mente
Industri Makanan
Mente olahan
3
Limbah
tanaman
Industri pupuk organik
Kompos dan
Pupuk organik
Potensi Komoditas Kelapa
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah
Kelapa
Industri Bahan
Pangan
Santan Kelapa
Minyak Kelapa
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daun
Tembakau
Industri Rokok
Rokok
Industri daun rajangan
Rajangan daun
tembakau
Cocopeat
Industri Obat-obatan
Pestisida organik
Handy Craft
Industri Pupuk
Pupuk organik
Margarine
2.
Air Kelapa
Industri Minuman
Tabel 4.24. Peluang Pengembangan
Potensi Komoditas Tembakau Rajangan
Nata de Coco
Kecap
3.
Serat kelapa
4.
Tempurung
Kelapa
Industri Pengolahan
Industri Bahan
Bakar dan kerajinan
Cocofiber
Arang tempurung
Handy Craft
Tabel 4.25. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Tembakau
Tabel 4.21. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Pinang
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daun
Tembakau
Industri Rokok
Rokok
Industri tembakau
Rajangan dan krosok
tembakau
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Biji Pinang
Industri farmasi /obat
Obat untuk kesehatan
Industri makanan
dan tekstil
Pewarna kain
Industri Obat-obatan
Pestisida organik
Pewarna makanan
Industri Pupuk
Pupuk organik
Industri pupuk organik
Pupuk organik
2.
3
Biji dan buah
pinang
Limbah kulit
PETERNAKAN
Tabel 4.26. Peluang Pengembangan Potensi Ternak
Tabel 4.22. Peluang Pengembangan Potensi Komoditas Kapuk Randu
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Buah Randu
Industri kapuk randu
Kapuk randu
2.
Kapuk randu
Benang
Tekstil
14
Sapi
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daging
sapi
Industri Pengalengan
Daging beku sapi
2
Kulit sapi
Industri
penyamak kulit
Bahan tas, dompet,
jaket, dll
3.
Limbah
padat
dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur „
Tabel 4.27. Peluang Pengembangan Potensi Kambing
Tabel 4.32. Peluang Pengembangan Potensi Industri
Makanan dan Minuman
dan Domba
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Daging
Industri Pengalengan
Daging beku
1.
Ubikayu
Industri Makanan
Tape
2.
Limbah
padat
dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Keripik
Tiwul Instan
Tabel 4.28. Peluang Pengembangan Potensi Ayam Buras
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ayam
Industri Budidaya
Bibit Unggul
yam Buras
2.
Tape
Industri Makanan
Suwar-Suwir dan dodol
3.
Jagung
Industri Makanan
Keripik
4.
Kedelai
Industri Makanan
Tahu, tofu, tempe, dan
keripik
Daging
INDUSTRILOGAM
Tabel 4.33. Peluang Pengembangan Industri Logam
2.
Tulang
Industri tepung
Tepung tulang
3.
Bulu
Industri rumah tangga
Alat rumah tangga
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Kuningan,
Emas dan
Perak
Industri Logam
Berbagai jenis souvenir
dari kuningan
Tabel 4.29. Peluang Pengembangan Potensi Itik
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Itik
budidaya/ternak itik
Bibit unggul itik dan
daging
2
Telor
Industri makanan
Kue dan makanan
2.
Tulang
Industr tepung tulang
Tepung tulang
3
Bulu
Industri rumah tangga
Perabot rumah t
angga
2.
Limbah padat
dan cair
Industri pupuk organik
Pupuk organik
Perhiasan Emas
dan Perak
TEKSTIL
Tabel 4.34. Peluang Pengembangan
Potensi Industri Tekstil
No
Bahan
Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Kain
Industri tekstil
Bordir
Batik
PERIKANAN AIR TAWAR
Konveksi
Tabel 4.30. Peluang Pengembangan
Potensi Perikanan Air Tawar
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ikan
Industri Budidaya
Bibit Unggul Ikan lele,
nila dan tombro
Daging ikan
2.
Daging
Ikan
Industri tepung
Tepung ikan
MAKANAN DAN MINUMAN
Tabel 4.31. Peluang Pengembangan
Potensi Industri Makanan dan Minuman
No
Bahan Baku
Peluang Industri
Produk
1.
Ubikayu
Industri Makanan
Tape
Keripik
Tiwul Instan
2.
Tape
Industri Makanan
Suwar-Suwir dan dodol
3.
Kedelai
Industri Makanan
Tahu, tofu, tempe,
an keripik
4.
Daging sapi
Industri Makanan
Dendeng
„ Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur
t
Pengemasan tape
15
Download