Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor

advertisement
BAB 2
Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor
(Tertutup Sederhana)
Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan
ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi investasi luar negeri,
dsb). Pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap tahunnya akan terdiri dari pengeluaran
untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi, sehingga dapat ditulis :
Y=C+I
Dimana :
Y = pendapatan nasional
C = konsumsi rumah tangga
I
= investasi
2.1 Arus Melingkar Perekonomian Tertutup Sederhana
Aliran jasa faktor produksi
Balas jasa faktor-faktor produksi
PERUSAHAAN
RUMAH TANGGA
Pengeluaran pendapatan nominal
Aliran barang dan jasa
Gambar 2.1 Arus Melingkar Perekonomian Tertutup Sederhana
Mula-mula, kita mengasumsikan bahwa perekonomian terdiri hanya dua sektor yaitu:
perusahaan dan rumah tangga. Sektor perusahaan merupakan satu-satunya produsen barang
dan jasa, dan proses produksi dilaksanakan dengan menyewa faktor-faktor produksi (tanah,
tenaga kerja, dan modal) yang dimiliki oleh sektor rumah tangga. Selanjutnya kita
mengasumsikan, bahwa rumah tangga merupakan satu-satunya pembeli barang dan jasa yang
membelanjakan seluruh pendapatannya. Rumah tangga menerima pendapatan nominal dengan
menjual jasa faktor-faktor produksi kepada sektor usaha. Sektor rumah tangga menggunakan
seluruh pendapatan nominalnya untuk membeli output yang dihasilkan oleh sektor usaha.
Dengan asumsi ini, tingkat pendapatan nominal akan tergantung pada pengeluaran agregat.
6
2.2 Arus Melingkar dalam Perekonomian Dua Sektor dengan Tabungan
Tabungan rumah tangga adalah suatu kebocoran (leakage) dalam arus melingkar (yaitu
kebocoran tabungan). Arus melingkar pada gambar 2.2 memperlihatkan, bahwa tabungan
rumah tangga tidak perlu mengakibatkan adanya penurunan pengeluaran agregat jika tabungan
ini dipinjamkan kepada sektor usaha untuk membiayai pengeluaran investasi. Jika produksi
tergantung pada hubungan antara pendapatan perusahaan dan pengeluaran pendapatan
nominal, maka nilai output akan tergantung pada keputusan rumah tangga untuk
mengkonsumsi dan menabung serta pada keinginan sektor usaha untuk melakukan investasi.
Aliran jasa faktor produksi
Balas jasa faktor-faktor produksi
PERUSAHAAN
RUMAH TANGGA
Pengeluaran pendapatan nominal
Aliran barang dan jasa
Tabungan
Rumah Tangga
Pengeluaran
Investasi
Gambar 2.2 Arus Melingkar Perekonomian Dua Sektor dengan Tabungan
Dengan demikian sisi pendapatan dan sisi pengeluaran hanya dibentuk oleh dua bagian yaitu
sisi pengeluaran terdapat pengeluaran konsumsi dari rumah tangga dan pengeluaran investasi
dari perusahaan
Pengeluaran : E = C + I
Kemudian pada sisi pendapatan dimana pendapatan digunakan untuk konsumsi rumah tangga
dan sisanya disimpan sebagai tabungan (saving).
Pendapatan : Y = C + S
2.3 Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi agregat adalah fungsi linier dan positif dari pendapatan disposible.
C=a+bY
atau C = Co + cY
dimana :
a = Co = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan = 0 (Konsumsi Otonomus)
b = c = MPC (Marginal Propencity to Consume) atau angka perbandingan antara
besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan
nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi (C/Y) =
7
(0 ≤ b ≤1)
Y
= Pendapatan nasional
Dalam bentuknya yang umum fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai
persamaan :
C
= a + MPC.Y
a
= C  MPC. Y
a/Y
= (C – MPC)/Y
a/Y
= C/Y – MPC/Y
a/Y
= APC – MPC
a
= Y (APCMPC)
maka diperoleh persamaan fungsi konsumsi :
C = (APC n  MPC) . Yn + MPC.Y
Dimana :
APC n
= Average Propensity to Consume pada tingkat pendapatan nasional sebesar “n” yang
merupakan perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri
Saving atau tabungan didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan nasional pertahun yang
tidak dikonsumsi. Persamaan fungsi saving adalah sebagai berikut :
S
=YC
Jika dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi, maka persamaan umum fungsi saving :
S=Y–C
S = Y  (a + MPC. Y)
S = Y  a  MPC. Y
S =  a +Y MPC. Y
maka diperoleh persamaan fungsi saving :
S =  a +(1 MPC). Y
Jika pada fungsi konsumsi mengenal marginal prospensity to consume (MPC) dan average
prospensity to consume (APC). Maka pada fungsi saving mengenal marginal prospensity to save
(MPS) dan average prospensity to save (APS). Oleh karena itu, perumusannya :
S
Y
S
APS n  n
Yn
MPS 
dimana :
MPS
= angka perbandingan antara besarnya perubahan saving dengan besarnya
perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan
konsumsi
8
APSn =Average Propensity to Save pada tingkat pendapatan nasional sebesar “n”
yang merupakan perbandingan antara besarnya saving pada suatu tingkat
pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
Hubungan antara MPC dengan MPS dapat dinyatakan sebagai berikut :
MPC + MPS = 1
atau
MPC = 1 – MPS
MPS = 1 – MPC
Dengan demikian persamaan fungsi saving juga dapat dituliskan sebagai berikut :
S=a+sY
2.4
atau
S =  a + MPS . Y
Pendapatan Nasional Keseimbangan (Ekuilibrium)
Yang dimaksud dengan pendapatan nasional keseimbangan ialah tingkat pendapatan
nasional dimana tidak ada kekuatan ekonomi yang mempunyai tendensi untuk mengubahnya.
Ada dua macam cara untuk menghitung tingkat pendapatan nasional ekuilibrium yaitu :
a. Cara ke-1 (Pendekatan Pengeluaran)
Y=C+I
C = a + MPC.Y
Maka
Y = a + MPC.Y + I
Y - MPC.Y = a + I
Y(1 - MPC) = a + I
Y(1 - MPC) = a + I
Jadi,
Y
1
(a  I )
(1 MPC )
b. Cara ke-2 (Pendekatan Saving)
S=I
Y-C=I
Y - (a + MPC.Y) = I
Y - a - MPC.Y = I
Y - MPC.Y = a + I
Y(1 - MPC) = a + I
Jadi:
Y
2.5
1
(a  I )
(1 MPC )
Angka Pengganda
Angka Pengganda adalah suatu angka yang menunjukkan ratio antara perubahan
pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran dari salah satu sector
ekonomi seperti perubahan investasi, pajak, pengeluaran konsumsi pemerintah, besarnya
transfer pemerintah, dan lain-lain. Besarnya multiplier :
9
perumusan angka pengganda investasi dapat ditemukan pula dengan cara sebagai berikut :
k
Y  Y 
Y  Y 
Y
I
1
(C0  I  I )
1 c
1
1
(C0  I ) 
I
1 c
1 c
1
Jika ruas kanan dan kiri kita kurangi dengan Y yang besarnya sama dengan 1  c (C0  I )
maka hasinya :
Jadi, Y yaitu
I
Y 
k1 
1
I
1 c
1
1 c
Sehingga dapat disimpulkan bahwa angka pengganda investasi :
k1 
Y
1
1
1

atau

I 1  c
1  MPC MPS
2.6 Tingkat Kesempatan Kerja dan Kapasitas Produksi Nasional
Besar kecilnya jumlah barang dan jasa-jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi nasional. Sedangkan besar
kecilya kapasitas produksi nasional tergantung pada komposisi, kualitas serta kuantitas dari
faktor-faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian tersebut (seperti faktor produksi
alam, tenaga kerja, dan kapital). Tingginya kapasitas produksi nasional yang digunakan disebut
tingkat employment atau tingkat kesempatan kerja. Berdasarkan penggunaan kapasitas
nasionalnya keadaan perekonomian dibedakan menjadi tiga :

Full employment yaitu perekonomian dimana semua kapasitasnya ada dalam penggunaan
penuh dikatakan bahwa perekonomian tersebut dalam keadaan full employement.

Under employment yaitu perekonomian dimana ada sebagian dari kapasitas produksinya
yang menganggur tidak terpakai

Over employment yaitu perekonomian dimana kapasitas produksi nasional sudah dalam
penggunaan penuh akan tetapi permintaan akan barang dan jasa masih terus bertambah.
2.7 Inflationary Gap dan Deflationary Gap
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang sejauh mana tingkat employment yang
terjadi menyimpang dari kapasitas produksi yang ada, kita dapat menggunakan konsep
inflationary gap dan deflationary gap.

Inflationary gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi yang terjadi dengan
besarnya full employment saving (= saving pada tingkat full employment), dimana besarnya
investasi tersebut melebihi besarnya full employment saving.

Deflationary gap adalah angka yang menunjukkan besarnya perbedaan antara investasi
yang terjadi dengan full employment saving dimana besarnya investasi tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan full employment saving-nya.
10
AE
Y = AE
C+I
C
S
50
DG
I
20
IG
Y
0
-20
2.8 Model Analisis dengan Investasi Sebagai Variabel Endogen
Dalam model analisis pendapatan nasional seperti diterangkan sebelumnya, kita
menggunakan asumsi bahwa investasi sepenuhnya merupakan variabel eksogen. Dalam dunia
yang nyata banyak faktor-faktor yang menentukan besarnya pengeluaran investasi suatu
masyarakat. Dua diantara faktor-faktor tersebut yang oleh para pemikir ekonomi dianggap
sangat penting dan oleh karenanya dalam beberapa literatur banyak yang dibahas ialah: (a)
tingkat bunga dan (b) tingkat pendapatan nasional.
2.8.1. Tingkat Bunga Sebagai Determinan Investasi
Mengenai pengaruh tingkat bunga terhadap besarnya pengeluaran investasi suatu
masyarakat, baik menggunakan pendekatan yang sederhana maupun pendekatan yang lebih
rumit menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa investasi merupakan fungsi tingkat
bunga dengan ∆I/∆r < 0 dalam arti bahwa meningkatnya tingkat bunga r, mengakibatkan
berkurangnya
pengeluaran
investasi,
dan
sebaliknya
menurunnya
tingkat
bunga
mengakibatkan bertambahnya pengeluaran investasi. Sebagai contoh apabila diketahui
persamaan fungsi I = 80 – 2r, maka pada tingkat bunga setinggi 30% maka pengeluaran
investasi sebesar 20 Triliun Rupiah. Sebaliknya apabila tingkat bunga menurun menjadi 25%
maka besarnya pengeluaran investasi dalam perekonomian meningkat menjadi 30 Triliun
Rupiah.
11
Dengan tingkat bunga sebagai determinan investasi ( I = Io + er) maka pendapatan
nasional ekuilibrium syaratnya sama, yaitu :
Y=C+I
Y = (Co + cY) + (Io + er)
Y = Co + cY + Io + er
Y – cY = Co + Io + er
Y (1 – c) = Co + Io + er
Y
Co  Io  er
(1  c)
2.8.2 Pendapatan Nasional Sebagai Determinan Investasi
Pendapatan nasional sebagai determinan investasi dapat diartikan bahwa investasi
merupakan fungsi daripada pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional
semakin besar pula pengeluaran investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat perekonomian
tersebut. Misalnya saja sebuah perekonomian mempunyai fungsi investasi I = 20 + 0,1Y, maka
pada tingkat pendapatan nasional sebesar 50, besarnya pengeluaran investasi sebesar 25
sedangkan apabila tingkat pendapatan nasional naik menjadi 100, besarnya pengeluaran
investasi akan meningkat menjadi 30.
Pada dasarnya analisa pendapatan nasional dalam model dimana pengeluaran investasi
merupakan fungsi daripada tingkat pendapatan nasional tidak berbeda dengan analisa tingkat
bunga sebagai determinan investasi diperlakukan sebagai variabel eksogen, dalam arti bahwa
untuk menemukan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium syaratnya sama, yaitu:
S=I
Hanya saja bedanya ialah, oleh karena disini I merupakan fungsi daripada Y, maka I
diasumsikan mempunyai persamaan fungsi :
I = Io + α Y
dimana :
I = jumlah pengeluaran investasi dalam masyarakat
Io = jumlah pengeluaran investasi pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol
α = ∆I/∆Y = marginal propensity to invest
Rumus yang dapat dipergunakan untuk menemukan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium
adalah:
Y=C+I
Y = (Co + cY) + (Io + α Y )
Y = Co + cY + Io + α Y
Y – cY – α Y = Co + Io
Y (1 – c – α ) = Co + Io + α Y
12
Y
Co  Io
(s   )
LATIHAN
1. Pada perekonomian suatu negara diketahui pengeluaran konsumsi rumah tangga
ditunjukkan oleh persamaan: C = 40 + 0,6 Y, sedangkan besarnya pengeluaran investasi
perusahaan (I) sebesar 60 (semua angka dalam milyar rupiah). Tentukanlah:
a. Besarnya pendapatan nasional keseimbangan ?
b. Besarnya konsumsi keseimbangan ?
c. Besarnya tabungan keseimbangan ?
d. Besarnya angka pengganda investasi ?
e. Gambarkan keadaan di atas dalam sebuah grafik ?
2. Diketahui fungsi konsumsi per tahun:
C = 0,75 Y + 60 milyar rupiah
I = 40 milyar rupiah
Hitunglah :
a. Besarnya pendapatan nasional ekuilibrium ?
b. Besarnya konsumsi ekuilibrium ?
c. Besarnya saving ekuilibrium ?
d. Besarnya angka pengganda investasi ?
e. Gambarkan grafiknya ?
3. Diketahui fungsi konsumsi suatu negara per tahun :
C = 0,75 Y + 25 milyar rupiah
I = 50 milyar rupiah per tahun
Hitunglah:
a. Besarnya inflationary gap atau deflationary gap apabila besarnya kapasitas produksi
nasional sebesar Rp 200 milyar dan Rp 400 milyar?
b. Gambarkan grafiknya ?
4. Pada perekonomian dua sektor diketahui data-data sebagai berikut:
Pengeluaran konsumsi : C = 150 + 0,75 Yd
Pengeluaran investasi : I = 75
Berdasarkan data tersebut diatas, jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
a. Tentukan besarnya pendapatan nasional keseimbangan bagi perekonomian!
b. Tentukan besanya tabungan keseimbangan!
c. Tentukan besarnya konsumsi keseimbangan!
d. Tentukan besarnya angka pengganda untuk pengeluaran investasi !
Apabila perekonomian tersebut diatas mampu berproduksi dengan menggunakan
seluruh kapasitas produksi yang dimiliki (Y = full employment) sebesar 750, tentukan :
e. Kesenjangan (gap) apa yang terjadi pada perekonomian tersebut diatas ?
13
f.
Besarnya pengeluaran investasi yang harus diadakan untuk menghilangkan kesenjangan
(gap) tersebut ?
g. Gambarkan grafiknya
5. Diketahui :
Fungsi konsumsi per tahun dalam milyar rupiah: C = 20+ 0,75Y
Fungsi investasi per tahun dalam milyar rupiah: I = 10 + 0,05Y
Hitunglah:
a. Besarnya pendapatan nasional ekuilibrium !
b. Besarnya saving ekuilibrium !
c. Besarnya investasi ekuilibrium !
d. Besarnya angka pengganda investasi !
e. Besarnya pendapatan nasional ekuilibrium yang baru apabila Io menurun menjadi 4
milyar !
6. Pada suatu perekonomian hipotesis diketahui pengeluaran konsumsi rumah tangga
ditunjukkan oleh persamaan: C = 10 + 0,80 Y, sedangkan besarnya pengeluaran investasi
perusahaan (I) sebesar 25+0,10 Y (semua angka dalam milyar rupiah). Tentukanlah:
a. Besarnya pendapatan nasional keseimbangan !
b. Besarnya konsumsi keseimbangan !
c. Besarnya tabungan keseimbangan !
d. Gambarkan keadaan di atas dalam sebuah grafik !
14
Download
Study collections