TEORI LEGITIMASI KEKUASAAN

advertisement
1
TEORI LEGITIMASI
KEKUASAAN
Pamungkas Satya Putra
2
Pamungkas Satya Putra
• Legitimasi
Legitimize (Bahasa Inggris).
• Anglo Saxon: kualitas hukum dalam menerima putusan
pengadilan.
• Eropa Kontinental: penerimaan dan pengakuan masyarakat
tentang kewenangan, keputusan (beleid), atau kebijakan
(policy top-bottom) pemimpin atau pemegang kekuasaan.
• Legislatif (Badan Perwakilan/ Legislator);
• Eksekutif (Badan Pelaksana/ Eksekutor);
• Yudikatif (Badan Peradilan/ Yudikator).
• Penerimaan masyarakat? Menerima atau menolak.
• Hubungan antara pemegang kekuasaan dan masyarakat.
3
Pamungkas Satya Putra
Terdapat tiga (3) persoalan berkaitan dengan legitimasi:
1. Sumber Kekuasaan;
2. Pemegang kekuasaan (kekuasaan tertinggi/ kedaulatan);
3. Pengesahan kekuasaan.
4
Pamungkas Satya Putra
SUMBER KEKUASAAN
• Dari manakah sumber/ asal kekuasaan:
1.Teori Teokrasi
Sumber kekuasaan adalah Tuhan.
2.Teori Hukum Alam
Kekuasaan berasal dari rakyat, yang berasal dari alam kodrat.
Dari rakyat kemudian diserahkan pada Raja. (Ingat teori
perjanjian langsung dan perjanjian bertingkat).
3.Teori Hukum Positif (George Jellinek dan Hans Kelsen)
Kekuasaan berasal dari hukum yang ditetapkan dan disahkan
oleh lembaga perwakilan rakyat. Segala sesuatunya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
5
Pamungkas Satya Putra
PEMEGANG KEKUASAAN
• Siapakah yang menjadi sumber, pemilik dan pemegang
kekuasaan?
• Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu
negara.
• Jean Bodin: kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk
menentukan hukum dalam suatu negara.
Kekuasaan: kemampuan dari seseorang/ sekelompok orang
untuk mengubah berbagai tabiat/ sikap dalam suatu kebiasaan,
menurut keinginannya, dan untuk mencegah perubahan tabiat/
sikap yang tidak menjadi keinginannya menjadi kebiasaannya.
6
Pamungkas Satya Putra
PEMEGANG KEKUASAAN
1.
2.
3.
4.
TEORI KEDAULATAN TUHAN;
TEORI KEDAULATAN NEGARA;
TEORI KEDAULATAN RAKYAT;
TEORI KEDAULATAN HUKUM.
7
Pamungkas Satya Putra
TEORI KEDAULATAN TUHAN
• Kekuasaan tertinggi/ kedaulatan adalah TUHAN. Siapakah
wakil Tuhan di dunia, Raja/ Paus?
• AUGUSTINUS: yang mewakili Tuhan di dunia adalah PAUS.
Kedudukan gereja yang dipimpin Paus lebih tinggi dari
kedudukan negara yang diperintah RAJA.
• THOMAS AQUINAS: Kekuasaan RAJA dan PAUS sama,
hanya tugasnya berlainan. RAJA dalam lapangan
keduniawian, PAUS dalam lapangan keagamaan.
• MARSILLIUS: Negara lebih tinggi kedudukannya dari
gereja. Negara adanya lebih dulu dari gereja.
8
Pamungkas Satya Putra
TEORI KEDAULATAN NEGARA
• Kedaulatan itu tidak ada pada Tuhan, tapi ada pada NEGARA.
• Kemudian yang menciptakan hukum adalah NEGARA. Segala
sesuatu tunduk pada NEGARA.
• JEAN BODIN: Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi
terhadap warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu
pembatasan apapun dari undang-undang.
9
Pamungkas Satya Putra
Jean Bodin
• Kekuasaan tertinggi ini adalah kekuasaan untuk membuat
hukum di dalam suatu negara, yang sifatnya:
1.Tunggal: hanya negaralah yang memiliki kekuasaan;
2.Asli: kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain;
3.Abadi: bahwa yang mempunyai kedaulatan adalah negara
yang adanya abadi.
4.Tidak dapat dibagi-bagi: kedaulatan tidak dapat diserahkan
kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruh.
10
Pamungkas Satya Putra
GEORGE JELLINEK
• Hukum merupakan penjelmaan kehendak/ kemauan negara.
• Jadi negaralah yang menciptakan hukum, maka negara
dianggap satu-satunya sumber hukum, dan negaralah yang
memiliki kekuasaan tertinggi/ kedaulatan.
11
Pamungkas Satya Putra
TEORI KEDAULATAN RAKYAT
• Kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Jadi yang berdaulat adalah
RAKYAT.
• Raja hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah
diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat.
12
Pamungkas Satya Putra
TEORI KEDAULATAN HUKUM
• Kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara adalah HUKUM;
• KRABBE: hukum itu tidaklah timbul dari kehendak negara dan
hukum itu berlaku terlepas dari kehendak negara. Hukum
merupakan penjelmaan dari salah satu bagian perasaan
manusia, yaitu rasa hukum yang kemudian berkembang jadi
kesadaran hukum.
13
Pamungkas Satya Putra
LEGITIMASI KEKUASAAN
L. DARI SEGI OBJEK
L. MATERI WEWENANG
L.SUBJEK
WEWENANG
L. DARI SEGI KRITERIA
L. SOSIOLOGIS
LEGALITAS
L. ETIS
14
Pamungkas Satya Putra
• Legitimasi wewenang: mempertanyakan wewenang dari segi
fungsinya.
• Legitimasi subjek wewenang: mempertanyakan dasar wewenang
seseorang untuk membuat undang-undang/ peraturan.
• Legalitas: kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Legalitas
merupakan salah satu kemungkinan kriteria bagi keabsahan
wewenang. Legalitas menuntut agar wewenang dijalankan sesuai
dengan hukum yang berlaku.
• Legitimasi etis: mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan
politik dari segi norma moral.
15
KLASIFIKASI NEGARA
Pamungkas Satya Putra
16
Pamungkas Satya Putra
• Yang dibahas adalah masalah kemungkinankemungkinan bentuk-bentuk negara. Bukan
membicarakan bentuk negara yang telah ada.
Dari kemungkinan kemudian diklasifikasikan.
• Jadi yang dibahas adalah ajaran mengenai
kemungkinan bentuk-bentuk negara.
17
Pamungkas Satya Putra
Menurut SOEHINO, belum ada kesatuan pendapat
tentang kemungkinan bentuk negara. Mengapa?
1. Negara setiap waktu dapat mengalami perubahan;
2. Dalam perkembangan pemikiran negara dan hukum,
peristilahan dalam ilmu kenegaraan sering mengalami
perubahan pengertian;
3. Dalam mengadakan klasifikasi bentuk negara, para sarjana
mempergunakan kriteria atau dasar yang berbeda-beda;
4. Para pemikir tentang negara dan hukum memberikan
pengertian yang berbeda tentang negara;
5. Suatu istilah kadang-kadang mempunyai pengertian yang
bermacam-macam.
18
Pamungkas Satya Putra
Klasifikasi negara klasik-tradisional
Monarki, Aristokrasi, Demokrasi
Kriteria yang digunakan:
1. Susunan Pemerintahan: Jumlah orang
yang memegang pemerintahan satu (1) orang,
beberapa orang, atau rakyat;
2. Sifat Pemerintahannya: untuk kepentingan
umum ini yang baik, untuk kepentingan
penguasa ini yang jelek.
JUMLAH
MEMERINTAH
SIFAT PEMERINTAHAN
BAIK
1 ORANG
(TUNGGAL)
MONARKI
JELEK
TYRANI
BEBERAPA ORANG ARISTOKRASI
OLIGARKI
PADA PRINSIPNYA POLITY
SELURUH RAKYAT
DEMOKRASI
Pamungkas Satya Putra
19
20
• Bentuk yang “jelek” sering disebut “bentuk
kemerosotan” dari bentuk yang “baik”.
• HOBBES tidak mengenal bentuk-bentuk
kemerosotan. Baginya bentuk tirani, oligarki dan
anarki hanya sebutan yang dipergunakan oleh
mereka yang tidak puas dengan bentuk monarki,
aristokrasi dan demokrasi.
• Apa yang dimaksud dengan ANARKI oleh
Hobbes adalah sama dengan apa yang dimaksud
dengan DEMOKRASI oleh Aristoteles.
• Apa yang dimaksud POLITY oleh Aristoteles
adalah apa yang dimaksud dengan DEMOKRASI
yang dikenal sampai sekarang.
Pamungkas Satya Putra
21
KLASIFIKASI NEGARA DALAM BENTUK
MONARKI & REPUBLIK
Pamungkas Satya Putra
Kriteria yang digunakan: CARA
TERBENTUKNYA KEMAUAN NEGARA
Karena negara dianggap sebagai suatu kesatuan
yang mempunyai dasar-dasar hidup, sehingga
negara mempunyai kehendak/ kemauan.
Kemauan negara sifatnya abstrak, dan dalam
bentuk yang konkrit menjelma sebagai hukum/
undang-undang.
22
Pamungkas Satya Putra
CARA TERBENTUKNYA KEMAUAN NEGARA:
1. Terbentuk di dalam jiwa seseorang yang mempunyai
wujud fisik, hanya ditentukan oleh satu orang tunggal.
Negara yang mempunyai kemauan fisik disebut
MONARKI.
2. Terbentuk di dalam suatu DEWAN. Dewan sifatnya
abstrak dan berbentuk yuridis, karena pengertian
dewan hanya di dalam hukum. Dewan yang
beranggotakan sekelompok orang, ada karena
ditetapkan oleh peraturan hukum, dewan ini dalam
konstruksi hukum. Disebut KEMAUAN YURIDIS.
Negara yang mempunyai kemauan yuridis disebut
REPUBLIK.
23
Pamungkas Satya Putra
LEON DUGUIT:
Kriteria yang digunakan adalah CARA
PENUNJUKKAN/ PENGANGKATAN KEPALA
NEGARA:
1. Berdasarkan sistem/cara pewarisan:
MONARKI
2. Tidak berdasarkan sistem pewarisan:
REPUBLIK
24
Pamungkas Satya Putra
KLASIFIKASI NEGARA MENURUT
R.KRANENBURG
Mengklasifikasikan kelompok manusia jadi 4
dengan kriteria yang digunakan:
1. Sifat kesetempatan, kelompok itu punya sifat
setempat atau tidak setempat;
2. Sifat keteraturan, kelompok itu sifatnya teratur
atau tidak teratur.
25
Pamungkas Satya Putra
kelompok manusia itu adalah:
1. kelompok manusia yang sifatnya setempat tapi
tidak teratur;
2. kelompok manusia yang sifatnya setempat dan
teratur;
3. kelompok manusia yang sifatnya tidak
setempat dan tidak teratur;
4. kelompok manusia yang sifatnya tidak
setempat dan teratur;
26
Pamungkas Satya Putra
• Dalam kelompok subyektif ini diperlukan
adanya pengaturan karena orang ingin
memperoleh kepastian tentang sikap, tingkah
laku dan perbuatannya.
• Maka perlu ada pembuat peraturan atau badan
legislatif.
• Perlu ada badan yang melaksanakan peraturan
atau badan eksekutif.
• Perlu ada badan yang mengawasi pelaksanaan
peraturan atau badan yudikatif.
27
Pamungkas Satya Putra
Baik tidaknya suatu negara tergantung pada:
1. Hubungan fungsi dengan organnya;
2. Hubungan antara organ-organ itu satu sama
lain.
Itulah
sebabnya
maka
dalam
mengklasifikasikan negara R. KRANENBURG
menggunakan kriteria:
1. Sifat hubungan antara fungsi-fungsi dengan
organ-organ yang ada dalam negara itu;
2. Sifat dari organ itu sendiri.
28
Pamungkas Satya Putra
KLASIFIKASI NEGARA Menurut
R.KRANENBURG:
1.
Negara di mana semua fungsi/kekuasaan
negara dipusatkan pada satu (1) organ. Negara
ini melaksanakan “sistem absolut”. Jika sistem
absolut dikombinasikan dengan sifat organ
akan menghasilkan;
a. Monarki absolut;
b. Aristokrasi/ Oligarki absolut;
c. Demokrasi absolut.
29
Pamungkas Satya Putra
KLASIFIKASI NEGARA Menurut R.KRANENBURG:
2.
Negara di mana fungsi/kekuasaan negara dipisah-pisahkan, kemudian
diserahkan pada beberapa orang.
a. Negara dengan sistem pemerintahan presidensiil. Jika
negara melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan
secara tegas/sempurna.
b. Negara dengan sistem pemerintahan parlementer. Jika
negara melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan,
tetapi organ-organ tersebut (terutama legislatif &
eksekutif) dapat saling mempengaruhi.
c. Negara dengan sistem referendum. Jika negara
melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan tetapi pada
prinsipnya badan eksekutif hanya bersifat sebagai badan
pekerja dari badan legislatif, dan disertai kontrol
langsung dari rakyat melalui referendum.
30
Pamungkas Satya Putra
KLASIFIKASI NEGARA MENURUT HANS KELSEN
Kriteria yang digunakan:
1. Sifat mengikatnya peraturan hukum yang dibuat
oleh penguasa yang berwenang;
a. Negara Heteronom;
b. Negara Autonom.
2. Sifat keleluasaan penguasa/pemerintah dalam
mengatur perikehidupan warganegaranya.
a. Negara Totaliter/ Etatistis;
b. Negara Liberal.
31
Pamungkas Satya Putra
Negara HETERONOM:
1. Negara di mana pada asasnya
peraturan hukum yang dikeluarkan
penguasa hanya mengikat Warga
Negara.
2. Penguasa cenderung membuat
peraturan sebanyak mungkin.
3. Derajat pembatasan kebebasan
pribadi Warga Negara bersifat
maksimal.
4. Kebebasan pribadi Warga Negara
bersifat minimum
Negara AUTONOM:
1. Negara di mana pada asasnya
peraturan yang dikeluarkan
penguasa, kecuali mengikat
Warga Negara juga mengikat
si pembuat peraturan itu
sendiri.
2. Penguasa cenderung
membuat peraturan sesedikit
mungkin.
3. Derajat pembatasan
kebebasan pribadi Warga
Negara bersifat minimum.
4. Kebebasan pribadi Warga
Negara bersifat maksimum
32
Pamungkas Satya Putra
NEGARA TOTALITER:
1. Negara di mana pada asasnya
penguasa /negara mempunyai
keleluasaan untuk mengatur
segala segi kehidupan Warga
Negaranya.
2. Penguasa cenderung
mengeluarkan peraturan
sebanyak mungkin.
3. Derajat kebebasan pribadi
Warga Negaranya bersifat
maksimum.
4. Kebebasan pribadi Warga
Negaranya bersifat minimum
NEGARA LIBERAL:
1. Negara di mana pada
asasnya penguasa hanya
dapat mengatur Warga
Negaranya yang pokokpokok saja.
2. Derajat kebebasan pribadi
Warga Negaranya bersifat
minimum.
3. Kebebasan pribadi Warga
Negaranya bersifat
maksimum.
33
Pamungkas Satya Putra
KESIMPULAN:
• Negara-negara yang memakai SISTEM AUTONOMI ada
kecenderungan untuk merubah sistemnya ke arah SISTEM
LIBERALISME.
• Negara-negara yang memakai SISTEM HETERONOM ada
kecenderungan untuk merubah sistemnya ke arah SISTEM
TOTALITER.
34
Pamungkas Satya Putra
KLASIFIKASI NEGARA MENURUT MAC IVER
1.
2.
Hanya ada 2 kemungkinan bentuk pemerintahan, yaitu:
OLIGARKI, (apabila dalam suatu negara, golongan kecil
tidak bertanggung jawab terhadap rakyat).
DEMOKRASI, (apabila dalam suatu negara, golongan kecil
yang memerintah itu bertanggung jawab terhadap rakyat).
Jumlah orang yang banyak atau seluruh rakyat dalam
kenyataannya tidak pernah memerintah. Pemerintahan
senantiasa berada dalam tangan golongan kecil.
35
Pamungkas Satya Putra
• Karena bentuk-bentuk pemerintahan itu belum
sempurna menerangkan bentuk-bentuk pemerintahan
yang ada, maka Mac Iver mengadakan konspectus
bentuk pemerintahan berdasarkan 4 kriteria
Dasar
Dasar
konstitusionil ekonomis
I. Oligarki
-
Dasar
persekutuan
-
Struktur
kedaulatan
-
1. Kerajaan
1. Ek Rkyt Pem
Primitif
1. Pem Kesukuan
1. Pem Kesatuan
2. Kediktatoran
2. Pem Feodal
2. Pem “Polis”
2. Imperium Jajahan
Depedency
3. Ketuhanan
3. Pem Kapitalis
3. Pem Negeri
3. Pem Federal
4. Kepemimpinan
Jamak
4. Pem Sosialis
4. Pem Nasional
II. Demokrasi
-
-
-
1. Kerajaan
-
5. Pem Multi Nas
-
2. Republik
-
6. Pem Dunia
-
Pamungkas Satya Putra
36
37
Pamungkas Satya Putra
Catatan:
•
•
•
•
Kalau kita akan menentukan suatu negara masuk
golongan yang mana, maka dengan dasar kriteria
tersebut dapat digunakan. Misalnya Indonesia:
Dengan dasar konstitusional adalah republik
Dengan dasar ekonominya adalah sosialis
Dengan dasar persekutuannya adalah negara nasional
Dengan dasar kedaulatan adalah negara kesatuan
38
SUSUNAN NEGARA
Pamungkas Satya Putra
39
Pamungkas Satya Putra
Membicarakan bentuk-bentuk negara ditinjau dari
segi susunannya:
1. Negara Kesatuan, negara yang bersusun
tunggal
2. Negara Federasi, negara yang bersusun jamak
40
Pamungkas Satya Putra
NEGARA KESATUAN/UNITARIS
•
•
Hanya ada satu negara, tidak ada negara di dalam
negara. Jadi hanya ada satu pemerintahan, yaitu
pemerintah pusat, yang mempunyai kekuasaan tertinggi
dalam lapangan pemerintahan.
Menurut C.F STRONG ada 2 ciri mutlak dari negara
kesatuan:
1.
2.
•
Adanya supremasi dari parlemen pusat;
Tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat.
Dalam negara kesatuan, penyelenggaraan pemerintahan
oleh pemerintah pusat didaerahnya dilakukan dengan 2
asas: dekonsentrasi dan desentralisasi
41
Pamungkas Satya Putra
Dekonsentrasi:
pelimpahan
wewenang
dari
pemerintah pusat kepada pejabat-pejabatnya di
daerah.
Pelaksanaan asas dekonsentrasi menghasilkan
Pemerintah Daerah Administratif/ Pemerintah
Wilayah Administratif.
Pemerintah ini merupakan wakil dari pusat dan
tugasnya menyelenggarakan pemerintahan di daerah
atas petunjuk Pemerintah Pusat.
Desentralisasi:
penyerahan
wewenang
dari
pemerintah pusat kepada daerah (sekarang daerah
kabupaten).
42
Pamungkas Satya Putra
NEGARA FEDERAL

Menurut C.F Strong diperlukan
mewujudkan suatu federasi:
2
syarat
utk
1. Harus ada semacam perasaan nasional (sense of
nationality) di antara anggota kesatuan politik
yang hendak berfederasi
2. Harus ada keinginan dari anggota-anggota
kesatuan politik itu akan persatuan dan bukan
kesatuan, karena apabila anggota-anggota itu
menginginkan kesatuan maka bukan federasi
yang terbentuk melainkan negara kesatuan
43
Pamungkas Satya Putra
Negara Federal ditandai adanya 3 ciri:
1. Adanya supremasi konstitusi dalam mana
federal itu terwujud;
2. Adanya pembagian kekuasaan antara negara
federal dengan negara bagian;
3. Adanya lembaga yang diberi wewenang untuk
menyelesaikan suatu perselisihan antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian.
44
Pamungkas Satya Putra
BEDA NEGARA FEDERAL DENGAN NEGARA
KESATUAN MENURUT KRANENBURG
NEGARA KESATUAN:
• Organisasi bagian
negara dalam garis
besar oleh pembentuk
UU Pusat.
• Wewenang pembentuk
UU Pusat ditetapkan
dalam rumusan yang
umum dan wewenang
pembentuk UU lokal
tergantung pada badan
pembentuk UU Pusat.
NEGARA FEDERAL:
• Bagian suatu federasi
memiliki “pouvoir
constituant” dan
wewenang mengatur
organisasi sendiri dalam
rangka konstitusi federal
• Wewenang pembentuk
UU pusat untuk mengatur
hal-hal tentang telah
diperinci satu persatu
dalam konstitusi federal
45
Pamungkas Satya Putra
PERSERIKATAN NEGARA/KONFEDERASI
• Adalah suatu ikatan dari dua atau lebih negara yang
berdaulat.
• Pembentukan suatu konfederasi tidak membentuk
negara baru berdaulat. Komponen-komponen
konfederasi itulah yang berdaulat, dan tetap
dinamakan negara.
• Keanggotaan suatu konfederasi tidak menghilangkan
kedaulatan negara-negara anggotanya. Karena itu
konfederasi bukan merupakan negara.
• Konfederasi dibentuk untuk maksud-maksud tertentu,
terutama maksud dalam bidang politik luar negeri
dan pertahanan.
46
Pamungkas Satya Putra
PERBEDAAN NEGARA FEDERAL DENGAN
KONFEDERASI
• GEORG JELLINEK
Ada pada siapakah kedaulatan itu, pada negara
federalnya atau pada negara bagian.
▫ Apabila kedaulatan itu ada pada negara federalnya,
maka negara itu disebut NEGARA FEDERAL.
▫ Apabila kedaulatan ada pada negara-negara bagian,
maka
negara
itu
disebut
KONFEDERASI/
PERSERIKATAN NEGARA.
47
Pamungkas Satya Putra
PERBEDAAN NEGARA FEDERAL DENGAN
KONFEDERASI
KRANENBURG
Perbedaan itu terletak pada persoalan dapat atau tidaknya
pemerintah federal/ gabungan membuat peraturan hukum yang
langsung mengikat/ berlaku terhadap Warga Negara dari negara
bagiannya.
• Apabila dapat membuat peraturan hukum yang langsung mengikat/
berlaku terhadap Warga Negara dari negara bagiannya disebut
NEGARA FEDERAL.
• Apabila tidak dapat membuat peraturan hukum yang langsung
mengikat/ berlaku terhadap Warga Negara dari negara bagiannya,
dan masih memerlukan tindakan lain dari pemerintah negara
bagiannya, disebut KONFEDERASI.
48
Pamungkas Satya Putra
PERBEDAAN NEGARA FEDERASI DENGAN
KONFEDERASI
FEDERASI
• Dilengkapi jawatan pemerintahan
sipil dan militer yang berada di
bawah pengawasan eksklusif
badan-badan pusat.
• Memiliki angkatan perang.
• Negara bagian suatu federasi
tidak mudah melepaskan diri dari
federasi.
KONFEDERASI
• Tidak memiliki jawatan-jawatan
tersebut. Hanya memiliki jawatan
yang melakukan pekerjaanpekerjaan, penyelidikan &
pelayanan.
• Bila dilengkapi angkatan perang
maka hanya kontingen negaranegara anggota yang dalam
kenyataannya tunduk pada
perintah negara yang
mengirimnya.
• Kerjasama dalam suatu
konfederasi bergantung pada
kemauan sukarela negara
anggota. Anggota mudah
melepaskan dari konfederasi.
49
Pamungkas Satya Putra
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB)
• Cara mencegah perang atau mempertahankan perdamaian.
• Menurut
DANTE
ALLEGHIERI
mencita-citakan
pembentukan “negara dunia” yang akan menghimpun umat
manusia secara rukun dan damai.
• PBB dibentuk 26 Juni 1945 di San Fransisco, Amerika Serikat.
50
Pamungkas Satya Putra
Tujuan PBB:
1. Memelihara
perdamaian
dan
keamanan
internasional;
2. Mengadakan hubungan persahabatan antara bangsabangsa;
3. Mengadakan kerjasama internasional dalam
menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, sosial,
kultural atau humaniter dalam menjalankan dan
memajukan HAM dan kebebasan-kebebasan
fundamental manusia tanpa perbedaan berdasarkan
ras, jenis kelamin, bahasa atau agama
51
Pamungkas Satya Putra
Asas-asas PBB:
1.
2.
3.
4.
PBB didirikan atas dasar kedaulatan yang sederajat dari
semua anggotanya;
Semua anggota harus melaksanakan dengan itikad baik
semua kewajiban-kewajiban yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan Piagam;
Sengketa-sengketa internasional akan diselesaikan dengan
cara damai demikian rupa sehingga perdamaian, keamanan
dan keadilan internasional tidak dibahayakan;
Semua anggota tidak akan mengancam atau menggunakan
kekerasan terhadap keutuhan teritorial atau kemerdekaan
setiap negara, atau dengan tiap cara lainnya yang tidak
sesuai dengan Piagam PBB
52
Pamungkas Satya Putra
5.
6.
7.
Semua anggota harus membantu PBB dalam tindakannya
yang diambil berdasarkan ketentuan-ketentuan Piagam dan
tidak akan membantu negara mana terhadap siapa dilakukan
tindakan-tindakan itu;
PBB harus menjamin agar negara-negara yang bukan
anggota PBB bertindak sesuai dengan asas-asas yang
ditetapkan oleh PBB;
PBB tidak akan mengadakan campur tangan dalam masalahmasalah dalam negeri dari setiap negara atau mengharuskan
penyelesaian-penyelesaian masalah itu menurut ketentuanketentuan Piagam.
53
Pamungkas Satya Putra
Badan-badan PBB
•
•
•
•
•
•
Majelis Umum;
Dewan Keamanan;
Dewan Ekonomi dan Sosial;
Dewan Perwalian;
Mahkamah Internasional;
Sekretaris Jenderal.
Download