PANDANGAN DUNIA TENTANG SPIRITUAL DALAM KUMPULAN

advertisement
PANDANGAN DUNIA TENTANG SPIRITUAL DALAM KUMPULAN
CERPEN CELENG SATU CELENG SEMUA
KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO
Oleh Elen Anggun Kusuma
NIM 11210141031
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) struktur tematik dalam
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua yang mencerminkan pandangan dunia
spiritual (2) kondisi sosial yang melatarbelakangi lahirnya kumpulan cerpen Celeng
Satu Celeng Semua (3) pandangan dunia kelompok sosial pengarang tentang spiritual
dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua (4) ekspresi pandangan dunia
pengarang dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua.
Subjek penelitian ini adalah kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua
karya Triyanto Triwikromo. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan
dengan masalah pandangan dunia tentang spiritual yang dikaji secara strukturalisme
genetik. Data diperoleh dengan teknik pustaka, simak dan catat, kemudian dianalisis
dengan metode dialektik menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data
diperoleh melalui validitas semantis dan realibilitas (intrarater dan interrater).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) struktur tematik dalam kumpulan
cerpen Celeng Satu Celeng Semua melalui hubungan antartokoh dan tokoh dengan
objek sekitar melakukan pencarian otentik terhadap pandangan dunia yang berkaitan
dengan spiritual kultural dan humanis, (2) kondisi sosial yang melatarbelakangi
lahirnya kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua merupakan kehidupan spiritual
di Indonesia dan Madinah serta pada masa transisi Orde Baru tahun 1998 (3)
pandangan dunia tentang spiritual ditunjukkan melalui mempertanyakan kembali
wujud spiritual manusia dalam kehidupan modern, nilai-nilai ketuhanan, humanism
dan keberagaman kultural, (4) ekspresi pandangan dunia kelompok sosial pengarang
dalam kumpulan Celeng Satu Celeng Semua merupakan kesadaran Triyanto
Triwikromo dan kelompok sosialnya dalam memperjuangkan gagasannya atas
berbagai peristiwa yang melatarbelakangi kumpulan cerpen ini terbit, mengenai
pemahaman yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan
manusia itu sendiri dan diekpresikan melalui tokoh hero problematik.
Kata kunci : pandangan dunia, strukturalisme genetik, cerpen, spiritual.
iv
WORLD VIEW ABOUT SPIRITUALISM IN THE SHORT STORIES
COLLECTION CELENG SATU CELENG SEMUA
BY TRIYANTO TRIWIKROMO
By Elen Anggun Kusuma
NIM 11210141031
[email protected]
ABSTRACT
This study is intended to describe: (1) tematic structure in the short stories
collection Celeng Satu Celeng Semua which mirror spiritual world view (2) the social
condition which become the background for the creation of the short stories
collection Celeng Satu Celeng Semua (3) the world view of a writer's social group
about spiritualism in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua (4) the
writer's expression of world view in the short stories collection Celeng Satu Celeng
Semua.
The subject of the study is the short stories collection Celeng Satu Celeng
Semua by Triyanto Triwikromo. The study focuses on the problem of the world view
about spiritualism using genetic structuralism theory. The data is obtained with
pustaka techinque, listen and note, then analised with dialectic method using
qualitative discriptive analysis. The data validity is obtained through semantic and
readability validity (intrarater and interrater).
The result of this study shows that: (1) there is tematic structure in the short
stories collection Celeng Satu Celeng Semua through the relationship between
characters and the characters with the object around them in authentic search of world
view in connection with cultural and humanism spiritualism, (2) the social condition
which become the background of the writing process of the short stories collection
Celeng Satu Celeng Semua is a spiritual existence in Indonensia and Madinah and on
the Orde Baru transition period in 1998, (3) the world view about spiritualism is
shown through the requestioning the form of human spiritualism in modern life, (4)
the expression of world view of the writer's social group in the short stories collection
Celeng Satu Celeng Semua is Triyanto Triwikromo's and his social group's awareness
to struggle to defend his ideas of various events which become the base of this short
stories collection to be published and about the deep understanding of the relationship
of man and God, nature and man which expressed through problematic hero
character.
Key words: world view, genetic structuralism, short stories, spritualism,
strukturalisme genetic.
iv
Celeng Semua, dengan menyajikan
A. PENDAHULUAN
berbagai hal, peristiwa dan konflik
Karya sastra merupakan karya
yang terlihat begitu kompleks..
imajinatif yang mempunyai hubungan
Triyanto
erat dengan hal-hal di luar karya.
spiritual masyarakat dalam karyanya.
membentuk karya sastra, Karena karya
tersebut
pengarang
yang
diciptakan
berperan
Hubungan manusia dengan manusia
oleh
dan
sebagai
Triyanto
masyarakat itu sendiri. Demikian juga
karya-karya
seperti
dalam
kumpulan
menampilkan konflik yang beragam
Triwikromo dalam kumpulan cerpen
seperti konflik toleransi keagamaan,
Celeng Satu Celeng Semua.
spiritualistas dan eksistensi manusia.
Di dalam fiksi dimensi waktu
yang
dalam
menjadi
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
halnya dengan cerpen-cerpen Triyanto
hal
selalu
Triyanto. Tema spiritual yang diangkat
ide dari peristiwa yang terjadi di
sebuah
Tuhannya
pembahasan
anggota masyarakat yang mengambil
adalah
juga
banyak menampilkan potret kehidupan
Faktor sejarah dan lingkungan ikut
sastra
Triwikromo
Keberagaman tematik itu, sekaligus
perlu
memperlihatkan perhatian pengarang
diperhatikan. Waktu yang berkenaan
atas berbagai masalah yang terjadi di
dengan alur dan latar menjadi sangat
negeri ini terutama masalah spiritual.
vital keberadaannya dalam sebuah
Sebuah sikap etik yang sering kali
cerita. Sebuah karya yang dihasilkan
menjadi kegelisahan mereka yang
seorang pengarang menjadi refleksi
peduli atas lingkungan di sekitarnya.
masa depan kelak. Penggambaran
peristiwa masa lalu bukan hal mustahil
Pandangan
jika digambarkan ulang dalam masa
Triwikromo
depan dengan dimensi waktu yang
menggunakan tinjauan strukturalisme
sama. Triyanto Triwikromo kiranya
genetik
berhasil mengolah konsep tersebut
jalinan antar tokoh juga latar di dalam
dalam kumpulan cerpen Celeng Satu
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
1
ini
Triyanto
untuk
menarik
diteliti
mengetahui apakah
Semua mengandung tegangan kuat
dan melakukan pencarian otentik.
dalam menciptakan kembali sejarah
Dunia spiritual yang menolak tatanan
dan kondisi sosial terutama kehidupan
yang ada sangat jelas tergambar pada
spiritual masyarakatnya. Penelitian ini
tokoh-tokohnya. Seperti halnya tokoh
juga meneliti pandangan Triyanto
Hamzah yang muncul sebagai pejuang
Triwikromo secara kritis sehingga
perang yang terbunuh di medan perang
pembaca
bahan
Uhud pada cerpen “Seperti Gerimis
mengetahui
yang Meruncing Merah”. Muncul
memiliki
pertimbangan
untuk
keterpihakkannya.
sosok
Dalam penerapan teori tersebut
ada
beberapa
syarat
yang
Hindun,
perempuan
yang
menaruh dendam pada Hamzah karena
harus
telah
membunuh
ayahnya.
Kedua
dipenuhi oleh sebuah karya sebagai
sosok dalam cerpen ini muncul lagi
objek kajian. Syarat tersebut adalah
pada zaman berbeda berabad-abad
sebuah
kemudian.
karya
memiliki
masterpiece
Dalam
cerita
yang
problematic)
melompati ruang dan waktu ini, tokoh
berhadapan dengan kondisi sosial yang
Setan justru ditampilkan sebagai sosok
memburuk (degraded) dan berusaha
yang hendak mencegah terjadinya
mendapat
pengulangan pembunuhan ini.
value).
(hero
yang
nilai
otentik
Degradasi
(authentic
adalah
suatu
Untuk mengetahui pandangan
keadaan yang bersangkutan dengan
tidak
dunia pengarang penelitian ini juga
terjembatani antara sang hero dengan
menyertakan analisis latar sosial dari
dunia
pengarang dan kondisi sosial yang
adanya
perpecahan
(Goldmann
yang
melalui
Faruk,
melatarbelakangi
2001:92).
karya.
Syarat-syarat hero problematic
lahirnya
sebuah
karya
sastra
Karena
terdapat pada tokoh-tokoh di dalam
sesungguhnya
tidak
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
pandangan
pengarang
Semua karya Triyanto Triwikromo ,
masyarakatnya. Pengarang memiliki
mereka mengalami kondisi degradasi
pandangan dalam menyingkapi fakta
2
terlepas
pada
tentang
sosial pada msyarakatnya. Pandangan
pandangan dunia pengarang dan kelas
pengarang dalam karyanya tersebut
sosial
merupakan
pandangan
ditekankan pada fakta-fakta dalam
subjek kolektif terhadap masalah yang
sebuah karya sastra yang selanjutnya
terjadi pada msyarakat. Dalam karya
dicari hubungannya dengan realitas
sastra
cerpen
sosial yang melingkupi penciptaannya.
Celeng Satu Celeng Semua akan
Jadi melalui pendekatan strukturalisme
muncul bagaimana sikap Triyanto
genetik dapat diketahui pandangan
Triwikromo sebagai individu maupun
dunia serta kelompok sosial pengarang
kelompok sosial terhadap kenyataan
dan ekspresi pandangan dunia spiritual
dari
yang dimiliki Triyanto Triwikromo
manifestasi
melalui
sudut
kumpulan
pandang
sehingga
dapat
perasaan,
pengalaman
pengarang,
diketahui
batin
kegelisahan-kegelisahannya.
pandangan
dunia
diharapkan
bukan
gagasa,
serta
Celeng Semua.
hanya
B. METODE PENELITIAN
ini
dapat
Dalam penelitian ini objek
penelitiannya adalah pandangan dunia
makna kontekstual atau refensial.
pengarang yang ada dalam kumpulan
cerpen tersebut. Objek tersebut akan
genetik
dianalisis secara cermat dan jelas
dapat dilihat sebagai suatu usaha
melalui setiap susunan kalimat-kalimat
menganalisis karya sastra dalam dua
pandangan.
Pandangan
dalam kumpulan cerpen Celeng Satu
pertama
Celeng
didasarkan pada pemikiran bahwa
karya
sastra
hanya
ada
karya
Triyanto
penerbit Gramedia Pustaka Utama
pada bulan Juli tahun 2013 melalui
eksistensinya ada jika dibaca sehingga
mampu
Semua
Triwikromo yang diterbitkan oleh
dalam
kesadaran pembaca, artinya bahwa
pembaca
kedua
Melalui
pengarang
srukturalisme
Analisis
dalam kumpulan cerpen Celeng Satu
memunculkan makna tekstual, tetapi
Teori
pengarang.
tinjauan
memaknainya.
strukturalisme
genetik.
Penelitian ini akan difokuskan pada
Pandangan kedua didasarkan pada
3
objek penelitian terhadap pandangan
untuk analisis mengenai hubungan
dunia
dalam
antar variable dengan memetakannya
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
di dalam keseluruhan struktur sosial
Semua karya Triyanto Triwikromo.
yang terikat.
spiritual
pengarang
Dalam penelitian ini, teknik
C. HASIL
analisis data yang digunakan adalah
PENELITIAN
PEMBAHASAN
teknik analisis deskriptif kualitatif.
1.
Hasil Penelitian
Teknik deskriptif kualitatif digunakan
a.
Struktur
karena
memang
data-data
DAN
Tematik
dalam
dalam
Kumpulan Cerpen Celeng Satu
penelitian ini berupa kata, kalimat atau
Celeng Semua karya Triyanto
paragraf yang berada di dalam cerita,
Triwikromo.
sehingga
bentuknya
Penjelasan
dalam
kualitatif.
paragraph
Goldmann
ini
Faruk,
ini peneliti menampilkan penjelasan
segala
sesuatu
sosial
pengarang
terkandung,
unsur
digunakan
dalam
cerita
utama dengan tokoh-tokoh lain yang
yang
dianggap berpengaruh dalam peristiwa
penyampaian
cerita.
Dalam
kaitannya
dengan
strukturalisme genetik, stuktur tematik
sangat
dihubungkan satu sama lain dengan
berpengaruh
besar
dalam
penemuan pandangan dunia kelompok
metode dialektik yang berlaku pada
sosial pengarang. Pandangan dunia
level karya sastra, yaitu menyelaraskan
pengarang dicerminkan melalui tokoh-
keseluruhan bagian sampai terbentuk
dengan
perhatian
hubungan antar tokoh hero atau tokoh
yang
Data-data di dalam penelitian ini akan
struktur
Pusat
antartokoh yang dimaksudkan, ialah
pandangan dunia.
sebuah
2012:72).
dalam stuktur tematik adalah relasi
yang
menunjukkan adanya pandangan dunia
kelompok
konsep
struktur yang bersifat tematik (via
dilakukan secara deskriptif, dalam hal
mengenai
memiliki
tokoh
koherensi
hero
problematik
yang
diciptkannya dalam karya-karyanya.
maksimal, khususnya stuktur oposisi
biner, analisis dialektik juga digunakan
4
Tema
besar
karya-karya
Indonesia pasca Orde Baru 1998, di
Triyanto Triwikromo adalah ragam
Semarang dan Madinah.
kehidupan spiritual manusia. Beberapa
c.
Pandangan
penelitian menggolongkan Triyanto
Spiritual
sebagai
napas
Cerpen
hero
Semua
penulis
dengan
posmodern.
Melalui
problematik
yang
Triyanto
tokoh
diciptakannya
memberikan
realitas
dialaminya
pengertian
sosial
dengan
tentang
kenabian
menggunakan
sentuhan
yang
permasalah
gagasan,
di
Triyanto
langsung.
Menurut
pandangan
dunia
aspirasi,
perasaan
yang
menghubungkan secara bersama-sama
anggota suatu kelompok sosial tertentu
dan
pandang kepercayaan lain.
Melatarbelakangi
Celeng
merupakan kompleks menyeluruh dari
seringkali
cerpennya yang membicarakan sudut
Sosial
karya
bersifat
Goldmann
dalamnya meskipun ada beberapa
b. Kondisi
Satu
mata menggambarkan fakta empiris
melihat
Islami
Celeng
Kumpulan
Pandangan dunia tidak semata-
spiritual. Karya-karya Triyanto yang
bertemakan
dalam
tentang
Triwikromo.
kepada pembaca tentang konflik batin
yang
Dunia
mempertentangkannya
dengan
kelompok sosial lain (Faruk, 1988:74).
yang
Kondisi
Penulisan
sosial
ini
kemudian
menstrukturasi struktur karya dalam
Kumpulan Cerpen Celeng Satu
pandangan
Celeng Semua Karya Triyanto
dunia.
Melihat
hero
problematik dalam kumpulan cerpen
Triwikromo.
Celeng Satu Celeng Semua karya
Berdasarkan catatan publikasi
Triyanto
karya kumpulan cerpen ini antara
masalah
tahun 2002 hingga tahun 2012 kondisi
spiritual,
sosial yang melatarbelakangi lahirnya
sebuah pemahaman tentang spiritual,
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
serta mempertanyakan kembali nilai
Semua
spiritual yang selama ini telah ada.
adalah
kondisi
sosial
di
5
Triwikromo
muncul
berbagai
tentang
bagaimana
hakikat
memandang
d. Ekpresi
Pandangan
Pengarang
Cerpen
dalam
Celeng
Semua
penderitaan adalah sebuah keindahan
Dunia
seperti kutipan berikut.
Kumpulan
Satu
karya
Celeng
Ya, bagi saya penderitaan
memang memesona. Bagi iblis, Ia
merasuk, meracun, mencandu dan nyaris
jadi tunangan kekal. Maka saya tak kaget
ketika berada dalam puncak kebahagiaan
sebagai muslim yang pada tahun 2002
naik haji, sang maha-derita mengajak saya
memahami sisi gelap, kesombongan,
ketakaburan, kebrengsekan saya sebagai
manusia (Triyanto, 2013:3)
Triyanto
Triwikromo
Setelah penentuan pandangan
dunia maka selanjutnya menentukan
genetis dari kumpulan cerpen Celeng
Satu Celeng Semua karya Triyanto
Triwikromo. Ekpresi pandangan dunia
Tema-tema Triyanto berangkat
kelompok sosial pengarang dalam
dari pengalaman Triyanto sebagai
kumpulan cerpen Celeng.
perekam gerak fenomena sosial yang
2.
Pembahasan
a.
Struktur
ada di sekelilingnya. Dalam catatan
dalam
pengantar untuk kumpulan cerpen
Kumpulan Cerpen Celeng Satu
Sayap Anjing yang diterbitkan Kompas
Celeng Semua karya Triyanto
pada tahun 2003 Triyanto menuliskan
Triwikromo.
pengalaman panjangnya dalam yang
Secara
Tematik
tematik
berhubungan dengan kelahiran karya-
Triyanto
Triwikromo menggunakan tema-tema
karyanya.
spiritual dalam beberapa karyanya,
tersebut pada akhirnya melahirkan
dalam halnya ini spiritual Islam.
cerpen
Ditinjau dari beberapa judul karyanya
Takroni” pada tahun 2002. Struktur
nampak jelas Triyanto memasukkan
tematik kumpulan cerpen Celeng Satu
unsur-unsur Islami. Salah satunya
Celeng Semua akan dijabarkan sebagai
kumpulan cerpennya Ular di Mangkuk
berikut.
Nabi yang diterbitkan pada tahun 2009
a.
oleh
Utama.
penerbit
Gramedia
Triyanto
Pengalaman
“Mata
Sunyi
menganggap
6
Perempuan
Kebenaran Bukan Milik
Sekelompok Orang.
Pustaka
Triyanto
Tokoh
narasi
Zubaedah
panjang
memberikan
dialami
oleh
semua
anaknya
perempuan orang Takroni begitu juga
beranggapan
Ibu Zubaedah. Kebutaan pada cerpen
bahwa memberikan makan merpati
ini rupanya memiliki makna tersendiri
dengan habbah merupakan wujud
dengan dimunculkannya pandangan
cinta kepada nabi. Eksisten Tuhan
baru tentang dunia.
Zulaekha.
sangat
Zubaedah
jelas
Zubaedah.
untuk
tersebut
Ia
terlihat
pada
sosok
menganggap
untuk
Entah karena bertanya mengapa
aku dilahirkan sebagai perempuan Takroni
atau disebabkan oleh penyakit keturunan
atau hal lain, pada usia yang sedang
mekar, aku benar-benar buta.
Dan Ayah, sebagaimana pria
Takroni lain, tak meratapi peristiwa duka
nestapa itu. “Sudah kubilang..jangan usil.
Jangan mempertanyakan apa-apa. Jangan
melihat yang tak pantas dilihat. Jangan…”
Maryam—Ibuku,
perempuan
yang
seindah dan secantik buah zaitun—selalu
memprotes pendapat Ayah. “Engkau
hanya tahu Hajar Aswad berwarna hitam.
Tetapi kau tak tahu Nabi juga memuliakan
Bilal, nenek moyang kita yang rupawan.
Engkau hanya tahu peziarah mengenakan
ihram putih, tetapi tak tahu betapa Kakbah
diselimuti kain hitam bertabur benang
emas. (Triwikromo, 2013:5)
menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi
Ia tak perlu susah payah masuk makam
dan menangis berdoa di atas pusara
makam yang dianggap mulia oleh
orang Madinah namun hanya cukup
memberikan habbah kepada merpatimerpati yang terbang di atas makam
Nabi seperti kutipan berikut ini.
Karena itu anakku, memberi makan
mereka sama saja memberikan cinta tak
habis-habis kepada Kanjeng Nabi. Jika
hanya ingin berbagi rasa cinta, kau tak
perlu memasuki makam keramat. Kau tak
perlu menangis dan meratap sepanjang
waktu di gundukan-gundukan tanah yang
dimuliakan oleh orang-orang Madinah.
Apalagi kau perempuan, anakku. Apalagi
kau hanya orang Takroni. (Triwikromo,
2013:4)
Pemahaman yang sama juga
terlihat pada tokoh Kufah dan Abu
Jenar. Kufah adalah seorang gadis
belia yang tinggal di sebuah kampung
di
Menjadi seorang wanita buta
ujung
tanjung
yang
nyaris
tenggelam akibat abrasi. Iya berteman
dengan menyandang sebagai orang
dengan Zaenab, seorang perempuan
Takroni merupakan beban tersendiri
dengan kulit bersisik dan lidah yang
bagi Zubaedah. Terlebih lagi kebutaan
7
ikannya
kepanasan.
2013:73-74)
bercabang. Kufah merupakan anak
perempuan dari Kiai Siti. Ia setia
(Triwikromo,
menjaga makam Syekh Muso, orang
Kebenaran milik sekelompok
yang dituakan di kampung tersebut
orang juga terlihat pada konflik yang
dan juga kakek buyut Kufah.
terjadi pada Azwar dalam cerpen
Suatu
malam
Abu
Jenar
“Burung Api Siti”.
mendatangi kampung dan menemui
Kiai
Siti
bermaksud
Azwar, ayah Siti, hanya karena
tidak pernah mau bergabung dengan para
serdadu dan orang-orang yang mengaku
paling suci, kali ini tak terhindarkan harus
menjadi makhluk buruan paling dibenci.
Puluhan orang dari kampung
sebelah—tentu bersama para serdadu dan
laki-laki beringas berjubah serbaputih—
menyerbu kampung di ujung tanjung
setelah Isya yang sangat tenang itu.
Mereka
mengasah amarah sambil
menjulur-julurkan lidah, mengacungacungkan parang, dan meneriakkan
kebesaran Allah berulang-ulang agar
segala tindakan tersucikan dari kesalahan.
(Triwikromo, 2013:82)
akan
menghancurkan makam Syekh Muso
dengan meledakkannya. Kufah terlihat
sebagai
sosok
yang
sangat
menghormati makam tersebut terlebih
Ia tidak ingin ikan-ikan yang hidup
sekeliling makam tersebut mati akibat
ledakan tersebut terlihat pada kutipan.
Seperti
pada
hari-hari
sebelumnya, tidak ada yang berani
Pemahaman kebenaran milik
melawan Abu Jenar. Karena itu dalam
benak
Kufah
yang
belum
sekelompok
bisa
orang
seperti
yang
menggapai nalar, itu berarti Abu Jenar
dijelaskan pada akhirnya mengalami
akan dituruti. Makam Syekh Muso
perpecahan. Kebenaran yang telah
akan diledakkan. Api akan melahap
direlatifkan oleh sekelompok orang
kampung.
memaksa kepentingan individu untuk
“Dan aku kira malam ini adalah
saat paling tepat untuk meledakkan
makam
itu.
Bersiaplah
kalian
melaksanakan perjuangan besar ini!!”
cerocos Abu Jenar lagi, menjijikkan.
Sambil membayangkan api yang
bakal melahap makam, Kufah teringat
pada ikan-ikan yang berkecipakan di
sekitarmakam. Dia tak ingin melihat ikan-
bergerak masuk ke dalam lingkup
kelompok sehingga kebenaran yang
bersifat
subjektif
diperhitungkan lagi.
8
sudah
tidak
cintanya
b. Spiritual Sebagai Pemahaman
menempatkan
Ketuhanan yang Luas
makam
Spiritual yang lebih kepada
yang Ia dapatkan sekarang.
anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia
Menjelang Ayah meninggal, dia
berdoa, “Tuhan yang Maha Melihat, telah
Engkau butakan anakku, telah Engkau
minta kembali segala keindahan cahaya
Madinah dari matanya. Aku tak akan
marah, ya Allah. Aku tak akan marah.
Tetapi Engkau Yang Maha Memberi,
berilah cahaya hati yang paling terang di
tengah-tengah kegelapan yang senantiasa
menguntit kehidupannya. (Triwikromo,
2013: 6)
merupakan anak dari Azwar. Azwar
yang
pembenci
Allah. Oleh sebab itu Azwar diburu
dirinya
yang
sebagai
orang suci untuk dibunuh dan dibantai.
“Kami harus membunuh mereka
karena
sebelumnya
mereka
akan
membunuh kami,” kata seorang serdadu.
“Kami harus membantai orangorang yang menistakan agama ini karena
mereka telah membunuh para jenderal
terlebih dahulu,” kata seorang pemuda
berjubah putih. (Triwikromo, 2013:81)
Tokoh
Zubaedah
yang
mengapa Ia selalu mensyukuri apa
kejadian di sekeliling. Siti seorang
mengatasnamakan
Tuhan
beberapa hal yang menjadi alasan
sosok yang mampu merekam segala
kampung
pemahaman
mampu menyentuh Tuhan namun ada
Api Siti”. Ia digambarkan sebagai
orang
metode
Melalui kebutaannya Ia bukan lagi
problematik dalam cerpen “Burung
dan
bentuk
subjektif dengan cara yang unik.
Triyanto. Siti merupakan tokoh hero
agama
sebagai
adalah
hero problematik yang diciptakan oleh
menistakan
gundukan-gundukan
Apa yang dikemukakan Zubaedah
yang begitu luas terlihat pada tokoh
orang
Triyanto
menemukan esensi Tuhan itu senditri.
mengantarkan pemahaman pada Tuhan
sebagai
Nabi.
keagamaan dan Zubaedah mampu
dorongan roh atau jiwa manusia
dianggap
kepada
c.
Islam sebagai Jalan Menuju
Kebaikan
Tema spiritual yang cerminkan
Triyanto
melalu
tokoh-tokohnya
merupakan pemahaman spiritual yang
luas
memiliki
dalam
memahami
Tuhan.
Pemahaman yang luas tersebut terlihat
pemahaman yang luas terhadap bentuk
9
pada tokoh Setan dan Jamuri. Di
Kondisi
dalam cerpen “Seperti Gerimis yang
menempatkan
Meruncing
kelompok
Merah”
tokoh
Setan
sosial
dua
yang
yang
kepentingan
berbeda
juga
muncul sebagai tokoh yang bisa
ditampilkan kembali oleh Triyanto
berubah menjadi tokoh lain dalam
Triwikromo pada tokoh Siti dan
cerita. Tokoh Setan bisa merubah
Azwar pada cerpen “Burung Api Siti”.
menjadi Hamzah dan mampu melewati
Pada
batas ruang dan waktu sehingga
dijelaskan
bahwa
tokoh
Azwar
mampu berubah lagi menjadi tokoh
merupakan
orang
yang
menjadi
Rosa yang merupakan teman sekantor
burunon
Hindun. Setan digambarkan sebagai
menistakan agama.
tokoh utama yang memegang kendali
Apa yang disembunyikan oleh
bangau-bangau dan pohon bakau? Jika
saja telinga Siti tidak ditulikan oleh
kicauan bangau, sesungguhnya ada jerit
panjang terakhir yang menyayat dari
sebelas perempuan dan laki-laki dewasa
yang lehernya dipancung oleh para
pembantai dari kampung sebelah. Para
pembantai itu meneriakkan nama Allah
berulang-ulang sebelum dengan hati
dingin mengayunkan parang, sebelum
dengan kegembiraan bukan alang
kepalang menusukkan bayonet ke
lambung. (Triwikromo, 2013:81)
cerita. Tokoh Setan menaruh banyak
perhatian pada Hindun.
Dan kau, Hindun, mengapa masih
mengasah pedang juga? Mengapa pada
saat tak ada burung-burung ababil
melintas di atas kuburan kau tetap
mengenang pertempuran sengit di Jabal
Uhud itu? Bukankah telah kau hentikan
segala puasa dan sakit yang mengaharubiru
Sudah kuduga kau mengabaikan
teriakan
parauku.
Bersama
kaum
Quraisy—wahai
pahlawan-pahlawan
kencanaku—kau bergegas menghitung
dan mencari orang-orang yang gugur
dalam perang besar itu. Aha! Kuhitung 55
tentara Nabi telah tewas. Sedang pasukan
Quraisy Cuma 22 orang. Ini jelas
kemenangan tak terperi. Kemenangan
terindah setelah jauh sebelumnya,
kudengar suara Ibnu Qami’ah berteriak
membelah gurun, “
pembahasan
warga
sebelumnya
karena
dianggap
Pada latar cerpen “Burung Api
Siti” merupakan sebuah malam yang
mencekam
dengan
datangnya
sekelompok orang yang menganggap
merekalah yang paling benar. Azwar
dituduh menistakan Islam karena Ia
menolak untuk bergabung dengan
kelompok tersebut. Pada kutipan di
10
atas jelas terlihat bahwa kelompok
akhirnya mendorong Triyanto untuk
radikal di kampung Azwar memaksa
menciptakan
untuk mengikuti kepercayaan yang
(Kompas, 2003) dan juga beberapa
dianut oleh kelompoknya tersebut.
cerpen pada kumpulan cerpen Celeng
b. Kondisi
Satu Celeng Semua. Tokoh Zubaedah
Sosial
yang
Melatarbelakangi
kiranya
Lahirnya
karya
mampu
Sayap
mewakili
Anjing
semua
Kumpulan Cerpen Celeng Satu
penderitaan yang ditangkap Triyanto.
Celeng Semua karya Triyanto
Madinah pada kenyataannya adalah
Triwi kromo.
sebuah tempat suci yang menyimpan
Kondisi
sosial
cerita pilu untuk beberapa orang
yang
seperti apa yang Triyanto kemukakan
melatarbelakangi lahirnya kumpulan
pada essai pengantarnya.
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
Pada saat semacam itu, saya
diingatkan betapa di tengah-tengah
kesuntukan menjadi tamu Allah, kita
masih menjadi binatang rakus yang
menyepelekan manusia lain, saling sikut
daat mencium hajar aswad atau berdoa di
raudah, adu cepat ketika melakukan
tawaf, dan memukul pendoa lain
manakala barisan kita didesak. Saya lupa
betapa
mencintai
Allah
dengan
mendebukan atau mengubah diri saya
menjadi zarah ternyata menerbitkan
penderitaan juga. Dan saya yakin
penderitaan yang sama akan dialami oleh
orang-orang yang dalam kehidupan
keseharian dianjingkan atau dinajiskan
oleh lingkungan. (Triwikromo, 2003:4)
dapat dikategorikan berdasarkan latar
belakang sosial budaya yang menjadi
acuan cerpen ini, serta hubungan
pengarang
dengan
latar
belakang
kehidupannya. Kondisi sosial tersebut
mendorong
Triyanto
melahirkan
tokoh-tokoh hero problematik yang
selanjutnya mengalami degrade dan
berusaha
bergerak
melakukan
perncarian.
Kondisi sosial di Madinah yang
Isu-isu
penuh dengan penderitaan yang seakan
G30S
tersebut
Kabbah
tergambar jelas pada cerepen “Burung
mengantarkan Triyanto menemukan
Api Siti”. Kampung tempat tinggal Siti
makna
yang
merupakan sebuah kampung di pesisir
sesungguhnya. Kondisi sosial tersebut
dan dikelilingi hutan bakau. Siti
tertutup
oleh
keindahan
penderitaan
11
terlahir sebagai seorang anak dari
pada
Azwar. Ia tinggal di sebuah kampung
“Seperti Gerimis yang Meruncing
muslim dan Siti digambarkan sebagai
Merah”. Realitas tersebut kemudian
seorang anak yang taat beribadah.
menjadi fakta kemanusiaan sebagai
Kemiripian latar pada cerpen ini juga
latar kondisi sosial yang carut marut
terlihat bahwa di dalam kampung Siti
akibat pemberontakan seperti yang
terdapat juga makam keramat yang
digambarkan pada kutipan berikut ini.
gelap dan berada diujung tanjung dan
Maka ketika kota ini diamuk oleh
kerusuhan dan hampir semua perempuan
berkulit kuning gading diperkosa beramairamai oleh para zombie bayaran,
kubisikkan kata-kata busuk ke telinga
Hamzah.
“Ayo Hamzah! Kapan lagi kalau
tak sekarang!” sambil mengenang arwah
Hamzah lain yang kupastikan berusaha
menghalang-halangiku,
kalau
Singa
Gurun itu masih hidup. (Triwikromo,
201316)
diperlihatkan pada kutipan berikut.
Karena penasaran, Siti dari masjid
hendak bergegas ke rumah, tiba-tiba
berbalik arah menuju tanah lapang ytang
dikelilingi hutan bakau tak jauh dari
makam yang dikeramatkan. Dari tanah
lapang itulah, ia akan bisa dengan
saksama mnelihat segala yang terjadi pada
burung-burung bangau yang berkerumun
di tanah becek, diantara pohon-pohon
bakau. Tentu jika memang benar ular-ular
raksasa itu melahap secara sembarangan
burung-burung
bangau
kesayangan,
dengan oncor yang terus menyala Siti
akan
mengusir
binatang-binatang
menyeramkan
itu.
(Triwikromo,
2013:2013:80
Isu-isu
politik
G30S
Triyanto
tersebut
kemudian
dicerminkan
Kufah”
kelam
Indonesia
cerpen
latar
cerita
digambarkan
pantai. Kampung tempat tinggal Kufah
berada di ujung tanjung dikelilingi
oleh hutan bakau. Kampung kecil yang
dihuni sebagian orang muslim yang
taat
realitas
beribadah
tersebut
memiliki
sebuah makam keramat tetua kampung
tiap
yang dihormati bernama Syekh Muso.
karyanya melalui tokoh ataupun latar.
Sejarah
dalam
berada pada sebuah kampung pesisir
yang
pada
Setan
Pada cerpen “Ikan Terbang
terjadi di Indonesia juga direkam jelas
oleh
tokoh
Konflik terjadi ketika sekelompok
tersebut
orang yang dipimpin oleh Abu Jenar
menjadi sebuah potret perang dan
akan membangun sebuah resor dan
kekacauan seperti yang digambarkan
12
menghancurkan makam Syekh Muso
dengan manusia dan alam. Hal tersebut
yang terlihat pada kutipan berikut ini.
ditunjukkan oleh tokoh Zubaedah pada
cerpen
Pandangan
Sosial
sebagai berikut.
Karena itu anakku, memberi
makan mereka sama saja memberikan
cinta tak habis-habis kepada Kanjeng
Nabi. Jika hanya ingin berbagi rasa cinta,
kau tak perlu memasuki makam keramat.
Kau tak perlu menangis dan meratap
sepanjang waktu di gundukan-gundukan
tanah yang dimuliakan oleh orang-orang
Madinah. Apalagi kau perempuan,
anakku. Apalagi kau hanya orang Takroni.
(Triwikromo, 2013:4)
Kelompok
Beberapa penulis berada pada
Pengarang
Tentang
satu kelompok sosial pengarang yang
Kumpulan
karyanya merupakan perwakilan dari
dalam
Celeng
Semua
Satu
karya
Celeng
suatu kelompok tersebut. Pandangan
Triyanto
Triwikromo
Triyanto
tentang
humanis
tersebut
pernyataan
Melalui
Triyanto
Perempuan
Dunia
Spiritual
Cerpen
Sunyi
Takroni” melalui sebuah ucapannya
Kufah tidak percaya pada
akhirnya orang-orang kota benar-benar
akan menghancurkan makam Syekh Muso
yang menjulur di ujung tanjung yang
dikepung oleh hutan bakau dan cericit
ribuan bangau. Mereka akan membangun
resor di kampung penuh ikan terbang itu.
Kufah keberatan bukan karena nisan
Syekh Muso sering menguarkan cahaya
hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika
sewaktu-waktu
tanjung
itu
turut
dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama
memandang
bulan
sambil
mengecipakkan kaki di kebeningan air
laut yang jika pasang tiba, kerap
mengempaskan segala benda tak terduga.
(Triwikromo, 2013:71)
c.
“Mata
spiritual
tokoh-tokohnya
menganggap
dinilai
dari
Tuhan
namun
bahwa
hubungannya
juga
senada
dengan
Kuntowijoyo
bahwa
akhirnya
bergeser
pada
Ma’ruf dalam arti sederhananya adalah
menyuruh kepada kebaikan. Dalam
yang bersifat humanis. Ia tidak hanya
berpikir
Islam
humanisme atau amar ma’ruf. Amar
pemahaman
Islam merupakan sebuah kebebasan
mutlak
konsep
penafsiran lebih lanjut, amar ma’ruf
keimanan
dimaknakan
dengan
“pemanusiaan”
hubungannya
13
sebagai
upaya
Upaya
berjudul “Ikan Terbang Kufah”. Abu
humanisasi dapat berarti upaya untuk
Jenar dan para pengikutnya akan
melawan segala bentuk dehumanisasi
membangun sebuah resor di kampung
dan
Kufah
(emansipasi/humanisasi).
loneliness
(privatisasi
dan
akibatnya
konflik
tersebut
individuasi). Dehumanisasi ini terjadi
muncul dengan berbagai kepentingan
di
individu dan akhirnya mengorbankan
antaranya
karena
dipakainya
dalam
masyarakat,
teknologi
di
misalnya
sebuah
pabrik
nyawa yang tak berdosa.
yang
humanisme
Kufah tidak percaya pada
akhirnya orang-orang kota benar-benar
akan menghancurkan makam Syekh Muso
yang menjulur di ujung tanjung yang
dikepung oleh hutan bakau dan cericit
ribuan bangau. Mereka akan membangun
resor di kampung penuh ikan terbang itu.
Kufah keberatan bukan karena nisan
Syekh Muso sering menguarkan cahaya
hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika
sewaktu-waktu
tanjung
itu
turut
dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama
memandang
bulan
sambil
mengecipakkan kaki di kebeningan air
laut yang jika pasang tiba, kerap
mengempaskan segala benda tak terduga.
(Triwikromo, 2013:71)
pandang
Pandangan yang serupa juga
kepentingan yang berbeda. Dalam
dikemukakan oleh Emha Ainun Nadjib
cerpen
Terbakar
melalui bukunya Sedang Tuhanpun
Kuntowijoyo
Cemburu (Bentang, 2015) . Emha
memperlihatkan tindakan sewenang-
Ainun Nadjib (2015:71) menyebut
wenang seorang santri yang membakar
bahwa kulturalisme merupakan sebuah
rumah
keberlangsungan
menjadikan manusia semata objek dan
menciptakan
bergerak
otomatisme
secara
(manusia
otomatis
tanpa
kesadaran) (Kuntowijoyo, 1997).
Kecenderung bahwa Triyanto
dan Kuntowijoyo merupakan satu
kelompok sosial terlihat dari tokohtokoh
hero
problematik
yang
diciptakan. Suatu kelompok orang
tidak
memahami
disebabkan
oleh
Rumah
(Kompas,
arti
sudut
yang
2013)
tempat
menimbulkan
pelacuran
korban
yang
sosial
ketika
orang-orang
sejumlah kesepakatan aturan, etika,
tidak berdosa. Konflik yang terjadi
norma hukum, logika, politik, nalar
senada dalam cerpen Triyanto yang
profesionalisme, rasionalitas birokrasi
14
“Kami harus membunuh mereka
karena
sebelumnya
mereka
akan
membunuh kami,” kata seorang serdadu.
“Kami harus membantai orangorang yang menistakan agama ini karena
mereka telah membunuh para jenderal
terlebih dahulu,” kata seorang pemuda
berjubah
sebaputih.
(Triwikromo,
2013:81)
atau juga patok-patok keagamaan—
menjadi
relatif
atau
sengaja
direlatifkan oleh pola-pola tertentu dari
budaya komunitas pelakunya. Hal
tersebut seperti yang digambarkan
Triyanto
pada
toko
hero
yang
mewakili dalam cerpen-cerpennya.
Tokoh Siti dan Azwar pada
Pandangan
spiritual
tentang
cerpen Burung Api Siti merupakan
Tuhan yang terbentur melalui agama
salah satu tokoh yang mencerminkan
dan
pandangan
Triyanto
pemikiran yang cenderung subjektif.
menciptakan konflik serupa dengan
Agama setidaknya merupakan sebuah
dibangunnya
jalan
tersebut.
sebuah
kelompok
ritus-ritusnya
pembenaran
menyebabkan
seperti
yang
masyarakat yang menyebut dirinya
dikemukakan Emha (2013:74) bahwa
suci membantai orang-orang yang
agama
dianggapnya
agama.
pembenar kemapanan kultur. Nilai-
Azwar merupakan tokoh yang menjadi
nilai agama diterima sejauh merupakan
buronan utama untuk dibantai terlihat
pembenaran, bukan sebuah kebenaran.
pada kutipan berikut ini.
Ritus keagamaan yang kaku pada
Apa yang disembunyikan oleh
bangau-bangau dan pohon bakau? Jika
saja telinga Siti tidak ditulikan oleh
kicauan bangau, sesungguhnya ada jerit
panjang terakhir yang menyayat dari
sebelas perempuan dan laki-laki dewasa
yang lehernya dipancung oleh para
pembantai dari kampung sebelah. Para
pembantai itu meneriakkan nama Allah
berulang-ulang sebelum dengan hati
dingin mengayunkan parang, sebelum
dengan kegembiraan bukan alang
kepalang menusukkan bayonet ke
lambung.
Islam tentang haram dan tidak juga
menistakan
hanya
berfungsi
sebagai
dimunculkan Triyanto pada konflik
yang terjadi pada cerpen “Lengtu
Lengmua”.
Jamuri
merupakan
seorang
peternak celeng yang bersikukuh akan
membiakkannya di sebuah kampung
yang Islami. apa yang dilakukan
Jamuri
15
dianggap
sebagai
khotbah tamu berjenggot yang lebih
dikenal sebagai Panglima Langit Abu
Jenar tersebut. Hanya, karena dalam
bayangan Kufah, Abu Jenar tampak
sebagai raksasa yang bengis dan rakus
serta bersiap melahap apapun, Ia selalu
meninggalkan rumah ketika Kiai Siti dan
hantu bermulut penuh lender itu bercakap
tentang perjuangan akbar dan hutan bakau
yang bakal digusur. Ia juga tidak suka
pada Abu Jenar karena Sang Panglima
Langit selalu memandang dengan mata
nakal setiap bersitatap dengan dirinya. Ia
makin benci ketika mendengar gunjingan
Abu Jenar hendak menjadikannya diri
sebagai istri keempat. (Triwikromo,
2013:72-73)
penyimpangan dikarenakan sebagian
besar penduduk kampung tidak ada
yang berani memegang hewan yang
dianggap haram tersebut.
“Celeng-celeng itu akan mati
kalau Allah tak menghendaki!” kata Kiai
Siti sesaat setelah Rajab melaporkan
segala yang dia alami kepada tetua
kampung yang hampir-hampir tak pernah
marah itu di masjid.
“Tetapi kita tetap saja harus
menolak Jamuri membiakkan celeng di
sini, Kiai. Di kota telah berkembang
wabah celeng loreng. Siapa pun yang
diseruduk celeng akan bertabiat seperti
babi liar.”
“Kalau Allah tak menghendaki
wabah itu datang, kampung kita akan
aman..”. (Triwikromo, 2013:94)
Ketaatan
terhadap
ajaran
kepada guru atau orang yang disegani
di sebuah kampung lengkap dengan
Melalui
pembacaan
tokoh
atribut
Setan dalam memahami baik dan jahat
pemahaman
secara relatif memperoleh pemahaman
pada
setiap
dengan
berjenggot
berkembang
lingkup Islami dan memakai atribut
dan
memakai
di
Jawa
para
kiai
merupakan kelompok pimpinan agama
keagamaan yang dipandang sebagai
belum
radikal.
sebagai guru. Sejak Islam masuk dan
cerpen ini. Manusia yang hidup dalam
taat
sangat
sorban putih tidak pantas diakui
juga diberdebatkan dalam kumpulan
yang
merupakan
sebagai orang yang paham agama
individu.
Berbagai pemahaman tentang spiritual
muslim
yang
ini
Sosok Abu Jenar yang digambarkan
bahwa kebaikan dan kejahatan bersifat
subjektif
keagamaan
yang kompak, mempunyai karisma
tentu
kepemimpinan, kultur dan gaya hidup
seluruhnya baik.
yang
sangat
homogenous)
Kufah suka sekali mengintip dan
mendengarkan
secara
serampangan
serasi
sehingga
(highly
dapat
dikatakan memiliki ciri-ciri kelompok
16
yang oleh Durkheim ditandai oleh
mereka sebagai manusia bebas dalam
ikatan
hal ini bebas berkehendak. Secara
solidaritas
mekanistik
(mechanical solidarity), sehingga tidak
terang-terangan
ada
yang
ideologi bahwa kebenaran itu mutlak
melanggar moral agama dan lain-
terlebih masalah spiritual. Kebenaran
lainnya. (Wahid, 1999:80)
spiritual adalah milik pribadi dan
persoalan
adanya
Triyanto
kiai
menganggap
Triyanto
menolak
bukan milik sekelompok orang seperti
ketimpangan sosio-kultural tersebut
yang
akibat pengaruh dari budaya kota
Zubaedah pada cerpen “Mata Sunyi
(urban
Perempuan Takroni”.
culture)
pedesaan.
yang
Tokoh
masuk
Abu
ke
kiai
atau
orang
yang
disegani yang telah terpengaruh oleh
budaya kota dan pada akhirnya tokoh
Abu Jenar mengalami dorongan untuk
melakukan
tindakan
kepentingan
individu
berdasarkan
dan
oleh
tokoh
Karena itu anakku, memberi
makan mereka sama saja memberikan
cinta tak habis-habis kepada Kanjeng
Nabi. Jika hanya ingin berbagi rasa cinta,
kau tak perlu memasuki makam keramat.
Kau tak perlu menangis dan meratap
sepanjang waktu di gundukan-gundukan
tanah yang dimuliakan oleh orang-orang
Madinah. Apalagi kau perempuan,
anakku. Apalagi kau hanya orang Takroni.
(Triwikromo, 2013:4)
Jenar
merupakan bentuk dari salah satu
kelompok
digambarkan
tidak
Pandangan
terlepas dari faktor sosial politik.
dunia
tentang
kebenaran bukan milik sekelompok
d.
Ekspresi
Pengarang
Pandangan
dalam
orang
Dunia
juga
“Burung
Kumpulan
terlihat
Api
pada
Siti”.
tidak
lagi
cerpen
Kebebasan
Cerpen Celeng Satu Celeng Semua
berpendapat
dihargai.
karya Triyanto Triwikromo.
Kebenaran individu tidak diakui oleh
beberapa kelompok. Oleh sebab itu
Dengan menggunakan tokohtokoh kejiwaan yang problematis,
kelompok
memberikan rasa independen dalam
melakukan perbuatan pemaksaan agar
tiap
mampu
beberapa orang yang tidak sependapat
mematahkan apa yang telah menindas
dengannya mau tidak mau menjadi
tokohnya
dan
17
tersebut
akhirnya
bagian dari kelompoknya. Konflik
tempat dikebumikan tetua kampung
sosial
mereka Syekh Muso, sementara bagi
dan
tertentu
kepentingan
kelompok
mengakibatkan
Azwar
penduduk
kota
menjadi buronan. Pandangan dunia
dianggap
tempat
Triyanto terlihat pada kutipan berikut
membangun resort. Pada peristiwa
ini.
tersebut menunjukkan perbedaan dua
Akan tetapi Oktober yang kian
panas dan ganas tetap saja tak
memiliki
cara
lembut
untuk
memperkenalkan kematian kepada
Siti. Para pemberani—yang dari bisikbisik di kampung sebelah telah
dirasuki arwah para jenderal yang
dibunuh di kota yang jauh—sepanjang
siang sepanjang malam mencari
siapapun yang dianggap sebagai para
pemuja iblis, yakni iblis-iblis yang
senantiasa
mengibar-ngibarkan
bendera palu-arit dan menari-nari
sambil
bernyanyi-nyanyi
saat
menghajar para jenderal dan para
pemeluk teguh.
Azwar,ayah Siti, hanya keran
tidak pernah mau bergabung dengan
para sedadu dan orang-orang yang
mengaku paling suci, kali ini tak
terhindarkan harus menjadi makhluk
buruan paling dibenci. (Triwikromo,
2013:85)
kepentingan yang berbeda dan Kufah
Triyanto
peristiwa
dan
makam
untuk
Syekh
Ia
resor
tidak
ataupun
Muso,
Ia
mempermasalahkan hal yang lebih
dekat dengannya yaitu ikan-ikan yang
hidup di sekeliling makam Syekh
Muso seperti pada kutipan berikut.
Kufah tidak percaya pada
akhirnya orang-orang kota benar-benar
akan menghancurkan makam Syekh Muso
yang menjulur di ujung tanjung uang
dikepung oleh hutan bakau dan cericit
ribuan bangau. Mereka akan membangun
resor di kampung penuh ikan terbang itu.
Kufah keberatan bukan karena nisan
Syekh Muso sering menguarkan cahaya
hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika
sewaktu-waktu
tanjung
itu
turut
dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama
memandang
bulan
sambil
mengecipakkan kaki di kebeningan air
laut yang jika pasang tiba, kerap
mengempaskan segala benda tak terduga.
(Triwikromo, 2013:71)
menggambarkan
kepentingan.
strategis
tersebut.
mempermasalahkan
makam sebagai pergulatan berbagai
kekuasaan
tersebut
hadir sebagai tokoh yang merekam
Pada cerpen “Ikan Terbang
Kufah”
kampung
Bagi
penduduk kampung makam tersebut
dianggap keramat karena disitulah
18
Pandangan Triyanto mengenai
kelompok
sosialnya.
Triyanto
spiritual juga ditunjukkan melalui
menganggap
tokoh Abu Jenar yang dianggapnya
merupakan hal yang relatif. Pandangan
sebagai tetua kampung yang dihormati
dunia
dengan
namun
tokohnya memberikan semangat baru
memiliki sifat kurang baik. Metode
terhadap karya sastra Indonesia yang
keagamaan menjadi sebuah aturan
kini tengah dilanda carut marut konflik
yang kaku dan banyak disalahgunakan.
sosial dan budaya.
memakai
sorban
bahwa
Triyanto
kebenaran
melalui
tokoh-
Tokoh Abu Jenar pada cerpen “Ikan
Terbang
Kufah”
secara
jelas
D. PENUTUP
mencerminkan pemahaman Islam yang
a.
salah kaprah.
Berdasarkan
Kufah suka sekali mengintip dan
mendengarkan
secara
serampangan
khotbah tamu berjenggot yang lebih
dikenal sebagai Panglima Langit Abu
Jenar tersebut. Hanya karena dalam
bayangan Kufah, Abu Jenar tampak
sebagai raksasa yang bengis dan rakus
serta bersiap melahap apapun, ia selalu
meninggalkan rumah ketika Kiai Siti dan
hantu bermulut penuh lendir itu bercakap
tentang perjuangan akbar dan hutan bakau
bakal digusur. Ia juga tidak suka pada Abu
Jenar karena Sang Panglima Langit selalu
memandang dengan mata nakal setiap
bertatap dengan dirinya. Ia makin benci
ketika mendengar gunjingan Abu Jenar
hendak menjadikan dia sebagai istri
keempat. (Triwikromo, 2013:72-73)
Triwikromo
sebagai berikut.
(1) Analisis struktur tematik
yang dilakukan terhadap kumpulan
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
memperlihatkan
dan
kemudian
tema
besar
yang
digunakan Triyanto Triwikromo yang
kemudian
digunakan
untuk
menemukan pandangan dunia Triyanto
Triwikromo. Struktur tematik yang
ditemukan adalah kebenaran bukan
milik sekelompok orang, spiritual
dilihat sebagai pemahaman ketuhanan
tentang
yang luas dan Islam sebagai jalan
spiritualnya dicerminkan pada tokohtokohnya
pembahasan,
dapat disimpulkan sejumlah rumusan
Relasi antara pandangan dunia
Triyanto
Kesimpulan
menuju kebenaran. Struktur tematik
mereka
tersebut terlihat dari interaksi dan
memulai pencarian terhadap nilai di
19
ideologi yang dibawakan oleh tokoh
yang terjadi di negara Arab, maraknya
hero problematik yang merupakan
isu-isu politik masa transisi Orde Baru.
cermin pandangan dunia Triyanto
Dampaknya adalah maraknya tindak
Triwikromo.
kriminalitas dan anarkis dari kelompok
Relasi
antar
tokoh
dengan
separatis yang terjadi di masyarakat.
objek yang ada di sekitarnya sebagian
(3) Analisis terhadap struktur
besar mengacu pada kehidupan Islami.
tematik
latar tempat sebagian besar berada di
Celeng Satu Celeng Semua dapat
sebuah
dengan
ditemukan pandangan dunia pengarang
nilai
mengenai spiritual. Dalam kumpulan
spiritual yang tinggi. Suasana latar
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
sosial pada kumpulan cerpen ini
Triyanto melalui beberapa tokohnya
adalah
mempertanyakan
kampung
masyarakat
pesisir
yang
memiliki
ketimpangan
sosial
dari
dalam
kumpulan
kembali
perbedaan kelas sosial. Ketimpangan
spiritual
tersebut
beberapa
kehidupan
kelompok orang memiliki pendapat
ketuhanan,
humanisne
yang
keberagaman
kultural.
menyebabkan
berbeda
dan
menimbulkan
berbagai konflik.
(2)
Kondisi
cerpen
manusia
nilai
terutama
modern,
di
nilai-nilai
dan
Melalui
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
sosial
yang
Semua
Triyanto
mencoba
melatarbelakangi lahirnya kumpulan
mengemukakan kepada dunia yang
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
serba
adalah kehidupan spiritual masyarakat
kebenaran relative, kebenaran bukan
Indonesia.
hanya
kelompok
Munculnya
berbagai
milik
termasuk
sekelompok
tentang
orang.
Munculnya
Melalui bagian-bagian dari kumpulan
kelompok keagamaan yang beragam
cerpen Celeng Satu Celeng Semua
tersebut pada akhirnya menimbulkan
Triyanto
gejolak
pandang dalam melihat nilai spiritual
Perbedaan
keagamaan.
relatif,
di
tengah
masyarakat.
kepentingan
antara
memperbincangkan
sudut
dan memaknai Tuhan dalam diri
masyarakat kota dan desa. Perbudakan
manusia.
20
(4) Ekspresi pandangan dunia
A. Saran
kelompok sosial pengarang dengan
Beberapa saran dari peneliti
kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng
Semua
melalui
tokoh
ini, melihat hasil kesimpulan yang
hero
telah disampaikan di atas maka saran
problematiknya mencerminkan kondisi
sosial
dimana
negara
yang
Indonesia
memiliki
kepercayaan.
berbagai
Indonesia
umumnya,
merupakan
seseorang
namun
Selain itu, pembaca juga diharapkan
mampu lebih mengenal beberapa teori
dari
sastra, terutama yang digunakan dalam
bagaimana Ia memaknai Tuhan secara
menyeluruh
beserta
alam
dan
hubungannya
dengan
manusia
itu
penelitian
adalah
bagaimana
nilai
manusia
ini mampu memacu untuk memantik
spiritual
penelitian-penelitian berikutnya yang
hidup
lebih baik.
Kedua,
manusia itu sendiri. Triyanto menolak
dominan
memperioritaskan
hak-hak
pembaca
sastra. Bagi peneliti, semoga penelitian
berimbang dengan Tuhan, alam dan
ideologi
sehingga
tersebut untuk mengkaji sebuah karya
tokoh kejiwaan yang problematis,
memaknai
ini,
mampu mengerti manfaat dari teori
sendiri. Dengan menggunakan tokoh-
Triyanto
ini
mengenai model penelitian sastra.
bukan
dilihat
penelitian
mampu mengembangkan pengetahuan
dilihat dari atribut keagamaan atau
ketaatannya
semoga
mampu menambah wawasan serta
keagamaan. Triyanto mengungkapkan
spiritual
sebagai
Pertama, bagi pembaca pada
sistem
negara yang sensitif terhadap isu
bahwa
dikemukakan
berikut.
dipandang sebagai negara kesatuan
yang
akan
cerita-cerita
yang
dituturkan dalam kumpulan cerpen ini
yang
dikemas dengan sangat pintar dan
suatu
menarik untuk dijadikan bahan bacaan
komunitas yang umum dan abstrak di
dan pembelajaran karena isinya sarat
atas hak-hak individual.
dengan ajaran-ajaran yang menambah
wawasan. Pandangan dunia spiritual
21
http//regional.kompas.com
pada 14 Juli 2016.
Triyanto diharapkan mampu
menumbuhkan
rasa
kepedulian
Kuntowijoyo. 1997. Menuju Ilmu
Sosial
Profetik
dalam
Republika, Kamis, 7 Agustus
1997, Jakarta
terhadap sesama, saling menghormati
antar
pemeluk
agama.
Penulis
menyadari masih banyak hal yang
dapat
dipelajari
dalam
kumpulan
______. 1999. Cetakan Ke-2. Manusia
dan
Kebudayaan.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
cerpen Celeng Satu Celeng Semua dan
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
_______. 2001. Muslim Tanpa Masjid:
Esai-esai Agama, Budaya dan
Politik
dalam
Bingkai
Strukturalisme
Transendental. Bandung:
Mizan.
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bisri, KHA. Mustofa. 2016. Saleh
Ritual, Saleh Sosial. Yogyakarta:
DIVA Press
Faruk
diakses
______. 2013. Pelajaran Pertama bagi
Calon Politisi: Kumpulan
Cerpen Kompas. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
HT. 1988. Strukturalisme
Genetik dan Epistemologi
Sastra. Yogyakarta: Lukman
Offset
Nadjib, Emha Ainun. 2015. Sedang
Tuhanpun Cemburu. Jakarta:
Bentang Pustaka.
________. 2010. Pengantar Sosiologi
Sastra dari Strukturalisme
Genetik
Sampai
PostModernisme.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
_______. 2015. Tuhanpun Berpuasa.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kompas.
________. 2012. Pengantar Sosiologi
Sastra dari Strukturalisme
Genetik
Sampai
PostModernisme.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset. Edisi
revisi.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Rosdakarya.
Triwikromo, Triyanto. 2013. Celeng
Satu Celeng Semua. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
http//antaranews.com diakses pada 14
Juli 2016.
22
Wardaya, Baskara T. 2006. Menengok
Kembali
Pemerintahan
Soeharto dan Orde Baru
Secara Kritis dalam Soeharto
Sehat (ed. Islah Gusmian).
Yogyakarta: Galang Press
Wahid, Abdurrahman. 1999. Prisma
Pemikiran
Gusdur.
Yogyakarta: LKiS
Wellek, Rene & Austin Warren. 1995.
Teori Kesusasteraan. (eds. V,
Terjemahan
Melanie
Budianta).
Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama.
Zuchdi, D. 1993. Panduan Penelitian
Analisis Konten. Yogyakarta :
PT. Gramedia.
23
Download