pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan pendekatan

advertisement
PEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN DENGAN PENDEKATAN
PROYEK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN IPA DALAM PENERAPAN
KURIKULUM 2013
Dyah Lyesmaya*
email:[email protected]
ABSTRAK
Saat ini, dalam penerapan kurikulum 2013, proses pembelajaran menjadi sangat
penting dilakukan. Pencapaian pendidikan dalam kurikulum 2013 berbasis proses
bukan berbasis hasil. Untuk itu diperlukan berbagai model pembelajaran yang
berbasis proses dalam memenuhi tujuan kurikulum 2013. Pembelajaran Menulis
Laporan Pengamatan IPA dengan Pendekatan Proyek merupakan pembelajaran
yang berbasis proses. Menulis laporan pengamatan dalam pembelajaran IPA dengan
pendekatan proyek menjadikan IPA sebagai sebuah proses yang terekam dalam
tulisan laporan pengamatan yang dilakukan peserta didik. Kegiatan menulis laporan
pengamatan IPA berbasis proyek selain memotivasi menulis karya ilmiah, mampu
melatih peserta didik dalam mengumpulkan dan mengolah informasi. Sehinga
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut bisa dilakukan
secara optimal oleh peserta didik. Dengan demikian pembelajaran secara
kontekstual dan bermakna pun tercapai.
Keywords: Pengamatan, Pendekatan Proyek, Kurtilas, dan Pembelajaran IPA.
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 dikembangkan
dengan harapan dapat menghasilkan
Sumber Daya Manusia Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
melalui
penguatan
sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi
(Depdiknas,
2006).
Menghadapi Kurikulum 2013 yang
menitikberatkan pada orientasi proses
pada siswa membutuhkan model
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan
bukan
hanya
pengetahuan siswa melainkan juga
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
keterampilan dan sikap siswa dalam
proses pembelajaran. Tentu hal ini
juga harus dapat diaplikasikan pada
pembelajaran
menulis
dalam
pembelajaran IPA.
Sayangnya, laporan OECD (2011)
yang mengemukakan bahwa pada
tahun 2003, studi PISA (Programme
for International Student Assessment)
menunjukkan
bahwa
Indonesia
berada di peringkat ke 38 dari 41
negara peserta pada bidang literasi
(kemelekwacanaan). Sedangkan pada
TIMSS (Trend Internasional in
42
Mathematics and Science Study),
Indonesia menduduki urutan ke 34
dari 45 negara peserta. Selain itu,
Hasil studi PISA tahun 2006,
menunjukkan bahwa siswa Indonesia
menduduki peringkat ke 53 dari 57
negara
peserta.
Keadaan
ini
menggambarkan bahwa kemampuan
kemelekwacanaansiswa
Indonesia
masih di bawah rata-rata, dan tidak
memperlihatkan adanya peningkatan.
Pada tingkat kemampuan ini siswa
Indonesia hanya mampu mengingat
fakta, terminologi, dan menggunakan
pengetahuan yang bersifat umum
dalam mengambil dan mengevaluasi
kesimpulan.
Selain itu, rendahnya mutu hasil
pembelajaran IPA di Indonesia dapat
dilihat dari hasil studi yang dilakukan
PISA (Programme for International
Student Assessment) pada tahun 2009
menunjukkan bahwa kemampuan
siswa Indonesia dalam IPA mencapai
skor 387 yaitu peringkat ke 58 dari 65
negara (http://www.oecd.org/pisa).
Sedangkan survai TIMSS (Trends in
International Mathematic and Science
Study) terhadap pencapaian IPA siswa
Indonesia di kelas 4 (9 tahun saat di
tes) dengan ruang lingkup domain
konten (Life Science, Physical Science
dan Earth Science) dan domain
kognitif (pengetahuan tentang fakta,
pemahaman konsep, serta penalaran
dan analisis) pada tahun 1999 berada
pada peringkat 32 dari 38 negara,
pada tahun 2003 di peringkat 37 dari
46 negara dengan skor rata-rata
perolehan IPA untuk anak Indonesia
adalah 420, skor ini tergolong pada
kategori low benchmark, artinya siswa
baru mengenal beberapa konsep
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
mendasar
dalam
IPA
(Puskur
Depdiknas, 2007).
Tantangan
rendahnya
kemampuan IPA ini, harus kita jawab
dengan
mengupayakan
pengembangan
model-model
pembelajaran inovativ bukan hanya
oleh para ahli tapi juga oleh guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan
pembelajaran. Dengan demikian,
menjadi juga tugas guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA.
Salah
satunya
dengan
menggunakan model pembelajaran
berbasisproses. Sehingga diharapkan
ketika seorang guru SD dapat
membelajarkan dengan menggunakan
model menulis laporan pengamatan
IPA
berbasis
proyek,
siswa
mempunyai
kemampuan
untuk
mencari lebih luas lagi konten/isi
materi sebagai bahan menulis laporan
serta mampu menuangkan informasi
yang didapatnya melalui pengamatan
kedalam karya tulisnya .
Meskipun
kata
“proyek”
mempunyai berbagai makna, saat kita
menggunakannya
dalam
sebuah
pendekatan pembelajaran, proyek
memiliki pengertian yang lebih
spesifik. Pengertian tersebut adalah
“a project is an in-depth investigation
of topik worth learning more
about…finding answer to student
questions, direction follows children
interest ”.[Proyek adalah investigasi
mendalam mengenai suatu topik yang
membuat
pembelajaran
lebih
berharga…menemukan jawaban atas
pertanyaan peserta didik, yang
dipandu langsung oleh minat peserta
didik ]. (Helm & Katz, 2011: 2).
43
Sebuah proyek memerlukan
tahapan-tahapan
kegiatan
yang
terencana untuk mencapai tujuan.
Adapun tahapan pendekatan proyek
yang dimaksud dalam artikel ini,
menggunakan
tahapan
proyek
sebagaimana dikemukakan (Helm &
Katz, 2011: 12), yang meliputi tahapan
berikut.
1. Tahap Mempersiapkan Proyek
1) memunculkan topik dan minat
dari peserta didik atau dari
guru
2) melengkapi dengan tujuan
kurikulum
dan
kesediaan
sumber belajar
3) memutuskan topik mana yang
lebih sesuai dan praktis
4) mendata apa yang ingin
diketahui
2. Tahap Mengembangkan Proyek
1) mempersiapkan kunjungan
2) mencatat
langkah-langkah
pengamatan
3) mengamati
4) mencari tahu dan mencatat
hasil temuan
5) mencatat apa yang telah
dipelajari,
membuat
pertanyaan baru, mengulang
pengamatan
3. Tahap Menyimpulkan Proyek
1) sumbangsaran sebaya/gurupeserta didik
2) merencanakan
bagaimana
menyampaikan hasil proyek
melalui media apa
3) meninjau ulang dan menilai
pencapaian tujuan
Melalui artikel ini, penulis
mengkaji pendekatan proyek dengan
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
keyakinan
semua
keunggulan
pendekatan proyek dapat membantu
siswa dalam membuat tulisan melalui
interaksi mereka dengan guru, dan
interaksi sesama siswa mulai dari
tahap
mempersiapkan,
mengembangkan, dan menyimpulkan
proyek. Adapun model Pembelajaran
IPA berbasis proyek dalam artikel ini
adalah Model pembelajaran yang
dikembangkan dari Tesis penulis
(2012).
Artikel ini akan menguraikan
bagaimana
modelpembelajaran
menulis laporan pengamatan IPA
berbasis proyekdigunakan dalam
pembelajaran IPA di sekolah dasar.
Sehingga diharapkan, para guru dapat
mengadaptasi model pembelajaran ini
untuk menampilkan kegiatan belajar
yang efektif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan.
1. PEMBAHASAN
Kurikulum
2013
adalah
kurikulum yang diharapkan mampu
menyempurnakan kurikulum KTSP
2006. Pengembangan kurtilas juga
sebagai bentuk pendalaman dan
perluasan materi, dimana materimateri yang dianggap tidak relevan
ditiadakan dan yang dianggap penting
bagi peserta didik ditambahkan.
Kurikulum 2013 menekankan pada
pembalajaran yang bersifat terpadu
(tematik integratif) yang menekankan
pada kompetensi peserta didik
sehingga pembelajaran berpusat pada
siswa (student center). Implikasi
pembelajaran dalam kurikulum 2013
diantaranya mencakup pemahaman
da kebermaknaan pembelajaran,
belajar melalui pengalaman langsung,
44
lebih pada proses daripada hasil, dan
sarat dengan muatan keterkaitan
antar matapelajaran dan kenyataan.
Menurut
kemdikbud
(2014:2)
kurikulum
2013
dikembangkan
berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu
dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri, kreatif;
3) Warganegara yang demokratis
dan bertanggungjawab.
Adapun karakteristik kurtilas
berdasar pada kemdikbud (2014:5)
adalah:
1) Isi atau konten kurikulum yaitu
kompetensi yang dinyatakan
dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)
kelas dan dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD)
matapelajaran.
2) Kompetensi Inti (KI) merupakan
gambaran
secara
kategorial
mengenao kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah,
kelas,
dan
matapelajaran. KI adalah kualitas
yang harus dimiliki seorang
peserta didik untuk setiap kelas
melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses
pembelajaran siswa aktif.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
3) KD merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk satu
tema untuk SD/MI.
4) KI dan KD jenjang pendidikan
dasar diutamakan pada ranah
sikap.
5) KI menjadi unsur organisatoris
(organizing elements) KD, yaitu
semua
KD
dan
proses
pembelajaran
dikembangkan
untuk mencapai kompetensi
dalam KI.
6) KD
yang
dikembangkan
didasarkan
pada
prinsip
akumulatif, saling memperkuat,
dan
memperkaya
antar
matapelajaran
dan
jenjang
pendidikan.
7) Silabus dikembangkan sebagai
rancangan belajar untuk satu
tema. Dalam silabus tercantum
seluruh KD untuk tema.
8) Rencana
pelaksanaan
pembelajaran dikembangkan dari
setiap KD.
Dalam proses pembelajaran,
peserta didik dilatih membangun
sendiri pengetahuan mereka dalam
keterlibatan aktif dalam proses
belajar-mengajar. Pada pelaksanaan
pembelajaran IPA, terdapat tiga
tahapan proyek yang diterapkan
dalam proses belajar-mengajar, yaitu:
(1) Tahap Mempersiapkan Proyek; (2)
Tahap Mengembangkan Proyek; (3)
Tahap Menyimpulkan proyek.Konsep
proyek dalam pembelajaran IPA
menekankan kreativitas peserta didik,
sedangkan guru lebih banyak terlibat
dalam strategi daripada memberikan
informasi.
Tugas
guru
adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim
45
yang bekerja bersama dengan
siswanya untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (peserta
didik). Guru harus dapat mengatasi
rasa bosan pada diri peserta didik dan
membangkitkan kembali motivasi
belajar mereka. Media dapat juga
dijadikan sebagai alat agar peserta
didik lebih mengerti atau memahami
materi
yang
disampaikan,
meningkatkan
aktivitas,
dan
mengundang interaksi peserta didik
dalam pembelajaran.Menurut Gandini
dalam Helm & Katzt (2011 :2):
proyek adalah tulangpunggung
pengalaman belajar peserta didik
dan guru. Mereka berdasar pada
keyakinan yang kuat bahwa belajar
sambil melakukan adalah sangat
penting, mendiskusikannya dalam
kelompok dan menemukan gagasan
dan pengalaman adalah cara terbaik
untuk mendapatkan pemahaman
dan pembelajaran yang terbaik.
project provide the backbone of
children’s and teacher’s learning
experiences. They are based on the
strong conviction that learning by
doing is of great importance and that
to discus in group and to revisit ideas
an experiences is the premier way of
gaining better understanding and
learning.
Sebuah proyek memicu rasa
ingin tahu anak terhadap sesuatu dan
memecahkan persoalan atau rasa
ingin tahu mereka. Proyek menantang
dan
memacu
anak
untuk
memecahkan masalah matematika
dan untuk berpikir kritis/penelitian.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
Implikasi pengajaran berpikir kritis
dan berkomunikasi adalah bahwa
pembelajaran
harus
berfokus
terhadap
pembangunan
makna
daripada hanya sebuah pemerolehan
informasi. Dengan demikian, anak
belajar menggunakan alat investigasi
untuk melakukan percobaan, mencari
simpulan,
dan
membandingkan
berbagai hal. Proyek juga biasanya
dilakukan dalam sebuah kelompok,
sehingga anak juga dirangsang untuk
berinteraksi
dengan
lingkungan
sosialnya.
Model Pembelajaran Menulis
Laporan Pengamatan IPA Berbasis
Proyek yang dibahas dalam artikel ini
merupakan adaptasi dari hasil
penelitian tesis penulis. Dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan,
secara umum diperoleh kesimpulan
bahwa pendekatan proyek efektif
dalam meningkatkan keterampilan
menulis laporan pengamatan peserta
didik SDN 3 Cipatat Bandung Barat.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
nilai tes keterampilan menulis laporan
pengamatan sebelum dan sesudah
pendekatan proyek dilakukan. Nilai
rata-rata
keterampilan
menulis
laporan pengamatan peserta didik
sebelum dilakukan pendekatan proyek
68,35, sementara sesudah dilakukan
pendekatan
proyek
meningkat
menjadi 84,93. Hal ini dapat juga
dilihat dari nilai uji beda rata-rata (ujit) yang signifikan dengan diperolehnya
nilai Sig. 0,000 atau lebih kecil dari α =
0,05, juga terjadi peningkatan (Ngain) sebesar 0,5378.
Menulis bisa dikembangkan
dengan mencari gagasan dari objek
yang diamati. Objek tersebut bisa kita
46
peroleh dari lingkungan di sekitar kita.
Kegiatan mengamati lingkungan ini
perlu didokumentasikan agar menjadi
sumber informasi. Pendokumentasian
pengamatan ini bisa dilakukan dengan
menuliskannya dalam sebuah laporan
pengamatan. Karena memang pada
awalnya menulis digunakan untuk
menyimpan data dan merekam fakta,
seperti
dikemukakan
Potter
(1990:149) “writing began as a means
of storing data and quickly proved to
be of immense value in establishing
facts and then recording them
accurately.”
Keraf
(1994:
284)
mengemukakan
definisi
laporan
sebagai berikut:
laporan
adalah
suatu
cara
berkomunikasi
dimana
penulis
menyampaikan informasi kepada
seseorang atau suatu badan karena
tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Karena laporan yang
dimaksud sering mengambil bentuk
tertulis, maka dapat pula dikatakan
bahwa laporan merupakan suatu
macam
dokumen
yang
menyampaikan informasi mengenai
sebuah masalah yang telah/tengah
diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta
yang diarahkan kepada pemikiran
dan tindakan yang akan diambil.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam sistematika penulisan sebuah
laporan pengamatan adalah judul
laporan, lokasi/tempat pengamatan,
hal yang diamati, nama pengamat dan
deskripsi hasil pengamatan.
Aspek yang dinilai dalam isi
sebuah laporan pengamatan adalah
kesesuaian urutan cerita dengan hasil
pengamatan. Oleh karena itu, perlu
adanya bimbingan dalam melakukan
proses menulis laporan pengamatan
supaya tidak ada fakta yang terlewat.
Proses penulisan biasanya diawali
dengan menuliskan rencana yang
diamati, membuat catatan kecil,
membuat draft awal/catatan buram,
merevisi,
dan
akhirnya
menerbitkannya.
Penilaian
kemampuan
menulis
laporan
pengamatan dalam penelitian ini
menggunakan kriteria penilaian yang
diadaptasi dari skala dan kriteria
penilaian dalam Brown (1999: 244245) dan Brown & Bailey (1984: 3941). Skala dan kriteria penilaian
menulis laporan pengamatan seperti
terlihat berikut ini.
Senada dengan hal di atas, Warsidi
(2008:20) telah mengadaptasi teori
tersebut menjadi sebuah laporan
pengamatan untuk Sekolah Dasar
dalam Warsidi (2008:20) sehingga kita
bisa simpulkan bahwa menulis
laporan
pengamatan
adalah
menceritakan
hasil
pengamatan
secara tertulis dan berurutan.
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
47
KISI-KISI KRITERIA DAN PEMBOBOTAN NILAI TES MENULIS LAPORAN
PENGAMATAN IPABERBASIS PROYEK
PERSENTASE
NILAI
INDIKATOR
Skor
Maks.
KRITERIA PENILAIAN
1. mampu menulis laporan 1) menggunakan pola organisasi karangan laporan
pengamatan
bernilai
pengamatan.
Terdapat
judul,
pendahuluan
karakter yang memiliki
(mencantumkan
waktu,
lokasi
dan
objek
struktur
laporan
pengamatan), isi (menyampaikan fakta di lapangan)
pengamatan
(judul,
dan kesimpulan.
pendahuluan, isi dan 2) memiliki kalimat-kalimat yang saling terkait dan logis.
kesimpulan)
3) terdapat detil yang menjelaskan topik
4) menyinggung topik permasalahan dengan simpulan
dan kalimat penutup
2.mampu membuat laporan 5) ide berkembang sesuai dengan tujuan penulisan
tertulis berdasarkan fakta
pengamatan
di lapangan
6) ide sesuai dengan topik disertai alasan-alasan logis
(argumentasi)
7) ide sesuai dengan sumber yang diamati (sesuai fakta
dan bukti)
3. mampu memberikan 8) tulisan mengemukakan pemikiran yang lengkap dan
pandangan nilai karakter
masuk akal serta tanggap terhadap nilai-nilai karakter
terhadap
hasil
pengamatan
4. mampu menggunakan 9) penggunaan dan pemilihan kata bervariasi sesuai
beragam kosakata yang
dengan sasaran pembaca
sesuai dengan sasaran
pembaca
5.mampu menulis laporan 10) tulisan
menggunakan
kaidah
ejaan
yang
pengamatan
sesuai
disempurnakan dan isi tulisan tersampaikan dengan
dengan
kaidah
baik melalui kalimat sederhana yang efektif
kebahasaan.
TOTAL
20
30
25
5
20
100%
CARA PENRHITUNGAN PENILAIAN
TES MENULIS LAPORAN
NO KARAKTER
PENGAMATAN BERNILAI
PERSENTASE
NILAI
DIKALI
1
20
X
2
30
3
NILAI DAN KATEGORI KEMAMPUAN
MENULIS LAPORAN PENGAMATAN
NILAI
KATEGORI
NILAI
1
85 – 100
Sangat Baik
…
I
2
75 – 84
Baik
X
…
II
3
65 – 74
Cukup
25
X
…
III
4
55 – 64
Kurang
4
5
X
…
IV
5
< 55
Sangat Kurang
5
20
X
…
V
INDIKATOR
SKOR
5 x (I+II+III+IV+V)100
TOTAL NILAI
=
1
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
48
20
20
20
20
20
100
Nilai dan kategori untuk masingmasing aspek penulisan laporan
pengamatan dengan skor tertinggi 20
dapat dilihat pada table berikut:
NO
1
2
3
4
5
SKOR
20 – 18
17 – 15
14 – 12
11 – 6
5–1
KATEGORI
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
2. SIMPULAN
Dari seluruh data yang
diperoleh selama penelitian penulis
menyimpulkan bahwa pembelajaran
menulis laporan pengamatan dengan
pendekatan
proyekjuga
bisa
diterapkan
dalam
pembelajaran
karena dengan pendekatan proyek
dapat menjadikan pembelajaran IPA
lebih menarik dan menyenangkan
bagi siswa dengan demikian dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar secara individual ataupun
kelompok.Setelah
menganalisis
seluruh kegiatan penelitian melalui
instrument
penelitiaan,
peneliti
menemukan
kelebihan
dan
kekurangan dari pendekatan proyek
yang
diterapkan
melalui
pengembangan model pembelajaran
menulis laporan pengamatan bernilai
karakter. Adapun kelebihan dan
kekurangan
dari
pengembangan
model tersebut diuraikan sebagai
berikut.
1. Kelebihan model pembelajaran
menulis laporan pengamatan
dengan pendekatan proyek
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
a) Pembelajaran lebih bermakna
karena muncul dari minat anak,
anak terlibat langsung sebagai
penentu
pencapaian
pembelajaran, dan pembelajaran
dengan
pendekatan
proyek
memfasilitasi
anak
untuk
merasakan
sendiri dinamika
kerjasama dengan orang lain;
b) Materi pembelajaran adalah
sesuatu yang sederhana/tidak
rumit dan benda-benda yang
berada di lingkungan mereka
sendiri dilihat, digunakan, dan
dirasakan secara langsung;
c) Anak langsung memahami apa
yang dikerjakannya secara jelas
karena narasumber dari yang
ingin diketahui anak berada
langsung di hadapan anak;
d) Aktivitas antar siswa dinamis,
maksudnya terbentuk suasana
kooperatif dengan sebaya;
e) Pembelajaran menulis menjadi
bersifat konkret dilakukan dengan
terjun langsung ke sumber
tulisan;
f) Bertambahnya perbendaharaan
kata dan istilah yang sesuai
dengan objek pengamatan;
g) Melalui pendekatan proyek, anak
dipacu untuk terus menggali lebih
dalam mengenai sesuatu karena
saat mengamati langsung objek
pengamatan timbul pertanyaanpertanyaan baru dalam benak
anak. Sebagai contoh, pada
awalnya
anak
merumuskan
pertanyaan/draft
wawancara
yang ditujukkan kepada kepala
stasiun untuk mengetahui apa
dan mengapa harga kereta api
naik hampir 10 x lipat. Setelah
49
menemui
kepala
stasiun
pertanyaan ini pun terjawab.
Pada saat anak mengamati
stasiun timbul pertanyaan lain
dalam benak anak. Diantaranya
adalah mengapa terdapat kerikil
disepanjang rel kereta api?
Narasumber
tidak
mengetahuinya. Anak berusaha
untuk mencari tahu dengan
membaca buku dan mencari di
internet. Akan tetapi usaha ini
juga tidak membuahkan hasil.
Akhirnya
guru
dan
anak
mendiskusikan perkiraan jawaban
yaitu rel terbuat dari besi. Besi
bersifat panas dan mudah
memuai. Kerikil yang tersebar di
sepanjang rel kemungkinan besar
adalah mengurangi pemuaian
karena kerikil tersebut menyerap
panas. Hal ini berarti penerapan
pendekatan
proyek
dapat
dilakukan terintegrasi dengan
mata pelajaran IPA.
h) Evaluasi
pembelajaran
bisa
dilakukan saat itu juga.
Kekurangan
model
pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan dengan pendekatan
proyek
a) Terbatasnya
sarana
dan
prasarana yang mendukung,
terutama media pengumpulan
data (IT) menjadikan pendekatan
proyek menjadi kurang optimal;
b) Jumlah anak yang terlalu besar
memungkikan
tidak
tertampungnya pertanyaan anak
oleh narasumber atau anak harus
menunggu giliran agak lama
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
untuk
mewawancarai
narasumber;
c) Kompetensi narasumber harus
benar-benar disiapkan karena
narasumber
harus
lebih
mendalami kajian;
d) Kajian hanya bersifat lokalitas
karena tidak semua daerah
memiliki ketertarikan pada hal
yang sama;
Berdasarkan analisis kelebihan
dan kekurangan tersebut maka
dilakukan
perbaikan
terhadap
pengembangan model pembelajaran
menulis laporan pengamatan IPA
dengan pendekatan proyek sebagai
berikut.
I.
PERSIAPAN (diskusi kelas yang
berpusat
pada
peserta
didik/mencerminkan rasa ingin
tahu terhadap suatu hal atau
masalah)
1. guru
menjelaskan
maksud
pembelajaran membuat proyek
dengan menyisipkan nilai karakter
yang ingin ditumbuhkembangkan;
2. memunculkan
minat/permasalahan dari anak,
guru
membantu
dengan
memperjelas melalui semantic
web/jaring makna;
3. anak merinci permasalahan yang
ingin
diketahui
dengan
mempertimbangkan
nilai
karakter;
4. memperkirakan sumber informasi
untuk bisa menemukan data
(wawancara,
pengamatan
langsung, mendatangkan ahli,
teks bacaan, buku dan internet);
50
5. merencanakan
pengamatan
(waktu, kelengkapan, langkahlangkah
pengamatan,
dan
membagi kelompok kerja secara
demokratis);
6. guru
mengingatkan
untuk
berperilaku dan menggunakan
bahasa yang sopan dan tepat
guna saat mencari data;
7. membuat jurnal proyek yang
berisi kegiatan, target tanggal
pencapaian kegiatan, tanggal
pencapaian
kegiatan,
dan
rencana kegiatan selanjutnya.
II.
PENGEMBANGAN
(diskusi
kelompok kerja merumuskan
kerjasama kelompok)
1. anak merumuskan masalah dan
tujuan pengamatan;
2. anak menyusun kelengkapan
pengamatan (misalnya bisa dibuat
sebuah
draft
pertanyaan/wawancara
yang
ditujukkan kepada seseorang);
3. anak mencatat data dan fakta
yang diperoleh dari pengamatan;
4. mendiskusikan apakah data sudah
sesuai
dengan
tujuan
pengamatan atau harus ada
kelengkapan data yang lain;
5. Menindaklanjuti hasil diskusi
sementara
(misal
dengan
kunjungan ulang, atau kunjungan
ke sumber belajar).
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
III. SIMPULAN SEMENTARA (diskusi
kelompok menyusun penulisan
laporan proyek)
1. menulis laporan dalam kertas
buram dengan sasaran pembaca
adik kelas;
2. merevisi,
mengedit
dan
membuat
laporan
untuk
penampilan kelompok.
IV.
SUMBANGSARAN
SEBAYA
(diskusi kelas mempresentasikan
laporan kelompok)
1. Mengadakan lingkaran pembaca
(setiap kelompok membacakan
hasil laporannya);
2. penampilan
kelompok
(menampilkan laporan dan
menceritakan dari awal hingga
proses penulisan laporan);
3. sumbangsaran sebaya (apakah
sudah sesuai dengan tujuan
pengamatan, data dan fakta
sudah lengkap, menuliskan nilai
karakter,
dan
tulisan
mempertimbangkan
sasaran
pembaca);
4. bertukar draft laporan untuk di
edit kelompok lain (penilaian
terhadap laporan teman);
5. merevisi ulang draft 1;
6. sumbang saran sebaya dan guru
(apakah sudah sesuai dengan
koreksi dari sumbang saran
sebaya);
7. merevisi ulang draft 2;
8. menerbitkan tulisan.
51
V.
SIMPULAN DAN REFLEKSI
1. guru merefleksi seluruh proses
pengamatan
dengan
mengajukan pertanyaan;
2. anak memberikan tanggapan
terhadap refleksi;
3. merencanakan
proyek
selanjutnya.
Tanggapan guru dan peserta
didik terhadap model pembelajaran
pendekatan
proyek
yang
dikembangakan dalam penelitian ini
sangat positif. Faktor pendukung
pelaksanaan model pembelajaran
menulis dengan pendekatan proyek
terutama adalah adanya kemauan
guru dan peserta didik untuk
memperbaiki proses pembelajaran
yang
selama
ini
dianggap
menjemukan,
dorongan
kepala
sekolah, dan keterlibatan/kerjasama
dari
lembaga
terkait
yang
memungkinkan untuk peserta didik
melakukan pengamatan. Adapun
faktor
penghambatnya
adalah
timpangnya jumlah guru dan siswa
dalam membimbing anak, sarana dan
prasarana
terutama
yang
berhubungan
dengan
Teknologi
Informasi,
dan
berbedanya
kemampuan nalar siswa.
Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual) karena berfokus dan
bermuara pada hakekat peserta didik
untuk mengembangkan berbagai
kompetensi
sesuai
dengan
kompetensinya masing-masing. Dalam
hal ini peserta didik merupakan subjek
belajar dan proses belajar berlangsung
secara alamiah dalam bentuk bekerja
dan
mengalami
berdasarkan
kompetensi tertentu bukan transfer
pengetahuan.
Agar
benar-benar
memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, peserta didik perlu
didorong untuk bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras
mewujudkan ide-idenya.
Untuk tercapainya penguasaan
yang meliputi kompetensi sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan
dalam penerapan kurikulum 2013
yang bersifat saintifik dan tematik
integratif perlu dipadukan dengan
model-model pembelajaran yang
sesuai dengan karkateristik tersebut.
Model Pembelajaran Menulis Laporan
Pengamatan IPA Berbasis Proyek
dapat menjadi salahsatu alternatif
model pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan proses pembelajaran
dalam penerapan kurikulum 2013.
Model Pembelajaran Menulis Laporan
Pengamatan IPA Berbasis Proyek
memungkinkan proses pembelajaran
yang mendorong peserta didik
menemukan sendiri pengetahuan,
mentransformasi informasi yang
kompleks, dan menghasilkan karya
tulis dari pengetahuan yang sudah
didapatkannya. Dengan demikian
proses pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013
dapat dilaksanakan dengan optimal.
*Dyah Lyesmaya adalah Dosen PGSD FKIP, Universitas Muhammadiyah Sukabumi
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
52
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas (2004). Language Assasment Principles and Classroom Practice.New
York:pearson Education
Departemen Pendidikan Nasional. (2006).Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 tahun 2003. Jakarta: Wacana Intelektual.
HELM, J.H. & KATZ, L. (2011). YOUNG INVESTIGATOR:THE
PROJECT APPROACH IN THE EARLY YEARS. NEW YORK:
TEACHERS COLLEGE, COLUMBIA UNIVERSITY.
Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta:Kemdikbud.
Keraf, Gorys. (1984). Komposisi (ed.x). Flores: Nusa Indah.
LYESMAYA, DYAH. (2012). PEMBELAJARAN MENULIS
LAPORAN
PENGAMATAN
DENGAN
PENDEKATAN
PROYEK SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN
NILAI (KARAKTER) THESIS. (TIDAK DITERBITKAN).
OECD, (2011), PISA 2009 Result : Student On Line, Volume VI, OECD Publishing:
Paris.
POTTER, C.N. (1990). WRITING FOR PUBLICATION. NEW
YORK: HARPER AND ROW.
Pusat Bahasa. (2010). KBBI offline Ver.1.1. Jakarta: Diknas.
Pusat Kurikulum. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran
IPA. [On Line]. Tersedia: http://www.puskurbook.net [31 Juli 2012]
WARSIDI, EDI & FARIKA (2008). BAHASA INDONESIA
MEMBUATKU CERDAS 5. JAKARTA: PUSAT PERBUKUAN,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL.
______. (2009). Programme for International Student Assessment (PISA). [On
Line]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa [31 Juli 2012]
PEDAGOGIK Vol. IV, No. 2, September 2016
53
Download