MANUSKRIP PENGELOLAAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

advertisement
MANUSKRIP
PENGELOLAAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA NY.N
DENGAN ABSES INGUINAL
DI RSUD AMBARAWA
OLEH :
SANDRA DEWI
0121666
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
Pengelolaan Kerusakan Integritas Kulit
Pada Ny. N Dengan Abses Inguinal di RSUD Ambarawa
Sandra Dewi¹, Joyo Minardo², Maksum³
¹²³Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Menurut WHO (1992) dalam Potter & Perry (2005) , Kesehatan yang baik atau
kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Abses
merupakan infeksi bakteri yang terjadi di bagian tubuh atau kumpulan nanah dalam
suatu ruangan terbatas di dalam tubuh.
Data yang didapat dari RSUD Ambarawa tentang penyakit abses inguinal di
peroleh pada tahun 2014 terdapat 10 orang yang dirawat dengan abses inguinalis yaitu
laki-laki 7 orang dan perempuan 3 orang.
Kerusakan Integritas Kulit adalah suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis.
Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma ataupun luka
pembedahan. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan integritas kulit pada
pasien dengan abses di RSUD Ambarawa.
Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Metode yang digunakan
adalah meberikan pengelolaan berupa tindakan perawatan luka untuk membersihkan
pus yang keluar dan mempercepat penyembuhan.
Hasil pengelolaan didapat luka sudah agak kering tetapi masih tampak
kemerahan, dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibat dari adanya luka
pada pasien.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan sterilitas alat untuk
medikasi, agar tidak menyebabkan infeksi yang berkelanjutan pada luka.
Kata Kunci: Kerusakan integritas kulit, Abses Inguinal
Kepustakaan: 17 (1989-2013)
Pendahuluan
Infeksi merupakan
invasi
patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Jika
patogen berbiak dan menyebabkan
perubahan pada jaringan normal.
Jika penyakit infeksi dapat di
tularkan langsung dari orang satu ke
orang lain, penykit ini merupakan
penyakit menular (Potter & Perry,
2005).
Sementara banyak penyakit
bakteria, mudah di gambarkan
dalam bentuk patogen penyebabnya
yang spesifik, pada beberapa
lainnya, lokasi terutama gambaran
kliniknya. Infeksi pada tempat
anatomi
tertentu
akan
memungkinkan pemberian terapi
sebelum hasil biakan di peroleh.
Dengan memahami rantai
infeksi, perawat dapat melakukan
intervensi untuk mencegah infeksi
berkembang. Saat klien mendapat
infeksi,
perawat
mampu
mengobservasi tanda dan gejala
infeksi dan mengambil tindakan yang
tepat
untuk
mencegah
penyebarnnya.
Abses merupakan infeksi
bakteri yang terjadi di bagian tubuh
atau kumpulan nanah dalam suatu
ruangan terbatas di dalam tubuh.
Abses terbentuk saat pus tidak
mengalir melalui kulit. Infeksi yang
mendasarinya mungkin di timbulkan
METODE PENGELOLAAN
PENGKAJIAN
Pengkajian
keperawatan
merupakan proses sistematis dari
pengumpulan,
verifikasi,
dan
komunikasi data tentang klien. Fase
proses keperawatan ini mencakup
dua langkah pengumpulan data dari
sumber primer dan sumber sekunder
dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan (Bandman
dan Bandman, 1995). Tujuan dari
pengkajian adalah menetapkan
dasar data tentang kebutuhan,
masalah kesehatan, pengalaman
yang berkaitan, praktik kesehatan,
tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien. Penulis melakukan
pengkajian pada hari rabu, 18 maret
2015. Pasien mengeluh nyeri pada
bagian luka abses di inguinalis, skala
nyeri 3, dan nyeri saat bergerak saja.
Luka abses pasien tampak baru saja
diganti karena balutan banyak
mengeluarkan abses. Kulit pasien
tampak kemerahan. Kedalaman luka
pasien ± 3 cm, panjang 5 cm, dan
lebarnya 2,5 cm. Luka tampak
mengeluarkan pus. Penulis juga
melakukan pemeriksaan fisik pada
klien. Terutama pemeriksaan tandatanda vital klien menunjukkan TD:
130/80 mmHg, Nadi: 98x/menit,
suhu: 36,5C, R: 20x/menit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan
yang
menguraikan
respons aktual atau potensial klien
dari gigitan serangga, luka tusukan,
folikel rambut yang terinfeksi, atau
luka yang tidak kering. Biasanya
abses menyebabkan kulit edema dan
dapat menimbulkan rasa sakit. Data
yang didapat dari RSUD Ambarawa
tentang penyakit abses inguinal di
peroleh pada tahun 2014 terdapat
10 orang yang dirawat dengan abses
inguinalis
terhadap
masalah
kesehatan,
perawat yang mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya.
Respon aktual dan potensial klien
didapatkan
dari
data
dasar
pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan klien masalalu,
dan konsultasi pada profesional lain,
semuanya dikumpulkan selama
pengkajian (Perry & Potter, 2005).
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan dengan pembedahan.
Kerusakan
integritas
kulit
merupakan suatu keadaan ketika
seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami kerusakan
jaringan epidermis dan dermis
(Carpenito, 2007). Menurut Moyet
(2006), seorang perawat harus
menyelesaikan
masalah
keperawatan berdasarkan diagnosa
prioritas, yaitu perawat harus
menyelesaikan
diagnosis
keperawatan
atau
masalah
kolaboratif, yang bila tidak diatasi
sekarang,
akan
mengganggu
kemajuan untuk mencapai hasil atau
akan secara negatif mempengaryhi
status fungsi klien.
INTERVENSI
Setelah dilakukan pengkajian
dan
menetapkan
diagnosa
keperawatan, maka pada hari Rabu,
18 Maret 2015 di ruang Melati RSUD
Ambarawa
penulis
menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan
NANDA NIC menurut Amin dan
Hardhi (2013) dan Doengeos (2000).
Intervensi adalah kategori dari
prilaku kepeerawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil
yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter &
Perry, 2005). Intervensi yang
ditetapkan yaitu: Lakukan perawatan
luka dan ganti balut, berikan posisi
yang mengurangi tekanan pada luka,
pemberian antibiotik.
IMPLEMENTASI
Implementasi
merupakan
komponen dari proses keperawatan
kategori dari perilaku keperawatan
di mana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan
keprawatan
dilakukan
dan
diselesaikan (Potter & Perry, 2006).
Implementasi dilakukan pada hari
kamis tanggal 19 maret 2015.
Pukul 08.00 WIB melakukan
perawatan luka dan ganti balut. Pus
yang keluar sudah berkurang dan
kulit tampak kemerahan. Perawatan
luka menggunakan Nacl 0,9 % dan
iodium. Perawatan luka merupakan
salah
satu
cara
utuk
mempertahankan kebersihan luka
dan
mengurangi
pertumbuhan
bakteri dan kuman
Pada pukul 08.10 WIB penulis
memberikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka (posisi supinasi).
Posisi ini dapat diberikan pada
pasien dengan kasus abses inguinal.
Jika
luka
tertekan
akan
menyebabkan rasa nyeri dan
memperlambat penyembuhan pada
luka.
Pada pukul 07.00 WIB penulis
memberikan obat antibiotik sesuai
advis. Antibiotik yang digunakan
adalah ceftriaxone.. Efektif terhadap
mikroorganisme gram positif dan
gram negatif (Prasetya, 2012).
Ceftriaxone juga sangat stabil
terhadap enzim beta laktamase yang
dihasilkan oleh bakteri. Ceftriaxone
biasanya diberikan dengan cara
disuntikan melalui intra vena.
Penggunaan antibiotik yang irasional
akan memberikan dampak nrgatif,
salah satunya adalah meningkatnya
kejadian resistensi bakteri terhadap
antibiotik (Febiana, 2012).
HASIL PENGELOLAAN
Evalusi merupakan langkah dari
proses keperawatan mengukur respon
klien terhadap tindakan keperawatan
dan kemajuan klien ke arah pencapaian
tujuan (Potter & Perry, 2005). Evaluasi
dilakukan pada hari kamis, 19 maret
2015.
Dari evaluasi yang di dapat, pus
yang di keluarkan dari luka sudah
berkurang, dan luka sudah agak
mengering. Masalah teratasi
sebagian, penulis melanjutkan
intervensi
lagi
dengan
mengobservasi kembali luka.
Kesimpulan
Saat
memberikan
asuhan
keperawatan penulis telah berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
mencapai tujuan yang di harapkan
seperti yang sudah direncanakan.
Pada asuhan keperawatan bedah kali
ini, penulis menemukan data jika
luka pasien mengeluarkan banyak
pus, dan kulit tampak kemerahan.
Prioritas masalah yang ditentukan
penulis yaitu kerusakan integritas
kulit
berhubungan
dengan
pembedahan. Berdasarkan diagnosa
tersebut,
penulis
menyusun
beberapa intervensi keperawatan
yaitu, lakukan perawatan luka dan
ganti balut, berikan posisi yang
mengurangi tekanan, pemberian
antibiotik. Tindakan keperawatan
yang telah dilakukan penulis yaitu
melakukan
penggantian
balutan/medikasi,
didapatkan
respon pasien mau jika balutannya
diganti secara rutin setiap hari. Saat
di lakukan penggantian balutan
pasien mau memenuhi kebutuhan
proteinnya. Penulis mengambil
kesimpulan
jika
masalah
keperawatan teratasi sebagian.
Kesimpulan ini didapat dari hasil
dimana luka masih mengeluarkan
pus
walaupun
sedikit
dan
kemerahan.
SARAN
Bagi penulis di harapkan dapat
digunakan sebagai pembelajaran agar
penulis lebih sering untuk membaca
referensi terbaru terutama meembahas
tentang Abses inguinal, sehingga untuk
pembuatan Karya Tulis Ilmiah lainnya
sumber referensi dapat bervariasi.
Bagi
institusi
pendidikan
diharapkan agar institusi menambah
koleksi buku referensi yang terbaru
khususnya buku tentang Abses agar
mahasiswa tidak lagi kesulitan dalam
mencari referensi yang up to date.
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan
Keperawatan
Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NICNOC, Jilid 1. Yogyakarta,
Mediaction ublishing.
Bakkara,
Cj.
(2012).
Pengaruh
Perawatan
Luka
Bersih
Menggunakan Sodium clorida
0,9% dan Povidine Iodine 10%
Terhadap Penyembuhan Luka
Post Apendiktomi RSU Kota
Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
20 April 2015.
http://repository.usu.ac.id/bitst
ream/123456789/31496/9/Cov
er.pdf
Braunwald [et al.] Kelainan karena agen
biologik dan lingkungan (Principles of
internal medicine 1). (1991). Buku Ajar
Ilmu
Penyakit
Dalam
Harrison,
Ed.11.Jakarta, EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2007).
Buku
Saku
Diagnosa
Keperawatan. Jakarta, EGC.
Doenges,Marilynn E. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi
3.Jakarta, EGC.
Dr. E. Oswari. (1989). Bedah dan
Perawatannya.Jakarta. Penerbit
PT Gramedia.
Farida, A. (2010). Keperawatan Medikal
Bedah.
http://repository.usu.ac.id/.sear
ch. 25 April 2015.
Febiana, T. (2012). Kajian Rasional
Penggunaan Antibiotik Di RSUD
Dr.KARIADI Semarang.
http://core.ac.uk.searh. 8 April
2015.
Herman, T. Heather. (2012). Diagnosa
Keperawatan
NANDA
International.Jakarta, EGC.
Kartika. N, Dewi. Buku Ajar-dasar
Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta. Salemba Medika,2011.
Korownyk, C. (2007). Evidence-Based
Approach to Abcess Management..
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.se
arch.10 April 2015.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik.
Vol.1. Jakarta, EGC.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik.
Vol.2. Jakarta, EGC.
Sjamsu Hidayat. R. W, (2004). Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta,
EGC.
Suwanto,T.
(2013).
Efektivitas
Penggunakan Larutan Nacl
dibandingkan dengan D40%
Terhadap Proses Penyembuhan
Luka.
http://ejournal.stikesmuhkudus.ac.id.se
arch.11 April 2015.
Vaughans, W.B. (2013). Keperawatan
Dasar. Edisi 1.Yogyakarta: rapha
publishing.
Wahjono, Hendro. (2007). Peran
Mikrobiologi
Klinik
Pada
Penganan Penyakit Infeksi.
http://eprints.undip.ac.id.searc
h.25 april 2015.
Download