kinerja dinas sosial kabupaten maluku tenggara - E

advertisement
KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN
SELARU
Oleh :
Maria Natalia Kelmaskosu
Absrtak
Di Indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana pemerintah Indonesia
tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun, bahkan kemiskinan sudah menjadi
pekerjaan yang serius untuk pemerintah kita. Banyak cara yang telah dilakukann oleh pemerintah,
tetapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai
negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong
miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari gabungan penduduk di perkotaan, dan di
perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.
Upaya- upaya untuk tercapainya perbaikan kesejahteraan hidup bagi setiap individu
maupun masyarakat luas, dalam pegertian sehari- hari seringkali disebut sebagai upaya
“pembangunan”.Pendek kata, pembangunan merupakan segala upaya yang terus menerus ditujukan
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan bangsa yang belum baik, atau untuk memperbaiki
kehidupan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengukur sejauh mana
pelaksanaan program pemerintah khususnya dinas social kabupaten Maluku tenggara barat
khususnya di kecamatan selaru. Dari hasi penelitian yang dilakukan memang masih terdapat
kendala dalam pelaksanaan program-program tersebut seperti sumberdaya manusia. Kinerja dinas
social masih dipertanyakan lagi.
Keywords : Program, Pemberdayaan, Miskin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia dewasa ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya berbagai kekurangan dan
ketidakberdayaan tersebut disebabkan seperti adanya keterbatasan untuk memelihara dirinya
sendiri, tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisknya untuk memenuhi kebutuhan
dan lain – lain.
Dengan begitu segala aktifitas yang mereka lakukan untuk meningkatkan hidupnya
sangat sulit. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi.Dari ukuran kehidupan modern pada
masa kini masyarakat miskin diidentikan dengan tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan yang tersedia pada jaman modern.
Pemberdayaan, dewasa ini telah menjadi program nasional melalui PNPM (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat), sehingga tidak satupun SKPD (Satuan Kerja Pemrtintah
Daerah) yang tidak memiliki program/ kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bahkan, diseluruh
provinsi, dan kabupaten/kota, perlu dibentuk instansi khusus yang bernama badan/ kantor
pemberdayaan masyarakat.
Demikian juga di dalam struktur pemerintah desa/kelurahan, juga dibentuk Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat desa/kelurahan (LPMD/ LPMK). Tidak cukup disitu, di kalangan dunia
usaha, baik BUMN/Swasta, juga ada kewajiban melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
program tanggungjawab sosial dan lingkungan dalam bentuk program kemitraan dan Bina
Lingkungan (PK-BL).
Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa praktik pelaksanaan pemberdayaan masyaakat
seringkali jauh meleset dari konsepnya.Pemberdayaan menjadi lebih “memberdayai” upaya
pembangunan kemandirian masyarakat justru lebih cenderung melestarikan ketergantungan
masyarakat kepada beragam bentuk bantuan, pinjaman lunak, modal bergulir. Lebih ironisnya,
program/kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak sedikit yang dijadikan ladang manipulasi dan
korupsi.
Upaya- upaya untuk tercapainya perbaikan kesejahteraan hidup bagi setiap individu
maupun masyarakat luas, dalam pegertian sehari- hari seringkali disebut sebagai upaya
“pembangunan”.Pendek kata, pembangunan merupakan segala upaya yang terus menerus ditujukan
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan bangsa yang belum baik, atau untuk memperbaiki
kehidupan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat khususnya Kecamatan Selaru mengalami
jumlah angka kemiskinan di daerah ini sangat tinggi dan miris di pendengaran dari data yang ada di
kecamatan terdapat 2315 kepala keluarga miskin dari 11.433 kelapa keluarga yang ada. Padahal,
dilihat dari segi geografis daerah ini berpotensi untuk dimanfaatkan dan dinikmati, hanya saja
karena keterbatsan manusia untuk mengolah Sumber Daya Alam yang dianugerahkan oleh Sang
Pencipta.
Di Kecamatan Selaru telah ada program pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi
kemiskinan seperti Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Program Keluarga Harapan (PKH), namun
pelaksanaannya belum mampu dimaksimalkan oleh oleh pemerintah sehingga menyebabkan angka
kemiskinan tidak menurun secara signifikan.
Dalam rangka percepatan upaya penganggulangan kemiskinan, pemerintah mulai tahun
2007 melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini pada prinsipnya memberikan
bantuan tunai untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun dan memeriksakan kesehatan serta
pembrian makanan bergizi kepada anak-anak usia balita dan ibu hamil/menyusui. Untuk jangka
pendek, bantuan ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin.
2
Sedangkan untuk jangka waktu panjang melalui peningkatan pendidikan serta perbaikan kondisi
kesehatan dan gizi, dapat memutus rantai kemiskinan.
Kemiskinan suatu keluaraga sangat terikat dengan tingkat pendidikan, kesehatan, dan
nutrisi. Pembangunan selama ini yang lebih ditujukan pada sisi supply atau pelayanan dasar
kesehatan dan pendidikan belum memberikan dampak yang efektif terhadap peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, khususnya masyarakat miskin. Rendahnya tingkat pendidikan sebuah rumah
tangga miskin menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan
anak-anaknya. Keluarga ini pun tidak mampu menjaga kesehatan ibu mengandung sehingga
mengakibatkan tingginya resiko kematian ibu saat melahirkan, dan buruknya kondisi kesehatan bayi
yang dilahirkan. Anak-anak keluarga miskin juga banyak yang putus sekolah atau bahkan sama
sekali tidak mengenyam bangku sekolah karena putus harus bekerja membantu mencari nafkah.
Oleh karena itu, butuh perhatian yang serius dari berbagai pihak untuk memberdayakan
masyarakat, disinilah Dinas Sosial berfungsi melaksanakan berbagai program dan merealisasikan
kinerja dengan baik. Dinas sosial tidak boleh bersantai melihat keadaan seperti ini, justru adanya
dinas sosial karena masyarakat sangat membutuhkan wujud nyata kinerja dinas sosial adalah
bagaimana memberdayakan masyarakat sehingga mereka mampu keluar dari kesulitan dan
keterpurukan hidup.
B. Perumusaan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengemukakan yang menjadi permasalahan dalam
penulisan ini adalah: Bagaimana kinerja Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam
pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Selaru ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Bagaimana kinerja dinas sosial
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam pemberdayaan masyarakat miskin di kecamatan Selaru.
2. Manfaat Penelitian
 Secara ilmiah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau ilmu
pengetahuan khususnya di bidang ilmu pemerintahan,
 Secara praktis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konesep Kinerja
Pengertian kinerja menurut A. Dale Timple (1992:231) dipersamakan dalam Bahasa Inggris
yaitu “performance”. Kata performance sendiri bila dilihat dalam Kamus Bahasa Inggris diartikan
sebagai daya guna, prestasi atau hasil ( Echols dan Shadily, 1986:97 ).
Sehubungan dengan pernyataan hal diatas, Aman Sudarto (1999:2) menjelaskan bahwa kinerja
adalah sebagai hasil atau unjuk kerja dari suatu orang yang dilakukan oleh individu, yang dapat
ditujukan secara konkrit dan dapat diukur.
Menurut J. Fred Weston (dalam stoner dan freemen, 1992:9) menyatakan kinerja adalah
rekayasa suatu organisasi yang diupayakan untuk menghasilkan output tertentu dengan
memanfaatkan secara optimal sumber daya organisasi tertentu. Chung dan Meggiston (dalam
Gomes 1995:42) menterjemahkan kinerja dengan istilah “performance” yang diartikan tingkat
prestasi kerja atau produktifitas, ataupun keberhasilan seseorang atau kelompok selama periode
tertentu. Pengertian tersebut dapat ditafsirkan sebagai tingkat pencapaian suatu kegiatan atau
program kebijaksanaan dalam mendapatkan sasaran, tujuan, visi, misi di organisasi.
Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh seorang manager atau
pimpinan.Walaupu demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana,
penilaian dapat terjaga.Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang kinerja
mereka.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Gibson, (dalam srimulyo, 1993:39) ada tiga perangkat variabel yang
mempengaruhi perilaku dan presitasi kerja atau kinerja, yaitu :
1. Variabel individual, terdiri dari :
- Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik
- Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian
- Demografis: umur, asal usul, jenis kelamin
2. Variabel organisasional, terdiri dari :
- Sumber daya
- Kepemimpinan
- Imbalan
- Struktur
- Desain pekerjaan
3. Variabel psikologis
- Persepsi
- Sikap
- Kepribadian
- Belajar
- Motivasi
C. Konesep Pemberdayaan
Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power diartikan sebagai
kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian
rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun nonmaterial melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika (1996:56) menjelaskan
pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi
4
semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional,
internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Sementara Hulme dan Turner (1990:214-215) berpendapat bahwa pemberdayaan
mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran
yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal
maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif. Pemberdayaan
juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar
individu, kelompok dan lembaga.
Menurut Talcot Parsons (dalam Prijono, 1996:64-65) kekuatan merupakan sirkulasi dalam
subsistem suatu masyarakat, sedangkan kekuatan dalam pemberdayaan adalah daya, sehingga
pemberdayaan dimaksudkan sebagai kekuatan yang berasal dari bawah. Pemberdayaan ini memiliki
tujuan dua arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat
posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya harus ditempuh dan menjadi sasaran
dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan pendekatan pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan masyarakat.
Secara umum pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial
seseorang untuk meningkatkan kemandirian dan keswadayaannya untuk menuju kondisi hidup yang
lehih baik dalam rangka meningkatkan kemandirian dari pemberdayaan masyarakat, hal ini
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang termuat dalm
UUD 1945.
D. Pemberdayaan Masyarakat Miskin
“Kemiskinan” salah satu dari masalah konvensional yang sangat penting dibicarakan dan
menjadi akar dari keseluruhan masalah yang ada.Seiring dengan itu berbagai upaya telah dilakukan
oleh segenap komponen bangsa baik pemerintah, masyarakat maupun lembaga-lembaga non
pemerintahan yang tentunya upaya-upaya dimaksud dilandasi oleh semangat dan kegairahan ingin
membantu sesama anak bangsa.Berbagai program dalam bidang kesejahteraan umum No. 25 Tahun
2007 ini dengan tekad dan tujuan untuk memberdayakan masyarakat, menanggulangi kemiskinan
dan meningkatkan keseiahteraan. Program-program tersebut sebagai berikut:
a. Tahun 1974-1988, meliputi: Bidang pertanian (BIMAS, INMAS, KUK), trasmigrasi, industri
(industri padat karya, tekstil dan kayu lapis) dan berbagi kebijakan Inpres (Desa, Kabupaten,
Propinsi, Jalan dan Irigasi).
b. Tahun 1988-1998, muliputi: Pengembangan Kawasan Terpadu berupa, Inpres Desa Tertinggal
(IDT), Program Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT) dan program penanggulangan
kemiskinan lainnya pasca krisis seperti padat karya.
c. Tahun 1998-2006 program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat meliputi: Program
Pengembangan Kecamatan (PPK). Program Pemberaayaan Komunitas Perumahan (P2KP) dan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Pola pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan dewasa ini terkesan dilakukan secara persial,
sehingga menjadi tidak efektif untuk penanggulangan kemiskinan itu sendiri serta terdapat
daerah-daerah yang memperoleh lebih dari dua program; padahal ada daerah yang benar-benar
belum memperolehnya.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara Deskriptif
Kuantitatif yaitu metode yang memberikan gambaran atau deskripsi tentang variabel dari sebuah
fenomena yang diteliti. Variabel yang diteliti tidak dilakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengklarivikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan
cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah dan unit yang diteliti.
(Ardinto, 2010:48)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi dari objek/ subjek yang mempunyai
kualitas data karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004:55).
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur pemerintah yang ada di dinas
social kabupaten Maluku tenggara barat, dan masyarakat di kecamatan selaru.
Sedang sampel/responden dalam penelitian ini adalah:
1. Aparatur dinas social yang terdiri dari:
a. Kepala dinas 1 orang
b. Sekeretaris dinas 1 orang
c. Bidang-bidang dan staf 10 orang
2. Masyarakat yang ada di kecamatan selaru diambil masing-masing 10 orang dari 7 desa
sehingga menjadi 70 orang.
Sehingga total responden sejumlah 82 orang.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah: Kinerja Dinas Sosial Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, yang didefinisikan sebagai: mengukur kualitas pekerjaan serta
mengevaluasikan program kerja yang telah dilakukan dengan berpedoman pada program kerja
Dinas Sosial Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah sebagai berikut ;
a. Produktifitas, bahwa produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efiensi, tetapi juga
mengukur ektifitas pelayanan. Dan pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dan
output.
b. Kualitas layanan, maksudnya bahwa kualitas dari pelayanan yang dilakukan sangat
pentinguntuk dipertahankan.
c. Responsifitas, maksudnya bahwa birokrasi harus memiliki kemampuan untuk mengenali
kebutuhan masyarakat. Menyusun agenda dan prioritas pelayanan sertamengembangkan
program- program pelayanan publk sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
d. Responsibilitas, maksudnya bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai denngan
pronsip- prinsip administrasi yang benar dan kebijkan birokrasi baik yang eksplisit maupun
implicit.
e. Akuntabilitas, maksudnya bahwa sebeerapa besar kegiatan dan kebijakan birokrasi tunduk
kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para pejabat politik tersebut
dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan rakyat.
Variabel terikat (dependen), dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat di Kecamatan
Selaru yang didefenisikan sebagai : Upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan
(strengthening) dan memampukan masyarakat untuk mandiri dari kondisi sebelumnya.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Kebebasan Mobilitas, kemampuan individu untuk pergi keluar rumah/ wilayah tempat
tinggalnya seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat
mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendiri.
6
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kemampuan membeli komoditas kecil, kemampuan individu untuk membelii barang- barang,
kebutuhan keluarga sehari- hari, (kebutuhan makan minum), serta kebutuhan untuk dirinya
(sabun, dll), individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dpat membuat
keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya terlebih jika ia dapat membeli barangbaaran tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
Kemampuan membeli komoditas besar, kemampuan individu untuk membeli barang- barang
sekunder/ tersier, seperti halnya indikator di atas ppin tinggi diberikan tehadap individu yang
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin psangan terlebih jika ia dapat membeli
barang- barang tersebut da ngan mennggunakan uangnya sendiri.
Terlibat dalam pembuatan keputusan- keputusan, rumah tangga mampu membuat keputusan
secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan- keputusan keluarga misalnya
mengenai renovasi rumah,, dan memperoleh kredit usaha.
Kesadaran Hukum dan Politik, mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah/ desa
kelurahan, seorang anggot DPRD setempat, nama
presiden mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum- hukum waris.
Jaminan ekonomi dan kontribusi terrhadap keluarga, memiliki rumah, tanah, asset produktif,
tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek tersebut secara
sendiri atau terpisah dari pasangannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan beberapa cara,
yaitu :
1. Melalui Observasi atau pengamatan langsung di lapangan.
2. Wawancara (interview)
Data sekunder, diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para key person yang
mewakili komponen pegawai, masyarakat dan studi perpustakaan. Data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang Peran Humas sebagai
komunikator Pembangunan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan adalah studi pustaka yang digabung dengan observasi lapangan dan
wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif,
dimana data yang diperoleh, akan diolah dan diklasifikasikan dengan menggunakan Table
Frekuensi Dan Persentasi, yang kemudian di deskripsikan dalam bentuk kalimat, sehingga
bedasarkan gambaran tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian.
Rumus frekuensi dan persentasi adalah sebagai berikut :
P=
F
N
X 100
Dimana:
P
= Presentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Sampel
7
BAB V
HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2013 dengan menyebarkan
kuisioner dan mengambil data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah dalam hal ini Pegawai Dinas
Sosial Kabupaten Maluku Tengara Barat dan masyarakat Kecamatan Selaru yang berjumlah 82
orang.
A.
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini penulis mengambil 82 responden yang merupakan masyarakat
Kecamatan Selaru dan aparatur Dinas Sosial, dari hasil pennelitian yang dilakukan terhadap 82
responden maka diketahui beberapa karakteristik responden sebagai berikut :
1.
Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Table 1.9
Karakteristik Responden Sesuai Dengan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1.
Perempuan
20 orang
24
2.
Laki- laki
62 orang
75
3.
Jumlah
82 orang
100
Sumber : hasil observasi 2013
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa dari 82 orang yang menjadi responden, 20 orang jenis
kelamin perempuan, 62 orang jenis kelamin laki- laki, sehingga dapat dinyatakan bahwa jumlah
respoonden berjenis kelamin laki- laki lebih banyak dari jumlah responden yang berjenis kelamin
perempuan.
2.
Berdasarkan Umur
Tabel 1.10
Karakteristik responden berdasarkan umur
Sumber
:
No.
Klasifikasi umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
Dibawah 30 tahun
0
0
2.
31 – 40 tahun
20 orang
24,39
3.
41 – 50 tahun
50 orang
60,97
4.
51 tahun ke atas
12 orang
14,63
5.
Jumlah
82 orang
100
observasi 2013
8
hasil
Pada tabel di atas menunjukan kebanyakan responden berusia 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 50
orang (60,97 %), 20 orang berusia 31- 40 tahun 20 orang (24,39 %), dan 12 orang berusia 51 tahun
ke atas (14,63 %),dengan demikian responden terbanyak berusia 41 – 50 tahun dengan jumlah 50
orang.
B. Hasil Pembahasan
Hasil penelitian yang disajikan merupakan hasil yang diperoleh dari 82 orang responden
yang terpilih dari masyarakat di kecamatan Selaru dan aparatur pemerintah dalam hal ini dinas
sosial kabupaten Maluku Tenggara Barat. Data tersebut diperoleh dari panduan wawancara yang
berpedoman pada panduan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sebagai berikut :
a.
Apakah Kinerja Dinas Sosial mampu mengatasi kemiskinan di kecamatan Selaru ?
Tabel 1.13
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
31
37, 80
Tidak
51
62, 19
Jumlah
82
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang pendapat masyarakat
mengenai kinerja dinas sosial kabupaten Maluku Tenggara Barat apakah mampu mengatasi
kemiskinan di kecamatan Selaru, ada 31 orang (37, 80) responden mrngatakan bahwa kinerja dinas
sosial mampu mengatasi kemiskinan di ecamatan Selaru, sedangkan 51 orang (62, 19) responden
mengatakan bahwa kinerja dinas sosial tidak mampu mengatasi kemiskinan di kecamatan Selaru.
Dari gambarn di atas jelas bahwa kinerja dinas sosia kabupaten Maluku Tenggara Barat
tidak mampu untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di kecamatan Selaru, hal ini
disebabkan karena kondisi alam dan letak geografis kabupaten Maluku Tenggara Barat yang sangat
sulit dijangkau oleh pemerintah kabupaten ke kecamatan dan bahkan ke tiap desa di kecamatan
Selaru, seperti yang dikatakan oleh Bapak yang berinisial H. L. ‘’mengenai kinerja dinas sosial
sudah cukup bagus hanya saja yang menjadi kendala kemiskinan belum mampu teratasi adalah
pendidikan, karena rata- rata masyarakat hanya lulus SMP, dan SMA oleh karena itu pola pikir
mereka tentang kemajuan bahkan pendidikan anak- anak pun terbatas, kemudian iklim dan cuacaa
yag kadang tak bersahabat.
Untuk lebih memperkaya hasil penelitian ini peneliti mewawancarai Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengenai program-program yang telah dan sementara berjalan
di khususnya di kecamatan selaru, dan beliau mengatakan : telah ada beberapa program yang telah
dan sementara dijalankan di kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam rangka mengurangi angka
kemiskinan salah satunya adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan
social (PMKS) dimana telah ada UEP atau usaha ekonomi produktif hal ini diharapkan agar
masyarakat PMKS dapat diberdayakan agar tidak menjadi masalah ditengah-tengah masyarakat,
ada juga program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang bertujuan mengurangi fakir miskin
program ini diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu, lansia, wanita rawan social ekonomi,
penyandang cacat produktif agar mereka merasa terdorong untuk melakukan usaha walaupun
memiliki keterbatarasan, di kecamatan Selaru sendiri telah berjalan program KUBE karena
melihat kondisi masyarakat disana yang masih terdapat banyak masyarakat miskin.
9
b.
Apakah semua masyarakat yang kurang mampu menerima bantuan pemerintah
secara merata ?
Tabel 1. 14
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
62
75, 60
Tidak
20
24, 39
Jumlah
80
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dari hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang tanggapan masyarakat
terhadap pemberian bantuan kepada masyarakat apakah merata atau tidak, maka ada 62 orang
(75,60) responden mengatakan bahwa dengan merata pemerintah menyalurkan bantuan terhadap
masyarakat miskin di kecamatan Selaru, sedangkan 20 orang (24, 39) responden mengatakan tidak
terhadap bantuan pemerintah apakah merata kepada masyarakat miskin di Selaru.
Dari gambaran di atas jelas bahwa dengan merata pemerintah menyalurkan bantuan kepada
masyarakat miskin di kecamatan Selaru, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak berinisial S. F
‘’kalau tentang proses penyaluran bantuan terhadap masyarakat miskin merata karena mengacu
pada data yang dikirim dari pemerintah Desa kepada Pemerintah Kecamatan kemudian
dilanjutkan kepada pemerintah Kabupaten Maluku Tenggra Barat setelah itu baru disalurkasen
bantuan sesuai dengan data yang tersedia, jadi pemerinah desa harus lebih teliti mengambil data
dan diperbaharui sesuai kebutuhan.’’.
c.
Apakah program pemberdayaan masyarakat miskin mampu menjawab kebutuhan
masyarakat miskin di kecamatan Selaru
Tabel 1. 15
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
21
25, 60
Tidak
61
74, 39
Jumlah
82
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang apakah program
pemberdayaan mampu menjawab kebutuhan masyarakat miskin di kecamatan Selaru, ada 21 orang
(25, 60 %) respoden mengatakan mampu, sedangkan 61 orang (74, 39 %) responden mengatakan
Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai kinerja dinas sosial kabupaten Maluku
Tenggara Barat terhadap program pemberdayaan masyarakat miskin di kecamata Selaru
Tabel 1. 16
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
40
48, 78
Tidak
42
51, 21
10
Jumlah
82
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang diganbarkan pada tabel di atas tentang bagaimana tanggapan
masyarakat mengenai kinerja dinas sosial kabupaten Maluku Tenggara Barat terhadap program
pemberdayaan masyarakat miskin di kecamatan Selaru, ada 40 orang (48, 78 %) responden
mengatakan ya, sedangkan 42 orang (51, 21 %) responden mengatakan tidak terhadap program
pemberdayaan masyarakat miskiin di kecamatan Selaru.
Dari gambaran di atas jelas bahwa program pemerdayaan masyarakat miskin di kecamatan
Selaru tidak berhasil dilaksanakan karena minimnya sumber daya manusia mengakibatkan proses
pemberdayaan kurang begitu baik, hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak yang berinisial Y K
‘’mengenai program ini seharusnya tidak boleh ditinggalkan atau dibiarkan, karena letak
pertumbuhan ekonomi masyarakat terletak disitu.
d.
Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat di kecamatan Selaru dapat
berjalan baik
Tabel 1. 17
Sumber
: hasil
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
50
60, 97
Tidak
32
39, 02
Jumlah
82
100
observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang dalam menjalankan
program pembedayaan masyarakat di kecamatan Selaru dapat berjalan baik? Ada 50 orang (60, 97
%) responden mengatakan berjalan baik, sedangkan 32 orang (39, 02 %) respponden mengatakan
tidak berhasil dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat di kecamatan Selaru.
Dari gambaran di atas jelas bahwa dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat di
kecamatan Selaru tidak berjalan dengan baik tentunya punya banyak kendala, misalnya : factor
pengawasan, dan lain sebagainya, hal ini jelas sepertii yang disampaikan oleh bapak yang berinisial
T. F. ‘’suatu program dapat berjalan denngan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana
serta infrasuktur yang memadai, dengan mempertimbangkan besar kecilnya anggaran yang
dibutuhkan, seperti yang telah terjadi pada bulan- bulan sebelumnya instansi yang terkait hanya
bekerja di kantor saja tetapi untuk datang dan melihat bahkan memberdayakan masyarakat yang
ada di kecamatan Selaru jarang ditemukan, kemudian anggaran juga mempengaruhi proses
tersebut.
e.
Apakah bantuan yang diberikan kepada masyarakat secara langsung ditangani oleh
dinas sosial atau melalui pemerintah kecamatan yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah
desa
Tabel 1. 18
Jawaban
Frekuensi
%
Ya
2
2, 43
Tidak
80
97, 56
11
Jumlah
82
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang apakah bantuan yang
diberikan kepada masyarakat secara langsung ditangani oleh dinas sosial atau melalui pemerintah
kecamatan yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah desa, ada 2 orang (2, 43 %) responden yang
mengatakan ‘’ya’’ sedangkan 80 orang (97, 56 %) responden mengatakan tidak. Bantuan yang
diberikan oleh dinas sosial langsung ditangani oleh pemerintah desa melalui amanat pemerintah
kecamatan Selaru.
Dari gambaran di atas jelas bahwa setip bantuan yang diberikan kepada masyarakat secara
langsung ditangani oleh pemerintah desa melalui amanat pemerintah kecamatan Selaru, karena
banyak tugas- tugas pemerintah kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam hal ini dinas sosial yang
membutuhkan waktu dan tenaga yang terkuras, hal inipun disampaikan oleh bapak yang berinisial
E. K. ‘’pada umumnya masyarakat di pedesaan selalu mendapat bantuan dari pemerintah
kabupaten, hanya dikoordinir langsung oleh pemerintah kecamatan dan pemerintah desa karena
tugas- tugas yang terlalu banyak sehingga kadang tidak diawasi bantuan yang diberikan tersebut,
apakah dimanfaatkan untuk kehidupan selanjutnya atau sekali paka selesai dan besok tidak ada
lagi sehingga sampai kapanpun masyarakat tetap terpuruk seperti kenyataan ini.
f.
Seberapa perlukah bantuan dari pemerintah kepada masyarakat
Tabel 1. 19
Jawaban
Frekuensi
%
Perlu
35
42, 68
Sangat perlu
40
48, 78
Tidak perlu
5
6, 09
Sangat tidak perlu
2
2, 43
Jumlah
80
100
Sumber : hasil observasi 2013
Dalam hasil penelitian yang digambarkan pada tabel di atas tentang seberapa perlukah
bantuan dari pemerintah kepada masyarakat, ada 35 orang (42, 68 %) responden mengatakan perlu,
40 orang (48, 78 %) responden mengatakan sangat perlu, 5 orang (6, 09 %) responden mengatakan
tidak perlu, dan 2 orang (2, 43 %) responden mengatakan sanagat tidak perlu mendapat bantuan dari
pemerintah.
Dari gambaran di atas jelas bahwa masarakat sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah
guna mempermuda atau membantu sedikit demi sedikit beban hidup masyarakat miskin, menurut
bapak yang berinisial M. L ‘’masyarakat adalah obyek penyaluran bantuan, apalagi masyarakat
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, apalagi
pemerintah, masyarakat akan merasa sangat dihargai apabila ada sentuhan langsung dari
pemerintah, sedangkan menurut ibu yang berinisial H.K ‘’lebih baik tidak diberikan bantuan sama
sekali daripada diberikan bantuan kemudian suatu saat mencalonkan diri menjadi pejabat maka
akan sangat terasa bahwa motivasinya ialah ingin mencari suara atau menanam modal lebih
awal’’.
Dalam bagian pembahasan ini penulis dapat menyajikan program kerja Dinas Sosial
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kecamatan Selaru.
Adapun program kerja bidang sosial sebagai berikut :
 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil, dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial. Program ini merupakan salah satu program prioritas dinas sosial
karena menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat miskin yang ada di Kecamatan
12










Selaru, serta amanat Undang- Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang bunyinya ‘’Fakir
Miskin dan anak- anak terlantar dipelihara oleh negara’’. Dalam menjalankan program ini
tentu membutuhkan anggaran dan konsentrasi yang baik dari pihak pelaksana serta sudah
tentu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. Dari program ini ada poin- poin penting
yaitu : Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan jumlah 245 Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) untuk 2.450 kepala keluarga yang meliputi jenis- jenis usaha Pertanian, Peternakan,
Perikanan, rumput laut, ojek laut, pertukangan tenun ikat, sembako, menjahit, bbm,
kerajinan patung untuk anak terlantar dengan jumlah 50 orang, Orang Dalam Kecatatan
(ODK) dengan jumlah 14 orang, untuk Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) dengan jumlah
63 orang. Program dan poin ini berhasil ditangani oleh Dinas sosial Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, namun pada dasarnya Sumber Daya Manusia terbatas sehingga hanya
sebagian masyarakat yang merespon kegiatan ini dengan baik. Program Keluarga Harapan
(PKH) program ini dilaksanakan dengan tujuan memberi harapan kepada masyarakat yang
kurang mampu atau mskin untuk melangsungkan hidup, namun belum tertangani secara
maksimal karena masih dalam validasi data. Ada juga paca ex kusta dengan jumlah 28
orang, ini termasuk dalam program PKH. Sementara Komunitas Adat Terrpencil (KAT)
dengan jumlah 47 kepala keluarga berhasil ditangani oleh Dinas Sosial karena daerah yang
ramai dan kaya akan adat dan budaya yang tidak pernah dihindari oleh setiap amsyarakat
sehingga program ini sangat diresponi oleh masyarakt pada umumnya.
Fasilitas manajemen usaha bagi Fakir Miskin melalui KUBE,
Pemberdayaan Lansia Produktif,
Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekinomi,
Pemberdayaan Penyandang Cacat Produktif,
Pendampingan Kube,
Monitoring dan evluasi Kube,
Pendampingan Komunitas Adat Terpencil,
Pendampingan Program Keluarga Hrapan,
Kegiatan Pembinaan Taruna Siap Bencana,
Program Pelayanan dan Rehabilitas Kesejahteraan Sosial lainnya.
Sejak tahun 2008 sampai pada tahun 2012 program- program kerja ini telah dilaksanakan akan
tetapi tidak mampu menekan angka kemiskinan karena lemahnya Sumber Daya Manusia sehingga
jumlah masyarakat miskin tidak berkurang tetapi terus meningkat sesuai lajunya natalitas atau
kelahiran. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 pada tahun 2014 jumlah
masyarakat miskin tetap meningkat yakni pada tahun 2012 jumlah masyarakat miskin berjumah
2.189 Kepala keluaraga, 2013 berjumlah 2.277 kepala keluarga dan tahun 2013 berjumlah 2.315.
Hal ini yang menyebabkan pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam hal ini Dinas
Sosial kewalahan dan berakhir pada kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
13
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tenntang kinerja dinas sosial Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dalam pemberdayaan masyarakat miskin di kecamatan Selaru provinsi Maluku sebagaimana
yang telah diuraikan pada bab I sampai Bab V sebelumnya maka dalam bab VI ini penulis dapat
memberikan beberapa kesimpulan dari peneulisan ini;
1. Jumlah masyarakat miskin masih tetap meningkat akibat walaupun telah ada program kerja
dinas sosial baik akan tetapi proses penanggulangannya yang kurang efektif bagi masyarakat
awam sehingga tidak kelihatan proses timbal- balik antara pemerintah dengan masyarakat
2. Di Kecamatan Selaru telah ada beberapa program yang telah dilaksanakan seperti Kelompok
Usaha Bersama (KUBE), namun pelaksanaanya masih banyak kendala seperti masalah
sumberdaya manusia.
3. Dari hasil penelitian program-program yang dijalankan belum mampu menjawab kebutuhan
masyarakat miskin di kecamatan Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
B.
Saran
1. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini dinas sosial kabupaten Maluku Tenggara Barat agar tetap
fokus dan memprioritaskan program pemberdayaan terhadap masyarakat miskin, serta mampu
mengkoordinir segala tugas dan tanggung jawab sehingga terlaksana sesuai dengan yang telah
direncanakan.
2. Bagi masyarakat di Kecamatan Selaru agar tetap peka terhadap setiap program dan bantuan
yang diberikan oleh pemerintah daerah agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk
kelangsungan hidup ke arah yang lebih baik.
3. Kiranya antara pemerintah dan masyarakat terjalin hubungan yang erat agar proses pelaksanaan
program dapat dikoordinasikan untuk hasil yang maksimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
A. Timple, 1992, Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hulme, David & M. Turner, 1990. Sociology of Development: Theories, Policies and Practices.
Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.
Mar’at, 1992, Sikap manusia/ Perubahan Suatu Pengukurannya.Ghalia Indonesia. Bandung.
Korten, David C. 1992. Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta : Lembaga Studi
Pembangunan.
Nawawi,h. 1990”Metode Penelitian Kualitatif’,Ugm Pres Yogyakarta.
Sutemeister dan srimulyo, 1992.Pembangunan Masyarakat.Liberty. Yogyakarta
Moleong L, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Moleong, L, Metodologi Penelitian Kualitatif. 1997, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.
Suharto, Edi, Ph.D. 2009. KemiskinandanPerlindunganSosial di Indonesia.Alfabeta, Bandung.
Prijono Onny S dan A.M.W. Pranarka, 1996, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, Centre of Strategic and International Studies. Jakarta
Singarimbun, Masri dan. Sofyan Effendi, 1986, Metode Penelitian Survai. LP3ES Jakarta.
Singarimbun, Masri dan. Sofyan Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai. LP3ES Jakarta.
Sudarto Aman, 1992, Memimpin dan Mengawasi Pegawai, Rineke Cipta, Jakarta
Soekanto, Sarjono, 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press
Surachmat, Winarno. 1997. Pengantar Metode Ilmiah dan tekhnik Reasearc.Tarsito.Bandung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003 pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Umum No. 25 Tahun 2007 tentang
“Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).
15
Download