Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat

advertisement
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa
Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata
Susse Ragi
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran pada siswa kelas II SDN
Doda, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Dalam
proses pembelajaran siswa terkesan kurang aktif dan guru-guru kurang
memantapkan penggunaan metode yang digunakan dan jarang sekali
menggunakan media, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa sangat rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti menggunakan kartu kata dalam
proses pembelajaran. Desain penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada
siswa kelas II SDN Doda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu hasil
tes belajar siswa dan lembar observasi untuk siswa dan guru. Subyek penelitian
ini adalah para siswa kelas II SDN Doda dan dilaksanakan dalam dua siklus dan
tiap siklus dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hasil observasi siklus I
menunjukkan bahwa partisipasi siswa masih digolongkan pada kategori cukup
dan aktivitas guru adalah baik. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh hasil tuntas
belajar klasikal 63,16%. Pada siklus II hasil tes diperoleh tuntas belajar klasikal
100%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu
kata dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II SDN Doda dalam membuat
kalimat.
Kata Kunci: Peningkatan Kemampuan, Membuat Kalimat, Media Kartu Kata.
I. PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara, sebagaimana
yang telah ditetapkan di dalam UUD 1945 dalam pasal 36 yang mengatakan
bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga sebagai bahasa
resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi lembaga-lembaga pendidikan dan
pelaksana pembangunan pemerintah serta sebagai bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai macam masyarakat
206
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
yang memiliki perbedaan latar belakang sosial, budaya dan bahasanya dan sebagai
alat penghubung antar daerah (Sugono, 1994:3).
Dalam dunia pendidikan, selain digunakan sebagai bahasa pengantar,
bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan disemua
jenjang pendidikan formal yang sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, diharapkan
siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik bahasa
lisan maupun bahasa tulis, berarti bahwa siswa-siswi mampu menggunakan
bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat
dengan tata cara yang baik dan benar.
Dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam meningkatkan
kemampuan menulis, seorang guru perlu menentukan strategi yang tepat di dalam
mengajarkan tentang menulis, karena menulis merupakan salah satu keterampilan
diantara empat keterampilan bahasa yang penting untuk segera dikuasai oleh
siswa. Seorang siswa yang memiliki kemampuan menulis akan dengan mudah
menuangkan perasaan, pikiran dan gagasannya secara teratur sebagaimana yang
ditegaskan oleh Morsey (1976) dalam Tarigan (1994:4):
Menulis digunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat atau merekam,
melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi maksud serta tujuan
yang seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikirannya dan dapat mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini
tergantung pada pikiran dan struktur kata-kata dan kalimatnya.
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran pada siswa kelas II SDN
Doda, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Dalam
proses pembelajaran siswa terkesan kurang aktif dan guru-guru kurang
memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali
menggunakan media, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa sangat rendah.
Dari 19 orang siswa, yang tuntas belajar hanya 5 orang siswa. Ini berarti hanya
26% saja, sedangkan 14 siswa lainnya tidak memperoleh ketuntasan. Padahal
SDN Doda telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 65%, dari hasil
tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan
oleh guru.
Rumusan Masalah
207
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah dengan penggunaan kartu
kata dapat meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada siswa kelas II SDN
Doda tahun pelajaran 2013/2014?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentu sesuai dengan apa
yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan
membuat kalimat dengan menggunakan kartu kata pada siswa kelas II SDN Doda
tahun pelajaran 2013/2014.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
a.
Manfaat Teoritis

Dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengambil
kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran.
b.
Manfaat Praktis

Bagi peneliti, menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan
membuat kalimat pada siswa kelas II.


Bagi siswa, siswa menjadi lebih terampil dalam membuat kalimat.
Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru
sehingga terinspirasi untuk menggunakan kartu kata dalam pembelajaran
membuat kalimat siswa kelas II.
Pengertian Kalimat dan Ide Kalimat
Pengertian Kalimat
Muliono (2000:311) mengatakan bahwa: Kalimat adalah suatu bahasa
terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut,
disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses ponologis
lainnya. Dalam wujud tulisan huruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
208
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, di
dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda
pisah (-) dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan
intonasi akhir, sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Spasi yang
mengikuti tanda titik, tanda tanya, tanda seru, melambangkan kesenyapan.
Sugono (1997:24) menyatakan “Setiap pernyataan termasuk kalimat atau
bukan persyaratan yang pokok yang perlu diperhatikan adalah unsur predikat dan
permutasian unsur kalimat”. Yang merupakan dan dapat dikatakan sebagai
kalimat dalam struktur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki unsur predikat.
Dengan kata lain, jika sebuah pernyataan memiliki predikat, pernyataan itu
merupakan kalimat, sedangkan suatu unsur kata yang tidak memiliki unsur
predikat itu bukan kalimat melainkan disebut frase berdasarkan ketata bahasaan.
Selanjutnya Keraf (1984) berpendapat bahwa “Kalimat adalah suatu bagian ujaran
yang didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa
bagian ujaran itu sudah lengkap”.
Wiyanto (1987:111) mengatakan bahwa “Kalimat adalah suatu bagian
ujaran yang didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan
bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap”. Jadi, setiap kalimat yang diucapkan
selalu didahului oleh kesenyawaan dan diakhiri oleh kesenyawaan. Dalam bahasa
tulis kalimat selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya dan tanda seru, itu merupakan ciri lahirnya kalimat. Selain
mempunyai ciri lahir, kalimat juga mempunyai ciri batin yaitu sebuah kalimat
selalu mengandung arti.
Pada dasarnya, dari sekian pendapat yang telah dikemukakan oleh para
ahli semuanya memiliki maksud yang sama yaitu kalimat merupakan suatu
kesatuan yang terbentuk dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang
berupa kata-kata atau proses yang saling berhubungan dan saling melengkapi
antara satu dengan yang lainnya, dimana antara komponen-komponen atau
bagian-bagian tersebut memiliki kedudukan dan jabatan tertentu, komponenkomponen itu ada yang menduduki sebagai subjek, predikat, objek dan keterangan
atau keterangan pelengkap. Jadi kalimat merupakan satuan beberapa kata yang
209
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
mengungkapkan pikiran secara utuh dalam bentuk ketatabahasaan seperti yang
telah dijelaskan diatas. Dalam bahasa lisan kalimat diiringi oleh alunan titik nada
disela oleh jeda dan diakhiri oleh intonasi selesai sedangkan dalam bahasa tulis
kalimat dimulai dengan huruf kapital atau huruf besar dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya dan tanda seru dan di dalam dilengkapi oleh tanda koma, titik
dua dan tanda seperti sepasang garis pendek yang mengapit bentuk-bentuk
tertentu serta tanda pisah atau spasi.
A. Jenis Kalimat
Berbicara masalah jenis kalimat, tentu banyak macamnya tergantung dari
sudut mana kita lihat. Untuk membedakan jenis kalimat dapat ditinjau melalui
empat sudut pandang yaitu dari :
1) Jumlah Klausa
Ditinjau dari jumlah klausanya kalimat dibagi dua yaitu kalimat tunggal
dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa. Hal ini berarti bahwa konstikuen untuk setiap unsur kalimat, seperti
subjek dan predikat, hanyalah satu dan merupakan satu kesatuan dan disamping
itu, tidak mustahil ada pula unsur lain seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat majemuk dibagi dua yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang diantara kedua
kalau hanya terjadi hubungan koordinatif.
2) Bentuk Sintaksis
Dilihat dari bentuk dan kategori sintaksisnya, dapat dibagi menjadi empat
yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imparatif dan kalimat
eksklamatif.
3) Kelengkapan Unsurnya
Dilihat dari kelengkapan unsur-unsurnya, kalimat dibedakan menjadi
dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kalimat lengkap adalah
kalimat-kalimat yang memiliki unsur waji dalam sebuah kalimat yaitu subjek dan
predikat. Kalimat tak lengkap ialah disebut juga dengan kalimat monor.
4) Susunan Subjek dan Predikatnya
210
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Dilihat dari susunan unsur subjek dan predikatnya, kalimat dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kalimat biasa dan kalimat invensi. Kalimat biasa
adalah kalimat yang unsur-unsurnya teratur, mulai dari subjek, predikat, objek
(jika ada) dan pelengkap (jika ada). Sedangkan kalimat inverensi ialah susunan
kalimat yang unsur perdikatnya mendahului unsur subjek.
B. Pengertian Ide Kalimat
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ide itu
merupakan rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau cita-cita yang
bagus tetapi sukar untuk dilaksanakan. Sementara kalimat adalah seperti apa yang
telah dijelaskan di atas bahwa kalimat itu adalah suatu bagian ujaran yang
mengungkapkan suatu konsep atau pikiran dan perasaan yang berdiri sendiri yang
mempunyai intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri dari klausa.
C. Unsur-Unsur Kalimat
Unsur-unsur kalimat adalah subjek, predikat, objek, keterangan dan
keterangan pelengkap.
2.2 Kemampuan Menyusun Kalimat
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup melakukan
sesuatu. Poerwadarmita (1985:628) mengatakan bahwa kemampuan diartikan
sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu. Jadi yang
dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk
melakukan sesuatu kepintaran, bakat dan kekuatan mental. Selanjutnya pengertian
menyusun atau membuat kalimat yaitu : mengatur atau menempatkan sekelompok
kata yang terdiri atas subyek, predikat, objek dan kata keterangan dengan
mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku di dalam membuat kalimat.
Kemampuan membuat kalimat baik berupa kalimat berita, kalimat tanya,
kalimat seru dan lain-lain, itu berarti suatu kemampuan di dalam melakukan atau
menggunakan kata di dalam menyusun suatu kalimat dengan mematuhi tata cara
yang berlaku di dalam membuat kalimat. Selanjutnya, suatu kalimat dikatakan
telah tersusun apabila dua kata atau lebih bergabung menjadi satu kesatuan
sehingga mengandung sebuah makna yang sempurna. Sehubungan dengan hal ini
Wiyanto (1987:116) mengatakan bahwa “ setiap kalimat yang diucapkan itu
211
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
sebenarnya berupa kata atau rangkaian kata, sebab kata itulah yang mengandung
makna, dari makna itu pula yang mengandung gagasan.
2.3 Pentingnya Kemampuan Membuat Kalimat
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang disusun berdasarkan
gagasan-gagasan seseorang atau penutur secara terbuka untuk dikomunikasikan
kepada orang lain. Untuk dapat berkomunikasi menggunakan kalimat yang baik
dan mudah di pahami, maka penutur atau seseorang harus memahami bagaimana
cara membuat dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang efektif.
Suatu kalimat dikatakan efektif, paling tidak kalimat tersebut mudah ditangkap
dan dipahami atau dimengerti. Sehubungan dengan hal itu Keraf (1997:35)
mengemukakan bahwa “sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana
ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia
dapat mewakili secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan
pendengar terhadap apa yang dibicarakan.
Untuk lebih jauhnya Wiyanto (1987:116) menegaskan tentang arti
pentingnya memahami dan menggunakan kalimat secara benar dan efektif dalam
berkomunikasi yakni mengatakan sebagai berikut: “Meskipun orang-orang
mengetahui kata-kata dan artinya seperti dalam kamus, belum tentu ia dapat
menggunakan kata-kata itu dalam bahasa. Mengetahui kata dan artinya memang
perlu, tetapi kata itu tidak berdiri sendiri dan tidak dapat dirangkai seenaknya,
pemakaian bahasa itu harus mampu menarik kata-kata itu menjadi kalimat
menurut aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Untuk dapat merangkai kata
atau kelompok kata menjadi sebuah kalimat, maka diperlukan keserasian unsurunsur kalimat. Dalam sebuah kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan unsur
predikat, kedua unsur ini merupakan unsur wajib dalam menyusun sebuah
kalimat. Dalam menggabungkan dua kata atau lebih dalam sebuah kalimat
dituntut adanya keserasian unsur-unsur yang ada dalam kalimat, baik dari segi
makna maupun dari segi bentuk”.
2.4 Sistem Penulisan
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu
dikembangkan dalam pengajaran bahasa. Dengan memiliki kemampuan menulis
212
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
seseorang dapat menuangkan atau mengungkapkan gagasandan pikiran melalui
tulisan. Agar gagasan atau pikiran yang diungkapkan melalui tulisan dapat
ditangkap atau dipahami oleh pembaca, maka seorang penulis harus bisa
menguasai cara-cara penulisan tanda baca dalam artian bisa menempatkan tanda
baca dengan benar seperti penempatan tanda koma, tanda tanya, tanda titik dan
tanda baca lainnya. Dalam menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tulisan
tidak sama dengan mengucapkan secara lisan. Ungkapan secara lisan lebih mudah
dimengerti oleh lawan bicara atau pendengar, sedangkan dalam bentuk tulisan
lebih sukar ditangkap atau dimengerti apa lagi kalau tidak jelas tanda bacanya.
Berkaitan dengan masalah menulis banyak para ahli mendefinisikan
menulis menurut sudut pandang masing-masing sehingga menghasilkan
pengertian yang berbeda-beda, Tarigan (1990:22) berpendapat “Menulis adalah
merumuskan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami orang sehingga oranglain dapat membaca lambang
tersebut ”. Selanjutnya, Harja (1996:2) berpendapat “Menulis adalah menjelaskan
bahasa lisan dan mungkin menyuntingnya atau melahirkan pikiran dan perasaan
seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan sebagainya”.
Penilaian Kemampuan
Penilaian kemampuan yaang dimaksudkan dibawah ini adalah penilaian
kemampuan siswa. Penilaian kemampuan siswa merupakan salah satu kegiatan
yang sangat perlu dilakukan di dunia pendididkan, karena dengan adanya
penilaian kemampuan dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Selain itu penilaian kemampuan siswa ini dapat memberikan umpan
balik bagi para guru sebagai dasar dalam memilih tehnik, cara atau metode yang
lebih baik di dalam mengadakan proses belajar mengajar selanjutnya.
Kartu Kata
Dalam kata “Kartu Kata” terdiri dari dua kata, yaitu “kartu” dan “kata”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka (1989), kartu artinya
kertas berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan
karcis), sedangkan kata artinya unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
213
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
dalam berbahasa atau satuan (unsur) bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan
sebagai bentuk yang bebas. Dari definisi dua kata tersebut di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa kartu kata adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang
yang berisi unsur bahasa terkecil yang dapat diujarkan atau dituliskan.
Pengertian kartu kata dalam penulisan ini adalah suatu kartu yang
bertuliskan kata-kata yang digunakan sebagai media atau alat dalam proses
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
membuat kalimat.
II. METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SD Negeri Doda Kelas II dengan jumlah
siswa 19 orang. Sekolah tersebut dipilih dan dijadikan lokasi penelitian karena
merupakan sekolah inti di Kecamatan Lore Tengah sehingga sangat menunjang
dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Penelitian ini
dilaksanakan dalam kurun waktu minggu ke-3 bulan Mei 2014 sampai dengan
minggu ke-4 bulan Juli 2014.
Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus terdiri dari
beberapa fase, yaitu: (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3)
observasi (4) refleksi.
Desain penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dicantumkan
oleh Kemmis dan M.C. Taggart (Arikunto:2007) ,seperti yang terlihat pada
gambar 1.
214
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Keterangan:
0. Refleksi Awal
1. Rencana Tindakan
2. Tindakan 1
3. Observasi 1
4. Refleksi 1
5. Rencana Revisi 1
6. Tindakan 2
7. Observasi 2
8. Refleksi 2
a. siklus I
b. Siklus II
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart
Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data mengenai tingkat kemampuan membuat kalimat
dari kata dasar pada siswa kelas II SDN Doda diperlukan instrumen yang tepat
dan instrumen yang digunakan oleh peneliti ialah tes dan observasi terhadap guru
dan siswa.
Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dengan dua cara,
yaitu:
1) Tes, untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran.
2) Observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimana aktivitas peneliti dan siswa selama kegiatan pembelajaran.
Dalam mengumpulkan data dengan menggunakan karangan, peneliti akan
melakukannya dengan cara meminta kepada siswa sebagai sumber data untuk
membuat kalimat dari kata dasar yang telah dipersiapkan oleh peneliti dengan
ketentuan kalimat yang dibuat harus benar susunan SPOK-nya, penggunaan
imbuhan pada kata dasar harus tepat dan ketiga kalimat itu harus tepat.
215
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan
persentase tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Daya serap siswa secara individu:
DSS 
Skor yang diperoleh siswa
x 100%
Skor maksimal tes
dimana : DSS = Daya Serap Siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal:
TBK 
Banyaknya siswa yang tuntas
x 100 %
Banyaknya siswa seluruhnya
dimana : TBK = Tuntas Belajar Klasikal
Kriteria Keberhasilan Tindakan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II di mana tuntas individu minimal 65% meningkat 70%
dan tuntas klasikal minimal 85% meningkat 90%.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai minggu ke3 bulan Mei 2014 s/d minggu ke- 4 bulan Juli 2014.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pelaksanaan Pra Tindakan
Sebelum penelitian dimulai, sebagai langkah awal penelitian pada hari
Senin tanggal 12 Mei 2014, peneliti menemui Kepala sekolah SD Negeri Doda.
Selanjutnya, Kepala Sekolah memberikan izin dan wewenang kepada peneliti
untuk berkonsultasi dan bekerjasama dengan guru di sekolah tersebut yang
nantinya akan menjadi pengamat dalam pelaksanaan tindakan.
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti perlu mengetahui pengetahuan
prasyarat siswa terhadap materi yang berkaitan dengan kartu kata. Oleh karena itu
peneliti melaksanakan tes awal pada pada hari Sabtu, tanggal 17 Mei 2014. Tes
216
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
awal diikuti oleh 19 siswa kelas II SD Negeri Doda. Selanjutnya peneliti bersama
observer
mendiskusikan
langkah-langkah
penelitian
yang telah
disusun
sebelumnya. Sebagai langkah awal, peneliti memberikan tes awal untuk
mengetahui standar pengetahuan siswa mata pelajaran bahasa Indonesia
khususnya membuat kalimat.
Dari hasil pemeriksaan tes awal, peneliti memperoleh hasil pekerjaan para
siswa dan menilai tingkat kemampuan siswa pada materi membuat kalimat. Hasil
tes ini kemudian akan dijadikan sebagai acuan untuk memulai penelitian.
Berdasarkan hasil analisis tes awal siswa, diperoleh data bahwa dari 19
orang siswa, yang tuntas belajar hanya 5 orang siswa dengan persentase 26,32%
sedangkan 14 siswa lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar dengan
persentase 48,42%. Daya serap klasikal yang diperoleh adalah 48,42%.
Hasil Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan tindakan ini, dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun hasil
pelaksanaan dalam setiap siklus diuraikan sebagai berikut:
Siklus I
Pada siklus ini dilakukan beberapa tahapan sesuai dengan perencanaan
awal, yaitu, pemberian informasi, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas.
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Membuat tes awal.
2) Membuat analisis tes awal untuk mengukur kemampuan siswa.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator
membuat kalimat melalui kartu kata. Langkah-langkah pembelajaran berisi alur
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Adapun hal yang dimaksud adalah mulai dari menyiapkan siswa untuk belajar,
membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti, sampai pada kegiatan penutup
pelajaran.
4) Menyusun lembar kerja siswa.
5) Menyusun lembar observasi guru.
6) Membuat lembar observasi siswa.
217
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
7) Membuat analisis ketuntasan siklus I.
b.
Pelaksanaan Tindakan siklus 1
Setiap siklus tindakan ini dilakukan observasi. Observasi terhadap
aktivitas siswa dan guru di kelas dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas siswa dan guru serta
kemampuan siswa dalam memahami kalimat rumpang.
c.
Hasil Tindakan Siklus I
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Berdasakan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan
bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan kategori baik (875%). Peneliti telah berusaha mengaktifkan siswa,
memotivasi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa.
2)
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan
belajar mengajar pada siklus I, disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih digolongkan pada kategori cukup
dengan nilai 71,87%.
3)
Hasil Belajar
Untuk mengetahui indikator keberhasilan dan mengukur sejauh mana
kemampuan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya,
maka guru menggunakan tes hasil belajar. Tes evaluasi yang diberikan berjumlah
5 butir soal.
Hasil Tuntas Belajar Klasikal (TBK) yang diperoleh pada siklus I adalah
63,16%. Ini diperoleh dari hasil bahwa dari 19 orang siswa, 12 orang yang
memperoleh nilai tuntas sedangkan 7 siswa lainnya tidak tuntas. Hasil ini masih
berada di bawah standar TBK yaitu 65%. sedangkan persentase daya serap
klasikal adalah 68,42%.
d.
Refleksi Siklus I
218
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti
bersama dengan pengamat mendiskusikan temuan-temuan selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan, diketahui
bahwa siswa secara klasikal masih perlu diberikan pembelajaran yang lebih baik.
Walaupun dalam beberapa hasil analisis telah menunjukan kategori baik seperti
pada penilaian aktivitas guru, namun pada observasi aktivitas siswa masih berada
pada kategori cukup, sehingga perlu diberikan tindakan lanjutan. Ketuntasan
belajar siswa secara klasikal juga belum mencapai indikator kinerja yakni 65%.
Untuk itu perlu dilakukan refleksi untuk menilai apa saja yang menjadi kelemahan
dan kelebihan dalam pembelajaran ini sehingga dapat dilakukan perbaikan pada
siklus II. Pada tabel 4.1 menjelaskan kelebihan dan analisis penyebab
keberhasilan siklus I. Tabel 1 menjelaskan mengenai kelemahan dan rekomendasi
yang perlu dilakukan perbaikan agar hasil yang di capai pada siklus II dapat lebih
maksimal lagi.
Tabel 1. Kelebihan Siklus I dan Analisis Penyebab
No
Kelebihan
Pada
1.
Analisis Penyebab
umumnya
siswa Guru memberikan strategi yang
menunjukkan minat yang besar membuat siswa merasa tertantang.
pada pelajaran
2.
Seluruh siswa berinteraksi dengan Siswa
baik dalam kelompok.
sangat
senang
dengan
adanya kegiatan kerja kelompok.
Tabel 2. Kelemahan Siklus I, Analisis Penyebab dan Rekomendasi
No
1.
Kelemahan
Sebagian siswa masih
ada yang ragu-ragu
dan
takut
untuk
bertanya
terkait
dengan materi yang
dibahas.
Analisis Penyebab
Siswa belum terbiasa dalam
model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
Rekomendasi
Guru
harus
memotivasi
dan
memberi penguatan
kepada siswa.
219
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Sebagian
siswa Siswa belum sepenuhnya
belum
mampu menguasai materi yang
menjawab pertanyaan diberikan.
yang diajukan oleh
guru.
2.
Guru harus lebih
jeli
melihat
kemampuan siswa
sehingga
materi
yang dijelaskan bisa
dipahami
siswa
dengan baik.
Setelah berdiskusi dengan pengamat, selanjutnya peneliti melakukan
refleksi di rumah dan mengelola data serta menganalisis data-data, termasuk hasil
pekerjaan siswa berupa LKS yang sekaligus merupakan tes akhir tindakan.
Peneliti juga mengelola dan menganalisis data-data lain seperti hasil observasi
aktivitas siswa dan hasil observasi aktivitas guru. Karena tujuan pembelajaran
belum tercapai, maka peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II.
Siklus II
Pada siklus kedua ini pelaksanaan hampir sama pada siklus pertama,
peneliti dan observer menyiapkan perangkat pembelajaran pada siklus kedua.
Pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut meliputi (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
1. Perencanaan siklus II
Hal-hal yang direncanakan meliputi:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya telah termuat
skenario pembelajaran.
2) Membuat lembar kerja siswa.
3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru.
4) Menyiapkan lembar observasi partisipasi siswa.
5) Membuat analisis siklus II.
2.
Pelaksanaan Tindakan siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada umumnya sama dengan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada
siklus II mengacu pada perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I yang
tujuannya tidak lain adalah memperbaiki kelemahan pembelajaran pada siklus I
yang sudah direvisi.
220
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Dengan menerapkan pembelajaran pada penggunaan kartu kata
ini
diharapkan agar pelaksanaan tindakan siklus II dapat lebih baik dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga indikator pencapaian hasil
belajar dapat mencapai hasil yang diharapkan.
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, hasil yang diperoleh pada
tindakan siklus II mengenai observasi guru dalam rangka pelaksanaan tindakan
pada penggunaan kartu kata terlihat adanya peningkatan di mana aktivitas akhir
yang diperoleh meningkat menjadi kategori sangat baik dari kategori baik yang
sebelumnya pada siklus I.
Observasi guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya
peran dan beberapa tindakan yang dilakukan dengan tetap mengacu pada hasil
yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan. Peran
guru dalam kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan tindakan siklus II
berlangsung lebih baik dari pada sebelumnya. Segala kelemahan-kelemahan yang
direvisi telah dilakukan dan mengalami perbaikan pada siklus II, kelemahan yang
dapat teratasi pada siklus II tidak lain adalah guru dapat lebih baik menerapkan
penggunaan kartu kata dari pada sebelumnya. Guru secara perlahan-lahan mampu
mengajak siswa untuk mengajukan pendapat mengenai masalah yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dibahas.
Selanjutnya, secara umum pelaksanaan tindakan siklus II yang diterapkan
sama dengan pelaksanaan tindakan sebelumnya, dan proses pembelajaran
belangsung lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Berdasarkan data observasi
aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh adalah 37 dari skor maksimal 40,
dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 92,5% (lampiran 10). Hal ini
berarti taraf keberhasilan guru menurut observer dalam kategori baik untuk siklus
I dan sangat baik untuk siklus II.
b.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran,
ditemukan bahwa pembelajaran dan aktivitas siswa pada siklus II nampak lebih
baik dari siklus I. Hal ini, ditunjukkan dengan keaktifan siswa yang terekam
221
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
dalam lembar observasi, siswa sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam LKS, siswa nampak mulai aktif bertanya jika mengalami kesulitan. Hal ini
dikarenakan peneliti selalu memberikan bimbingan sepenuhnya kepada seluruh
siswa.
Hasil Belajar
Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir maka pada siklus II ini seperti
halnya pada siklus I juga menggunakan soal pada LKS sebagai alat evaluasi untuk
melihat indikator hasil belajar yang dicapai. Telah diketahui bersama bahwasanya
untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang hendak dicapai dalam proses
kegiatan pembelajaran diperlukan upaya pencapaian hasil belajar melalui tes atau
evaluasi guna mengukur secara kuantitatif hasil belajar siswa.
Tes yang diberikan berupa 5 butir pertanyaan dan 5 butir isian. Hasil dari
pelaksanaan evaluasi pada siklus II akan menentukan seberapa besar ketuntasan
belajar klasikal rata-rata yang diperoleh siswa di dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan media kartu kata. Dari analisis siklus II
diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 100% dengan rincian dari 19
siswa, seluruh siswa dinyatakan tuntas belajar.
Refleksi Siklus II
Hasil yang diperoleh pada siklus I, masih terdapat beberapa kelemahan
oleh karena itu, guru mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi
kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II. Pada
tabel berikut menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan dilakukan
perbaikan pada siklus II serta kelebihan siklus II.
222
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Tabel 4. Kekurangan Siklus I, Perbaikannya dan Kelebihan Siklus II
No.
Kelemahan
Perbaikan
Sebagian siswa masih ada
 Memotivasi siswa untuk
Kelebihan Siklus II
 Siswa lebih aktif
yang ragu-ragu dan takut
berani mengajukan
dalam menangapi dan
untuk
pertanyaan dengan cara
bertanya.
bertanya
terkait
materi
yang
dengan
dibahas.
memberi penghargaan
terhadap siswa yang
berani bertanya untuk
1.
mengajukan pendapat
dan memberi tepuk
tangan atau komentar
positif.
 Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya.
belum
 Guru harus lebih jeli
menjawab
melihat kemampuan
sudah mulai
pertanyaan yang diajukan
siswa sehingga materi
menunjukan
oleh guru.
yang dijelaskan bisa
kelebihannya masing-
dipahami siswa dengan
masing.
Sebagian
mampu
2.
siswa
 Sebagian besar siswa
baik.
 Membimbing siswa yang
butuh bimbingan khusus.
Pembahasan
Penggunaan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
membuat kalimat di kelas II SDN Doda dalam penelitian ini terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Terlihat adanya perubahan setelah dilaksanakan
tindakan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar klasikal
yang terdapat pada siklus I dan siklus II. Walaupun demikian pada siklus I masih
terdapat beberapa hal yang perlu direvisi untuk lebih ditingkatkan pada siklus II.
223
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Selain hasil belajar, pada pembelajaran ini juga diamati aktivitas siswa dan
aktivitas guru.
Sesuai dengan hasil observasi, aktivitas guru pada siklus I berada pada
kategori baik dan aktivitas siswa diperoleh berada dalam kategori cukup. Akan
tetapi aktivitas siswa pada siklus
I ini dirasakan belum optimal sebab pada
umumnya siswa belum seluruhnya siap menerima materi, hal ini disebabkan
karena sebagian siswa belum sepenuhnya menanggapi materi yang diberikan,
dikarenakan ada beberapa siswa yang daya serapnya terhadap materi masih
rendah. Masih ada siswa yang takut untuk bertanya terkait dengan materi yang
dibahas, karena sebagian siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran lama
dan masih terlihat malu-malu, juga sebagian siswa belum mampu untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Pada siklus II, respon yang diberikan siswa cenderung mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I, di mana ketuntasan klasikal maksimal
dapat diperoleh, yaitu mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan siklus I,
ketuntasan klasikal meningkat 36,84%. Kekurangan pada siklus I sudah dapat
diperbaiki guru pada siklus II yaitu pada siklus I sebagian siswa masih ragu-ragu
dan takut untuk bertanya terkait dengan materi yang dibahas dan masih belum
mampu untuk menjawab pertanyaan karena belum seluruhnya siap menerima
materi, hal yang dilakukan guru yaitu memotivasi siswa untuk berani mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan memberi apresiasi berupa tepuk
tangan atau komentar-komentar yang positif. Selanjutnya guru juga lebih jeli
melihat kemampuan siswa sehingga materi yang dijelaskan bisa dipahami siswa
dengan baik serta membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan khusus.
Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan kesiapan siswa untuk
menerima materi sebelum pembelajaran itu dimulai, dan pembelajaran
baru
dimulai ketika semua siswa telah siap menerima materi. Hasilnya, siswa sudah
dapat menerima dan memahami materi dengan baik dan siswa juga sudah aktif
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan telah menunjukan kemampuan
dalam belajar.
224
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
Penggunaan kartu kata dalam peningkatkan hasil belajar siswa sangat
efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena:
1. dapat menilai hasil belajar siswa secara menyeluruh baik apa yang diketahui
siswa melalui tes format dan aktivitas siswa.
2. berguna sebagai umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan
kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk mengetahui hasil
belajarnya.
3. dapat menyimpulkan kemampuan belajar dalam suasana yang menyenangkan
serta senantiasa mementingkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa
untuk menunjukan apa yang diketahui/dipahami dan mampu dikerjakan
siswa.
Dengan demikian mengacu pada hasil penerapan tindakan siklus I dan
siklus II bahwa membuat kalimat melalui kartu kata dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi membuat kalimat melalui kartu kata, di mana diperoleh
presentase peningkatan hasil belajar untuk tuntas belajar klasikal yaitu sebesar
36,84%. Dengan hasil data yang diperoleh di atas, semakin mendukung fakta
bahwa penggunaan kartu kata perlu diterapkan dalam proses pembelajaran sebab
dapat meningkatkan hasil belajar serta keaktifan siswa.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penelitian tindakan kelas, maka
diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan kartu kata untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam membuat kalimat pada siswa kelas II SD Negeri Doda
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 63,16% (kategori
kurang), meningkat pada siklus II menjadi 100% (kategori sangat baik).
Persentase keaktifan siswa dari siklus I yaitu 71,87% (kategori cukup) meningkat
pada siklus II menjadi 90,62% (kategori baik) seiring dengan peningkatan
partisipasi guru yang pada siklus I hanya 87,5% (kategori baik), pada siklus II
meningkat menjadi 92,5% (kategori sangat baik).
225
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11
ISSN 2354-614X
5.1 Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisa data serta kesimpulan, maka
peneliti menyarankan sebagai berikut :
1. Kepada pengajar hendaknya mempertimbangkan penggunaan kartu kata dapat
diajukan sebagai prioritas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
membuat kalimat.
2. Pengelolaan
waktu perlu
dipertimbangkan
dalam
setiap
pelaksanaan
pembelajaran, sehingga semua aktivitas siswa dapat dikembangkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Balai Pustaka.
Keraf, G. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Keraf, G. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende
Flores: Nusa Indah.
Muliono, Hasan A. Sujono, D. Hans, L. 2000.Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi ke Tiga. Balai Pustaka. Jakarta.
Sugono, 1994. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Sugono, D. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tarigan, H.G. 1994. Penyajian Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, A. 1987. Tata Bahasa Pedagogis Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N Balai
Pustaka.
226
Download