peningkatan kemampuan bernalar siswa dengan pendekatan

advertisement
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN
SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT)
(PTK Kelas VII A Semester 1 SMP N 2 Sawit Boyolali 2013/2014)
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan oleh:
RATNA CITRA RUSYANI
A 410 100 072
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN
SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT)
(PTK Kelas VII A Semester 1 SMP N 2 Sawit Boyolali 2013/2014)
Oleh
Ratna Citra Rusyani1 dan N. Setyaningsih2
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,[email protected]
2
Staf Pengajar UMS Surakarta, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa
dengan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT). Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas VII A SMP Negeri 2 Sawit Boyolali yang
berjumlah 27 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, observasi, catatan lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah proses analisis
data , penyajian data dan verifikasi data. Validitas data menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penalaran matematika
siswa yang dapat dilihat dari indikator: 1) Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram sebelum tindakan 33% di akhir tindakan 88,8%
2) Kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model 37% dan di akhir
tindakan 44,4% dan 3) Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan 3,8% dan di akhir
tindakan menjadi 40,7 %. Sehingga disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan scientific
melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika siswa SMP Negeri 2 Sawit Boyolali.
Kata kunci: penalaran matematika, scientific, problem solving
Pendahuluan
Kemampuan bernalar sangat erat kaitannya dengan bagaimana manusia-manusia
mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari pernyataan langsung maupun tidak
langsung. Menurut Prof Dr. Daldiyono (2006:135) “Penalaran adalah proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.” Penalaran matematika yang mencakup
kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis merupakan ranah kognitif matematik
yang paling tinggi.
Penalaran matematis merupakan kemampuan dasar matematika yang harus dikuasai
siswa sekolah menengah. Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran, yaitu penalaran
induktif yang disebut pula induksi dan penalaran deduktif. Perbedaan antara deduksi dan
induksi pada dasar penarikan kesimpulan yang diturunkan ( Jurnal Yanto Permana dan Utari
Sumarmo: 116).
Berdasarkan wawancara dan observasi awal di SMP N 2 Sawit kelas VII A dengan
jumlah 27 siswa, mempunyai kemampuan penalaran yang bervariasi. Namun, sebagian besar
masih mempunyai kemampuan penalaran yang rendah dan sedang. Kemampuan penalaran
siswa VII A SMP N 2 Sawit dapat dilihat dari indikator (1) kemampuan menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram sebanyak 9 siswa (33 %),
(2) kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model 10 siswa (37 %) dan
kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan 1 siswa (3,8 %) . Akar penyebab
permasalahan tersebut bersumber dari siswa dan guru.
Akar penyebab yang berasal dari siswa adalah siswa kurang mengoptimalkan
kemampuan penalaran. Hal ini terlihat dari siswa yang cenderung malas mencoba
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang dijelaskan sehingga tidak ada usaha dari siswa untuk memahami apa yang
diajarkan oleh guru.
Selain itu, rendahnya kemampuan penalaran siswa diduga disebabkan karena
pembelajaran matematika di kelas yang masih menekankan pada pemberian latihan soal
kepada siswa (drill), sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun sendiri pengetahuan yang mereka miliki. Dan dapat pula disebabkan karena
model pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif sehingga siswa kurang memiliki
motivasi untuk mamahami materi yang disampaikan dan menyebabkan siswa malas berpikir
sehingga kemampuan bernalar siswa jadi rendah.
Salah satu alternatif yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi masalah di atas
adalah dengan menerapkan pendekatan Scientific. Pendekatan Scientific merupakan suatu
cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada
suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme
untuk
memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Metode ilmiah
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum (Kemendikbud : 205)
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain
dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya,
juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta
dari suatu fenomena atau kejadian. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runtut dan
sistematis,
dengan
menggunakan
kapasistas berfikir tingkat tinggi (High
Order
Thingking/HOT).
Dalam pendekatan Scientific digunakan metode ilmiah yang malatih siswa untuk
dapat menarik kesimpulan umum dari fenomena-fenomena khusus serta
mampu berpikir
logis, runtut dan sistematis, sehingga diduga dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematika siswa. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Scientific, menggunakan
langkah-langkah seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.
Untuk dapat membuat jejaring, harus tercipta pembelajaran yang kolaboratif antara guru dan
siswa atau antar siswa.
Untuk mewujudkan adanya kolaborasi siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan
scientific dapat digunakan strategi pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Spencer Kagen. Menurut Sasmawati (2012:22) teknik ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling mambagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat,
dan juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Berdasarkan keunggulan pendekatan Scientific dan strategi pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) diduga dapat meningkatkan penalaran siswa. Atas dasar permasalahan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengupayakan peningkatan kemampuan penalaran
siswa kelas VII A SMP N 2 Sawit.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan
kolaborasi antara peneliti dan guru matematika. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas VII A SMP N 2 Sawit Boyolali. Siswa kelas VII A berjumlah 27 orang. Guru
yang menjadi subjek tindakan adalah Anis Muljani, S.Pd. Penelitian dilakukan selama 5
bulan dimulai dari bulan September 2013 sampai bulan Februari 2014.
Metode pengumpulan data pada penelitian terdiri dari: 1) Metode tes untuk
memperoleh data tentang kemampuan penalaran matematika siswa setelah dilaksanakan
penelitian dengan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).
2) Metode observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui proses dan dampak yang timbul
setelah diterapkan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).
3) Metode catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat hal-hal yang penting saat
pembelajaran berlangsung. 4) Metode wawancara yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah wawancara tak terstruktur, dimana pertanyaan mengenai pandangan, sikap, dan
keyakinan subjek yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. 5) Metode dokumentasi
dilakukan untuk memperoleh foto-foto siswa SMP N 2 Sawit pada saat penelitian
berlangsung.
Teknik analisis terdiri dari tiga langkan yaitu 1) proses analisis data yang dilakukan
dengan menelaah semua data yang telah dikumpulkan, kemudian data yang diperoleh
dirangkum dan direkduksi. 2) penyajian data dilakukan dengan menyusun data yang yang
diperoleh dari hasil penelitian di SMP N 2 Sawit sehingga dapat menjadi informasi yang
dapat disimpulkan. 3) Verifikasi dataatau penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil
dari setiap tindakan untuk memperoleh derajad kepercayaan tinggi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil observasi awal diperoleh beberapa fokus penalitian diantaranya 1)
kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, 2)
kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model dan 3) kemampuan menarik
kesimpulan dari pernyataan. Berdasarkan dialog awal dan observasi pendahuluan tindakan
penelitian akan dilakukan sampai dua kali siklus dengan guru sebagai pelaksana tindakan dan
peneliti sebagai observer. Data sebelum tindakan menunjukkan kemampuan penalaran siswa
yang masih rendah dilihat dari indikator sebagai berikut: 1) Kemamampuan menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram hanya ada 9 (33%), 2)
kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model ada 10 siswa (37 %) dan 3)
kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan ada 1 siswa (3,8 %).
Adapun peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa dari sebelum tindakan
hingga sesudah tindakan siklus II dapat disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:
Sebelum
Tindakan
9 Siswa
(33%)
Siklus I
Siklus II
17 Siswa
(62,9%)
24 Siswa
(88,8 %)
2. Kemampuan memberikan penjelasan
dengan menggunakan model
10 Siswa
(37 %)
11 Siswa
(40,7 %)
12 Siswa
(44,4 %)
3. Kemampuan menarik kesimpulan dari
pernyataan
1 Siswa
(3,8 %)
5 Siswa
(18,5 %)
11 Siswa
(40,7 %)
Indikator Penalaran Siswa
1. Kemampuan menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar
dan diagram
Tabel 1
Data Peningkatan Penalaran Matematika Siswa
Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa
100%
Kemampuan menyajikan
pernyataan matematika secara
lisan, tertulis, gambar dan
diagram
90%
80%
70%
60%
Kemampuan memberikan
penjelasan dengan menggunakan
model
50%
40%
30%
Kemampuan menarik
kesimpulan dari pernyataan
20%
10%
0%
Sebelum tindakan
Siklus I
Siklus II
Grafik 1
Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa
Dari Tabel I dan Grafik I peningkatan hasil pada siklus I siswa masih belum terbiasa
dengan pelajaran yang diterapkan sehingga kemampuan penalaran matematika siswa belum
meningkat secara optimal, siswa membutuhkan waktu yang lama saat pembentukan
kelompok, dalam diskusi, siswa belum begitu aktif sehingga proses tanya jawab antara
siswa-siswa ataupun siswa-guru belum optimal dan sebagian siswa masih kesulitan dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Perbaikan yang dilakukan antara lain guru lebih
mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, kemuadian mamaksimalkan lagi penerapan
pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dengan
melaksanakan semua langkah yang sudah direncanakan dalam RPP, dan membiasakan siswa
untuk menyelesaikan masalah matematika dengan kemampuan penalaran matematika
mareka.
Peningkatan yang terjadi pada siklus II seperti disajikan pada tabel 1 dan grafik 1
dengan penerapan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT)
kemampuan penalaran matematika siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal
ini terbukti pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan situasi pembelajaran dengan
pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) , sudah aktif dalam
diskusi, kemampuan penalaran matematika siswa juga meningkat dibandingkan dengan siklus
I. Pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar dan pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru.
Pada siklus I indikator-indikator kemampuan penalaran matematika siswa sudah mulai
meningkat, tapi peningkatannya belum optimal. Masalah-masalah yang terjadi pada saat
pembelajaran siklus I dicari penyelesaiannya kemudian diadakan perbaikkan yang diterapkan
pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II memberikan dampak positif bagi
siswa. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya kemampuan penalaran matematika siswa
secara signifikan.Pada pertemuan berikutnya, guru lebih memaksimalkan lagi penerapan
pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).
Siswa yang belum mencapai ketiga indikator penalaran matematika dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut. Siswa ini belum mampu menyajikan pernyataan secara lisan, tertulis,
gambar dan diagram. Hal tersebut terlihat pada soal no 2 (Ubahlah kalimat “Nilai andi kurang
dari 8” ke dalam kalimat atau model matematika!) , pada jawaban siswa tertulis “8 ≤”
seharusnya “Nilai Andi” dimisalkan menjadi x sehingga jawabannya menjadi “x< 8, x adalah
nilai Andi”. Siswa ini juga belum mampu menjelaskan pernyataan dengan menggunakan
model. Hal ini dapat dilihat dari soal no 3 (Bandi dan Lino masing-masing mempunyai
kelereng (ܽ + 5) butir, dan (2ܽ − 1) butir. Jika kelereng Bandi kurang dari kelereng Lino,
tentukan nilai ܽ?), pada jawaban siswa tertulis “(ܽ + 5) +(2ܽ − 1)”, seharusnya “karena
kelereng Bandi < kelereng Lino” maka model matematikanya adalah “(ܽ + 5) < (2ܽ − 1)”.
Siswa ini dikatakan belum mampu memberikan kesimpulan dari pernyataan karena siswa ini
belum mampu mencari nilai a, dan belum menuliskan kesimpulan berapa nilai a.
Gambar 1
Jawaban Siswa Yang Belum Memenuhi Indikator Pencapaian
Ada juga siswa yang sudah menguasai ketiga indikator penalaran matematika yang
dapat dilihat pada Gambar 2. Siswa ini dikatakan sudah mampu menyajikan pernyataan
secara tertulis karena pada jawaban siswa pada soal no 2 (Ubahlah kalimat “Nilai andi kurang
dari 8”) yaitu “x< 8, misal x adalah nilai Andi” berarti siswa sudah mampu menyajikan
pernyataan matematika secara tertulis. Siswa ini dikatakan sudah mampu menjelaskan
dengan menggunakan model karena pada soal no 3 (Bandi dan Lino masing-masing
mempunyai kelereng (ܽ + 5) butir, dan (2ܽ − 1) butir. Jika kelereng Bandi kurang dari
kelereng Lino, tentukan nilai ܽ?), jawaban siswa menuliskan “Bandi < Lino, (ܽ + 5) < (2ܽ −
1)”. Hal ini berarti siswa sudah mampu menjelaskan pernyataan dengan menggunakan
model. Siswa juga sudah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan karena pada soal no 3
siswa sudah mampu mencari nilai a dengan benar yaitu a > 6 dan mampu menuliskan
kesimpulan dari nilai a yang didapat yaitu “ Jadi, nilai a < 6”.
Gambar 2
Jawaban Siswa Yang Sudah Memenuhi Indikator Pencapaian
Berdasarkan pembelajaran yang sudah terlaksana dan berakhir pada siklus II,
kemampuan penalaran matematika siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa. Hal ini dapat ditunjukkan sejalan
dengan meningkatnya indikator-indikator penalaran matematika siswa sebagai berikut:
a. Siswa mampu menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, dan gambar,
indikator ini dilihat dari bagaimana siswa dapat mengubah suatu pernyataan matematika
menjadi gambar ataupun tertulis.
Peningkatan indikator ini terlihat dari data yang diperoleh menunjukkan siswa
yang mampu menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, dan gambar
sebelum tindakan (33 %). Pada siklus I meningkat menjadi (62,9 %) dan siklus II
meningkat menjadi (88,8 %).
b. Siswa mampu memberikan penjelasan dengan menggunakan model, indikator ini dilihat
dari bagaimana siswa menggunakan model matematika dalam memecahkan soal yang
diberikan baik dalam diskusi kelompok maupun saat uji kemampuan individu.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mampu memberikan
penjelasan dengan menggunakan model sebelum tindakan (37 %) . Pada siklus I
meningkat menjadi (40,7 %) dan pada siklus II meningkat menjadi (44,4 %).
c. Siswa mampu menarik kesimpulan dari pernyataan, indikator ini dilihat dari bagaimana
siswa menyusun sebuah kalimat dalam menyatakan kesimpulan dari suatu pernyataan
masalah matematika yang ada. Menurut Yanto Permana dan Utari Sumarmo (2007)
penalaran merupakan proses berpikir dalam proses penarikan kesimpulan. Pada siklus II
siswa sudah mulai bisa menarik kesimpulan dari pernyataan matematika yang ada.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mampu menarik kesimpulan
dari pernyataan sebelum tindakan (3,8 %) , pada siklus I meningkat menjadi (18,5 %)
dan pada siklus II meningkat menjadi (40,7 %).
Dari hasil penelitian yang telah dicapai terhadap penelitian yang telah dilakukan, maka
penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Chris Rasmussen dan Karen Marrongelle (2006)
yang menyatakan bahwa pengamatan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari akan
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu penggunaan permaslahan sehari-hari yang disajikan
dalam LKS dapat meningkatkan penalaran siswa.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam tindakan juga berpengaruh terhadap
kemampuan penalaran matematika siswa. Dalam penelitian yang dilakukan, terjadi perbedaan
kemampuan penalaran siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan scientific. Setelah
diterapkan pendekatan scientific kemampuan penalaran matematika siswa mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum penerapan pendekatan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Kamsiyati, Marwiyanto, dan Sulistya Partono
Putro (2011) yang menyatakan adanya pengaruh antara pendekatan pembelajaran yang
diterapkan dengan kemampuan penalaran dan terhadap prestasi belajar matematika.
Dalam penerapan pendekatan scientific harus didukung oleh strategi pembelajaran yang
dapat mewujudkan kolaborasi siswa dalam pembelajaran. Strategi yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah Numbered Head Together (NHT). Setelah diterapkan strategi Numbered
Head Together (NHT) siswa menjadi lebih aktif dan kerjasama siswa dalam kelompok
menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasmawati (2012)
yaitu dengan Numbered Head Together (NHT) dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka.
Uraian data penelitian tersebut mendukung diterimanya hipotesis penerapan pendekatan
scientific melalui strategi Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika siswa yang meliputi 1) kemampuan menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, 2) kemampuan memberian penjelasan
dengan menggunakan model dan 3) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.
Simpulan
Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
penalaran siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sawit Boyolali setindakan kelas telah diadakan
tindakan kelas dengan pendekatan Scientific melalui strategi Numbered Heads Together
(NHT). Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa di kelas VII A SMP N 2 Sawit
Boyolali ditunjukkan dengan prosentase indikator ketercapaian kemampuan penalaran
matematika siswa yang mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai dengan
tindakan siklus II yang meliputi:
1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan
diagram.
Data hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam
menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. Sebelum
dilakukan tindakan siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
tertulis, gambar dan diagram hanya ada 9 siswa dengan prosentase 33%. Setelah
diadakan tindakan siklus I siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar dan diagram sebanyak 17 siswa (62,9 %). Setelah
dilakukan tindakan siklus II meningkat menjadi 24 siswa dengan prosentase 88,8 %.
2. Kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model
Sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mampu memberikakan penjelasan
dengan menggunakan model hanya 10 siswa dengan prosentase 37 %. Setelah diadakan
tindakan siklus I , siswa yang mampu memberikan penjelasan dengan menggunakan
model sebanyak 11 siswa ( 40,7 %). Setelah dilakukan tindakan siklus III dapat
meningkat menjadi 12 siswa dengan prosentase 44,4 %.
3. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan
Data hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam
menarik kesimpulan dari pernyataan. Sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu
menarik kesimpulan dari pernyataan hanya ada 1 siswa dengan prosentase 3,8 %.
Setelah diadakan tindakan siklus I siswa yang mampu menarik kesimpulan dari
pernyataan sebanyak 5 siswa ( 18,5 % ). Setelah dilakukan tindakan siklus II
meningkat menjadi 11 siswa dengan prosentase 40,7 %.
Daftar Pustaka
Chris Rasmussen dan Karen Marrongelle. 2006. Pedagogical Content Tools: Integrating
Student Reasoning and Mathematics in Instruction. Jurnal of Reseach in Mathematical
Eduacation. Vol 37 No 5.
Daldiyono.2006. Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sasmawati.2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. . Jurnal pendidikan vol. 30 No 2/Desember 20
Siti Kamsiyati, Marwiyanto, dan Sulistya Partomo Putro. 2011. Pengaruh Penerapan
Pendekatan Matematika Realistik dan Kemampuan Penalaran dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Pendidikan. Vol 1 no 1, 2011.
Yanto Permana, Utari Sumarmo.2007. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi
Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasiss Masalah. Jurnal pendidikan
vol.1 No 2/Juli 2007. ISSN:1907-8838
Download