Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Pada Konsep Listrik

advertisement
87
88
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Fisika
Pada Konsep Listrik Dinamis Dengan Menerapkan
Media Interaktif Siswa Kelas X
SMA Kristen YPKPM Ambon
John Rafafy Batlolona1 dan Margaretha M. Haumahu2
1
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
2
SMA YPPK Yohanes XXIII, Merauke
email: [email protected]
Abstrak. Pendidikan di abad 21 memerlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual yang baik dan
inovatif. Paradigma abad 21 telah mengubah struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan khususnya SMA dengan
mengedepankan pada perkembangan zaman yang ada dengan menerapkan media pembelajaran yang modern, oleh karena itu
peran aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih diutamakan bukan lagi guru sebagai motor penggerak utama dalam
pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan media interaktif pada konsep listrik dinamis. Pada penelitian ini digunakan penelitian deskriptif untuk melihat
aktivitas siswa, dengan menggunakan lembaran pengamatan aktivitas siswa yang dibantu oleh 4 pengamat. Pengamatan
dilakukan pada setiap pertemuan dengan cara mengamati, mencatat, dan mendaftarkan siswa yang melakukan aktivitas
sesuai dengan indikator yang telah ada. Dari data yang diperoleh melalui lembar observasi, dihitung persentase aktivitas
belajar siswa dalam setiap kali pertemuan, kemudian dapat ditentukan kriteria pada setiap aktivitas siswa.
Kata kunci: aktivitas siswa, konsep, dan media interaktif
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan bagian yang paling
penting dalam dunia pendidikan. Hidup di abad 21
memerlukan SDM yang memiliki keterampilan dan
intelektual yang baik agar dapat bersaing pada era
modern. Secara kasat mata SDM memerlukan
pembelajaran yang inovatif agar mereka merasa
nyaman dalam meningkatkan mutu pembelajaran
mereka. Paradigma abad 21 telah mengubah struktur
kurikulum tingkat satuan pendidikan khususnya
SMA dengan mengedepankan pada perkembangan
zaman yang ada dengan menerapkan media
pembelajaran yang modern, oleh karena itu peran
aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih
diutamakan. Peserta didik sebagai SDM yang
unggul merupakan pilar utama dan motor penggerak
dalam pembelajaran di kelas.
Kegiatan pembelajaran merupakan bagian dari
proses belajar agar siswa lebih aktif dalam
belajarnya.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
agar mengubah pribadi mereka dengan pengalamanpengalaman nyata dan menambah informasi dalam
benak mereka [15]. Salah satu tujuan penting
pembelajaran khususnya pembelajaran fisika adalah
mengantarkan siswa memahami secara mendalam
konsep-konsep dasar dalam fisika sehingga mampu
menerapkannya untuk memecahkan masalah. Oleh
karena itu, selama beberapa dekade terakhir banyak
peneliti pendidikan fisika yang mencurahkan
perhatiannya pada upaya tersebut [12].
Peningkatan mutu pembelajaran didasarkan
pada kemauan siswa untuk belajar dan guru sebagai
manajer yang baik dalam pembelajaran. terkait
dengan hal tersebut belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku pengetahuan seseorang dari
tidak tahu menjadi tahu [6]. Siswa dikatkan belajar
apabila kelas atau lingkungan memberikan respon
yang positif, hal ini menyebabkan perubahan dalam
diri yang merupakan akhir dari periode yang cukup
panjang. Perubahan ini tidak hanya mengenai
jumlah pengetahuan (kognisi) yang diperoleh
melainkan melainkan motivasi, pola pikir dan tujuan
belajar yang baik [11].
Berdasarkan pengertian di atas maka
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan
melakukan berbagai aktivitas dalam proses
pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep
fisika dengan bantuan guru.
Fisika sebagai mata pelajaran unggulan di
SMA diperlukan untuk menunjang pengetahuan dan
sikap siswa sehingga memudahkan dalam
penyelesaian masalah. Untuk itu tugas guru fisika
adalah membantu siswa menemukan ide-ide yang
orisinil dan cara berpikir yang lebih modern. Peserta
didik seharusnya tidak bertindak sebagai penerima
informasi semata akan tetapi, peserta didik harus
sebagai konstruktor aktif dalam pembelajaran.
89
Kenyataan dari pembelajaran fisika diatas jauh
berbeda pembelajaran fisika di Kota Ambon.
Selama
ini
pembelajaran
masih
belum
memunculkan kemandirian siswa dalam belajar,
penyajian materi masih didominasi oleh guru dan
siswa belum menemukan cara belajar yang dapat
mengoptimalkan kemampuan berpikir mereka.
Proses pembelajaran yang demikian berdampak
pada kejenuhan siswa dalam belajar dan berdampak
pula pada hasil belajar fisika siswa. Hasil belajar
fisika pada beberapa sekolah di Kota Ambon
dilaporkan bahwa rata-rata hasil belajar Fisika untuk
SMP berada pada rentang 60,00-79,00[3],
sedangkan untuk tingkat SMA berada pada rentang
63,35-66,67 [1]. Nilai hasil belajar ini masih berada
pada katagori rendah dan berada di bawah nilai
KKM yang ditetapkan masing-masing sekolah.
Kenyataan yang lebih spesifik lagi yaitu hasil
observasi pada kelas X SMA Kristen YPKPM
Ambon, ditemukan bahwa proses pembelajaran
fisika
50 % masih konvensional dimana
pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher
centered).
Awal
pembelajaran
guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari,
kemudian
menjelaskan
materi
tersebut,
selanjutnya memberikan contoh soal dan
beberapa soal latihan. Hal yang lain sekalipun
sekolah difasilitasi dengan LCD proyektor guru
cenderung belum mampu mengatur kelas dengan
baik. Guru lebih memakai seluruh waktu untuk
memberikan penjelasan materi fisika secara
abstrak dan hanya menekankan pencapaian tuntutan
kurikulum daripada mengembangkan suasana
yang mendukung dalam meningkatkan aktivitas
siswa serta pembelajaran masih kurang terkait
dengan hal-hal yang bersifat otentik.
Pola pembelajaran seperti ini mengakibatkan
siswa cenderung pasif dan bosan dalam proses
pembelajaran, siswa hanya menunggu penyajian
dari guru ketimbang mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan yang baru, keterampilan atau
cara berpikir yang masih rendah mengakibatkan
penciptaan kondisi lingkungan belajar yang tidak
baik dalam pembelajaran fisika, interaksi antar
siswa, serta
kebanyakan
dari peserta didik
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan fisika
dalam kehidupan sehari hari.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu
dilakukan
perubahan
mendasar
dalam
pembelajaran fisika. Guru hendaknya mampu
menciptakan proses pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif. Tujuan dari
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
center) adalah membuat proses pembelajaran lebih
bermakna yang bersifat konstruktif [6].
Pembelajaran dengan
penggunaan media
interaktif merupakan suatu pembelajaran yang
direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 untuk
diterapkan di sekolah. Pola pembelajaran K.13
merupakan pola pembelajaran satu arah (interaksi
guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif
(interaktif
guru-peserta
didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/ media lainnya)[10].Media
interaktif merupakan
konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari. Media interaktif
difokuskan pada materi listrik dinamis karena materi
ini bila diajarkan secara konvensional membuat
siswa menjadi jenuh kurang mengaitkan dengan
fenomena yang ada.
Hasil prapenelitian mengatakan penggunaan
media interaktif macromedia flashplayerdapat
meningkatkan aktivitas siswa dan ketertarikan siswa
terhadap materi listrik dinamis dimana berdasarkan
angket sebanyak 93,5 % dari 31 siswa tertarik
terhadap media pembelajaran dalam membantu
proses pembelajaran [5]. Media Interaktif
merupakan salah satu aplikasi pembelajaran yang
ditunjukkan untuk menyalurkan pesan pembelajaran
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar
dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa
dalam belajar sehingga secara sengaja proses belajar
terjadi, bertujuan dan terkendali[8]. Materi listrik
dinamis di tingkat siswa SMA khusunya kelas X
dianggap paling sulit dikarenakan gambar-gambar
dan rumusan yang masih bersifat abstrak. Kelebihan
dari penggunaan media interaktif memudahkan guru
dalam mengajar, menuntut siswa aktif dalam dalam
kegiatan pembelajaran karena oleh karena itu siswa
lebih aktif dalam belajarnya tanpa bantuan
guru.Kekurangan
media
interaktif
yaitu
pembelajaran memerlukan waktu lama dalam
persiapan, karena bentuk sulaman danbiaya lebih
[9].
Fokus utama kajian peneltian adalah aktivitas
siswa
dalam pembelajaran
fisika
dengan
menerapkan media interaktif materi listrik dinamis.
Aktivitas yang diteliti dibatasi pada materikonsep
arus listrik dan beda potensial, persamaan Hukum
Ohm dan hambatan, hambatan jenis suatu
penghantar, hukum I kirchoff, dan rangkaian resistor
seri paralel.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan penelitian
deskriptif
untuk
melihat
aktivitas
siswa
berdasarkan penerapan media interaktif. Variabel
dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel bebas
yaitu media interaktif, 2) Variabel terikat adalah
aktivitas belajar siswa. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder yaitu: 1) Data primer yaitu hasil
lembar observasi aktivitas belajar siswa 2) Data
sekunder yaitu jumlah siswa kelas X SMA
Kristen YPKPM Ambon tahun pelajaran 2011/2012.
90
Lembar observasi disusun dengan melalui
tahap tahap sebagai berikut: 1) Menentukan
komponen-komponen aktivitas yang akan diamati,
2) Merancang lembar observasi, 3) Memvalidasi
lembar observasi yang akan digunakan. Validasi
dilakukan kepada dua orang dosen pendidikan
fisika Universitas Pattimura Ambon. Prosedur
dalam penelitian ini adalah melakukan skenario
pembelajaran yang telah dibuat pada kelas X
SMA Kristen YPKPM Ambon.
Setelah
itu
dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh
dari lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Lembar
observasi
digunakan
untuk
memperoleh data mengenai aktivitas siswaselama
proses pembelajaran fisika. Pengamatan dilakukan
pada setiap pertemuan dengan cara mengamati,
mencatat,
dan
mendaftarkan
siswa yang
melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang
telah ada. Setiap siswa yang melakukan aktivitas
tertentu dihitung satu kali setiap pertemuan.
Apabila dalam satu pertemuan terdapat siswa
yang melakukan aktivitas yang sama maka
dihitung hanya satu kali.
Dari data yang diperoleh melalui lembar
observasi, dihitung persentase aktivitas belajar
siswa dalam setiap kali pertemuan, kemudian
dapat ditentukan kriteria pada setiap aktivitas
siswa [2], [13].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil observasi aktivitas belajar siswa selama dua kali pertemuan pada proses pembelajaran dengan
menerapkan media interaktif dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
1.
2.
3.
4.
5.
Menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Mendengar, dan mencacat apa yang disampaikan guru.
Memperhatikan arahan guru, dan mengambil posisi.
Menanggapi pertanyaan/usul/kritik
Mengajukan pertanyaan/usul/kritik
Pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa hasil pencapaian
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
menunjukkan pada pertemuan pertama rata-rata
penilaian aktivitas siswa adalah 44,75 dengan
kualifikasi persentase 100 %. Untuk pertemuan
kedua rata-rata penilaian aktivitas siswa yang
diamati oleh pengamat P1-P4 adalah 43,75 dan
kualifikasi persentase 100%. Aktivitas siswa yang
paling dominan selama proses pembelajaran adalah
mengajukan
pertanyaan/usul/kritik
dengan
persentase 22, 9 % untuk pertemuan I, dan 24,0 %
untuk pertemuan II. Aktiviats siswa yang paling
dominan kedua adalah mampu berargumentasi
dengan persentase 19,0 % untuk pertemuan I, dan
21,1 % untuk pertemuan II.
5. Mengajukan pertanyaan/usul/kritik
6. Mammpu berargumentasi
7. Kecermatan mengamati
8. Merumuskan kesimpulan
9. Perilaku yang tidak revelan dengan kegiatan pembelajaran
Hasil penelitian diatas bisa dinyatakan bahwa
penerimaan pembelajaran jika dengan aktivitas
siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu
saja, tetapi dipikirkan diolah kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda atau siswa yang
akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan
diskusi dengan guru. Bila siswa menjadi partisipan
yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu
dengan baik. Hal fiktaktif yang lain juga adalah
media khususnya media interaktif yang diterapkan
kepada siswa merupakan hal baru bagi mereka,
keinginan, rasa ingin tahu itu sangat besar,
dan imageatau gambar berupa animasi yang
ditampilkan sangat baik sehingga timbulnya
ketertarikan dalam diri siswa [14].
88
Hal yang kedua dalam aktivitas siswa adalah
perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar
mengajar, untuk pertemuan pertama; tiap kelompok
hanya satu siswa saja yang tidak relevan dengan
kegiatan belajar mengajar hal ini disebabkan karena
ketidakseriusan guru untuk beradaptasi dengan
lingkungan kelas. Selanjutnya pertemuan kedua
perlaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar
mengajar dari tiap kelompok sudah tidak ada lagi
hal ini disebabkan karena guru telah berhasil
mengatur, dan menguasi segala kegiatan belajar
mengajar yang ada di dalam kelas.
KESIMPULAN
Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika
selama diterapkan dengan media interaktif dapat
disimpulkan cenderung mengalami peningkatan
dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua.
Terlihat bahwa siswa lebih bersemangat dan
merasa senang dalam proses pembelajaran,
sehingga adanya peningkatan pada aktivitas siswa
seperti menjawab pertanyaan yang diberikan guru,
Mendengar, dan mencacat apa yang disampaikan
guru, Memperhatikan arahan guru, dan mengambil
posisi,
Menanggapi
pertanyaan/usul/kritik,
Mengajukan
pertanyaan/usul/kritik,
Mampu
berargumentasi,
Kecermatan
mengamati,
merumuskan kesimpulan dan perilaku yang tidak
relevan dengan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan simpulan di atas, maka
disarankan kepada guru agar dapat menggunakan
media interaktif pada materi listrik dinamis bukan
saja materi listrik dinamis tetapi materi fisika yang
masih bersifat abstrak yang sulit dipahami oleh
siswa. Selain itu, guru diharapkan dapat
menjadikan media interaktif ini sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar
fisika siswa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada
Yesus Kristus Tuhan yang menjadi andalanku di
setiap waktu, DR. I.H. Wenno, S.Pd., M.Pd, Juliana
Nirahua, S.Pd., M.Pd, SMA Kristen YPKPM
Ambon, para siswa Kelas X-1 Tahun pelajaran
2011/2012 serta teman sejawatku Marleny Leasa,
S,Pd., M.Pd yang telah mendukung penyempurnaan
penelitian ini. Tak lupa Panitia Seminar Nasional
Fisika Pekan Ilmiah Ke XXVII UNNES yang telah
membantu mempublikasikan hasil riset penulis.
Tuhan memberkati.
REFERENSI
1. De Kock, R. 2013. Penerapan Bahan Ajar Modul
dengan Menggunakan Metode Diskusi Teknik Buzz
Group Guna Mencapai Hasil Belajar Fisika Materi
Hukum-hukum Newton Pada Kelas X SMA Negeri 9
Ambon. Skripsi tidak diterbitkan. Ambon: FKIP
Universitas Pattimura.
2. Dimiyanti dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta, 2002, pp. 30-31.
3. Esomar, Penggunaan Metode Demonstrasi Sebagai
Langkah Awal Pelaksanaan Eksperimen Siswa untuk
Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Dasar Kalor
Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Ambon. Jurnal
Pendidikan “Jendela Pengetahun”. 8,18-26 (2015).
4. H .
Kurniawan
and
N.Suprapt.
Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia
Flash Interaktif Pada Materi Listrik Dinamis KelasXII
di
SMAN
1
Krian.
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF).
3,
16-19(2014).
5. H.
Neber., J.
He., B.
X. Liu
and
N. Schofield,Chinese High-School Students in
Physics Classroom as Active, Self-Regulated
Learners: Cognitive, Motivational and Environmental
Aspects.International Journal of Science and
Mathematics Education.6, 769-788 (2008).
6. J. D. Houwer., D. B. Holmes and A. Moors, What is
learning? On the nature and merits of a functional
definition of learning. Psychonomic Bulletin &
Review. 20, 631-642 (2013).
7. M. Meici., M. Edwin and S. Muhammad, Peningkatan
Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Melalui
Pendekatan
Kontekstual
(Contextual
Teaching and Learning). Jurnal Pendidikan
Matematika.1, 21-24 (2012).
8. Munir, Multimedia Konsep dan Aplikasi Dalam
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2012. pp 45-41.
9. N. R. Windayani and A. N. N. Ihsani, Peningkatan
Hasil Belajar Pada Rias Wajah Sehari-hari Melalui
Mulimedia Pembelajaran Interaktif di SMK 1 Tegal,
Journal of Beauty and Beauty Health Education, 3, 17 (2014).
10. Permendikbud. No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Strukur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
11. R. Koul., L. Roy and T. Lerdpornkulrat, Motivational
goal orientation, perceptions of biology and physics
classroom learning environments, and gender.
Learning Environments Research. 15, 217–229
(2012).
12. Sutopo. Pemahamn Siswa Tentang Konsep-Konsep
Dasar Gelombang Mekanik. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 12 (1), 41-53 (2016).
13. S, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Rosdakarya, 2006, pp. 26-27.
14. Slamteo,Belajar
dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010,
pp. 36-37.
15. T. Harfield., K. Davies., J. Hade., M. Panko and R.
Kenley,Activity-based teadhing for Unitec New
Zaeland construction students. Emirates Journal for
Engineering
Research.
21,
57-63
(2007).
89
Download