bab v konsep perancangan

advertisement
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Umum Perancangan
Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep
Sumber : Pemikiran Penulis
Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas
pokok, yaitu rekreasi, edukasi, dan pengelolaan. Kegiatan – kegiatan tersebut diwadahi
dalam bangunan Planetarium ini dengan tujuan – tujuan :

Memasyarakatkan ilmu astronomi, supaya ilmu astronomi bisa dinikmati
dan diketahui tidak hanya oleh golongan ahli, tetapi masyarakat awam
pun dapat mengetahui mengenai astronomi secara menyenangkan.

Sebagai sarana memajukan pendidikan astronomi di Indonesia, bagi penyuka
astronomi, pembinaan siswa – siswi olimpiade, pertemuan – pertemuan para
ahli untuk semakin memajukan ilmu astronomi di Indonesia.
Kegiatan – kegiatan tersebut diwadahi oleh Planetarium dalam fasilitas kegiatan, seperti :

Kegiatan Edukasi :
Disediakan ruang kelas untuk pembinaan siswa – siswi, dilengkapi dengan
ruang observatorium sebagai sarana belajar melihat langit secara langsung.
Ruang rapat dan seminar untuk melakukan pertemuan – pertemuan di bidang
astronomi. Untuk masyarakt juga disediakan ruang – ruang pameran yang
bersisi benda – benda langit serta foto – foto tentang astronomi, diorama,
perpustakaan.

Kegiatan Rekreasi :
Tetaer bintang yang dibuka untuk umum, serta wisata langit malam
didampingi oleh planetarian, dilengkapi ruang simulasi hampa udara, ruang
bermain, teater mini, dsb.
Sesuai dengan tujuan bangunan dibangun, maka target pengunjung bangunan
Planetarium ini adalah masyarakat umum dari berbagai tingkatan usia, serta komunitas
pecinta astronomi sebagai bagian dari masyarakat yang diwadahi dengan fasilitas sesuai
dengan kebutuhan masing – masing kelompok pengguna. Misalnya untuk kegiatan
komunitas, dapat diwadahi pada ruang kelas atau ruang seminar, serta observatorium.
Sedangkan untuk masyarakat diwadahi dengan teater bintang, perpustakaan, dan diorama
– diorama yang dipamerkan di Planetarium.
5.2 Konsep Transformasi Metafora
5.2.1 Bangunan sebagai wadah edukasi astronomi yang interaktif
Seperti yang sudah dijelaskan pada tinjauan teori, terkait dengan kurang adanya
fasilitas yang menunjang perkembangan ilmu astronomi di Indonesia khusunya di
Kota Semarang, terlihat bahwa potensi sumber daya manusia Indonesia yang tinggi
namun tidak ada fasilitas yang dapat memajukan ilmu astronomi dan potensi sumber
daya manusia nya. Oleh karena tersebut ilmu astronomi sering dinilai eksklusif dan
hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu saja. Selain kurangnya fasilitas yang
memadai, kurang interaktifnya fasilitas edukasi yang ada mengurangi minat
masyarakat yang sebenarnya baik.
Kebutuhan masyarakat terhadap suatu wadah sosialisasi dan edukasi ilmu astronomi
yang interaktif ini lah yang kemudian diangkat dan diwujudkan dalam bangunan
Planetarium.
5.2.2
Perwujudan Tujuan Planetarium sebagai sarana memasyarakatkan astronomi
Sesuai dengan tujuannya, bangunan Planetarium ini didesain untuk menjadi sarana
memasyarakatkan ilmu astronomi di Indonesi, serta sebagai wadah untuk para
penggiat astronomi mengembangkan dan memajukan astronomi Indonesia. Hal ini lah
yang menjadi acuan dalam dasar transformasi metafora terhadap bangunan, yaitu
bagaimana suatu banguan dapat menjadi sarana yang memasyarakatkan dan
mengembangkan ilmu astronomi. Hal ini dapat ditransformasikan pada wujud
bangunan dan pembentuk ruang yang interaktif, serta mendukung kegiatan edukasi
dan rekreasi.
Dalam bab sebelumnya telah dibahas
5.2.3 Penggunaan suasana Stasiun Luar Angkasa di Alam Semesta sebagai acuan
transformasi
5.3 Konsep Pencapaian
Pencapaian bangunan disesuaikan pada site, lokasi, dan jalur sirkulasi yang mengakses
site. Terdapat beberapa alternatif pencapaian bangunan di dalam site, yaitu:
Gambar 2 Alternatif cara pencapaian ke bangunan
Sumber F.D.K. Ching , Bentuk, Ruang, dan Tatanan
5.4 Konsep Ruang dan Zonasi
5.4.1 Konsep Zonasi
Gambar 3 Bagan perkiraan Zonasi
Sumber : Pemikiran Penulis
Gambar 4 Zonasi diterapkan pada Site Terpilih
Sumber : Pemikiran Penulis
Zonasi disusun berdasarkan kepentingan fungsinya. Sebagaimana yang telah dijabarkan pada
pendekatan konsep. Bagan diatas menunjukan penyusunan dari Zona paling inti dengan
fungsi utama bangunan, yaitu Planetarium hingga semakin keluar semakin berkurang
kepentingan fungsinya.
5.5 Konsep Programatik
5.5.1 Konsep Kedekatan antar Ruang
Gambar 5 Kedekatan Ruang kelompok Fungsi Penerima
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 6 Kedekatan Ruang Kelompok Fungsi Pameran
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 7 Kedekatan Ruang Fungsi Penunjang
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 8 Kedekatan Ruang Fungsi Teater Bintang
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 9 Kedekatan Ruang Fungsi Seminar
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 10 Kedekatan Ruang Fungsi Pendidikan
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 11 Kedekatan Ruang Fungsi Pengelola
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 12 Keterangan Warna
Sumber : Analisa Penulis
5.5.2
Konsep Organisasi Ruang
Gambar 13 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Penerima
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 14 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Teater Bintang
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 15 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Seminar
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 16 (Kiri) Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pendidikan (Kanan)
Fungsi Penerima
Sumber Analisa penulis
Gambar 17Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pameran
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 18 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pengelola
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 19 Keterangan Diagram Organisasi Ruang
Sumber : Analisa Penulis
5.6 Konsep Utilitas
Seluruh ruangan yang termasuk pada sarana utilitas bangunan, meruppakan ruangan –
ruangan yang mutlak dengan ukuran sesuai standar yang telah ditentukan. Beberapa
ruangan utilitas tersebut yaitu :
a. Ruang Genset/trafo
b. Ruang Panel Induk
c. Ruang Panel
d. Ruang saluran telepon
e. Ruang Pompa dan AC Multi Split
f. Ruang Proyektor Film
g. Gudang Barang
h. Penampungan sampah sementara
i. Ruang Monitor untuk keamanan
Sedangkan untuk penggunaan – penggunaan sistem pada utilitas bangunan ialah sebagai
berikut :
1. Sistem Sanitasi
Jaringan air bersih pada bangunan Planetarium ini menggunakan down feed system
yaitu sistem di mana air dari tanah atau PDAM disimpan dalam ground tank lalu
kemudian disalurkan dengan cara dipompa dan dikumpulkan ke dalam tangki
penyimpanan di atas gedung (upper tank)barulah kemudian disalurkan kembali ke
bawah dan ke dalam gedung untuk digunakan. Pemanfaatan pengumpulan air hujan
dan sisa pencucian peralatan makanan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
Jaringan air kotor dipisahkan dari jaringan air bersih sebagaimana yang sudah
ditetapkan standar yang berlaku, dan dibedakan berdasarkan jenis air kotornya. Air
hujan, air khusus, dan air lemak yang merupakan air kotor harus memiliki sistem
jaringan dan treatment yang berbeda karena masing – masing memiliki karakteristik
yang berbeda pula. Sedangkan untuk air tinja dan air sabun dapat memiliki satu
saluran (one pype system) atau dua saluran yang berbeda (two pype system) , atau
bisa juga menggunakan sistem gabungan dari keduanya dengan pipa mendatar yang
berbeda dan pipa vertikal yang sama (single stack system).
2. Pencegah Kebakaran
Sistem pencegahan kebakaran terdiri dari sistem pendeteksi sumber kebakaran,
sistem peringatan kebakaran, sistem pemadaman kebakaran, dan sirkulasi
penyelamatan atau jalur evakuasi.
Sistem pendeteksi kebakaran dini terdiri dari detektor asap, detektor panas, dan
kontrol bahaya api. Sedangkan untuk sistem peringatan dini menggunakan alarm
yang dipasang di setiap lantai dan diletakkan di tempat yang dapat dijangkau oleh
semua penghuni bangunan.
Sistem pemadaman kebakaran ada beberapa, yang digunakan yaitu :
a. Sistem Kimia Kering
Sistem kimia kering dipilih untuk menghindari kerusakan benda – benda yang
dipamerkan oleh air. Campuran kimia yang digunakan dalam sistem ini adalah
bubuk kering basa bikarbonat, bekerja untuk segala jenis kebakaran pada suhu
ruang di bawah 300oF.
b. Sistem Sprinkler
Sistem sprinkler ini beroperasi apabila temperatur yang dihasilkan dari
kebakaran melebihi 300oF. Sistem yang dipilih adalah wet pype. Sprinkler ini
dilengkapi dengan on – off bimetalic sprinkler heads. Sedangkan pada bagian
luar bangunan, sistem pemadaman kebakaran yang dipilih ialah dengan
menggunakan pype hydrant.
3. Sistem Instalasi Listrik
Jaringan instalasi listrik pada bangunan ini bersumber dari PLN dan genset pribadi
milik planetarium yang digunakan pada kondisi darurat (misal pada saat listrik PLN
putus) dan untuk menjaga keberlangsungan pasokan listrik.
4. Jaringan Telekomunikasi dan Internet
Jaringan telekomunikasi dalam bangunan Planetarium menggunakan sistem PABX
(Private Automatic Branch eXchange) yang menghubungkan telepon – telepon di
dalam satu gedung ke jaringan komunikasi internal gedung tersebut kemudian baru
dihubungkan pada perusahaan cabang di daerah lain, serta menghubungkan jaringan
telepon gedung ke layanan komunikasi publik serta sebaliknya.
Sedangkan untuk jaringan komputer di dalam bangunan menggunakan jaringan
internet dan wi-fi serta LAN system (Local Area Network) atau jaringan komputer
internal gedung. Penggunaan jaringan ini ditujukan untuk memudahkan sistem
pemindaian dan koleksi data dijital di dalam bangunan.
5.7 Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan yang diterapkan pada bangunan mengikuti standar pencahayaan
untuk bangunan yang memiliki fungsi teater dan fungsi pameran. Pencahayaan sendiri
terbagi menjadi dua sistem, yaitu :
1. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sistem pencahayaan yang menggunakan sinar matahari.
Sistem ini dipergunakan pada bagian – bagian bangunan yang tidak berhubungan
langsung dengan materi pameran dan peragaan, karena penerangan alami matahari
mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak warna serta permukaan barang
peraga. Kelebihan dari pencahayaan alami akan berpengaruh kepada penglihatan
kita. Mata menjadi tidak lelah. Pencahayaan alami juga relatif murah. Namun karena
dapat merusak objek pameran, penggunaan cahaya alami pada gedung ini menjadi
terbatas.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah sistem pencahayaan dengan menggunakan lampu atau
penerangan buatan lainnya. Pencahayaan buatan pada gedung ini mengikuti standar
pencahayaan sebagai berikut :
a. Penerangan benda materi pameran
: 215,2 lux
b. Penerangan umum
: 162,4 lux
c. Ruangan perpustakaan
: 500 lux
d. Ruangan administrasi
: 250 lux
e. Ruangan istirahat
: 120 lux
f. Ruangan toilet / gudang
: 200 lux
g. Ruangan produksi
: 250 lux
5.8 Konsep Bentuk dan Struktur
5.8.1 Konsep Struktur
Dalam perancangan sistem struktur bangunan ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah :
- Kelayakan (service abiliy)
- Kekuatan (strength)
- Kestabilan (stability)
- Keamanan (safety)
- Keawetan (durability)
Secara umum, pembagian struktur bangunan dibagi menjadi 3, yaitu base structure
(pondasi), struktur rangka bangunan (kolom – balok), dan upper structure (struktur
atap). Ketiga komponen struktur tersebut harus dibuat menjadi satu kesatuan sistem
yang tertutup, kaku, serta kokoh (rigid). Dengan ketinggian bangunan dua lantai, serta
memerlukan bentang yang lebar mengingat fungsi bangunan adalah sebagai ruang
pameran dan teater bintang, maka sistem struktur yang dipakai adalah sistem
konstruksi bentang panjang dengan kombinasi beton dan baja. Sedangkan kubah
untuk planetarium menggunakan sistem dome baja space truss.
5.8.2
Konsep Bentuk
Dalam arsitektur, umunya bentuk-bentuk bangunan dapat dibedakan menjadi :
1. Bentuk yang teratur, seperti bentuk geometris: kotak, kubus, kerucut,
pyramid dan sebagainya.
Gambar 20 Bentuk Teratur
Sumber : F.D.K. Ching. Bentuk, Ruang dan Susunannya
2. Bentuk yang tidak teratur, suatu komposisi dapat merupakan gabungan dari
bentukan-bentukan geometri
Gambar 21 Bentuk Tidak teratur
Sumber : F.D.K. Ching. Bentuk, Ruang, dan Susunannya
3. Bentuk yang lengkung, umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur bentukan
organik atau alam.
Gambar 22 Bentuk Lengkung
Sumber : F.D.K.Ching. Bentuk, Ruang, dan Susunannya
5.9 Konsep Sirkulasi Ruang Luar dan Parkir
Site bangunan yang terletak pada jalan lintas kota yang tidak terlalu ramai ini tidak
memiliki masalah mengenai sirkulasi mobil masuk dan keluar dari bangunan. Perbedaan
kontur yang ada pada site memberikan kemungkinan untuk diadakannya parkir
semibasement.
5.10 Konsep Tata Lansekap
Site bangunan yang memiliki kontur dimanfaatkan untuk membuat tata lansekap yang
menarik dan menyenangkan untuk pengunjung. Lansepkap tidak hanya sebagai
pendukung bangunan yang tidak diolah, namun sebagai salah satu elemen bangunan.
Sesuai dengan konsep, maka tata lansekap harus mengisyaratkan bumi dan sesuatu yang
hidup.
Gambar 23 Contoh Tata Lansekap yang tidak kaku
Sumber :www.core77.com, 12 Januari 2014
Lansekap dengan tata tumbuhan yang berpola khusus, akan menimbulkan suasana ruang
yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sesuai dengan tema bangunan yang
interaktif, terdapat Jam matahari besar sebagai simbol kompleks planetarium dan sebagai
sebuah wahana pengunjung untuk melihat langsung jam matahari.
Gambar 24 Sebuah Jam Matahari Raksasa Sebagai Elemen Lansekap
Sumber: www.mubi.com,12 Januari 2014
Download