Peter Garlans Sina

advertisement
54
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
Tipe Kepribadian Dalam Personal Finance
Peter Garlans Sina
Institute Transformasi Indonesia-NGO
Abstract
Understanding personality aspects in financial management is needed for managing personal finance
successfully, because when managing the personal finance every personality types is different including in
managing the debt. When a deep analysis is done, it was found that there are some weaknesses in each of the
seventh personality types which can cause financial problems, one of the examples is overload debt. Therefore,
at the end of this research some therapiest are explained in other to solve the financial problems from each of
the personality types.
Key words: personality, personality types, personal finance, debt management
Abstrak
Memahami aspek kepribadian dalam mengelola keuangan dibutuhkan untuk sukses mengelola keuangan
pribadi karena setiap tipe kepribadian berbeda dalam cara mengelola keuangannya yang meliputi juga
manajemen utang. Setelah dilakukan analisis mendalam, ditemukan beberapa kelemahan dari masing-masing
tipe kepribadian yang akan menyebabkan masalah keuangan seperti salah satunya adalah utang yang
berlebihan. Oleh sebab itu, pada bagian akhir dijelaskan beberapa terapi untuk menyelesaikan masalah
keuangan dari masing-masing tipe kepribadian.
Kata-kata kunci: kepribadian, tipe kepribadian, manajemen keuangan pribadi, manajemen utang
PENDAHULUAN
Perencanaan keuangan menjadi perhatian
banyak peneliti karena pengetahuan ini mampu
memberikan pedoman bagi seseorang untuk
merealisasikan tujuan hidupnya. Perencanaan yang
dilakukan lebih dini akan lebih baik Saat ini
perencanaan keuangan mengalami perkembang
sangat pesat. Dahulu perencanaan keuangan
digunakan pada perusahaan untuk merencanakan
keuangan kedepannya. Namun, saat ini perencanaan
keuangan tidak hanya untuk perusahaan. Perencanaan
keuangan juga dibutuhkan oleh industri kecil, industri
rumahan, rumah tangga bahkan untuk pribadi
(Panigoro, 2011).
Masih dari sumber yang sama, perencanaan
keuangan diperlukan untuk menentukan arah yang
jelas bagi pengelolaan keuangan pribadi atau
keluarga. Tanpa perencanaan keuangan akan
cenderung memboroskan uang yang telah diperoleh
dengan susah payah. Menghabiskan uang hari ini
untuk memenuhi kebutuhan hari ini. Para karyawan
dengan gaji bulanan cenderung bersikap seperti ini,
karena yakin bahwa bulan depan akan memperoleh
gaji.
Hal itulah yang menarik perhatian dan fokus
dari berbagai pakar perencana keuangan dan juga
berbagai peneliti keuangan untuk mengkaji tentang
manajemen keuangan keluarga. Namun dibalik
kenyataan itu, dalam aplikasinya berbagai peneliti
keuangan juga menemukan bahwa aspek kepribadian
juga turut mempengaruhi kesuksesan seseorang
dalam
mengelola
keuangannya.
Beberapa
diantaranya, Zaidi dan Tauni (2012) yang meneliti
terkait tipe kepribadian dengan overconfidence bias
menemukan bahwa ada hubungan positif antara
overconfidence bias dengan tipe Agreeableness,
Extroversion & Consciousness sedangkan terjadi
hubungan negatif antara Overconfidence bias and
Neuroticism.
Sementara itu, Brown dan Taylor (2011)
yang mengkaji hubungan antara keuangan keluarga
dengan tipe kepribadian big five menemukan bahwa
extraversion dan openness relatif cukup besar
berpengaruh
etrhadap
keuangan
keluarga,
terkhususnya dalam kepemilikan utang dan aset.
Sebaliknya, tipe conscientiousness dan neuroticism
tampak tidak signifikan berpengaruh pada utang yang
tidak terjamin dan kepemilikan aset keuangan.
Lown (2008) yang menemukan bahwa
terjadi perbedaan kepribadian antara perempuan
terkait tabungan pensiun dan juga tolerasnsi risiko.
Hal ini menyebabkan perilaku keuangan pun menjadi
berbeda sehingga secara keseluruhan hasil penelitian
menemukan bahwa perempuan membutuhkan
pendidikan tentang risiko, dampak dari waktu
terhadap nilai uang dan yang signifikan yaitu
membutuhkan pembuatan tujuan keuangan yang
benar.
Dipertajam lagi oleh Ika (2011) bahwa
faktor psikologi sering dipertimbangkan sebagai
kunci dalam proses keputusan keuangan keluarga.
Menggunakan tipe big five ternyata mempengaruhi
bagaimana membuat rencana keuangan kelaurga dan
juga bagaimana mengaplikasi dengan benar.
Selanjutnya, aspek kepribadian sering mempengaruhi
manajemen keuangan keluarga karena menjadi
penyebab manajemen yang buruk.
Mengacu pada berbagai temuan sebelumnya,
dipahami bahwa kepribadiam merupakan salah satu
indikator yang signifikan mempengaruhi perilaku
Peter Garlans Sina
keuangan. Selain itu juga, penggunaan tipe-tipe
kepribadian yang digunakan relatif menggunakan big
five, oleh sebab itu dalam penelitian ini akan
menggunakan tipe kepribadian yang berbeda yaitu
menurut Goodman (2007). Sedangkan tujuannya
yaitu untuk mengetahui relevansi tipe kepribadian
dengan manajemen keuangan keluarga sehingga
dapat digunakan oleh berbagai keluarga untuk
membenahi keuangan.
BAGIAN INTI
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa
kerangka literatur sebagai bahan telaah untuk
menjawab masalah penelitian. Beberapa literatur
tersebut juga akan dikembangkan untuk menjadi
solusi untuk mencapai tujuan penelitian.
Kepribadian
Dari sejarah pengertian kata personality,
kata persona yang semua berarti topeng, kemudian
diartikan sebagai pemaiannya sendiri, yang
memainkan peranan seperti digambarkan dalam
topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality
oleh para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu
atribut tentang individu, atau untuk menggambarkan
apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia
(Kuncoro, 2009).
Liberty dan Spiegler dalam Feist (2008)
dalam Ika (2011) mengatakan kepribadian merupakan
cara hidup atau gaya keseluruhan tingkah laku
individu yang ditunjukkan dalam bentuk sikap,
watak, nilai kepercayaan, motif dan sebagainya, dan
umumnya definisi tersebut didasarkan oleh
pandangan masing-masing ahli yang memberi
rumusan.
Secara
umum
bahwa
kepribadian
(personality) adalah suatu pola watak yang relatif
permanen dan sebuah karakter yang unik yang
memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi
perilaku
seseorang.
Sedangkan
karakter
(characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang
mencakup atribut-atribut seperti temperamen, fisik
dan inteligensia. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut sesungguhnya implikasi dari kepribadian
adalah meliputi apa yang paling khas dan paling
karakteristik dalam diri seseorang.
Apabila dikaitkan dengan kajian keuangan,
menurut tipe big five bahwa tipe kebersetujuan
(agreeableness) secara ekstrim membedakan pribadi
yang berhati lembut dengan pribadi yang berhati
kejam. Menurut McCrae dan Costa, dalam Feist
(2008) pribadi dengan ciri agreeableness cenderung
mudah mempercayai siapapun, murah hati, suka
menolong, dapat menerima keadaan dan baik hati.
Orang dengan kecenderungan seperti ini adalah
mudah simpatik sehingga memungkinkan transaksi
keuangan banyak didasarkan rasa ingin menolong
dan kebaikan hati. Pos pengeluaran yang tidak
55
direncanakan sering muncul dan bukan karena
prioritas anggaran yang telah disusun tapi karena
dorongan hati.
Tipe
kenuranian
(conscientiousness),
individu yang memiliki nilai tinggi pada kenuranian
(conscientiousness) ditunjukkan dengan perilaku
yang sangat cermat dalam penggunaan anggaran
keuangannya. Kepribadian ini dicirikan seperti
tertib/teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi,
ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.
Umumnya pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah
seorang pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat
waktu dan tekun.
Tipe mengutamakan Fisik (body focus),
kepribadian dengan ciri body focus ditunjukkan pada
aktifitas dimana penampilan diri merupakan faktor
sangat penting dalam interaksi sosial. Menurut
Goffman dalam Chaney (1996) bahwa kehidupan
sosial terdiri dari penampilan teatrikal yang
diritualkan dimana penggunaan ruang, barangbarang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil
untuk memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari.
Tipe Kebendaan (materialism), secara
formal, materialism dapat diartikan sebagai individu
yang memberi perhatian pada masalah kepemilikan
duniawi sebagai hal yang penting. Pada tingkat yang
tinggi, kepemilikan akan suatu hal atau benda dapat
diasumsikan sebagai tempat sentral dalam kehidupan
orang tersebut, serta menjadi sumber kepuasan
terbesar jika segalanya terpenuhi. Individu melihat,
uang sebagai sumber kekuatan dan harga diri, dan
belanja merupakan salah satu cara untuk mewujudkan
karakter dari materialism. Dorongan membeli selain
menjadi kebutuhan materialisme juga didorong oleh
faktor karakter, pengaruh lingkungan, tidak memiliki
prioritas, atau bahkan ikut-ikutan atau belanja yang
tidak terencana.
Tipe terakhir, kebutuhan untuk menstimulasi
(need for arousal) merupakan salah satu motivator
utama dari kegiatan untuk mengisi waktu luang.
Pengisian waktu luang dengan hal-hal yang baru
secara temporer dapat meningkatkan tingkat
dorongan diri dalam individu, yang juga akan
menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Hal ini
juga mengacu pada pengertian need for arousal yang
lebih kepada kebutuhan berkelanjutan yang timbul
dari peningkatan level stimulasi seseorang.
Tindakan membeli atau belanja adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam mengisi waktu
luang yang ada untuk mendapatkan perasaan
gembira. Keduanya dilakukan secara simultan untuk
beberapa individu karena tindakan tersebut dianggap
dapat mewakili kekuatan dan status diri serta
merupakan sebuah pencapaian keinginan dalam
mendapatkan sebuah input memuaskan atas barang
atau service atau keduanya.
Sementara, Arijanto (2010) membagi
menjadi 5 bagian yaitu tipe pribadi hemat, tipe
56
pribadi pemboros, tipe pribadi suka menghamburkan
uang, tipe pribadi suka cemas, dan tipe pribadi
berjiwa sosial.
1. Tipe pribadi hemat
Ptibadi jenis ini tidak suka membelajakan uang
untuk sesuatu yang tidak perlu, bahagia melihat
rekening tabungan terus bertambah tiap bulan,
senang menawar harga termurah saat belanja dan
menggunakan pasar biasa sebagai tempat belanja
favorit. Orang bertipe ini, hidup sesuai batas
kemampaun namun kurang berani mengambil
risiko berinvestasi.
2. Tipe pribadi pemboros
Senang membeli barang-barang yang tidak
diperlukan, senang membuat orang lain terkesan
dengan memberi hadiah mahal, memiliki lebih
dari dua kartu kredit. Oleh sebab itu, orang
bertipe ini tahu cara menikmati hidup namun
gaya hidup boros menyebabkan mudah terjebak
dalam jebakan utang berlebihan.
3. Tipe pribadi suka menghamburkan uang
Pada dasarnya orang bertipe ini memiliki naluri
untuk menabung, tetapi juga tidak pelit dan dapat
menikmati pengeluaran .
4. Tipe pribadi suka cemas
Memiliki kebiasaan cemas terhadap masalah
uang sehingga perlu menuliskan setiap
kekwatiran
dan
jangan
ragu
meminta
rekomendasi perencana keuangan dari orang lain
yang memiliki kemampuan mengelola keuangan.
5. Tipe pribadi berjiwa sosial
Seseorang yang dapat memfokuskan diri
terhadap sesuatu yang lebih penting dan
bermakna dalam kehidupan namun dapat
membuat kondisi keuangan anda bermasalah
karena mengeluarkan uang untuk kegiatan sosial
melebihi batas kemampuan keuangan.
Personal Finance
Kehidupan yang nyaman dan sejahtera tanpa
harus terbebani masalah hutang dimana-mana
merupakan suatu kehidupan yang pasti diinginkan
oleh setiap individu atau keluarga. Kebutuhan hidup
selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini,
menyebabkan banyak orang mengalami kesulitan dan
sering mengeluh akibat dari penghasilan yang
dimiliki tidak cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan bagi diri sendiri maupun keluarga.
Masalah keuangan juga muncul karena adanya utang
yang telalu besar di bandingkan dengan asset yang
dimiliki oleh sebuah keluarga, dan masalah lain juga
muncul apabila sebuah keluarga salah memilih
produk keuangan untuk berinvestasi. Oleh sebab itu,
fungsi dari perencanaan keuangan, yaitu mengelola
pendapatan dan pengeluaran, menciptakan kesadaran
akan kondisi keuangan saat ini, merencanakan masa
depan dengan menetapkan tujuan dan cara
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
pencapaiannya, dan menciptakan sistem evaluasi dan
revisi atas kemajuan keuangan (Siwalette, 2013).
Sedangkan menurut Sundjaja (2010:435)
dalam Sundjaja, Gomulia, Sundjaja, Oriana, Barlian,
Meilinda, dan Dewi (2011).manajemen keuangan
tidak hanya penting untuk perusahaan, tetapi
pengetahuan akan manajemen keuangan juga penting
untuk diterapkan ke dalam lingkup keluarga masingmasing individu. Secara sederhana, perencanaan
keuangan keluarga berkaitan dengan berapa banyak
uang masuk yang diterima sebagai penghasilan,
berapa banyak uang keluar yang dikonsumsikan
untuk kebutuhan masing-masing keluarga dan berapa
banyak uang yang ditabungkan untuk dapat mencapai
tujuan keuangan keluarga. Pengelolaan keuangan
keluarga merupakan hal yang sangat penting guna
membantu kehidupan keluarga dan masa depan anak
serta masa pensiun kita. Kehidupan modern lebih
mengajari kita untuk melakukan tindakan konsumtif
yang seringkali tidak terlalu diperlukan terutama
dengan semakin mudahnya orang memperoleh kartu
kredit Penggunaan kartu kredit secara berlebihan
akan mendatangkan bunga berbunga yang bisa
menjerat mereka ke dalam kubangan utang.
Sementara itu, Dorimulu (2003) dalam
Yohnson (2004) menyatakan bahwa perencanaan
keuangan merupakan proses mencapai tujuan hidup
yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia lewat
penataan keuangan. Bertisch (1994) mengatakan
bahwa financial Planning can be defined as the
careful preparation and coordination of plans
necessary to prepare for future financial needs and
goals. It is not investment analisys. It involves
mapping strategies to achieve your defined goals.
Yang berarti Perencanaan keuangan dapat diartikan
sebagai persiapan atau koordinasi yang hati-hati
terhadap rencana-rencana dalam rangka untuk
mempersiapkan keinginan dan tujuan keuangan
dimasa datang. Bukan analisa investasi, tetapi
meliputi strategi untuk mendapatkan tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan Wibawa (2003)
mendefinisikan perencanaan keuangan keluarga
sebagai suatu cara menyusun keseimbangan dari
penghasilan di satu sisi dengan pengeluaran di sisi
lain yang berupa konsumsi, tabungan, dan investasi.
Selanjutnya, perencanaan keuangan keluarga
tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang
berpendapatan besar, setiap orang baik kaya atau
miskin perlu untuk membuat perencanaan hidupnya
guna mewujudkan tujuan hidupnya, namun yang
berbeda hanyalah dalam pengalokasian pengelolahan
uang. Oleh karena itu menurut Senduk (2001)
beberapa alasan mengapa keluarga memerlukan
perencanaan keuangan: Adanya tujuan keuangan
yang ingin dicapai, tingginya biaya hidup saat ini,
naiknya biaya hidup dari tahun ketahun, keadaan
perekonomian tidak akan selalu baik, fisik manusia
Peter Garlans Sina
tidak akan selalu sehat, banyaknya alternatif produk
keuangan.
Diperkuat lagi oleh Horne dan Tirok (1986)
dalam Ida dan Lisan (2012), istilah manajemen
keuangan mengandung arti bahwa arus dana yang
diarahkan sesuai dengan suatu rencana. Arus dana
merupakan perubahan dana yang berasal dari
berbagai sumber yaitu para investor yang
menanamkan modalnya dalam bentuk saham
perusahaan, kreditor yang meminjamkan uangnya,
dan laba dari tahun ke tahun yang telah lalu yang
ditahan dalam perusahaan.
Dana yang berasal dari sumber-sumber
tersebut terikat dalam beberapa penggunaan yaitu
dalam bentuk harta tetap yang digunakan untuk
memproduksi barang atau jasa, persediaan untuk
kepentingan produksi dan penjualan, piutang dalam
rangka pemberian kredit kepada para pelanggan, kas
dan surat berharga yang dipergunakan untuk transaksi
dan tujuan likuiditas. Ini berarti manajemen keuangan
mengatur anggaran sumber dana (income) dan
anggaran alokasi dana yang diarahkan sesuai dengan
rencana yaitu untuk mendapatkan kekayaan yang
maksimal.
Manajemen Utang
Dalam istilah finansial ukuran relatif besar
kecilnya hutang biasa dikenal dengan istilah leverage
atau dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai
pengungkit. Fungsi pengungkit secara prinsip adalah
alat yang digunakan untuk membantu kita
mengangkat beban tertentu namun dengan beban
yang relatif lebih ringan, atau dengan tenaga tertentu
dapat diperoleh daya angkat yang lebih besar. Maka
apabila dianalogikan dalam bidang keuangan maka
hutang berfungsi sebagai penambah kekuatan dari
sumber keuangan yang kita miliki (Saptono, 2001).
Utang adalah sejumlah uang atau sesuatu
yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari
pihak lain berdasarkan persetujuan dengan kewajiban
mengembalikan atau melunasi. Apabila demikian
maka menajemen utang adalah dapat memanfaatkan
utang agar tidak membuat anda mengalami
kebangkrutan, atau dengan lain kata yaitu atau
pemanfaatan utang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh sebab itu, utang dapat
dikategorikan menjadi dua jenis yaitu utang produktif
yang diartikan sebagai segala jenis utang yang
mempunyai ciri khas nilai aset meningkat dan dapat
memberikan penghasilan yang lebih besar dari biaya
cicilan utang. Sedangkan utang konsumtif berarti
segala jenis utang yang memiliki ciri khas nilai aset
berkurang, tidak memberikan penghasilan yang sama
atau lebih besar dari biaya cicilan utang dan bunga
yang lebih tinggi (Hartoyo).
Aplikasi Tipe Kepribadian Menurut Goodman
57
Pembahasan kepribadian dalam mengelola
uang
sebenarnya
menggambarkan
hubungan
emosional dari pelaku keuangan dengan kondisi masa
lalu atau pun ciri khasnya. Dalam arti bahwa
hubungan emosional terhadap uang tersebut dapat
memicu berbagai masalah keuangan seperti salah
satunya adalah pemborosan, terjebak utang, dan lainlain. Hal ini membuka peluang untuk mengetahui
mengapa, aspek emosional yang mendorong
terciptanya perilaku keuangan seseorang dapat
menjadi nilai-nilai yang diyakininya terkait
mengelola uang seperti uang adalah nilai diri, uang
adalah keamanan, uang adalah cinta, uang adalah
penenang, uang adalah gengsi, uang adalah
kekuasaan, dan yang terakhir yaitu uang adalah
kebahagiaan. Dengan demikian, berikut adalah tipetipe kepribadian manusia terkait bagaimana dan
mengapa mengelola keuangan antara satu dengan
yang lainnya menjadi berbeda.
Tipe Pejuang
Titik awalnya adalah tentang mendapatkan,
mencapai, dan membiarkan orang lain tahu berapa
banyak yang anda miliki. Karena uang dan benda
yang dapat dibeli dengannya adalah ukuran
kesuksesan. Orang bertipe ini akan mendapatkan
masalah ketika berfokus pada pemborosan dan ketika
melupakan bahwa pendapatan tidak sesuai dengan
pengeluarannya menyebabkan hasrat untuk hidup
pada standar yang jauh di luar jangkauan kemampuan
cenderung membuat masuk dalam utang dan masalah
dengan orang lain.
Terapinya:
Menyambut tantangan untuk memegang kendali
keuangan dengan cara memangkas hal-hal yang tidak
signifikan sehingga dapat menikmati beberapa barang
mewah tetapi yang lebih penting adalah belajar
bagaimana menyimpan uang untuk kebutuhan masa
depan dan mengembangkannya.
Tipe Burung Unta
Orang bertipe ini mendefinisikan diri mereka sendiri
dalam keadaan kebingungan, terintimidasi atau
bahkan malu dengan uang. Hal ini membangkitkan
kemarahan dengan cara menangani keuangan. Efek
lanjutannya adalah munculnya keyakinan bahwa
tidak mampu belajar terkait dasar-dasar keuangan.
Variasi dari tipe ini yaitu ksatria putih yang
berkeyakinan bahwa akan ada orang yang akan
menyelamatkan dari masalah keuangan yang
dihadapi, seperti memenangkan lotere atau pun
mendapatkan warisan. Hal ini menyebabkan pola
terus bermimpi dan mengabaikan masalah keuangan.
Terapinya:
Belajar tentang cara mengelola keuangan yang benar
sehingga mereduksi ketidakpercayaan bahwa
sebenarnya mampu mengelola keuangan. Dalam hal
ini perlu juga membangkitkan kepercayaan diri dan
58
mampu
menginspirasi
keuangan.
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1 Februari 2014
untuk
mengendalikan
Tipe Pengutang Nekad
Tipe orang seperti ini selalu merasakan tidak cukup
uang. Kecanduan menghabiskan uang atau kecanduan
belanja meningkatkan gairah belanja daripada
keamanan memiliki uang. Selain itu, bertendensi
untuk meminjam semakin banyak uang untuk
melunasi utang jatuh tempo namun tetap saja
menggunakan kartu kredit secara berlebihan dan
semakin terlilit utang.
Terapinya:
Membuat rencana finansial yang sederhana namun
akurat sehingga membangkitkan keyakinan bahwa ini
adalah sudah saatnya uang bekerja untuk
menghasilkan aset keuangan daripada menggunakan
uang untuk menghancurkan kehidupan yang dijalani.
Tipe Peluncur
Tipe mengelola keuangan yang paling stabil
dibandingkan tipe keuangan lainnya. Hanya saja tipe
ini memiliki kelemahan fundamental yaitu
disebabkan tidak menghadapi masalah keuangan
yang besar, biasanya orang bertipe ini akan merasa
puas diri. Dalam pengertian cenderung mengalami
status quo sehingga melewatkan kesempatankesempatan berinvestasi yang dapat melipatgandakan
aset keuangan.
Terapinya :
Buatlah rencana keuangan yang benar dan jadikan
tujuan tersebut sebagai motivasi berusaha sehingga
uang dapat bekerja lebih keras untuk akumulasi aset
keuangan. Lakukan perubahan-perubahan kecil dalam
berinvestasi yang akan semakin memotivasi untuk
menjadi semakin kaya raya.
Tipe Penjudi
Tipe memiliki keyakinan yaitu uang diartikan sebagai
isyarat luar biasa yang disinergiskan dengan
keberanian pada target jangka panjang. Selain itu,
cenderung berpikir lebih cerdas dari orang lain
walaupun p[pada kenyatannya tidaklah demikian
sehingga semakin meningkatkan hasrat untuk berjudi.
Dalam hal ini, mengabaikan nilai peluang bahwa
menang atau pun kalah memiliki peluang yang sama
besar.
Terapinya:
Berusaha melemahkan hubungan emosional dengan
uang sehinga dapat mereduksi tantangan atau
kemarahan untuk berani mengambil risiko yang
besar. Mulai membangun keamanan keuangan
dengan cara memindahkan sebagian dana dari bisnis
yang berisiko dan lakukan terapi ini secara
berkesinambungan.
Termotivasi oleh katakutan akan kehilangan, orang
bertipe ini memiliki katkutan tersembunyi akan
segala hal dan percaya bahwa sumber daya yang
dimili tidak pernah cukup. Ketakutan ini dapat
mengubah keyamanan menjadi penimbun yang hidup
dengan uang yang dimiliki. Oleh sebab itu, orang
bertipe ini tidak dapat menikmati apa yang dimiliki
atau berikan kepada orang lain dengan kemurahan
hati. Dan juga cenderung tidak melihat gambaran
kesempatan uang yang seimbang atau tidak mau
memahami bahwa sedang mengalami kehilangan
uang karena tidak melakukan usaha untuk
memperbaiki kesulitan keuangan yang terjadi. Variasi
dari tipe ini adalah yang disebut sebagai wanita
tunawisma. Suatu kepribadian yang lebih khawatir
tentang pengumpulan aset daripada tipe uang lainnya.
Khawatir tidak akan memiliki cukup uang walaupun
telah menabung uang. Alahasi yaitu semakin merasa
kekurangan dan tidak mau bersyukur dan bertendensi
menjadi pelit.
Terapinya:
Lakukan menabung secara berkesinambungan dan
juga inspirasikan keberanian diri untuk melakukan
investasi yang aman dan cerdas seperti reksadana
dibandingkan melakukan investasi pada saham.
Berdayakan diri untuk lebih berani melakukan
investasi dan belajar untuk melihat apa yang dimiliki
sebagai rasa syukur.
KESIMPULAN
Memahami bagaimana manusia mengelola
uang merupakan sesuatu yang unik yang mana
menurut sudut pandang psikologi kepribadian,
ternyata antara satu orang dengan yang lainnya
berbeda dan hal ini disebabkan oleh adanya hubungan
emosional pada masa lalu dari pelaku keuangan yang
mana dijadikan pertimbangan logis untuk membuat
berbagai tipe kepribadian. Selanjutnya, karena adanya
hubungan emosional yang relatif menjadi hambatan
seseorang dalam mengelola keuangan maka
meningkatkan berbagai masalah keuangan yang dapat
menyebabkan terjadinya kebangkrutan personal.
Namun seperti yang diketahui bahwa, pendekatan
kepribadian tidak saja digunakan untuk membedah
bagaimana seseorang mengelola uangnya melainkan
juga dijadikan sebagai upaya kreatif dalam membuat
terapi keuangan yang logis, tepat sasaran dan dapat
dikonsumsi oleh publik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Tipe Tupai
Arijanto, Agus. 2010. Dosa-Dosa Orangtua
Terhadap Anak Dalam Hal Financial. Jakarta,
Elex Media Komputindo .
Brown, Sarah and Taylor, Karl. 2011. Household
Finances and the „Big Five‟ Personality Traits.
IZA DP No. 6191 .
Peter Garlans Sina
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Hartoyo. MANAJEMEN UTANG Manajemen
Keuangan Konsumen. www.themegallery.com.
Ida and Lisan, Hengky, E. 2012. Pencegahan
Perilaku Compulsive buying Pengguna Kartu
Kredit dengan Perencanaan Keuangan Pribadi.
http://henky.lecturer.maranatha.edu/wpcontent/uploads/2012/02/Credit-card-usage-dancompulsive-buying4.pdf
Ika, Ardiani, S. 2011. Personality Traits sebagai
Penentu Perencanaan Keuangan Keluarga (Suatu
Kajian Pustaka). Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora Vol. 11 No. 2, Agustus 2011.
Kuncoro. 2009. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN.
Diktat Kuliah PENDIDIKAN BIMBINGAN
DAN
KONSELING
UNIVERSITAS
NUSANTARA PGRI KEDIRI.
Lown, Jean, M. 2008. THE ROLE OF
RETIREMENT PERSONALITY TYPE IN
MOTIVATING WOMEN TO PLAN FOR
RETIREMENT. RESEARCH DIAOGUE Issue
no. 93 SEPTEMBER 2008 .
Panigoro, Attalarik, S. 2011. ANALISA
KEPRIBADIAN DAN GENDER TERHADAP
PERENCANAAN KEUANGAN PRIBADI
PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI
UPN ”Veteran” Jawa Timur. Skripsi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.
Saptono, Imam, S. 2001. Manajemen Hutang.
A6ll1MEIJIA - VOLUME 7, No.1 - September
2001.
Siwalette, Maritza. 2013. PERENCANAAN
KEUANGAN KELUARGA BAPAK BENNY
ALBERTH UNTUK MENGOPTIMALKAN
ASET KE DALAM ALOKASI INSTRUMEN
INVESTASI. FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013)
92-97.
Sundjaja, Ridwan, S. Gomulia, Budiana,
Sundjaja, Dharma, P, Oriana, Felisca, S, Barlian,
Inge, Meilinda, and Dewi, V, I. 2012. Pola Gaya
Hidup Dalam Keuangan keluarga (Studi
Kasus:Unit Kerja Institusi Pendidikan Swasta di
Bandung). Bina Ekonomi Majalah llmiah
Fakultas Ekonomi Unpar. Volume 15, Nomor 2,
Agustus 2011.
Yohnson. (2004). “Peran Universitas di Surabaya
dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di
Surabaya (Seri Penelitian Keuangan Keluarga)”.
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 6, No.
1, Maret 2004: 54 – 71.
Zaidi, Farheen, B and Tauni, Muhammad, Z.
2012. Influence of Investor‟s Personality Traits
and Demographics on Overconfidence Bias.
INTERDISCIPLINARY
JOURNAL
OF
CONTEMPORARY
RESEARCH
IN
BUSINESS OCTOBER 2012 VOL 4, NO 6
59
Download