efektifitas zodiak teks sebagai materi pengajaran

advertisement
EFEKTIFITAS ZODIAK TEKS SEBAGAI MATERI PENGAJARAN
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DAN PEMAHAMAN
MATERI THE CONDITIONAL
Henni Rosa Triwardani
Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
Abstrak
Penelitian ini berdasarkan pada berbagai permasalahan yang ditemukan dalam pengajaran bahasa
Inggris pada siswa tingkat pertama (2014/2015) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
(STIKKU) Kuningan. Rendahnya pemahaman dasar seperti grammar, kosa kata, dan tenses ,
rendahnya minat pada bahasa Inggris, serta asumsi bahwa bahasa Inggris sebagai mata kuliah
sekunder (MKDU) menjadikan motivasi belajar bahasa Inggris rendah. Dengan menggunakan one
group pretest-postest design dan40 siswa sebagai subjek penelitian , maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas zodiak teks sebagai materi pengajaran untuk meningkatkan
pemahaman materi The Conditional dan untuk mengetahui efektifitas Zodiak teks sebagai materi
pengajaran untuk meningkatkan motivasi siswa. Setelah melakukan analisis data pretes-postes
dengan menggunakan uji t, terdapat perbedaan yang signifikan yaitu (sig) 0,000 < (alpha)0,05
antara pretes dan postes, yang berarti pemahaman siswa terhadap materi The Conditonal dengan
zodiak teks sebagai materi pengajaran secara signifikan meningkat. Selain itu motivasi siswa pun
meningkat, nampak siswa aktif terlibat dalam pembelajaran seperti memberikan pendapat,
bertanya, mencatat materi yang diberikan, menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik, serta
melakukan persiapan (belajar) sebelum tes dilaksanakan, ini berarti zodiak teks sebagai materi
pengajaran secara efektif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Inggris.
Untuk itu, diharapkan penelitian selanjutnya mengeksplorasi teks menu restoran sebagai bahan
pengajaran.
Kata kunci: zodiak teks, materi pengajaran, motivasi, The Conditional
PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan (STIKKU) di Kuningan . Kondisi ini merupakan tantangan bagi pengajar
sebagai pihak yang secara langsung berhadapan dan bertanggung jawab atas ketercapaian siswa dalam
memahami mata kuliah tersebut. Hal ini disebabkan: a) sebagian besar siswa memiliki dasar atau
pemahaman yang rendah terhadap penguasaan kosa kata dan tata bahasa, b) adanya anggapan bahwa
sebagai mata kuliah sekunder (MKDU), bahasa Inggris tidak berpengaruh terhadap mereka sebagai
siswa kesehatan yang berakibat rendahnya minat untuk mempelajarinya lebih mendalam, c) sebagian
besar dari mereka pasif, malu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan ketika
pembelajaran berlangsung, dan d) keterbatasan waktu yang mengakibatkan pengajaran menjadi tidak
efektif dan materi tidak tersampaikan dengan baik.
Peran guru adalah kunci utama dalam merubah atmosfer kelas seperti ini agar menjadi hidup,
siswa termotivasi, dan tertarik kembali untuk aktif terlibat dalam pembelajaran di kelas. Caranya
adalah tidak hanya menentukan jenis kegiatan pembelajaran saja namun juga kreatif dalam pemilihan
materi pengajaran yang menarik agar siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik
(Hammer: 62). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Melvin dan Stout (dalam Gail K. Oura:
1987) bahwa pemilihan materi yang tepat seperti penggunaan autentik material dapat meningkatkan
motivasi siswa untk belajar. Selain itu materi pengajaran dapat dijadikan sumber ide dan kegiatan
yang dilakukan dalam pembelajaran serta sebagai dasar atau latar belakang guru untuk menentukan
apa yang akan dilakukan dalam proses pengajaran (Allwright:1990). Selanjutnya O` Neill (1990)
106
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
menambahkan bahwa materi pengajaran harus sesuai dengan kebutuhan siswa walaupun tidak harus
didesain secara khusus namun cukup sebagai dasar bagi siswa untuk meriview dan mempersiapkan
pembelajaran. Singkatnya materi pengajaran berpengaruh terhadap apa yang akan terjadi di kelas
kemudian dan dapat berfungsi sebagai pengontrol dan alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Salah satu materi pengajaran yang dapat dijadikan bahan pengajaran adalah zodiak teks.
Gebhard (1996) mengatakan sebagai bagian dari astrologi, zodiak teks dapat dijadikan sebagai sumber
materi dalam pembuatan rencana pengajaran. Selanjutnya dari sudut pandang penggunaan bahasa,
Killickaya mendefinisikan materi pengajaran adalah materi dalam konteks pengguna pembicara asli
(native speaker) atau yang sesuai dengan standar bahasa Inggris seperti yang terdapat salah satunya
pada horoscope teks. Kaitannya dengan penelitian ini zodiak teks merupakan materi pengajaran yang
dijadikan sebagai dasar penemuan ide untuk membuat kalimat The Conditional yang memiliki
beberapa tipe kalimat. Kita ketahui bahwa pola kalimat kondisional merupakan pola kalimat yang
digunakan untuk menggambarkan kejadian yang akan datang, bersifat abstrak, dan imajinatif.
Di sisi lain zodiak merupakan salah satu teks yang familiar bagi siswa dan menggambarkan
keadaan seseorang di waktu yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar yang dapat menarik
minat mahasiswa untuk kembali belajar dengan serius. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas zodiak teks sebagai materi pengajaran untuk meningkatkan pemahaman materi
The Conditional dan untuk mengetahui efektifitas Zodiak teks sebagai materi pengajaran untuk
meningkatkan motivasi siswa.
LANDASAN TEORI
Materi Pengajaran
Materi pengajaran adalah sumber informasi yang digunakan
sebagai acuan dalam
mempersiapkan pengajaran (Spratt: 2005:106). Sebagai acuan dalam pengajaran materi yang akan
diberikan hendaknya mempertimbangkan beberapa hal penting seperti struktur dan gramatika
bahasanya, tingkat kesulitan, harus sesuai kebutuhan serta sejauh mana tingkat ketertarikan siswa
terhadap materi tersebut. Nunan (2000: 219) menambahkan ada empat tahap prosedur yang harus
diperhatikan dalam mendisain materi pengajaran yakni pertama, mengidentifikasikan minat siswa
dalam kaitannya dengan tema yang akan diajarkan, kedua, mengidentifikasi kebutuhan bahasa yang
dikaitkan dengan bentuk pengajaran, ketiga, menyeleksi materi pengajaran agar tepat sesuai dengan
situasi dan tahapan pengajaran, dan yang terakhir adalah memilih materi yang terfokus pada
kebutuhan bahasa yang hendak diajarkan. Spratt (2005: 114) mengatakan materi pengajaran dapat
diperoleh dari sumber yang autentik yang terdapat di surat kabar, majalah, video dan sebagainya.
Gebhard (1996) dalam Okura menyebutnya sebagai authentic printed materials dan zodiak teks
khususnya dalam kolom astrologi merupakan salah satu materi yang termasuk dalam sumber
pengajaran di atas. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesamaan tentang pengertian materi
pengajaran ini, yaitu pemilihan materi harus memperhatikan aspek kebutuhan siswa dan konten materi
yang akan diajarkan sehingga akan tercapai kesatuan pemenuhan ketercapaian siswa dalam
pembelajaran.
Motivasi
Pentingnya motivasi dalam pencapaian tujuan seseorang menjadikan para ahli memberikan
pendapatnya sebagai bentuk penguat betapa pentingnya motivasi dalam kehidupan. Spratt
mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu yang kita pikirkan dan rasakan yang pada akhirnya
membawa kita tergerak untuk melakukan dan mencapai apa yang kita pikirkan dan rasakan itu dalam
bentuk sebuah tindakan (Spratt: 2005:38). Lebih spesifik lagi Gleitman dan Reber dalam Achmadi
mengatakan motivasi merupakan keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau dengan kata lain motivasi berfungsi sebagai pemasok daya
107
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Pendapat lain
dikemukakan oleh Purwanto (2004) dalam Adriani , ia menyebutkan motivasi sebagai suatu usaha
yang disadari agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Sementara itu, dalam konteks pendidikan,motivasi adalah sebuah proses yang
mengacu pada keinginan siswa untuk terlibat aktif berpartisipasi di kelas dan sikap siswa yang
tercermin dari bahasa tubuh dan prilakunya (Goh and Silver, 2004: 192).
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil benang merah bahwa motivasi merupakan energi
yang mendorong seseorang mencapai apa yang diinginkannya yang dilakukan secara sadar dan
diwujudkan dalam sebuah tindakan berupa aktivitas-aktivitas yang berakibat terjadinya perubahan
positif pada diri seseorang. Bagi seorang siswa, bentuk energi dapat berupa materi pengajaran yang
mendorong atau memotivasinya untuk giat dan rajin belajar sehingga dapat mencapai nilai yang
diinginkan sehingga tujuan berupa prestasi akademik dapat tercapai.
2. Jenis-jenis Motivasi
Dari perspektif sumber munculnya motivasi pada diri seseorang, dalam hal ini siswa, ada dua
sumber yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal atau Syah dalam Achmadi (2006) menyebutnya
sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar seperti
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi pelajaran sehingga memotivasi
mereka untuk belajar menjadi lebih baik. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar seperti
pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua, guru, yang kesemuanya secara
konkrit mendorong siswa untuk belajar (Achmadi: 2006: 36).
Sardiman (1987) dalam Dzaki , mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai tingkah laku yang
dilakukan seseorang atas kemauan sendiri bukan karena dorongan atau rangsangan dari luar individu.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul akibat adanya rangsangan/stimulus dari
luar diri individu untuk bertingkah laku. Dalam hal ini siswa dalam mencapai keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh stimulus dari dalam dan dari luar dirinya. Bentuk stimulus dari dalam biasanya
tercermin dari kemandirian dan semangat belajar yang muncul tanpa disuruh oleh guru atau orang tua
. Siswa dengan inisiatif sendiri belajar dengan cara yang nyaman menurut mereka dan tanpa pengaruh
pihak lain. Namun sebaliknya jika motivasi berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan dalam hal
ini adalah orang tua, guru, teman, bahkan kompetisi yang terjadi dengan sesama teman pun dapat
dikatakan sebagai cerminan motivasi ekstrinsik. Hadiah dari orang tua atau pujian dari guru dalam
bentuk acungan jempol serta berkompetisi dengan teman agar memperoleh nilai yang baik adalah
contoh sebagian faktor yang dapat mempengaruhi motivasi siswa.
Dengan demikian baik motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat dikatakan sebagai elemen
penting dalam pencapaian keberhasilan belajar siswa. Biasanya kedua motivasi ini akan muncul
dengan sendirinya secara alami yang kedepannya akan berpengaruh pada karakter siswa sebagai
individu yang berefek pada pola atau cara belajar yang sesuai menurut mereka masing-masing.
Dalam pembelajaran di kelas, seorang guru dapat memotivasi siswanya jika ia mengetahui
permasalahan-permasalahan yang nampak dari perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Alderman menyebut berbagai permasalahan tersebut sebagai faktor terjadinya demotivasi.
Ia mengungkapkan ada enam masalah motivasi yaitu:
“Many students do not have goals, sit passively in class, turn in no homework, do not keep up
with their notebooks, do not take final exams or the state required proficiency tests seriously,
and resist new approaches to learning that require the use of critical thinking skills, preferring
to use worksheets as they have in the past”.
108
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Pernyataan di atas menjelaskan demotivasi terjadi bila siswa tidak memiliki tujuan. Tujuan
yang dimaksud adalah sesuatu yang ingin dicapai misalnya ilmu pengetahuan. Akibatnya siswa tidak
melakukan persiapan seperti mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas, di sini siswa
hanya datang duduk menunggu penjelasan guru. Keadaan ini berefek pada terciptanya kegiatan
pembelajaran yang pasif dimana siswa enggan bertanya atau merespon pertanyaan guru. Selanjutnya,
demotivasi juga nampak ketika siswa tidak mengumpulkan tugas dan tidak mencatat penjelasan guru.
Siswa juga tidak mempersiapkan diri ketika akan menghadapi ujian dengan serius, serta enggan
memperkaya wawasan ilmu, siswa hanya puas belajar dari materi yang sudah ada.
Permasalahan yang muncul ketika mengajar dapat dijadikan cerminan untuk meningkatkan
motivasi siswa. Guru harus selektif dalam merancang kegiatan mengajarnya agar sesuai dengan minat
siswa dan sesuai dengan keadaan atau kondisi siswa.
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua kali perlakuan terhadap satu kelompok kelas
eksperimen (one group pretest-postest design). Adapun bentuk perlakuannya terbagi dalam tiga
kegiatan yaitu pre-activity, main activity, dan post activity dengan materi gramar The Conditional dan
menggunakan zodiak teks sebagai bahan ajarnya. Karena subjek penelitiannya adalah siswa kesehatan
(40 siswa) maka dilakukan pembatasan tema yang terdapat dalam zodiak teks yaitu dikhususkan pada
tema kesehatan. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan perlakuan yang dilakukan.
Kegiatan
Perlakuan I
Perlakuan II
Pre-activity
Apersepsi:
menyapa
siswa, Review: mengulas kembali
absensi, dan penyampaian tujuan materi sebelumnya dengan
pembelajaran
melakukan tanya jawab
Main-activity
Metode
PPP
(presentation, Metode PPP (presentation,
practice, production).
practice, ptoduction).
Presentation: siswa dijelaskan Presentation: siswa dijelaskan
tentang konsep kondisional.
kembali
tentang
konsep
Practice: siswa dilatih membuat kondisional dengan penekanan
kalimat kondisional.
pada tipe yang ketiga.
Production: siswa diminta untuk Practice: siswa dilatih membuat
membuat kalimat kondisional.
kalimat
kondisional
secara
berkelompok sesuai dengan
bintangnya masing-masing serta
melakukan performa didepan
kelas.
Production: siswa diminta untuk
membuat kalimat kondisional.
Post-activity
- Siswa diminta untuk Siswa
diminta
untuk
mengumpulkan
tugas mengumpulkan tugas yang telah
yang telah dibuat.
dibuat.
- Refleksi.
Perlakuan pertama dilakukan setelah pretes diberikan dan perlakuan kedua dilakukan setelah
postes diberikan. Instrumen test adalah berupa pilihan ganda yang terdiri 20 pertanyaan yang
mencakup pokok bahasan The Conditional dan masing-masing terdiri atas 4 pilihan jawaban. Siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan yang benar dengan memilih jawaban a, b, c, atau d. Sementara
itu, untuk mengetahui tingkat motivasi siswa, peneliti melakukan hal yang sama dengan memberikan
109
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
kuisioner sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Di sini siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan sebanyak 15 buah yang berkaitan dengan indikator motivasi yaitu mengenai keaktifan
siswa dalam pembelajaran, pencatatan materi yang diberikan, penyelesaian pekerjaan rumah, kesiapan
siswa sebelum pelajaran dilaksanakan, dan keberterimaan terhadap ide-ide baru yang masingmasing terdiri dari tiga pilihan a, b, dan c dengan skala rendah hingga tinggi. Dalam prakteknya,
peneliti membacakan pertanyaan satu persatu dengan tujuan tidak terjadi salah tafsir atas pertanyaan
yang diberikan dan siswa memiliki persepsi yang sama atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pretes dan Postes
Hasil pretes menunjukkan rata-rata nilai siswa sebelum dilakukan perlakuan berupa konsep
kondisional dengan zodiak teks sebagai materi pengajarannya adalah 58,63. Hal ini menggambarkan
pemahaman siswa terhadap materi kondisional belum memuaskan atau belum sesuai dengan yang
diharapkan. Beberapa siswa masih memilih jawaban yang salah dan tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan. Umumnya kesalahan terletak pada penerapan kata kerja di dalam setiap klausanya baik
pada tipe kondisional 1, 2, atau 3 . Siswa masih lemah dalam memasangkan atau menggabungkan
klausa dimana tiap tipe kondisional memiliki pasangan tenses yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya penguasaan kosa kata khususnya kata kerja bentuk ketiga dan penerapannya dalam
past perfect tense dan perfect conditional sebagai kondisional tipe ketiga . Dalam kasus ini, siswa
belum memahami perubahan kata kerja khususnya kata kerja tidak beraturan yang mengharuskan
mereka hapal kata-kata tersebut, yang pada akhirnya siswa belum bisa menerapkannya pada tensis
tersebut diatas.
Berbeda dengan hasil pretes, setelah perlakuan dilakukan yaitu pengajaran kondisional dengan
menggunakan zodiak teks sebagai materi pengajarannya, terjadi perubahan skor rata-rata nilai siswa
yaitu 70,88. Nilai postes ini menunjukkan pemahaman siswa terhadap materi kondisional semakin
baik. Hasil uji t dengan menggunakan program spss 17.0 menunjukkan terjadi perubahan yang
signifikan dimana p-value statistik uji t adalah sebesar 0,000<0,05. Ini berarti terjadi perubahan
pemahaman siswa yang signifikan terhadap materi kondisional sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan. Perubahan yang nampak dari perlakuan tersebut adalah kemampuan siswa dalam
menerapkan kosa kata pada tiap klausa sudah tepat khususnya pada kondisional tipe 1 dan 2 karena
pada tipe ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam merubah kosa kata dari bentuk present ke bentuk
past ataupun sebaliknya baik untuk kata kerja beraturan atau kata kerja tidak beraturan . Selain itu,
terjadi perubahan yang signifikan dalam penggunaan tensis di tiap tipenya, maksudnya siswa mampu
menggabungkan dua tensis yang berbeda untuk membuat kalimat kondisional dengan baik. Namun
kelemahan masih nampak pada pemahaman kondisional tipe 3 dimana beberapa siswa masih belum
memahami konsep tensis yang digunakan pada tipe ini serta penerapan kosa katanya yaitu kosa kata
bentuk ketiga.
Kuisioner
Motivasi siswa sebelum dilakukan perlakuan berupa pengajaran kondisional dengan
menggunakan zodiak teks sebagai materi pengajaran adalah rendah sebagian besar mereka memilih
jawaban b dan c, dimana kedua jawaban tersebut berskala sedang sampai rendah. Rendahnya kesiapan
siswa dalam mengikuti pelajaran menunjukkan kedatangan mereka ke kampus tidak bertujuan
maksudnya mereka tidak tahu mau melakukan apa, mereka hanya datang dan duduk di kelas
menunggu penjelasan guru. Hal ini tercermin dari rendahnya pengetahuan mereka ketika guru
mereview pelajaran sebelumnya sedangkan silabus telah diberikan dengan harapan siswa sudah
memiliki gambaran tentang materi apa yang akan diberikan oleh guru pada pertemuan berikutnya.
110
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Berkaitan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas nampak sebagian besar
sangat pasif, hanya diam dan tidak merespon dengan baik ajakan atau pertanyaan guru. Mereka
enggan memberikan pendapat ketika ditanya tentang topik atau materi yang diberikan. Hanya sedikit
yang bersedia memberikan komentar atas pertanyaan atau permintaan guru.
Rendahnya motivasi juga nampak pada kebosanan yang muncul ketika pekerjaan rumah
diberikan. Tidak ada rasa bersalah jika pekerjaan rumah diabaikan. Kondisi ini mengakibatkan
semangat mengikuti proses pembelajaran turun, di sini siswa memiliki kemauan yang rendah untuk
mencatat materi yang sebenarnya penting untuk mereka. Mereka kurang inisiatif untuk melakukan hal
ini yang berujung pada rendahnya keinginan dan kesadaran untuk menambah wawasan atau ide-ide
baru guna memperluas pengetahuan mereka terhadap materi kondisional. Pada kasus ini kebanyakan
mereka jarang yang mencatat atau menghafalkan kosa kata baru ataupun mencari referensi dalam
bentuk buku yang sebenarnya mudah diperoleh. Mereka hanya mengandalkan materi yang diberikan
oleh guru tidak mau berusaha menemukan suatu hal yang baru, ataupun berinovasi sehingga wawasan
mereka menjadi sempit yang berefek pada kepasifan yang muncul atas stimulus yang diberikan guru
seperti pertanyaan dan instruksi.
Perubahan terjadi setelah dilakukan perlakuan berupa pengajaran kondisional dengan
menggunakan zodiak teks sebagai materi pelajarannya yang digambarkan oleh tabel berikut ini.
No
1
2
3
4
5
6
Indikator Motivasi
Frekuensi dan prosentase
A
Siswa mempunyai tujuan
35 (87,5%)
Siswa aktif dalam mengikuti 26 (65%)
pelajaran
Siswa mengerjakan pekerjaan 22 (55%)
rumah dengan baik
Siswa mencatat penjelasan guru 27 (67%)
Keseriusandalam menghadapi 31 (70%)
ujian
Keberterimaan atas ide-ide baru 28 (77,5%)
dan penambahan wawasan
B
3 (7,5%)
8 (20%)
C
2 (5%)
6 (15%)
15 (37,5%)
3 (7,5%)
11 (27,5%)
7 (17,5%)
2 (5%)
2 (5%)
7 (17,5%)
5 (12,5%)
Siswa melakukan persiapan dengan baik, hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar siswa (87,5%)
sedikit demi sedikit memiliki kemauan untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan
sehingga ketika guru mengulas materi terdahulu para siswa dapat menjawab dengan baik. Kedaan ini
berefek positif dimana sebanyak (65%) siswa mulai menunjukkan keaktifan seperti bertanya,
menjawab walaupun secara bersamaan, bersedia memberikan respon atau opini, komunikatif dan
melakukan performa di depan kelas dengan membacakan hasil tugas mereka. Selanjutnya ketika guru
memberikan tugas, sebagian mereka (55%) menyadari bahwa pekerjaan rumah harus dikerjakan
dengan sebaik-baiknya dan mereka telah melakukan itu. Hanya sedikit yang menyontek pekerjaan
temannya, di sini mereka bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah yang diberikan yang nampak
dari ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Selanjutnya efek positif juga muncul akibat dua hal
tersebut di atas, selama proses pembelajaran berlangsung, sebagian siswa (67%) dengan inisiatif
sendiri secara spontan mencatat materi yang dianggap penting bagi mereka dan bahkan meng‖copy‖
materi yang dimiliki guru sebagai bahan pelajaran guna persiapan mengikuti ulangan. Hal ini
menandakan mereka memahami betul pentingnya mencatat materi pelajaran. Selain itu, sebagian
siswa (70%) nampak memperkaya wawasan mereka dengan mencari sumber belajar lainnya seperti
111
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
dari internet. Mereka mencari zodiak teks yang disesuaikan dengan bintangnya masing-masing dan
menggambarkan kesehatan mereka, sehingga memudahkan mereka membuat kalimat kondisional
dengan baik walaupun masih ada kesalahan pada tata bahasa. Keadaan ini pada akhirnya menunjang
sebagian besar dari mereka (77,5%) untuk serius mempersiapkan diri jika tes akan dilakukan
misalnya mereka belajar dengan baik bahkan mereka selalu melakukan evaluasi dengan cara
mempelajari soal-soal yang dianggap sulit untuk kemudian dicari solusinya. Mereka mulai menyadari
bahwa sebuah tes atau ujian sebagai suatu kebutuhan. Selain itu mereka pun telah memiliki rasa malu
jika memperoleh skor rendah dan ini mempengaruhi motivasi mereka untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi ulangan berikutnya.
PEMBAHASAN
Meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi kondisional mencerminkan proses
pembelajaran dengan menggunakan zodiak teks sebagai materi pengajaran adalah efektif. Kitao
mengatakan keefektifan ini diperoleh karena pemilihan material mempertimbangkan aspek tingkat
kesulitan yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan juga aspek bahasa yang digunakan. Katakata yang terkandung didalam zodiak teks mudah dimengerti oleh siswa sehingga memudahkan
mereka memahami konsep kondisional ini. Bahasa yang digunakan tidak hanya memiliki tingkat
kesulitan yang rendah namun juga familiar yaitu yang berkaitan dengan kesehatan sehingga siswa
mampu melakukan tugasnya dengan baik.
Motivasi siswa yang meningkat menunjukkan ketertarikan terhadap materi membaik.
Ketertarikan ini muncul karena materi pengajaran yang digunakan relevan dengan keadaan siswa atau
latar belakang yaitu tentang kesehatan dimana area ini merupakan keahlian yang mereka miliki. Hal
ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Davis (1993) bahwa relevansi materi pengajaran terhadap
kemampuan siswa merupakan hal yang penting yang membuat siswa memahami materi baru.
Keuntungan lain adalah, pemilihan materi pengajaran yang tepat dapat mendorong mereka untuk
mencatat materi yang dapat membuat tingkat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung
menjadi baik.
KESIMPULAN
Keberhasilan dan ketercapaian yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran ditentukan oleh
ketepatan dalam pemilihan materi pengajaran. Pemilihan yang tepat dengan kebutuhan kelas dapat
membuat kelas menjadi hidup yang tergambar dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa zodiak teks sebagai materi pengajaran
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi gramar The Conditional, yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan yang signifikan dari rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 0,000<0,05.
Disamping itu, penggunaan zodiak teks sebagai materi pengajaran pun dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam mengikuti pelajaran gramar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persiapan yang baik
sebelum mengikuti pelajaran, meningkatnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
menyelesaikan tugas dengan baik, mencatat materi yang diajarkan, berusaha menambah wawasan
materi dengan mencarinya dari sumber lain, serta bersungguh-sungguh melakukan persiapan ketika
tes akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Rudhi. 2006. Hubungan antara Metode Dosen Mengajar dengan Motivasi Belajar Bahasa
Inggris Mahasiswa Jurusan Perhotelan Akademi Pariwisata Indonesia (AKPINDO).
Panorama Nusantara. Vol.1 No. 1 Juli-Desember 2006.
112
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Adriani, Heni. 2011. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik Mahasiswa S1-Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto. Jurnal Keperawatan. Vol. 1 No. 1
Januari-Desember 2011.
Alderman, M.Kay. 2004. Motivation for Achievement:Possibilities for Teaching and Learning.
Lawrence Erlbaum Associates. London.
Davis, Barbara Gross. 1993. Tools for Teaching. Jossey-bass publishers. San fransisco.
Dzaki, Muhammad Faiq. 2009. Motivasi Belajar Intrinsik dan Motivasi Belajar Ekstrinsik.
Harmer, Jeremy. 1997. The Practice of English Language Teaching. Pearson. Longman.
Kilickaya, Ferit. Authentic Materials and Cultural Content in EFL Classroom.
http://www.metu.edu.tr/~kilickay
Kitao, K., and Kitao, S. K. Selecting and Developing Teaching/Learning Materials.
http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html.
Nunan, David. 2000. Language Teaching Methodology: A texbook for teachers. Longman.
Oura, Gail K. Authentic Task Based Material: Bringing the Real World into the Classroom.
Spratt, Mary., Pulverness, Alan., Williams, Mellanie. The TKT (Teaching Knowledge Test) Course.
Cambridge University Press.
Ur, Penny. 1991. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. Cambridge University Press.
113
Download