199 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar analisis

advertisement
199
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian ada beberapa simpulan dari temuan penelitian yang dapat dikemukakan
sebagai berikut.
Pertama, iklim kelas berpengaruh langsung negatif terhadap kecemasan
matematika sehingga dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya iklim kelas
mempunyai peran terhadap kecemasan matematika. Dibandingkan dengan faktor
lingkungan lainnya seperti faktor dukungan akademik orangtua dan dukungan
teman sebaya, iklim kelas merupakan faktor yang berperan secara langsung
terhadap kecemasan matematika. Iklim kelas merupakan komponen penting kelas
yang menjadikan proses pembelajaran menarik atau menjadikan guru dan siswa
saling mendukung dalam proses pembelajaran. Interaksi yang positif tercipta
apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Guru dapat memahami
tentang keadaan siswa, menciptakan lingkungan kelas yang sehat, menanggapi
secara sosial-emosional kebutuhan yang berbeda antar siswa sehingga dapat
mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Melalui iklim kelas yang baik,
siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik serta dapat belajar matematika
dengan positif, demikian sebaliknya bila iklim kelas buruk, maka siswa akan
frustasi yang pada akhirnya justru dapat membuat kecemasan terhadap pelajaran
matematika.
200
Kedua, faktor lingkungan dalam hal ini dukungan akademik orangtua tidak
berperan langsung dalam menurunkan kecemasan matematika. Akan tetapi
dukungan
akademik
orangtua
berperan
secara
tidak
langsung
dengan
meningkatkan kemampuan psikologis berupa efikasi diri matematika dan flow.
Kekuatan karakteristik internal yang dimiliki individu termasuk kepercayaan,
sikap terhadap matematika, sikap terhadap pelajaran, dan pengetahuan siswa pada
matematika yang
kesemuanya ini mempunyai kekuatan untuk meningkatkan
kemampuan matematika dan mengurangi kecemasan matematika.
Ketiga, berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa dukungan
akademik teman sebaya berpengaruh positif terhadap kecemasan matematika.
Artinya, kecemasan matematika siswa akan meningkat kalau dukungan teman
sebaya tidak banyak, dan sebaliknya semakin besar dukungan yang diberikan oleh
teman sebaya akan menyebabkan kecemasan matematikanya menurun. Hal ini
dimungkinkan karena keterlibatan teman sebaya justru menjadikan anak rentan
menerima tekanan dari kelompok teman sebayanya. Selain itu, dimungkinkan
karena sampel dalam penelitian ini yaitu SMA unggulan yang masing-masing
siswa bersaing untuk berprestasi. Teman sebaya dianggap sebagai kompetitor
utama di dalam kelas.
Keempat, faktor individu yaitu efikasi diri matematika dan flow dapat
menjadi mediator antara faktor lingkungan berupa dukungan akademik orangtua,
dukungan akademik teman sebaya dan iklim kelas dalam menurunkan kecemasan
matematika. Artinya kecemasan matematika siswa dipengaruhi langsung oleh
faktor lingkungan berupa dukungan akademik orangtua, dukungan akademik
201
teman sebaya dan iklim kelas dan secara tindak langsung juga tergantung pada
faktor individu berupa efikasi diri matematika dan flow siswa. Efikasi diri
matematika akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku
seseorang. Seseorang dengan efikasi diri tinggi percaya bahwa dirinya mampu
melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian disekitarnya sedangkan
seseorang dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak
mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang
sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah cenderung akan mudah menyerah,
sementara orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk
mengatasi tantangan yang ada. Siswa yang memiliki efikasi diri yang lebih tinggi
menunjukkan ketajaman dalam perhitungan matematika dan menunjukkan
ketekunan yang lebih besar dalam pengerjaan soal-soal matematika yang sulit
daripada siswa yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Sementara, pada siswa
yang mempunyai flow yang tinggi, siswa akan mampu seimbang dengan tingkat
tantangan yang dihadapi dengan kemampuan, melakukan aktivitas dengan total,
berkonsentrasi, dan merasa senang dalam melaksanakan kegiatan terutama belajar
matematika. Dengan demikian, posisi flow yang tinggi
pada siswa dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja yang secara otomatis akan mengurangi
kecemasan matematika.
B. Saran-Saran
Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan, ada beberapa hal yang dapat
disarankan seperti diuraikan di bawah ini.
202
Pertama,
berdasarkan hasil
penelitian ini iklim kelas menjadi faktor
lingkungan yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan matematika. Oleh
karena itu, tidak berlebihan bagi guru untuk menciptakan iklim kelas yang positif
dalam proses belajar mengajar matematika. Salah satu cara menciptakan iklim
kelas adalah dengan guru membuat konsep matematika yang abstrak menjadi
lebih konkret serta menyiapkan iklim kelas yang tepat agar dapat membantu
siswa untuk belajar lebih nyaman. Iklim kelas tersebut dapat dibuat dengan
menawarkan permainan dalam proses belajar mengajar matematika. Sekolah
hendaknya menciptakan pembelajran serta budaya sekolah yang nyaman terutama
di kelas sehingga dapat memberi motivasi dan dukungan serta merancang kelas
dengan lingkungan yang positif yang tidak menimbulkan ketegangan dan
ketakutan terutama dalam pelajaran matematika.
Kedua, orangtua hendaknya selalu memberikan dorongan dan motivasi
pada anak sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri, minat, dan efikasi diri
pada pelajaran matematika dengan baik.
Ketiga, berdasarkan penelitian ini efikasi diri matematika dan flow
menjadi faktor individu dan sebagai variabel mediator yang berpengaruh dalam
mengurangi kecemasan matematika. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya
yang tertarik meneliti tentang kecemasan matematika untuk memperhatikan
variabel tersebut. Selain itu perlu ditegaskan kembali bahwa individu berkembang
dan melakukan proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh berbagai sistem di
sekitar individu tersebut tinggal namun juga dipengaruhi oleh diri individu itu
sendiri.
203
Keempat, dukungan akademik teman sebaya dalam penelitian secara
teoretik masih umum dan belum spesifik (misalnya dilakukan oleh teman dekat).
Peneliti selanjutnya diharapkan lebih fokus dengan referensi yang lebih spesifik
sehingga diharapkan mendapatkan informasi yang spesifik pula pengaruh
kecemasan matematika.
Kelima, berdasarkan hasil penelitian ini, masih banyak aitem yang gugur
pada setiap skala penelitian yang digunakan.
Oleh sebab itu, diperlukan
penyusunan ulang pembuatan alat ukur pada penelitian berikutnya terlebih dengan
memperhatikan karakteristik budaya bangsa Indonesia.
Keenam, hasil pengujian validitas alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan validitas konstruk dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori. Meski masing-masing variabel terpenuhi validitas
dengan baik, namun masih banyak aitem yang gugur pada masing-masing
variabel. Untuk penelitian berikutnya hendaknya tidak hanya menggunakan
validitas konstruk dengan analisis faktor konfirmatori saja akan tetapi bisa
diperkuat dengan analisis faktor eksploratori atau bahkan diperkuat lagi dengan
validitas isi terlebih dahulu.
Ketujuh, masih perlu kajian lanjut tentang faktor yang menyebabkan
kecemasan matematika siswa SMA. Sumbangan variabel prediktor terhadap
kecemasan matematika dalam penelitian masih dikatakan kecil. Oleh sebab itu,
untuk penelitian selanjutnya perlu menambahkan variabel lain, misalnya
inteligensi, pengalaman masa lalu, gaya belajar, peran gender, faktor neuorosains
dan sebagainya.
204
Kedelapan, untuk mengoptimalkan hasil penelitian, tidak hanya sekadar
menggunakan pendekatan kuantitatif saja, akan tetapi bisa menggunakan metode
lain seperti melalui eksperimen untuk lebih memperkaya temuan di lapangan.
Selain itu, subjek penelitian hendaknya diperluas dan lebih diperdalam misalnya
di tingkat Sekolah Dasar (SD), yang
merupakan jenjang paling dasar pada
pendidikan formal dan posisinya sangat fundamental dalam menentukan sikap
dan pandangan terhadap semua mata pelajaran termasuk pelajaran matematika.
Download